HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN BUTAS BEBERAPA .JANUARI 1578 ~TAKAAN ITBANG oekerjaan umum r,e,.AR'rEMEN PEKER.JAAt4 UMUM DAN TENACA LISTRIK DIREKTORAT JriNDiKA!. BINA MARGA BEBERAPA HASlL PENELlTIA N PENGEMBA~GAN BUTAS Oe . Pek rh!ln Umum & Tenaga Ustrik \T ~ pUSLITBA NG p~R;->,_;STAKAA N .JANUARI 1978 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DAN TENAGA LISTRIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA PENELIT IAN PENGEMBANGAN BUTAS. 1. P~AHULUAN. 2. SIFAT - SIFAT DASAR BUTAS. 2.1. 2.1. 3. Sif•t mekan!s. 2.2. J,. Penga..'UJ.1 visco-e lastis. 2.2.·2. Penga.ruh pel~t.-(flux oil). 2.2.3. Pengaruh crushin e strength . · 2.2.4. Pengaruh butiran . Jl~IS PRODUKTA. 3. 1. 3.2. Berdasa rkan kadar aspal. 3.3. 3.4. 4. Sifat kiroia fisik. 2.1.1. Penetra si Butas. 2.1.2. Pela1~t bitumen . 2.1.3. Kadar pela.rut . 2. 1.4. Kelekat an butas. 2.1.5. Komposisi kimia butas. 2.1.6. Analisa mineral -minera l butas. 2.1.7. Kadar air. Berdasa rkan ukuran mineral Berdasa rkan jenis mineral . Berdasarka.n uk:uran butir. SIFAT - SIFAT C.AMPURAN. 4.1. Butas 4.2. Flux 011. 4.3. Agrega.te. 5o TEKNOLOGI PEMERIXSAAN CAMPURAN. 5.1. 5.2. Laborat orium. Lapangan. 2. Daftar lampiran : 1. Grafik hubunga.n an tara kadar bitumen butas dengan nilai penetrasi ( tanpa penambahan zat pelarut). 2. Grafik hubungan antara nilai penetrasi butas dengan waktu pembe banan (dengan •.· .u-iasi penambahan flux oil). 3. Hasil peneli tian penetrasi butas (Kadar bitumen butas 23 %) • 4. Qrafik hubungan an tara nilai penetrasi dengan bitumen butas ( dengan variasi penambaha.n CCL 4 ) • 5. Hasil percobaan crushing strength dari kubus butas. 6.a.Hasil pemeriksaan kadar bitumen butas dari beberapa lokasi. b.Grafik gradasi mineral bu.tas. 7. Lampiran 7a - 7d. Perhitungan penetapan spesifikasi gradasi aggregate B-16, B-20, B-25, B-30 denga.n kadar aspal 7% (Spec. A). 8.a - b. Hasil perhitungan penetapan spesifikasi gradasi aggregate an B-16, B-20, B-25, B-30 dengan kadar aspal 7 9.a - b - gabun~ %. c. Gra.fik penetapan spesifikasi gra.dasi aggregate untuk ga.bunga.n B-20/B-25 ; B-20/B-25/B-20 ; B-16/B-20. 10. Lampiran 10 a - 10 d. Perhitungan penetapan spesifikasi gradasi aggregate B-16, B-20, B-25, B-30 dengan kadar aspal 7 96 (Spec. B). 11.a- b. Hasil perhitungan penetapan spesifikasi gra.d.asi aggregate gab~ an B-16, · B-20, B-25, B-30 dengan kadar aspal 7 % {Spec. B) • .. 12.a - b - c. Grafik penetapan spesifikasi gradasi aggregate untuk gabungan B-20/B-25 ; B-20/B-25/B-30 ; B-16, B-20. - ouo- 3. 1. PENDAHULUAN. Butas sebagai salah satu bahan konstruksi jalan yang terdapat di Indonesia mempunyai nilai teknis yang tinggi dan bernilai ekonomis penting dalam program pembinaan jalan di Indonesia. Sifat-sifat butas yang tidak seragam perlu diadakan usaha untuk dapat memenuhi kebutuhan pembinaan jalan. Disamping sifat tersebut diatas, diperlukan pemantapan produk antara lain volume, waktu penyediaan, rnutu dan ketentuan-keten- tuan penggunaannya. Pen~angkutan butas yang dilakukan selama ini, berupa butiran yang bermacam-macam mulai dari bongkahan-bonekahan (butir besar) sam- pai dengan yang hal us menimbulkan kesukaran pada waktu pembonskaran, karena butir-butir yang halus dan sedang bercampur menjadi satu. Ntutu butas ya:.3.Z ada sampai sekarang ternyata tidak tetap, teruta- ma kadar bitumennya yang berbeda-beda, menimbulkan kesukaran pada pelaksanaan dilapangan, sehingga didalaro membuat campuran butas yang memenuhi persyaratan memerlukan hutas, ageregat, flux oil yang berbeda-beda. Jenis pelarut atau flux oil yang dipergunakan perlu penelitian-peneli tian lebih lanjut, karena mutunya masih belum memenuhi spesifikasi yang ada, sehingga stabili tas dari campuran butas masih belum dapat tercapai dalam waktu yang singkat. Menginga.t hal-hal tersebut diatas perlu diadakan identifikasi butas dan bentuk-bentuk pengiriman untuk memudahkan penggunaan. Penyempurnaan Manual yang ada, masih memerlukan penelitian-penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan data-data campuran butas yang lebih banyak. 2. SIFAT-SIFAT DASAR BUTAS •••••••• 4. 2. SIFAT-SIFAT BUTAS. 2.1. Sifat kimia fisik. bifat kimia fisik menentukan peru:iudan ikatan antara batuan p~ da daerah suhu tertentu dan pada beban dinamis tertentu denganfrekwensi lalu lintas tertentu pula. Perujudan ikatan tersebut dipengaruhi ol~h sifa.t-sifat reologi-· lekatan dan komposisi kimia. 2.1.1. Penetrasi bitumen butas. Butas dengan penetrasi Bitumen tinggi lebih mudah mengisi ruang-ruang kosong an tara batuan, dan mudah pada ba tuan sedangkan butas dengan penetrasi bitumen lebih ren dah lebih sulit mengalir. sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruang-ruang kosong antara batuan. Untuk menentukan penetrasi butas adalah sukar karena bi tumen yang ada ' ercampur dengan mineral. Untuk .~::>enentuan penetrasi butas dilakukan modifikasi -mo difikasi yang antara lain sebagai berikut a. Mengeluarkan (ekstraksi ) bitumen dari butas dan me ngadakan penetrasi langsung terhadap bitumen tersebut. Dari percobaan-percobaan penetrasi dengan ekstraksi memakai pelarut ccL 4 , didapat angka penatrasi 3 - 6 • Lihat lampi ran 1. b. Melakukan penetrasi terhadap campuran butas + kapur dengan berbagai kadar flux oil dan bemanding tertentu dengan kadar bitumen. Nilai penetrasi menurun tambahnya waktu pembebanan. Lihat lampiran 2. 4. 2. SIFAT-SIFAT BUTAS. 2.1. Sifat kimia fisik. bifat kimia fisik menentukan peru:iudan ikatan antara batuan P!.. da daerah suhu tertentu dan pada beban dinamis tertentu dengan- frekwensi 1a1u 1intas tertentu pula. Perujudan ikatan tersebut dipengaruhi oL~h sifat-sifat reologi-· lekatan dan komposisi kimia. 2.1.1. Penetrasi bitumen butas. Butas dengan penetrasi Bitumen tinggi lebih mudah mengisi ruang-ruang kosong antara batuan, dan mudah pada ba tuan sedangkan butas dengan penetrasi bitumen lebih ren dah lebih sulit mengalir. sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruang-ruang kosong antara batuan. Untuk menentukan penetrasi butas adalah sukar karena bi tumen yang ada '·ercampur dengan mineral. Untuk .~:,~enentuan penetrasi butas dilakuk.an modifikasi -mo difikasi yang antara lain sebagai berikut a. Menge1uarkan (ekstraksi ) bitumen dari butas dan me ngadakan penetrasi langsung terhadap bitumen tersebut. Dari percdbaan-percobaan penetrasi dengan ekstraksi memakai pelarut CCL4 , didapat angka penatrasi 3 - 6 • Lihat lampiran l. b. Me1akukan penetrasi terhadap campuran butas + kapur dengan berbagai kadar flux oil dan berbanding tertentu aengan kadar bitumen. Nilai penetrasi menurun tambahnya waktu pembebanan. Lihat 1ampiran 2. c. Melakukan penetrasi terhadap bitumen butas setelah dicampur dengan flux oil sebanding denga.n bi tumen tanpa kapur. Nilai penetrasi butas tcrgantung dari kadar flux oil • Lihat larnpira.n 3. d. Melakukan penetrasi butas dengan kadar CCL 4 yang berbeda-beda. Nilai penetrasi butas pada kadar pelarut terten- tu bergantung pada gradasi mineral dan dari pe netrasi bitumen butas sendiri •. Lihat lamp. 2.1.2. 4. Pelarut bitumen. Pelarut dengan daya larut bitumen yang baik dapat mengisi ruang-ruang kosong batu.a.n lebih balk, dari pada pelarut yang daya larutnya kurang baik, dan mempunyai viscosi tas yang sa.ma. Pelarut bitumen yang nrudah menguap menghasilkan bitumen yang keras atau bi tumen dengan kohesi yang tinggi, sedangkan pelarut bitumen yane sukar menguap meninggalkan bitumen de- ngan kohesi yang lebih rendah. 2.1.3. Kadar pelarut. Kadar pelarut turut menentukan adhesi dan kohesi bitumen. Dengan kadar pelarut yang rendah kohesi bitumen menjadi tinggi, seda.ngkan dengan kadar pelarut yang tinggi menjadikan kohesi bitumen menjadi rendah dan adhesi menjadi tinggi. 2.1.4. Kelekatan butas ••••••• 2o1o4o Kelekatan butas. Ikatan yang baik akan terjadi, bila terjadi keseimbangan antara kohesi dan adhesio Sifat kohesi dari bahan dan sifat adhesi terhadap bahan yang diikat sa.ngat penting dalam campuran butas. Jadi yang ba.nyak berpengaruh kepada kedua jenis sifat-sifat tersebut adalah jenis bahan pelarut da.n kada.r pelaru tnya. 2.1.5o Komposisi kimia butaso - Komposisi kimia mineral mempengaruhi kekerasan dari mineral butas. Butir-butir mineral butas dapat berfungsi sebagai bahan pengisi (filler) atau sebagai a grega.te halus dalam campuran butas. Zat-zat yang mempengaruhi kekerasan ini ada A 1 2 o3 , Si o2 , dan zat-zat tersebut memberikan / menjadikan butir-butir mi- lah Fe2 o3 , neral yang keras. - :Makin tinggi kadar belerang Juakin rendah ductilit.y. Hasil penelitian U.G.M., contoh butas d.ai'i Kabungka mengandtmg belerang 50 %. Pengaruh belerang bebas terhadap ductility maaih dalam peneli tian. - Ductili t.y bi tumJm menjadi lebih rend.ah karena pemanasan akibat gesekan dengan roda.-roda kendaraan. - Kadar Si 0 2 beb14s atau dalam peraenyawaan akan memberikan gambaran mengenai kekerasan mineral butas. 2.1.6. Analisa ••••••• 2.1.6. Analisa mineral-mineral butas. Mineral-mineral dalam butas terdiri dari ber- .• maca.m-macam zat sebagai beriku.t ca co3 Mg co3 Ca so 4 81,62 1,98 1,25 CaS o, 17 Air Hablur 1,30 6,95 2,15 0,83 Si 02 A 1 2 o3 + Fe 2 o 3 Sis a - - - 85,27 % 2,25 % 1,70 % 0,33 % 2,16 % 8,25 % 2,84 % 1,12 % ( data dari lit. Bu. ton Asphalt Batavia. 1931 ). · 2o1o7o . Ku:lar airo Kadar air dalam butas tergantung dari curah hujano Kadar air teta.p atau kadar air kering yang .ter- kandung dalam butas adalah a.ntara. 1,3 %- % 2 terhadap berat mineral. 2.2. Sifa.t mekanis butas. Buta.e mempunyai sifat-sifat mekanis yang ter~tung pa- ds., antara lain 2.2.1. Pengaruh visco elastis. Pengaruh viaco elastis butas terja.di karena. pengaruh panas dan beban lalu lintas. 1. Pengaruh panas Butas yang keras seperti batu, akan menjadi plastis bila mendapat penga.ruh panaa. a. sa.mpai • •• 0 8. a. b. c. 2. 0 Sampai denga.n temperatur 30 C, bersifat rapuh dan bisa dipukul pecah. . 400 - 600 C, agak Antara temperatur plastis dan sukar dipukul pecah. Diatas temperatur 60° plastis dan tidak bisa dipukul pecah. Pengaruh beban lalu lintas. Eutas yang dipergunakan dalam konstruksi jalan berbentuk butir-butir pecahan dan debu, sehingga akibat pema.data.n (Alat pemadat atau be ban lalu lintas) akan mengi.si celah-celah batuan dan mengadakan pelekatan satu dengan yang lain. 2.2.2. Pengaruh pelarut ( Flux oil ) • Butas yang keras seperti batu tetapi bersifat pt ·eus, da.pat menyer. p cairan flux oil. Butas yang menyerap flux oil akan menjadi lunak/ lembek. 2.2.3. Pengaruh crushing strength. Butas dengan crushing strength yang tinggi akan lebih sukar pecah dari pada butas dengan crushing strength yang rendah. Untuk pemeriksaan dibuat sebuah kubus dengan rusuk-rusuk 2", kemu.dian di tekan sampai pecah. Lihat lampiran 5. 2.2.4. Pengaruh butiran. Untuk menyerap flux oil, butir butas yang besar akan memerlukan waktu yang lebih lama. daripada butir butas yang lebih kecil atau butir butas halus. ), JENIS PRODUKTA •••••••••• 9 3. JENIS PRODUKTA Mineral dalam butas terdiri dari kapur yang diendapkan dari binatanq binatang laut mengandung calcium, silikat, karbonat dan belerang bagai gugusan-gugusan yang se terbanya~. Sis tim penalri:>angan butas adalah dengan menggunakan bahan peledak, se hingga diperoleh hasilnya dengan berbagai macam ukuran. Atas dasar hala-hal tersebut diatas, produkta butas dapat dibagi da lam beberapa jenis, antara lain : - Berdasarkan kadar aspal - Berdasarkan ukuran mineral - Berdasarkan jenis mineral - Berdasarkan ukuran butir 3.1. Berdasarkan kadar aspal. Dari hasil inventarisasi butas yang timbunan hasil-hasil pemeriksaan ter~apat . di beberapa tempat laboratori~ adalah sebagai be rikut Kadar aspal : Berkisar antara 10 s/d 35 % Lihat lampiran 6. Dari hasil-hasil pemeriksaan tersebut diatas, maka dida1am pen~ gunaan dilapangan, butas dibagi dalam beberapa klasifikasi diant taranya - Butas 16 memp. kadar aspal an tara 15 ' - 17 ' memp. kadar aspa1 an tara 17,5 - 22,5 - Butas 20 ' - Butas 25 - Butas 30 , - Butas 35 . memp. kadar aspal an tara 23 ' - 27 ' memp. kadar aspal an tara 27,5 % - 32,5 me~rp • kadar aspal an tara 33,0 '- ' ' 37,0 % 9 3. JENIS PRODUKTA Mineral dalam butas terdiri dari kapur yang diendapkan dari binatanq binatang laut mengandung calcium, silikat, karbonat dan belerang se bagai gugusan-gugusan yang terbanyak. Sis tim pena.Irbangan butas adalah dengan menggunakan bahan pe1edak, se hingga diperoleh hasilnya dengan berbagai macam ukuran. Atas dasar hala-hal tersebut diatas, produkta butas dapat dibagi da lam beberapa jenis, an tara lain : - Berdasarkan kadar aspal - Berdasarkan ukuran mineral - Berdasarkan jenis mineral - Berdasarkan ukuran butir 3.1. Berdasarkan kadar aspal. Dari hasil inventarisasi butas yang timbunan hasil-hasi1 pemeriksaan ter~apat ' di beberapa tempat laboratori~ adalah sebagai be rikut Kadar aspal : Berkisar antara 10 s/d 35 % Lihat 1ampiran 6. Dari hasil-hasil pemeriksaan tersebut diatas, maka dida1am pen~ gunaan dilapangan, butas dibagi dalam beberapa k1asifikasi diant taranya memp. kadar as pal an tara 15 ' - 17 ' memp. kadar aspa1 an tara 17,5 % - 22,5 - Butas 16 - Butas 20 - Butas 25 - Butas 30 , % memp. kadar aspa1 an tara 23 ' - 27 ' memp. kadar aspal an tara 27,5 32,5 - Butas 35 . meup • kadar aspa1 an tara 33,0 '' ' - 37,0 % 10. 3.2. Berdasarkan ukuran mineral. Butas dibagi dalam 3 jenis, yaitu a. . Rock Aspal biasa (Butas) yang mineralnya mengandung debu mineral (lewat saringan No. 200), kapur, pasir halus (antara saringan No. 8 - No. 200). b. Sandy Asphalt Rock, yang mineralnya mengandung : debu mineral, pasir halus dan pasir kasar. c. Conglomerate Asphaltic Rock, yang mineralnya mengandung : debu mineral, pasir halus, pasir kasar dan kerikil. 3.). Berdasarkan jenis mineral. Butas dibagi dalam 2 jenis, yaitu a. b. Mineral dari kapur globerine. se~erti batu warna hitam. - Berb::-ntuk - Pad.a ud8.:A:a dingin rapuh & mu.dah dipecah. - Pada ud.ara panas aga.k pla.stis dan sukar pecah. Mineral dari kapur mergel. - Benda plastis berwarna hitam. - Jenis ini merupakan yang terbesar di Pulau Buton baP,ian utara. Sifatnya plastis sukar ditambang. 3.4. Berdasarkan ukuran butir. Secara ideal grad.asi atau ukura...11 butir butas adalah debu • atau lolos saringan No. 100. Tetapi didalam pelaksanaa.n akan sulit kecuali hasil pabrik dan akan dipakai melalui saringan 1 ewat 5 mm. 4. SIFAT-SIFAT CAMPURAN ••••• 11. 4. SIFAT - SIFAT CAMPURAN. 4.1. But as. Banyaknya butas ( bitumen+ mineral ) turut menentukan sifat dar! oampuran. Kadar bitumen pada oampu.ran dapa.t dihitung dru1 ditentukan berdasarkan peroobaan laboratorium, sedangkan kadar mineral pada campuran terga.ntung kepada kad.ar bitumen pad8, oampuran dan k~dar mineral jenis butas yang dipergunakan. Dari peroobaan-peroo baan laboratorium diperoleh kadar bitumen optimal adalah berkisar antara 6 % - 8 % da.ri berat total. Untuk menentukan jenis butas yang dapat dipergunakan pada konstruksi pengaspalan dengan butas adalah seb?~i berik~t Dasar perhitungan Kadar bitumen pada oarr""9uran 1. ± 7 ,CO % berat. Butas -10, kadar aspal 9 % - 11 %. Berat butas dalam oampuran = 7 % x 100 10 Kontrol = 70 Kadar mineral dalam oampuran = 93 % x 70 Butas -9, kadar aspal = 9 % x 70 Butas-11, kadar aspal =11% x 70 = = = 65,1 2. Butas _.13, %. 6,30 7 '70 % % % .................. . 12o 2. Butas -13, kadar aspal 11,5 ~ - 14,5 ~. :Berat butas dalam campuran = 7 ~ x .19Q = 53,85 13 Kontrol 1 %. Kadar mineral dal.am campuran = 87 ~ x 53,85 = 46,85 ~. Butas -11,5, kadar aspal dalam campuran = 11,5% X 53,85 =6,19% :Buta.a-14 1 5, ka.dar aspal dalam campuran = 14,5 ~X 53,85 =7,81% 3. :Butas -16, kada.r aspal 15 9b - 17 %. ·:Berat butaa dalam campuran = 7 % x 100 = 43,75 % T6 Kontrol 1 Kadar mineral dalam campuran = 84 % x 43,75 Butas -15, kad.ar aspa.l dalam campuran = = 36,15 % 15% X 43,75 = 6,56% Butas -17, kadar a.spal dalam campuran = 17% 4o X 43,75 = 7,44% :Butas -20, kadar a.spal 17, 50 % - 22, 50 % Berat buta.a dalam ca.mp6ran = 1 % x .!QQ. = 35 10 Kontrol 1 % Kadar mineral dalam campuran = 80 % x 35 • 28 Butas -17 1 5, kadar aspal d~am oampuran = 17,5" X 35 :Butaa -22,5, kad.ar aapal. da.lam campuran = % = 6,125 ~ 22,5% X 35 = 7,88% 5o :Butas -25 1 kad.ar aspal 23 % - 27 % :Berat butas· dalam campuran = 7 % x 100 • 28 " 25 Kontrol 1 Kadar mineral dalam campuran = 75 % x 28 %• 21,0 % :Butas -23, kadar aspal dalam campuran = 23 % X 28 • 6 144 ~ Butaa -27, ka.dar aapal. dalam campuran a • ?1 ~X 28 • 7,56% 6. :Butaa -30 ••••o• 13. 6. Butas -30, kadar aspal 27,5%- 32,5% Berat butas dalam campuxan = 7 % x .1QQ. = 23,33 % Kontrol 30 a % x 23,33 = 16,33 % Butas -27 ,5, kada.r aspal dalam campuxan = 27,5% X 23,33 = 6,41% Butas -32,5, kadar aspal dalam campuxa.n = 32,5% X 23,33 = 7,58% Berat mineral dalam campuran 7. = 70 % - 37 % Berat butas dalam oampuxan = 1 % x 1QQ. = 20 % 35 Kontrol 1 Butas -35, kadar aspal 33 = 65 % x 20 Butas -33, kadar aspal dalam campuran = %X 20 kada.r aspal daJ.am campuxan = Berat mineral dalam campuran 33 Butas -W, 37% %= 13 % =6 X 20 = t 6% 7,4 %. Dari hasil perhitungan diatas dengan kad.ar aspal pada puxan 7 % berat, c~ ternyata Butas -10 dan Butas -13 memberi- kan kadar mineral (filler) pada oampuxan lebih besar dari 40 %dan hal ini akan menyebabkan konstruksi menjadi tidak stabil {nilai flow besar). Oleh karena hal tersebut maka :Bu.tas -10 dan Butas -13 tidak dapat dipergunakan dalarn konstruksi pengaspalan dengan butas. (lihat lamp. 8a dan 8 b). 4o2o Flux Oil. Perbandingan bahan dalam oampuran butas menurut prosentase berat total campuran. Ha.sil percoba.an la.boratorium kada.r flux Oil optimal ada.lah 30 % dari kad.ar aspaJ. dalam cam - puran a.tau berkisar antara 1,8 % Sa.JI!Pai 2,4 ~ d.ari berat total campuran. 4.3. Agregate ••••• 4.3. Aggregate. Untuk menentukan toleransi gradasi agregat dalam puran terlebih dahulu harus diperhatikan : - c~ Spesifikasi gradasi campuran yang diikuti. Gradasi mineral butas yang telah ditentukan. Kadar bitumen dalam butas. Kadar bitumen dalam campuran. Spesifikasi gra.d.asi campuran diuraikan kembal:f. menurut g.radasi mineral Butas dan toleransi g.radasi agrega.t yflllg dicari Jadi untuk satu macam spesifikasi gradasi campuran akan diperoleh toleransi gradasi agregat sebagai berikut Kelas bui;as Kadar bitumen dalam camp. 7 % Spesifikasi A B -16 B -20 lamp iran lampiran B -25 lampiran B -30 lampiran 4.4. 7 7 7 7 a b c d Spesifikasi B lamp iran 11 lamp iran 11 lamp iran 11 lamp iran 11 Perbandingan •••••••••••••• 15. 4.4. Perbandingan Butas terhadap aggregate \mtuk mendapatkan kadar aspal 7 %. Kadar aspal terhadap berat 6 rata % sampai 8 %, 7 %). Kadar flux oil terhadap berat kadar aspal No.: 1. 2. 3. 4. 5. (rata- Klasifikasi Butas: Butas(%) Butas -16 Butas -20 -25 Butas -30 Butas -35 Butas 43,75 35,00 28,00 23,33 20,00 = 30% Agregate(%) Flux Oil(%): 56,25 65,00 72,00 76,67 80,00 1,81,81,81,81,8- 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 5. TEKNOLOGI PEMERIKSAAN CAMPURAN ••• 16. 5. TFXNOLOGI 5.1. P~;RIKSAAN CAMPURAN. Laboratorium. Pemeriksaan-pemeriksa an laboratorium yang perlu dilakukan daiam pelaksanaan konstruksi perkerasan dengan butas adalab sebagai berikut a. I emeriksaan kadar bitumen dalam butas dan gradasi mineral butas. Untuk mengetahui kadar bitumen dalam butas dila.kukan percobaan ekstraksi dan dll::mjutka.n pemeriksaan gradasi mineral. Kadar bitumen in1 gunanya "lmt-nk menentukan banyak butas dal::tm campuran sesuai kadar bi tu:1en dalam campuran yang di tentukan. b. ~·emeriksa.an a.nalisa saringan dari agregat. Hasil g.r•.dasi dari ag-regat kemu.dia.n digabung dengan gradasi m::.neral butas d:Jngan perbandingan sesuai kadar bi tu men dn.lam campuran. Gradasi mineral agregat sendiri di ten tukan berdasar gradasi mineral pade, umumnya. Hasil-hasil gabungan diperiksa apakah masuk dalam spesifikasi gradasi campuran atau tidak. Dari hasil-hasil gabungan yang memenuhi persyaratan spesifikasi gradasi dilakukan pemeriksaan-pemeriksaa .n lebih lanjut. c. Pemeriksaan density, stabilitas dan flow. Campuran-campuran agregat, butas dan flux oil setelah diperam &'dipadatkan dengan suatu daya pemadatan terte'ntu.pada cetakan-cetakan untuk percobaan Marshall. Kemudian dilakukan pemeriksaan density, stabili tas dan flov Dari hasil •••••••••• 6 •••••••••••• 11. Dari hasil pemeriksaan stabjlitas dan flow digambar grafik-grafik antara kadar bitumen dalam campuran terhadap stabili tas dan antara kadar bitumen campuran terhadap flow. dalam Kemudian ditentukan kadar bitumen dalam campuran yang optimum dan dihitung kembali perbandingan berat dan agregat ya:ng dipergunakan. 5.2. Lapangan. Methoda pemeriksaan lapangan dibagi dua : 1. Setelah peng~ilasan selesai, dilakukan pemeriksaan densj_ ty denga.n s<md cone. 2. Setelah konstruksi stabil pemeriksaan density dapat dilakuka l pengambUan contc·h dengan core drill yang selanjutnya diperiksa density, stability dan flow. Apabila yang diperlukan hanya pemeriksaan density , maka pengambilan contoh dilakukan dengan tegel. - eyr- Lampuan l. Grafik hubungun - I ll kadar bitumen butas dengan penetra si ( Tanpa penambahan CCL4 ) ant~ra 10 ~ a:: 1- 8 1&.1 z 1&.1 6 Q. -------.--~~------ --- --, - ~- .------------- 15 11 ------------KADAR I<eteran qan 20 BITUM EN 23 BUTAS Pengamb ilan bitumen butas denqan destila si uap 25 27 JO 34 35 Grafik hubungan antara penetrasi butas dan waktu pembebanan ( dengan variasi penambahan flux oil ) 30 - - - - - - --23' kadar bitumen+ 6, 7 gr flux oil 11 - - - - - - 23\ kadar bi t\Dilen + 811 gr ------27\ -----15\ 20 ----10 ---- -- 23•1.: 6. 7gr gt --.o.... -- -- -- -- -- --o-----------~ c/) ~ ...a: &&.1 z 11.1 a. o+------------------~---------------------+------------------~-1 2 HA R I (wak1u prmbebanan) - - - - - - - - - - 3 +6,7gr + 6, 7 gr " II No. Buta.s flux Wak.tu pe- Waktu pembebaa_ ~adukan aft (Jnenit) ' Berat H21.RGA P.t:NETRAS:I (DETIK} ~:..'::::as..,_; ---~c.rum k"·-·: 1 (d.etiX) l 12 10 90 - 160 2 14 10 300 M 5 ~ ~~~zf&,\ contoh WJ- (300 arl iHPa!i ~ 2 3 4 5 X X X X X 0,8 36 X X X X 0,5 3 480 5 31 X X X X 0,5 4 600 5 30 X X X X 0,5 140 5 X 6 600 5 25 X X X X 1 7 900 5 23 32 X X X 0,6 90- 300 5 X X 600 5 18 39 30 X X 1 5 8 15 16 9 9 9 IC!SIMPULAN t l. Penetrasi tidak hanya te%:gaatung pada - butas flux 2. Persentase butas UWt dar! 12 - 16\ harqa penetrasi mak1n keci1 3. Makin lama ---r padat. w~tu pembebanan, mak1n kec11 harga penetrasi ' <gr> {Dill) 542 100 T ~ntoh (11111) 37,5 vol BJI oor.to!1 gr/cc (II'IU) ·- 244,5 1,84 Lampiran 4. · Grafik hubungan antara penetrasi dengan kadar bitumen butas ( dengan varinsi penambahan CCL 4 ) tOO f I ·g tl (; r 20\ CCL4 - 3 0 \ CCL4 40\ CCL4 so - - - ~1\ CCL4 1/) c( a: 1- L&J z lt.l Q. oL-------~--~------~~----~-----------+---------t·-10 1s 11 23 27 34.3 40 KADAR BIT BUTAS Lampiran 5. Hasi1 Percobaan Crushing Strength dari Kubus Butas Code c.s B.J.Kubus butas gr/cc ton/cm2 A 1,6667 2,4 B 1,9130 1,925 I2 1,5185 1,35 I3 1,4306 2,90 III3 2,1528 7,45 III4 2,1852 6,40 I lis 1,7639 1,70 III3 1,5046 1,3 III4 1,4213 1,:1o 12 2,0185 3,70 I3 II 1 1,9352 2,30 1,5926 2,40 II2 1,8611 3,40 II3 1,6389 2,70 v2 1,6296 1,60 III 1,4537 1,30 Lampiran 6. Hasi l pemeriksaan Butas dari beberapa lokasi 1 No. Lokasi penimbWlan butas kadar (\) mineral bitumen kadar air Wama .Lo " Karangampel 9,65 90,68 - - 2. Srengsem A 18,72 81,28 - - 3. Srengsem B 23,90 21,90 - - 4. Benoa 26,12 73,88 3 % s. Cianjur 28 71 6. P.U. Jabar 34,30 65,70 i - co!dat ! ! - ·------- -··-----~ Ldmpira:-1 '"'· Perhitungan Penetapan Spesifikasi Agregat untuk Butas B 16 ( Spec. A ) I ~neral Spec A:. 1" - -i" 85 3/8" 56 # '" Pcoa Un tuk campur an 100 kg. Butas Ret Agregat . Ret Ret 0 100 - 100 15 78 29 - - - 22 29 - 22 60 - 60 45- 60 16 - .38 16 - 18 - 0 15.- 60 100 0 0 18 - - 47 96 4 1 '6 11 - 13 13 - 28 66 30 12,0 14 - 19 #50 9 - 20 47 19 7,6 4 - 8 =#200 4 - 8 18 29 11,6 5 - 12 0 - 6,6 18 7,2 8 0 - 3,2 4 38 -#a 27 =IF 30 4 - 18 I % :Beret butas % % Mineral Butaa • • 100 1b x 7 0 - 3,6 84 x 43,72 - 43,75 0 - 20 0 - 33 0 - 9 0 - 0 - 2 0 - 0 - 1, 6 0 0 - 1,2 0 - 0,4 - - o,a . % - 36,75% X 100 63 100 Mineral Butas terhadap campuran • 36,75 93 - 75 - 60% % 100 27 0 - 11,4 -2,0 0 7,0 -11,4 0 0,4 40 ~ B16 Spec. Pass 100% • 39,5 %• 15 3 2 1 .La.mp~ran Perhitun~~ Penetapan Spesifikasi agregat untuk Butas B 20. }4iu"'!ral Butas <' SJ:>OCo A ...,__ _ _.. 1" ·i" 3/~" IF 4 ~ I ~- 1oo as· - Untuk caaip. ---y-· I •Pa~s L~: 'tOO kg !!at. w , . . __ :"'• 100 o o 10 - ·to .u - o j 79 26 - 48 . - 100 31 - 69 43 •3 s,o- 11 ,a o- 10 o- a,2 o- 12 o- 2,3 o - 5,9 o ... s o - 3, 3 o - o - 4 ~e 66 30 9,0 #50 9- 20 47 19 5,7 4- a, 1 5 - 12 11 - 14- 19 -1 ,a a 4 - 22 ,. -1,1 • -3;1 5, 4 55 - 10 wo a - 30 o .. 10,2 13 - 18 1 1~ - 18 #30 < # 200 - --1--~:~--j-: ~a 1,2 29 ·~~~: I 18 - 4 1a s _. 29 - 96 a r---·~ . 22 47 • -~r 29 - 27 - 4 - -~ ~s - o a .# 200 ,_ o 100 . 56.- 76 ~a - 6' --~g:regat. 10. 8 0 - 11 - o - 26 2, 6 2' 6 -1,4 1 ~------+-----11----1----+---+--- 30 % ----+-------+-------+ -------70 % j B20 %Bernt butas • 35 % Untuk 7% Bit. Camp. 80 X 100 35 • 28 ~ (Mineral Butas) - Terhadap camp. ~; X 100% • 30,1% Lampiran 7c. Perhitungan Penetapan Spe8ifikasi Agregat untuk Butas B 25. Mineral Butas Spec. A Untuk ea.mp. % Pass Ret I .Agregat 100 kg. ---1 Ret Pasf."ing Ret Spec ! 100 1" ..Q.u 4 0 85 - 100 15 - 0 15 - 29 ... 22 2Q - '!J/8" 56 - 78 # 4 38 - 60 100 0 0 18 ,. # 8 27 - 47 96 4 0,9 # 30 13 - 28 66 30 6,9 #50 9 "' 20 47 19 4,4 1.~ 4 - 8 18 29 6,7 5 . 12 18 4t1 ·~ - 8 # 200-' '' k#200 1~ 100 I) .- 62 - 77 rit. ~. ~,2 33 - 55 4'!> - 71 1~ ,. 48 I! 100 18 - 18 15 - 37 11 - 13 10,1- 12,1 5 - 25 14 - 19 4,9- 12,1 0- 13 0- 17 ·~ 8 0 -1 '1 0 0 % 0 - 32 ;,6 0 - 9 0 - 11 5,3 0 - 4 0 .. 5 -0,4 -0,1 23 77 - 77 - 3,9 77 % I B25 %Berst Butas • 28 % Untuk 7% Bit. Camp. 75 X 28 93 X 100% • 22,58 % (l:.1ineral Butas) terhadap camp. Perhitungan Penetapan Spesifikaei Agregat untuk Butas Mineral .Butas -~ Spec. A Ret !Pass 1" _;:_n 4 100 # 4 38 - 60 100 # 8 27 - 47 96 # 30 13 - 28 66 < ., ':il ?()C Ret I Spec. -- 100 '12t4 - 82,4 ' 2~-: ... 22 .29#0- 2~,0 38,4 - ?2,0 47 - 75 18 - 18,0 18,0 - 18,0 20,4 - 42,4 25 - 51 4 0,7 11 - 13 10,3 - ~2,3 10,1 - 30,1 '12 - ~() - 5,3 1-~- - 19 8,7 - 13,7 1,4- 16,.4 0,7 .. 4,7 0,7 v 0 - ~ 3,3 1 8 8 18 29 5' 1 ~ - 12 0 • 6, 9 -0,1 - 11,7 4,8 ,, 37 - 20 1 - 14 c. (' - 6 ---18 z t ,.' " ' - 8 ) ; L.. I r I I ,. :Butas 00 - L30 Butaa C,8 - 4,8 X terhadep cempuran 0,7 i - -~·· 17,56 82,114 - -- 1 ~~ - 2 3, 3~-.: 'j'o,-/ • 70 X 23,33 100 %Mineral I 0 19 %Mineral 62 7 4 0 47 4 - 8? ., 100 8714 - - B;o rassi."'f~ 15 - 0 9 - 20 : #2CO I 0 15 - 0 I 78 50 -- -··- &s - 100 56 - i Agregat 0 3/8 11 I I untuk: ~amp. 100 kg Ret B 30. • 16,33 % • 1§r33 X 100% • 17,56% 1I Lampiran. ea. Hasil PeJ:·hitungan Penetrasi Spesifikasi untuk Butas Lvloe ~- Sarin can 1" f " l ..., "t ;--T_ r-~;p:~: I 100 A~cgot n,G . untul 7 % B 16, B 20, B 25, dan B 30. kadar aspal. I - ~20 l~B25 __ 1no I - 100 10J _j__ 1 B30 100 i 85 - 100 75 - 100 79 - 100 81 - 100 78 27 - 63 37 - 69 43 - 71 47 - #4 38- 60 0 - 33 11 - 43 19 - 48 25 - 51 7~ 8 27 - 0 - 15 0 - 26 6 - 32 12 - .31 /=30 13 3 0 - 12 0 - 17 2 - 20 3/B• 56 - 47 - 28 0 - 82 - 100 I 13 I. #50 9- ~J 0 - 2 0 - 8 0 - 11 1 - 14 #200 4 - 8 0 - 1 0 - 4 0 - 5 0 - 6 Lampiran 8b. Hasil Perhitungan Penetapan Spesifikasi untuk Butas gabungan. Aggregate untuk Spec. A 1" ~" 4t cs - 3/8 11 56 B16 3 20 R25 B30 100 100 \ 100 100 -- 100 7 %kadar aspal B2c/B25 .. -· 100 75 - 100 79 - 100 81 - 100 ~- 100 82 - 100 1 f!l - 100 ~- 78 27 - 63 37 - 69 43 - 71 47 - 13 t-3 - 69 1¢4 38 - 60 0- 33 11 - 43 19 - 48 25 .. )1 19 - #a 27 - 47 0 - "!5 0 - 26 6 - 32 12 - 31 # 30 13 - 28 0 - 3 0 - 12 'v 17 2 - ., 50 9 - 20 0 - 2 0 - 8 0 - 11 #200 4 - 8 0 - 1 0 - 4 0 - .. - • 5 ., B20/ '!:! 25/.830 I B1dB20 1CO- 100 I - 82 - 100 J 79 - 150 I 4'7 - 69 37 - 63 43 25 - 43 11 - 33 6- 26 12 - 26 0 - 15 20 0 - 12 2 - 12 0 - - 1 - 14 0 - 8 1 - 8 0 - 0 - 6 2 i 0 - 4 0 - 4 - . 0- J Lampiran 9a. JUMLAH PROSEN LOLOS 0 -:1'1 (\) 0 ( !t. ) 0 co <V) 0 N 0 ...... 0 ., .. w 2~" 2" !;a," 1" \" ~ . \'' _, No 3 ~ No 4 ~ ...... !:-' < ~· '" - -r- -c·t-- - - -+--+-. · -1-- -- ---+· No 8 NolO Nol2 -- l Nol6 No20 , 1---+----t~ ---T- --. - - -·~·- -~· - I - -·- +- -+ - I I -- --- ···t No30 No40 l'Jo50 NoBO NolOO 1--+---+---+ No200 ~-~--- 0 0 r-1 l,t.O l, 1 q 0,84 . l Lampiran 9b JUMLAH PROSEN LOLOS 0 CJ'I 0 co 0 r-- ( % ) 0 •-I 0 2a," 2" 1~" 1" \" ~" f-1 ~ j$ n '-' ~ ~ No 3 tt:; H f-1 No 4 ~ ~ H ,_, ~· j.lf :.::: H ~ 0 I No 8 NolO Nol2 1,60 Nol6 1, J 9 No20 0,84 :::, 3o :2, Ol1 No?O 0,59 No40 0,4:2 "("• . ~ ot. 0 rf"fM <QQ)~ I I No 50 .<a+-.l!~ll.l. ,) 1 ~'. 7 ~) ; I No80 o, 177 No100 1---+-+---+ U,l·J91 I No200 .. N0270 1I • I -tI• II .. .--f---- I ~- -+--f---1__,~~ 1 ~ ' 0 0 ,...; I I i. :I I: .I I• ii ·... . Lampiran 9c. JUMLAH .'' 'lOSEN LOLOS 0 0'1 3" l" \-" No20 No30 No40 No 50 No80 0 co 0 :-- ( \ ) 0 I") -' N 0 Perhitungan Penetapan Spestfikasi Agn~:r=,t u..'"ltuk B11tas B 16 ( Spec B ) • - --. ... ....... ~~ . _.-: , .~~:n Mineral Butas " " Pass. Ret Ret. ·~~--.:.:-.:; i" 100 l .Agregat Spec •..P: -~~ .. ·4<>"'""·-·· .. - Ret Pass. Passing .. T.r--..arc.c:--....Yr." 0 60 - 60 0 I I 100 i I I a,o -;je•• 74 - 92 4 48 - 70 100 0 0 26 .. 22 26,0 - 22,0 8 33 - 53 96 4 1,6 15 .. 17 8,0 - 15,4 30 15 - 30 66 30 12,0 18 - 23 0 50 10 - 20 47 19 7,6 5 - 10 200 4- 9 18 29 11,6 26 C' 6- 8 11 26,0 - -5,4 0 -2,6 0 ~ ~~;;:; 7,2 18 200 4- 9 8 - 30 13 ., 50 0 - 14,6 3,6 0 - 6 - 0- 1,8 0 - 3 0 - 3 15 8 (' -0,6 - 0 - 1,8 1,8 60,& 40" B16 100 " Butas • 1b x ~Mineral BUtas • f" % • 43,75 ~ 84 x 43,75 • 36,75 ~. 100 " Jlineral Butas terhadap campur.:.r.. • _,6,75 y, X 100" 0- 24 0- v -9,2 57 .. 87 - 11,0 ~· _...~-"C----- 34 - 52 ., 39,5 " 40" ' La.mp.i.xan lOb. p,,::.2·~c_.~)w1 Perhitur.gan Sp(.Osifikasi Agrec;:r".-c untuk Butas B 2C (Spec B) -~-- :Mi:t.o?:~:·e.l Spoc. Ji ---T ~ Pe.os i" ' Bn tas .Agregat % Ret Ret 100 74 3/GH c 0 92 48 ... 70 4 R.;;t 100 0 0 0 e 26- .8 26 - 26 - 22 26 - 22 -- ~r Passing ..,. _ _ _.....:.,.~· -'--·.JI---- 70 -P:•• - ing -~ :1--"""21.~~ 100 41 - 62 63 - 88 18 "" 40. > 26 - 57 8 33 - 53 96 4 1,2 15 - 17 13,8- 15,8 30 15 - 30 66 30 9,0 18 - 23 4,2- 14 50 10 - 20 47 19 5,.1 5 - 10 4,3 -0,7 0 - 5,9 0 - 18 29 8,7 6 --1-1 0 -2,7 0- 3,6 0- 5 ~ 200 4- 9 0 - 2,3 4,2- 24,.2 6 - 35 0 .. 10,2 0 - 15 8 ' ~ 200 5.4 18 4- - .9 0 -1,4 - 3s6 70% 30 " ~ B20 ~ Butas 7b - ~ ;x 7 % - 35,0 % )(ineral Butas %J4ineral • 80 x 35 ,O 100 • 26,0 Butas terhadap campuran % • 28,0 93 x 100% • 30, f ~. .u~"'.!:'~ran Perhitungan Penetapan Spesifikasi Agreg~t B % ... .. .ittt Ret Ret Ret Passing 0 100 3/8" 74 - 92 4 48 - 70 100 8 33 - 53 96 30 15 - 30 50 200 Agregat " Pass 100 77 26 - 8 26 - 8 51 - 69 86 - 90 0 0 26 - 22 26 - 22 25 - 47 32 - 61 4 0,9 15 - 17 14,1- 16,1 10,9- ;0,9 14 - 40 66 30 6,9 18 - 23 10,9- 16,1 0 10 - 20 47 19 4,4 5 - 10 - 5,6 0 9 18 29 6,7 6 .. 11 4,4 0 4- . 20C I 18 4,1 4 - 0 ..o,2 0 -018 0 -0,1 9 .. - - 14,8 - 9,2 - 4,8 4,9 77 '/o 23% - " Butas %:Mineral %J.U,neral Butas • 100 4 • 1,2 x7% X 100 28 BUtas Terbadap ca.mpuran "· "· • 28,0 • 21,0 ~ • 21 10 93 - X 100 %• 0 .. 19 0 - 12 0 - 6 I ... .~. B25 c. untuk Butas B 25. Mineral :Sutas Spec. .l.U 22,6. ~~ 23,0 -- .· Lampiran lOd. Perhitungan Penetapan Spesifikasi Agregat untuk Butas B 30. s c .:wcm:: wr • . Mineral Butas Spe;). " B " Pass 100 i·" ;jsn Ret I. ,Agregat IJ Ret I Passing 0 0 74 - 92 Ret 100 82,5 26 ... 8 26- 8 56- 74 68 - 90 4 48 - 70 100 0 0 26- 22 26 -·22 30 - 66 31 - a 33 - 53 96 4 0,1 15 - 17 14,8- Hi,} 16- 50 19 - 44 30 15 - 30 66 30 5,3 18 - 23 12,7 - 17,7 3,1- 32 50 20 - 10 47 19 3,3 5 - 10 21,7 - 6,7 1,5- 26 200 4- 9 18 29 5,1 6 - 11. 0,9 - 5,9 0,7 -17 18 3,2 4- 9 0,8 - 5,8 200 " • B30 I 'fo Butas %:Mineral 17,5'fo . " • J.i>.9_ 30 Bu"iias • 70 X X 7~ 23aJ 100 "Mineral Butaa t3rhadap campuran • 16,3 93 - 23,3 %· • 16,3 " x 100% • 17,5 "• 4 - I ~ L 64 22 .-..- :L·· ~ 1 - 7: i I I Lampil.·a.'1 ll.a Hasil Perhitungan Penetapan Spesifikasi Gradasi Agreg-at un·cuk 3utas B 16, B 20, B 25, dan B 30 Loloa saringan Spec. ll Agreg~t untuk 7 %kadar aapal - B16 B20 B25 B30 100 100 -ill 100 100 3/8" 74 - 92 57 - 87 63 - 88 66 - 90 68 - 90 4 48 ... 10 13 ... 50 26 - 57 32 - 61 37 8 33 - 53 0 - 24 6 - 35 14 - 40 19 - 30 15 - 30 0 - 6 0 - i5 0 - 1? 4 - 22. 50 10 - 20 0 - 3 0- 8 0 - 12 2 -:14"1 200 4- 9 0 - ' 0 - 6 0 - 6 ~-_:__ ,_, 100 .·--~~~ - Spe.3ifU:nsi Aggregate un~ ); jenis 01.1tas pada kaaa:r aspal 7 %. ~ _,64 •. 44' Lampiran llb. Hasi1 Perhitungan Penetapan Spesifikasi Gradas{Agregat untuk Butas Agregat untuk 7 % Bitumen Lewat su:ingan Spec.B. B20/B25/B30 B16/B20 B 16 B 20 B 25 B30 B 20/B 25 100 100 100 100 100 ~00 100 3/4" 100 3/8" 74 - 92 57 - 87 63 - 88 66 - 90 68 - 90 66 - 88 68 - 88 63 - 87 48 - 70 13 - 50 26 - 57 32 - 61 37 - 64 32 - 57 37 - 57 26 - 33 - 53 0 - 24 6 - 35 14 - 40 19 - 44 14 - 35 19 - 35 15 - 30 . 0- 6 0 - 15 0 - 19 4 - 22 0 - 15 4 - 15 0 - 6 so 10 - 20 0 - 3 0 - 8 0 - 12 2 - 14 0 - 8 2 - 8 0 - 3 # 200 4 - 9 0 - 3 0 - 6 0 - 6 1 - 7 0 - 6 1 - 6 0 - 3 *4 # 8 * 30 # so 6 - 24 OtREKTORAT J£NDE:RAL BINA MARGA Dl."lKTORAT PENYELIOIKAN MASAl.AH TANAH DAN J/~LAN Not.,or •..•••••.•••••• , .•••••. ••·•••• •••.•••..••.• " ··t •.•••••••..•••.• ORAFtK r ! : ~ Lampiran 12a. .........•.... , ........................... . PEMB.~t;tAN RUTtR 8N•·\\~~ Mtr\'EAAL (SBM ........................................ ) i 1'' ' •. ,. •• ,,'ii .•I :t 0 10 Jumteh tut&han (~I ....;....--:B20 L ·~·· •.. ----B25 --' Lampiran 12b DIREKTORAT JENDERAL BINA MARG,O. DI,IIIEICTOAAT PENVELIOII<AN MA.IALAH TANAH DAN JALAN ...................................... '. ........................... ..........,.........................................,............ ····· Ollu:·•J•It<~n ' ~- OlpwlkM (S'~ '.............................................. ) H~O . I '" 1- 2" ~t , .. c ~ ~~ .. e~t- • •. ~ ,... ·- c"' II z • • ~~~ v /~ v~~ II I I ~, ~2.7 I <UI r-...... r-.. ~~ -, •c 1-20 •c • 1- .• ·~v -:,....- ~ ~ ~ \ \ [\ •D ~ ' :z.co -r ~~ ~ ;:::;: ~ ~ _U \· \ '\ ~~ ·~ ~ ~~ \ '\ I~ V; 1... [\ ' \ 1-10 ~10 ·~ \ 1.10 .._, 0 •...., o..oaao ~h o.a, 0.211'1 ~ 0.171 \'' fk ~ . ~ lt( I~fi c z ~ ~lOr' O.n?.oa . No 0 tD 20 • .. .... , - · -·-820 ------B~~ 70 4fl Jumlltl ttrt6ttM ltRTIRAN8AN : J_ ,. l% V:: .A C'161 10 10 i I 1.11 \'l -~ ~ . 1- 100 ~~ ~ \ - ~- 2.~ r;.:: ~ 1\ . I ~ \ \ . ~ r::; '";:- \ .... .. I \ 'I\ ' I I ! I ._\. j\ 1-tl . ••c - l· ?; ~ ~ " ~ ~-. !"-. ~~ ~ ~ % ~ ~ ~' -'I' X: r=< v ~ 1-12 =-I 4.7. r~~ ~ ~ 'K ' I r-...... r--.. ...... ' ':':1, 1.12 - ~ ~ "'" D • "·' l I ~ ~ ~~ .. ~ t:-::::: .... •• .. I 2&..t I ~ ~~ t-8 ... tt,m ~ ' • c j • .1 ~'~~~~~ ~ r; ~ ~ ;::;: r--. ~~ ~ ~ ~ ~ ~ ....... t--.. 1-.t c 1 •. '" I I _j •::J 1- 3 • • • . i I IJ 51". • . I I I -~~0 10.8 l 1-. 1H'!J PI~ ·~~ j'"" -81') 100 I Lampiran 12c. OtREKTORAT JENDERAL Ol.'tEI{TOAAT PENYELIOIKAN MASAl.AH TANAH DAN JALAN o I oo·o •• • • •• • I •"~ '''"''"#' oe ooo o 1 oo •• . •• o ,o •• ' ' • · •, • •••, ~· •-• o., • , o .. .......... ,.............. ' ......................... .. ......... .. No"'or '':' ' ·~· Qll..,f~il<llll ' ............................... p ...... . Olp...-li<~e GaAFIK P£MBAGtAM BUTUt BAHAN MtN~RAL (SSM ............. a .............................. ) r mm l I' I' i I J .. I • •• • ~ I i i 9.12 1.3!1 •• 1& I I ! ' I 2 •• ,,00 l ! I 1.10 ii 'l • I :1 . 0 JumiMI tnrteh'lfl KITI .. ANGAN I Bl6 L••••••• - - - - 8 2o l"-1 • 691