BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Manajemen Keuangan
1.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Menurut Sutrisno (2007), pengertian manajemen keuangan adalah semua
aktivitas keuangan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan
dana perusahaan dengan biaya murah serta usaha untuk menggunakan dan
mengalokasikan dana teresebut secara efisien. Sedangkan Sartono (2008)
berpendapat bahwa pengertian manajemen keuangan adalah manajemen
dana yang baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai
bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk
pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien. Manajemen
Keuangan diartikan lebih luas lagi oleh Kasmir (2010) yaitu segala aktivitas
yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva
dengan beberapa tujuan menyeluruh.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen
keuangan adalah keseluruhan aktiva perusahaan yang berkaitan dengan
pengelolaan dana secara optimal untuk digunakan dalam membiayai segala
aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, kemudian menggunakan atau
mengalokasikan dana tersebut guna mencapai tujuan yang diharapkan.
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
1.2 Fungsi Manajemen Keuangan
Menurut Hartono dan Harjito (2005) Manajemen Keuangan memiliki
tiga fungsi utama yaitu:
a. Keputusan Investasi (Investment Decision)
Investasi
diartikan
sebagai
penanaman
modal
perusahaan.
Penanaman modal dapat dilakukan pada aktiva riil maupun aktiva
financial. Aktiva riil merupakan aktiva yang bersifat fisik, misalnya
persediaan barang, gedung, tanah dan bangunan. Sedangkan aktiva
financial berupa surat-surat berharga seperti saham dan obligasi.
Aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan akan digunakan dalam
operasinya
untuk
mencapai
tujuan
perusahaan.
Kemampuan
perusahaan mengelola aktiva tersebut sangat menentukan kemampuan
perusahaan
memperoleh
laba
yang
diinginkan.
Pengambilan
keputusan yang keliru dalam investasi aktiva tersebut berakibat
terganggunya pencapaian tujuan perusahaan.
Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa
yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi ini
merupakan keputusan yang paling penting karena berpengaruh secara
langsung terhadap besarnya Return On Invesment (ROI) dan aliran kas
perusahaan untuk waktu-waktu yang akan datang. ROI merupakan
kemampuan perusahaan memperoleh laba yang dihasilkan dari suatu
investasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
b. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)
Keputusan pendanaan menitik beratkan pada dua hal. Pertama,
keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk
membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk
membiayai investasi tersebut dapat berupa utang jangka pendek, utang
jangka panjang dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang
perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut dengan
struktur modal optimum. Karena itu perlu ditetapkan apakah
perusahaan akan menggunakan sumber dana eksternal yang berasal
dari utang dengan menerbitkan saham baru sehingga beban biaya
modal yang ditanggung perusahaan akan lebih minimal.
c. Keputusan Pengelolaan Aset (Asset Management Decision)
Manajer keuangan bersama manajer laninya dalam suatu
perusahaan bertanggungjawab terhadap berbagai tingkatan operasi
dari aset-aset yang ada. Pengalokasian dana yang digunakan untuk
pengadaan dan pembatasan asset menjadi tanggung jawab manajer
keuangan. Tanggungjawab tersebut menutut manajer keuangan untuk
lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva tetap.
2. Kajian Teoritis
2.1 Lembaga Pembiayaan
2.1.1 Pengertian Lembaga Pembiayaan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Lembaga Pembiayaan menjelaskan bahwa Lembaga Pembiayaan adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana atau barang modal (pasal 1, ayat 1).
2.1.2 Klasifikasi Lembaga Pembiayaan
Peraturan tersebut juga membagi Lembaga Pembiayaan menjadi tiga
kategori, yaitu:
a. Perusahaan Pembiayaan;
b. Perusahaan Modal Ventura;
c. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur (pasal 2).
Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk
melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen,
dan/atau usaha kartu kredit. (pasal 1, ayat 2). Kegiatan usaha perusahaan
pembiayaan meliputi:
a. Sewa guna usaha;
b. Anjak piutang; usaha kartu kredit; dan/atau;
c. Pembiayaan konsumen (Pasal 3).
Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan
usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu
perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (investee company) untuk
jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui
pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian
atas hasil usaha. (Pasal 1, ayat 3). Kegiatan usaha perusahaan modal ventura
meliputi:
a. Penyertaan saham (equity participation);
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
b. Penyertaan melalui pembelian obligasi konversi (quasi equity
participation); dan/atau;
c. Pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha (profit/ revenue
sharing) (Pasal 4).
Perusahaan Pembiayaan infrastruktur adalah badan usaha yang didirikan
khusus untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada
proyek infrastruktur (pasal 1, ayat 4).
Kegiatan usaha perusahaan
pembiayaan infrastruktur meliputi:
a. Pemberian pinjaman langsung (direct lending) untuk pembiayaan
infrastruktur;
b. Refinancing atas infrastruktur yang telah dibiayai pihak lain;
dan/atau
c. Pemberian
pinjaman
subordinasi
(subordinated
loans)
yang
berkaitan dengan pembiayaan infrastruktur.
Untuk mendukung kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
perusahaan pembiayaan infrastruktur dapat pula melakukan:
a. Pemberian dukungan
kredit (credit enhancement), termasuk
penjaminan untuk pembiayaan infrastruktur;
b. Pemberian jasa konsultasi (advisory services);
c. Penyertaan modal (equity investmen);
d. Upaya mencarikan swap market yang berkaitan dengan pembiayaan
infrastruktur; dan/atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
e. Kegiatan atau pemberian fasilitas lain yang terkait dengan
pembiayaan infrastruktur setelah memperoleh persetujuan dari
Menteri. (Pasal 5).
2.2 Risiko
2.2.1 Pengertian Risiko
Risiko adalah peluang akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak
menguntungkan (Brigham, 2014). Sedangkan menurut Global Association
of Risk Professionals-GARP (2008) bahwa risiko adalah situasi dimana hasil
negatif dapat terjadi dan besar kecilnya kemungkinan terjadinya hasil
tersebut dapat diperkirakan.
Risiko selalu diartikan sebagai ketidakpastian, yang menimbulkan baik
masalah maupun kesempatan dalam hidup manusia. Setiap pekerjaan pasti
menghadapi dan berurusan dengan risiko. Risiko berhubungan dengan
potensi kerugian. Jika kerugian tersebut sering terjadi maka hal tersebut
dapat diantisipasi namun bila tidak dapat diduga terjadinya, maka hal
tersebut dapat menjadi masalah yang memerlukan perhatian lebih lanjut
sehingga apabila terjadi kerugian yang ditimbulkan dapat diminimalisir
(Trieschmann, 2005).
2.2.2 Jenis-jenis Risiko
Risiko bisa dikelompokkan ke dalam dua tipe yaitu:

Risiko murni (pure risk) adalah risiko dimana kemungkinan kerugian
ada, tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Beberapa contoh risiko
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
ini
adalah
risiko
kecelakaan,
kebakaran,
bencana
alam
dan
semacamnya.

Risiko spekulatif adalah risiko dimana kita mengharapkan terjadinya
kerugian dan juga keuntungan. Contoh tipe risiko ini adalah usaha
bisnis (Hanafi, 2012).
Dalam dunia usaha bisnis risiko spekulatif dapat dikelompokkan lagi
dalam empat hal sebagai berikut:

Risiko pasar, yaitu risiko yang terjadi dari pergerakan harga atau
volatilitas harga pasar.

Risiko kredit, yaitu risiko karena counter party gagal memenuhi
kewajibannya kepada perusahaan.

Risiko likuiditas, yaitu risiko tidak bisa memenuhi kebutuhan kas,
risiko tidak bisa menjual dengan cepat karena ketidaklikuidan atau
gangguan pasar.

Risiko operasional, yaitu risiko kegiatan operasional tidak berjalan
lancar dan mengakibatkan kerugian: kegagalan sistem, human error,
pengendalian dan prosedur yang kurang (Hanafi, 2012).
2.2.3 Pengertian Manajemen Risiko
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 142/PMK.010/2009 menjelaskan
bahwa manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang
digunakan
untuk
mengendalikan
mengidentifikasi,
risiko
mengukur,
memantau,
dan
yang timbul dari kegiatan usaha. Ghosh (2012)
berpendapat bahwa manajemen risiko adalah serangkaian keputusan bisnis
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
berdasarkan
kebijakan
dan
strategi
bisnis
yang
sesuai
untuk
mengoptimalkan risk-adjusted returns on assets. Proses ini bukan untuk
menghindari risiko tetapi untuk menangani risiko dan meminimalkan
dampaknya. Sedangkan menurut Pickett (2005) risk management is a
dinamyc process for taking all reasonable steps to find out and deal with
risks that impact our objectives.
Jika dilihat dari definisi manajemen risiko sendiri, berarti sasaran
manajemen risiko harus konsisten dengan
tujuan
umum
perusahaan.
Menurut Mehr dan Hedges dikutip Darmawi (2006) dijelaskan bahwa:
Tujuan umum perusahaan adalah profit atau layanan yang efisien, good
citizenship, dan kepuasan pribadi. Sasaran atau tujuan manajemen risiko
yang dianggap konsisten dengan tujuan umum perusahaan dibagi
menjadi dua yaitu, sasaran yang akan dicapai sesudah terjadinya suatu
kerugian (Post-loss Objectives) dan sasaran yang harus dicapai sebelum
terjadinya kerugian (Pre-loss Objectives).
2.2.4 Sasaran dan Proses Manajemen Risiko
Sasaran manajemen risiko dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Post-loss objectives

Survival

Kelanjutan operasi perusahaan

Stabilitas laba

Pertumbuhan

Good citizenship dan tanggapan baik dari publik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
b. Pre-loss objectives

Ekonomi

Pencegahan ketegangan syaraf dan kesusahan

Good citizenship dan tanggapan baik dari publik
Selanjutnya menurut Brink (2001), proses manajemen risiko yang efektif
terdiri dari enam tahap sebagai berikut:
1. Identifikasi risiko
2. Analisis risiko
3. Penilaian risiko
4. Tindakan atas risiko
5. Monitoring dan review
6. Komunikasi dan konsultasi
2.2.4 Pentingnya Penerapan Manajemen Risiko Bisnis pada Perusahaan
Pembiayaan
Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.05/2015 tentang
Penerapan Manajemen Risiko Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank,
penerapan manajemen risiko bisnis penting bagi perusahaan pembiayaan
karena menimbang bahwa kondisi eksternal dan internal lembaga jasa
keuangan non-bank dapat mempengaruhi perkembangan kegiatan usaha
lembaga jasa keuangan non-bank dan meningkatkan kompleksitas tingkat
risiko yang dihadapi oleh lembaga jasa keuangan non-bank tersebut dan
bahwa semakin kompleksnya risiko perlu diimbangi dengan penerapan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
manajemen risiko yang meliputi identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko.
2.3. Rasio Keuangan
2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan
Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi
berbagai pihak (stakeholders) seperti investor, kreditur, analis, konsultan
keuangan, pialang, pemerintah dan pihak manajemen sendiri. Salah satu
pengukuran kinerja keuangan suatu perusahaan adalah dengan melakukan
analisis pada laporan keuangannya. Analisis pada laporan keuangan
biasanya disebut dengan analisis rasio keuangan.
Menurut Van Horne (2009) rasio keuangan adalah sebuah indeks yang
menghubungkan dua angka akuntansi dan di dapat dengan membagi satu
angka dengan angka lainnya. Sedangkan Nafirin (2009) menyatakan bahwa
rasio keuangan/financial ratio adalah rasio yang membandingkan secara
vertikal maupun horizontal dari pos yang terdapat dalam laporan keuangan
yang dapat dinyatakan dalam persentase, kali, dan absolut. Sedangkan,
Harahap (2008) menjelaskan rasio keuangan merupakan angka yang
diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan
akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.
Kasmir (2014) menjelaskan rasio keuangan merupakan kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan
cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat
dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
keuangan atau antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan.
Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam
satu periode maupun beberapa periode. Tujuan analisis laporan keuangan
menurut
Pratowo
dan
Rifka
(2010)
adalah
untuk
mengurangi
ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan
intuisi, mengurangi dan mempersempit lingkup ketidak pastiaan yang tidak
bisa dielakan dalam proses pengambilan keputusan.
2.3.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Riyanto (2010) menyatakan umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam
4 (empat) tipe dasar yaitu:
1. Rasio
likuiditas,
adalah rasio
yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya.
Ukuran ratio likuiditas terdiri dari: current ratio, quick ratio atau
acid test ratio dan cash ratio.
2. Rasio leverage atau rasio solvabilitas, adalah rasio yang mengukur
seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang. Ada lima rasio
leverege yaitu: total debt to total asset ratio, debt to equity ratio,
time interest earned ratio, fixed charge coverage ratio dan debt
service ratio.
3. Rasio aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif
perusahaan menggunakan sumber dananya. Berikut adalah beberapa
alat ukur rasio aktivitas yaitu: rasio perputaran persediaan, rasio
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
perputaran piutang, rasio perputaran aktiva dan rasio perputaran
aktiva tetap.
4. Rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas, adalah rasio yang
mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.
Beberapa indikator dari rasio profitabilitas adalah profit margin,
return on asset, return on equity, return on investment dan earning
per share.
2.3.3 Rasio Keuangan untuk Mengukur Penerapan Risiko dan Profitabilitas
a) OE/BOPO (Operating Efficiency/Biaya Operasional/Pendapatan
Operasional) Menurut Veithzal et al (2007) BOPO adalah
perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin kecil rasio
BOPO berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan
oleh bank yang bersangkutan, dan setiap peningkatan pendapatan
operasi akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak
yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas
(ROA) bank yang bersangkutan (Lukman, 2005). Selain pada
Bank BOPO juga digunakan pada perusahaan pembiayan untuk
mengukur penerapan manajemen risiko operasional dan efisiensi
operasional dari perusahaan pembiayaan. Berikut adalah rumus
perhitungan BOPO:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
b) LAR/FAR (Loan/Financing to Assets Ratio) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan
jumlah harta yang dimiliki bank (Kasmir, 2014). Loan to assets
ratio mempunyai pengaruh yang positif terhadap pembiayaan
bank. Semakin tinggi rasio ini maka tingkat performa perkreditan
semakin baik karena semakin besar komponen pinjaman yang
diberikan dalam struktur total aktivanya. Loan to asset ratio pada
bank syariah dan perusahaan pembiayaan disebut dengan
financing to asset ratio. Berikut adalah rumus dari financing to
asset ratio (FAR):
c) NPL/NPF (Non-Performing Loan/Financing). Menurut Kamus
Bank Indonesia, Non-Performing Loan (NPL) atau NonPerforming Financing (NPF) adalah kredit bermasalah yang
terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan
macet. Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan
NPF untuk bank syariah dan perusahaan pembiayaan. Menurut
Kasmir (2009) NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk
mengukur risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan
membandingkan kredit macet dengan jumlah kredit yang
disalurkan. Semakin tinggi NPL maka semakin kecil pula
perubahan labanya. Hal ini dikarenakan pendapatan yang diterima
bank akan berkurang dan biaya untuk pencadangan penghapusan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
piutang akan bertambah yang mengakibatkan laba menjadi
menurun atau rugi menjadi naik. Rumus perhitungan NPF adalah
sebagai berikut:
d) Return on Asset (ROA). Menurut Mardiyanto (2009) ROA adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi.
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007) ROA adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari
penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini
maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh
keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya
tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik
perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati
oleh investor, karena tingkat pengembalian atau deviden akan
semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada harga saham
dari perusahaan tersebut di pasar modal yang akan semakin
meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007) angka ROA
dapat dikatakan baik apabila > 2%.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
3. Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Operasional (BOPO),
Penerapan Manajemen Risiko Likuiditas (FAR/LAR) dan Penerapan
Manajemen Risiko Kredit (NPF/NPL) terhadap Profitabilitas (ROA).
Hubungan antara BOPO terhadap ROA dapat dilihat pada penelitian
terdahulu sebagai berikut:
a. Pada jurnal dengan judul Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR),
Likuiditas
dan
Efisiensi
Operasional
Terhadap
Profitabilitas
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI, Defri (2012) menguji
apakah BOPO berpengaruh terhadap ROA. Dengan metode analisis
regresi berganda menghasilkan nilai t hitung sebesar -2,897 dengan
nilai signifikan sebesar 0,005 (<0,05). Ini berarti BOPO memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA sehingga jika BOPO
meningkat (efisiensi menurun), maka Return On Asset (ROA) yang
diperoleh bank akan menurun.
b. Pada jurnal internasionalnya, Banking Profitability: How does the
Credit Risk and Operational Efficiency Effect?, Herry Achmad
Buchory (2015) menyatakan bahwa risiko kredit yang diproxykan oleh
NPL berpengaruh positif dan signifikan pada ROA. Sedangkan risiko
operasional yang diproxykan oleh BOPO memiliki pengaruh negatif
signifikan pada ROA. Metode penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi berganda.
Hubungan antara LAR/FAR terhadap ROA dapat dilihat pada penelitian
terdahulu sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
a. Sanger et al (2016) meneliti Pengaruh Posisi Likuiditas Terhadap
Profitabilitas Bank BUMN yang Go-Public (Periode 2011-2014).
Variabel yang digunakan adalah ROA, LAR dan LDR. Dengan
menggunakan metode analisis regresi linear menghasilkan bahwa
secara simultan LAR dan LDR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA. Sedangkan secara parsial LAR berpengaruh positif
tetapi tidak signifikan terhadap ROA dan LDR berpengaruh negatif
tetapi signifikan pada ROA. Namun, penelitian yang dilakukan oleh
Susanthi (2010), Pengaruh Loan to Deposit ratio, Capital Adequacy
Ratio, dan Leverage Management terhadap Profitabilitas pada PT
Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Pusat Denpasar menemukan
Loan to Asset Ratio berpegaruh positif signifikan terhadap
profitabilitas.
b. Dewi (2015) meneliti tentang Pengaruh LDR, LAR, DER dan CR
Terhadap ROA. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan
eksplanatif yang teruji tentang pengaruh LDR, LAR, DER, CR
terhadap ROA Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Dengan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara simultan LDR, LAR, DER dan CR
berpengaruh terhadap ROA, secara parsial LDR berpengaruh positif
dan signifikan terhadap ROA, secara parsial LAR berpengaruh positif
dan signifikan terhadap ROA, secara parsial DER berpengaruh negatif
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
dan signifikan terhadap ROA, dan secara parsial CR pengaruh negatif
dan signifikan terhadap ROA.
Hubungan antara NPL/NPF terhadap ROA dapat dilihat pada penelitian
terdahulu sebagai berikut:
a. Capriani dan Dana (2016) pada jurnalnya Pengaruh Risiko Kredit,
Risiko Operasional dan Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas BPR
di Kota Denpasar, dengan analisis data regresi liniear berganda
menghasilkan risiko kredit (NPL) berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap profitabilitas (ROA).
b. Chimkono et al (2016) dalam International Journal of Economics,
Comerce and Management United Kingdom yang berjudul Effect of
Non-Performing Loans and Others Factors on Performance of
Commercial Banks in Malawi meneliti pengaruh non-performing loan
ratio, cost efficiency ratio, cash reverse ratio dan average lending
interest
rate
terhadap
performa
bank
di
Malawi.
Dengan
menggunakan analisis regresi menghasilkan bahwa non-performing
loan ratio, cost efficiency ratio dan average lending interest rate
memiliki pengaruh yang signifikan pada performa bank di Malawi
yang diukur dengan ROA. Sedangkan cash reverse ratio berpengaruh
terhadap performa bank di Malawi namun tidak signifikan. Untuk
NPL sendiri memiliki pengaruh yang negatif terhadap ROA.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
B. RERANGKA BERPIKIR
Rerangka berpikir pada penelitian ini menggunakan alur seperti yang tercermin
pada gambar model Kerangka konseptual penelitan berikut:
Penerapan Manajemen Risiko
Operasional
BOPO (X1)
H1
Penerapan Manajemen Risiko
Profitabilitas (ROA)
H2
Likuiditas
(Y)
FAR (X2)
Penerapan Manajemen Risiko
H3
Pembiayaan
NPF (X3)
Gambar 2.3
Model Kerangka Konseptual Penelitian
C.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Semakin pentingnya peranan manajemen risiko dalam industri pembiayaan,
mendorong Otoritas Jasa Keuangan sebagai regulator lembaga keuangan di
Indonesia untuk mewajibkan setiap lembaga keuangan (bank atau non-bank)
untuk menerapkan manajemen risiko dalam kegiatan bisnisnya. Dengan
menerapkan manajemen risiko secara intensif dan berkelanjutan diharapkan risiko
yang dihadapi semakin menurun.
Berdasarkan dari hasil penelitian terdahulu maka penulis akan mengajukan
hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
H1: Diduga terdapat pengaruh negatif antara Penerapan Manajemen Risiko
Operasional yang diukur dengan BOPO terhadap profitabilitas (ROA).
H2: Diduga terdapat pengaruh positif antara Penerapan Manajemen Risiko
Likuiditas yang diukur dengan FAR terhadap profitabilitas (ROA).
H3: Diduga terdapat pengaruh negatif antara Penerapan Manajemen Risiko
Pembiayaan yang diukur dengan NPF terhadap profitabilitas (ROA).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download