BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA 1. Manajemen Keuangan 1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Sutrisno (2007), pengertian manajemen keuangan adalah semua aktivitas keuangan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana teresebut secara efisien. Sedangkan Sartono (2008) berpendapat bahwa pengertian manajemen keuangan adalah manajemen dana yang baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien. Manajemen Keuangan diartikan lebih luas lagi oleh Kasmir (2010) yaitu segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah keseluruhan aktiva perusahaan yang berkaitan dengan pengelolaan dana secara optimal untuk digunakan dalam membiayai segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, kemudian menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut guna mencapai tujuan yang diharapkan. 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Menurut Hartono dan Harjito (2005) Manajemen Keuangan memiliki tiga fungsi utama yaitu: a. Keputusan Investasi (Investment Decision) Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan. Penanaman modal dapat dilakukan pada aktiva riil maupun aktiva financial. Aktiva riil merupakan aktiva yang bersifat fisik, misalnya persediaan barang, gedung, tanah dan bangunan. Sedangkan aktiva financial berupa surat-surat berharga seperti saham dan obligasi. Aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan akan digunakan dalam operasinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan perusahaan mengelola aktiva tersebut sangat menentukan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang diinginkan. Pengambilan keputusan yang keliru dalam investasi aktiva tersebut berakibat terganggunya pencapaian tujuan perusahaan. Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang paling penting karena berpengaruh secara langsung terhadap besarnya Return On Invesment (ROI) dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu yang akan datang. ROI merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang dihasilkan dari suatu investasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 b. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Keputusan pendanaan menitik beratkan pada dua hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa utang jangka pendek, utang jangka panjang dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut dengan struktur modal optimum. Karena itu perlu ditetapkan apakah perusahaan akan menggunakan sumber dana eksternal yang berasal dari utang dengan menerbitkan saham baru sehingga beban biaya modal yang ditanggung perusahaan akan lebih minimal. c. Keputusan Pengelolaan Aset (Asset Management Decision) Manajer keuangan bersama manajer laninya dalam suatu perusahaan bertanggungjawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari aset-aset yang ada. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pembatasan asset menjadi tanggung jawab manajer keuangan. Tanggungjawab tersebut menutut manajer keuangan untuk lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva tetap. 2. Kajian Teoritis 2.1 Lembaga Pembiayaan 2.1.1 Pengertian Lembaga Pembiayaan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan menjelaskan bahwa Lembaga Pembiayaan adalah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal (pasal 1, ayat 1). 2.1.2 Klasifikasi Lembaga Pembiayaan Peraturan tersebut juga membagi Lembaga Pembiayaan menjadi tiga kategori, yaitu: a. Perusahaan Pembiayaan; b. Perusahaan Modal Ventura; c. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur (pasal 2). Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan/atau usaha kartu kredit. (pasal 1, ayat 2). Kegiatan usaha perusahaan pembiayaan meliputi: a. Sewa guna usaha; b. Anjak piutang; usaha kartu kredit; dan/atau; c. Pembiayaan konsumen (Pasal 3). Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (investee company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha. (Pasal 1, ayat 3). Kegiatan usaha perusahaan modal ventura meliputi: a. Penyertaan saham (equity participation); http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 b. Penyertaan melalui pembelian obligasi konversi (quasi equity participation); dan/atau; c. Pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha (profit/ revenue sharing) (Pasal 4). Perusahaan Pembiayaan infrastruktur adalah badan usaha yang didirikan khusus untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada proyek infrastruktur (pasal 1, ayat 4). Kegiatan usaha perusahaan pembiayaan infrastruktur meliputi: a. Pemberian pinjaman langsung (direct lending) untuk pembiayaan infrastruktur; b. Refinancing atas infrastruktur yang telah dibiayai pihak lain; dan/atau c. Pemberian pinjaman subordinasi (subordinated loans) yang berkaitan dengan pembiayaan infrastruktur. Untuk mendukung kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perusahaan pembiayaan infrastruktur dapat pula melakukan: a. Pemberian dukungan kredit (credit enhancement), termasuk penjaminan untuk pembiayaan infrastruktur; b. Pemberian jasa konsultasi (advisory services); c. Penyertaan modal (equity investmen); d. Upaya mencarikan swap market yang berkaitan dengan pembiayaan infrastruktur; dan/atau http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 e. Kegiatan atau pemberian fasilitas lain yang terkait dengan pembiayaan infrastruktur setelah memperoleh persetujuan dari Menteri. (Pasal 5). 2.2 Risiko 2.2.1 Pengertian Risiko Risiko adalah peluang akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak menguntungkan (Brigham, 2014). Sedangkan menurut Global Association of Risk Professionals-GARP (2008) bahwa risiko adalah situasi dimana hasil negatif dapat terjadi dan besar kecilnya kemungkinan terjadinya hasil tersebut dapat diperkirakan. Risiko selalu diartikan sebagai ketidakpastian, yang menimbulkan baik masalah maupun kesempatan dalam hidup manusia. Setiap pekerjaan pasti menghadapi dan berurusan dengan risiko. Risiko berhubungan dengan potensi kerugian. Jika kerugian tersebut sering terjadi maka hal tersebut dapat diantisipasi namun bila tidak dapat diduga terjadinya, maka hal tersebut dapat menjadi masalah yang memerlukan perhatian lebih lanjut sehingga apabila terjadi kerugian yang ditimbulkan dapat diminimalisir (Trieschmann, 2005). 2.2.2 Jenis-jenis Risiko Risiko bisa dikelompokkan ke dalam dua tipe yaitu: Risiko murni (pure risk) adalah risiko dimana kemungkinan kerugian ada, tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Beberapa contoh risiko http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 ini adalah risiko kecelakaan, kebakaran, bencana alam dan semacamnya. Risiko spekulatif adalah risiko dimana kita mengharapkan terjadinya kerugian dan juga keuntungan. Contoh tipe risiko ini adalah usaha bisnis (Hanafi, 2012). Dalam dunia usaha bisnis risiko spekulatif dapat dikelompokkan lagi dalam empat hal sebagai berikut: Risiko pasar, yaitu risiko yang terjadi dari pergerakan harga atau volatilitas harga pasar. Risiko kredit, yaitu risiko karena counter party gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan. Risiko likuiditas, yaitu risiko tidak bisa memenuhi kebutuhan kas, risiko tidak bisa menjual dengan cepat karena ketidaklikuidan atau gangguan pasar. Risiko operasional, yaitu risiko kegiatan operasional tidak berjalan lancar dan mengakibatkan kerugian: kegagalan sistem, human error, pengendalian dan prosedur yang kurang (Hanafi, 2012). 2.2.3 Pengertian Manajemen Risiko Peraturan Menteri Keuangan Nomor 142/PMK.010/2009 menjelaskan bahwa manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengendalikan mengidentifikasi, risiko mengukur, memantau, dan yang timbul dari kegiatan usaha. Ghosh (2012) berpendapat bahwa manajemen risiko adalah serangkaian keputusan bisnis http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 berdasarkan kebijakan dan strategi bisnis yang sesuai untuk mengoptimalkan risk-adjusted returns on assets. Proses ini bukan untuk menghindari risiko tetapi untuk menangani risiko dan meminimalkan dampaknya. Sedangkan menurut Pickett (2005) risk management is a dinamyc process for taking all reasonable steps to find out and deal with risks that impact our objectives. Jika dilihat dari definisi manajemen risiko sendiri, berarti sasaran manajemen risiko harus konsisten dengan tujuan umum perusahaan. Menurut Mehr dan Hedges dikutip Darmawi (2006) dijelaskan bahwa: Tujuan umum perusahaan adalah profit atau layanan yang efisien, good citizenship, dan kepuasan pribadi. Sasaran atau tujuan manajemen risiko yang dianggap konsisten dengan tujuan umum perusahaan dibagi menjadi dua yaitu, sasaran yang akan dicapai sesudah terjadinya suatu kerugian (Post-loss Objectives) dan sasaran yang harus dicapai sebelum terjadinya kerugian (Pre-loss Objectives). 2.2.4 Sasaran dan Proses Manajemen Risiko Sasaran manajemen risiko dapat diuraikan sebagai berikut: a. Post-loss objectives Survival Kelanjutan operasi perusahaan Stabilitas laba Pertumbuhan Good citizenship dan tanggapan baik dari publik http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 b. Pre-loss objectives Ekonomi Pencegahan ketegangan syaraf dan kesusahan Good citizenship dan tanggapan baik dari publik Selanjutnya menurut Brink (2001), proses manajemen risiko yang efektif terdiri dari enam tahap sebagai berikut: 1. Identifikasi risiko 2. Analisis risiko 3. Penilaian risiko 4. Tindakan atas risiko 5. Monitoring dan review 6. Komunikasi dan konsultasi 2.2.4 Pentingnya Penerapan Manajemen Risiko Bisnis pada Perusahaan Pembiayaan Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.05/2015 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank, penerapan manajemen risiko bisnis penting bagi perusahaan pembiayaan karena menimbang bahwa kondisi eksternal dan internal lembaga jasa keuangan non-bank dapat mempengaruhi perkembangan kegiatan usaha lembaga jasa keuangan non-bank dan meningkatkan kompleksitas tingkat risiko yang dihadapi oleh lembaga jasa keuangan non-bank tersebut dan bahwa semakin kompleksnya risiko perlu diimbangi dengan penerapan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 manajemen risiko yang meliputi identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko. 2.3. Rasio Keuangan 2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak (stakeholders) seperti investor, kreditur, analis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah dan pihak manajemen sendiri. Salah satu pengukuran kinerja keuangan suatu perusahaan adalah dengan melakukan analisis pada laporan keuangannya. Analisis pada laporan keuangan biasanya disebut dengan analisis rasio keuangan. Menurut Van Horne (2009) rasio keuangan adalah sebuah indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan di dapat dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Sedangkan Nafirin (2009) menyatakan bahwa rasio keuangan/financial ratio adalah rasio yang membandingkan secara vertikal maupun horizontal dari pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang dapat dinyatakan dalam persentase, kali, dan absolut. Sedangkan, Harahap (2008) menjelaskan rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Kasmir (2014) menjelaskan rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 keuangan atau antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Tujuan analisis laporan keuangan menurut Pratowo dan Rifka (2010) adalah untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi, mengurangi dan mempersempit lingkup ketidak pastiaan yang tidak bisa dielakan dalam proses pengambilan keputusan. 2.3.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan Riyanto (2010) menyatakan umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe dasar yaitu: 1. Rasio likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya. Ukuran ratio likuiditas terdiri dari: current ratio, quick ratio atau acid test ratio dan cash ratio. 2. Rasio leverage atau rasio solvabilitas, adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang. Ada lima rasio leverege yaitu: total debt to total asset ratio, debt to equity ratio, time interest earned ratio, fixed charge coverage ratio dan debt service ratio. 3. Rasio aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya. Berikut adalah beberapa alat ukur rasio aktivitas yaitu: rasio perputaran persediaan, rasio http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 perputaran piutang, rasio perputaran aktiva dan rasio perputaran aktiva tetap. 4. Rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas, adalah rasio yang mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Beberapa indikator dari rasio profitabilitas adalah profit margin, return on asset, return on equity, return on investment dan earning per share. 2.3.3 Rasio Keuangan untuk Mengukur Penerapan Risiko dan Profitabilitas a) OE/BOPO (Operating Efficiency/Biaya Operasional/Pendapatan Operasional) Menurut Veithzal et al (2007) BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan, dan setiap peningkatan pendapatan operasi akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Lukman, 2005). Selain pada Bank BOPO juga digunakan pada perusahaan pembiayan untuk mengukur penerapan manajemen risiko operasional dan efisiensi operasional dari perusahaan pembiayaan. Berikut adalah rumus perhitungan BOPO: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 b) LAR/FAR (Loan/Financing to Assets Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank (Kasmir, 2014). Loan to assets ratio mempunyai pengaruh yang positif terhadap pembiayaan bank. Semakin tinggi rasio ini maka tingkat performa perkreditan semakin baik karena semakin besar komponen pinjaman yang diberikan dalam struktur total aktivanya. Loan to asset ratio pada bank syariah dan perusahaan pembiayaan disebut dengan financing to asset ratio. Berikut adalah rumus dari financing to asset ratio (FAR): c) NPL/NPF (Non-Performing Loan/Financing). Menurut Kamus Bank Indonesia, Non-Performing Loan (NPL) atau NonPerforming Financing (NPF) adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank syariah dan perusahaan pembiayaan. Menurut Kasmir (2009) NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan jumlah kredit yang disalurkan. Semakin tinggi NPL maka semakin kecil pula perubahan labanya. Hal ini dikarenakan pendapatan yang diterima bank akan berkurang dan biaya untuk pencadangan penghapusan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 piutang akan bertambah yang mengakibatkan laba menjadi menurun atau rugi menjadi naik. Rumus perhitungan NPF adalah sebagai berikut: d) Return on Asset (ROA). Menurut Mardiyanto (2009) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian atau deviden akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal yang akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007) angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 3. Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Operasional (BOPO), Penerapan Manajemen Risiko Likuiditas (FAR/LAR) dan Penerapan Manajemen Risiko Kredit (NPF/NPL) terhadap Profitabilitas (ROA). Hubungan antara BOPO terhadap ROA dapat dilihat pada penelitian terdahulu sebagai berikut: a. Pada jurnal dengan judul Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI, Defri (2012) menguji apakah BOPO berpengaruh terhadap ROA. Dengan metode analisis regresi berganda menghasilkan nilai t hitung sebesar -2,897 dengan nilai signifikan sebesar 0,005 (<0,05). Ini berarti BOPO memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA sehingga jika BOPO meningkat (efisiensi menurun), maka Return On Asset (ROA) yang diperoleh bank akan menurun. b. Pada jurnal internasionalnya, Banking Profitability: How does the Credit Risk and Operational Efficiency Effect?, Herry Achmad Buchory (2015) menyatakan bahwa risiko kredit yang diproxykan oleh NPL berpengaruh positif dan signifikan pada ROA. Sedangkan risiko operasional yang diproxykan oleh BOPO memiliki pengaruh negatif signifikan pada ROA. Metode penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda. Hubungan antara LAR/FAR terhadap ROA dapat dilihat pada penelitian terdahulu sebagai berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 a. Sanger et al (2016) meneliti Pengaruh Posisi Likuiditas Terhadap Profitabilitas Bank BUMN yang Go-Public (Periode 2011-2014). Variabel yang digunakan adalah ROA, LAR dan LDR. Dengan menggunakan metode analisis regresi linear menghasilkan bahwa secara simultan LAR dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan secara parsial LAR berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA dan LDR berpengaruh negatif tetapi signifikan pada ROA. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Susanthi (2010), Pengaruh Loan to Deposit ratio, Capital Adequacy Ratio, dan Leverage Management terhadap Profitabilitas pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Pusat Denpasar menemukan Loan to Asset Ratio berpegaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. b. Dewi (2015) meneliti tentang Pengaruh LDR, LAR, DER dan CR Terhadap ROA. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan eksplanatif yang teruji tentang pengaruh LDR, LAR, DER, CR terhadap ROA Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Dengan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan LDR, LAR, DER dan CR berpengaruh terhadap ROA, secara parsial LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, secara parsial LAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, secara parsial DER berpengaruh negatif http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 dan signifikan terhadap ROA, dan secara parsial CR pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Hubungan antara NPL/NPF terhadap ROA dapat dilihat pada penelitian terdahulu sebagai berikut: a. Capriani dan Dana (2016) pada jurnalnya Pengaruh Risiko Kredit, Risiko Operasional dan Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas BPR di Kota Denpasar, dengan analisis data regresi liniear berganda menghasilkan risiko kredit (NPL) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap profitabilitas (ROA). b. Chimkono et al (2016) dalam International Journal of Economics, Comerce and Management United Kingdom yang berjudul Effect of Non-Performing Loans and Others Factors on Performance of Commercial Banks in Malawi meneliti pengaruh non-performing loan ratio, cost efficiency ratio, cash reverse ratio dan average lending interest rate terhadap performa bank di Malawi. Dengan menggunakan analisis regresi menghasilkan bahwa non-performing loan ratio, cost efficiency ratio dan average lending interest rate memiliki pengaruh yang signifikan pada performa bank di Malawi yang diukur dengan ROA. Sedangkan cash reverse ratio berpengaruh terhadap performa bank di Malawi namun tidak signifikan. Untuk NPL sendiri memiliki pengaruh yang negatif terhadap ROA. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 B. RERANGKA BERPIKIR Rerangka berpikir pada penelitian ini menggunakan alur seperti yang tercermin pada gambar model Kerangka konseptual penelitan berikut: Penerapan Manajemen Risiko Operasional BOPO (X1) H1 Penerapan Manajemen Risiko Profitabilitas (ROA) H2 Likuiditas (Y) FAR (X2) Penerapan Manajemen Risiko H3 Pembiayaan NPF (X3) Gambar 2.3 Model Kerangka Konseptual Penelitian C. PENGEMBANGAN HIPOTESIS Semakin pentingnya peranan manajemen risiko dalam industri pembiayaan, mendorong Otoritas Jasa Keuangan sebagai regulator lembaga keuangan di Indonesia untuk mewajibkan setiap lembaga keuangan (bank atau non-bank) untuk menerapkan manajemen risiko dalam kegiatan bisnisnya. Dengan menerapkan manajemen risiko secara intensif dan berkelanjutan diharapkan risiko yang dihadapi semakin menurun. Berdasarkan dari hasil penelitian terdahulu maka penulis akan mengajukan hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 H1: Diduga terdapat pengaruh negatif antara Penerapan Manajemen Risiko Operasional yang diukur dengan BOPO terhadap profitabilitas (ROA). H2: Diduga terdapat pengaruh positif antara Penerapan Manajemen Risiko Likuiditas yang diukur dengan FAR terhadap profitabilitas (ROA). H3: Diduga terdapat pengaruh negatif antara Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan yang diukur dengan NPF terhadap profitabilitas (ROA). http://digilib.mercubuana.ac.id/