BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran bank syariah ditengah-tengah perbankan konvensional
adalah untuk menawarkan sistem perbankan alternatif bagi umat Islam yang
membutuhkan atau ingin memperoleh layanan jasa perbankan tanpa harus
melanggar larangan riba.
Perkembangan volume usaha hingga saat ini telah menunjukkan
gambaran semakin besarnya animo umat Islam untuk memanfaatkan layanan
jasa perbankan syariah apalagi dengan adanya fatma MUI (Majlis Ulama
Indonesia) yang menyatakan bahwa bunga bank termasuk riba. Berdasarkan
hasil survey yang dilakukan oleh Karim Business Consulting
(2003)
pertumbuhan bank syariah lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan perbankan
nasional,
kinerjanya
sangat
baik,dan
banyak
inovasi
produk
yang
diterbitkannya.
Selain itu, dalam satu dekade terakhir ini pasar keuangan seluruh dunia
telah mengalami perubahan yang mendasar. Pasar modal mengalami
perkembangan yang sangat pesat, baik dalam volume, nilai tansaksi maupun
jenis-jenis instrumen yang diperdagangkan. Tersedianya berbagai jenis
instrumen di pasar uang dan pasar modal yang semakin berkembang itu
menyebabkan peranan bank-bank komersial dalam pemberian kredit secara
1
2
tradisional cenderung makin menurun karena beralihnya para penyimpan dan
para peminjam dana kepada alternatif investasi dan pembiayaan yang lain.
Pola pembiayaan dalam bank syariah mempunyai karakteristik yang
spesifik dibanding dengan bank konvensional. Pada bank konvensional,
penilaian kelayakan pembiayaan didasarkan semata-mata hanya business wise,
sedangkan pada bank syariah penilaian kelayakan pembiayaan selain
didasarkan pada business wise, juga harus mempertimbangkan syariah wise.
Artinya, bisnis tersebut layak dibiayai dari segi usahanya, dan acceptable dari
segi syariahnya.
Dalam rangka memenuhi aspek syariahnya, maka bila suatu kebutuhan
kredit nasabah yang oleh bank konvensional cukup dipenuhi dengan satu
produk saja, maka pada-bank syariah sangat mungkin kebutuhan nasabah
tersebut dipenuhi dengan skema khusus dan (atau) beberapa skema fikih
sekaligus.
Ada dua pola utama yang saat ini dijalankan oleh bank dalam
penyaluran pembiayaan yakni: 1). Pola jual beli dan 2). Pola bagi hasil.
Pendapatan bank akan sangat ditentukan oleh berapa banyak keuntungan yang
diterima. Keuntungan yang diterima dari akad jual beli berasal dari mark up
yang ditentukan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan nasabah, dalam
hal ini bank memperoleh keuntungan pasti. Sedangkan pola bagi hasil
ditentukan berdasarkan kesepakatan besarnya nisbah, keuntungan bank
tergantung pada keuntungan nasabah. Dalam pola bagi hasil banyak
3
mengandung risiko, oleh karena itu pihak bank harus aktif berusaha
mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerugian nasabah sejak awal.
Kehadiran bank syariah, tentu saja memberikan alternatif investasi
dalam bentuk tabungan/deposito. Sebagaimana diketahui, bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip-prinsip Islam ini menawarkan sistem bagi hasil kepada
nasabahnya. Jadi keuntungan yang diperoleh nasabah bank syariah bisa
berubah-ubah, tergantung pendapatan atau keuntungan yang diperoleh bank
tersebut. Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing
pihak yang berkontrak. Jadi angka besaran nisbah ini muncul sebagai hasil
tawar menawar antara shahibul maal dengan mudharib. Dengan demikian,
angka nisbah ini bervariasi. Namun para ahli fiqih sepakat bahwa nisbah 100:0
tidak diperbolehkan (Modal No. 10/I Agustus 2003, 21).
Besar kecilnya keuntungan yang diperoleh sangat tergantung pada
nisbah/ bagian yang akan diperoleh kedua pihak, baik bank maupun nasabah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nisbah bagi hasil (M. Syafi’I Antonio
(2001,139) adalah faktor pembiayaan (besar pembiayaan, jatuh tempo), prinsip
syariah (keadilan, ketepatan, kesejahteraan), usaha (Jenis usaha, keuntungan,
resiko, biaya) dan faktor eksternal (suku bunga dan inflasi).
Struktur pembiayaan menunjukkan berapa besar komposisi dari
pembiayaan, antara yang berasal dari pola jual beli dengan keuntungan tetap
dengan pola bagi hasil yang keuntungannya berfluktuasi. Struktur pembiayaan
ini akan mempengaruhi keuntungan yang diterima sehingga kinerja keuangan
bank juga akan dipengaruhi oleh struktur pembiayaannya.
4
Dari
latar
belakang
diatas,
peneliti
ingin
mengkaji
tentang
PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH TERHADAP LABA
BERSIH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA PERIODE 20062011
B. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana struktur pembiayaan pada perbankan syariah?.
2.
Berapa besar pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap laba bersih pada
bank muamalat indonesia?.
C. BATASAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka agar permasalahan
dapat dibahas secara operasional sesuai dengan yang diharapkan maka
pembatasan masalahnya adalah “Pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap
laba bersih pada bank muamalat indonesia”
D. TUJUAN PENELITIAN
Sejalan dengan latar belakang penelitian, maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengkaji bagaimana penentuan pembiayaan mudharabah terhadap
laba bersih pada bank muamalat indonesia.
2. Untuk menguji berapa besar pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap
laba bersih pada bank muamalat Indonesia.
5
E. KEGUNAAN PENELITIAN
1. Dapat digunakan sebagai evaluasi bagi perbankan Syariah terhadap laba
bersih bank syariah.
2. Dapat digunakan sebagai evaluasi bagi regulator dalam pembuatan
keputusan mengenai tingkat kesehatan bank.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi
bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama mengenai studi akuntasni
pada pokok bahasan tentang perbankan Syariah.
Download