1 SKRIPSI ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH PADA BANK KOMERSIAL DI MAKASSAR (Studi Empiris Pada Bank BRI dan Bank BCA Periode 2002-2011) NORMAWATI JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013 2 SKRIPSI ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH PADA BANK KOMERSIAL DI MAKASSAR (Studi Empiris Pada Bank BRI dan Bank BCA Periode 2002-2011) Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Disusun dan diajukan oleh : NORMAWATI A11108004 Kepada JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013 3 SKRIPSI ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH PADA BANK KOMERSIAL DI MAKASSAR (Studi Empiris Pada Bank BRI dan Bank BCA Periode 2002-2011) disusun dan diajukan oleh : NORMAWATI A11108004 telah diperiksa dan disetujui untuk diuji Makassar, Mei 2013 Pembimbing I Pembimbing II Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universutas Hasanuddin Prof. Dr. Hj. Rahmatia, S.E., M.A. Nip 196306251987032001 4 PERNYATAAN KEASLIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Normawati NIM : A11108004 Jurusan : Ilmu Ekonomi Program Studi : Strata Satu S.1 Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul : ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH PADA BANK KOMERSIAL DI MAKASSAR (Studi Empiris Pada Bank BRI dan Bank BCA Periode 2002-2011) adalah hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70). Makassar, Mei 2013 Yang membuat pernyataan Normawati 5 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin di Makassar. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa bimbingan, bantuan dan dorongan tersebut sangat berarti dalam penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut di atas penulis menyampaikan hormat dan terima kasih kepada : 1. Ibu Prof. Dr. Hj. Rahmatia, SE. MA. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin. 2. Bapak Drs. Hidayat Ely, M.Si selaku penasehat akademik selama saya menjalani pendidikan di Universitas Hasanuddin. Terima kasih atas saran dan nasehat yang telah bapak berikan kepada saya. 3. Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu, tenaga dan buah pikirannya untuk memberikan pengarahan kepada penulis demi penyelesaian dan penyempurnaan isi skripsi ini. 4. Kedua orang tuaku terkasih papa dan mama terima kasih atas perlindungan, kasih sayang, cinta, dan dukungan serta pengorbanan yang selalu diberikan dengan tulus kepada anak-anaknya. 5. Segenap staf dan karyawan FEB UNHAS atas bantuannya, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang juga telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. 6 Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dan menghargai setiap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi penulisan yang lebih baik di masa mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Makassar, September 2013 Penulis 7 ABSTRAK ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH PADA BANK KOMERSIAL DI MAKASSAR (Studi Empiris Pada Bank BRI dan Bank BCA Periode 2002-2011) Normawati Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah PDRB, tingkat suku bunga dan laju inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan deposito berjangka tahun 2002 – 2011. Untuk mengaplikasikan tujuan tersebut maka digunakan metode analisis regresi linear berganda. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa variabel PDRB, suku bunga, dan laju inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan deposito. Sedangkan dilihat dari hasil uji parsial dan uji simultan, ada pengaruh yang signifikan baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama terhadap permintaan deposito. Sedangkan variabel yang paling dominan mempengaruhi permintaan deposito baik pada bank pemerintah (BRI) dengan bank swasta (BCA) adalah PDRB. Alasannya karena PDRB memiliki korelasi yang terbesar jika dibandingkan dengan variabel beta lainnya. Kata kunci : PDRB, Tingkat Suku Bunga, Laju Inflasi dan Permintaan Deposito Berjangka 8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv PRAKATA ....................................................................................................... v ABSTRAK ...................................................................................................... vii ABSTRACT .................................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 3 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 4 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. 4 1.5. Sistematika Penulisan ............................................................ 4 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 5 2.1. Landasan Teoritis ................................................................... 5 2.2. Tinjauan Empiris ...................................................................... 33 2.3. Kerangka Pikir ......................................................................... 34 2.4. Hipotesis ................................................................................. 36 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 37 3.1. Lokasi Penelitian .................................................................... 37 3.2. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 37 3.3. Metode Analisis ....................................................................... 37 3.4. Definisi Variabel....................................................................... 38 BAB II 9 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................... 39 4.1. Hasil Analisis ........................................................................... 39 4.2. Pembahasan .......................................................................... 64 BAB V PENUTUP ........................................................................................ 67 5.1. Kesimpulan ............................................................................. 67 5.2. Saran-saran ............................................................................ 67 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 68 LAMPIRAN .................................................................................................... 71 10 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Halaman Data Permintaan Deposito Pada Bank Komersial di Makassar Tahun 2002 – 2012 .......................................................................... 4.1 3 Deskripsi Variabel Penelitian (PDRB, Suku Bunga, Inflasi dan Permintaan Deposito) Tahun 2002 s/d tahun 2011 .......................... 41 4.2 Pertumbuhan PDRB Sulawesi Selatan Tahun 2002 s/d tahun 2011 42 4.3 Pertumbuhan Suku Bunga Deposito Bank BRI dan Bank BCA Tahun 2002 s/d tahun 2012 ............................................................. 43 4.4 Pertumbuhan Inflasi Sulawesi Selatan Tahun 2002 s/d tahun 2011 . 44 4.5 Pertumbuhan Permintaan Deposito Bank BRI dan BCA Tahun 2002 s/d tahun 2011 ............................................................. 45 4.6 Statistik Deskriptif ............................................................................ 46 4.7 Hasil Olahan Data Uji Normalitas ..................................................... 52 4.8 Uji Multikolineritas dengan Program SPSS Release 17 .................... 53 4.9 Hasil Olahan Data Uji Auto korelasi Dari Setiap Pengujian Model Regresi ............................................................................................ 54 4.10 Hasil Olahan Data Regresi ............................................................... 59 4.11 Hasil Pengujian Secara Serempak ................................................... 62 4.12 Hasil Pengujian Secara Serempak ................................................... 65 11 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Kerangka Konseptual .................................................................... 35 4.1 Grafik Histogram Bank BRI ............................................................ 48 4.2 Grafik Histogram Bank BCA ........................................................... 49 4.3 Grafik Normal Probability Plot Bank BRI ........................................ 50 4.4 Grafik Normal Probability Plot Bank BCA ....................................... 51 4.5 Grafik Scatterplot BRI .................................................................... 56 4.6 Grafik Scatterplot BCA ................................................................... 57 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan perbankan nasional dalam membangun ekonomi adalah salah satu sektor yang diharapkan dapat berperan aktif dalam menunjang kegiatan pembangunan baik tingkat nasional atau regional. Fungsi dan peran perbankan adalah menghimpun dana dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Melihat akan pentingnya fungsi dan peran bank, salah satu jenis bank yang ikut berperan dalam perekonomian di Indonesia adalah Bank Komersial. Bank Komersial adalah bank yang tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembiayaan yang dalam kegiatan usahanya dapat secara konvensional dan selain itu Bank Komersial memberikan simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tahunan. Dalam hubungannya dengan uraian tersebut diatas maka salah satu aktivitas Bank Komersial yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa bahwa fungsi Bank Komersial sangatlah berperan dalam meningkatkan perekonomian rakyat. Oleh karena itulah, penelitian ini ditekankan pada masalah yang berkaitan dengan permasalahan deposito berjangka pada Bank Komersial di Kabupaten Gowa. Hal ini didasari dari fungsi dan peran Bank Komersial yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk deposito berjangka atau sertifikat deposito. Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada 2 waktu tertentu menurut perjanjian dengan waktu yang bersangkutan. Jangka waktu deposito adalah 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan hingga 12 bulan. Masalah deposito berjangka, khususnya pada Bank Komersial dan Bank Pemerintah adalah jenis produk bank yang diperlukan dalam penyaluran kredit. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan oleh setiap bank adalah yang berkaitan dengan permintaan deposito. Oleh karena itulah dalam penelitian sebelumnya yaitu Suparmoko (2002) dengan judul penelitian mengenai analisis permintaan deposito berjangka untuk Bank Umum di DIY tahun 1986 – 2005 bahwa permintaan deposito sangatlah ditentukan oleh 3 faktor yakni produk Domestik Regional Bruto, tingkat suku bunga deposito, dan laju inflasi. Hasil penelitian yang dilakukan yang menunjukkan bahwa PDRB, suku bunga deposito, laju inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan deposito. Kemudian pengaruh PDRB dengan permintaan deposito dapat dikatakan berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan deposito, sedangkan dari hasil pengujian secara parsial ternyata suku bunga berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan deposito. Begitupun dengan inflasi dengan permintaan deposito berpengaruh signifikan terhadap permintaan deposito (Suparmoko, 2002). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya maka dikatakan bahwa PDRB, suku bunga deposito dan inflasi merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi permintaan deposito. Dimana dari hasil data yang diperoleh dari BPS maka Bank Indonesia (tabel 1) yang menunjukkan bahwa permintaan deposito selama tahun 2002 – 2011 mengalami fluktuasi. Dimana dengan adanya fluktuasi permintaan deposito diakibatkan oleh adanya kenaikan 3 (penurunan) suku bunga dan inflasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 yaitu sebagai berikut : Tabel 1.1 Data Permintaan Deposito Pada Bank Komersial di Makassar Tahun 2002 – 2012 Tahun Inflasi 2002 Deposito PDRB dalam Harga Kontan BRI BCA 10,03 30.948,82 5,00 7,25 2003 7,06 32.627,38 6,13 8,00 2004 6,40 34.345,08 6,00 7,00 2005 10,12 36.424,02 6,00 7,00 2006 6,60 38.867,68 5,75 5,88 2007 5,71 41.332,43 5,00 4,50 2008 11,79 44.549,82 6,75 8,75 2009 3,24 47.326,08 7,00 5,50 2010 6,82 51.199,90 6,00 5,75 2011 2,81 55.116,92 7,25 7,00 Sumber : Bank Komersial di Makassar Berdasarkan Tabel 1.1 yakni data permintaan deposito untuk 5 tahun terakhir (tahun 2002 – 2011) terlihat bahwa untuk tahun 2002 – 2011 laju inflasi dan PDRB mengalami fluktuasi dimana adanya fluktuasi laju inflasi dan PDRB mempengaruhi tingkat bunga deposito. Hal ini ditekankan pada Bank BRI dan BCA, alasannya pemilihan kedua bank sebab kedua bank tersebut yang terbesar di Indonesia. Hal ini yang menjadi alasan peneliti dalam melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Permintaan Deposito Berjangka Rupiah Pada Bank Komersial di Makassar (Studi Empiris Pada Bank BRI, Bank BCA periode 20022011).” 1.2 Masalah Pokok Berdasarkan latar belakang masalah, akan disajikan beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut : 4 “Apakah PDRB, tingkat suku bunga, dan laju inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap deposito berjangka.” 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis apakah PDRB, tingkat suku bunga dan laju inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan deposito berjangka tahun 2002 - 2011. 1.4 Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Sebagai bahan pembanding bagi penelitian lainnya untuk melakukan penelitian mengenai permintaan deposito. 2. Sebagai bahan sumbangan pikiran, terkait dengan permintaan deposito berjangka bagi pihak yang berkepentingan dengan Bank Komersial. 1.5 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembahasan dalam penyusunan skripsi ini maka penulis menguraikannya kedalam enam bab yang dapat diperincikan satu persatu sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Kerangka teori menguraikan tinjauan teori dan konsep, tinjauan empirik, kerangka pikir dan hipotesis. Bab III : Metode penelitian yang berisikan tempat dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, dan metode analisis. Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan. Bab V : Penutup yang berisikan simpulan dan saran 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Perdebatan Tentang Konsep Perbankan Bank merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Bank merupakan industri yang dalam kegiatannya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatan bank perlu dijaga. Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Bank adalah badan usaha yang menghimpun menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan tarif hidup masyarakat banyak. Definisi bank juga dikemukakan oleh Kasmir (2008 : 24), mengemukakan bahwa bank adalah sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Sedangkan definisi bank menurut Dendawijaya (2008 : 5), bank adalah suatu badan yang bertujuan merumuskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain maupun dengan jasa memperedarkan alat-alat penemuan baru berupa uang giral. Dari pengertian-pengertian bank di atas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya adalah sebagai berikut : menghimpun dana (funding) dari masyarakat dalam bentuk simpanan, 5 6 maksudnya bank mengumpulkan ayau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan tabungan, giro, dan deposito. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara merangsang berbagai strategi agar masyarakat tertarik menanamkan dananya. Secara umum jenis simpanan yang ada di bank terdiri dari simpanan tabungan, simpanan giro, dan simpanan deposito. Menyalurkan dana (lending) dari masyarakat, dalam hal ini bank memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat. Dengan kata alain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkannya. Pinjaman atau kredit yang diberikan dibagi dalam berbagai jenis sesuai dengan keinginan nasabah. Jenis kredit yang biasa diberikan oleh hampir semua bank adalah seperti kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit perdagangan. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (service) seperti penerimaan uang (transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (kliring), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C), bank garansi dan jasa lainnya. Jasa-jasa bank lainnya ini merupakan jasa pendukungnya dari kegiatan produk bank yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (Muljono Teguh Pudjo : 2004). Dalam hal ini kegiatan utama fungsi perbankan dalam perekonomian modern. Menghimpun dana dari masyarakat (funding), umumnya dana-dana utama ini terdiri dari giro (demand deposit), tabungan (saving deposit), serta deposito berjangka (time deposit), dan sertifikat deposito (certificate of deposit). Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit (lending). Memberikan jasa-jasa lainnya (services), jasa-jasa lainnya yang umumnya ditawarkan oleh bank adalah: transfer (kiriman uang), kliring (clearing), letter of credit (L/C), jasa penitipan/penyimpanan, menerima setoran-setoran dan melayani pembayaran- 7 pembayaran. Kegiatan di pasar modal, kegiatan yang dapat dilakukan bank di pasar modal adalah: penjamin emisi (underwriter), penjamin (guarrantor), wali amanat (trustee), dan pedagang sekuritas (Muljono Teguh Pudjo:2004) Dengan demikian tugas pokok suatu bank adalah sebagai financial intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut dalam bentuk kredit. Peranan kredit dalam operasi bank sangat besar karena sebagian besar bank masih mengandalkan sumber pendapatan utamanya dari operasi perkreditan sehingga untuk mendapatkan margin yang baik diperlukan pengelolaan perkreditan secara efektif dan efisien. Rivai (2006) menyatakan bahwa sumber penghasilan bank berasal dari penyaluran kredit mengingat : bahwa bank harus dapat memelihara dan mengembangkan kepercayaan timbal balik, bahwa pos pinjaman yang diberikan merupakan pos aktiva terbesar dalam neraca bank, bahwa perkreditan memberikan kontribusi penghasilan terbesar bagi sebagian besar bank, bahwa risiko yang dikandung dalam penyaluran kredit cukup besar, bahwa bank merupakan perantara (financial intermediary) antara masyarakat surplus dana dengan pihak lain yang kekurangan dana (Slamet Riyadi, 2004). Dua bank BUMN yaitu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Bank Mandiri Tbk didorong DPR-RI menjadi bank pembangunan atau bank infrastruktur untuk mendorong pembangunan infrastruktur di Indonesia. BNI atau Bank Mandiri diubah menjadi bank pembangunan atau bank infrastruktur agar infrastruktur punya pendanaan yang tepat menurut Azis (2012). Azis (2012) menilai saat ini pendanaan infrastruktur masih dibatasi oleh akses ke sumber pinjaman jangka panjang sedangkan saat ini perbankan biasanya hanya mendapatkan dana dari tabungan dan deposito, Tabungan dan deposito memiliki 8 tenor pendek, yaitu sekitar 1 bulan–5 tahun, yang tidak sesuai dengan proyek infrastruktur yang tenornya bisa lebih dari 10 tahun. Menurut Asis (2012) usulan itu akan dibawa juga ke dalam pembahasan perubahan Undang-undang No.10/1998 tentang Perbankan. Peraturan itu, lanjutnya, sama sekali tidak mengatur atau memberi kemudahan adanya bank khusus pembiayaan pembangunan dan infrastruktur sehingga tidak ada yang berminat. Selama ini mekanisme pasar, dan tidak ada mekanisme intervensi sehingga tidak ada yang berani membuat bank pembangunan dan infrastruktur. Harry menyatakan salah satu fakta yang menunjukkan ketimpangan pendanaan infrastruktur adalah rasionya dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang hanya Rp45 triliun. Rasio itu, tuturnya, berarti hanya sebesar 0,46% dari PDRB 2013 yang diprediksi mencapai Rp9.600 triliun. Selain itu, salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan dana infrastruktur adalah dengan menggenjot lembaga penunjang infrastruktur seperti PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dan beberapa lembaga lain. Beberapa contoh lembaga lain yang menurutnya butuh dukungan modal dari pemerintah adalah PT Perusahaan Investasi Pemerintah dan PT Indonesia Infrastructure Fund. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menyebutkan fungsi Perbankan Indonesia, yaitu: bahwa perbankan yang berasaskan demokrasi ekonomi dengan fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat memiliki peranan yang strategis untuk menjunjung pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan pembangunan stabilitas nasional ke dan arah hasil-hasilnya, peningkatan kesejahteraan taraf hidup rakyat banyak, bahwa perkembangan perekonomian 9 nasional maupun internasional yang senantiasa bergerak cepat disertai dengan tantangan-tantangan yang semakin luas, harus selalu diikuti secara tanggap oleh perbankan nasional dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya kepada masyarakat. Pengertian dana menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, dana bank dihimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dalam neraca perbankan dana bank dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu dana pihak pertama yaitu dana yang berasal dari pemilik berupa modal dan hasil usaha bank, dana pihak kedua terdiri dari instrumen money market yaitu surat-surat berharga yang diterbitkan kurang dari satu tahun seperti commercial paper dan promissory notes (surat berharga), instrumen pasar modal yaitu suratsurat berharga yang diterbitkan dengan jangka waktu lebih dari satu tahun, seperti obligasi (bonds), dana pihak ketiga terdiri atas giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito berjangka, kewajiban segera lainnya (Slamet Riyadi:2004). Secara garis besar sumber dana bagi sebuah bank ada tiga yaitu dana yang bersumber dari bank itu sendiri (dana dari pihak ke I) dana dari modal sendiri adalah dana yang beraal dari para pemegang sahan bank, yakni pemilik bank, dalan neraca bank, dana bank sendiri ini tertera dalam rekening modal dan cadangan yang tercantum pada posisi pasiva (liabilities). Dana sendiri terdiri dari beberapa bagian (pos) yaitu: modal yang disetor, yaitu jumlah uang yang disetor secara efektif oleh para pemegang saham pada saat bank berdiri, cadangancadangan, yaitu sebagian dari laba bank yang disisikan dalam bentuk cadangan 10 modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk menutup timbulnya resiko kemudian hari, laba yang ditahan atau retained earning yang mestinya milik para pemegang saham, tapi oleh mereka sendiri diputuskan untuk tidak dibagi dan dimasukan lagi dalam modal kerja. Dana pinjaman dari pihak luar (Dana pihak Ke II) Dana dari pihak kedua ini yaitu pihak yang memberikan pinjaman dana (uang) pada bank terdiri dari 4 pihak, yaitu : pinjaman dari Bank-bank lain yang dikenal dengan Call Money yaitu pinjaman harian dari bank. Pinjaman ini biasanya diminta bila ada kebutuhan mendesak yang diperlukan oleh bank. Pinjaman dari Bank atau lembaga keuangan lain di luar negeri, yang biasanya berbentuk pinjaman jangka menegah panjang. Realisasi pinjaman ini harus ada persetujuan Bank Indonesia dimana secara tidak langsung Bank Indonesia selaku bank sentral ikut serta mengawasi pelasanaan pinjaman tersebut demi menjaga solvabilitas bank bersangkutan. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank, pinjaman dari LKBB ini kadangkala tidak benar-benar berbentuk pinjaman atau kredit tetapi lebih banyak surat berharga yang diperjual belikan sebelum tanggal jatuh tempo. Pinjaman dari Bank Sentral (BI). Untuk membayai usaha-usaha masyarakat yang tergolong prioritas apalagi yang berprioritas tinggi seperti kredit investasi pada sektor-sektor yang harus ditunjang sesuai dengan petunjuk pelita. Dana yang berasal dari masyarakat (dana dari piha ke III) Bank adalah pelayanan masyarakat dan wadah perantara keuangan masyarakat. Dana-dana masyarakat yang disimpan dalam bank adalah merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan bank dan terdiri dari tiga jenis, yaitu : Giro (Demand Deposits) adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikanya dapat dilakukan setaiap saat dengan mempergunakan cek, surat perintah pembayaran lainya atau dengan cara pemindahbukuan. Deposits (Time 11 Deposits) adalah simpanan pihak ke tiga pada bank yang penarikanya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antar pihak ke tiga dengan bank yang besangkutan. Tabungan (Saving) adalah simpanan pihak ke tiga pada bank yang penarikanya hanya dapat dilakukan menurut syaratsyarat tertentu (Malayu, 2007). Salah satu dana bank yang harga atau biayanya cukup tinggi dibanding dana giro atau tabungan adalah simpanan berjangka, atau lebih dikenal dengan deposito berjangka. Deposito berjangka merupakan simpanan masyarakat yang penarikannya dapat dilakukan setelah jangka waktu yang telah disetujui oleh kedua belah pihak berakhir (Ikha novianti, 2004). Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank. Sumber dana ini memiliki ciri-ciri pokok yaitu jangka waktu penarikannya tetap, dengan memiliki jangka waktu jatuh tempo 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 24 bulan. Deposito berjangka ini hanya dapat ditarik atau diuangkan pada saat jatuh temponya oleh pihak yang namanya tercantum dalam bilyet deposito (Malayu, 2007). Oleh karena itu, deposito berjangka merupakan simpanan atas nama. Selanjutnya, deposito yang ditarik oleh deposan sebelum jangka waktu jatuh temponya sebagaimana yang diperjanjikan, bank mengenakan penalti kepada deposan dan hak pendapatan bunga tidak diperhitungkan oleh bank atas deposito berjangka tersebut (Malayu, 2007). Adapun definisi Deposito menurut Undang-undang Perbankan No. 10tahun 1998 pasal 1: ”Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya 12 dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank”. Untuk mencairkan deposito yang dimiliki, deposan dapat menggunakan bilyet deposito atau sertifikat deposito. Dalam praktiknya, terdapat paling tidak tiga jenis deposito berjangka, sertifikat deposito, dan deposit on call. Masingmasing jenis deposito memiliki kelebihan tersendiri dan khusus deposito berjangka diterbitkan pula dalam mata uang asing (Ikha Novianti, 2004). Menurut Undang-undang RI No. 7 tahun 1992 Bab I pasal 1 butir 8: ”Deposito didefinisikan sebagai simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan”. Deposan deposito berjangka adalah setiap orang atau badan hukum atau badan lainnya yang mendepositokan uangnya pada bank dengan menunjukan bukti diri atau akta pendirian yang sah menurut hukum. Menurut Mudrajad Kuncoro (2002 : 193) Deposito adalah: ”Simpanan berjangka yang dikeluarkan oleh bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan sebelumnya”. Definisi lain dari Deposito menurut Habib Nazir dan Muhammad Hassanudin (2004 : 132) mengatakan: ”Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan”. Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bila waktu yang ditentukan telah habis maka pihak deposan dapat menarik deposito berjangka tersebut atau dapat memperpanjang dengan suatu periode yang diinginkan. 13 Menurut Dendawijaya (2008 : 27) dalam bukunya “Manajemen Perbankan menyatakan bahwa : “ Deposito adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan“. Pengertian deposito berjangka menurut (Safrizal, 1996) dalam bukunya “Bank dan lembaga keuangan lain”, berpendapat bahwa: “ Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan antara deposan dengan bank“. Menurut Kasmir (2008 : 63) mengemukakan bahwa deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan dengan jenis jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito berjangka biasanya bervariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18, sampai dengan 24 deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan maupun lembaga. Artinya, di dalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau lembaga si pemilik deposito berjangka. Selanjutnya Simorangkir, (2005:80) dalam bukunya “Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank” Deposito adalah Simpanan dalam rupiah milik pihak ketiga yang penarikannya dilakukan setelah jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara bank dengan si penyimpan. Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bila waktu yang ditentukan telah habis maka pihak deposan dapat melakukan : menarik deposito tersebut, memperpanjang dengan suatu periode deposito dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan yaitu : 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 24 bulan. Adapun jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia dewasa ini, diantaranya : deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito biasanya bervariasi mulai dari 1, 2, 14 3, 6, 12, 18 sampai dengan 24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan maupun lembaga. Artinya di dalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau lembaga si pemilik deposito berjangka. Penarikan bunga deposito berjangka dapat dilakukan setiap bulan atau setelah jatuh tempo sesuai jangka waktunya. Penarikan dapat dilakukan secara tunai maupun non tunai (pemindahbukuan) dan setiap bunga deposito dikenakan pajak dari jumlah bunga yang diterimanya. Kemudian jumlah dana yang disetorkan dalam bentuk bulat misalnya Rp. 1.000.000,- Rp. 2.000.000,- dan Rp. 2.500.000,-. Serta biasanya memiliki batas minimal jumlah uang yang akan disimpan. Sertifikat deposito merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 1, 3, 6, 12 dan 24 bulan. Hanya perbedaannya sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat dan dapat diperjualbelikan atau dipindah tangankan kepada pihak lain. Perbedaan lain adalah pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan dimuka, baik tunai maupun non tunai. Kemudian penerbitan nilai sertifikat deposito sudah tercetak dalam berbagai nominal dan biasanya dalam jumlah bulat. Sehingga nasabah dapat membeli dalam lembaran yang bervariasi untuk jumlah nominal yang diinginkan. Deposit On Call merupakan deposito yang berjangka waktu minimal 7 hari dan paling lama kurang dari 1 bulan. Diterbitkan atas nama dan biasanya dalam jumlah yang besar misalnya 50 juta rupiah (tergantung bank yang bersangkutan). Pencairan bunga dilakukan pada saat pencairan deposit on call, namun sebelum deposit on call dicairkan terlebih dahulu 3 hari sebelumnya nasabah sudah memberitahukan bank penerbit bahwa yang bersangkutan akan mencairkan deposit on callnya. Besarnya bunga biasanya dihitung perbulan dan biasanya untuk menentukan bunga dilakukan negosiasi antara nasabah dengan pihak bank. 15 Di dalam suatu bank, deposito mempunyai peranan penting yaitu sebagai sumber dana bank dimana dana tersebut akan menentukan volume dana yang dapat dikembangkan oleh bank tersebut dalam bentuk penanaman dana yang menghasilkan untuk jangka waktu tertentu. Bank menyediakan fasilitas deposito dengan tujuan untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sebagai nasabah untuk mengelola dananya, dengan adanya kepercayaan tersebut bank akan dengan mudah menarik nasabah sebanyak-banyaknya. Bagi pihak bank, deposito merupakan sumber dana bank yang cukup besar, adanya jangkah waktu tertentu menjadikan dana masyarakat dalam bentuk deposito lebih leluasa digunakan oleh bank untuk kegiatan nasabah. Bagi pihak nasabah untuk mencari keuntungan dari bunga deposito yang cukup tinggi dan untuk menjaga keamanan dari dananya. Bagi Pemerintah, dengan adanya simpanan deposito pada bank maka dapat menekan laju inflasi dengan mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarkat dan dapat menambah pendapatan pemerintah dari pajak deposito. Deposito merupakan simpanan berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan. Sumber dana yang berasal dari pihak ketiga merupakan sumber dana yang memiliki andil cukup besar dalam penghimpunan dana. Seperti halnya simpanan tabungan dan giro, simpanan deposito juga merupakan salah satu sumber dana bagi bank, yang kegiatan utamanya yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali pada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit atau dalam bentuk lainnya. Di sisi bank, sumber dana deposito berjangka ini digolongkan sebagai dana mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya. Namun keuntungannya 16 bagi bank adalah, penyediaan likuiditas untuk kebutuhan penarikan dana ini hampir dapat diprediksi secara akurat. Jenis simpanan dalam bentuk deposito berjangka lebih disenangi oleh nasabah atau masyarakat karena menawarkan tingkat bunga yang relatif lebih tinggi dibanding giro atau jenis simpanan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari sumber dana bank yang umumnya didominasi oleh deposito berjangka. Menurut Kasmir (2008:80) menyatakan : “Simpanan deposito merupakan simpanan jenis ketiga yang dikeluarkan oleh bank”. Berdasarkan pernyataan diatas deposito mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan sumber dana, karena dalam suatu bank menghimpun dana dalam bentuk simpanan sangat menentukan pertumbuhan bank. Maka volume dana yang berhasil dihimpun atau disimpan tentunya akan menentukan pula volume dana yang dapat dikembangkan oleh bank tersebut dalam bentuk penanaman dana yang menghasilkan. Deposito merupakan simpanan berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan. Sumber dana yang berasal dari pihak ketiga merupakan sumber dana yang memiliki andil cukup besar dalam penghimpunan dana. Seperti halnya simpanan tabungan dan giro, simpanan deposito juga merupakan salah satu sumber dana bagi bank, yang kegiatan utamanya yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali pada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit atau dalam bentuk lainnya. Di sisi bank, sumber dana deposito berjangka ini digolongkan sebagai dana mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya. Namun keuntungannya bagi bank adalah, penyediaan likuiditas untuk kebutuhan penarikan dana ini 17 hampir dapat diprediksi secara akurat. Jenis simpanan dalam bentuk deposito berjangka lebih disenangi oleh nasabah atau masyarakat karena menawarkan tingkat bunga yang relatif lebih tinggi dibanding giro atau jenis simpanan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari sumber dana bank yang umumnya didominasi oleh deposito berjangka. Menurut Kasmir (2008:80) menyatakan : “Simpanan deposit merupakan simpanan jenis ketiga yang dikeluarkan oleh bank”. Berdasarkan pernyataan diatas deposito mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan sumber dana, karena dalam suatu bank menghimpun dana dalam bentuk simpanan sangat menentukan pertumbuhan bank. Maka volume dana yang berhasil dihimpun atau disimpan tentunya akan menentukan pula volume dana yang dapat dikembangkan oleh bank tersebut dalam bentuk penanaman dana yang menghasilkan. 2.1.2 Efek Tingkat Inflasi terhadap Permintaan Deposito Dalam perekonomian inflasi merupakan sesuatu yang harus selalu dipantau dan diwaspadai oleh semua pelaku ekonomi terutama Bank Indonesia. Besarnya kontribusi Inflasi dalam perekonomian menjadikannnya salah satu pilar dari pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Kenaikan dari angka inflasi akan manjadikan perekonomian berada dalam posisi yang geniting apabila tidak ditopang dengan output atau pendatan dari wilayah tersebut. Tingkat inflasi antar negara yang satu dengan lainnya berbeda-beda, seperti inflasi di Indonesia dalam keadaan normal biasanya dibawah 10% per tahun. Tetapi tingkat itu dapat berubah-ubah, seperti ketika terjadi krisis ekonomi di Indonesia tingkat inflasinya mencapai kurang lebih 80%. Tingkat inflasi setinggi ini juga pernah terjadi dinegara-negara lain, bahkan negara-negara Amerika Latin 18 seperti Meksiko dan Brasial, pernah mengalami hiperinflasi (tingkat inflasi yang tinggi) yaitu di atas 100%. Kaitan antara inflasi dan permintaan deposito berjangka mempunyai hubungan yang sangat erat. Seseorang akan menjadi inflasi sebagai motif spekulasi dari permintaan deposito berjangka. Ketika seseorang memprediksikan angka inflasi akan mengalami kenaikan maka permintaan uangnya pun juga akan ikut naik. Hal ini di sebabkan kerena akan meningkatnya jumlah harga kebutuhan sehari-hari di pasaran. Inflasi adalah kencenderungan terjadinya kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut sebagai inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Kenaikan harga-harga disebabkan oleh faktor-faktor musiman (misalnya menjelang peringatan hari-hari besar), atau yang terjadi sekali saja (dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan) tidak disebut inflasi. Teori Irving Fisher, Fisher mengatakan bahwa ada kaitan positif antara suku bunga dengan inflasi. Dengan suku bunga riil yang diperkirakan konstan dalam jangka panjang dan ekspektasi inflasi yang menyesuaikan diri terhadap laju inflasi yang berlaku. Dengan r konstan dalam jangka panjang apabila keseluruhan proses penyesuaian telah terjadi, kenaikan laju inflasi akan tercermin pada suku bunga nominal. Dengan kata lain suku bunga akan meningkat sebesar kenaikan inflasi. Kenaikan inflasi yang menyebabkan kenaikan permintaan akan simpanan karena seseorang berasumsi akan memperoleh uang yang lebih banyak dengan adanya kenaikan tingkat bunga. 19 Dengan demikian maka inflasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap simpanan. Tingkat inflasi mempunyai efek yang negatif terhadap permintaan deposito yang disebabkan jika ada kenaikan inflasi akan menyebabkan tingkat suku bunga turun. Karena secara teoritis, jika tingkat inflasi juga tinggi maka diikuti pula oleh turunnya kebutuhan masyarakat terhadap sumber-sumber pembiayaan yang disebabkan naiknya harga-harga barang yang dikonsumsi dan masyarakat cenderung untuk membelanjakan uangnya untuk kebutuhan makronya dibandingkan mendepositokan uangnya. Sehingga efek inflasi dengan permintaan deposito adalah negatif. Pendapatan masyarakat yang dicerminkan oleh Produk Domestik Regional Bruto tetap merupakan determinan pokok dari deposito masyarakat. Dari seluruh persamaan estimasi, variabel pendapatan memiliki dampak positif signifikan terhadap tingkat deposito masyarakat antar daerah di Indonesia. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan terdahulu seperti studi yang dilakukan Mikesel dan Zinser (1973) dimana ditemukan bahwa pendapatan nasional mempunyai efek positif terhadap tingkat deposito nasional. Hasil ini juga menguatkan temuan dari Rossi (1988) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif dari tingkat pendapatan sekarang (current income) terhadap tingkat deposito. Dalam teori hipotesis pendapatan permanen (the permanent-income hypothesis), masyarakat akan membelanjakan sebagian besar dari pendapatan permanen untuk konsumsi dan pendapatan transitori akan dialokasikan untuk deposito. Determinan deposito yang lain yaitu tingkat suku bunga menunjukkan hasil yang berbeda antar daerah di Indonesia. Tingkat suku bunga berpengaruh 20 positif secara nasional baik untuk daerah penghasil migas maupun bukan penghasil migas, walaupun dengan tingkat signifikansi yang berbeda. Tetapi pengaruh dari tingkat suku bunga ini tergolong rendah. Rendahnya pengaruh tingkat bunga terhadap tabungan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adanya kendala likuiditas dan sektor perbankan yang kurang efisien. Keterbatasan likuiditas ini terjadi karena sebagian besar pendapatan yang dimiliki masyarakat habis dipakai untuk konsumsi. Akibatnya meskipun terjadi perubahan tingkat bunga, tidak akan berarti apa-apa terhadap porsi yang dialokasikan untuk deposito. Peranan demografi dalam pembentukan tabungan yang diproksi dengan angka beban tanggungan baik usia muda maupun tua menunjukkan hasil yang sedikit berbeda dengan penemuan-penemuan terdahulu. Beban tanggungan usia muda ditemukan berdampak negatif signifikan di berbagai daerah di Indonesia. Beban tanggungan usia muda tidak berpengaruh terhadap deposito ditemukan hanya di daerah penghasil migas secara nasional dan daerah KB penghasil migas. Sementara itu, beban tanggungan usia tua justru berdampak positif terhadap deposito di beberapa daerah seperti daerah penghasil migas (daerah M, daerah B), daerah penghasil migas secara nasional. Hasil serupa juga ditemukan di daerah yang digolongkan secara nasional yaitu daerah M, daerah B, dan daerah KB. Untuk daerah MT bukan penghasil migas, beban tanggungan usia tua menunjukkan tanda negatif signifikansi. Hasil ini agak berbeda dengan apa yang telah ditemukan oleh Leff (1969) yang menemukan bahwa beban tanggungan usia muda dan tua keduanya berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat deposito nasional. Kelley (1989) juga menyimpulkan bahwa beban tanggungan memiliki pengaruh signifikan 21 terhadap deposito walaupun pengaruhnya adalah kecil. Lahiri (1989) juga membuktikan bahwa beban tanggungan merupakan determinan yang signifikan dari tabungan masyarakat. dalam penelitiannya, setiap 1 persen peningkatan beban tanggungan akan menurunkan rata-rata kecenderungan menabung sekitar 1,6 persen di negara India, Republik Korea, Malaysia, Singapura, dan Sri Lanka. Hasil ini kemudian diperkuat oleh Muhleisin (1996) yang membuktikan bahwa beban tanggungan merupakan determinan yang paling signifikan dalam deposito masyarakat dengan arah hubungan antar variabel adalah negatif. Faktor lain yang merupakan determinan dari tabungan adalah unsur ketidakpastian. Dalam penelitian ini ketidakpastian oleh penulis diproksi dengan laju inflasi. Di beberapa daerah di Indonesia, laju inflasi ternyata malah berdampak positif terhadap tingkat deposito masyarakat. Di daerah KB penghasil migas, laju inflasi berdampak positif terhadap tingkat deposito. Sementara itu di daerah bukan penghasil migas (daerah MT, daerah B, dan daerah KB), dampak laju inflasi ditemukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap deposito. Sedangkan secara nasional penghasil migas, laju inflasi berdampak positif signifikan terhadap deposito masyarakat, demikian juga yang terjadi di daerah bukan penghasil migas secara nasional. Hasil ini mendukung argumen konsumsi intertemporal yang menyatakan bahwa inflasi akan menurunkan nilai riil kesejahteraan keuangan (financial wealth) dan akan menyebabkan rumahtangga mencoba untuk mempertahankan posisi pendapatan-kesejahteraan dengan cara meningkatkan deposito ataupun tabunganya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gupta (1987) yang menemukan bahwa inflasi yang diharapkan (expected inflation) dan inflasi kejutan (unexpected inflation) keduanya berpengaruh positif terhadap tabungan. 22 Hasil yang tidak jauh berbeda juga diperoleh Koskela dan Viren (1985) yang menemukan bahwa deposito di negara industri maju meningkat pada saat tingkat inflasi ekspektasian dan kejutan juga meningkat. Menurut Keynes pengaruh tingkat bunga terhadap tabungan nasional sangat kompleks serta banyak kemungkinan yang akan terjadi. Di samping itu juga membutuhkan lag yang cukup lama (Mikesell dan Zinser, 1973; Molho, 1986). Arrieta (1988) dalam studinya menyimpulkan bahwa tingkat bunga berpengaruh positif terhadap tabungan nasional. Muradoglu dan Taskin (1996) dalam penelitiannya menemukan bahwa efek tingkat bunga dapat dijelaskan dari keputusan konsumsi intertemporer. Peningkatan tingkat pengembalian deposito akan meningkatkan deposito tetapi efek pendapatan riil dari lebih tingginya tingkat pengembalian mengakibatkan deposito menurun. Leff (1969) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa beban tanggungan secara signifikan mempengaruhi tabungan agregat. Tingginya angka beban tanggungan merupakan salah satu faktor yang diperhitungkan dalam melihat disparitas antara negara maju dan berkembang. Dalam penelitian ini Leff menggunakan data dari 74 negara dengan metode analisis data cross-section. Hasil penelitian Leff tersebut kemudian dikritisi oleh Nassau Adam dan Kanhaya Gupta (1971) seperti dikutip oleh Ram (1982). Dalam penelitiannya Ram (1982) menemukan hasil yang berbeda dengan Leff. Ram (1982) menemukan bahwa beban tanggungan secara statistik tidak signifikan mempengaruhi tabungan. Sumber perbedaan hasil ini berasal dari perbedaan dalam hal cakupan sampel, periode penelitian, dan spesifikasi yang digunakan. Loayza, Schmidt-Hebbel, dan Serven (2000) juga melakukan penelitian tentang perilaku tabungan yang dihubungkan dengan demografi. Dalam 23 penelitiannya variabel demografi diwakili dengan angka beban tanggungan usia muda dan tua (young-age and old-age dependency ratio). Kesimpulan dari studi ini sejalan dengan apa yang diprediksi oleh the life-cycle theory. Penelitian ini membuktikan bahwa setiap kenaikan sebesar 3,5 persen dalam angka beban tanggungan penduduk usia muda maka akan menurunkan tabungan masyarakat sebesar 1 persen. Ada semacam perbedaan pendapat mengenai efek inflasi terhadap tabungan di negara sedang berkembang. Juster dan Wachtel (1972) sebagaimana dikutip oleh Lahiri (1989) menemukan bahwa inflasi akan mengurangi kepastian konsumen dan akhirnya akan meningkatkan deposito. Sementara itu Deaton (1977) menyatakan bahwa karena adanya efek harga maka konsumen dalam membeli sesuatu tidak dapat membedakan antara inflasi ekspektasian dari peningkatan harga relatif, dan akhirnya konsumen terpaksa untuk menambah deposito (involuntary saving). Namun Branson dan Klevorick (1969) menemukan fakta adanya dampak negatif dari inflasi terhadap deposito di Amerika Serikat. Serupa dengan itu, Howard (1978) menemukan bahwa meskipun inflasi membawa peningkatan deposito di Kanada, Inggris, dan Amerika; namun inflasi ekspektasian (expected inflation) menurunkan deposito di Jepang. Skinner (1988) dan Zeldes (1989) dalam Loayza, Schmidt-Hebbel, dan Serven (2000) menyatakan bahwa ketidakpastian yang lebih besar di masa datang akan meningkatkan deposito. Ini terjadi karena prinsip menghindari risiko yang dianut oleh masyarakat. Dalam berbagai studi empiris tentang deposito dan pertumbuhan, proxy yang paling banyak digunakan untuk variabel ketidakpastian adalah inflasi. 24 Gupta (1987) menemukan bahwa di negara Asia, baik komponen inflasi ekspektasian (expected inflation) maupun inflasi kejutan (unexpected inflation) memiliki efek positif terhadap deposito. Sedangkan Lahiri dalam Muradoglu dan Taskin (1996) memperoleh hasil ragu-ragu (inconclusive). Sementara itu menurut Kauffmann dalam Muradoglu dan Taskin (1996) yang membandingkan antara aktivitas tabungan antara Amerika Serikat dan Jerman, menemukan bahwa aktivitas deposito yang lebih rendah di Amerika Serikat karena inflasi yang lebih tinggi di Amerika Serikat daripada di Jerman. Bovenberg dan Evans (1990) menganalisis deposito pribadi di Amerika Serikat dan memperoleh hasil bahwa selama masa penurunan inflasi sepanjang tahun 1980-an, terjadi penurunan deposito pribadi. 2.1.3 Efek Tingkat Suku Bunga terhadap Permintaan Deposito Suku bunga adalah harga dana yang dapat dipinjamkan (loanable funds), besarnya ditentukan oleh preferensi dan sumber berbagai pelaku ekonomi di pasar. Suku bunga tidak hanya dipengaruhi perubahan preferensi para pelaku ekonomi dalam hal pinjaman dan pemberian pinjaman, tetapi dipengaruhi perubahan daya beli uang. Karena suku bunga pasar atau suku bunga yang berlaku berubah dari waktu ke waktu dan suku bunga kapan dari kebanyakan obligasi jangka panjang ditetapkan pada waktu penerbitannya, maka harga saham berubah-ubah sesuai perubahan suku bunga. Tingkat suku bunga mempunyai fungsi alokatif dalam perekonomian khususnya penggunaan uang dan modal. Maksudnya tingkat suku bunga dapat dikatakan sebagai suatu balas jasa suatu alokasi tertentu terhadap si pemilik uang atau modal. 25 Tingkat suku bunga pada dasarnya merupakan pandangan Keynessian dimana suku bunga riil jangka panjang paling berpengaruh dalam perekonomian. Pengetatan moneter mengurangi uang beredar dan dalam jangka pendek akan mendorong naiknya suku bunga nominal jangka pendek. Apabila kebijakan ini dianggap credible, masyarakat akan mempunyai ekspektasi bahwa laju inflasi akan menurun di waktu mendatang sehingga expected inflation menurun atau suku bunga riil jangka panjang meningkat. Permintaan domestik baik untuk investasi maupun untuk konsumsi akan menurun karena biaya dana (cost of capital) yang lebih tinggi. Akhirnya laju pertumbuhan ekonomi cenderung lebih rendah. Berikut ini menurut Marzuki (2007) adalah beberapa jalur transmisi kebijakan moneter dengan menggunakan sasaran suku bunga: Intertemporal substitution. Perubahan suku bunga akan mengubah biaya pinjaman atau pendapatan dari tabungan. Hal ini selanjutnya akan berpengaruh terhadap komponen utama pengeluaran, terutama untuk investasi usaha, investasi perumahan, dan mungkin juga pengeluaran konsumsi barang-barang tahan lama. Di dalam sistem nilai tukar mengambang, kenaikan suku bunga, ceteris paribus, biasanya akan dihubungkan dengan apresiasi nilai tukar dalam jangka pendek sehingga barang impor relatif menjadi lebih murah dan laju inflasi akan menurun. Kegiatan ekspor juga akan terpengaruh karena penjualan barang ekspor akan beralih ke dalam negeri. Pengalihan pasar produk ekspor ini juga akan mendorong turunnya harga-harga di dalam negeri. Cash-floweffect. Dengan meningkatnya suku bunga nominal, pendapatan nominal debitur akan menurun. Jika debitur menghadapi kendala likuiditas akibat meningkatnya suku bunga dan tidak dapat meminjam lagi dalam jumlah lebih besar untuk mempertahankan 26 tingkat pengeluaran semula maka pengeluaran mereka terpaksa harus diturunkan. Wealtheffect. Perubahan suku bunga yang biasa digunakan sebagai faktor diskonto dari ekspektasi pendapatan untuk masa yang akan datang akan mengubah nilai aset finansial dan aset riil. Perubahan nilai aset-aset tersebut mengakibatkan perubahan tingkat kesejahteraan pelaku ekonomi dan pada gilirannya akan mempengaruhi keputusan. Credit rationing effect yaitu Peningkatan suku bunga dapat mendorong bank-bank untuk meningkatkan premi resiko yang mereka bebankan kepada debitur lama maupun calon debitur baru akibat kekhawatiran akan turunnya kapasitas para debitur dalam membayar hutang-hutangnya. Implikasinya, suku bunga kredit meningkat, suplai kredit menurun, atau terjadi penjatahan kredit. menjadikan suku bunga sebagai sasaran operasional pengendalian moneter (Marzuki, 2007). Investasi di pasar modal, khususnya saham, dianggap berisiko sangat tinggi. Hakikatnya memang demikian karena ada faktor yang bisa dikontrol dan ada juga faktor yang tidak bisa dikontrol yang dapat memengaruhi pergerakan harga saham. Misalnya, perubahan ekonomi dunia yang memburuk atau persoalan di industri masing-masing saham. Namun, bagi kalangan tertentu yang memiliki wawasan luas dan kemampuan menganalisis, hal-hal yang sebenarnya bersifat tidak bisa dikontrol bisa diperkirakan sehingga bisa dilakukan tindakantindakan dini mengantisipasi hal tersebut (Dody, 1998). Investasi saham bisa dibilang tinggi imbal hasilnya, namun belum tentu semua orang cocok berinvestasi saham. Demikian pula investasi properti, emas, obligasi, dan yang lainnya. Setiap orang mempunyai latar belakang dan tujuan investasi yang berbeda. Selain itu setiap orang tercipta unik dengan karakter 27 yang berbeda-beda dan juga tingkat kemampuan finansial yang berbeda pula (Supermoko, 2002). Menurut Dody (1998) tata cara menentukan investasi yang pertama, tentukan berapa banyak modal yang di miliki. Dengan menentukan modal, hal ini berarti Anda sedang menghitung berapa banyak “peluru” yang Anda punya. Jika Anda memiliki modal kecil, Anda bisa memilih investasi reksa dana, yang dapat dibeli dari nominal beberapa ratus ribu Rupiah saja, berjenjang hingga jutaan Rupiah. Investasi obligasi, misalnya ORI (Obligasi Ritel Indonesia) membutuhkan dana minimal sebesar Rp 5 juta. Meskipun saat ini banyak sekuritas yang memberi penawaran sangat menarik, yaitu membuka rekening dengan dana sangat kecil, namun paling tidak Anda membutuhkan dana Rp 10 juta ke atas untuk membeli saham-saham lapis pertama hingga lapis kedua. Saham-saham lapis ketiga yang sangat murah harganya cenderung tidak likuid dan beresiko tinggi. Yang kedua, tentukan tujuan Anda berinvestasi. Untuk apa Anda berinvestasi ? Misalnya saja, jika memilih berinvestasi untuk tabungan anak jangka panjang, maka investasi saham jangka panjang, atau reksa dana saham adalah pilihan tepat. Namun jika tujuan berinvestasi adalah untuk menyimpan dana untuk naik haji selama dua tahun ke depan, maka pilihan berinvestasi pada obligasi/reksa dana pendapatan tetap adalah pilihan yang tepat karena memiliki tingkat resiko lebih rendah daripada reksa dana saham. Yang ketiga, tentukan profil resiko Anda. Investasi berdasar urutan tingkat resiko dan imbal hasil dari deposito, obligasi, reksadana, terdiri dari reksadana pasar uang, Reksa dana pendapatan tetap, Reksa dana campuran, Reksa dana Saham, Saham Berinvestasi dalam deposito memiliki tingkat resiko paling rendah, namun juga 28 imbal hasil yang sangat rendah sekitar 6% jauh di bawah tingkat inflasi yang ratarata berkisar 10% per tahun. Hubungan antara tingkat bunga dengan simpanan bersifat positif. Menurut Teori Klasik, semakin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan seseorang atau masyarakat untuk menabung uangnya dibank. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengurangi atau mengorbankan pengeluaran konsumsinya guna menambah tabungannya. Semakin besar tingkat bunga akan meningkatkan kesediaan masyarakat untuk menyimpan dana pada bank, sehingga jumlah simpanan masyarakat pada bank akan naik. Tingkat suku bunga deposito berjangka akan berpengaruh positif terhadap permintaan deposito dalam negeri yang berarti jika suku bunga deposito naik maka permintaan deposito berjangka juga akan meningkat. Masyarakat akan menyisihkan sebagian uangnya untuk disimpan dalam bentuk deposito karena lebih menguntungkan. 2.1.4 Efek konsep PDRB terhadap Permintaan Deposito Pada dasarnya pendapatan mencerminkan seberapa besar tingkat konsumsi seseorang. Biasanya semakin tinggi pendapatan seseorang, maka keinginannya untuk mengkonsumsi satu atau beberapa jenis barang juga akan semakin ikut meningkat. Faktor yang paling mempengaruhi pertumbuhan uang dalam suatu wilayah antara lain pendapatan, nilai tukar, dan tingkat suku bunga (Boediono, 1985). Pendapatan dan permintaan uang sangat berhubungan erat serta mempunyai sifat yang positif dan signifikan. Yang artinya ketika pendapatan mengalami kenaikan, maka permintaan akan uang juga akan mengalami 29 peningkatan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya permintaan untuk konsumsi di kalangan masyarakkat. Untuk memperoleh pengertian tentang pendapatan, maka harus dilihat dari mana pendapatan tersebut dibentuk dan bagaimana proses pembentukannya. Karena pendapatan itu sendiri merupakan jumlah penerimaan yang diperoleh individu, masyarakat, produsen, perusahaan daerah, negara, dan sebagainya. Sebagai hasil usaha atau kompensasi yang diterima dalam kegiatan-kegiatan ekonomi melalui proses produksi barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan. Pendapatan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bidang penelitian yang telah lama dibahas oleh ahli-ahli ekonomi. Ada beberapa definisi ahli mengenai pertumbuhan ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah atau kabupaten, dengan cara mengurangi biaya antara masing-masing total produksi bruto dari tiap sektor dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Produk domestik regional bruto disini dengan pendekatan pendapatan perkapita masyarakat. Simpanan adalah pendapatan yang tidak dikonsumsi. Menurut Keynes, simpanan merupakan fungsi dari pendapatan. Simpanan terutama ditentukan oleh pendapatan nasional atau regional. Tidak semua pendapatan yang diterima oleh seseorang akan digunakan untuk konsumsi melainkan sebagian akan disisihkan sebagai simpanan. Bila tingkat pendapatan rendah, rumah tangga tidak dapat menabung atau hanya sedikit menabung, karena harus 30 membelanjakan semua atau sebagian besar pendapatannya untuk memelihara tingkat kehidupan tertentu atau lebih untuk konsumsi. Pada tingkat pendapatan lebih tinggi, konsumsi dan tabungan akan lebih besar. Semakin besar pendapatan, semakin besar pula simpanan yang dilakukan masyarakat, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian PDRB mempunyai efek terhadap deposito berjangka rupiah. Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatanperalatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan” . Menurut Boediono (1992) investasi adalah pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau untuk perluasan pabrik. Dornbusch & Fischer berpendapat bahwa investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa mendatang Persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu negara menurut Todaro (1981) adalah: (1) Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia; (2) Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja dan keahliannya; (3) Kemajuan teknologi. Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau proporsi pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar produk (output) dan pendapatan di kemudian hari. Untuk membangun itu seyogyanya mengalihkan sumber-sumber dari arus konsumsi dan kemudian mengalihkannya untuk investasi dalam bentuk ”capital 31 formation” untuk mencapai tingkat produksi yang lebih besar. Investasi di bidang pengembangan sumberdaya manusia akan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia, sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang dapat memperlancar kegiatan produktif. Menurut Sadono Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni (1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat pendapatan nasional serta kesempatan kerja; (2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi; (3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. Suryana (2000) menyatakan bahwa kekurangan modal dalam negara berkembang dapat dilihat dari beberapa sudut: (1) Kecilnya jumlah mutlak kapital material; (2) Terbatasnya kapasitas dan keahlian penduduk; (3) Rendahnya investasi netto. Akibat keterbatasan tersebut, negara-negara berkembang mempunyai sumber alam yang belum dikembangkan dan sumber daya manusia yang masih potensial. Oleh karena itu untuk meningkatka produktivitas maka perlu mempercepat investasi baru dalam barang-barang modal fisik dan pengembangan sumberdaya manusia melalui investasi di bidang pendidikan dan pelatihan. Hal ini sejalan dengan teori perangkap kemiskinan (vicious circle) yang berpendapat bahwa: (1) ketidakmampuan untuk mengarahkan tabungan yang cukup, (2) kurangnya perangsang untuk melakukan penanaman modal, (3) taraf pendidikan, pengetahuan dan kemahiran yang relatif rendah merupakan 32 tiga faktor utama yang menghambat terciptanya pembentukan modal di negara berkembang. Teori Harrod-Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan ekonomi yang merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut menitikberatkan pada peranan tabungan dan industri sangat menentukan dalam pertumbuhan ekonomi daerah (Lincoln Arsyad, 1997). Beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa: (1) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang ada di masyarakat digunakan secara penuh (2) Dalam perekonomian dua sektor (Rumah Tangga dan Perusahaan) berarti sektor pemerintah dan perdagangan tidak ada (3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik original (nol) (4) Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save = MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antar modal dan output (Capital Output Ratio) dan rasio penambahan modal-output (Incremental Capital Output Ratio). Investasi merupakan salah satu komponen yang penting dalam GNP. Biasanya pengeluaran investasi lebih tidak stabil apabila dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat menyebabkan terjadinya resesi. Oleh karena itu para ahli ekonomi sangat tertarik untuk menganalisanya, terutama dalam kaitannya dengan kebijaksanaan stabilitas untuk mengatasi akibat buruk dari adanya fluktuasi investasi. Investasi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi serta perbaikan dalam produktivitas tenaga kerja dan jumlah kapital. Tanpa investasi maka tidak akan ada pabrik atau mesin baru dan dengan demikian tidak ada ekspansi. Pengertian investasi mencakup investasi barang-barang tetap pada perusahaan, persediaan, serta perumahan. 33 Teori investasi pada umumnya hendak menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi investasi. Beberapa faktor yang diduga kuat pengaruhnya terhadap investasi ini antara lain adalah tingkat bunga, penyusutan, kebijaksanaan perpajakan serta perkiraan tentang penjualan dan kebijaksanaan ekonomi. Mempertimbangkan ekspansi ke dalam penentuan investasi merupakan pandangan yang relative baru (Nopirin a, 2000 : 133). Pembangunan nasional memerlukan investasi dalam jumlah besar, mengingat Indonesia sebagai negara berkembang, yang kekurangan dana guna membiayai pembanguan seperti dikatakan oleh Hasanudin (1984 : 33), dewasa ini hampir tidak ada negara berkembang di dunia dalam melaksanakan pembangunan ekonominya semata-mata mengandalkan pada sumber pembiayaan dalam negeri, sumber pembiayaan luar negeri sebagai sarana dalam mempercepat proses pembangunan negara sedang berkembang semakin disadari pentingnya. Bertitik tolak dengan pendapat di atas, maka pemerintah perlu mengambil beberapa kebijaksanaan dalam usaha menutupi kekurangan dana untuk keperluan investasi, yaitu diikut sertakan pihak swsta dalam proses pembangunan ekonomi, seperti dikatakan oleh Agie (1980 : 80). Jika modal untuk investasi dari pemerintah tidak cukup untuk keperluan pencapaian sasaran laju pertumbuhan ekonomi yang dikehendaki, maka diharapkan kekurangan tersebut dipenuhidengan peranan modal swasta. 2.2 Tinjauan Empiris Peneliti Budiono (2001) dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghimpunan Deposito Berjangka pada Bank Umum Pemerintah dan Bank Swasta Nasional di Indonesia”. Dalam penelitian ini menggunakan metode regresi berganda double log atau natural log, dengan menggunakan a = 0.05. 34 berdasarkan hasil analisis dapat dilihat ada dua variabel bebas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penghimpunan deposito berjangka pada bank umum pemerintah dan bank umum swasta nasional yaitu pendapatan nasional dan total aktiva bank. Sedangkan variabel lain tingkat bunga, tingkat inflasi, dan jumlah kantor bank tidak mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap penghimpunan deposito berjangka pada bank umum pemerintah dan bank umum swasta nasional. Peneliti Tuti (2006) meneliti tentang “Analisis permintaan deposito berjangka dalam negeri pada bank umum di Indonesia”. Variabel yang digunakan adalah tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, suku bunga deposito dalam negeri. Alat analisis yang digunakan adalah PAM. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada dua variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap deposito berjangka dalam negeri bank umum di Indonesia, yaitu tingkat inflasi dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Peneliti Ikha Novianti (2004) meneliti tentang “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi deposito berjangka bank umum di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah Pendapatan Nasional, tingkat suku bunga deposito, total aktiva bank umum, jumlah kantor bank umum. Alat analisis yang digunakan adalah PAM. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada tiga variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap deposito berjangka bank umum di Indonesia, yaitu tingkat suku bunga deposito, total aktiva bank umum dan tingkat deposito sebelumnya. 2.3 Kerangka Pikir Masalah deposito disektor perbankan sangatlah diperlukan oleh setiap bank dalam menghimpun dana masyarakat. Dimana deposito berjangka adalah 35 merupakan simpanan pihak ketiga kepada bank yang penawarannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan. Oleh karena itulah dalam permintaan deposito berjangka, menurut Budiono (2001) yang meneliti mengenai analisis permintaan deposito berjangka rupiah pada Bank Umum di DIY tahun 1986 – 2005, yang menunjukkan permintaan deposito dipengaruhi oleh 3 faktor yakni PDRB, tingkat bunga deposito dan laju inflasi. Pengaruh PDRB dengan permintaan deposito secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap permintaan deposito. Dimana peningkatan PDRB akan berpengaruh terhadap permintaan deposito, kemudian pengaruh antara tingkat suku bunga dengan permintaan deposito dapat dikatakan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pemintaan deposito, sedangkan inflasi tidak berpengaruh terhadap permintaan deposito (Suparmoko:2002). Melihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Kasmir, 2008) maka kerangka pikir yang dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Pikir PDRB (X1) Tingkat Suku Bunga Deposito (X2) Laju Inflasi (X3) Permintaan Deposito (Y) 36 2.4 Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :“Diduga bahwa PDRB, tingkat suku bunga deposito dan laju inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan deposito pada Bank Komersial di Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.” 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Untuk menunjang penyusunan skripsi ini, maka penulis memilih obyek penelitian pada Bank BRI dan BCA yang berlokasi di Makassar. 3.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif yang meliputi data time series dari tahun 2002-2011 tentang analisis komparatif statik terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada 10 Bank komersial. Sedangkan data kualitatif meliputi beberapa hasil studi kepustakaan dan artikel yang berguna bagi penelitian ini yang diperoleh dari Bank Komersial, artikel-artikel dan tulisan-tulisan yang diperoleh dengan fasilitas internet yang berguna bagi penelitian ini. Adapun data yang digunakan adalah data deposito berjangka rupiah 3 bulanan pada Bank Komersial di Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi-Selatan pada tahun 2002-2011, data PDRB tahun 2002-2011, data tingkat suku bunga tahun 2002-2011 dan data laju inflasi tahun 2002-2011. 3.3 Metode Analisis Berdasarkan uraian yang ada sebelumnya, maka model yang digunakan adalah model regresi berganda. Analisis regresi linear berganda untuk melihat sejauh mana pengaruh terhadap PDRB, tingkat suku bunga deposito, laju inflasi terhadap permintaan deposito berjangka rupiah dengan menggunakan rumus : Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε.............................................. (1) 37 38 Y = Permintaan deposito berjangka rupiah (Rp) X1 = PDRB Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan X2 = Tingkat suku bunga (r) X3 = Laju inflasi inflasi 3.4 Definisi Variabel Seperti telah dijelaskan di atas, maka batasan variabel dari penelitian ini, antara lain : 1. Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank. Sumber dana ini memiliki ciri-ciri pokok yaitu jangka waktu penarikannya tetap, dengan memiliki jangka waktu jatuh tempo 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 24 bulan. Deposito berjangka ini hanya dapat ditarik atau diuangkan pada saat jatuh temponya oleh pihak yang namanya tercantum dalam bilyet deposito. 2. PDRB adalah pendapatan atas faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu wilayah/daerah ditambah penduduk asing yang berada di wilayah/daerah tersebut. 3. Laju inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus. 4. Tingkat suku bunga adalah harga yang dibayar peminjam (debitur) kepada pihak yang meminjam (kreditur) untuk pemakaian sumber daya selama jangka waktu tertentu. 39 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis 4.1.1. Analisis Deskripsi Data Penelitian Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti adalah permintaan deposito berjangka, dimana permintaan deposito berjangka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : PDRB, suku bunga dan inflasi. Oleh karena itulah dalam penelitian ini akan disajikan deskripsi data penelitian yang diperoleh dari BPS Provinsi Sulawesi Selatan dan Bank Rakyat Indonesia dan Bank Central Asia dengan periode pengamatan dari tahun 2002 s/d tahun 2011 yang dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Deskripsi Variabel Penelitian (PDRB, Suku Bunga, Inflasi dan Permintaan Deposito) Tahun 2002 s/d tahun 2011 2002 PDRB konstan dalam Milyar Rp 30.948,82 2003 Tahun Inflasi (%) Suku Bunga Deposito Permintaan Deposito (Dalam Jutaan Rp) 10,03 BRI (%) 5,00 BCA (%) 7,25 BRI 11.671,25 BCA 7.919,53 32.627,38 7,06 6,13 8,00 15.171,56 9.282,23 2004 34.345,08 6,40 6,00 7,00 16.868,85 9.918,03 2005 36.424,02 10,12 6,00 7,00 17.313,02 10.195,64 2006 38.867,68 6,60 5,75 5,88 20.662,71 10.414,20 2007 41.332,43 5,71 5,00 4,50 22.357,66 13.973,54 2008 44.549,82 11,79 6,75 8,75 25.328,27 16.330,17 2009 47.326,08 3,24 7,00 5,50 29.548,31 20.342,70 2010 51.199,90 6,82 6,00 5,75 32.119,27 21.574,54 2011 55.116,92 2,81 7,25 7,00 36.341,06 29.338,16 Sumber : Data diolah dari BPS Sulsel,BRI dan BCA Sulsel, 2013 39 40 Berdasarkan data pada tabel 4.1, maka selanjutnya dapat disajikan pertumbuhan PDRB untuk tahun 2001 s/d tahun 2011 yang dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.2 Pertumbuhan PDRB Sulawesi Selatan Tahun 2002 s/d tahun 2011 PDRB Tahun Pertumbuhan (Dalam Milyar) Dalam milyar 2002 30.948,82 - 2003 32.627,38 1.678,56 5,42 2004 34.345,08 1.717,70 5,26 2005 36.424,02 2.078,94 6,05 2006 38.867,68 2.443,66 6,71 2007 41.332,43 2.464,75 6,34 2008 44.549,82 3.217,39 7,78 2009 47.326,08 2.776,26 6,23 2010 51.199,90 3.873,82 8,19 2011 55.116,92 3.917,02 7,65 24.168,10 6,63 Rata Rata Peningkatan % - Sumber : Hasil olahan data Berdasarkan tabel tersebut di atas yakni pertumbuhan PDRB Sulawesi Selatan dari tahun 2002 s/d tahun 2011, menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB yang dicapai oleh Sulawesi Selatan senantiasa mengalami peningkatan, dimana rata-rata peningkatan PDRB sebesar Rp24.168,10 milyar atau sebesar 6,63% setiap tahunnya. Berikut ini akan disajikan Pertumbuhan suku bunga deposito Bank BRI dan Bank BCA selama tahun 2002 s/d tahun 2012 melalui tabel berikut ini : 41 Tabel 4.3 Pertumbuhan Suku Bunga Deposito Bank BRI dan Bank BCA Tahun 2002 s/d tahun 2012 Tahun Permintaan Suku Bunga Deposito BRI % BCA % 2002 5,00 - 7,25 - 2003 6,13 1,13 8,00 0,75 2004 6,00 -0,13 7,00 -1 2005 6,00 - 7,00 - 2006 5,75 -0,25 5,88 -1,12 2007 5,00 -0,75 4,50 -1,38 2008 6,75 1,75 8,75 4,25 2009 7,00 0,25 5,50 -3,25 2010 6,00 1 5,75 0,25 2011 7,25 1,25 7,00 1,25 Rata Rata 6,09 0,25 6,66 -0,03 Sumber : Hasil olahan data Berdasarkan tabel 4.3 yakni pertumbuhan suku bunga deposito berjangka terlihat bahwa suku bunga BRI (Bank Pemerintah) dan Bank BCA (Bank Swasta) terlihat mengalami pertumbuhan yang berfluktuasi. Faktor yang menyebabkan adanya pertumbuhan yang berfluktuasi sebab adanya kenaikan/ penurunan bunga SBI yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Selanjutnya akan disajikan data pertumbuhan inflasi Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun 2002 s/d tahun 2011 melalui tabel berikut ini : 42 Tabel 4.4 Pertumbuhan Inflasi Sulawesi Selatan Tahun 2002 s/d tahun 2011 Tahun Inflasi Pertumbuhan (Dalam %) (Dalam %) 2002 10,03 2003 7,06 -2,97 2004 6,40 -0,66 2005 10,12 3,72 2006 6,60 -3,52 2007 5,71 -0,89 2008 11,79 6,08 2009 3,24 -8,55 2010 6,82 3,58 2011 2,81 -4,01 Rata-rata Peningkatan -7,22 Sumber : Hasil olahan data Berdasarkan tabel 4.4 yakni data pertumbuhan inflasi provinsi Sulawesi Selatan khususnya dalam tahun 2002 s/d tahun 2011 terlihat bahwa inflasi mengalami fluktuasi, hal ini disebabkan karena naik/turunnya indeks harga saham pada tahun 2002 s/d tahun 2011. Selanjutnya akan disajikan data mengenai pertumbuhan permintaan deposito pada Bank BRI dan Bank BCA selama tahun 2002 s/d tahun 2011 yang dapat dilihat melalui tabel berikut ini : 43 Tabel 4.5 Pertumbuhan Permintaan Deposito Bank BRI dan BCA Tahun 2002 s/d tahun 2011 Tahun Permintaan Deposito (Jutaan Rp) BRI % BCA % 2002 11.671,25 7.919,53 2003 15.171,56 29,99 9.282,23 17,21 2004 16.868,85 11,19 9.918,03 6,85 2005 17.313,02 2,63 10.195,64 2,80 2006 20.662,71 19,35 10.414,20 2,14 2007 22.357,66 8,20 13.973,54 34,18 2008 25.328,27 13,29 16.330,17 16,86 2009 29.548,31 16,66 20.342,70 24,57 2010 32.119,27 8,70 21.574,54 6,06 2011 36.341,06 13,14 29.338,16 35,99 Rata-Rata 22.738,20 13,68 14.928,87 16,29 Sumber : Hasil olahan data Tabel 4.5 yakni pertumbuhan permintaan deposito Bank BRI dan Bank BCA selama tahun 2002 s/d tahun 2011, menunjukkan bahwa setiap tahunnya permintaan deposito baik pada Bank BRI maupun pada Bank BCA senantiasa mengalami perkembangan setiap tahunnya, dimana rata-rata permintaan deposito pada Bank BRI sebesar Rp.22.738,20 milyar atau sebesar 13,68%, sedangkan rata-rata permintaan deposito pada Bank BCA adalah sebesar Rp.14.928,87 milyar atau sebesar 16,29%. 4.1.2. Statistik Deskriptif Analisis deskriptif merupakan suatu analisis yang memaparkan hasil secara kualitatif terhadap perkembangan data-data yang ada untuk memperkuat analisis empiris. Penelitian ini akan membahas mengenai perkembangan 44 variabel dependent yakni permintaan deposito berjangka rupiah, serta variabel independen yakni : PDRB, suku bunga, inflasi dan permintaan deposito pada Bank BRI dan Bank BCA dengan periode tahun pengamatan dari tahun 2002 s/d tahun 2011. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan disajikan hasil olahan data statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS Release 17 yang dapat disajikan pada Tabel 4.6 berikut ini : Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian N PDRB 10 30.948,82 55.116,92 41.273,81 8.139,12 Inflasi 10 2,81 11,79 7,06 2,90 Suku Bunga BRI 10 5,00 7,25 6,09 0,75 Suku Bunga BCA 10 4,50 8,75 6,66 1,26 Permintaan 10 11.671,25 36.341,06 22.738,20 7.987,45 10 7.919,53 29.338,16 14.928,87 6.935,32 Minimum Maximum Mean Std. Deviation Deposito BRI Permintaan Deposito BCA Sumber : Lampiran SPSS Tabel 4.6 yakni hasil olahan data statistik deskriptif, yang menunjukkan bahwa untuk variabel PDRB dengan periode pengamatan 10 tahun (2001 s/d tahun 2010) maka rata-rata (mean) PDRB pertahun sebesar Rp.41273,81 milyar dengan simpangan baku (standard deviation) sebesar 8.139,12 milyar, nilai PDRB yang terendah sebesar Rp.30.948,2 milyar dan PDRB yang tertinggi sebesar 55116,92 milyar, kemudian untuk inflasi maka rata-rata (mean) sebesar 45 7,06% dan standar deviasi 2,90%, dengan nilai inflasi terendah sebesar 2,81% dan tertinggi sebesar 11,79%. Selanjutnya untuk suku bunga BRI rata-rata sebesar 6,09 dengan standar deviasi sebesar 0,75, kemudian untuk suku bunga bank BRI yang terendah sebesar 5% dan nilai suku bunga tertinggi sebesar 7,25%, sedangkan suku bunga untuk Bank BCA dengan rata-rata sebesar 6,66% dengan standar deviasi sebesar 1,25, sedangkan suku bunga yang terendah sebesar 4,50% dan tertinggi sebesar 8,75%. Kemudian jika dilihat dari permintaan deposito untuk Bank BRI dimana rata-rata (mean) sebesar 22738,20 dan standar deviasi sebesar 7987,45, dan nilai terendah sebesar 11671,25 dan tertinggi sebesar 36341,06, sedangkan permintaan deposito Bank BCA dimana diperoleh rata-rata (mean) sebesar 14928,87 dan standar deviasi sebesar 6935,32 dengan nilai tertinggi untuk permintaan deposito pada Bank BCA sebesar 29338,16 dan nilai terendah sebesar 7919,53. 4.1.3. Uji Asumsi Regresi Sebelum dilakukan uji regresi, terlebih dahulu akan dilakukan uji asumsi klasik. Dimana menurut Singgih, S. (2010, hal. 203) bahwa sebuah model regresi, akan dapat dipakai untuk prediksi jika memiliki sejumlah asumsi yang disebut dengan uji asumsi klasik. Oleh karena itulah dalam melakukan uji asumsi klasik, yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji normalitas, uji multikolineritas, uji autokorelasi dan uji heterokesdastisitas. Berikut ini akan dilakukan uji asumsi klasik yaitu sebagai berikut : 46 4.1.3.1. Uji Asumsi Normalitas Sujianto dalam Agus (2009, hal. 77) menjelaskan bahwa uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data regresi memiliki distribusi normal, sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik, sebab model regresi linear berganda dapat disebut sebagai model yang baik, jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data. Ada 2 cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik. Untuk lebih jelasnya akan disajikan grafik histogram pada Bank BRI dan Bank BCA yang dapat dilihat melalui gambar berikut ini : Gambar 4.1 Grafik Histogram Bank BRI 47 Sedangkan grafik histogram pada Bank BCA, dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 4.2 Grafik Histogram Bank BCA Berdasarkan tampilan grafik histogram pada gambar di atas dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal (simetris / tidak menceng). Hal ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas, sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini : 48 Gambar 4.3 Grafik Normal Probability Plot Bank BRI Sedangkan grafik normal probability plot untuk Bank BCA seperti terlihat pada gambar berikut ini : 49 Gambar 4.4 Grafik Normal Probability Plot Bank BCA Tampilan grafik Normal Probability Plot pada gambar di atas menunjukkan bahwa titik-titik (yang menggambarkan data sesungguhnya) terlihat menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan analisis statistik. Dalam uji normalitas, metode yang digunakan dalam uji normalitas adalah Kolmogorov-Smirnov Test. Menurut Agus (2009, hal, 83) bahwa : 50 - Nilai sig atau signifikan atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi data adalah tidak normal - Nilai sig atau signifikan atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi data adalah normal. Sebelum dilakukan uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov Test, maka terlebih dahulu akan disajikan hasil olahan data dengan menggunakan SPSS release 17 yang dapat disajikan pada Tabel 4.7 yaitu sebagai berikut : Tabel 4.7 Hasil Olahan Data Uji Normalitas Variabel Penelitian Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) PDRB 0,393 0,998 Inflasi 0,632 0,820 Suku Bunga BRI 0,562 0,910 Suku Bunga BCA 0,649 0,793 Permintaan Deposito BRI 0,479 0,976 Permintaan Deposito BCA 0,767 0,599 Sumber : Hasil olahan data Tabel 4.7 yakni hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test dimana dapat dikatakan bahwa keempat variabel yakni : PDRB, inflasi, suku bunga, dan permintaan deposito pada Bank BRI dan Bank BCA. Dimana memiliki nilai asymp sig (2 – tailed) lebih besar dari 0,05, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bank yang diteliti memiliki distribusi yang normal, karena semuanya memiliki distribusi data yang normal maka variabel yang akan digunakan dapat diolah lebih lanjut. 51 4.1.3.2. Uji Multikolineritas Multikolineritas timbul sebagai akibat adanya hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih atau adanya kenyataan bahwa dua variabel penjelas atau lebih bersama-sama dipengaruhi oleh variabel ketiga, yang berada di luar model. Menurut Agus (2009, hal. 78) yang menyatakan jika nilai variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari multikolineritas. Berikut ini akan disajikan hasil olahan data uji multikolineritas dengan menggunakan SPSS release 17 yang dapat disajikan pada tabel 4.7 yaitu sebagai berikut : Tabel 4.8 Uji Multikolineritas dengan Program SPSS Release 17 Model 1 (Bank BRI) Model 2 (Bank BCA) Variabel Tolerance VIF Tolerance VIF PDRB 0,496 2,016 0,737 1,357 Suku Bunga 0,585 1,709 0,668 1,497 Inflasi 0,737 1,358 0,530 1,885 Sumber : Lampiran SPSS Berdasarkan Tabel 4.8 yakni hasil uji multikolineritas permintaan deposito dengan menggunakan program SPSS release 17, ternyata memiliki nilai VIF dari setiap variabel penelitian yakni PDRB, suku bunga dan inflasi baik yang akan digunakan dalam model pengujian regresi 1 untuk Bank BRI dengan model pengujian regresi 2 Bank BCA tidak ada yang melebihi 10 berarti data penelitian ini terbebas dari masalah multikolineritas. 52 4.1.3.3. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana terjadinya korelasi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Metode pengujian menggunakan uji Durbin Watson (uji DW) dengan ketentuan menurut Ghozali (2002 : 61) adalah sebagai berikut : a) Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4 – du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi b) Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif c) Bila DW lebih besar daripada (4 – dl), maka koefisien autokorelasi lebih daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif d) Bila DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4 – du) dan (4 – dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. Untuk lebih jelasnya akan disajikan data mengenai hasil uji autokorelasi atas permintaan deposito pada Bank BRI dan Bank BCA yang dapat dilihat melalui tabel berikut ini : Tabel 4.9 Hasil Olahan Data Uji Auto korelasi Dari Setiap Pengujian Model Regresi Model regresi Jenis Bank autokorelasi dL du 4-dU 1 BRI 2,439 0,5253 2,016 1,984 2 BCA 2,143 0,5253 2,016 1,984 Sumber : Hasil olahan data 53 Dari hasil pengolahan data SPSS maka diperoleh nilai autokorelasi permintaan deposito pada Bank BRI sebesar 2,439 dan nilai autokorelasi permintaan deposito pada Bank BCA sebesar 2,143, dengan tingkat signifikan 0,05 dan jumlah data (n) = 20 serta K = 2 diperoleh nilai dL untuk masingmasing Bank sebesar 0,5253 dan dU = 2,016, serta 4-dU = 1,984, hal ini berarti data regresi tidak memiliki autokorelasi. 4.1.3.4. Uji Heteroskesdastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan grafik scatterplot untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas. Caranya adalah dengan melihat grafik scatterplot tersebut. Jika ada pola tertentu, seperti tititk-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Dan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (homoskedastisitas). Adapun grafik heterokesdastisitas pada Bank BRI dan Bank BCA dapat dilihat melalui gambar berikut ini : 54 Gambar 4.5 Grafik Scatterplot Sedangkan grafik scatterplot permintaan deposito pada Bank BCA seperti terlihat pada gambar berikut ini : 55 Gambar 4.6 Grafik Scatterplot Sumber : Lampiran SPSS Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa tidak terjadi heterokesdastisitas karena tidak terdapat pola yang jelas dan titik-titik menyebar. Adapun dasar pengambilan keputusan tersebut adalah : - Jika ada pola tertentu yang membentuk pola tertentu yang teratur, maka terjadi heterokesdastisitas - Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar maka tidak terjadi heterokesdastisitas. 56 Sehingga dari hasil pengujian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi permintaan deposito pada Bank BRI dan Bank BCA masukan variabel PDRB, inflasi, tingkat suku bunga dan permintaan deposito. 4.1.4. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara variabel bebas dependen (variabel terikat) berupa permintaan deposito berjangka rupiah (Y) dan variabel independen (variabel bebas) berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (X1), suku bunga (X2), dan inflasi (X3). Oleh karena itulah dalam pengujian regresi dapat dibagi atas 2 model regresi yaitu menganalisis PDRB, suku bunga, dan inflasi terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank BRI (Model 1) dengan menguji pengaruh antara PDRB, tingkat suku bunga, dan inflasi terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada Bank BCA (Model 2). Pada penelitian ini digunakan model regresi berganda dengan variabel Model hubungan yang terbentuk pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = 𝛼 + 𝛽1 𝑥1 + 𝛽2 𝑥2 + 𝛽3 𝑥3 + 𝑒 Setelah semua variabel dimasukkan, penyelesaian model persamaan regresi linier berganda dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS (Statistical Program For Social Science) Versi 17.0 untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk lebih jelasnya akan disajikan hasil regresi antara Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), tingkat suku bunga, dan inflasi terhadap permintaan deposito berjangka rupiah yang dapat dilihat melalui tabel berikut ini : 1 Tabel 4.10 Hasil Olahan Data Regresi Unstandardizet Coefficient Uraian Pengaruh PDRB, Suku Bunga,Inflasi terhadap Permintaan deposito BRI R= R2 = Pengaruh PDRB,Suku Bunga, Inflasi, Terhadap Permintan depositio BCA Model Constant PDRB Suku Bunga Deposito Inflasi 0,999 0,998 Constant Fhit Std Error 1.376,20 0,02 619,31 -201,93 233,94 54,25 Fhit Sig thit Sig 0,921 -12,284 38,355 0,000 0,000 0,059 -0,073 2,647 -3,722 0,038 0,010 -5,037 0,002 -20.009,77 1.163,75 0,000 3.972,35 0,77 0,06 0,901 12,127 0,000 1.079,42 -560,22 429,41 209,48 0,196 -0,234 2,514 -2,674 0,046 0,037 = Sig PDRB Suku Bunga Deposito Inflasi R= 0,988 R2 = 0,976 Sumber : Hasil olahan data B -16.905,59 0,90 Standardized Coefficient (Beta) = 79,892 0,000 59 Berdasarkan Tabel 4.10 yakni hasil olahan data regresi dengan menggunakan SPSS release 17, maka selanjutnya akan dapat disajikan hasil pengujian regresi yang dapat diuraikan sebagai berikut : 4.1.4.1. Pengaruh antara PDRB, suku bunga, inflasi terhadap permintaan Deposito Berjangka Rupiah pada Bank BRI Berdasarkan hasil persamaan regresi yang telah dikemukakan di atas, maka diperoleh persamaan regresi yaitu sebagai berikut : Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 Dari formulasi tersebut di atas, maka yang menjadi persamaan regresi dengan menggunakan SPSS yaitu : Y = -16905,59 + 0,921 X1 + 0,059 X2 - 0,073 X3 Adapun hasil interprestasi dari persamaan regresi tersebut di atas, dapat diuraikan sebagai berikut : β0 = -16905,59 yang diartikan tanpa adanya kenaikan PDRB, suku bunga dan inflasi maka besarnya permintaan deposito berjangka rupiah untuk Bank BRI sebesar 16905,59% β1X1 = 0,921, yang diartikan bahwa dengan adanya peningkatan Rp.1.000.000 PDRB maka akan dapat meningkatkan permintaan deposito berjangka pada Bank BRI sebesar Rp.921.000,β2X2 = 0,059, yang diartikan bahwa dengan adanya kenaikan 1% suku bunga maka akan menyebabkan permintaan deposito berjangka rupiah sebesar 0,059%. β3X3 = -0,073, yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% inflasi maka akan dapat menyebabkan turunnya permintaan deposito sebesar 0,073%. 60 Berdasarkan hasil persamaan regresi yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa PDRB dan suku bunga berpengaruh positif terhadap permintaan deposito berjangka rupiah, sedangkan inflasi berpengaruh negatif terhadap permintaan deposito berjangka. Dengan kata lain semakin tinggi inflasi maka permintaan deposito akan semakin turun. Kemudian untuk mengetahui hubungan antara PDRB, suku bunga dan inflasi terhadap permintaan deposito berjangka pada Bank BRI, maka diperoleh nilai R = 0,998, hal ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat dan positif antara PDRB, suku bunga dan inflasi terhadap permintaan deposito berjangka pada Bank BRI. Kemudian dilihat dari nilai adjusted Rsquare = 0,997. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen (PDRB, suku bunga, inflasi) terhadap permintaan deposito berjangka pada Bank BRI mampu menjelaskan sebesar 99,7% sedangkan sisanya sebesar 0,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 4.1.4.2. Pengujian secara Parsial Untuk menguji pengaruh masing-masing variabel PDRB, suku bunga dan inflasi terhadap permintaan deposito berjangka rupiah maka digunakan uji parsial, yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Variabel Produk Domestik Regional Bruto (X1) PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan deposito berjangka rupiah, dengan uji statistik melalui uji t dengan taraf nyata 5% di mana memiliki nilai thitung (38,355) > ttabel (1,833) dan memiliki nilai probabilitas 0,000 < 0,05. 61 2) Variabel Suku bunga BRI (X2) Suku bunga BRI berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan deposito berjangka rupiah, dengan uji statistik melalui uji t dengan taraf nyata 5% di mana memiliki nilai thitung (2,647) > ttabel (1,833) dan memiliki nilai probabilitas 0,038 < 0,05. 3) Variabel Inflasi (X3) Inflasi berpengaruh negatif terhadap permintaan deposito berjangka rupiah, dengan uji statistik melalui uji t dengan taraf nyata 5% di mana memiliki nilai thitung (-3,722) < ttabel (1,833) dan memiliki nilai probabilitas 0,010 < 0,05. 4.1.4.3. Uji Serempak (Uji F) Uji serempak (Uji F) digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebasnya secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel pada derajat kesalahan 5% ( = 0,05). Apabila nilai Fhitung > dari nilai Ftabel maka berarti variabel bebasnya secara serempak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat, yang mana ditunjukkan dengan pengujian statistik melalui uji F yang dapat dilihat melalui tabel berikut : Tabel 4.11 Hasil Pengujian Secara Serempak Sum of Model 1 Squares Regression Residual Total df Mean Square 5.732E8 3 985107.079 6 5.742E8 9 F 1.911E8 1163.750 164184.513 a. Predictors: (Constant), Inflasi, Suku Bunga BRI, PDRB b. Dependent Variable: Permintaan Deposito BRI Sig. .000a 62 Berdasarkan hasil pengujian secara serempak maka diperoleh nilai Fhitung = 1163,76 dan Ftabel 4,757 serta memiliki nilai sig atau value = 0,000, karena nilai probabilitas yang lebih kecil dari nilai standar (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa PDRB, Suku bunga BRI dan inflasi mempunyai pengaruh secara serempak terhadap permintaan deposito pada Bank BRI. 4.1.4.4. Pengaruh antara PDRB, suku bunga, inflasi terhadap permintaan Deposito Berjangka Rupiah pada Bank BCA Berdasarkan hasil persamaan regresi yang telah dikemukakan di atas, maka diperoleh persamaan regresi yaitu sebagai berikut : Y = -20009,76 + 0,901 X1 + 0,196 X2 - 0,234 X3 Adapun hasil interprestasi dari persamaan regresi tersebut di atas, dapat diuraikan sebagai berikut : β0 = -2000,76 yang diartikan tanpa adanya kenaikan PDRB, suku bunga dan inflasi maka besarnya permintaan deposito berjangka rupiah untuk Bank BCA sebesar 2000,76% β1X1 = 0,901, yang diartikan bahwa dengan adanya peningkatan Rp.1.000.000 PDRB maka akan dapat meningkatkan permintaan deposito berjangka pada Bank BCA sebesar Rp.901.000,β2X2 = 0,196, yang diartikan bahwa dengan adanya kenaikan 1% suku bunga maka akan menyebabkan permintaan deposito berjangka rupiah sebesar 0,196%. β3X3 = -0,234, yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% inflasi maka akan dapat menyebabkan turunnya permintaan deposito sebesar 0,234%. 63 Kemudian untuk mengetahui hubungan antara PDRB, suku bunga dan inflasi terhadap permintaan deposito berjangka pada Bank BCA, maka diperoleh nilai R = 0,988, hal ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat dan positif antara PDRB, suku bunga dan inflasi terhadap permintaan deposito berjangka pada Bank BCA. Kemudian dilihat dari nilai adjusted Rsquare = 0,963. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independent (PDRB, suku bunga, dan inflasi) terhadap permintaan deposito berjangka pada Bank BCA mampu menjelaskan sebesar 96,3% sedangkan sisanya sebesar 3,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 4.1.4.5. Pengujian secara Parsial Untuk menguji pengaruh masing-masing variabel PDRB, suku bunga dan inflasi terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada Bank BCA maka digunakan uji parsial, yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Variabel Produk Domestik Regional Bruto (X1) PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan deposito berjangka rupiah, dengan uji statistik melalui uji t dengan taraf nyata 5% di mana memiliki nilai thitung (12,127) > ttabel (1,833) dan memiliki nilai probabilitas 0,000 < 0,05. 2) Variabel Suku bunga BCA (X2) Suku bunga BCA berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan deposito berjangka rupiah, dengan uji statistik melalui uji t dengan taraf nyata 5% di mana memiliki nilai thitung (2,514) > ttabel (1,833) dan memiliki nilai probabilitas 0,046 < 0,05. 64 3) Variabel Inflasi (X3) Inflasi berpengaruh negatif terhadap permintaan deposito berjangka rupiah, dengan uji statistik melalui uji t dengan taraf nyata 5% di mana memiliki nilai thitung (-2,674) < ttabel (1,833) dan memiliki nilai probabilitas 0,037 < 0,05. 4.1.4.6. Uji Serempak (Uji F) Uji serempak (Uji F) digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebasnya secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel pada derajat kesalahan 5% ( = 0,05). Apabila nilai Fhitung > dari nilai Ftabel maka berarti variabel bebasnya secara serempak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat, yang mana ditunjukkan dengan pengujian statistik melalui uji F yang dapat dilihat melalui tabel berikut : Tabel 4.12 Hasil Pengujian Secara Serempak Sum of Model 1 Squares df Mean Square Regression 4.223E8 3 1.408E8 Residual 1.057E7 6 1762034.750 Total 4.329E8 9 F 79.892 Sig. .000a a. Predictors: (Constant), Inflasi, PDRB, Suku Bunga BCA b. Dependent Variable: Permintaan Deposito BCA Berdasarkan hasil nilai Fhitung = 79,892 > F tabel pengujian secara serempak maka diperoleh 4,757 dan memiliki nilai sig atau value = 0,000, 65 karena nilai probabilitas yang lebih kecil dari nilai standar (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa PDRB, Suku bunga BRI dan inflasi mempunyai pengaruh secara serempak terhadap permintaan deposito pada Bank BCA. 4.2 Pembahasan Pembahasan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh antara PDRB, suku bunga, inflasi terhadap peningkatan deposito pada Bank BNI dan BCA dengan menggunakan periode pengamatan tahun 2002 – 2011. Sehingga dari hasil penelitian yang telah dilakukan yang menunjukkan bahwa PDRB dan suku bunga deposito baik bank pemerintah (BRI) maupun bank swasta (BCA) berpengaruh positif dan signifikan. Sedangkan tingkat inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan deposito baik bank pemerintah (BRI) maupun bank swasta (BCA). Dalam hubungannya dengan uraian tersebut diatas akan disajikan pembahasan mengenai faktir (tingkat PDRB, suku bunga, inflasi) terhadap permintaan deposito baik bank pemerintah (BRI) maupun bank swasta (BCA) yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pengaruh PDRB terhadap permintaan deposito baik bank pemerintah (BRI) dan bank swasta (BCA) Pengaruh antara PDRB dan permintaan deposito baik bank pemerintah (BRI) maupun bank swasta (BCA) berpengaruh positif, yang artinya semakin tinggi PDRB maka akan dapat meningkatkan permintaan deposito khususnya pada bank pemerintah (BRI) dan bank swasta (BCA). Kemudian dari hasil uji parsial yang telah dilakukan terlihat ada pengaruh secara signifikan antara PDRB dengan tingkat permintaan deposito baik bank pemerintah (BRI) maupun bank swasta (BCA). 66 Penelitian yang dilakukan oleh Meliala (2011) dengan judul penelitian yaitu faktor-faktor yang mempengaruhhi deposito berjangka pada Bank Umum di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku bunga, PDRB berpengauh positif terhadap permintaan deposito berjangka pada Bank Umum pada tingkat kepercayaan 99%. Kemudian penelitian lainnya yaitu Febri (2008) dengan judul penelitian yaitu analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan deposito yang menemukan bahwa suku bunga, inflasi dan PDRB berpengaruh signifikan terhadap permintaan deposito pada Bank Umum. Sedangkan hasil penelitian yang telah dilakukan ternyata menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara PDRB dengan permintaan deposito berjangka baik bank pemerintah maupun bank swasta. Sehingga dari hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Meliala dan Febri. 2. Pengaruh suku bunga deposito terhadap permintaan deposito berjangka pada Bank Pemerintah dan Bank Swasta Pengaruh antara suku bunga dan permintaan deposito berpengaruh secara signifikan dan positif. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap kenaikan suku bunga deposito akan diikuti oleh kenaikan permintaan deposito, kemudian dari hasil uji parsial yang telah dilakukan yang menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara suku bunga terhadap permintaan deposito. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2008) dengan judul penelitian analisis permintaan deposito berjangka rupiah pada Bank Umum di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1986 – 2005. Hasil penelitian menunjukkan PDRB, suku bunga, laju inflasi berpengaruh secara signifikan jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan penelitian yang dilakukan Febri (2006) yang menemukan bahwa antara suku bunga deposito berpengaruh terhadap 67 permintaan deposito berjangka. Selanjutnya dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa antara suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan deposito berjangka. Dengan demikian dari hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Febri dan Yunita. 3. Pengaruh inflasi terhadap permintaan deposito BRI dan BCA Berdasarkan hasil uji regresi yang telah dilakukan yang ditemukan bahwa antara inflasi dengan permintaan deposito berpengaruh negatif. Sedangkan secara parsial yang telah diuji yang menunjukkan bahwa antara inflasi dan permintaan deposito baik pada bank pemerintah (BRI) dan bank swasta (BCA) berpengaruh secara signifikan. Dimana semakin tinggi inflasi yang terjadi dari tahun ketahun maka akan dapat diikuti oleh penurunan permintaan deposito. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2008) dimana inflasi berpengaruh terhadap permintaan deposito berjangka rupiah. Sedangkan penelitian lainnya yaitu Febri (2006) yang menemukan bahwa antara inflasi dan permintaan deposito berpengaruh secara signifikan. Sehingga dari hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yunita dan Febri. 68 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, akan disajikan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa variabel PDRB, suku bunga, laju inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan deposito. Sedangkan dilihat dari hasil uji parsial dan secara serempak, ada pengaruh yang signifikan baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama terhadap permintaan deposito. 2. Variabel yang paling dominan mempengaruhi permintaan deposito baik pada bank pemerintah (BRI) dengan bank swasta (BCA) adalah PDRB. Alasannya karena PDRB memiliki korelasi yang terbesar jika dibandingkan dengan variabel beta lainnya. 5.2 Saran Adapun saran-saran dari hasil penelitian yaitu sebagai berikut : 1. Disarankan agar untuk meningkatkan permintaan deposito maka sebaiknya bank BRI maupun BCA memperhatikan faktor PDRB, suku bunga, dan inflasi. 2. Disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk meneliti faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi permintaan deposito seperti nilai kurs dollar dan tingkat suku bunga SBI. 67 69 DAFTAR PUSTAKA Arrieta, G.M.G., 1988, “Interest Rates, Saving, and Growth in LDCs: An Assessment of Recent Empirical Research”, World Development, Vol. 16:589-605. Boediono, 2005, Pengantar Ekonomi, edisi keempat, cetakan ketiga, Penerbit : BPFE, Yogyakarta Budiono. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penghimpunan Deposito Berjangka Pada Bank Umum Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional di Indonesia. Deaton, Angus. “ Involuntary Saving Through Unanticipated Inflation”. American Economic Review. Vo. 67 (Desember) : 899-910. Dendawijaya, 2008 Manajemen Perbankan, cetakan pertama penerbit: Ghalia Indonesia jakarta. Doddy Budi Waluyo dan Benny Siswanto (1998), “Peranan Kebijakan Nilai Tukar Dalam Era Deragulasi dan Globalisasi” dalam Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Gupta, K.L. 1987. “Aggregate Saving, Financial Intermediation, and Interest Rate”. Review of Economics and Statistics. Mei, Vol. 69 No. 2 Howard, David H. 1978. “Personal Saving Behavior and the Rate of Inflation” Review of Economic and Statistics. Vol. 60 (November): 547-554 Ikha, Novianti, 2004, Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi deposito berjangka bank umum di Indonesia. Kasmir, 2008 Manajemen Perbankan, edisi revisi kedelapan, Penerbit : RajaGrafindo Persada, Jakarta Kelley, Allen C. 1988. “Population Pressures, Saving, and Investment in the Third World: Some Puzzles” Economic Development and Cultural Change. No. 36 April: 449-464 Lahiri, Ashok, 1989. “Dynamics of Asian Saving: The Role of Growth and Age Structure.” IMF Staff Papers 36:228-61. Leff, Nathaniel H. 1969. “Dependency Rates and Saving Rates”. American Economic Review. No. 58: 886-896 Ram, Rati. 1982. “Dependency Rates and Aggregate Savings: A New International Cross-Section Study” American Economic Review. No. 72:537-544 70 Rossi, Nicola. 1988. “Government Spending, the Real Interest Rate, and the Behavior of Liquidity-Constrained Consumers in Developing Countries.” IMF Staff Papers. Vol. 35 March: 104-140. Malayu, SP. Hasibuan, 2007, Dasar-dasar Perbakan, cetakan pertama, edisi ketujuh, Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta Marzuki Usman, Singgih Riphat, Syahrir, 2007, Pengetahuan Dasar Pasar Modal, Institut Bankir Indonesia dan Jurnal Keuangan & Moneter, Jakarta Mikesell, R.F. & J.E. Zinser, 1973. “The Nature of Saving Function In Developing Countries: A Survey of The Theoretical and Emperical Literature”. Journal of Economic Literature. Vol. XI No. 1 Maret. Muhlisen. 1996. “India-Polices to Increase Domistic Saving”. International monetary fund, Wa shington, D.C Processed. Muljono, Teguh, Pudjo. 2004, Analisa laporan keuangan untuk perbankan, edisi revisi, cetakan ke enam, penerbit: Djambatan, Jakarta. Muradoglu, G. dan F. Taskin. 1996. “Differences in Household Saving Behaviour: Evidence from Industrial and Developing Countries”. The Developing Economics. Juni, Vol. XXXIV, No. 2, hal. 138-153. Nazir, Habib dan Muhammad Hasanudin. 2004. Analisis Perkreditan Bank, Penerbit : Raja Grafindo Persada, Jakarta. Safrizal, 1996 “Dasar-dasar ekonomi regional” Prisma. Slamet, Riyadi. 2004. Banking andlibility management. Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia Jakarta. Sukirno, Sadono, 2001, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Penerbit : Radja Grafindo Persada Rajawali, Jakarta Suparmoko, 2002, Ekonomi Publik Untuk Keuangan Dan Pembangunan Daerah, edisi pertama, Penerbit : Andi Yogyakarta. Suryana, 2000. Ekonomi Pembangunan: Problematika Penerbit Salemba Empat Edisi Pertama, 2000. dan Pendekatan. Simorangkir, O.P. 2005, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Penerbit : Ghalia Indonesia, Bogor. Tuti, 2006, Analisis Permintaan Deposito Berjangka Dalam Negeri Pada Bank Umum di Indonesia, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Undang-undang Perbankan No. 14 tahun 1998, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : Rajawali Pers, Jakarta.