skripsi analisis permintaan deposito berjangka rupiah pada bank

advertisement
1
SKRIPSI
ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH
PADA BANK KOMERSIAL DI MAKASSAR
(Studi Empiris Pada Bank BRI dan Bank BCA Periode 2002-2011)
NORMAWATI
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
2
SKRIPSI
ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH
PADA BANK KOMERSIAL DI MAKASSAR
(Studi Empiris Pada Bank BRI dan Bank BCA Periode 2002-2011)
Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi
Disusun dan diajukan oleh :
NORMAWATI
A11108004
Kepada
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
3
SKRIPSI
ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH
PADA BANK KOMERSIAL DI MAKASSAR
(Studi Empiris Pada Bank BRI dan Bank BCA Periode 2002-2011)
disusun dan diajukan oleh :
NORMAWATI
A11108004
telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Makassar,
Mei 2013
Pembimbing I
Pembimbing II
Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universutas Hasanuddin
Prof. Dr. Hj. Rahmatia, S.E., M.A.
Nip 196306251987032001
4
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Normawati
NIM
: A11108004
Jurusan
: Ilmu Ekonomi
Program Studi
: Strata Satu S.1
Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul :
ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH
PADA BANK KOMERSIAL DI MAKASSAR
(Studi Empiris Pada Bank BRI dan Bank BCA Periode 2002-2011)
adalah hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah
skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan
dan daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan
terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (UU No.20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Makassar, Mei 2013
Yang membuat pernyataan
Normawati
5
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas anugrah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi
ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin di Makassar. Penyusunan
skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa bimbingan, bantuan dan dorongan tersebut sangat
berarti dalam penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut di atas
penulis menyampaikan hormat dan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Rahmatia, SE. MA. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.
2. Bapak Drs. Hidayat Ely, M.Si selaku penasehat akademik selama saya
menjalani pendidikan di Universitas Hasanuddin. Terima kasih atas saran dan
nasehat yang telah bapak berikan kepada saya.
3. Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu, tenaga dan buah
pikirannya untuk memberikan pengarahan kepada penulis demi penyelesaian
dan penyempurnaan isi skripsi ini.
4. Kedua orang tuaku terkasih papa dan mama terima kasih atas perlindungan,
kasih sayang, cinta, dan dukungan serta pengorbanan yang selalu diberikan
dengan tulus kepada anak-anaknya.
5. Segenap staf dan karyawan FEB UNHAS atas bantuannya, dan semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang juga telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
6
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan dan menghargai setiap kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak demi penulisan yang lebih baik di masa
mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Makassar, September 2013
Penulis
7
ABSTRAK
ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH
PADA BANK KOMERSIAL DI MAKASSAR
(Studi Empiris Pada Bank BRI dan Bank BCA Periode 2002-2011)
Normawati
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah PDRB, tingkat suku
bunga dan laju inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan
deposito berjangka tahun 2002 – 2011.
Untuk mengaplikasikan tujuan tersebut maka digunakan metode
analisis regresi linear berganda.
Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa variabel
PDRB, suku bunga, dan laju inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap
permintaan deposito. Sedangkan dilihat dari hasil uji parsial dan uji simultan,
ada pengaruh yang signifikan baik secara sendiri-sendiri maupun secara
bersama terhadap permintaan deposito. Sedangkan variabel yang paling
dominan mempengaruhi permintaan deposito baik pada bank pemerintah (BRI)
dengan
bank
swasta
(BCA)
adalah
PDRB.
Alasannya
karena
PDRB memiliki korelasi yang terbesar jika dibandingkan dengan variabel beta
lainnya.
Kata kunci : PDRB, Tingkat Suku Bunga, Laju Inflasi dan Permintaan Deposito
Berjangka
8
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................
i
HALAMAN JUDUL .........................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
iv
PRAKATA .......................................................................................................
v
ABSTRAK ......................................................................................................
vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................
1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................
3
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................
4
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................
4
1.5. Sistematika Penulisan ............................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
5
2.1. Landasan Teoritis ...................................................................
5
2.2. Tinjauan Empiris ......................................................................
33
2.3. Kerangka Pikir .........................................................................
34
2.4. Hipotesis .................................................................................
36
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................
37
3.1. Lokasi Penelitian ....................................................................
37
3.2. Jenis dan Sumber Data ..........................................................
37
3.3. Metode Analisis .......................................................................
37
3.4. Definisi Variabel.......................................................................
38
BAB II
9
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...........................................
39
4.1. Hasil Analisis ...........................................................................
39
4.2. Pembahasan ..........................................................................
64
BAB V PENUTUP ........................................................................................
67
5.1. Kesimpulan .............................................................................
67
5.2. Saran-saran ............................................................................
67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
68
LAMPIRAN ....................................................................................................
71
10
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1
Halaman
Data Permintaan Deposito Pada Bank Komersial di Makassar
Tahun 2002 – 2012 ..........................................................................
4.1
3
Deskripsi Variabel Penelitian (PDRB, Suku Bunga, Inflasi dan
Permintaan Deposito) Tahun 2002 s/d tahun 2011 ..........................
41
4.2
Pertumbuhan PDRB Sulawesi Selatan Tahun 2002 s/d tahun 2011
42
4.3
Pertumbuhan Suku Bunga Deposito Bank BRI dan Bank BCA
Tahun 2002 s/d tahun 2012 .............................................................
43
4.4
Pertumbuhan Inflasi Sulawesi Selatan Tahun 2002 s/d tahun 2011 .
44
4.5
Pertumbuhan Permintaan Deposito Bank BRI dan BCA
Tahun 2002 s/d tahun 2011 .............................................................
45
4.6
Statistik Deskriptif ............................................................................
46
4.7
Hasil Olahan Data Uji Normalitas .....................................................
52
4.8
Uji Multikolineritas dengan Program SPSS Release 17 ....................
53
4.9
Hasil Olahan Data Uji Auto korelasi Dari Setiap Pengujian Model
Regresi ............................................................................................
54
4.10
Hasil Olahan Data Regresi ...............................................................
59
4.11
Hasil Pengujian Secara Serempak ...................................................
62
4.12
Hasil Pengujian Secara Serempak ...................................................
65
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Kerangka Konseptual .................................................................... 35
4.1
Grafik Histogram Bank BRI ............................................................ 48
4.2
Grafik Histogram Bank BCA ........................................................... 49
4.3
Grafik Normal Probability Plot Bank BRI ........................................ 50
4.4
Grafik Normal Probability Plot Bank BCA ....................................... 51
4.5
Grafik Scatterplot BRI .................................................................... 56
4.6
Grafik Scatterplot BCA ................................................................... 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peranan perbankan nasional dalam membangun ekonomi adalah salah
satu sektor yang diharapkan dapat berperan aktif dalam menunjang kegiatan
pembangunan baik tingkat nasional atau regional. Fungsi dan peran perbankan
adalah menghimpun dana dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Melihat akan pentingnya fungsi dan peran bank, salah satu jenis bank
yang ikut berperan dalam perekonomian di Indonesia adalah Bank Komersial.
Bank Komersial adalah bank yang tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembiayaan yang dalam kegiatan usahanya dapat secara konvensional dan
selain itu Bank Komersial memberikan simpanan hanya dalam bentuk deposito
berjangka, tahunan. Dalam hubungannya dengan uraian tersebut diatas maka
salah satu aktivitas Bank Komersial yaitu menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,
tabungan.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa bahwa fungsi Bank
Komersial sangatlah berperan dalam meningkatkan perekonomian rakyat. Oleh
karena itulah, penelitian ini ditekankan pada masalah yang berkaitan dengan
permasalahan deposito berjangka pada Bank Komersial di Kabupaten Gowa. Hal
ini didasari dari fungsi dan peran Bank Komersial yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk deposito berjangka atau sertifikat deposito. Deposito
berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
2
waktu tertentu menurut perjanjian dengan waktu yang bersangkutan. Jangka
waktu deposito adalah 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan hingga 12 bulan.
Masalah deposito berjangka, khususnya pada Bank Komersial dan Bank
Pemerintah adalah jenis produk bank yang diperlukan dalam penyaluran kredit.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan oleh setiap bank adalah yang berkaitan
dengan permintaan deposito. Oleh karena itulah dalam penelitian sebelumnya
yaitu Suparmoko (2002) dengan judul penelitian mengenai analisis permintaan
deposito berjangka untuk Bank Umum di DIY tahun 1986 – 2005 bahwa
permintaan deposito sangatlah ditentukan oleh 3 faktor yakni produk Domestik
Regional Bruto, tingkat suku bunga deposito, dan laju inflasi. Hasil penelitian
yang dilakukan yang menunjukkan bahwa PDRB, suku bunga deposito, laju
inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan deposito.
Kemudian pengaruh PDRB dengan permintaan deposito dapat dikatakan
berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan deposito, sedangkan dari
hasil pengujian secara parsial ternyata suku bunga berpengaruh secara
signifikan terhadap permintaan deposito. Begitupun dengan inflasi dengan
permintaan deposito berpengaruh signifikan terhadap permintaan deposito
(Suparmoko, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya maka dikatakan bahwa PDRB,
suku bunga deposito dan inflasi merupakan faktor yang paling dominan
mempengaruhi permintaan deposito. Dimana dari hasil data yang diperoleh dari
BPS maka Bank Indonesia (tabel 1) yang menunjukkan bahwa permintaan
deposito selama tahun 2002 – 2011 mengalami fluktuasi. Dimana dengan
adanya fluktuasi permintaan deposito diakibatkan oleh adanya kenaikan
3
(penurunan) suku bunga dan inflasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 yaitu
sebagai berikut :
Tabel 1.1 Data Permintaan Deposito Pada Bank Komersial di Makassar
Tahun 2002 – 2012
Tahun
Inflasi
2002
Deposito
PDRB dalam
Harga Kontan
BRI
BCA
10,03
30.948,82
5,00
7,25
2003
7,06
32.627,38
6,13
8,00
2004
6,40
34.345,08
6,00
7,00
2005
10,12
36.424,02
6,00
7,00
2006
6,60
38.867,68
5,75
5,88
2007
5,71
41.332,43
5,00
4,50
2008
11,79
44.549,82
6,75
8,75
2009
3,24
47.326,08
7,00
5,50
2010
6,82
51.199,90
6,00
5,75
2011
2,81
55.116,92
7,25
7,00
Sumber : Bank Komersial di Makassar
Berdasarkan Tabel 1.1 yakni data permintaan deposito untuk 5 tahun
terakhir (tahun 2002 – 2011) terlihat bahwa untuk tahun 2002 – 2011 laju inflasi
dan PDRB mengalami fluktuasi dimana adanya fluktuasi laju inflasi dan PDRB
mempengaruhi tingkat bunga deposito. Hal ini ditekankan pada Bank BRI dan
BCA, alasannya pemilihan kedua bank sebab kedua bank tersebut yang terbesar
di Indonesia. Hal ini yang menjadi alasan peneliti dalam melakukan penelitian
dengan judul : “Analisis Permintaan Deposito Berjangka Rupiah Pada Bank
Komersial di Makassar (Studi Empiris Pada Bank BRI, Bank BCA periode 20022011).”
1.2 Masalah Pokok
Berdasarkan latar belakang masalah, akan disajikan beberapa rumusan
masalah yaitu sebagai berikut :
4
“Apakah PDRB, tingkat suku bunga, dan laju inflasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap deposito berjangka.”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis apakah PDRB, tingkat
suku bunga dan laju inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
permintaan deposito berjangka tahun 2002 - 2011.
1.4 Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pembanding bagi penelitian lainnya untuk melakukan
penelitian mengenai permintaan deposito.
2. Sebagai bahan sumbangan pikiran, terkait dengan permintaan deposito
berjangka bagi pihak yang berkepentingan dengan Bank Komersial.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dalam penyusunan skripsi ini maka
penulis menguraikannya kedalam enam bab yang dapat diperincikan satu
persatu sebagai berikut :
Bab I
: Pendahuluan yang berisikan
latar belakang,
rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
: Kerangka teori menguraikan tinjauan teori dan konsep, tinjauan
empirik, kerangka pikir dan hipotesis.
Bab III
: Metode penelitian yang berisikan tempat dan waktu penelitian, jenis
dan sumber data, dan metode analisis.
Bab IV
: Hasil penelitian dan pembahasan.
Bab V
: Penutup yang berisikan simpulan dan saran
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1 Perdebatan Tentang Konsep Perbankan
Bank merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan. Bank merupakan
suatu
lembaga
yang
berperan
sebagai
perantara
keuangan
(financial
intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)
dengan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran. Bank merupakan industri yang dalam
kegiatannya
mengandalkan
kepercayaan
masyarakat
sehingga
tingkat
kesehatan bank perlu dijaga. Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
Bank adalah badan usaha yang menghimpun menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan tarif hidup masyarakat banyak.
Definisi bank juga dikemukakan oleh Kasmir (2008 : 24), mengemukakan
bahwa bank adalah sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut
ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.
Sedangkan definisi bank menurut Dendawijaya (2008 : 5), bank adalah
suatu badan yang bertujuan merumuskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat
pembayaran sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain maupun
dengan jasa memperedarkan alat-alat penemuan baru berupa uang giral.
Dari pengertian-pengertian bank di atas dapat disimpulkan bahwa bank
merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya adalah sebagai berikut :
menghimpun dana (funding) dari masyarakat dalam bentuk simpanan,
5
6
maksudnya bank mengumpulkan ayau mencari dana dengan cara membeli dari
masyarakat luas dalam bentuk simpanan tabungan, giro, dan deposito.
Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara
merangsang berbagai strategi agar masyarakat tertarik menanamkan dananya.
Secara umum jenis simpanan yang ada di bank terdiri dari simpanan tabungan,
simpanan giro, dan simpanan deposito. Menyalurkan dana (lending) dari
masyarakat, dalam hal ini bank memberikan pinjaman (kredit) kepada
masyarakat. Dengan kata alain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang
membutuhkannya. Pinjaman atau kredit yang diberikan dibagi dalam berbagai
jenis sesuai dengan keinginan nasabah. Jenis kredit yang biasa diberikan oleh
hampir semua bank adalah seperti kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit
perdagangan. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (service) seperti penerimaan
uang (transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota
(kliring), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar
negeri (inkaso), letter of credit (L/C), bank garansi dan jasa lainnya. Jasa-jasa
bank lainnya ini merupakan jasa pendukungnya dari kegiatan produk bank yaitu
menghimpun dan menyalurkan dana (Muljono Teguh Pudjo : 2004).
Dalam hal ini kegiatan utama fungsi perbankan dalam perekonomian
modern. Menghimpun dana dari masyarakat (funding), umumnya dana-dana
utama ini terdiri dari giro (demand deposit), tabungan (saving deposit), serta
deposito berjangka (time deposit), dan sertifikat deposito (certificate of deposit).
Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit (lending). Memberikan
jasa-jasa lainnya (services), jasa-jasa lainnya yang umumnya ditawarkan oleh
bank adalah: transfer (kiriman uang), kliring (clearing), letter of credit (L/C), jasa
penitipan/penyimpanan, menerima setoran-setoran dan melayani pembayaran-
7
pembayaran. Kegiatan di pasar modal, kegiatan yang dapat dilakukan bank di
pasar modal adalah: penjamin emisi (underwriter), penjamin (guarrantor), wali
amanat (trustee), dan pedagang sekuritas (Muljono Teguh Pudjo:2004)
Dengan demikian tugas pokok suatu bank adalah sebagai financial
intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali
dana tersebut dalam bentuk kredit. Peranan kredit dalam operasi bank sangat
besar karena sebagian besar bank masih mengandalkan sumber pendapatan
utamanya dari operasi perkreditan sehingga untuk mendapatkan margin yang
baik diperlukan pengelolaan perkreditan secara efektif dan efisien. Rivai (2006)
menyatakan bahwa sumber penghasilan bank berasal dari penyaluran kredit
mengingat : bahwa bank harus dapat memelihara dan mengembangkan
kepercayaan timbal balik, bahwa pos pinjaman yang diberikan merupakan pos
aktiva terbesar dalam neraca bank, bahwa perkreditan memberikan kontribusi
penghasilan terbesar bagi sebagian besar bank, bahwa risiko yang dikandung
dalam penyaluran kredit cukup besar, bahwa bank merupakan perantara
(financial intermediary) antara masyarakat surplus dana dengan pihak lain yang
kekurangan dana (Slamet Riyadi, 2004).
Dua bank BUMN yaitu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Bank
Mandiri Tbk didorong DPR-RI menjadi bank pembangunan atau bank
infrastruktur untuk mendorong pembangunan infrastruktur di Indonesia. BNI atau
Bank Mandiri diubah menjadi bank pembangunan atau bank infrastruktur agar
infrastruktur punya pendanaan yang tepat menurut Azis (2012).
Azis (2012)
menilai saat ini pendanaan infrastruktur masih dibatasi oleh akses ke sumber
pinjaman jangka panjang sedangkan saat ini perbankan biasanya hanya
mendapatkan dana dari tabungan dan deposito, Tabungan dan deposito memiliki
8
tenor pendek, yaitu sekitar 1 bulan–5 tahun, yang tidak sesuai dengan proyek
infrastruktur yang tenornya bisa lebih dari 10 tahun. Menurut Asis (2012) usulan
itu akan dibawa juga ke dalam pembahasan perubahan Undang-undang
No.10/1998 tentang Perbankan. Peraturan itu, lanjutnya, sama sekali tidak
mengatur atau memberi kemudahan adanya bank khusus pembiayaan
pembangunan dan infrastruktur sehingga tidak ada yang berminat. Selama ini
mekanisme pasar, dan tidak ada mekanisme intervensi sehingga tidak ada yang
berani membuat bank pembangunan dan infrastruktur.
Harry menyatakan salah satu fakta yang menunjukkan ketimpangan
pendanaan infrastruktur adalah rasionya dengan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) yang hanya Rp45 triliun. Rasio itu, tuturnya, berarti hanya sebesar
0,46% dari PDRB 2013 yang diprediksi mencapai Rp9.600 triliun. Selain itu,
salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan dana infrastruktur adalah
dengan menggenjot lembaga penunjang infrastruktur seperti PT Sarana Multi
Infrastruktur (SMI) dan beberapa lembaga lain. Beberapa contoh lembaga lain
yang menurutnya butuh dukungan modal dari pemerintah adalah PT Perusahaan
Investasi Pemerintah dan PT Indonesia Infrastructure Fund.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 jo
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menyebutkan fungsi Perbankan Indonesia,
yaitu: bahwa perbankan yang berasaskan demokrasi ekonomi dengan fungsi
utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat memiliki peranan
yang strategis untuk menjunjung pelaksanaan pembangunan nasional, dalam
rangka
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi,
pemerataan
dan
pembangunan
stabilitas
nasional
ke
dan
arah
hasil-hasilnya,
peningkatan
kesejahteraan taraf hidup rakyat banyak, bahwa perkembangan perekonomian
9
nasional maupun internasional yang senantiasa bergerak cepat disertai dengan
tantangan-tantangan yang semakin luas, harus selalu diikuti secara tanggap oleh
perbankan nasional dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya kepada
masyarakat.
Pengertian dana menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, dana
bank dihimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
Dalam neraca perbankan dana bank dibagi menjadi tiga kelompok besar,
yaitu dana pihak pertama yaitu dana yang berasal dari pemilik berupa modal dan
hasil usaha bank, dana pihak kedua terdiri dari instrumen money market yaitu
surat-surat berharga yang diterbitkan kurang dari satu tahun seperti commercial
paper dan promissory notes (surat berharga), instrumen pasar modal yaitu suratsurat berharga yang diterbitkan dengan jangka waktu lebih dari satu tahun,
seperti obligasi (bonds), dana pihak ketiga terdiri atas giro, tabungan, deposito
berjangka, sertifikat deposito berjangka, kewajiban segera lainnya (Slamet
Riyadi:2004).
Secara garis besar sumber dana bagi sebuah bank ada tiga yaitu dana
yang bersumber dari bank itu sendiri (dana dari pihak ke I) dana dari modal
sendiri adalah dana yang beraal dari para pemegang sahan bank, yakni pemilik
bank, dalan neraca bank, dana bank sendiri ini tertera dalam rekening modal dan
cadangan yang tercantum pada posisi pasiva (liabilities). Dana sendiri terdiri dari
beberapa bagian (pos) yaitu: modal yang disetor, yaitu jumlah uang yang disetor
secara efektif oleh para pemegang saham pada saat bank berdiri, cadangancadangan, yaitu sebagian dari laba bank yang disisikan dalam bentuk cadangan
10
modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk menutup timbulnya resiko
kemudian hari, laba yang ditahan atau retained earning yang mestinya milik para
pemegang saham, tapi oleh mereka sendiri diputuskan untuk tidak dibagi dan
dimasukan lagi dalam modal kerja. Dana pinjaman dari pihak luar (Dana pihak
Ke II) Dana dari pihak kedua ini yaitu pihak yang memberikan pinjaman dana
(uang) pada bank terdiri dari 4 pihak, yaitu : pinjaman dari Bank-bank lain yang
dikenal dengan Call Money yaitu pinjaman harian dari bank. Pinjaman ini
biasanya diminta bila ada kebutuhan mendesak yang diperlukan oleh bank.
Pinjaman dari Bank atau lembaga keuangan lain di luar negeri, yang biasanya
berbentuk pinjaman jangka menegah panjang. Realisasi pinjaman ini harus ada
persetujuan Bank Indonesia dimana secara tidak langsung Bank Indonesia
selaku bank sentral ikut serta mengawasi pelasanaan pinjaman tersebut demi
menjaga solvabilitas bank bersangkutan. Pinjaman dari Lembaga Keuangan
Bukan Bank, pinjaman dari LKBB ini kadangkala tidak benar-benar berbentuk
pinjaman atau kredit tetapi lebih banyak surat berharga yang diperjual belikan
sebelum tanggal jatuh tempo. Pinjaman dari Bank Sentral (BI). Untuk membayai
usaha-usaha masyarakat yang tergolong prioritas apalagi yang berprioritas tinggi
seperti kredit investasi pada sektor-sektor yang harus ditunjang sesuai dengan
petunjuk pelita. Dana yang berasal dari masyarakat (dana dari piha ke III) Bank
adalah pelayanan masyarakat dan wadah perantara keuangan masyarakat.
Dana-dana masyarakat yang disimpan dalam bank adalah merupakan sumber
dana terbesar yang paling diandalkan bank dan terdiri dari tiga jenis, yaitu : Giro
(Demand Deposits) adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikanya
dapat dilakukan setaiap saat dengan mempergunakan cek, surat perintah
pembayaran lainya atau dengan cara pemindahbukuan. Deposits (Time
11
Deposits) adalah simpanan pihak ke tiga pada bank yang penarikanya hanya
dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antar pihak ke
tiga dengan bank yang besangkutan. Tabungan (Saving) adalah simpanan pihak
ke tiga pada bank yang penarikanya hanya dapat dilakukan menurut syaratsyarat tertentu (Malayu, 2007).
Salah satu dana bank yang harga atau biayanya cukup tinggi dibanding
dana giro atau tabungan adalah simpanan berjangka, atau lebih dikenal dengan
deposito berjangka. Deposito berjangka merupakan simpanan masyarakat yang
penarikannya dapat dilakukan setelah jangka waktu yang telah disetujui oleh
kedua belah pihak berakhir (Ikha novianti, 2004).
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan
bank. Sumber dana ini memiliki ciri-ciri pokok yaitu jangka waktu penarikannya
tetap, dengan memiliki jangka waktu jatuh tempo 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12
bulan dan 24 bulan. Deposito berjangka ini hanya dapat ditarik atau diuangkan
pada saat jatuh temponya oleh pihak yang namanya tercantum dalam bilyet
deposito (Malayu, 2007).
Oleh karena itu, deposito berjangka merupakan simpanan atas nama.
Selanjutnya, deposito yang ditarik oleh deposan sebelum jangka waktu jatuh
temponya sebagaimana yang diperjanjikan, bank mengenakan penalti kepada
deposan dan hak pendapatan bunga tidak diperhitungkan oleh bank atas
deposito berjangka tersebut (Malayu, 2007).
Adapun definisi Deposito menurut Undang-undang Perbankan No.
10tahun 1998 pasal 1: ”Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya
12
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan
dengan bank”.
Untuk mencairkan deposito yang dimiliki, deposan dapat menggunakan
bilyet deposito atau sertifikat deposito. Dalam praktiknya, terdapat paling tidak
tiga jenis deposito berjangka, sertifikat deposito, dan deposit on call. Masingmasing jenis deposito memiliki kelebihan tersendiri dan khusus deposito
berjangka diterbitkan pula dalam mata uang asing (Ikha Novianti, 2004).
Menurut Undang-undang RI No. 7 tahun 1992 Bab I pasal 1 butir 8:
”Deposito didefinisikan sebagai simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan
bank yang bersangkutan”. Deposan deposito berjangka adalah setiap orang atau
badan hukum atau badan lainnya yang mendepositokan uangnya pada bank
dengan menunjukan bukti diri atau akta pendirian yang sah menurut hukum.
Menurut Mudrajad Kuncoro (2002 : 193) Deposito adalah: ”Simpanan
berjangka yang dikeluarkan oleh bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan jangka waktu yang telah
diperjanjikan sebelumnya”.
Definisi lain dari Deposito menurut Habib Nazir dan Muhammad
Hassanudin (2004 : 132) mengatakan: ”Deposito atau simpanan berjangka
adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai perjanjian antara pihak ketiga
dengan bank yang bersangkutan”.
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bila waktu yang
ditentukan telah habis maka pihak deposan dapat menarik deposito berjangka
tersebut atau dapat memperpanjang dengan suatu periode yang diinginkan.
13
Menurut Dendawijaya (2008 : 27) dalam bukunya “Manajemen Perbankan
menyatakan bahwa : “ Deposito adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank
yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut
perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan“.
Pengertian deposito berjangka menurut (Safrizal, 1996) dalam bukunya
“Bank dan lembaga keuangan lain”, berpendapat bahwa: “ Deposito berjangka
adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
sesuai tanggal yang diperjanjikan antara deposan dengan bank“.
Menurut Kasmir (2008 : 63) mengemukakan bahwa deposito berjangka
merupakan deposito yang diterbitkan dengan jenis jangka waktu tertentu. Jangka
waktu deposito berjangka biasanya bervariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18,
sampai dengan 24 deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan
maupun lembaga. Artinya, di dalam bilyet deposito tercantum nama seseorang
atau lembaga si pemilik deposito berjangka.
Selanjutnya Simorangkir, (2005:80) dalam bukunya “Pengantar Lembaga
Keuangan Bank dan Non Bank” Deposito adalah Simpanan dalam rupiah milik
pihak ketiga yang penarikannya dilakukan setelah jangka waktu tertentu menurut
perjanjian antara bank dengan si penyimpan.
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bila waktu yang
ditentukan telah habis maka pihak deposan dapat melakukan : menarik deposito
tersebut, memperpanjang dengan suatu periode deposito dapat dipilih sesuai
dengan kebutuhan yaitu : 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 24 bulan.
Adapun jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia dewasa ini,
diantaranya : deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan menurut
jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito biasanya bervariasi mulai dari 1, 2,
14
3, 6, 12, 18 sampai dengan 24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama
baik perorangan maupun lembaga. Artinya di dalam bilyet deposito tercantum
nama seseorang atau lembaga si pemilik deposito berjangka. Penarikan bunga
deposito berjangka dapat dilakukan setiap bulan atau setelah jatuh tempo sesuai
jangka waktunya. Penarikan dapat dilakukan secara tunai maupun non tunai
(pemindahbukuan) dan setiap bunga deposito dikenakan pajak dari jumlah bunga
yang diterimanya. Kemudian jumlah dana yang disetorkan dalam bentuk bulat
misalnya Rp. 1.000.000,- Rp. 2.000.000,- dan Rp. 2.500.000,-. Serta biasanya
memiliki batas minimal jumlah uang yang akan disimpan. Sertifikat deposito
merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 1, 3, 6, 12 dan 24
bulan. Hanya perbedaannya sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam
bentuk sertifikat dan dapat diperjualbelikan atau dipindah tangankan kepada
pihak lain. Perbedaan lain adalah pencairan bunga sertifikat deposito dapat
dilakukan dimuka, baik tunai maupun non tunai. Kemudian penerbitan nilai
sertifikat deposito sudah tercetak dalam berbagai nominal dan biasanya dalam
jumlah bulat. Sehingga nasabah dapat membeli dalam lembaran yang bervariasi
untuk jumlah nominal yang diinginkan. Deposit On Call merupakan deposito yang
berjangka waktu minimal 7 hari dan paling lama kurang dari 1 bulan. Diterbitkan
atas nama dan biasanya dalam jumlah yang besar misalnya 50 juta rupiah
(tergantung bank yang bersangkutan). Pencairan bunga dilakukan pada saat
pencairan deposit on call, namun sebelum deposit on call dicairkan terlebih
dahulu 3 hari sebelumnya nasabah sudah memberitahukan bank penerbit bahwa
yang bersangkutan akan mencairkan deposit on callnya. Besarnya bunga
biasanya dihitung perbulan dan biasanya untuk menentukan bunga dilakukan
negosiasi antara nasabah dengan pihak bank.
15
Di dalam suatu bank, deposito mempunyai peranan penting yaitu sebagai
sumber dana bank dimana dana tersebut akan menentukan volume dana yang
dapat dikembangkan oleh bank tersebut dalam bentuk penanaman dana yang
menghasilkan untuk jangka waktu tertentu. Bank menyediakan fasilitas deposito
dengan tujuan untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sebagai
nasabah untuk mengelola dananya, dengan adanya kepercayaan tersebut bank
akan dengan mudah menarik nasabah sebanyak-banyaknya. Bagi pihak bank,
deposito merupakan sumber dana bank yang cukup besar, adanya jangkah
waktu tertentu menjadikan dana masyarakat dalam bentuk deposito lebih leluasa
digunakan oleh bank untuk kegiatan nasabah. Bagi pihak nasabah untuk mencari
keuntungan dari bunga deposito yang cukup tinggi dan untuk menjaga
keamanan dari dananya. Bagi Pemerintah, dengan adanya simpanan deposito
pada bank maka dapat menekan laju inflasi dengan mengurangi jumlah uang
yang beredar di masyarkat dan dapat menambah pendapatan pemerintah dari
pajak deposito. Deposito merupakan simpanan berjangka yang penarikannya
hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara
pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan. Sumber dana yang berasal dari
pihak ketiga merupakan sumber dana yang memiliki andil cukup besar dalam
penghimpunan dana. Seperti halnya simpanan tabungan dan giro, simpanan
deposito juga merupakan salah satu sumber dana bagi bank, yang kegiatan
utamanya
yaitu
menghimpun
dana
dari
masyarakat
dan
kemudian
menyalurkannya kembali pada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit atau
dalam bentuk lainnya.
Di sisi bank, sumber dana deposito berjangka ini digolongkan sebagai
dana mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya. Namun keuntungannya
16
bagi bank adalah, penyediaan likuiditas untuk kebutuhan penarikan dana ini
hampir dapat diprediksi secara akurat. Jenis simpanan dalam bentuk deposito
berjangka lebih disenangi oleh nasabah atau masyarakat karena menawarkan
tingkat bunga yang relatif lebih tinggi dibanding giro atau jenis simpanan lainnya.
Hal ini dapat dilihat dari sumber dana bank yang umumnya didominasi
oleh deposito berjangka. Menurut Kasmir (2008:80) menyatakan : “Simpanan
deposito merupakan simpanan jenis ketiga yang dikeluarkan oleh bank”.
Berdasarkan pernyataan diatas deposito mempunyai peranan yang
penting dalam meningkatkan sumber dana, karena dalam suatu bank
menghimpun dana dalam bentuk simpanan sangat menentukan pertumbuhan
bank. Maka volume dana yang berhasil dihimpun atau disimpan tentunya akan
menentukan pula volume dana yang dapat dikembangkan oleh bank tersebut
dalam bentuk penanaman dana yang menghasilkan.
Deposito merupakan simpanan berjangka yang penarikannya hanya
dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak
ketiga dengan bank yang bersangkutan. Sumber dana yang berasal dari pihak
ketiga merupakan sumber dana yang memiliki andil cukup besar dalam
penghimpunan dana. Seperti halnya simpanan tabungan dan giro, simpanan
deposito juga merupakan salah satu sumber dana bagi bank, yang kegiatan
utamanya
yaitu
menghimpun
dana
dari
masyarakat
dan
kemudian
menyalurkannya kembali pada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit atau
dalam bentuk lainnya.
Di sisi bank, sumber dana deposito berjangka ini digolongkan sebagai
dana mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya. Namun keuntungannya
bagi bank adalah, penyediaan likuiditas untuk kebutuhan penarikan dana ini
17
hampir dapat diprediksi secara akurat. Jenis simpanan dalam bentuk deposito
berjangka lebih disenangi oleh nasabah atau masyarakat karena menawarkan
tingkat bunga yang relatif lebih tinggi dibanding giro atau jenis simpanan lainnya.
Hal ini dapat dilihat dari sumber dana bank yang umumnya didominasi
oleh deposito berjangka. Menurut Kasmir (2008:80) menyatakan : “Simpanan
deposit merupakan simpanan jenis ketiga yang dikeluarkan oleh bank”.
Berdasarkan pernyataan diatas deposito mempunyai peranan yang
penting dalam meningkatkan sumber dana, karena dalam suatu bank
menghimpun dana dalam bentuk simpanan sangat menentukan pertumbuhan
bank. Maka volume dana yang berhasil dihimpun atau disimpan tentunya akan
menentukan pula volume dana yang dapat dikembangkan oleh bank tersebut
dalam bentuk penanaman dana yang menghasilkan.
2.1.2 Efek Tingkat Inflasi terhadap Permintaan Deposito
Dalam perekonomian inflasi merupakan sesuatu yang harus selalu
dipantau dan diwaspadai oleh semua pelaku ekonomi terutama Bank Indonesia.
Besarnya kontribusi Inflasi dalam perekonomian menjadikannnya salah satu pilar
dari pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Kenaikan dari angka inflasi akan
manjadikan perekonomian berada dalam posisi yang geniting apabila tidak
ditopang dengan output atau pendatan dari wilayah tersebut.
Tingkat inflasi antar negara yang satu dengan lainnya berbeda-beda,
seperti inflasi di Indonesia dalam keadaan normal biasanya dibawah 10% per
tahun. Tetapi tingkat itu dapat berubah-ubah, seperti ketika terjadi krisis ekonomi
di Indonesia tingkat inflasinya mencapai kurang lebih 80%. Tingkat inflasi setinggi
ini juga pernah terjadi dinegara-negara lain, bahkan negara-negara Amerika Latin
18
seperti Meksiko dan Brasial, pernah mengalami hiperinflasi (tingkat inflasi yang
tinggi) yaitu di atas 100%.
Kaitan antara inflasi dan permintaan deposito berjangka mempunyai
hubungan yang sangat erat. Seseorang akan menjadi inflasi sebagai motif
spekulasi dari permintaan deposito berjangka. Ketika seseorang memprediksikan
angka inflasi akan mengalami kenaikan maka permintaan uangnya pun juga
akan ikut naik. Hal ini di sebabkan kerena akan meningkatnya jumlah harga
kebutuhan sehari-hari di pasaran.
Inflasi adalah kencenderungan terjadinya kenaikan harga-harga umum
secara terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak
dapat disebut sebagai inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada
(mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang
lain.
Kenaikan harga-harga disebabkan oleh faktor-faktor musiman (misalnya
menjelang peringatan hari-hari besar), atau yang terjadi sekali saja (dan tidak
mempunyai pengaruh lanjutan) tidak disebut inflasi.
Teori Irving Fisher, Fisher mengatakan bahwa ada kaitan positif antara
suku bunga dengan inflasi. Dengan suku bunga riil yang diperkirakan konstan
dalam jangka panjang dan ekspektasi inflasi yang menyesuaikan diri terhadap
laju inflasi yang berlaku. Dengan r konstan dalam jangka panjang apabila
keseluruhan proses penyesuaian telah terjadi, kenaikan laju inflasi akan
tercermin pada suku bunga nominal. Dengan kata lain suku bunga akan
meningkat sebesar kenaikan inflasi. Kenaikan inflasi yang menyebabkan
kenaikan permintaan akan simpanan karena seseorang berasumsi akan
memperoleh uang yang lebih banyak dengan adanya kenaikan tingkat bunga.
19
Dengan demikian maka inflasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap
simpanan.
Tingkat inflasi mempunyai efek yang negatif terhadap permintaan
deposito yang disebabkan jika ada kenaikan inflasi akan menyebabkan tingkat
suku bunga turun. Karena secara teoritis, jika tingkat inflasi juga tinggi maka
diikuti pula oleh turunnya kebutuhan masyarakat terhadap sumber-sumber
pembiayaan yang disebabkan naiknya harga-harga barang yang dikonsumsi dan
masyarakat cenderung untuk membelanjakan uangnya untuk kebutuhan
makronya dibandingkan mendepositokan uangnya. Sehingga efek inflasi dengan
permintaan deposito adalah negatif.
Pendapatan masyarakat yang dicerminkan oleh Produk Domestik
Regional Bruto tetap merupakan determinan pokok dari deposito masyarakat.
Dari seluruh persamaan estimasi, variabel pendapatan memiliki dampak positif
signifikan terhadap tingkat deposito masyarakat antar daerah di Indonesia. Hasil
ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan terdahulu seperti studi yang
dilakukan Mikesel dan Zinser (1973) dimana ditemukan bahwa pendapatan
nasional mempunyai efek positif terhadap tingkat deposito nasional.
Hasil ini juga menguatkan temuan dari Rossi (1988) yang menyatakan
bahwa adanya pengaruh positif dari tingkat pendapatan sekarang (current
income) terhadap tingkat deposito. Dalam teori hipotesis pendapatan permanen
(the permanent-income hypothesis), masyarakat akan membelanjakan sebagian
besar dari pendapatan permanen untuk konsumsi dan pendapatan transitori akan
dialokasikan untuk deposito.
Determinan deposito yang lain yaitu tingkat suku bunga menunjukkan
hasil yang berbeda antar daerah di Indonesia. Tingkat suku bunga berpengaruh
20
positif secara nasional baik untuk daerah penghasil migas maupun bukan
penghasil migas, walaupun dengan tingkat signifikansi yang berbeda. Tetapi
pengaruh dari tingkat suku bunga ini tergolong rendah. Rendahnya pengaruh
tingkat bunga terhadap tabungan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain adanya kendala likuiditas dan sektor perbankan yang kurang efisien.
Keterbatasan likuiditas ini terjadi karena sebagian besar pendapatan yang dimiliki
masyarakat habis dipakai untuk konsumsi. Akibatnya meskipun terjadi perubahan
tingkat bunga, tidak akan berarti apa-apa terhadap porsi yang dialokasikan untuk
deposito.
Peranan demografi dalam pembentukan tabungan yang diproksi dengan
angka beban tanggungan baik usia muda maupun tua menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan penemuan-penemuan terdahulu. Beban tanggungan usia
muda ditemukan berdampak negatif signifikan di berbagai daerah di Indonesia.
Beban tanggungan usia muda tidak berpengaruh terhadap deposito ditemukan
hanya di daerah penghasil migas secara nasional dan daerah KB penghasil
migas. Sementara itu, beban tanggungan usia tua justru berdampak positif
terhadap deposito di beberapa daerah seperti daerah penghasil migas (daerah
M, daerah B), daerah penghasil migas secara nasional. Hasil serupa juga
ditemukan di daerah yang digolongkan secara nasional yaitu daerah M, daerah
B, dan daerah KB. Untuk daerah MT bukan penghasil migas, beban tanggungan
usia tua menunjukkan tanda negatif signifikansi.
Hasil ini agak berbeda dengan apa yang telah ditemukan oleh Leff (1969)
yang menemukan bahwa beban tanggungan usia muda dan tua keduanya
berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat deposito nasional. Kelley (1989)
juga menyimpulkan bahwa beban tanggungan memiliki pengaruh signifikan
21
terhadap deposito walaupun pengaruhnya adalah kecil. Lahiri (1989) juga
membuktikan bahwa beban tanggungan merupakan determinan yang signifikan
dari tabungan masyarakat. dalam penelitiannya, setiap 1 persen peningkatan
beban tanggungan akan menurunkan rata-rata kecenderungan menabung sekitar
1,6 persen di negara India, Republik Korea, Malaysia, Singapura, dan Sri Lanka.
Hasil ini kemudian diperkuat oleh Muhleisin (1996) yang membuktikan bahwa
beban tanggungan merupakan determinan yang paling signifikan dalam deposito
masyarakat dengan arah hubungan antar variabel adalah negatif.
Faktor lain yang merupakan determinan dari tabungan adalah unsur
ketidakpastian. Dalam penelitian ini ketidakpastian oleh penulis diproksi dengan
laju inflasi. Di beberapa daerah di Indonesia, laju inflasi ternyata malah
berdampak positif terhadap tingkat deposito masyarakat. Di daerah KB penghasil
migas, laju inflasi berdampak positif terhadap tingkat deposito. Sementara itu di
daerah bukan penghasil migas (daerah MT, daerah B, dan daerah KB), dampak
laju inflasi ditemukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap deposito.
Sedangkan secara nasional penghasil migas, laju inflasi berdampak positif
signifikan terhadap deposito masyarakat, demikian juga yang terjadi di daerah
bukan penghasil migas secara nasional.
Hasil ini mendukung argumen konsumsi intertemporal yang menyatakan
bahwa inflasi akan menurunkan nilai riil kesejahteraan keuangan (financial
wealth) dan akan menyebabkan rumahtangga mencoba untuk mempertahankan
posisi pendapatan-kesejahteraan dengan cara meningkatkan deposito ataupun
tabunganya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gupta (1987)
yang menemukan bahwa inflasi yang diharapkan (expected inflation) dan inflasi
kejutan (unexpected inflation) keduanya berpengaruh positif terhadap tabungan.
22
Hasil yang tidak jauh berbeda juga diperoleh Koskela dan Viren (1985) yang
menemukan bahwa deposito di negara industri maju meningkat pada saat tingkat
inflasi ekspektasian dan kejutan juga meningkat.
Menurut Keynes pengaruh tingkat bunga terhadap tabungan nasional
sangat kompleks serta banyak kemungkinan yang akan terjadi. Di samping itu
juga membutuhkan lag yang cukup lama (Mikesell dan Zinser, 1973; Molho,
1986). Arrieta (1988) dalam studinya menyimpulkan bahwa tingkat bunga
berpengaruh positif terhadap tabungan nasional. Muradoglu dan Taskin (1996)
dalam penelitiannya menemukan bahwa efek tingkat bunga dapat dijelaskan dari
keputusan konsumsi intertemporer. Peningkatan tingkat pengembalian deposito
akan meningkatkan deposito tetapi efek pendapatan riil dari lebih tingginya
tingkat pengembalian mengakibatkan deposito menurun.
Leff (1969) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa beban tanggungan
secara signifikan mempengaruhi tabungan agregat. Tingginya angka beban
tanggungan merupakan salah satu faktor yang diperhitungkan dalam melihat
disparitas antara negara maju dan berkembang. Dalam penelitian ini Leff
menggunakan data dari 74 negara dengan metode analisis data cross-section.
Hasil penelitian Leff tersebut kemudian dikritisi oleh Nassau Adam dan
Kanhaya Gupta (1971) seperti dikutip oleh Ram (1982). Dalam penelitiannya
Ram (1982) menemukan hasil yang berbeda dengan Leff. Ram (1982)
menemukan bahwa beban tanggungan secara statistik tidak signifikan
mempengaruhi tabungan. Sumber perbedaan hasil ini berasal dari perbedaan
dalam hal cakupan sampel, periode penelitian, dan spesifikasi yang digunakan.
Loayza, Schmidt-Hebbel, dan Serven (2000) juga melakukan penelitian
tentang perilaku tabungan yang dihubungkan dengan demografi. Dalam
23
penelitiannya variabel demografi diwakili dengan angka beban tanggungan usia
muda dan tua (young-age and old-age dependency ratio). Kesimpulan dari studi
ini sejalan dengan apa yang diprediksi oleh the life-cycle theory. Penelitian ini
membuktikan bahwa setiap kenaikan sebesar 3,5 persen dalam angka beban
tanggungan penduduk usia muda maka akan menurunkan tabungan masyarakat
sebesar 1 persen.
Ada semacam perbedaan pendapat mengenai efek inflasi terhadap
tabungan di negara sedang berkembang. Juster dan Wachtel (1972)
sebagaimana dikutip oleh Lahiri (1989) menemukan bahwa inflasi akan
mengurangi kepastian konsumen dan akhirnya akan meningkatkan deposito.
Sementara itu Deaton (1977) menyatakan bahwa karena adanya efek harga
maka konsumen dalam membeli sesuatu tidak dapat membedakan antara inflasi
ekspektasian dari peningkatan harga relatif, dan akhirnya konsumen terpaksa
untuk menambah deposito (involuntary saving). Namun Branson dan Klevorick
(1969) menemukan fakta adanya dampak negatif dari inflasi terhadap deposito di
Amerika Serikat. Serupa dengan itu, Howard (1978) menemukan bahwa
meskipun inflasi membawa peningkatan deposito di Kanada, Inggris, dan
Amerika; namun inflasi ekspektasian (expected inflation) menurunkan deposito di
Jepang.
Skinner (1988) dan Zeldes (1989) dalam Loayza, Schmidt-Hebbel, dan
Serven (2000) menyatakan bahwa ketidakpastian yang lebih besar di masa
datang akan meningkatkan deposito. Ini terjadi karena prinsip menghindari risiko
yang dianut oleh masyarakat. Dalam berbagai studi empiris tentang deposito dan
pertumbuhan, proxy yang paling banyak digunakan untuk variabel ketidakpastian
adalah inflasi.
24
Gupta (1987) menemukan bahwa di negara Asia, baik komponen inflasi
ekspektasian (expected inflation) maupun inflasi kejutan (unexpected inflation)
memiliki efek positif terhadap deposito. Sedangkan Lahiri dalam Muradoglu dan
Taskin (1996) memperoleh hasil ragu-ragu (inconclusive). Sementara itu menurut
Kauffmann dalam Muradoglu dan Taskin (1996) yang membandingkan antara
aktivitas tabungan antara Amerika Serikat dan Jerman, menemukan bahwa
aktivitas deposito yang lebih rendah di Amerika Serikat karena inflasi yang lebih
tinggi di Amerika Serikat daripada di Jerman. Bovenberg dan Evans (1990)
menganalisis deposito pribadi di Amerika Serikat dan memperoleh hasil bahwa
selama masa penurunan inflasi sepanjang tahun 1980-an, terjadi penurunan
deposito pribadi.
2.1.3 Efek Tingkat Suku Bunga terhadap Permintaan Deposito
Suku bunga adalah harga dana yang dapat dipinjamkan (loanable funds),
besarnya ditentukan oleh preferensi dan sumber berbagai pelaku ekonomi di
pasar. Suku bunga tidak hanya dipengaruhi perubahan preferensi para pelaku
ekonomi dalam hal pinjaman dan pemberian pinjaman, tetapi dipengaruhi
perubahan daya beli uang. Karena suku bunga pasar atau suku bunga yang
berlaku berubah dari waktu ke waktu dan suku bunga kapan dari kebanyakan
obligasi jangka panjang ditetapkan pada waktu penerbitannya, maka harga
saham berubah-ubah sesuai perubahan suku bunga.
Tingkat suku bunga mempunyai fungsi alokatif dalam perekonomian
khususnya penggunaan uang dan modal. Maksudnya tingkat suku bunga dapat
dikatakan sebagai suatu balas jasa suatu alokasi tertentu terhadap si pemilik
uang atau modal.
25
Tingkat suku bunga pada dasarnya merupakan pandangan Keynessian
dimana suku bunga riil jangka panjang paling berpengaruh dalam perekonomian.
Pengetatan moneter mengurangi uang beredar dan dalam jangka pendek akan
mendorong naiknya suku bunga nominal jangka pendek. Apabila kebijakan ini
dianggap credible, masyarakat akan mempunyai ekspektasi bahwa laju inflasi
akan menurun di waktu mendatang sehingga expected inflation menurun atau
suku bunga riil jangka panjang meningkat. Permintaan domestik baik untuk
investasi maupun untuk konsumsi akan menurun karena biaya dana (cost of
capital) yang lebih tinggi. Akhirnya laju pertumbuhan ekonomi cenderung lebih
rendah.
Berikut ini menurut Marzuki (2007) adalah beberapa jalur transmisi
kebijakan moneter dengan menggunakan sasaran suku bunga:  Intertemporal
substitution. Perubahan suku bunga akan mengubah biaya pinjaman atau
pendapatan dari tabungan. Hal ini selanjutnya akan berpengaruh terhadap
komponen utama pengeluaran, terutama untuk investasi usaha, investasi
perumahan, dan mungkin juga pengeluaran konsumsi barang-barang tahan
lama. Di dalam sistem nilai tukar mengambang, kenaikan suku bunga, ceteris
paribus, biasanya akan dihubungkan dengan apresiasi nilai tukar dalam jangka
pendek sehingga barang impor relatif menjadi lebih murah dan laju inflasi akan
menurun. Kegiatan ekspor juga akan terpengaruh karena penjualan barang
ekspor akan beralih ke dalam negeri. Pengalihan pasar produk ekspor ini juga
akan mendorong turunnya harga-harga di dalam negeri. Cash-floweffect. Dengan
meningkatnya suku bunga nominal, pendapatan nominal debitur akan menurun.
Jika debitur menghadapi kendala likuiditas akibat meningkatnya suku bunga dan
tidak dapat meminjam lagi dalam jumlah lebih besar untuk mempertahankan
26
tingkat pengeluaran semula maka pengeluaran mereka terpaksa harus
diturunkan. Wealtheffect. Perubahan suku bunga yang biasa digunakan sebagai
faktor diskonto dari ekspektasi pendapatan untuk masa yang akan datang akan
mengubah nilai aset finansial dan aset riil. Perubahan nilai aset-aset tersebut
mengakibatkan perubahan tingkat kesejahteraan pelaku ekonomi dan pada
gilirannya akan mempengaruhi keputusan.
Credit
rationing effect
yaitu
Peningkatan suku bunga dapat mendorong bank-bank untuk meningkatkan premi
resiko yang mereka bebankan kepada debitur lama maupun calon debitur baru
akibat kekhawatiran akan turunnya kapasitas para debitur dalam membayar
hutang-hutangnya. Implikasinya, suku bunga kredit meningkat, suplai kredit
menurun, atau terjadi penjatahan kredit. menjadikan suku bunga sebagai
sasaran operasional pengendalian moneter (Marzuki, 2007).
Investasi di pasar modal, khususnya saham, dianggap berisiko sangat
tinggi. Hakikatnya memang demikian karena ada faktor yang bisa dikontrol dan
ada juga faktor yang tidak bisa dikontrol yang dapat memengaruhi pergerakan
harga saham. Misalnya, perubahan ekonomi dunia yang memburuk atau
persoalan di industri masing-masing saham. Namun, bagi kalangan tertentu yang
memiliki wawasan luas dan kemampuan menganalisis, hal-hal yang sebenarnya
bersifat tidak bisa dikontrol bisa diperkirakan sehingga bisa dilakukan tindakantindakan dini mengantisipasi hal tersebut (Dody, 1998).
Investasi saham bisa dibilang tinggi imbal hasilnya, namun belum tentu
semua orang cocok berinvestasi saham. Demikian pula investasi properti, emas,
obligasi, dan yang lainnya. Setiap orang mempunyai latar belakang dan tujuan
investasi yang berbeda. Selain itu setiap orang tercipta unik dengan karakter
27
yang berbeda-beda dan juga tingkat kemampuan finansial yang berbeda pula
(Supermoko, 2002).
Menurut Dody (1998) tata cara menentukan investasi yang pertama,
tentukan berapa banyak modal yang di miliki. Dengan menentukan modal, hal ini
berarti Anda sedang menghitung berapa banyak “peluru” yang Anda punya. Jika
Anda memiliki modal kecil, Anda bisa memilih investasi reksa dana, yang dapat
dibeli dari nominal beberapa ratus ribu Rupiah saja, berjenjang hingga jutaan
Rupiah. Investasi obligasi, misalnya ORI (Obligasi Ritel Indonesia) membutuhkan
dana minimal sebesar Rp 5 juta. Meskipun saat ini banyak sekuritas yang
memberi penawaran sangat menarik, yaitu membuka rekening dengan dana
sangat kecil, namun paling tidak Anda membutuhkan dana Rp 10 juta ke atas
untuk membeli saham-saham lapis pertama hingga lapis kedua. Saham-saham
lapis ketiga yang sangat murah harganya cenderung tidak likuid dan beresiko
tinggi. Yang kedua, tentukan tujuan Anda berinvestasi. Untuk apa Anda
berinvestasi ? Misalnya saja, jika memilih berinvestasi untuk tabungan anak
jangka panjang, maka investasi saham jangka panjang, atau reksa dana saham
adalah pilihan tepat. Namun jika tujuan berinvestasi adalah untuk menyimpan
dana untuk naik haji selama dua tahun ke depan, maka pilihan berinvestasi pada
obligasi/reksa dana pendapatan tetap adalah pilihan yang tepat karena memiliki
tingkat resiko lebih rendah daripada reksa dana saham. Yang ketiga, tentukan
profil resiko Anda. Investasi berdasar urutan tingkat resiko dan imbal hasil dari
deposito, obligasi, reksadana, terdiri dari reksadana pasar uang, Reksa dana
pendapatan tetap, Reksa dana campuran, Reksa dana Saham, Saham
Berinvestasi dalam deposito memiliki tingkat resiko paling rendah, namun juga
28
imbal hasil yang sangat rendah sekitar 6% jauh di bawah tingkat inflasi yang ratarata berkisar 10% per tahun.
Hubungan antara tingkat bunga dengan simpanan bersifat positif.
Menurut Teori Klasik, semakin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan
seseorang atau masyarakat untuk menabung uangnya dibank. Artinya, pada
tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk
mengurangi atau mengorbankan pengeluaran konsumsinya guna menambah
tabungannya. Semakin besar tingkat bunga akan meningkatkan kesediaan
masyarakat untuk menyimpan dana pada bank, sehingga jumlah simpanan
masyarakat pada bank akan naik.
Tingkat suku bunga deposito berjangka akan berpengaruh positif
terhadap permintaan deposito dalam negeri yang berarti jika suku bunga
deposito naik maka permintaan deposito berjangka juga akan meningkat.
Masyarakat akan menyisihkan sebagian uangnya untuk disimpan dalam bentuk
deposito karena lebih menguntungkan.
2.1.4 Efek konsep PDRB terhadap Permintaan Deposito
Pada dasarnya pendapatan mencerminkan seberapa besar tingkat
konsumsi seseorang. Biasanya semakin tinggi pendapatan seseorang, maka
keinginannya untuk mengkonsumsi satu atau beberapa jenis barang juga akan
semakin ikut meningkat.
Faktor yang paling mempengaruhi pertumbuhan uang dalam suatu
wilayah antara lain pendapatan, nilai tukar, dan tingkat suku bunga (Boediono,
1985). Pendapatan dan permintaan uang sangat berhubungan erat serta
mempunyai sifat yang positif dan signifikan. Yang artinya ketika pendapatan
mengalami kenaikan, maka permintaan akan uang juga akan mengalami
29
peningkatan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya permintaan untuk
konsumsi di kalangan masyarakkat.
Untuk memperoleh pengertian tentang pendapatan, maka harus dilihat
dari
mana
pendapatan
tersebut
dibentuk
dan
bagaimana
proses
pembentukannya. Karena pendapatan itu sendiri merupakan jumlah penerimaan
yang diperoleh individu, masyarakat, produsen, perusahaan daerah, negara, dan
sebagainya. Sebagai hasil usaha atau kompensasi yang diterima dalam
kegiatan-kegiatan ekonomi melalui proses produksi barang-barang atau jasa-jasa
yang dihasilkan.
Pendapatan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bidang penelitian yang telah lama
dibahas
oleh
ahli-ahli
ekonomi.
Ada
beberapa
definisi
ahli
mengenai
pertumbuhan ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah
atau kabupaten, dengan cara mengurangi biaya antara masing-masing total
produksi bruto dari tiap sektor dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu
tahun). Produk domestik regional bruto disini dengan pendekatan pendapatan
perkapita masyarakat.
Simpanan adalah pendapatan yang tidak dikonsumsi. Menurut Keynes,
simpanan merupakan fungsi dari pendapatan. Simpanan terutama ditentukan
oleh pendapatan nasional atau regional. Tidak semua pendapatan yang diterima
oleh seseorang akan digunakan untuk konsumsi melainkan sebagian akan
disisihkan sebagai simpanan. Bila tingkat pendapatan rendah, rumah tangga
tidak
dapat
menabung
atau
hanya
sedikit
menabung,
karena
harus
30
membelanjakan semua atau sebagian besar pendapatannya untuk memelihara
tingkat kehidupan tertentu atau lebih untuk konsumsi. Pada tingkat pendapatan
lebih tinggi, konsumsi dan tabungan akan lebih besar. Semakin besar
pendapatan, semakin besar pula simpanan yang dilakukan masyarakat, begitu
juga sebaliknya. Dengan demikian PDRB mempunyai efek terhadap deposito
berjangka rupiah.
Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai
pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatanperalatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah
barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk
memproduksikan barang dan jasa di masa depan” .
Menurut Boediono (1992) investasi adalah pengeluaran oleh sektor
produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang
digunakan atau untuk perluasan pabrik.
Dornbusch & Fischer berpendapat bahwa investasi adalah permintaan
barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau
pendapatan di masa mendatang Persyaratan umum pembangunan ekonomi
suatu negara menurut Todaro (1981) adalah: (1) Akumulasi modal, termasuk
akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia;
(2) Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja
dan keahliannya; (3) Kemajuan teknologi. Akumulasi modal akan berhasil apabila
beberapa
bagian
atau
proporsi
pendapatan
yang
ada
ditabung
dan
diinvestasikan untuk memperbesar produk (output) dan pendapatan di kemudian
hari. Untuk membangun itu seyogyanya mengalihkan sumber-sumber dari arus
konsumsi dan kemudian mengalihkannya untuk investasi dalam bentuk ”capital
31
formation” untuk mencapai tingkat produksi yang lebih besar. Investasi di bidang
pengembangan
sumberdaya
manusia
akan
meningkatkan
kemampuan
sumberdaya manusia, sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang dapat
memperlancar kegiatan produktif.
Menurut Sadono Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu
masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan
kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran
masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan
investasi, yakni (1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran
agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat
pendapatan nasional serta kesempatan kerja; (2) pertambahan barang modal
sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi; (3) investasi selalu
diikuti oleh perkembangan teknologi.
Suryana (2000) menyatakan bahwa kekurangan modal dalam negara
berkembang dapat dilihat dari beberapa sudut: (1) Kecilnya jumlah mutlak kapital
material; (2) Terbatasnya kapasitas dan keahlian penduduk; (3) Rendahnya
investasi netto. Akibat keterbatasan tersebut, negara-negara berkembang
mempunyai sumber alam yang belum dikembangkan dan sumber daya manusia
yang masih potensial. Oleh karena itu untuk meningkatka produktivitas maka
perlu mempercepat investasi baru dalam barang-barang modal fisik dan
pengembangan sumberdaya manusia melalui investasi di bidang pendidikan dan
pelatihan. Hal ini sejalan dengan teori perangkap kemiskinan (vicious circle)
yang berpendapat bahwa: (1) ketidakmampuan untuk mengarahkan tabungan
yang cukup, (2) kurangnya perangsang untuk melakukan penanaman modal, (3)
taraf pendidikan, pengetahuan dan kemahiran yang relatif rendah merupakan
32
tiga faktor utama yang menghambat terciptanya pembentukan modal di negara
berkembang.
Teori Harrod-Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan ekonomi
yang merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut menitikberatkan pada peranan tabungan dan industri sangat menentukan dalam
pertumbuhan ekonomi daerah (Lincoln Arsyad, 1997). Beberapa asumsi yang
digunakan dalam teori ini adalah bahwa: (1) Perekonomian dalam keadaan
pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang ada di
masyarakat digunakan secara penuh (2) Dalam perekonomian dua sektor
(Rumah Tangga dan Perusahaan) berarti sektor pemerintah dan perdagangan
tidak ada (3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan
besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik original
(nol) (4) Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save = MPS)
besarnya tetap, demikian juga ratio antar modal dan output (Capital Output Ratio)
dan rasio penambahan modal-output (Incremental Capital Output Ratio).
Investasi merupakan salah satu komponen yang penting dalam GNP.
Biasanya pengeluaran investasi lebih tidak stabil apabila dibandingkan dengan
pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat menyebabkan
terjadinya resesi. Oleh karena itu para ahli ekonomi sangat tertarik untuk
menganalisanya, terutama dalam kaitannya dengan kebijaksanaan stabilitas
untuk mengatasi akibat buruk dari adanya fluktuasi investasi. Investasi sangat
penting bagi pertumbuhan ekonomi serta perbaikan dalam produktivitas tenaga
kerja dan jumlah kapital. Tanpa investasi maka tidak akan ada pabrik atau mesin
baru dan dengan demikian tidak ada ekspansi. Pengertian investasi mencakup
investasi barang-barang tetap pada perusahaan, persediaan, serta perumahan.
33
Teori investasi pada umumnya hendak menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi investasi.
Beberapa faktor yang diduga kuat pengaruhnya terhadap investasi ini
antara lain adalah tingkat bunga, penyusutan, kebijaksanaan perpajakan serta
perkiraan tentang penjualan dan kebijaksanaan ekonomi. Mempertimbangkan
ekspansi ke dalam penentuan investasi merupakan pandangan yang relative
baru (Nopirin a, 2000 : 133). Pembangunan nasional memerlukan investasi
dalam jumlah besar, mengingat Indonesia sebagai negara berkembang, yang
kekurangan dana guna membiayai pembanguan seperti dikatakan oleh
Hasanudin (1984 : 33), dewasa ini hampir tidak ada negara berkembang di dunia
dalam melaksanakan pembangunan ekonominya semata-mata mengandalkan
pada sumber pembiayaan dalam negeri, sumber pembiayaan luar negeri sebagai
sarana dalam mempercepat proses pembangunan negara sedang berkembang
semakin disadari pentingnya. Bertitik tolak dengan pendapat di atas, maka
pemerintah perlu mengambil beberapa kebijaksanaan dalam usaha menutupi
kekurangan dana untuk keperluan investasi, yaitu diikut sertakan pihak swsta
dalam proses pembangunan ekonomi, seperti dikatakan oleh Agie (1980 : 80).
Jika modal untuk investasi dari pemerintah tidak cukup untuk keperluan
pencapaian sasaran laju pertumbuhan ekonomi yang dikehendaki, maka
diharapkan kekurangan tersebut dipenuhidengan peranan modal swasta.
2.2 Tinjauan Empiris
Peneliti Budiono (2001) dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penghimpunan Deposito Berjangka pada Bank Umum Pemerintah dan Bank
Swasta Nasional di Indonesia”. Dalam penelitian ini menggunakan metode
regresi berganda double log atau natural log, dengan menggunakan a = 0.05.
34
berdasarkan hasil analisis dapat dilihat ada dua variabel bebas yang mempunyai
pengaruh signifikan terhadap penghimpunan deposito berjangka pada bank
umum pemerintah dan bank umum swasta nasional yaitu pendapatan nasional
dan total aktiva bank. Sedangkan variabel lain tingkat bunga, tingkat inflasi, dan
jumlah kantor bank tidak mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap
penghimpunan deposito berjangka pada bank umum pemerintah dan bank umum
swasta nasional.
Peneliti Tuti (2006) meneliti tentang “Analisis permintaan deposito
berjangka dalam negeri pada bank umum di Indonesia”. Variabel yang digunakan
adalah tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, suku bunga
deposito dalam negeri. Alat analisis yang digunakan adalah PAM. Dari penelitian
ini disimpulkan bahwa ada dua variabel yang berpengaruh secara signifikan
terhadap deposito berjangka dalam negeri bank umum di Indonesia, yaitu tingkat
inflasi dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
Peneliti Ikha Novianti (2004) meneliti tentang “Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi deposito berjangka bank umum di Indonesia. Variabel yang
digunakan adalah Pendapatan Nasional, tingkat suku bunga deposito, total
aktiva bank umum, jumlah kantor bank umum. Alat analisis yang digunakan
adalah PAM. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada tiga variabel yang
berpengaruh secara signifikan terhadap deposito berjangka bank umum di
Indonesia, yaitu tingkat suku bunga deposito, total aktiva bank umum dan tingkat
deposito sebelumnya.
2.3 Kerangka Pikir
Masalah deposito disektor perbankan sangatlah diperlukan oleh setiap
bank dalam menghimpun dana masyarakat. Dimana deposito berjangka adalah
35
merupakan simpanan pihak ketiga kepada bank yang penawarannya hanya
dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak
ketiga dengan bank yang bersangkutan. Oleh karena itulah dalam permintaan
deposito berjangka, menurut Budiono (2001) yang meneliti mengenai analisis
permintaan deposito berjangka rupiah pada Bank Umum di DIY tahun 1986 –
2005, yang menunjukkan permintaan deposito dipengaruhi oleh 3 faktor yakni
PDRB, tingkat bunga deposito dan laju inflasi.
Pengaruh PDRB dengan permintaan deposito secara parsial memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap permintaan deposito. Dimana peningkatan
PDRB akan berpengaruh terhadap permintaan deposito, kemudian pengaruh
antara tingkat suku bunga dengan permintaan deposito dapat dikatakan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pemintaan deposito, sedangkan
inflasi tidak berpengaruh terhadap permintaan deposito (Suparmoko:2002).
Melihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Kasmir, 2008) maka
kerangka pikir yang dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
PDRB
(X1)
Tingkat Suku
Bunga Deposito
(X2)
Laju Inflasi
(X3)
Permintaan
Deposito
(Y)
36
2.4 Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :“Diduga
bahwa PDRB, tingkat suku bunga deposito dan laju inflasi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap permintaan deposito pada Bank Komersial di Kabupaten
Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.”
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Untuk menunjang penyusunan skripsi ini, maka penulis memilih obyek
penelitian pada Bank BRI dan BCA yang berlokasi di Makassar.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersifat kuantitatif yang meliputi data time series dari tahun 2002-2011 tentang
analisis komparatif statik terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada 10
Bank komersial.
Sedangkan data kualitatif meliputi beberapa hasil studi kepustakaan dan
artikel yang berguna bagi penelitian ini yang diperoleh dari Bank Komersial,
artikel-artikel dan tulisan-tulisan yang diperoleh dengan fasilitas internet yang
berguna bagi penelitian ini. Adapun data yang digunakan adalah data deposito
berjangka rupiah 3 bulanan pada Bank Komersial di Kabupaten Gowa Propinsi
Sulawesi-Selatan pada tahun 2002-2011, data PDRB tahun 2002-2011, data
tingkat suku bunga tahun 2002-2011 dan data laju inflasi tahun 2002-2011.
3.3 Metode Analisis
Berdasarkan uraian yang ada sebelumnya, maka model yang digunakan
adalah model regresi berganda. Analisis regresi linear berganda untuk melihat
sejauh mana pengaruh terhadap PDRB, tingkat suku bunga deposito, laju inflasi
terhadap permintaan deposito berjangka rupiah dengan menggunakan rumus :
Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε.............................................. (1)
37
38
Y
= Permintaan deposito berjangka rupiah (Rp)
X1
= PDRB Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan
X2
= Tingkat suku bunga (r)
X3
= Laju inflasi inflasi
3.4 Definisi Variabel
Seperti telah dijelaskan di atas, maka batasan variabel dari penelitian ini,
antara lain :
1. Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan
bank. Sumber dana ini memiliki ciri-ciri pokok yaitu jangka waktu
penarikannya tetap, dengan memiliki jangka waktu jatuh tempo 1 bulan, 3
bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 24 bulan. Deposito berjangka ini hanya dapat
ditarik atau diuangkan pada saat jatuh temponya oleh pihak yang namanya
tercantum dalam bilyet deposito.
2. PDRB adalah pendapatan atas faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk
suatu
wilayah/daerah
ditambah
penduduk
asing
yang
berada
di
wilayah/daerah tersebut.
3. Laju inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang
secara terus menerus.
4. Tingkat suku bunga adalah harga yang dibayar peminjam (debitur) kepada
pihak yang meminjam (kreditur) untuk pemakaian sumber daya selama
jangka waktu tertentu.
39
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Analisis
4.1.1. Analisis Deskripsi Data Penelitian
Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti adalah permintaan deposito
berjangka, dimana permintaan deposito berjangka sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti : PDRB, suku bunga dan inflasi. Oleh karena itulah dalam
penelitian ini akan disajikan deskripsi data penelitian yang diperoleh dari
BPS Provinsi Sulawesi Selatan dan Bank Rakyat Indonesia dan Bank Central
Asia dengan periode pengamatan dari tahun 2002 s/d tahun 2011 yang dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Deskripsi Variabel Penelitian (PDRB, Suku Bunga, Inflasi dan Permintaan
Deposito) Tahun 2002 s/d tahun 2011
2002
PDRB
konstan
dalam Milyar
Rp
30.948,82
2003
Tahun
Inflasi
(%)
Suku Bunga
Deposito
Permintaan Deposito
(Dalam Jutaan Rp)
10,03
BRI (%)
5,00
BCA (%)
7,25
BRI
11.671,25
BCA
7.919,53
32.627,38
7,06
6,13
8,00
15.171,56
9.282,23
2004
34.345,08
6,40
6,00
7,00
16.868,85
9.918,03
2005
36.424,02
10,12
6,00
7,00
17.313,02
10.195,64
2006
38.867,68
6,60
5,75
5,88
20.662,71
10.414,20
2007
41.332,43
5,71
5,00
4,50
22.357,66
13.973,54
2008
44.549,82
11,79
6,75
8,75
25.328,27
16.330,17
2009
47.326,08
3,24
7,00
5,50
29.548,31
20.342,70
2010
51.199,90
6,82
6,00
5,75
32.119,27
21.574,54
2011
55.116,92
2,81
7,25
7,00
36.341,06
29.338,16
Sumber : Data diolah dari BPS Sulsel,BRI dan BCA Sulsel, 2013
39
40
Berdasarkan data pada tabel 4.1, maka selanjutnya dapat disajikan
pertumbuhan PDRB untuk tahun 2001 s/d tahun 2011 yang dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2
Pertumbuhan PDRB Sulawesi Selatan
Tahun 2002 s/d tahun 2011
PDRB
Tahun
Pertumbuhan
(Dalam Milyar)
Dalam milyar
2002
30.948,82
-
2003
32.627,38
1.678,56
5,42
2004
34.345,08
1.717,70
5,26
2005
36.424,02
2.078,94
6,05
2006
38.867,68
2.443,66
6,71
2007
41.332,43
2.464,75
6,34
2008
44.549,82
3.217,39
7,78
2009
47.326,08
2.776,26
6,23
2010
51.199,90
3.873,82
8,19
2011
55.116,92
3.917,02
7,65
24.168,10
6,63
Rata Rata Peningkatan
%
-
Sumber : Hasil olahan data
Berdasarkan tabel tersebut di atas yakni pertumbuhan PDRB Sulawesi
Selatan dari tahun 2002 s/d tahun 2011, menunjukkan bahwa pertumbuhan
PDRB
yang
dicapai
oleh
Sulawesi
Selatan
senantiasa
mengalami
peningkatan, dimana rata-rata peningkatan PDRB sebesar Rp24.168,10 milyar
atau sebesar 6,63% setiap tahunnya.
Berikut ini akan disajikan Pertumbuhan suku bunga deposito Bank BRI
dan Bank BCA selama tahun 2002 s/d tahun 2012 melalui tabel berikut ini :
41
Tabel 4.3
Pertumbuhan Suku Bunga Deposito Bank BRI dan Bank BCA
Tahun 2002 s/d tahun 2012
Tahun
Permintaan Suku Bunga Deposito
BRI
%
BCA
%
2002
5,00
-
7,25
-
2003
6,13
1,13
8,00
0,75
2004
6,00
-0,13
7,00
-1
2005
6,00
-
7,00
-
2006
5,75
-0,25
5,88
-1,12
2007
5,00
-0,75
4,50
-1,38
2008
6,75
1,75
8,75
4,25
2009
7,00
0,25
5,50
-3,25
2010
6,00
1
5,75
0,25
2011
7,25
1,25
7,00
1,25
Rata Rata
6,09
0,25
6,66
-0,03
Sumber : Hasil olahan data
Berdasarkan tabel 4.3 yakni pertumbuhan suku bunga deposito
berjangka terlihat bahwa suku bunga BRI (Bank Pemerintah) dan Bank BCA
(Bank Swasta) terlihat mengalami pertumbuhan yang berfluktuasi. Faktor yang
menyebabkan adanya pertumbuhan yang berfluktuasi sebab adanya kenaikan/
penurunan bunga SBI yang ditentukan oleh Bank Indonesia.
Selanjutnya akan disajikan data pertumbuhan inflasi Provinsi Sulawesi
Selatan dari tahun 2002 s/d tahun 2011 melalui tabel berikut ini :
42
Tabel 4.4
Pertumbuhan Inflasi Sulawesi Selatan
Tahun 2002 s/d tahun 2011
Tahun
Inflasi
Pertumbuhan
(Dalam %)
(Dalam %)
2002
10,03
2003
7,06
-2,97
2004
6,40
-0,66
2005
10,12
3,72
2006
6,60
-3,52
2007
5,71
-0,89
2008
11,79
6,08
2009
3,24
-8,55
2010
6,82
3,58
2011
2,81
-4,01
Rata-rata Peningkatan
-7,22
Sumber : Hasil olahan data
Berdasarkan tabel 4.4 yakni data pertumbuhan inflasi provinsi Sulawesi
Selatan khususnya dalam tahun 2002 s/d tahun 2011 terlihat bahwa inflasi
mengalami fluktuasi, hal ini disebabkan karena naik/turunnya indeks harga
saham pada tahun 2002 s/d tahun 2011.
Selanjutnya akan disajikan data mengenai pertumbuhan permintaan
deposito pada Bank BRI dan Bank BCA selama tahun 2002 s/d tahun 2011 yang
dapat dilihat melalui tabel berikut ini :
43
Tabel 4.5
Pertumbuhan Permintaan Deposito Bank BRI dan BCA
Tahun 2002 s/d tahun 2011
Tahun
Permintaan Deposito (Jutaan Rp)
BRI
%
BCA
%
2002
11.671,25
7.919,53
2003
15.171,56
29,99
9.282,23
17,21
2004
16.868,85
11,19
9.918,03
6,85
2005
17.313,02
2,63
10.195,64
2,80
2006
20.662,71
19,35
10.414,20
2,14
2007
22.357,66
8,20
13.973,54
34,18
2008
25.328,27
13,29
16.330,17
16,86
2009
29.548,31
16,66
20.342,70
24,57
2010
32.119,27
8,70
21.574,54
6,06
2011
36.341,06
13,14
29.338,16
35,99
Rata-Rata
22.738,20
13,68
14.928,87
16,29
Sumber : Hasil olahan data
Tabel 4.5 yakni pertumbuhan permintaan deposito Bank BRI dan Bank
BCA selama tahun 2002 s/d tahun 2011, menunjukkan bahwa setiap tahunnya
permintaan deposito baik pada Bank BRI maupun pada Bank BCA senantiasa
mengalami perkembangan setiap tahunnya, dimana rata-rata permintaan
deposito pada Bank BRI sebesar Rp.22.738,20 milyar atau sebesar 13,68%,
sedangkan rata-rata permintaan deposito pada Bank BCA adalah sebesar
Rp.14.928,87 milyar atau sebesar 16,29%.
4.1.2. Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan suatu analisis yang memaparkan hasil
secara kualitatif terhadap perkembangan data-data yang ada untuk memperkuat
analisis empiris. Penelitian ini akan membahas mengenai perkembangan
44
variabel dependent yakni permintaan deposito berjangka rupiah, serta variabel
independen yakni : PDRB, suku bunga, inflasi dan permintaan deposito pada
Bank BRI dan Bank BCA dengan periode tahun pengamatan dari tahun 2002
s/d tahun 2011. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan disajikan hasil olahan data
statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS Release 17 yang dapat disajikan
pada Tabel 4.6 berikut ini :
Tabel 4.6
Statistik Deskriptif
Variabel Penelitian
N
PDRB
10
30.948,82
55.116,92
41.273,81
8.139,12
Inflasi
10
2,81
11,79
7,06
2,90
Suku Bunga BRI
10
5,00
7,25
6,09
0,75
Suku Bunga BCA
10
4,50
8,75
6,66
1,26
Permintaan
10
11.671,25
36.341,06
22.738,20
7.987,45
10
7.919,53
29.338,16
14.928,87
6.935,32
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Deposito BRI
Permintaan
Deposito BCA
Sumber : Lampiran SPSS
Tabel 4.6 yakni hasil olahan data statistik deskriptif, yang menunjukkan
bahwa untuk variabel PDRB dengan periode pengamatan 10 tahun (2001 s/d
tahun 2010) maka rata-rata (mean) PDRB pertahun sebesar Rp.41273,81
milyar dengan simpangan baku (standard deviation) sebesar 8.139,12 milyar,
nilai PDRB yang terendah sebesar Rp.30.948,2 milyar dan PDRB yang tertinggi
sebesar 55116,92 milyar, kemudian untuk inflasi maka rata-rata (mean) sebesar
45
7,06% dan standar deviasi 2,90%, dengan nilai inflasi terendah sebesar 2,81%
dan tertinggi sebesar 11,79%.
Selanjutnya untuk suku bunga BRI rata-rata sebesar 6,09 dengan standar
deviasi sebesar 0,75, kemudian untuk suku bunga bank BRI yang terendah
sebesar 5% dan nilai suku bunga tertinggi sebesar 7,25%, sedangkan suku
bunga untuk Bank BCA dengan rata-rata sebesar 6,66% dengan standar
deviasi sebesar 1,25, sedangkan suku bunga yang terendah sebesar 4,50% dan
tertinggi sebesar 8,75%. Kemudian jika dilihat dari permintaan deposito untuk
Bank BRI dimana rata-rata (mean) sebesar 22738,20 dan standar deviasi
sebesar 7987,45, dan nilai terendah sebesar 11671,25 dan tertinggi sebesar
36341,06, sedangkan permintaan deposito Bank BCA dimana diperoleh rata-rata
(mean) sebesar 14928,87 dan standar deviasi sebesar 6935,32 dengan nilai
tertinggi untuk permintaan deposito pada Bank BCA sebesar 29338,16 dan nilai
terendah sebesar 7919,53.
4.1.3. Uji Asumsi Regresi
Sebelum dilakukan uji regresi, terlebih dahulu akan dilakukan uji asumsi
klasik. Dimana menurut Singgih, S. (2010, hal. 203) bahwa sebuah model
regresi, akan dapat dipakai untuk prediksi jika memiliki sejumlah asumsi yang
disebut dengan uji asumsi klasik. Oleh karena itulah dalam melakukan uji
asumsi klasik, yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji normalitas, uji multikolineritas, uji autokorelasi dan uji
heterokesdastisitas. Berikut ini akan dilakukan uji asumsi klasik yaitu sebagai
berikut :
46
4.1.3.1. Uji Asumsi Normalitas
Sujianto dalam Agus (2009, hal. 77) menjelaskan bahwa uji distribusi
normal adalah uji untuk mengukur apakah data regresi memiliki distribusi
normal, sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik, sebab model regresi
linear berganda dapat disebut sebagai model yang baik, jika model tersebut
memenuhi asumsi normalitas data. Ada 2 cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis
statistik.
Untuk lebih jelasnya akan disajikan grafik histogram pada Bank BRI
dan Bank BCA yang dapat dilihat melalui gambar berikut ini :
Gambar 4.1
Grafik Histogram Bank BRI
47
Sedangkan grafik histogram pada Bank BCA, dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Gambar 4.2
Grafik Histogram Bank BCA
Berdasarkan tampilan grafik histogram pada gambar di atas dapat
disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal
(simetris / tidak menceng). Hal ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi
asumsi normalitas, sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini :
48
Gambar 4.3
Grafik Normal Probability Plot Bank BRI
Sedangkan grafik normal probability plot untuk Bank BCA seperti terlihat
pada gambar berikut ini :
49
Gambar 4.4
Grafik Normal Probability Plot Bank BCA
Tampilan
grafik
Normal
Probability
Plot
pada
gambar
di
atas
menunjukkan bahwa titik-titik (yang menggambarkan data sesungguhnya) terlihat
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya. Hal ini
juga menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Sedangkan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak dengan menggunakan analisis statistik. Dalam uji normalitas, metode yang
digunakan dalam uji normalitas adalah Kolmogorov-Smirnov Test. Menurut Agus
(2009, hal, 83) bahwa :
50
-
Nilai sig atau signifikan atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi data adalah
tidak normal
-
Nilai sig atau signifikan atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi data adalah
normal.
Sebelum dilakukan uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov Test,
maka terlebih dahulu akan disajikan hasil olahan data dengan menggunakan
SPSS release 17 yang dapat disajikan pada Tabel 4.7 yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.7
Hasil Olahan Data Uji Normalitas
Variabel Penelitian
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
PDRB
0,393
0,998
Inflasi
0,632
0,820
Suku Bunga BRI
0,562
0,910
Suku Bunga BCA
0,649
0,793
Permintaan Deposito BRI
0,479
0,976
Permintaan Deposito BCA
0,767
0,599
Sumber : Hasil olahan data
Tabel 4.7 yakni hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test
dimana dapat dikatakan bahwa keempat variabel yakni : PDRB, inflasi, suku
bunga, dan permintaan deposito pada Bank BRI dan Bank BCA. Dimana
memiliki nilai asymp sig (2 – tailed) lebih besar dari 0,05, sehingga dapatlah
dikatakan bahwa bank yang diteliti memiliki distribusi yang normal, karena
semuanya memiliki distribusi data yang normal maka variabel yang akan
digunakan dapat diolah lebih lanjut.
51
4.1.3.2. Uji Multikolineritas
Multikolineritas timbul sebagai akibat adanya hubungan kausal antara
dua variabel bebas atau lebih atau adanya kenyataan bahwa dua variabel
penjelas atau lebih bersama-sama dipengaruhi oleh variabel ketiga, yang berada
di luar model. Menurut Agus (2009, hal. 78) yang menyatakan jika nilai
variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari
multikolineritas.
Berikut
ini akan disajikan hasil olahan data
uji multikolineritas
dengan menggunakan SPSS release 17 yang dapat disajikan pada tabel 4.7
yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.8
Uji Multikolineritas dengan Program SPSS Release 17
Model 1 (Bank BRI)
Model 2 (Bank BCA)
Variabel
Tolerance
VIF
Tolerance
VIF
PDRB
0,496
2,016
0,737
1,357
Suku Bunga
0,585
1,709
0,668
1,497
Inflasi
0,737
1,358
0,530
1,885
Sumber : Lampiran SPSS
Berdasarkan Tabel 4.8 yakni hasil uji multikolineritas permintaan
deposito dengan menggunakan program SPSS release 17, ternyata memiliki
nilai VIF dari setiap variabel penelitian yakni PDRB, suku bunga dan inflasi baik
yang akan digunakan dalam model pengujian regresi 1 untuk Bank BRI dengan
model pengujian regresi 2 Bank BCA tidak ada yang melebihi 10 berarti data
penelitian ini terbebas dari masalah multikolineritas.
52
4.1.3.3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana terjadinya korelasi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang
terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada
model regresi. Metode pengujian menggunakan uji Durbin Watson (uji DW)
dengan ketentuan menurut Ghozali (2002 : 61) adalah sebagai berikut :
a) Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4 – du),
maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi
b) Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka
koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi
positif
c) Bila DW lebih besar daripada (4 – dl), maka koefisien autokorelasi lebih
daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif
d) Bila DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW
terletak antara (4 – du) dan (4 – dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
Untuk lebih jelasnya akan disajikan data mengenai hasil uji autokorelasi
atas permintaan deposito pada Bank BRI dan Bank BCA yang dapat dilihat
melalui tabel berikut ini :
Tabel 4.9
Hasil Olahan Data Uji Auto korelasi Dari Setiap Pengujian Model Regresi
Model regresi
Jenis Bank
autokorelasi
dL
du
4-dU
1
BRI
2,439
0,5253
2,016
1,984
2
BCA
2,143
0,5253
2,016
1,984
Sumber : Hasil olahan data
53
Dari hasil pengolahan data SPSS maka diperoleh nilai autokorelasi
permintaan deposito pada Bank BRI sebesar 2,439 dan nilai autokorelasi
permintaan deposito pada Bank BCA sebesar 2,143, dengan tingkat signifikan
0,05 dan jumlah data (n) = 20 serta K = 2 diperoleh nilai dL untuk masingmasing Bank sebesar 0,5253 dan dU = 2,016, serta 4-dU = 1,984, hal ini berarti
data regresi tidak memiliki autokorelasi.
4.1.3.4. Uji Heteroskesdastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Ghozali, 2005). Jika varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas,
dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan grafik scatterplot untuk menguji ada tidaknya
heteroskedastisitas.
Caranya
adalah
dengan
melihat
grafik
scatterplot
tersebut. Jika ada pola tertentu, seperti tititk-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Dan jika tidak ada pola
yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (homoskedastisitas). Adapun
grafik heterokesdastisitas pada Bank BRI dan Bank BCA dapat dilihat melalui
gambar berikut ini :
54
Gambar 4.5
Grafik Scatterplot
Sedangkan grafik scatterplot permintaan deposito pada Bank BCA
seperti terlihat pada gambar berikut ini :
55
Gambar 4.6
Grafik Scatterplot
Sumber : Lampiran SPSS
Berdasarkan
gambar
tersebut
dapat
dilihat
bahwa
tidak
terjadi
heterokesdastisitas karena tidak terdapat pola yang jelas dan titik-titik menyebar.
Adapun dasar pengambilan keputusan tersebut adalah :
-
Jika ada pola tertentu yang membentuk pola tertentu yang teratur, maka
terjadi heterokesdastisitas
-
Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar maka tidak terjadi
heterokesdastisitas.
56
Sehingga dari hasil pengujian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model
regresi layak dipakai untuk memprediksi permintaan deposito pada Bank BRI
dan Bank BCA masukan variabel PDRB, inflasi, tingkat suku bunga dan
permintaan deposito.
4.1.4. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara variabel
bebas dependen (variabel terikat) berupa permintaan deposito berjangka rupiah
(Y) dan variabel independen (variabel bebas) berupa Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) (X1), suku bunga (X2), dan inflasi (X3). Oleh karena itulah dalam
pengujian regresi dapat dibagi atas 2 model regresi yaitu menganalisis PDRB,
suku bunga, dan inflasi terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada
bank BRI (Model 1) dengan menguji pengaruh antara PDRB, tingkat suku
bunga, dan inflasi terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada Bank
BCA (Model 2). Pada penelitian ini digunakan model regresi berganda dengan
variabel Model hubungan yang terbentuk pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Y = 𝛼 + 𝛽1 𝑥1 + 𝛽2 𝑥2 + 𝛽3 𝑥3 + 𝑒
Setelah semua variabel dimasukkan, penyelesaian model persamaan
regresi linier berganda dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS
(Statistical Program For Social Science) Versi 17.0 untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk lebih jelasnya akan
disajikan hasil regresi antara Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), tingkat
suku bunga, dan inflasi terhadap permintaan deposito berjangka rupiah
yang dapat dilihat melalui tabel berikut ini :
1
Tabel 4.10
Hasil Olahan Data Regresi
Unstandardizet Coefficient
Uraian
Pengaruh PDRB,
Suku Bunga,Inflasi
terhadap Permintaan
deposito BRI
R=
R2 =
Pengaruh PDRB,Suku
Bunga, Inflasi,
Terhadap
Permintan depositio
BCA
Model
Constant
PDRB
Suku Bunga
Deposito
Inflasi
0,999
0,998
Constant
Fhit
Std Error
1.376,20
0,02
619,31
-201,93
233,94
54,25
Fhit
Sig
thit
Sig
0,921
-12,284
38,355
0,000
0,000
0,059
-0,073
2,647
-3,722
0,038
0,010
-5,037
0,002
-20.009,77
1.163,75
0,000
3.972,35
0,77
0,06
0,901
12,127
0,000
1.079,42
-560,22
429,41
209,48
0,196
-0,234
2,514
-2,674
0,046
0,037
=
Sig
PDRB
Suku Bunga
Deposito
Inflasi
R=
0,988
R2 =
0,976
Sumber : Hasil olahan data
B
-16.905,59
0,90
Standardized
Coefficient
(Beta)
=
79,892
0,000
59
Berdasarkan Tabel 4.10 yakni hasil olahan data regresi dengan
menggunakan SPSS release 17, maka selanjutnya akan dapat disajikan hasil
pengujian regresi yang dapat diuraikan sebagai berikut :
4.1.4.1. Pengaruh antara PDRB, suku bunga, inflasi terhadap permintaan
Deposito Berjangka Rupiah pada Bank BRI
Berdasarkan hasil persamaan regresi yang telah dikemukakan di atas,
maka diperoleh persamaan regresi yaitu sebagai berikut :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3
Dari formulasi tersebut di atas, maka yang menjadi persamaan regresi
dengan menggunakan SPSS yaitu :
Y = -16905,59 + 0,921 X1 + 0,059 X2 - 0,073 X3
Adapun hasil interprestasi dari persamaan regresi tersebut di atas,
dapat diuraikan sebagai berikut :
β0
=
-16905,59 yang diartikan tanpa adanya kenaikan PDRB, suku bunga
dan inflasi maka besarnya permintaan deposito berjangka rupiah untuk
Bank BRI sebesar 16905,59%
β1X1 =
0,921,
yang
diartikan
bahwa
dengan
adanya
peningkatan
Rp.1.000.000 PDRB maka akan dapat meningkatkan permintaan
deposito berjangka pada Bank BRI sebesar Rp.921.000,β2X2 =
0,059, yang diartikan bahwa dengan adanya kenaikan 1% suku bunga
maka akan menyebabkan permintaan deposito berjangka rupiah
sebesar 0,059%.
β3X3 =
-0,073, yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% inflasi maka
akan dapat menyebabkan turunnya permintaan deposito sebesar
0,073%.
60
Berdasarkan hasil persamaan regresi yang telah dikemukakan di atas,
maka dapatlah dikatakan bahwa PDRB dan suku bunga berpengaruh positif
terhadap permintaan deposito berjangka rupiah, sedangkan inflasi berpengaruh
negatif terhadap permintaan deposito berjangka. Dengan kata lain semakin
tinggi inflasi maka permintaan deposito akan semakin turun. Kemudian untuk
mengetahui hubungan antara PDRB, suku bunga dan inflasi terhadap
permintaan deposito berjangka pada Bank BRI, maka diperoleh nilai R = 0,998,
hal ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat dan positif antara PDRB, suku
bunga dan inflasi terhadap permintaan deposito berjangka pada Bank BRI.
Kemudian dilihat dari nilai adjusted Rsquare = 0,997. Hal ini menunjukkan
bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen (PDRB, suku
bunga, inflasi) terhadap permintaan deposito berjangka pada Bank BRI mampu
menjelaskan sebesar 99,7% sedangkan sisanya sebesar 0,3% dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.1.4.2. Pengujian secara Parsial
Untuk menguji pengaruh masing-masing variabel PDRB, suku bunga dan
inflasi terhadap permintaan deposito berjangka rupiah maka digunakan uji
parsial, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Variabel Produk Domestik Regional Bruto (X1)
PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan deposito
berjangka rupiah, dengan uji statistik melalui uji t dengan taraf nyata 5%
di mana memiliki nilai thitung (38,355) > ttabel (1,833) dan memiliki nilai
probabilitas 0,000 < 0,05.
61
2) Variabel Suku bunga BRI (X2)
Suku bunga BRI berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan
deposito berjangka rupiah, dengan uji statistik melalui uji t dengan taraf nyata
5% di mana memiliki nilai thitung (2,647) > ttabel (1,833) dan memiliki nilai
probabilitas 0,038 < 0,05.
3) Variabel Inflasi (X3)
Inflasi berpengaruh negatif terhadap permintaan deposito berjangka rupiah,
dengan uji statistik melalui uji t dengan taraf nyata 5% di mana memiliki
nilai thitung (-3,722) < ttabel (1,833) dan memiliki nilai probabilitas 0,010 < 0,05.
4.1.4.3. Uji Serempak (Uji F)
Uji serempak (Uji F) digunakan untuk mengetahui apakah seluruh
variabel bebasnya secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna
terhadap variabel terikat. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai
Fhitung dengan Ftabel pada derajat kesalahan 5% ( = 0,05). Apabila nilai Fhitung >
dari nilai Ftabel maka berarti variabel bebasnya secara serempak memberikan
pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat, yang mana ditunjukkan
dengan pengujian statistik melalui uji F yang dapat dilihat melalui tabel berikut :
Tabel 4.11
Hasil Pengujian Secara Serempak
Sum of
Model
1
Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
5.732E8
3
985107.079
6
5.742E8
9
F
1.911E8 1163.750
164184.513
a. Predictors: (Constant), Inflasi, Suku Bunga BRI, PDRB
b. Dependent Variable: Permintaan Deposito BRI
Sig.
.000a
62
Berdasarkan
hasil
pengujian
secara
serempak
maka
diperoleh
nilai Fhitung = 1163,76 dan Ftabel 4,757 serta memiliki nilai sig atau value = 0,000,
karena nilai probabilitas yang lebih kecil dari nilai standar (0,000 < 0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa PDRB, Suku bunga BRI dan inflasi mempunyai
pengaruh secara serempak terhadap permintaan deposito pada Bank BRI.
4.1.4.4. Pengaruh antara PDRB, suku bunga, inflasi terhadap permintaan
Deposito Berjangka Rupiah pada Bank BCA
Berdasarkan hasil persamaan regresi yang telah dikemukakan di atas,
maka diperoleh persamaan regresi yaitu sebagai berikut :
Y = -20009,76 + 0,901 X1 + 0,196 X2 - 0,234 X3
Adapun hasil interprestasi dari persamaan regresi tersebut di atas,
dapat diuraikan sebagai berikut :
β0
=
-2000,76 yang diartikan tanpa adanya kenaikan PDRB, suku bunga
dan inflasi maka besarnya permintaan deposito berjangka rupiah untuk
Bank BCA sebesar 2000,76%
β1X1 =
0,901,
yang
diartikan
bahwa
dengan
adanya
peningkatan
Rp.1.000.000 PDRB maka akan dapat meningkatkan permintaan
deposito berjangka pada Bank BCA sebesar Rp.901.000,β2X2 =
0,196, yang diartikan bahwa dengan adanya kenaikan 1% suku bunga
maka akan menyebabkan permintaan deposito berjangka rupiah
sebesar 0,196%.
β3X3 =
-0,234, yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% inflasi maka
akan dapat menyebabkan turunnya permintaan deposito sebesar
0,234%.
63
Kemudian untuk mengetahui hubungan antara PDRB, suku bunga dan
inflasi terhadap permintaan deposito berjangka pada Bank BCA, maka diperoleh
nilai R = 0,988, hal ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat dan positif
antara PDRB, suku bunga dan inflasi terhadap permintaan deposito berjangka
pada Bank BCA. Kemudian dilihat dari nilai adjusted Rsquare = 0,963. Hal ini
menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independent
(PDRB, suku bunga, dan inflasi) terhadap permintaan deposito berjangka pada
Bank BCA mampu menjelaskan sebesar 96,3% sedangkan sisanya sebesar
3,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.1.4.5. Pengujian secara Parsial
Untuk menguji pengaruh masing-masing variabel PDRB, suku bunga dan
inflasi terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada Bank BCA maka
digunakan uji parsial, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Variabel Produk Domestik Regional Bruto (X1)
PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan deposito
berjangka rupiah, dengan uji statistik melalui uji t dengan taraf nyata 5%
di mana memiliki nilai thitung (12,127) > ttabel (1,833) dan memiliki nilai
probabilitas 0,000 < 0,05.
2) Variabel Suku bunga BCA (X2)
Suku bunga BCA berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan
deposito berjangka rupiah, dengan uji statistik melalui uji t dengan taraf nyata
5% di mana memiliki nilai thitung (2,514) > ttabel (1,833) dan memiliki nilai
probabilitas 0,046 < 0,05.
64
3) Variabel Inflasi (X3)
Inflasi berpengaruh negatif terhadap permintaan deposito berjangka rupiah,
dengan uji statistik melalui uji t dengan taraf nyata 5% di mana
memiliki
nilai thitung (-2,674) < ttabel (1,833) dan memiliki nilai probabilitas
0,037 < 0,05.
4.1.4.6. Uji Serempak (Uji F)
Uji serempak (Uji F) digunakan untuk mengetahui apakah seluruh
variabel bebasnya secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna
terhadap variabel terikat. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai
Fhitung dengan Ftabel pada derajat kesalahan 5% ( = 0,05). Apabila nilai
Fhitung > dari nilai Ftabel maka berarti variabel bebasnya secara serempak
memberikan pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat, yang mana
ditunjukkan dengan pengujian statistik melalui uji F yang dapat dilihat melalui
tabel berikut :
Tabel 4.12
Hasil Pengujian Secara Serempak
Sum of
Model
1
Squares
df
Mean Square
Regression
4.223E8
3
1.408E8
Residual
1.057E7
6 1762034.750
Total
4.329E8
9
F
79.892
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), Inflasi, PDRB, Suku Bunga BCA
b. Dependent Variable: Permintaan Deposito BCA
Berdasarkan
hasil
nilai Fhitung = 79,892 > F
tabel
pengujian
secara
serempak
maka
diperoleh
4,757 dan memiliki nilai sig atau value = 0,000,
65
karena nilai probabilitas yang lebih kecil dari nilai standar (0,000 < 0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa PDRB, Suku bunga BRI dan inflasi mempunyai
pengaruh secara serempak terhadap permintaan deposito pada Bank BCA.
4.2 Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh
antara PDRB, suku bunga, inflasi terhadap peningkatan deposito pada Bank BNI
dan BCA dengan menggunakan periode pengamatan tahun 2002 – 2011.
Sehingga dari hasil penelitian yang telah dilakukan yang menunjukkan bahwa
PDRB dan suku bunga deposito baik bank pemerintah (BRI) maupun bank
swasta (BCA) berpengaruh positif dan signifikan. Sedangkan tingkat inflasi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan deposito baik bank
pemerintah (BRI) maupun bank swasta (BCA).
Dalam hubungannya dengan uraian tersebut diatas akan disajikan
pembahasan mengenai faktir (tingkat PDRB, suku bunga, inflasi) terhadap
permintaan deposito baik bank pemerintah (BRI) maupun bank swasta (BCA)
yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pengaruh PDRB terhadap permintaan deposito baik bank pemerintah (BRI)
dan bank swasta (BCA)
Pengaruh antara PDRB dan permintaan deposito baik bank pemerintah
(BRI) maupun bank swasta (BCA) berpengaruh positif, yang artinya semakin
tinggi PDRB maka akan dapat meningkatkan permintaan deposito khususnya
pada bank pemerintah (BRI) dan bank swasta (BCA). Kemudian dari hasil uji
parsial yang telah dilakukan terlihat ada pengaruh secara signifikan antara PDRB
dengan tingkat permintaan deposito baik bank pemerintah (BRI) maupun bank
swasta (BCA).
66
Penelitian yang dilakukan oleh Meliala (2011) dengan judul penelitian
yaitu faktor-faktor yang mempengaruhhi deposito berjangka pada Bank Umum di
Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku bunga, PDRB berpengauh
positif terhadap permintaan deposito berjangka pada Bank Umum pada tingkat
kepercayaan 99%. Kemudian penelitian lainnya yaitu Febri (2008) dengan judul
penelitian yaitu analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan
deposito yang menemukan bahwa suku bunga, inflasi dan PDRB berpengaruh
signifikan terhadap permintaan deposito pada Bank Umum. Sedangkan hasil
penelitian yang telah dilakukan ternyata menunjukkan ada pengaruh yang
signifikan antara PDRB dengan permintaan deposito berjangka baik bank
pemerintah maupun bank swasta. Sehingga dari hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Meliala dan Febri.
2. Pengaruh suku bunga deposito terhadap permintaan deposito berjangka
pada Bank Pemerintah dan Bank Swasta
Pengaruh antara suku bunga dan permintaan deposito berpengaruh
secara signifikan dan positif. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap kenaikan suku
bunga deposito akan diikuti oleh kenaikan permintaan deposito, kemudian dari
hasil uji parsial yang telah dilakukan yang menunjukkan ada pengaruh yang
signifikan antara suku bunga terhadap permintaan deposito.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2008) dengan judul
penelitian analisis permintaan deposito berjangka rupiah pada Bank Umum di
Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1986 – 2005. Hasil penelitian menunjukkan
PDRB, suku bunga, laju inflasi berpengaruh secara signifikan jangka pendek
maupun jangka panjang. Sedangkan penelitian yang dilakukan Febri (2006) yang
menemukan bahwa antara suku bunga deposito berpengaruh terhadap
67
permintaan deposito berjangka. Selanjutnya dari hasil penelitian yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa antara suku bunga berpengaruh positif
dan signifikan terhadap permintaan deposito berjangka. Dengan demikian dari
hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Febri dan
Yunita.
3. Pengaruh inflasi terhadap permintaan deposito BRI dan BCA
Berdasarkan hasil uji regresi yang telah dilakukan yang ditemukan bahwa
antara inflasi dengan permintaan deposito berpengaruh negatif. Sedangkan
secara parsial yang telah diuji yang menunjukkan bahwa antara inflasi dan
permintaan deposito baik pada bank pemerintah (BRI) dan bank swasta (BCA)
berpengaruh secara signifikan. Dimana semakin tinggi inflasi yang terjadi dari
tahun ketahun maka akan dapat diikuti oleh penurunan permintaan deposito.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2008) dimana
inflasi berpengaruh terhadap permintaan deposito berjangka rupiah. Sedangkan
penelitian lainnya yaitu Febri (2006) yang menemukan bahwa antara inflasi dan
permintaan deposito berpengaruh secara signifikan. Sehingga dari hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yunita dan Febri.
68
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, akan
disajikan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa variabel PDRB,
suku bunga, laju inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan
deposito. Sedangkan dilihat dari hasil uji parsial dan secara serempak, ada
pengaruh yang signifikan baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama
terhadap permintaan deposito.
2. Variabel yang paling dominan mempengaruhi permintaan deposito baik pada
bank pemerintah (BRI) dengan bank swasta (BCA) adalah PDRB. Alasannya
karena PDRB memiliki korelasi yang terbesar jika dibandingkan dengan
variabel beta lainnya.
5.2 Saran
Adapun saran-saran dari hasil penelitian yaitu sebagai berikut :
1. Disarankan agar untuk meningkatkan permintaan deposito maka sebaiknya
bank BRI maupun BCA memperhatikan faktor PDRB, suku bunga, dan
inflasi.
2. Disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk meneliti faktor-faktor lainnya
yang mempengaruhi permintaan deposito seperti nilai kurs dollar dan tingkat
suku bunga SBI.
67
69
DAFTAR PUSTAKA
Arrieta, G.M.G., 1988, “Interest Rates, Saving, and Growth in LDCs: An
Assessment of Recent Empirical Research”, World Development, Vol.
16:589-605.
Boediono, 2005, Pengantar Ekonomi, edisi keempat, cetakan ketiga, Penerbit :
BPFE, Yogyakarta
Budiono. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penghimpunan
Deposito Berjangka Pada Bank Umum Pemerintah dan Bank Umum
Swasta Nasional di Indonesia.
Deaton, Angus. “ Involuntary Saving Through Unanticipated Inflation”. American
Economic Review. Vo. 67 (Desember) : 899-910.
Dendawijaya, 2008 Manajemen Perbankan, cetakan pertama penerbit: Ghalia
Indonesia jakarta.
Doddy Budi Waluyo dan Benny Siswanto (1998), “Peranan Kebijakan Nilai Tukar
Dalam Era Deragulasi dan Globalisasi” dalam Buletin Ekonomi Moneter
dan Perbankan.
Gupta, K.L. 1987. “Aggregate Saving, Financial Intermediation, and Interest
Rate”. Review of Economics and Statistics. Mei, Vol. 69 No. 2
Howard, David H. 1978. “Personal Saving Behavior and the Rate of Inflation”
Review of Economic and Statistics. Vol. 60 (November): 547-554
Ikha, Novianti, 2004, Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi deposito
berjangka bank umum di Indonesia.
Kasmir, 2008 Manajemen Perbankan, edisi revisi kedelapan, Penerbit :
RajaGrafindo Persada, Jakarta
Kelley, Allen C. 1988. “Population Pressures, Saving, and Investment in the Third
World: Some Puzzles” Economic Development and Cultural Change. No.
36 April: 449-464
Lahiri, Ashok, 1989. “Dynamics of Asian Saving: The Role of Growth and Age
Structure.” IMF Staff Papers 36:228-61.
Leff, Nathaniel H. 1969. “Dependency Rates and Saving Rates”. American
Economic Review. No. 58: 886-896
Ram, Rati. 1982. “Dependency Rates and Aggregate Savings: A New
International Cross-Section Study” American Economic Review. No.
72:537-544
70
Rossi, Nicola. 1988. “Government Spending, the Real Interest Rate, and the
Behavior of Liquidity-Constrained Consumers in Developing Countries.”
IMF Staff Papers. Vol. 35 March: 104-140.
Malayu, SP. Hasibuan, 2007, Dasar-dasar Perbakan, cetakan pertama, edisi
ketujuh, Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta
Marzuki Usman, Singgih Riphat, Syahrir, 2007, Pengetahuan Dasar Pasar
Modal, Institut Bankir Indonesia dan Jurnal Keuangan & Moneter,
Jakarta
Mikesell, R.F. & J.E. Zinser, 1973. “The Nature of Saving Function In Developing
Countries: A Survey of The Theoretical and Emperical Literature”. Journal
of Economic Literature. Vol. XI No. 1 Maret.
Muhlisen. 1996. “India-Polices to Increase Domistic Saving”. International
monetary fund, Wa shington, D.C Processed.
Muljono, Teguh, Pudjo. 2004, Analisa laporan keuangan untuk perbankan, edisi
revisi, cetakan ke enam, penerbit: Djambatan, Jakarta.
Muradoglu, G. dan F. Taskin. 1996. “Differences in Household Saving Behaviour:
Evidence from Industrial and Developing Countries”. The Developing
Economics. Juni, Vol. XXXIV, No. 2, hal. 138-153.
Nazir, Habib dan Muhammad Hasanudin. 2004. Analisis Perkreditan Bank,
Penerbit : Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Safrizal, 1996 “Dasar-dasar ekonomi regional” Prisma.
Slamet, Riyadi. 2004. Banking andlibility management. Penerbit Fakultas
Ekonomi. Universitas Indonesia Jakarta.
Sukirno, Sadono, 2001, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Penerbit : Radja
Grafindo Persada Rajawali, Jakarta
Suparmoko, 2002, Ekonomi Publik Untuk Keuangan Dan Pembangunan
Daerah, edisi pertama, Penerbit : Andi Yogyakarta.
Suryana, 2000. Ekonomi Pembangunan: Problematika
Penerbit Salemba Empat Edisi Pertama, 2000.
dan
Pendekatan.
Simorangkir, O.P. 2005, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank.
Penerbit : Ghalia Indonesia, Bogor.
Tuti, 2006, Analisis Permintaan Deposito Berjangka Dalam Negeri Pada
Bank Umum di Indonesia, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.
Undang-undang Perbankan No. 14 tahun 1998, edisi pertama, cetakan
pertama, Penerbit : Rajawali Pers, Jakarta.
Download