bab 2 landasan teori

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Internet, Intranet, dan Extranet
2.1.1
Internet
Menurut Stair dan Reynolds (2010: 14), internet adalah jaringan komputer yang
terbesar di dunia. Terdiri dari ribuan jaringan yang saling terkoneksi, dimana semua
pihak pengguna bebas melakukan pertukaran informasi.
Menurut Turban (2010:49), internet adalah kumpulan dari manusiapengguna
komputer yang berdiri sendiri namun terhubung antara satu sama lain melalui sebuah
lingkungan jaringan global.
Jadi, internet adalah jaringan komputer yang berdiri sendiri dengan lingkup
terbesar dan digunakan oleh manusia dalam kegiatan pertukaran informasi dalam
lingkungan jaringan yang global. Internet merupakan sarana perantara bagi manusia
pengguna teknologi digital dalam melakukan kegiatan di dalam dunia maya.
2.1.2
Intranet
Menurut Stair dan Reynolds (2010: 15), intranet adalah sebuah jaringan internal
yang berbasis pada teknologi web yang mengizinkan orang-orang di dalam sebuah
organisasi untuk saling bertukar informasi dan mengerjakan proyek.
Menurut Turban (2010:49),intranet adalah jaringan perusahaan ataupun
pemerintah yang menggunakan tools dalam internet, seperti webbrowser dan
internetprotocol. Jaringan intranet ini menjadi sarana perusahaan sebagai media
komunikasi dan kolaborasi.
Sedangkan menurut O’Brien dan Marakas (2011:229), pengertian intranet
adalah sebuah jaringan di dalam sebuah organisasi yang menggunakan teknologi
internet (seperti web browser dan server, TCP / IP protokol jaringan, penerbitan
dokumen HTML hypermedia dan database, dan lainnya) untuk menyediakan
lingkungan internet dalam perusahaan untuk berbagi informasi, komunikasi, kolaborasi,
dan dukungan dari proses bisnis.
5
6
Jadi,Intranet adalah sebuah jaringan yang digunakan untuk berkomunikasi dan
berkolaborasi dengan dukungan teknologi internet dalam ruang lingkup internal sebuah
organisasi
atau
perusahaan.
Adanyaintranet
dalam
perusahaan
membantu
mempermudah karyawan dalam melakukan fungsinya masing-masing sehingga akses
atas data yang diperlukan sampai komunikasi antar divisi dapat menjadi lebih cepat dan
aman.
2.1.3
Extranet
Menurut Stair dan Reynolds (2010: 15), extranet adalah sebuah jaringan
internal yang berbasis pada teknologi web yang memungkinkan pihak-pihak luar yang
terpilih, seperti mitra bisnis dan konsumen, untuk mengakses sumber daya yang
diijinkan oleh intranet perusahaan
Menurut Turban (2010: 49),extranet adalah jaringan yang menggunakan
internet untuk menghubungkan beberapa intranet secara aman.
Menurut O’Brien dan Marakas (2011: 232),extranet adalah penghubung
jaringan yang menggunakan teknologi internet untuk menghubungkan intranet dari
suatu bisnis dengan intranet dari pelanggan, pemasok atau mitra bisnis lainnya.
Berdasarkanbeberapa pendapat diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
ekstranet adalah jaringan yang menggunakan teknologi internet untuk menghubungkan
beberapa intranet dari suatu bisnis seperti pelanggan, pemasok atau mitra bisnis
lainnya.Ekstranet dapat membantu jalannya proses bisnis sehingga hubungan
komunikasi dan pertukaran informasi antar berbagai pihak yang terkait berjalan secara
lancar, konfidensial dan aman tanpa tersebar ke publik.
2.2 Konsep World Wide Web
Menurut Turban (2010: 680) Internet berfungsi sebagai mekanisme pengiriman,
sedangkan World Wide Web (Web, WWW, atau W3) adalah aplikasi yang menggunakan
fungsi-fungsi pengiriman tersebut. web adalah sistem dengan standar yang diterima
secara universal untuk menyimpan, menelusuri, memformat, dan menampilkan
informasi melalui arsitektur client/server, menggunakan fungsi-fungsi transpor dari
internet
7
Teknologi World Wide Web diciptakan oleh Timothy Berners-Lee, yang pada tahun
1989 mengusulkan jaringan global dari dokumen hiperteks yang akan memungkinkan
para peneliti fisika bekerja sama. Beberapa istilah-istilah dalam World Wide Web yang
umum adalah:
1. Hypertext Markup Language (HTML)
Bahasa pemrograman yang digunakan di web, yang memformat dokumen dan
memadukan link hyperteks dinamis ke dokumen-dokumen lainnya yang disimpan di
dalam komputer.
2. Standard Generalized Markup Language (SGML)
Bahasa pemrograman berbasis teks untuk mendeskripsikan isi dan struktur dari
dokumen digital; HTML dikembangkan dari bahasa ini.
3. Home Page
Tampilan layar grafis dan teks yang menyambut pengguna dan menjelaskan organisasi
yang membuat halaman tersebut.
4. Situs web
Semua halaman web dari perusahaan atau individu tertentu.
5. Uniform Resource Locator (URL)
Serangkaian huruf yang mengidentifikasi alamat dari sumber tertentu di web.
6. Hypertext Transport Protocol (HTTP)
Standar komunikasi yang digunakan untuk mentransfer halaman di bagian WWW di
internet; HTTP mendefinisikan bagaimana pesan diformat dan dikirim.
7. Browser
Aplikasi peranti lunak yang umumnya digunakan oleh pengguna untuk mengakses web.
2.3 Sistem Informasi
Menurut Stair dan Reynolds (2010: 10), sistem informasi adalah seperangkat
elemen
yang
saling
terhubung
atau
komponen
yang
mengumpulkan(input),memanipulasi(process), menyimpan dan menyebarkan (output)
data dan informasi, menyediakan sebuah reaksi koreksi (mekanisme umpan balik)
untuk mencapai sebuah objektif.
8
Menurut O’Brien dan Marakas (2011: 4) sistem informasi dapat berupa
kombinasi terorganisir dari manusia, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber
daya data, dan kebijakan dan prosedur untuk menyimpan, mengambil, mengubah, dan
menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Jadi, sistem informasi adalah kombinasi yang terorganisir dari seperangkat
elemen
yang
saling
terhubung
atau
komponen
yang
mengumpulkan(input),memanipulasi(process),menyimpan dan menyebarkan (output)
data dan informasi.
2.3.1
Pengertian Sistem
Menurut O’Brien dan Marakas (2011:26) Sistem adalah sekelompok komponen
yang saling bekerja sama menuju tujuan bersama dengan input dan menghasilkan
output dalam proses transformasi yang terorganisir. Sistem memiliki tiga komponen,
diantaranya :
1. Input : Melibatkan penangkapan dan perakitan berbagai elemen yang memasuki sistem
untuk diproses.
2. Process: Melibatkan proses transformasi yang mengubah input menjadi output.
3. Output : Melibatkan pemindahan elemen yang telah diproduksi oleh ke tujuan akhir.
2.3.2
Pengertian Informasi
Menurut Rainer dan Cegielski (2011: 201), informasi adalah data yang sudah
diolah sehingga memiliki arti dan bernilai bagi penerimanya.
2.3.3
Peran Dasar Sistem Informasi Dalam Bisnis
Menurut O’Brien dan Marakas (2011: 8) terdapat tiga alasan mendasar untuk
semua aplikasi bisnis dalam teknologi informasi. Mereka dapat ditemukan dalam tiga
peran penting yang dapat dilakukan sistem informasi untuk sebuah perusahaan bisnis
mendukung proses bisnis dan operasional. Tiga peran penting tersebut :
•
Mendukung proses bisnis
Pelanggan berhubungan langsung dengan sistem informasi tempat mereka
melakukan transaksi atau belanja. Contohnya, kebanyakan toko ritel kini menggunakan
9
sistem informasi berbasis komputer untuk membantu mereka mencatat pembelian
pelanggan, menelusuri persediaan, membayar pegawai, membeli barang dagangan baru,
serta untuk mengevaluasi tren penjualan.
•
Mendukung pengambilan keputusan
Sistem informasi juga membantu para manajer toko dan praktisi bisnis lainnya
membuat keputusan yang lebih baik. Contohnya, keputusan mengenai lini barang
dagangan apa yang perlu ditambah atau dihentikan atau mengenai jenis investasi apa
yang mereka butuhkan, biasanya dibuat setelah analisis diberikan oleh sistem informasi
berbasi komputer.
•
Mendukung keunggulan kompetitif
Mendapatkan kelebihan strategis atas para pesaing membutuhkan penggunaan
yang inovatif atas teknologi informasi. Contohnya, manajemen toko mungkin membuat
keputusan atas memasang kios dengan layar sentuh dalam semua toko mereka yang
terhubung dengan situs web e-commerce mereka untuk belanja secara online.
2.4 Konsep persediaan
2.4.1
Definisi persediaan
Menurut Taylor III, persediaan merupakan stok barang yang disimpan oleh suatu
perusahaan untuk memenuhi permintaan pelanggan (2004: 364).
2.4.2
Jenis persediaan
Menurut Heizer dan Render (2009: 82-83), terdapat empat jenis persediaan yaitu :
1.
Persediaan bahan mentah (raw material inventory)
Persediaan bahan – bahan yang biasanya dibeli, tetapi belum memasuki proses
manufaktur.
2.
Persediaan barang setenga jadi (working in process-WIP inventory)
Produk – produk atau komponen – komponen yang tidak lagi merupakan bahan
mentah, tetapi belum menjadi barang jadi.
3.
MRO
MRO adalah persediaan – persediaan yang disediakan untuk persediaan pemeliharan,
perbaikan, operasi (maintenance, repair, operating - MRO) yang dibutuhkan untuk
10
menhaga agar mesin – mesin dan proses – proses tetap produktif. MRO ada karena
kebutuhan serta waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa perlengkapan
tidak diketahui.
4.
Persediaan barang jadi
Persediaan barang jadi adalah produk yang telah selesai dan tinggal menunggu
pengiriman. Barang jadi dapat dimasukkan ke persediaan karena permintaan pelanggan
di masa mendatang tidak diketahui.
2.4.3
Biaya dalam persediaan
Menurut Taylor III (2004: 366) terdapat tiga biaya dasar yang berhubungan dengan
persediaan. Biaya – biaya ini terdiri dari :
1.
Biaya Penyimpanan (Carrying Costs)
Biaya penyimpanan merupakan biaya menyimpan barang dalam persediaan. Biaya ini
berubah tergantung tingkat persediaan dan biasanya dengan perode waktu barang yang
disimpan, yaitu seakin besar tingkat persediaan sepanjang waktu, semakin tinggi biaya
penyimpanannya.
Biaya penyimpanan biasanya dinyatakan dalam dua cara. Bentuk yang paling umum
adalah dengan mengalokasikan total biaya penyimpanan, yang ditentukan dengan
menjumlahkan setiap biaya yang telah disebutkan sebelumnya, atas dasar unit selama
suatu periode, misalnya sebulan, atau setahun. Dalam bentuk ini, biaya pentimpanan
dinyatakan dalam bentuk jumlah dolar per unit setiap tahun, misalnya $10 per tahun.
Sebaliknya biaya pentimpanan kadang kala dinyatakan sebagai persentase nilai barang
atau persentase dari nilai persediaan rata – rata. Secara umum diestimasikan bawhwa
biaya penyimpanan mencapai antara 10% - 40% dari nilai perolehan persediaan.
2.
Biaya Pemesanan (Ordering Costs)
Biaya pemesanan merupakan biaya yang terkait dengan pembelian kembali untuk
mengisi persediaan yang dimiliki. Biaya ini biasanya dinyatakan dengan jumlah dolar
per pesanan dan besarnya tidak tergantung dengan kuantitas pesanan. Jadi, biaya
pemesanan dapat berubah tergantung dari berapa kali pesanan dibuat (atau jika
kuantitas pesanan meningkat, biaya pemesanan meningkat).
11
Biaya pemesanan biasanya bersifat berlawanan dengan biaya penyimpanan. Jika
jumlah yang dipesan bertambah, frekuensi pemesanan berkurang karenanya
mengurangi biaya pemesanan per tahun. Namun, memesan dalam jumlah banyak
menyebabkan tingginya tingkat persediaan dan biaya penyimpanan yang tinggi. Secara
umum, ketika kuantitas pesanan meningkat, biaya pemesanan tahunan turun sementara
biaya penyimpanan tahunan meningkat.
3.
Biaya Kekurangan (Shortage Costs)
Biaya kekurangan, juga disebut biaya kehabisan stok, terjadi jika permintaan
pelangan tidak dapat dipenuhi karena kurangnya persediaan di tangan. Jika kekurangan
ini menyebabkan hilangya penjualan secara permanen, maka biaya ini juga
menyebabkan
berkurangnya
keuntungan.
Kekurangan
juga
menyebabkan
ketidakpuasan pelanggan dan hilangnya nama baik yang dapat menyebabkan hilangnya
pelanggan dan penjualan di masa yang akan dating
2.4.4
Tujuan persediaan
Menurut Taylor III(2004: 367), tujuan dari manajemen persediaan adalah untuk
memiliki sistem pengendalian persediaan yang akan memberikan indikasi berapa
banyak persediaan yang harus dipesan dan kapan pesanan dilakukan untuk
meminimumkan jumlah ketiga biaya persediaan (biaya penyimpanan, biaya pemesanan,
dan biaya kekurangan.
Sementara menurut Heizer dan Render(2009: 82), tujuan dari manajemen
persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan
pelayanan pelanggan.
2.5 Konsep e-business
Menurut Rainer dan Cegielski (2011: 201),e-businessadalah konsep yang agak
lebih luas dari e-commerce. Disamping pembelian dan penjualan barang dan jasa, ebusiness juga mengacu melayani pelanggan, berkolaborasi dengan mitra bisnis dan
melakukan transaksi elektronik dalam sebuah organisasi.
12
Menurut Turban (2010: 47) e-business adalah definisi yang lebih luas dari ecommerce yang melibatkan tidak hanya kegiatan jual beli barang dan jasa, tetapi juga
pelayanan pelanggan, berkerjasama dengan rekan bisnis dan melakukan transaksi
elektronik dalam organisasi. E-business dapat memiliki beberapa bentuk, bergantung
pada tingkat digitalisasi (perubahan dari manual ke digital) dari: (1) produk atau jasa,
(2) proses bisnis, dan (3) metode penyampaian. Bila ketiga dimensi tersebut masih
dilakukan secara manual, berarti kegiatan bisnis masih dilakukan secara tradisional.
Bila sebagian dari ketiga dimensi tersebut sudah dilakukan secara digital, berarti
kegiatan bisnisnya merupakan partiale-business. Bila ketiga dimensi tersebut sudah
dilakukan secaraelektronik, berarti bisnisnya sudah dapat dikategorikan sebagai pure ebusiness.
Jadi, e-businessadalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan bisnis
seperti transaksi barang atau jasa, pelayanan pelanggan, hingga kerjasama dengan mitra
bisnis yang menggunakan media elektronik dengan sarana teknologi internet sebagai
penghubungnya.
E-business berdasarkan transaksi dan hubungan antar pihak yang terlibat dapat
dikelompokkan menjadi:
•
Business to business (B2B)
Model e-business dimana semua peserta yang berpartisipasi di dalamnya terdiri dari
organisasi ataupun unit bisnis.
•
Business to customer (B2C)
Model e-business dimana perusahaan menjual kepada individu. Electronic tailing bisnis
retail secara online, biasanya berupa B2C.
•
Business to business to customer (B2B2C)
Model e-business dimana perusahaan menyediakan barang atau jasa kepada perusahaan
lain yang menyediakan produk dan jasa tersebut kepada individu.
•
Customer to business (C2B)
Model e-business dimana individu menggunakan internet untuk menjual produk atau
jasa mereka kepada perusahaan.
13
•
Intrabusiness electronic commerce (IEC)
Kategori e-business yang melibatkan semua kegiatan internal perusahaan, termasuk
pertukaran barang, jasa, dan informasi antara unit dalam organisasi.
•
Business to employee (B2E)
Model e-business dimana organisasi menyediakan produk, jasa, dan informasi kepada
pekerja mereka sendiri.
•
Customer to customer (C2C)
Model e-businessdimana seorang pelanggan melakukan penjualan langsung kepada
pelanggan lain.
•
Collaborative commerce
Model e-business dimana individu ataupun kelompok berkomunikasi dan berkolaborasi
secara online.
•
Electronic learning
Model e-business yang memungkinkan penyampaian informasi secara online untuk
tujuan pelatihan ataupun pendidikan.
•
Electronic government (e-Gov)
Model e-businessdimana pemerintah menyediakan atau membeli barang, jasa, atau
informasi dari ataupun kepada perusahaan maupun individu.
2.6 Supply Chain Management
Menurut Chaffey (2011:312), Supply Chain Management berkaitan dengan
koordinasi dari seluruh aktivitas supply sebuah organisasi mulai dari pemasoknya dan
pengiriman produk hingga mencapai pelanggan.
Gambar 2.1 memperkenalkan para aktor utama dalam supply chain. Dalam Gambar
2.1(a) aktor utama dari supply chain adalah organisasi yang menghasilkan sebuah
produk dan/atau menberikan servis.
14
Gambar 2. 1 Aktor utama supply chain
Sumber gambar: Chaffey (2011: 312)
Menurut Stevenson (2009:512), Supply Chain Management merupakan
koordinasi strategi terhadap rantai pasokan untuk suatu tujuan dalam pengintegrasian
pasokan dan permintaan manajemen.
Menurut
O’Brien
dan
Marakas
(2011:
330),Supply
Chain
Managementmerupakansistem perusahaan lintas fungsional yang menggunakan
teknologi informasi untuk membantu mendukung dan mengelola hubungan antara
beberapa perusahaan, proses bisnis, dan para pemasok, pelanggan, serta mitra bisnis.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat penulis simpulkan bahwa, Supply
Chain Management merupakan koordinasi strategi terhadap aktivitas bisnismulai dari
pemasok hingga produk mencapai pelanggan.
2.6.1
Tujuan Supply Chain Management
Menurut Turban (2010: 289),Supply Chain Management bertujuan untuk
meminimalkan persediaan, mengoptimalkan produksi, meminimalkan waktu produksi,
mengoptimalkan distribusi dan logistik,mempercepat proses pemenuhan pesanan, dan
pengurangan biaya yang berhubungan dengan aktivitas-aktivitas tersebut secara umum.
15
2.7 Supply Chain
Menurut Turban (2010: 278),supply chain adalah aliran material, informasi,
uang, dan jasa dari supplier bahan baku ke pabrik, ke gudang, sampai pelanggan akhir.
2.7.1
Pembagian Supply Chain
Menurut Turban (2010: 288), secara umum, supply chain dapat dibagi menjadi
tiga bagian utama, yaitu:
•
Upstream supply chain
Bagian upstream dari supply chain terdiri dari aktivitas yang melibatkan
perusahaan dengan pemasoknya (dapat berupa perusahaan manufaktur maupun jasa).
Kegiatan utama dalam supply chain bagian upstream adalah procurement yang
merupakan proses dimana perusahaan melakukan kegiatan-kegiatan dengan tujuan
untuk
mendapatkan
akses
terhadap
produk,keterampilan,kemampuan,fasilitas)
sumber
yang
daya
diperlukan
(dapat
berupa
perusahaan
untuk
melakukan proses bisnis utama mereka).
•
Internal supply chain
Bagian internal dari supply chain melibatkan semua proses internal yang
dilakukan untuk mengubah input dari supplier menjadi output yang dihasilkan
perusahaan. Aktivitas internal utama ini jugaa dikenal dengan istilah valuechain, yang
merupakan penghubung antara pelanggan (B2C) dan pemasok (B2B) yang dalam
hubungannya mengubah produk dan jasa yang didapatkan dari supplier menjadi produk
dan jasa yang memiliki nilai bagi pelanggan.
•
Downstream supply chain
Bagian downstream dari supply chain melibatkan semua aktivitas yang
bertujuan untuk menyampaikan produk akhir perusahaan ke pelanggannya. Perhatian
utama dalam bagian downstream dari supply chain dipusatkan pada kegiatan distribusi,
penyimpanan atau pergudangan, transportasi, dan layanan pasca penjualan.
16
2.7.2
Push and Pull Supply Chain Models
Menurut Chaffey (2011: 324) perubahan dalam pemikiran supply chain, dan
juga dalam pemikiran komunikasi marketing, adalah perpindahan dari model push pada
penjualan kepada model pull atau kombinasi dari pendekatan push-pull.
Model push diilustrasikan oleh perusahaan manufaktur yang mungkin
mengembangkan suatu produk yang inovatif, mengidentifikasi target pasar yang sesuai
dan menghasilkan alur distribusi untuk mendorong produk kedalam pasar - gambar.
2.2(a). Motivasi tipikal untuk pendekatan push adalah untuk mengoptimalkan proses
produksi untuk biaya dan efisiensi.
Model pull adalah sebuah fokus dalam kebutuhan pelanggan dan dimulai
dengan analisis dari kebutuhan mereka melalui riset pasar dan kerjasama dengan
pelanggan dansupplier secara dekat dalam pengembangan produk yang baru(Gambar
2.2).
Gambar 2. 2 Push and pull approaches
Sumber gambar: Chaffey (2011: 325)
17
2.8 Electronic Supply Chain Management
Menurut Turban (2010: 309) Electronic Supply Chain Management adalah
penggunaan teknologi secara kolaboratif untuk meningkatkan operasi aktivitas supply
chain dan juga aktivitas dalam Supply Chain Management.
2.8.1
Infrastruktur untuk E-Supply Chain Management
Menurut Turban(2010:311) Aktivitas kunci dijelaskan dengan menggunakan
berbagai infrastruktur dan alat-alat. Berikut ini adalah unsur-unsur infrastruktur utama
dan alat-alat dari e-Supply Chain:
•
Electronic Data Interchange .
EDI adalah alat utama yang digunakan oleh perusahaan besar untuk
memfasilitasi hubungan rantai pasokan. Banyak perusahaan beralih dari internal EDI
ke internet berbasis EDI.
•
Extranets
Tujuan utama mereka adalah untuk mendukung komunikasi dan kolaborasi
antar organisasi.
•
Intranets
Ini adalah jaringan
internal perusahaan untuk berkomunikasi dan
berkolaborasi.
•
CorporatePortals
Ini menyediakan sebuah gateway untuk kolaborasi eksternal dan internal.
•
Workflow system and tools
Ini adalah sistem yang mengelola arus informasi di dalam organisasi.
•
Groupware and other collaborative tools
Sejumlah besar alat-alat memfasilitasi kolaborasi dan komunikasi antara dua
pihak dan antara anggota kecil maupun kelompok besar.
2.8.2
Kunci Sukses e-Supply Chain Management
Menurut Turban (2010: 309) kesusksesan suatu e-Supply Chain Management
tergantung pada:
18
•
Kemampuan semua mitra rantai pasokan untuk melihat mitra kolaborasi sebagai aset
strategis.
Ini adalah integrasi yang erat dan kepercayaan antara mitra dagang yang
menghasilkan kecepatan, ketangkasan, dan biaya yang rendah.
•
Strategi rantai pasokan yang didefinikan dengan baik
Ini termasuk pemahaman yang jelas tentang kekuatan dan kelemahan yang ada,
perencanaan artikulasi terdefinisi dengan baik untuk perbaikan, dan membangun tujuan
lintas organisasi untuk kinerja rantai pasokan. Komitmen eksekutif senior sangat
penting dan harus tercermin melalui alokasi yang tepat dari sumber daya dan penetapan
prioritas.
•
Visibilitas informasi sepanjang seluruh rantai pasokan.
Informasi tentang persediaan pada berbagai bagian dari rantai, permintaan
produk, perencanaan dan pengaktifan kapaitas, sinkronisasi dari aliran material, waktu
pengiriman, dan informasi relevan lainnya harus dapat dilihat oleh semua anggota dari
rantai pasokan pada waktu tertentu. Oleh karena itu, informasi harus dikelola secara
baik dengan kebijakan yang ketat, disiplin, dan pengawasan sehari-hari.
•
Kecepatan, biaya, kualitas, dan layanan konsumen.
Ini adalah metrik dimana rantai pasokan diukur. Konsekuensinya, perusahaan
harus bisa menetapkan pengukuran untuk masing-masing dari keempat metrik,
bersama-sama dengan tingkat target yang harus dicapai. Tingkat target harus menarik
bagi mitra bisnis.
•
Mengintegrasikan rantai pasokan yang lebih erat.
Sebuah e-supply chain akan mendapatkan keuntungan dari integrasi yang lebih
kuat, baik di dalam perusahaan dan seluruh perluasan perusahaan terdiri dari pemasok,
mitra dagang, penyedia logistik, dan saluran distribusi.
2.8.3
Keuntungan e-Supply Chain Management
Menurut Pujawan(2005: 258-260), beberapa manfaat dari e-Supply Chain
Management :
1. Menurunkan biaya.
2. Memperoleh akses pasar.
19
3. Gerakan mencegah kompetitor (pre-emption of competition).
4. Mencari aset strategis.
5. Rasionalisasi untuk meningkatkan efisiensi.
2.9 Metode-Metode Peramalan
Metode peramalan digunakan agar peramalan jumlah permintaan suatu barang
maupun jasa dimasa yang akan datang dapat direncanakan dan hasil yang diperoleh
tidak jauh menyimpang dari actual yang terjadi.
Menurut Heizer dan Render (2009: 168) terdapat dua metode peramalan
berdasarkan metode yang digunakan, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif.
2.9.1
Metode Peramalan Kualitatif
Metode peramalan kualitatif yaitu metode yang menggabungkan faktor seperti
intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambil keputusan untuk
meramal. Terdapat empat teknik peramalan kualitatif, yaitu:
•
Juri dari opini eksekutif
Dalam metode ini, pendapat sekumpulan kecil manajer atau pakar tingkat tinggi
umumnya digabungkan dengan model statistik, dikumpulkan untuk mendapatkan
prediksi permintaan kelompok.
•
Metode Delphi
Ada tiga jenis partisipan dalam metode Delphi: pengambil keputusan, karyawan,
dan responden. Pengambil keputusan biasanya terdiri atas 5 hingga 10 orang pakar
yang akan melakukan peramalan. Karyawan membantu pengambilan keputusan dengan
menyiapkan, menyebarkan, mengumpulkan, serta meringkas sejumlah kuisioner dan
hasil survei. Responden adalah sekelompok orang yang biasanya ditempatkan di tempat
yang berbeda dimana penilaian dilakukan. Kelompok ini memberikan input pada
pengambil keputusan sebelum peramalan dibuat.
•
Komposit tenaga penjualan
Dalam pendekatan ini, setiap tenaga penjualan memperkirakan berapa penjualan
yang dapat ia capai dalam wilayahnya. Kemudian, peramalan ini dikaji untuk
memastikan apakah peramalan cukup realistis. Kemudian, peramalan tersebut
20
digabungkan pada tingkat wilayah dan nasional untuk mendapatkan peramalan secara
keseluruhan.
•
Survei pasar konsumen
Metode ini meminta input dari konsumen mengenai rencana pembelianmereka di
masa depan. Hal ini tidak hanya membantu dalam menyiapkan peramalan, tetapi juga
memperbaiki desain produk dan perencanaan produk baru.
2.9.2
Metode Peramalan Kuantitatif
Metode Peramalan Kuantitatif yaitu metode yang menggunakan model
matematis yang beragam dengan berdasarkan data masa lalu untuk meramalkan
permintaan dimasa yang akan datang. Ada tiga kondisi yang diterapkan pada metode
ini, yaitu:
1.
Informasi mengenai keadaan pada waktu yang tersedia.
2.
Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik (angka).
3.
Waktu yang akan datang (disebut asumsi kontinuitas).
Metode peramalan secara kuantitatif menurut Heizer dan Render (2009:170)
meliputi:
1.
Rata-rata bergerak (Moving Average)
Peramalanrata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa lalu untuk
menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat mengasumsikan
bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa yang kita ramalkan.Secara
matematis, rata-rata bergerak sederhana (merupakan prediksi permintaan periode
mendatang) dinyatakan sebagai berikut:
Keterangan:
n = jumlah periode dalamrata-rata bergerak.
21
2.
Rata-rata bergerak tertimbang (Weighted Moving Average)
Saat terdapat tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk
menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Praktik ini membuat teknik
peramalan lebih tanggap terhadap perubahan karena periode yang lebih dekat
mendapatkan bobot yang lebih berat. Pemilihan bobot merupakan hal yang tidak pasti
karena tidak ada rumus untuk menetapkan mereka. Oleh karena itu, pemutusan bobot
yang digunakan membutuhkan pengalaman. Rata-rata bergerak dengan pembobotan
atau rata-rata bergerak tertimbang dapat digambarkan secara matematis sebagai berikut:
3.
Penghalusan Eksponensial (Exponential Smoothing)
Penghalusan eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerak
dengan pembobotan yang canggih tetapi masih mudah digunakan. Metode ini
menggunakan pencatatan data masa lalu yang sangat sedikit. Rumus penghalusan
eksponensial dasar dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Peramalan baru = peramalan periode lalu + α (permintaan sebenarnya periode terakhir –
peramalan periode terakhir).
Dimana α adalah sebuah bobot atau konstanta penghalusan yang dipilih oleh
peramal yang mempunyai nilai antara 0 dan 1. Persamaan diatas dapat pula ditulis
dengan:
Ft = Ft-1 + α (At-1 – Ft-1)
Keterangan:
Ft = peramalan baru
Ft-1 = peramalan sebelumnya
α = konstanta penghalusan (pembobotan) (0 ≤ α ≤ 1)
At-1 = permintaan aktual periode lalu
Konsep ini tidak rumit. Prediksi terakhir untuk permintaan sama dengan prediksi
lama, disesuaikan dengan sebagian diferensiasi permintaan aktual periode lalu dengan
prediksi lama.
Pendekatan penghalusan eksponensial mudah digunakan dan telah berhasil
diterapkan pada hampir setiap jenis bisnis. Walaupun demikian, nilai yang tepat untuk
22
konstanta penghalusan dapat membuat diferensiasi antara peramalan yang akurat dan
yang tidak akurat. Nilai α yang tinggi dipilih pada saat rata-rata cenderung berubah.
Nilai α yang rendah digunakan saat rata-rata cukup stabil. Tujuan pemilihannilai untuk
konstanta penghalusan adalah mendapatkan peramalan yang paling akurat. Nilai α yang
paling banyak digunakan adalah yang berada dalam jarak 0,05 sampai 0,50 untuk
aplikasi bisnis.
4.
Penghalusan eksponensial dengan tren (Exponential Smoothing with Trend)
Penghalusan eksponensial yang sederhana gagal memberikan respons terhadap
tren yang terjadi. Inilah alasan penghalusan eksponensial harus diubah saat ada tren.
Untuk memperbaiki peramalan, maka digunakan model penghalusan eksponensial yang
lebih rumit dan dapat menyesuaikan diri pada tren yang ada. Idenya adalah menghitung
rata-rata data penghalusan eksponensial, kemudian menyesuaikan untuk kelambatan
(lag) positif atau negatif pada tren. Dengan penghalusan eksponensial dengan
penyesuaian tren, estimasi rata-rata, dan tren dihaluskan. Prosedur ini membutuhkan
dua konstanta penghalusan, α untuk rata-rata dan β untuk tren. Kemudian, dihitung
rata-rata dan tren untuk setiap periode.
Ft = α (At-1) + (1 – α)(Ft-1 + Tt-1)
Tt = β (Ft – Ft-1) + (1 – β) Tt-1
Keterangan:
Ft = peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri pada
periode t
Tt = tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t
At = permintaan aktual pada periode t
α = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ α ≤ 1)
β = konstanta penghalusan untuk tren (0 ≤ β ≤ 1)
Jadi, terdapat tiga langkah menghitung peramalan dengan yang disesuaikan
dengan trenadalah sebagai berikut:
•
Menghitung Ft, peramalan eksponensial yang dihaluskan untuk periode t,menggunakan
persamaan Ft.
•
Menghitung tren yang dihaluskan, Tt, menggunakan persamaan Tt.
•
Menghitung peramalan dengan tren, FITt, dengan rumus FITt = Ft + Tt.
23
5.
Regresi Linear (Linear Regression)
Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga dapat digunakan untuk mengukur
ada atau tidaknya korelasi antarvariabel. Jika kita memiliki dua buah variabel atau lebih
maka sudah selayaknya apabila kita ingin mempelajari bagaimana variabel-variabel itu
berhubungan atau dapat diramalkan.
Analisis regresi mempelajari hubungan yang diperoleh dinyatakan dalam
persamaan matematika yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel-variabel.
Hubungan fungsional antara satu variabel prediktor dengan satu variabel kriterium
disebut analisis regresi sederhana (tunggal), sedangkan hubungan fungsional yang lebih
dari satu variabel disebut analisis regresi ganda.
Persamaan garisnya dapat dinyatakan sebagai:
ŷ = a + bX
Keterangan:
ŷ = nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi (variabel terikat)
a = perpotongan sumbu Y
b = koefisien regresi/slop
Y = nilai variabel terikat yang diketahui
X = nilai variabel bebas yang diketahui
b = kemiringan garis regresi (tingkat perubahan pada y untuk perubahan di x)
n = jumlah data atau pengamatan
Empat pendekatan pertama di atas termasuk dalam model analisis yang bersifat
time series, sedangkan pendekatan yang kelima biasanya disebut dengan pendekatan
asosiatif (hubungan sebab akibat).
Metode peramalan kuantitatif dibagi menjadi dua, yaitu:
24
• Model Deret Waktu(Time-Series)
Model deret waktu membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa depan merupakan
fungsi dari masa lalu. Dengan kata lain, mereka melihat apa yang terjadi selama kurun
waktu tertentu dan menggunakan data masa lalu tersebut untuk melakukan peramalan.
Menganalisis time series berarti membagi data masa lau menjadi komponen-komponen,
dan kemudian memproyeksikannya kemasa depan.
Time Series mempunyai empat komponen:
1.
Tren merupakan pergerakan data sedikit demi sedikit meningkat atau menurun.
2.
Musim adalah pola data yang berulang pada kurun waktu tertentu seperti hari,
minggu, bulan, kwartal.
3.
Siklus adalah pola dalam data yang terjadi beberapa tahun. Siklus ini biasanya
terkait pada siklus bisnis dan merupakan satu hal penting dalam analisis dan
perencanaan bisnis jangka pendek.
4.
Variasi acak merupakaan satu titik khusus dalam data yang disebabkan oleh
peluang dan situasi yanhg tidak biasa. Variasi acak tidak mempunyai pola khusus jadi
tidak dapat diprediksi.
Metode-metode yang dapat digunakan dalam hal ini dapat berupa rata-rata bergerak,
penghalusan eksponensial, model matematika dan metode box-jenkins.
• Model Asosiatif (Hubungan Sebab Akibat)
Model
asosiatif(atau
hubungan
sebab
akibat),seperti
regresi
linear,menggabungkan banyak variabel atau faktor yang mungkin mempengaruhi
kuantitas yang sedang diramalkan.
Dengan mengolah data yang sudah ada sebelumnya melalui deret waktu dan
metode sebab akibat, maka akan diperoleh hasil peramalan.
2.9.3
Mengukur kesalahan peramalan
Menurut Nachrowi D, dan Hardius Usman (2004:239) menyatakan bahwa
sebenarnya membandingkan kesalahan peramalan adalah suatu cara sederhana, apakah
suatu teknik peramalan tersebut patut dipilih untuk digunakan membuat peramalan data
yang sedang kita analisa atau tidak. Minimal prosedur ini dapat digunakan sebagai
25
indikator apakah suatu teknik peramalan cocok digunakan atau tidak. Dan teknik yang
mempunyai MSE terkecil merupakan ramalan yang terbaik.
Heizer danRender (2009:177) mengemukakan bahwa, tiga dari perhitungan yang
paling terkenal adalah deviasi mutlak rerata (Mean Absolute Deviation= MAD) dan
kesalahan kuadrat rerata (Mean Squared Error= MSE).
1.
Deviasi Mutlak Rerata (Mean Absolute Deviation = MAD)
MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk
sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari tiap
kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n).
2.
Kesalahan Kuadrat Rerata (Mean Square Error = MSE)
MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan keseluruhan.
MSE merupakan rata-rata selisih kuardrat antara nilai yang diramalkan dan yang
diamati. Kekurangan penggunaan MSE adalah bahwa ia cenderung menonjolkan
deviasi yang besar karena adanya pengkuadratan.
2.10
Metode Analisa
2.10.1 Metode Economic Order Quantity
EOQ merupakan salah satu teknik pengendalian persediaan tertua dan
paling terkenal. Teknik ini relatif mudah digunakan, didasarkan pada beberapa asumsi:
•
Jumlah permintaan diketahui dan sifatnya konstan
•
Lead Time, yaitu waktu diantara pemesanan pesanan dan penerimaan pesanan diketahui
dan konstan
•
Penerimaan persediaan dilakukan secara keseluruhan dalam satu waktu
•
Potongan kuantitas tidak dimungkinkan (tidak mungkin diberikan diskon)
•
Variabel biaya yang ada adalah biaya penempatan pesanan (ordering cost) dan biaya
penyimpanan persediaan (holding or carrying cost)
•
Pengaturan dilakukan supaya kekurangan stok dapat diatasi
Berdasarkan pendapat Pardede, (2005:422) menyatakan bahwa Economic Order
Quantity (EOQ) menunjukkan sejumlah barang yang harus dipesan untuk tiap kali
pemesanan agar biaya persediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin.
26
Berikut rumus yang biasa digunakan dalam perhitungan persediaan:
EOQ = Q* =
Annual setup cost =
Annual holding cost =
Total unit cost = Unit cost (D)
I = ½ Q*
Keterangan:
Q* = jumlah optimum unit per pesanan (EOQ)
D = permintaan per periode
S = biaya pemesanan untuk setiap pesanan
H = biaya penyimpanan per unit per tahun
Q = jumlah unit per pesanan
TC = biaya total
I = rata-rata tingkat persediaan (average inventory)
N = jumlah pemesanan yang diperkirakan selama setahun
T = waktu antara pesanan yang diperkirakan
2.10.1.1
Re-order Point
Siagian (2005:178) mengemukakan bahwa ROP adalah titik/tingkat persediaan,
dimana pemesanan kembali harus dilakukan.
Heizer dan Render mengemukakan bahwa tingkat (titik) persediaan dimana perlu
diambil tindakan untuk mengisi kekurangan persediaan pada barang tersebut.Titik
pemesanan kembali harus ditentukan dengan tepat sehingga kedatangan atau
penerimaan barang yang dipesan tepat waktu.
27
Persamaan matematis untuk menghitung ROP adalah:
ROP = (d x L) + SS
Permintaan perhari, dicari dengan membagi permintaan tahunan, D, dengan
jumlah hari kerja per tahun:
d=
Keterangan:
ROP = reorder point
d = permintaan per hari
L = lead time
SS = safety stock
2.10.1.2
Lead Time dan Safety Stock
Pada proses pemesanan barang, di mulai dari memesan sampai barang tersebut
datang/siap digunakan diperlukan jangka waktu yang bisa bervariasi dari beberapa jam
sampai beberapa bulan. Perbedaan waktu antara saat memesan barang sampai saat
barang datang dikenal dengan istilah waktu tunggu (lead time).Lead time sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan dari barang itu sendiri dan jarak pembeli dengan
pemasok.
Adanya lead time tersebut menyebabkan perusahaan harus mempunyai
persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama menunggu barang datang.
Persediaan itu disebut sebagai persediaan pengaman (safety stock).
Menurut Freddy Rangkuty (2004:10),safety stock adalah persediaan tambahan
yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan
bahan.Safety stock adalah persediaan barang minimum untuk menghindari terjadinya
kekurangan barang. Terjadinya kekurangan barang disebabkan antara lain karena
kebutuhan barang selama pemesanan melebihi rata-rata kebutuhan barang, yang dapat
terjadi karena kebutuhan setiap harinya terlalu banyak atau karena jangka waktu
pemesanannya terlalu panjang dibanding dengan kebiasaan. Safety stock yang terlalu
banyak mengakibatkan perusahaan menanggung biaya penyimpanan yang terlalu
mahal, tetapi jika terlalu sedikit maka perusahaan akan menanggung biaya atau
28
kerugian karena kekurangan barang. Untuk menghitung besarsafety stockdapat
menggunakan metode sebagai berikut:
a.
Metode perbedaan pemakaianmaksimum dan rata-rata.
Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaianmaksimum
dengan pemakaianrata-rata dalam jangka waktu tertentu, kemudian selisih tersebut
dikalikan dengan lead time.
Safety stock = (Pemakaian maksimum – Pemakaian rata-rata) Lead Time
b.
Metode statistika yang berdistribusi normal.
Safety stock = Z
Dimana:
Z = standar normal (diperoleh dari tabel distribusi normal. Misalnya, Z = 95%, ini
berarti tingkat pelayanan sebesar 95% dari permintaan atau penjagaan terhadap
kemungkinan terjadinya stock out hanya 5%)
= standar deviasi
L = lead time
2.10.2 P – Model
P-model mengacu pada aturan pemesanan yang bersifat regular mengikuti suatu
periode yang tetap, tetapi kuantitas dari barang yang dipesan berbeda-beda. Namun,
kesulitan dalam pengimplementasian teknik ini adalah diskontinuitas permintaan
kebutuhan bersih, sehingga interval pemesanan yang telah ditentukan sebelumnya tidak
berlaku lagi.
Perhitungan jumlah pemesanan yang optimal adalah sebagai berikut :
Q* = d (T * + L ) + SS − I
T* =
2S
HD
SS = zs T * + L
I = SS +
I = Persediaan dalam stock
T* = Selang waktu pemesanan kembali
1
( dT *)
2
29
L = Waktu pengiriman
s = Standar deviasi
SS = Safety Stock
d = Permintaan rata-rata
2.10.3 Metode Min-Max
Indrajit dan Djokopranoto (2003:38), menyatakan bahwa dalam konsep
minimum maksimum ini, peninjauan dilakukan secara terus menerus, yang berarti
setiap kali harus dipesan, maka harus dipesan.
Konsep minimum maksimum menekankan bahwa sejumlah persediaan harus
ditentukan jumlah minimum dan maksimumnya, mengingat tingkat permintaan tidak
tentu (fluktuatif), sehingga persediaan harus selalu ada dan jumlah yang dipesan
bersifat tetap, disini yang bersifat tetap adalah titik pemesanan ulang disesuaikan
dengan jumlah minimum maksimum.
Cara kerja sistem ini yaitu apabila persediaan telah melewati batas minimum dan
mendekati batas safetystock maka reorder harus dilakukan. Jadi batas minimum
(minimumstock) merupakan batas tingkat reorder. Batas maksimum (maximumstock)
adalah batas kesediaan perusahaan untuk menginvestasikan uangnya dalam bentuk
persediaan bahan baku. Jadi dalam hal ini yang terpenting adalah batas minimum dan
maksimum untuk dapat menentukan orderquantity. Dalam menghitung safetystockpada
metode ini dibutuhkan rata-rata permintaan per bulannya.
Metode ini mempunyai beberapa persamaan dalam perhitungannya seperti
berikut:
Safety stock : SS =
Minimum stock = (DL) + SS
Maximum stock = 2(DL) + SS
Order quantity : Q* = Max stock – Min stock
Banyak pemesanan : N=
Average interval control : I =SS + (½ Q*)
Turn over ratio : TOR =
30
Total inventory cost : TC(Min-Max) =
Keterangan:
Q* = jumlah optimum unit per pesanan (EOQ)
D = permintaan per periode
Co = biaya pemesanan untuk setiap pesanan
Cc = biaya penyimpanan per unit per tahun
Q = jumlah unit per pesanan
TC = biaya total
I = rata-rata tingkat persediaan (average inventory)
N = jumlah pemesanan yang diperkirakan selama setahun
T = waktu antara pesanan yang diperkirakan
2.10.4
Preliminary Steps
Menurut Ross (2003: 131) dalam mencapai penentuan keputusan strategi e-
Supply Chain Management(e-SCM), ada 5 tahapan yaitu :
1. Energize the Organization
Agar perusahaan siap dalam menerima e-SCMmaka perusahaan harus
memperoleh dukungan dari manajemen puncak selaku pelopor dalam perubahan.
Manajemen puncak harus memperoleh pendidikan dasar tentang Supply Chain
Managementdan e-business. Setelah itu manajemen puncak harus menjadi sponsor
dalam usaha pengembangan strategi e-Supply Chain Management. Selain itu mereka
juga harus memastikan bahwa strategi e-businessterintegrasi baik dengan supply chain
perusahaan dan merancang infrastruktur serta pengembangan anggaran untuk
implementasi e-SCM. Setelah adanya dukungan dari manajemen puncak, langkah
selanjutnya adalah manajemen puncak harus menyemangati dan mengintegrasikan
sumber daya manusia perusahaan dengan e-SCM. Agar semua pihak yang terkait
dapat berpartisipasi aktif dalam pengembangan dan implementasi e-SCM.
2. Enterprise Vision
31
Visi perusahaan mendefinisikan perilaku dari kemampuan persaingan yang
dimiliki dalama infrastruktur yang sekarang dan di jaringan supply chain. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat kompetitif dari bisnis yang dilakukan yang
bertujuan
memperdalam
tingkat
kesadaran
akan
pentingnya
e-businessbagi
perusahaan. Dan menentukan langkah – langkah penting yang diperlukan untuk
membangun e-SCM yang efektif dan bagaimana menerjemahkan ke dalam proses
yang lebih spesifik yang berdasarkan pada internet untuk mencapai visi yang ada.
3. Supply Chain Value Assesment
Perusahaan harus menentukan proses apa yang mendukungkeunggulan
kompetitif untuk dikonversikan ke dalam bentuk e-business.Salah satu cara yang dapat
dilakukan untukmencocokkan inisiatif penerapan teknologi, proses bisnis, dan
visistrategis
adalah
dengan
menggunakkan
Supply
Chain
Value
Assessment(SCVA).Tujuan dari tahap ini untuk menentukan danmengindentifikasikan
inisiatif e-business yang perlu diambil agardapat memberikan manfaat maksimal dan
keuntungan terbesarbagi perusahaan.
4. Opportunity Identification
Pada tahap ini akan timbul beberapa pilhan inisiatif yang mungkin untuk
dilakukan dan peluang apa saja yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini memungkinkan
perusahaan utuk memulai proses dalam menentukan jenis implementasi e-SCM yang
diinginkan, peluang kompetitif yang ditimbulkan, dan perkiraan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan.
5. Strategy Decision
Tahap terakhir ini, para eksekutif perusahaan dapat berfokus pada
inisiatif dan pemanfaatan peluang yang dipilih dengan memulai proses perencanaan.
Keputusan yang dibuar harus berfokus pada manfaat dan keuntungan yang diharapkan.
Tujuan dari inisiatif e- SCM adalah memanfaatkan kekuatan bersama antara anggota
dalam supply chain untuk meningkatkan keuntungan dalam pasar ataupun menyadari
cara baru untuk menciptakan nilai bagi pelanggan.
32
2.10.5
Five Forces Porter
Menurut David (2009:145) model lima kekuatan porter tentang analisis
kompetitif adalah pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan
strategi di banyak industri. Intensitas persaingan antar perusahaan sangat beragam dari
satu insutri ke industri lain. Dampak kolektif dari kekuatan kompetitif begitu brutal di
beberapa industri hingga pasarnya menjadi tidak menarik dari sudut pandang pencarian
laba. Persaingan antar perusahaan yang sudah ada sangat ketat, pesaing baru bisa saja
masuk ke industri dengan relatif mudah, dan baik pemasok maupun konsumen dapat
memiliki daya tawar yang sangat besar menurut porter. Hakikat persaingan disuatu
industri tertentu dapat dipandang sebagai perpaduan dari lima kekuatan, diantaranya :
1. Persaingan antar perusahaan sejenis
2. Potensi masuknya pesaing baru
3. Potensi pengembangan produk-produk pengganti
4. Daya tawar pemasok
5. Daya tawar konsumen
Gambar 2. 3 Model 5 Kekuatan Porter
2.11
Analisa dan Perancangan Sistem
2.11.1 Definisi OOAD ( Object Oriented Analysis and Design)
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 60),object oriented analysis
(OOA) memberikan definisi atas semua jenis objek yang bekerja didalam sistem dan
33
interaksi user yang dibutuhkan dalam penyelesaian tugas. Selain itu ada object oriented
design (OOD) yang didefinisikan sebagai semua objek yang dibutuhkan untuk
melakukan komunikasi dengan orang dan perangkat dalam sistem serta menunjukan
cara objek melakukan interaksi dalam penyelesaian tugas.
2.11.2 UML ( Unified Modelling Language )
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 48) UML adalah sekumpulan
rangkaian standar yang berada di dalam konstruksi model dan notasi yang
dikembangkan dengan cara khusus di dalam pengembangan berorientasi objek.
2.11.3 Use Case Diagram
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 242-244), use caseadalah suatu
kegiatan yang dikerjakan sistem, secara umum berjalan dengan cara menanggapi
permintaan user. Use case diagram adalah diagram di dalam use case yang
menunjukkan urutan pesan antara aktor eksternal dan sistem yang bekerja selama use
case itu berlangsung.
Pada tabel 2.1 berikut ini.terdapat notasi di dalam use case diagram.
34
Tabel 2. 1 Notasi Use Case Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd. (2009: 242)
2.11.4 Domain Class Diagram
Domain class diagram, menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 187),
adalah sebuah UML class diagram yang menggambarkan proses bekerja problem
domain classes, associations, dan attributes.
Pada tabel 2.2 berikut ini.terdapat deskripsi gambar di dalam use case diagram.
Tabel 2. 2 Notasi domain class diagram
Deskripsi
Gambar
Class
Class
-Attribute
+operation()
Multiply
0…1
Zero or One
1
One and the only one
One and the only one
1…1
(Alternate)
35
0…*
Zero or More
*
Zero or More (Alternate)
1…*
One or more
Communication
Sumber:Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 192)
Keterangan tambahan mengenai isi dari domain class diagram:
•
Attribute : karakteristik dari sebuah objek yang memiliki nilai seperti ukuran,
bentuk, warna, lokasi dan lain sebagainya.
•
Class : Tipe atau klasifikasi dari objek yang sama.
•
Methods :Behaviorsatau operasi sebagai gambaran apa yang dapat dilakukan
oleh sebuah objek.
•
Message : Komunikasi dari objek yang saling berhubungan.
2.11.5 Design Class Diagram
Design class diagram, menurut Satzinger, Jackson dan Burd
(2009: 192),
adalahclass diagram yang diperbaiki menjadi lebih baik dan digunakan sebagai
representasi kelas – kelas yang berada di dalam sistem baru. Tujuan utama dari diagram
ini adalah untuk mendokumentasikan dan mendeskripsikan kelas – kelas yang
digunakan untuk membangun sistem baru.
36
Gambar 2. 4 Design class diagram
Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2009:419)
2.11.6 Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson dan
Burd
(2009: 242),System Sequence
Diagramdigunakan sebagai diagram yangmenggambarkan aliran informasi yang
mengalir dalam sistem.
Tabel 2. 3 Notasi System Sequence Diagram
Actor
Input Massage
A return value
37
An Object
(Representing The Automated System)
Object Lifeline
Optional Note
(Explaining something in diagram)
Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 242)
Penggunaan notasi di atas jika digambarkan pada sebuah contoh maka akan seperti
pada gambar 2.4 berikut.
Gambar 2. 5 Contoh System Sequence Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 253).
Contoh Three Layered Sequence Diagram dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut.
38
Gambar 2. 6Three Layered Sequence Diagram
Sumber: Satzinger (2009: 452)
39
2.11.7 Package Diagram
Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 457), berpendapat bahwa Package Diagram
adalah sebuah diagram level tinggi (high-level diagram) yang memperbolehkan
desainer untuk mengasosiasikan class-class pada kelompok yang saling berkaitan.
Terdapat 3 bagian untuk mengilustrasikan tiga lapisan desain yang meliputi view layer,
domain layer dan data access layer. Pada gambar 2.7 merupakan contoh dari Package
Diagram :
Gambar 2. 7Package Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2009:459)
40
2.11.8 User Interface
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 531), User Interface mencakup
input dan output yang membutuhkan sedikit keterlibatan dari manusia. Input ini dapat
diambil secara otomatis menggunakanscanner. Banyak output yang dapat dianggap
sebagai User Interface apabila secara utama bekerja untuk mengirim pesan atau
informasi ke sistem lain atau apabila mereka menghasilkan laporan atau dokumen
untuk aktor – aktor yang ada tanpa adanya keterlibatan manusia di dalamnya.
Jadi, User Interface adalah sebuah sistem yang memiliki sedikit interaksi
manusia untuk memasukan input dan mengeluarkan hasil berupa output.User Interface
meliputi input-input dan output-output yang membutuhkan keterlibatan yang minim
dari manusia. Pengambilan input-input ini dapat diambil secara otomatis dengan
menggunakan alat khusus input seperti scanner atau alat-alat sejenis lainnya. Banyak
output yang dianggap sebagai User Interface apabila mereka secara primer mengirim
pesan atau informasi ke sistem lain atau apabila mereka mengeluarkan laporan-laporan,
dokumen untuk aktor-aktor tanpa adanya kerlibatan manusia di dalamnya. Sehingga
bila disimpulkan maka User Interface adalah bagian dari sistem informasi yang
membutuhkan interaksi dari manusia untuk memasukkaninput dan menghasilkan
output.
41
2.12
Kerangka Pemikiran
Gambar 2. 8 Kerangka Pemikiran
Download