Ermawati , Anna Fauziah , Amiruddin ZG . PENERAPAN MODEL

advertisement
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015
ARTIKEL ILMIAH
Oleh
Nama
: Ermawati
NPM
: 4009069
Prodi
: Pendidikan Matematika
Dosen Pembimbing : 1. Anna Fauziah, M.Pd.
2. Amiruddin ZG., M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2015
Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3.
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh: Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3.
ABSTRACT
This thesis is entitled ”implementation of model to the study of math
Two Stay Two Stray grade VII student of SMP Negeri 12
Lubuklinggau years lessons 2014/2015”. The formulation of the
problem examined in this study is ”whether the results the 7TH
graders learn math SMP Negeri 12 Lubuklinggau model applied after
Two Stay Two Stray is a significant completed?”. This research aims
to know the result of learning math after learning model applied to
Two Stay Two Stray in class VII student of SMP Negeri 12
Lubuklinggau years lessons 2014/2015. This research uses quasi
experiment method which is implemented in the absence of
comparison class. Its population is a whole grade VII student of SMP
Negeri 12 Lubuklinggau years lessons 2014/2015 totalling 176
students and sampel class VII.4 taken randomly numbered 29
students. The technique of data collection was carried out with the
technical test. The data colected was analyzed using t-test. Based on
analysis of of test-t on a significant level alpha = 0,05, thus it can be
concluded that the results of learning math grade VII student of SMP
Negeri 12 Lubuklinggau years lessons 2014/2015 after applied model
Two Stay Two Stray is a significant completed. The average student
learning outcomes by 80,08 and a percentage of the total number of
student who reach 82,76%.
Keywords : Two Stay Two Stray, Learning Outcomes, Math .
Pendahuluan
Pendidikan adalah faktor utama yang menentukan berkembangnya suatu
bangsa karena pendidikan merupakan salah satu cara yang harus ditempuh untuk
menghasilkan manusia yang berkualitas. Menurut Kusnun (29 April 2013)
“manusia yang berkualitas merupakan harapan dari tujuan pendidikan nasional.
Tanpa pendidikan manusia cenderung kurang memiliki kreativitas dan bertindak
tanpa berfikir secara cerdas. Sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan umum dari
pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu upaya
Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3.
yang dipandang paling tepat untuk membentuk manusia yang berkualitas adalah
melalui pendidikan”. Di dalam pendidikan, matematika merupakan salah satu
bidang studi yang sangat penting dan wajib dipelajari karena matematika
merupakan ilmu yang mampu mengembangkan kreativitas dan proses berpikir
anak mulai dari usia dini sampai perguruan tinggi.
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang
berperan
penting dalam kehidupan sehari-hari, yang juga merupakan ilmu dasar dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu pembelajaran
matematika harus dan sangat penting untuk di tanamkan sejak dini terhadap para
siswa. Karena pada saat ini
mata pelajaran matematika pada umumnya
merupakan mata pelajaran yang sangat ditakuti siswa, dengan alasan mereka yang
menganggap bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Hal serupa juga
diungkapkan oleh Triyono (29 April 2013) bahwa matematika sering dianggap
sebagai ilmu yang hanya menekankan pada kemampuan berpikir logis dengan
penyelesaian yang tunggal dan pasti. Hal ini yang menyebabkan matematika
menjadi mata pelajaran yang ditakuti dan dijauhi. Pandangan siswa mengenai
mata pelajaran matematika yang dinilainya merupakan mata pelajaran yang sulit
harus segera diatasi sehingga matematika tidak lagi menjadi mata pelajaran yang
sulit tetapi menjadi mata pelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu guru Matematika di
SMPN 12 Lubuklinggau, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Matematika yang
ditetapkan adalah 75. Namun faktanya dalam proses belajar-mengajar di kelas
selama ini, banyak sekali siswa yang belum mencapai nilai KKM. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah siswa kelas VII sebanyak 170 siswa dari hasil ulangan harian
matematika pada semester genap, 37,65% atau 64 siswa yang memperoleh nilai di
atas KKM, dan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sebanyak 106 siswa
atau 60,23%. Rata-rata nilai ulangan harian sebesar 62,35 sehingga mereka harus
mengikuti remedial.
Dari hasil observasi dengan salah satu guru matematika yang mengajar di
SMP Negeri 12 Lubuklinggau, penulis mendapatkan keterangan bahwa model
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran khususnya mata
Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3.
pelajaran matematika masih menggunakan model pembelajaran konvensional,
dimana dalam proses pembelajaran masih terpusat pada guru. Guru hanya
menjelaskan materi pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan mencatat dan
yang terakhir memberikan soal latihan. Menurut Trianto (2009:6) rendahnya hasil
belajar peserta didik disebabkan oleh proses pembelajaran yang didominasi
pembelajaran konvensional.
Mengatasi permasalahan tersebut peneliti ingin mencoba menerapkan
suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan kreatifitas
belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Salah
satu model pembelajaran yang termasuk dalam model pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Menurut Huda
(2011:140) model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah model
pembelajaran yang memungkinkan setiap kelompok saling berbagi informasi
dengan kelompok-kelompok lain. Lie (2008:61), mengatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran
yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan
informasi dengan kelompok lain.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul Penerapan Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Pada
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Lubuklinggau Tahun
pelajaran 2014/2015.
Landasan Teori
Roger, dkk 1992 (dalam Huda, 2011:29), menyatakan pembelajaran
kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu
prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara
sosial diantara kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap
pembelajar bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk
meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.
Meneurut Lie (2008:29) menyatakan bahwa model pembelajaran
cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada
Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3.
unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya
dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Suprijono (2009:54)
menyatakan pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh
guru atau diarahkan oleh guru. Selanjutnya Lie (2008:61), model kooperatif tipe
Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan
kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.
Suyatno (2009:66) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay Two Stray adalah dengan cara siswa membagi pengetahuan dan pengalaman
dengan kelompok lain. Menurut Huda (2011:140) model kooperatif tipe Two Stay
Two Stray adalah model pembelajaran yang memungkinkan setiap kelompok
untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain.
Adapun langkah-langkah yang diterapkan pada pembelajaran Two Stay Two
Stray dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok yang terdiri atas empat orang; 2) Guru memberikan tugas
pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama; 3) Siswa
bekerja dalam kelompok berempat seperti biasa untuk mengerjakan tugasnya;
4) Setelah diskusi dalam kelompok selesai, dua siswa bertamu ke kelompok lain
dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang tamu dari
kelompok lain; 5) Dua orang yang bertugas sebagai tamu di wajibkan bertamu
kepada semua kelompok dan membahas materi bersama kelompok lain,dan dua
siswa sebagai penyambut tamu diwajibkan menerima tamu dari kelompok lain
dan membahas materi bersama tamu dari kelompok lain; 6) Jika mereka telah usai
menjalankan tugasnya, siswa yang bertamu kekelompok lain kembali ke
kelompoknya masing-masing dan melaporkan apa yang mereka temukan dari
kelompok lain; 7) Siswa membandingkan dan mencocokkan serta membahas hasil
pekerjaan mereka; 8) Masing-masing kelompok membuat laporan tentang hasil
kerja mereka.
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan,
adapun kelebihan dari model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) menurut
Darmajaya (07 April 2013) adalah: (1) Memberikan kesempatan terhadap siswa
Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3.
untuk
menentukan konsep sendiri
dengan
cara memecahkan
masalah.
(2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreativitas dalam
melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya. (3) Membiasakan siswa
untuk bersikap terbuka terhadap teman. (4) Meningkatkan motivasi belajar siswa.
(5)
Membantu
guru
dalam
pencapaian
pembelajaran,
karena
langkah
pembelajaran kooperatif mudah diterapkan di sekolah.
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran Two Stay Two Stray
menurut Darmajaya (07 April 2013) adalah: (1) Diperlukan waktu yang cukup
lama untuk melakukan diskusi. (2) Seperti kelompok biasa, siswa yang pandai
menguasai jalannya diskusi sehingga siswa yang kurang pandai memiliki
kesempatan yang sedikit untuk mengeluarkan pendapatnya. (3) Siswa yang tidak
terbiasa belajar kelompok merasa asing dan sulit untuk bekerjasama.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen semu. Metode
eksperimen semu merupakan metode eksperimen yang dilakukan tanpa adanya
kelas pembanding dengan katagori Pretest and Postest Group Design.
Pelaksanaan penelitian ini hanya melibatkan satu sampel yang diterapkan
pembelajaran mengunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Menurut
Arikunto (2006:160) bahwa “penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitiannya”.
Menurut Sugiyono (2011:61), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 12
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari lima kelas dengan
jumlah siswa sebanyak 176 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
membuat nomor undian sesuai dengan banyak kelas kemudian nomor undian
diambil secara acak sehingga terpilih satu nomor sebagai kelas sampel yaitu kelas
VII.4 yang berjumlah 29 siswa, kemudian kelas tersebut diberi penerapan metode
pembelajaran Two Stay Two Stray.
Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik tes berupa tes tertulis. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,
2010:193). Tes ini diberikan sebanyak dua kali yaitu Tes sebelum dimulai
pembelajaran (pretest) dan tes sesudah pembelajaran (posttest). Pretest yaitu test
yang digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diterapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray sedangkan posttest
digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Tes yang dilakukan merupakan
berbentuk essay sebanyak delapan soal tentang segiempat.
Data Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Penelitian model pembelajaran Two Stay Two Stray dilaksanakan di kelas
VII SMP Negeri 12 Lubuklinggau dimulai dari tanggal 27 Februari sampai
dengan 27 Maret 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VII SMP Negeri 12 Lubuklinggau dan sebagai sampel adalah siswa kelas VII.4
dengan jumlah siswa 29 siswa. Sebelum dilaksanakan penelitian, terlebih dahulu
dilakukan uji coba instrumen tes yang bertujuan untuk mengetahui kualitas soal
yang digunakan. Uji coba instrumen dilaksanakan di kelas VIII.2 SMP Negeri 12
Lubuklinggau dengan jumlah 29 siswa pada materi segiempat.
Kemampuan Awal Siswa
Pelaksanaan pretest ini bertujuan untuk mengetahui sampai dimana
penguasaan siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Bentuk soal yang
digunakan adalah soal essay, karena dengan soal essay akan terlihat kemampuan
siswa dalam menyelesaikan setiap soal dilihat dari langkah-langkah pengerjaan
soal. Soal yang digunakan saat pretest berjumlah delapan soal, merupakan soal
yang sudah diuji kelayakan validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks
kesukarannya.
Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3.
Setelah tahapan pretest dilakukan, diketahui nilai rata-rata yang diperoleh
siswa kelas Vll.4 adalah 41,44. Dari hasil pretest tidak ada siswa mendapat nilai
lebih dari atau sama dengan 75. Semua siswa kelas Vll.4 berjumlah 29 orang
tersebut mendapat nilai dibawah KKM. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil
pretest siswa sebelum diterapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray ini
belum tuntas. Selanjutnya, setelah pretest dilanjutkan kegiatan pembelajaran
menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Rekapitulasi rata-rata dan
simpangan baku pretest dapat dilihat pada tabel 1:
Tabel 1
Rata-rata dan Simpangan Baku Tes Awal (Pretest)
Nilai rata-rata
Simpangan Baku
Tuntas
Tidak Tuntas
41,44
9,64
0
29
Kemampuan Akhir Siswa
Kegiatan posttest ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian
siswa terhadap materi yang telah diajarkan mengunakan model pembelajaran Two
Stay Two Stray. Berdasarkan hasil kegiatan posttest yang telah dilakukan
diperoleh nilai rata-rata siswa yaitu 80,08. Siswa mendapat nilai lebih dari 75 atau
diatas KKM sebanyak 24 siswa,sedangkan siswa yang mendapat nilai dibawah
KKM sebanyak 5 siswa, maka dapat disimpulkan bahwa hasil posttest siswa
setelah diterapkan dengan pembelajaran Two Stay Two Stray ini secara signifikan
sudah tuntas. Rekapitulasi rata-rata dan simpangan baku dari posttest dapat dilihat
pada tabel 2:
Tabel 2
Rata-rata dan Simpangan Baku Tes Akhir (Posttest)
Nilai rata-rata
80,08
Simpangan Baku
8,86
Tuntas
24
Tidak Tuntas
5
Berdasarkan hasil pretest dan posttest dapat disimpulkan bahwa nilai
rata-rata posttest mengalami peningkatan sebesar 35,57 dan jumlah siswa yang
tuntas juga mengalami peningkatan sebesar 82,76%. Hal ini menunjukkan bahwa
rata-rata hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran Two Stay Two
Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3.
Stray mengalami peningkatan. Perbandingan nilai rata-rata ketuntasan hasil
belajar siswa dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik Rata-rata Nilai dan Ketuntasan Belajar
82.76%
80.08
90
80
70
60
41.44
50
Pretest
Posttest
40
30
20
0%
10
0
Nilai Rata-rata
Ketuntasan
Berdasarkan perhitungan statistik, hasil uji normalitas tes akhir dapat
dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas Skor Tes Akhir
Tes
𝝌𝟐 𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈
Dk
𝝌𝟐 𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍
Kesimpulan
Posttest
6,12
5
11,0705
Normal
Berdasarkan perhitungan statistik, hasil uji normalitas tes akhir diperoleh
𝜒 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 tes akhir adalah 6,12 dan nilai 𝜒 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 adalah 11,07. Hal ini berarti
𝜒 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝜒 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Dilihat dari pengujian normalitas dengan rumus Chi-kuadrat
(𝜒 2 ), maka dapat disimpulkan bahwa data tes akhir berdistribusi normal dengan
taraf signifikan =0,05. Berdasakan hasil perhitungan menunjukkan thitung > ttabel,
(3,08) > (1,701) hal ini berarti Ho ditolak Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan
Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3.
bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 12 Lubuklinggau
setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray secara
signifikan tuntas.
Pembahasan
Berdasarkan analisis data awal (pretest) diperoleh bahwa data
berdistribusi normal dengan 𝜒 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 0,79 < 𝜒 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (11,070) untuk data akhir
(posttest) 𝜒 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 6,12 < 𝜒 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (11,070). Pada pertemuan pertama, siswa
dibagi dalam kelompok yang telah dibentuk sebanyak tujuh kelompok, kelompok
tersebut telah dibentuk oleh peneliti sebelum proses pembelajaran dimulai, dari
tujuh kelompok tersebut terdapat satu kelompok yang beranggotakan lima siswa,
karena jumlah siswa kelas VII.4 yang dipilih berjumlah 29 siswa. Kelompok
disusun secara heterogen, dengan melihat tingkat prestasi dan jenis kelamin siswa.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Two Stay Two Stray mengalami sedikit hambatan. Pembelajaran yang baru
bagi peneliti maupun siswa membutuhkan waktu untuk penyesuaian. Pembagian
kelompok yang dilakukan oleh peneliti sedikit membuat mereka gaduh, karena
ada beberapa siswa yang tidak cocok dengan siswa pada kelompok mereka. Selain
itu, penataan ruangan juga sedikit menimbulkan kegaduhan dalam kelas yang
cukup menyita waktu pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa masih belum
terbiasa dengan dibentuknya kelompok belajar yang mengharuskan menata ruang
kelas. Apalagi pada pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray, ketika
siswa akan bertamu kekelompok lain dan secara bergiliran banyak siswa yang
merasa bingung. Hal ini karena siswa belum terbiasa belajar menggunakan
pemelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dimana mengharuskan siswa
untuk menjadi tamu ataupun tuan rumah.
Pada pertemuan selanjutnya yakni pertemuan kedua, hambatan-hambatan
yang terjadi secara perlahan-lahan dapat berkurang karena siswa sudah mulai
tertarik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Siswa
mulai terbiasa untuk bekerjasama dan memecahkan bahan diskusi secara bersamasama. Siswa justru merasa saling membutuhkan, saling membantu dan
Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3.
menghormati satu sama lain karena adanya tuntutan masalah yang harus
dikerjakan bersama. Selain itu, hambatan penataan ruangan sedikit berkurang
karena siswa sudah dapat menyesuaikan diri pada posisi duduk yang berpindahpindah.
Begitu juga dengan pertemuan terakhir yakni pertemuan ketiga tidak
terdapat hambatan yang berarti, justru siswa sangat tertarik dengan belajar
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Siswa
mulai bisa beradaptasi dan kemampuan bicara siswa lebih meningkat, hal ini
dilihat pada saat proses akhir pembelajaran, ketika peneliti memberikan
pertanyaan mengenai situasi belajar yang telah dilakukan sebanyak tiga kali
pertemuan, banyak siswa yang berani mengeluarkan pendapat mereka. Peneliti
melihat bahwa selain dari perubahan minat siswa terhadap pelajaran yang dilihat
dari segi kognitif, hal ini berdampak positif pada aspek afektif siswa, yakni
kemampuan dan keberanian siswa dapat ditingkatkan.
Setelah dilakukan penerapan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada materi segiempat diadakan posttest
jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 75 (tuntas)
sebanyak 24 siswa (82,76%) dan jumlah siswa yang mendapat nilai kurang dari
75 (belum tuntas) sebanyak 5 siswa (17,24%) dan rata-rata 𝑥 nilai keseluruhan
yang diperoleh sebesar 80,08. Jadi secara klasikal untuk seluruh objek penelitian,
kemampuan siswa setelah penerapan pembelajaran dengan menggunakan Two
Stay Two Stray termasuk sudah tuntas.
Berdasarkan hasil uji-t mengenai kemampuan akhir siswa menunjukkan
bahwa thitung (3,08) > ttabel (1,701), ini membuktikan bahwa hipotesis dalam
penelitian diterima yaitu hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 12
Lubuklinggau setelah penerapan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray secara
signifikan tuntas.
Hasil pengujian tersebut sesuai dengan pendapat Roger, dkk 1992 (dalam
Huda, 2011:29), menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas
pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran
harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-
Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3.
kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap pembelajar bertanggungjawab
atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran
anggota-anggota yang lain. Sedangkan Menurut Huda (2011:140) model
kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang
memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan
kelompok-kelompok lain.
Selama penelitian berlangsung peneliti menemukan beberapa kendala
dalam penelitian, antara lain yaitu minimnya buku penunjang yang dimiliki oleh
siswa. Siswa hanya berpedoman pada buku paket yang dipinjamkan oleh sekolah.
Selain hal tersebut, saat pembagian kelompok siswa ingin mengelompokkan diri
berdasarkan keinginan mereka misalnya siswa yang pandai ingin sekelompok
dengan siswa yang pandai saja, membutuhkan waktu yang lama dan menimbulkan
suara yang rebut/gaduh selama proses pembelajaran berlangsung. Bukan hanya
kendala yang peneliti temukan tetapi ada hal yang mendukung selama penelitian
berlangsung yaitu dukungan dari pihak sekolah untuk meminjamkan fasilitas dari
sekolah yang dapat digunakan apabila diperlukan oleh peniliti.
Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipr Two Stay Two
Stray dalam pembelajaran matematika di kelas VII.4 SMP Negeri 12
Lubuklinggau dengan materi segiempat dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas VII SMP Negeri 12 Lubuklinggau setelah penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray secara signifikan tuntas.
Rata-rata nilai tes akhir matematika setelah pembelajaran sebesar 80,08 dan
persentase jumlah siswa yang tuntas mencapai 82,76%.
DAFTAR PUSTAKA
Darmajaya. 2011. Teknik Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray.
[online]http://ptkguru.com/?darmajaya=index&daryono=base&action=list
menu&skins=1&id=494&tkt=2 [07 april 2013].
Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Kusnun, Eti. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Demokratis Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran
IPS. [online] http://perpustakaan.upi.edu [29 April 2013]
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatifi-Progresif. Jakarta:
Kencana
Triyono, Anjar. 2011. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Matematika.
[online]http://findpdf.net/reader/UNIMEDUndergraduate221874-BABIpdf.html [29 April 2013]
Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3.
Download