PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL ILMIAH Oleh Nama : Ermawati NPM : 4009069 Prodi : Pendidikan Matematika Dosen Pembimbing : 1. Anna Fauziah, M.Pd. 2. Amiruddin ZG., M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 2015 Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3. PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3. ABSTRACT This thesis is entitled ”implementation of model to the study of math Two Stay Two Stray grade VII student of SMP Negeri 12 Lubuklinggau years lessons 2014/2015”. The formulation of the problem examined in this study is ”whether the results the 7TH graders learn math SMP Negeri 12 Lubuklinggau model applied after Two Stay Two Stray is a significant completed?”. This research aims to know the result of learning math after learning model applied to Two Stay Two Stray in class VII student of SMP Negeri 12 Lubuklinggau years lessons 2014/2015. This research uses quasi experiment method which is implemented in the absence of comparison class. Its population is a whole grade VII student of SMP Negeri 12 Lubuklinggau years lessons 2014/2015 totalling 176 students and sampel class VII.4 taken randomly numbered 29 students. The technique of data collection was carried out with the technical test. The data colected was analyzed using t-test. Based on analysis of of test-t on a significant level alpha = 0,05, thus it can be concluded that the results of learning math grade VII student of SMP Negeri 12 Lubuklinggau years lessons 2014/2015 after applied model Two Stay Two Stray is a significant completed. The average student learning outcomes by 80,08 and a percentage of the total number of student who reach 82,76%. Keywords : Two Stay Two Stray, Learning Outcomes, Math . Pendahuluan Pendidikan adalah faktor utama yang menentukan berkembangnya suatu bangsa karena pendidikan merupakan salah satu cara yang harus ditempuh untuk menghasilkan manusia yang berkualitas. Menurut Kusnun (29 April 2013) “manusia yang berkualitas merupakan harapan dari tujuan pendidikan nasional. Tanpa pendidikan manusia cenderung kurang memiliki kreativitas dan bertindak tanpa berfikir secara cerdas. Sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan umum dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu upaya Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3. yang dipandang paling tepat untuk membentuk manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan”. Di dalam pendidikan, matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting dan wajib dipelajari karena matematika merupakan ilmu yang mampu mengembangkan kreativitas dan proses berpikir anak mulai dari usia dini sampai perguruan tinggi. Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, yang juga merupakan ilmu dasar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu pembelajaran matematika harus dan sangat penting untuk di tanamkan sejak dini terhadap para siswa. Karena pada saat ini mata pelajaran matematika pada umumnya merupakan mata pelajaran yang sangat ditakuti siswa, dengan alasan mereka yang menganggap bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Hal serupa juga diungkapkan oleh Triyono (29 April 2013) bahwa matematika sering dianggap sebagai ilmu yang hanya menekankan pada kemampuan berpikir logis dengan penyelesaian yang tunggal dan pasti. Hal ini yang menyebabkan matematika menjadi mata pelajaran yang ditakuti dan dijauhi. Pandangan siswa mengenai mata pelajaran matematika yang dinilainya merupakan mata pelajaran yang sulit harus segera diatasi sehingga matematika tidak lagi menjadi mata pelajaran yang sulit tetapi menjadi mata pelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu guru Matematika di SMPN 12 Lubuklinggau, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Matematika yang ditetapkan adalah 75. Namun faktanya dalam proses belajar-mengajar di kelas selama ini, banyak sekali siswa yang belum mencapai nilai KKM. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa kelas VII sebanyak 170 siswa dari hasil ulangan harian matematika pada semester genap, 37,65% atau 64 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM, dan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sebanyak 106 siswa atau 60,23%. Rata-rata nilai ulangan harian sebesar 62,35 sehingga mereka harus mengikuti remedial. Dari hasil observasi dengan salah satu guru matematika yang mengajar di SMP Negeri 12 Lubuklinggau, penulis mendapatkan keterangan bahwa model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran khususnya mata Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3. pelajaran matematika masih menggunakan model pembelajaran konvensional, dimana dalam proses pembelajaran masih terpusat pada guru. Guru hanya menjelaskan materi pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan mencatat dan yang terakhir memberikan soal latihan. Menurut Trianto (2009:6) rendahnya hasil belajar peserta didik disebabkan oleh proses pembelajaran yang didominasi pembelajaran konvensional. Mengatasi permasalahan tersebut peneliti ingin mencoba menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan kreatifitas belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Salah satu model pembelajaran yang termasuk dalam model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Menurut Huda (2011:140) model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang memungkinkan setiap kelompok saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain. Lie (2008:61), mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Lubuklinggau Tahun pelajaran 2014/2015. Landasan Teori Roger, dkk 1992 (dalam Huda, 2011:29), menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap pembelajar bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Meneurut Lie (2008:29) menyatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3. unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Suprijono (2009:54) menyatakan pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Selanjutnya Lie (2008:61), model kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Suyatno (2009:66) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah dengan cara siswa membagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Menurut Huda (2011:140) model kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain. Adapun langkah-langkah yang diterapkan pada pembelajaran Two Stay Two Stray dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri atas empat orang; 2) Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama; 3) Siswa bekerja dalam kelompok berempat seperti biasa untuk mengerjakan tugasnya; 4) Setelah diskusi dalam kelompok selesai, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang tamu dari kelompok lain; 5) Dua orang yang bertugas sebagai tamu di wajibkan bertamu kepada semua kelompok dan membahas materi bersama kelompok lain,dan dua siswa sebagai penyambut tamu diwajibkan menerima tamu dari kelompok lain dan membahas materi bersama tamu dari kelompok lain; 6) Jika mereka telah usai menjalankan tugasnya, siswa yang bertamu kekelompok lain kembali ke kelompoknya masing-masing dan melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain; 7) Siswa membandingkan dan mencocokkan serta membahas hasil pekerjaan mereka; 8) Masing-masing kelompok membuat laporan tentang hasil kerja mereka. Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan dari model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) menurut Darmajaya (07 April 2013) adalah: (1) Memberikan kesempatan terhadap siswa Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3. untuk menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah. (2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreativitas dalam melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya. (3) Membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap teman. (4) Meningkatkan motivasi belajar siswa. (5) Membantu guru dalam pencapaian pembelajaran, karena langkah pembelajaran kooperatif mudah diterapkan di sekolah. Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran Two Stay Two Stray menurut Darmajaya (07 April 2013) adalah: (1) Diperlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan diskusi. (2) Seperti kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi sehingga siswa yang kurang pandai memiliki kesempatan yang sedikit untuk mengeluarkan pendapatnya. (3) Siswa yang tidak terbiasa belajar kelompok merasa asing dan sulit untuk bekerjasama. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen semu. Metode eksperimen semu merupakan metode eksperimen yang dilakukan tanpa adanya kelas pembanding dengan katagori Pretest and Postest Group Design. Pelaksanaan penelitian ini hanya melibatkan satu sampel yang diterapkan pembelajaran mengunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Menurut Arikunto (2006:160) bahwa “penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Menurut Sugiyono (2011:61), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 12 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari lima kelas dengan jumlah siswa sebanyak 176 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membuat nomor undian sesuai dengan banyak kelas kemudian nomor undian diambil secara acak sehingga terpilih satu nomor sebagai kelas sampel yaitu kelas VII.4 yang berjumlah 29 siswa, kemudian kelas tersebut diberi penerapan metode pembelajaran Two Stay Two Stray. Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes berupa tes tertulis. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Tes ini diberikan sebanyak dua kali yaitu Tes sebelum dimulai pembelajaran (pretest) dan tes sesudah pembelajaran (posttest). Pretest yaitu test yang digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray sedangkan posttest digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Tes yang dilakukan merupakan berbentuk essay sebanyak delapan soal tentang segiempat. Data Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian model pembelajaran Two Stay Two Stray dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 12 Lubuklinggau dimulai dari tanggal 27 Februari sampai dengan 27 Maret 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 12 Lubuklinggau dan sebagai sampel adalah siswa kelas VII.4 dengan jumlah siswa 29 siswa. Sebelum dilaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen tes yang bertujuan untuk mengetahui kualitas soal yang digunakan. Uji coba instrumen dilaksanakan di kelas VIII.2 SMP Negeri 12 Lubuklinggau dengan jumlah 29 siswa pada materi segiempat. Kemampuan Awal Siswa Pelaksanaan pretest ini bertujuan untuk mengetahui sampai dimana penguasaan siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Bentuk soal yang digunakan adalah soal essay, karena dengan soal essay akan terlihat kemampuan siswa dalam menyelesaikan setiap soal dilihat dari langkah-langkah pengerjaan soal. Soal yang digunakan saat pretest berjumlah delapan soal, merupakan soal yang sudah diuji kelayakan validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukarannya. Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3. Setelah tahapan pretest dilakukan, diketahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas Vll.4 adalah 41,44. Dari hasil pretest tidak ada siswa mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 75. Semua siswa kelas Vll.4 berjumlah 29 orang tersebut mendapat nilai dibawah KKM. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil pretest siswa sebelum diterapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray ini belum tuntas. Selanjutnya, setelah pretest dilanjutkan kegiatan pembelajaran menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Rekapitulasi rata-rata dan simpangan baku pretest dapat dilihat pada tabel 1: Tabel 1 Rata-rata dan Simpangan Baku Tes Awal (Pretest) Nilai rata-rata Simpangan Baku Tuntas Tidak Tuntas 41,44 9,64 0 29 Kemampuan Akhir Siswa Kegiatan posttest ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa terhadap materi yang telah diajarkan mengunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Berdasarkan hasil kegiatan posttest yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata siswa yaitu 80,08. Siswa mendapat nilai lebih dari 75 atau diatas KKM sebanyak 24 siswa,sedangkan siswa yang mendapat nilai dibawah KKM sebanyak 5 siswa, maka dapat disimpulkan bahwa hasil posttest siswa setelah diterapkan dengan pembelajaran Two Stay Two Stray ini secara signifikan sudah tuntas. Rekapitulasi rata-rata dan simpangan baku dari posttest dapat dilihat pada tabel 2: Tabel 2 Rata-rata dan Simpangan Baku Tes Akhir (Posttest) Nilai rata-rata 80,08 Simpangan Baku 8,86 Tuntas 24 Tidak Tuntas 5 Berdasarkan hasil pretest dan posttest dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata posttest mengalami peningkatan sebesar 35,57 dan jumlah siswa yang tuntas juga mengalami peningkatan sebesar 82,76%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran Two Stay Two Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3. Stray mengalami peningkatan. Perbandingan nilai rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik Rata-rata Nilai dan Ketuntasan Belajar 82.76% 80.08 90 80 70 60 41.44 50 Pretest Posttest 40 30 20 0% 10 0 Nilai Rata-rata Ketuntasan Berdasarkan perhitungan statistik, hasil uji normalitas tes akhir dapat dilihat pada tabel 3 berikut: Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Akhir Tes 𝝌𝟐 𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 Dk 𝝌𝟐 𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Kesimpulan Posttest 6,12 5 11,0705 Normal Berdasarkan perhitungan statistik, hasil uji normalitas tes akhir diperoleh 𝜒 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 tes akhir adalah 6,12 dan nilai 𝜒 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 adalah 11,07. Hal ini berarti 𝜒 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝜒 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Dilihat dari pengujian normalitas dengan rumus Chi-kuadrat (𝜒 2 ), maka dapat disimpulkan bahwa data tes akhir berdistribusi normal dengan taraf signifikan =0,05. Berdasakan hasil perhitungan menunjukkan thitung > ttabel, (3,08) > (1,701) hal ini berarti Ho ditolak Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3. bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 12 Lubuklinggau setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray secara signifikan tuntas. Pembahasan Berdasarkan analisis data awal (pretest) diperoleh bahwa data berdistribusi normal dengan 𝜒 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 0,79 < 𝜒 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (11,070) untuk data akhir (posttest) 𝜒 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 6,12 < 𝜒 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (11,070). Pada pertemuan pertama, siswa dibagi dalam kelompok yang telah dibentuk sebanyak tujuh kelompok, kelompok tersebut telah dibentuk oleh peneliti sebelum proses pembelajaran dimulai, dari tujuh kelompok tersebut terdapat satu kelompok yang beranggotakan lima siswa, karena jumlah siswa kelas VII.4 yang dipilih berjumlah 29 siswa. Kelompok disusun secara heterogen, dengan melihat tingkat prestasi dan jenis kelamin siswa. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray mengalami sedikit hambatan. Pembelajaran yang baru bagi peneliti maupun siswa membutuhkan waktu untuk penyesuaian. Pembagian kelompok yang dilakukan oleh peneliti sedikit membuat mereka gaduh, karena ada beberapa siswa yang tidak cocok dengan siswa pada kelompok mereka. Selain itu, penataan ruangan juga sedikit menimbulkan kegaduhan dalam kelas yang cukup menyita waktu pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa dengan dibentuknya kelompok belajar yang mengharuskan menata ruang kelas. Apalagi pada pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray, ketika siswa akan bertamu kekelompok lain dan secara bergiliran banyak siswa yang merasa bingung. Hal ini karena siswa belum terbiasa belajar menggunakan pemelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dimana mengharuskan siswa untuk menjadi tamu ataupun tuan rumah. Pada pertemuan selanjutnya yakni pertemuan kedua, hambatan-hambatan yang terjadi secara perlahan-lahan dapat berkurang karena siswa sudah mulai tertarik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Siswa mulai terbiasa untuk bekerjasama dan memecahkan bahan diskusi secara bersamasama. Siswa justru merasa saling membutuhkan, saling membantu dan Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3. menghormati satu sama lain karena adanya tuntutan masalah yang harus dikerjakan bersama. Selain itu, hambatan penataan ruangan sedikit berkurang karena siswa sudah dapat menyesuaikan diri pada posisi duduk yang berpindahpindah. Begitu juga dengan pertemuan terakhir yakni pertemuan ketiga tidak terdapat hambatan yang berarti, justru siswa sangat tertarik dengan belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Siswa mulai bisa beradaptasi dan kemampuan bicara siswa lebih meningkat, hal ini dilihat pada saat proses akhir pembelajaran, ketika peneliti memberikan pertanyaan mengenai situasi belajar yang telah dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, banyak siswa yang berani mengeluarkan pendapat mereka. Peneliti melihat bahwa selain dari perubahan minat siswa terhadap pelajaran yang dilihat dari segi kognitif, hal ini berdampak positif pada aspek afektif siswa, yakni kemampuan dan keberanian siswa dapat ditingkatkan. Setelah dilakukan penerapan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada materi segiempat diadakan posttest jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 75 (tuntas) sebanyak 24 siswa (82,76%) dan jumlah siswa yang mendapat nilai kurang dari 75 (belum tuntas) sebanyak 5 siswa (17,24%) dan rata-rata 𝑥 nilai keseluruhan yang diperoleh sebesar 80,08. Jadi secara klasikal untuk seluruh objek penelitian, kemampuan siswa setelah penerapan pembelajaran dengan menggunakan Two Stay Two Stray termasuk sudah tuntas. Berdasarkan hasil uji-t mengenai kemampuan akhir siswa menunjukkan bahwa thitung (3,08) > ttabel (1,701), ini membuktikan bahwa hipotesis dalam penelitian diterima yaitu hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 12 Lubuklinggau setelah penerapan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray secara signifikan tuntas. Hasil pengujian tersebut sesuai dengan pendapat Roger, dkk 1992 (dalam Huda, 2011:29), menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok- Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3. kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap pembelajar bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Sedangkan Menurut Huda (2011:140) model kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain. Selama penelitian berlangsung peneliti menemukan beberapa kendala dalam penelitian, antara lain yaitu minimnya buku penunjang yang dimiliki oleh siswa. Siswa hanya berpedoman pada buku paket yang dipinjamkan oleh sekolah. Selain hal tersebut, saat pembagian kelompok siswa ingin mengelompokkan diri berdasarkan keinginan mereka misalnya siswa yang pandai ingin sekelompok dengan siswa yang pandai saja, membutuhkan waktu yang lama dan menimbulkan suara yang rebut/gaduh selama proses pembelajaran berlangsung. Bukan hanya kendala yang peneliti temukan tetapi ada hal yang mendukung selama penelitian berlangsung yaitu dukungan dari pihak sekolah untuk meminjamkan fasilitas dari sekolah yang dapat digunakan apabila diperlukan oleh peniliti. Simpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipr Two Stay Two Stray dalam pembelajaran matematika di kelas VII.4 SMP Negeri 12 Lubuklinggau dengan materi segiempat dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 12 Lubuklinggau setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray secara signifikan tuntas. Rata-rata nilai tes akhir matematika setelah pembelajaran sebesar 80,08 dan persentase jumlah siswa yang tuntas mencapai 82,76%. DAFTAR PUSTAKA Darmajaya. 2011. Teknik Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. [online]http://ptkguru.com/?darmajaya=index&daryono=base&action=list menu&skins=1&id=494&tkt=2 [07 april 2013]. Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3. Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar Kusnun, Eti. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Demokratis Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran IPS. [online] http://perpustakaan.upi.edu [29 April 2013] Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatifi-Progresif. Jakarta: Kencana Triyono, Anjar. 2011. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Matematika. [online]http://findpdf.net/reader/UNIMEDUndergraduate221874-BABIpdf.html [29 April 2013] Ermawati1, Anna Fauziah2, Amiruddin ZG3.