BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen yang penting bagi kehidupan. Semua mahluk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan memerlukan air untuk melakukan segala aktivitasnya. Pemanfaatan air dalam kehidupan juga bermacammacam seperti untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, perikanan, industri dan lain sebagainya. Banyaknya pemanfaatan air dalam kehidupan dapat menyebabkan penurunan kualitas air di muka bumi (Terasaka dkk., 2011). Melihat kondisi ini maka perlu dilakukan tindakan untuk menjaga kelestarian air bersih tersebut. Salah satu cara adalah dengan melakukan usaha untuk pengolahan limbah. Dewasa ini telah banyak dikembangkan pengolahan limbah secara biologis yang dinilai lebih ramah lingkungan dan biaya operasional yang lebih rendah dibanding dengan pengolahan limbah secara kimia. Pengolahan secara biologi didefinisikan sebagai suatu proses yang memanfaatkan kemampuan bakteri untuk mendegradasi polutan organik. Menurut Said (2000), secara garis besar pengolahan air limbah secara biologis dapat dibagi menjadi dua metode, yakni proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture) dan proses biologis dengan biakan melekat (attached culture). Proses activated sludge, sebagai salah satu proses biologis dengan biakan tersuspensi, adalah metode yang paling umum untuk digunakan dalam pengolahan air limbah secara biologis. Namun, kendala yang sering dihadapi adalah kebutuhan lahan dan lumpur yang dihasilkan besar. Oleh karena itu penelitian mengenai attached culture mulai banyak dikembangkan. Proses biologis dengan attached culture merupakan metode pengolahan limbah dengan bakteri yang dibiakkan pada suatu media padat, sehingga bakteri tersebut melekat pada permukaan media. Proses ini disebut juga dengan proses film mikrobiologis atau proses biofilm. Keuntungan pengolahan biologis menggunakan metode ini yaitu pengoperasiannya mudah, lumpur yang dihasilkan sedikit, dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi rendah maupun konsentrasi tinggi, tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah maupun fluktuasi konsentrasi dan pengaruh suhu terhadap efisiensi pengolahan kecil. Proses pengolahan limbah secara biologis ini dapat dilakukan pada dua kondisi yaitu secara anaerobik tanpa adanya suplai oksigen dan aerobik yang membutuhkan suplai oksigen pada proses pengoperasiannya (Said, 2000). Pengolahan biologis secara aerobik menggunakan metode attached culture dapat menjadi alternatif untuk mengurangi kadar bahan organik di dalam limbah. Pada proses aerobik, suplai akan oksigen memiliki peranan yang penting karena oksigen yang terlarut tersebut akan digunakan oleh bakteri untuk melakukan aktivitasnya dan proses degradasi bahan organik. Penggunaan aerator konvensional yang umum digunakan untuk pengolahan limbah memerlukan energi yang relatif besar dalam mempertahankan suplai oksigen bagi bakteri (Liu dkk., 2012). Melihat kondisi tersebut maka mulai dikembangkan teknologi microbubble generator (MBG). Microbubble generator merupakan suatu alat aerasi yang dapat menghasilkan gelembung mikro dengan ukuran diameter 10 µm (Ohnari, 2003). Penelitian Yamada dan Minagawa (2005) menunjukkan bahwa penurunan ukuran gelembung dengan menggunakan microbubble meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut. Agar dapat memaksimalkan efisiensi kinerja MBG pada digester aerobik, maka setting kecepatan aliran cairan (QL) dan kecepatan alir udara (QG) sangat berpengaruh. Transfer massa oksigen yang efisien pada proses aerasi akan bermanfaat untuk menghemat energi. Penelitian ini akan mempelajari pengaruh variasi intensitas aerasi pada MBG, dengan pengaturan kombinasi kecepatan aliran cairan dan kecepatan aliran udara, terhadap penurunan kadar bahan organik yang dinyatakan sebagai nilai sCOD (Soluble Chemical Oxygen Demand). Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya pada skala laboratorium (Satriawan, 2015). Dalam penelitian ini, konfigurasi MBG yang sudah dilakukan pada skala laboratorium tersebut diaplikasikan pada kolam aerobik pada instalasi pengolahan limbah Departemen Teknik Kimia FT UGM. 1.2 Keaslian Penelitian Teknologi microbubble telah banyak diteliti dan dimanfaatkan dalam proses pengolahan limbah. Liu dkk (2010) melakukan penelitian mengenai efek microbubble pada proses flotasi koagulasi limbah pencelupan, yang membandingkan antara teknologi microbubble dengan pembentuk gelembung udara konvensional. Hasil penelitian menyatakan bahwa pada kondisi yang sama, efisiensi penyisihan sCOD, warna dan minyak untuk masing-masing microbubble floatation meningkat 30%, 110% dan 40%, dibandingkan dengan flotasi gelembung udara konvensional. Setelah proses flotasi koagulasi biodegradabilities air limbah meningkat 0,290-0,363 dengan menggunakan microbubble dan 0,301 pada gelembung udara konvensional. Penggunaan teknologi microbubble dalam proses koagulasi dapat memberikan pendekatan yang efisien dan hemat biaya untuk pengolahan air limbah. Yamada dan Minagawa (2005) melakukan percobaan dan mengusulkan sebuah model untuk sistem suplai oksigen yang menggunakan microbubble. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan penurunan ukuran gelembung menyebabkan konsentrasi oksigen mengalami peningkatan. Meningkatnya suplai oksigen diharapkan dapat meningkatkan aktivitas bakteri dalam mendegradasi senyawa organik dan transfer massa oksigen yang efisien dapat menekan penggunaan energi. Penelitian Liu dkk (2013) telah berhasil menerapkan sistem membran shirasu porous glass (SPG) untuk aerasi microbubble dalam reaktor biofilm pada pengolahan air limbah sintetik. Keberhasilan sistem eksperimental tersebut menunjukkan kelayakan microbubble untuk pengolahan air limbah biologis secara aerobik. Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan belum ditemukan penelitian mengenai variasi intensitas aerasi (kombinasi kecepatan aliran cairan dan kecepatan aliran udara) pada microbubble generator untuk proses pengolahan limbah secara aerobik dengan menggunakan media biofilm. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mempresentasikan fenomena yang berlangsung pada proses pengolahan limbah secara aerobik dengan media biofilm ke dalam bentuk model matematis semi empiris. Penggunaan model matematis diharapkan memberikan representasi hasil yang lebih kuantitatif dibanding dengan analisis grafis yang dilakukan oleh penelitian-penelitian terdahulu. 1.3. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan informasi untuk mengembangkan penelitian mengenai MBG lebih lanjut sebagai berikut: 1. Memberi informasi mengenai potensi pemanfaatan MBG untuk pengolahan limbah secara aerobik dengan media biofilm. 2. Memberikan gambaran model kinetika sederhana untuk memperkirakan konsumsi oksigen dan zat organik oleh bakteri yang dapat digunakan untuk kemajuan penelitian sejenis. 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek dari variasi kecepatan aliran cairan (QL) dan kecepatan aliran udara (QG) yang merupakan variabel operasi MBG sebagai upaya mengoptimalkan kerja MBG, terhadap penurunan kadar bahan organik pada reaktor aerobik yang dinyatakan dengan nilai sCOD. Perbandingan beberapa kondisi proses yang diuji dilakukan dengan model matematis yang telah disusun dalam penelitian sebelumnya (Budhijanto dkk., 2015).