PAKELEM PELINGGIH PADA TEMPAT SUCI KELUARGA HINDU DI

advertisement
PAKELEM PELINGGIH PADA TEMPAT SUCI KELUARGA HINDU
DI KECAMATAN SELAPARANG KOTA MATARAM
(Tinjauan Bentuk, Fungsi dan Makna)
Made Sumari
Tenaga Pengajar Jurusan Brahma Widya
STAHN Gde Pudja Mataram
Abstract
The Hindus in Selaparang district, Mataram city are still found in constructing buildings
for pelinggih do not use pakelem pedagingan,but after completing of the building melaspas
ceremony for purification is held. This fact occurs because of less of understanding of the Hindus
about pakelem pelinggih either its form, function or meaning. This phenomenon becomes
background to make a research on pakelem pelinggih in the Hindu family temples in Selaparang
district, Mataram. The purpose of this research is to describe form, function and meaning of
pakelem pelinggih.This research using descriptive qualitative approach. Data are collected from
observation, interview and documentation.
Result of this research indicates that there are two kinds of pakelem pelinggih namely: (1)
Form: a kind of iron metal consisits of 33 elements. Function: as a substance of pakelem dasar
pelinggih. Meaning: as a reality form of relationship between human and his work and also to the
Supreme God, Ida Sang Hyang Widhi Wasa. (2) Form: gold, silver and copper, jewel of ruby and
its element. Function : as the substance of the upper pakelem namely in the room of pelinggih).
Meaning: as a symbol for worshipping Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Key Words : Pakelem Pelinggih, Hindu Family Temple.
PENDAHULUAN
Umat Hindu dalam melakukan pemujaan di tempat suci didukung dengan menggunakan
upakara sebagai pelengkap. Istilah-istilah lainnya tempat suci Hindu disebut: Pura, Candi,
Kahyangan, Parhyangan dan lainnya. Pura di bangun didasarkan atas ketentuan sastra suci
dengan bentuknya khas dan unik. Pura difungsikan sebagai suatu tempat khusus untuk dunia
kesucian dalam melakukan pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan manifestasiNya dan bhatara-bhatari yang distanakan pada komplek bangunan tersebut.
Pura dilihat berdasarkan fungsinya digolongkan menjadi dua kelompok:
1. Pura Jagat yaitu Pura yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja Hyang
Widhi wasa dalam segala Prabhawa-Nya (manifestasi-Nya).
2. Pura Kawitan yaitu Pura yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja Atma
Sidha Dewata (Roh Suci Leluhur) (Pem.Prov.Bali,2000:64).
Pura dilihat dari karakterisasinya yaitu; 1). Pura Kahyangan Jagat, yaitu pura tempat
memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam aneka prabhawa-Nya, 2). Pura Kahyangan Desa
(terotorial), yaitu pura yang dipuja dan dipelihara oleh desa adat, 3). Pura Swagina (pura
fungsional), yaitu pura yang penyungsungnya terikat oleh ikatan swagina yang mempunyai
profesi sama dalam mata pencaharian, seperti: pura Subak, Melanting dan sebagainya. 4). Pura
Kawitan, yaitu pura yang penyungsungnya ditentukan oleh ikatan “wit” atau leluhur berdasarkan
garis (vertikal geneologis) seperti: sanggah, pamarajan, ibu, panti, dadya, batur, panataran,
padharman dan sebagainya (Titib, 2001:100).
Kata Pemerajan berasal dari kata “Meraja” dan kata meraja berasal dari perubahan kata “
Praja” yang dapat di beri arti secara bebas adalah yang merajai. Untuk mendapatkan pengertian
spritual maka kata praja, berarti yang merajai sedangkan pati dapat diberikan arti sumber, sunia.
Jadi kata Prajapati adalah rajanya sunia alias Sang Hyang Widhi sebagai pencipta segalanya,
termasuk manusia melalui proses manifestasi-Nya. Dengan demikian Beliau adalah sumber dari
segala sumber, termasuk sumber (wit) dari manusia dan dari sinilah munculnya kata Kawitan
atau Kemulan. Sang Hyang Widhi menciptakan manusia malalui maya-Nya yang penuh dengan
kegaiban (Sudarsana, 2001:1-3). Menurut Titib, (2001:111-112) disebutkan mengingat bahwa
pura adalah replika kahyangan, maka pura itu harus suci dan indah, memfungsikan pura
dilakukan dengan upacara pemelaspas, “mapedagingan”.
Panca Datu adalah nama dari unsur-unsur sarana upacara ritual Hindu yang berkaitan
dengan proses pendirian bangunan-bangunan suci keagamaan. Panca Datu merupakan sarana
inti selain masih harus dilengkapi dengan sarana-sarana upacara lainnya. Keseluruhan sarana
upacara yang digunakan dalam proses awal pendirian bangunan suci di sebut upacara
“pedagingan” atau “pependeman” (Donder, 2001:73-74).
Plutuk Upakara Yadnya dalam Peramadaksa (lembar :78) dinyatakan bahwa apabila
membangun kahyangan tidak mempergunakan pedagingan maka ditempati oleh DetiyaKubanda. Lebih lanjut disebutkan bahwa yang mempunyai kahyangan itu mendapatkan penyakit
dan lainnya karena Bhuta-Pisaca. Dari berbagai pernyataan yang dikemukakan oleh para ahli
diatas, maka dapat ditelaah bahwa; tempat suci yang dibangun khususnya tempat suci yang
ditentukan oleh ikatan Wit yang ada pada perumahan umat Hindu, yaitu sanggah atau
pamerajan, maka sebagai tempat suci untuk pemujaan harus memenuhi syarat-syarat kesucian
yang berdasarkan sastra suci sehingga tempat tersebut layak digunakan untuk melinggakan dan
memuja Ida Sang Hayng Widhi Wasa dan manifestasi-Nya dan juga kepada bhatara-bhatari atau
roh suci leluhur karena Beliau adalah bersifat Maha Suci. Sebagai tempat suci semestinya
dilaksanakan upacara pemelaspasan (penyucian) dan pakelem pedagingan. Umat Hindu di
Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam mendirikan bangunan suci atau pada pelinggihpelinggihnya di Sanggar keluarga ada ditemukan tidak menggunakan pakelem pedagingan.
Namun setelah bangunan selesai dilaksanakan proses upacara melaspas. Realita apa yang terjadi
ini adalah merupakan suatu fenomena di masyarkat bahwa kurangnya pengetahuan
atau
pemahaman masyarakat mengenai pakelem pedagingan baik dari bentuk, fungsi dan makna
terutama pada bangunan suci di Sanggar atau pamerajan keluarga.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka antusias peneliti melakukan penelitian dengan
judul “Pakelem Pelinggih Pada Tempat Suci Keluarga Hindu di Kecamatan Selaparang Kota
Mataram Tinjauan Bentuk, Fungsi dan Makna”. Untuk hasil analisis datanya dibahas pada BAB
Pembahasan.
RUMUSAN MASALAH
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dikemukakan,yaitu : Bagaimana bentuk, fungsi
dan makna pakelem pelinggih pada tempat suci keluarga Hindu di Kecamatan Selaparang Kota
Mataram ?
TUJUAN PENELITIAN
Untuk dapat menjelaskan bentuk, fungsi dan makna pakelem pelinggih pada tempat suci
keluarga Hindu di Kecamatan Selaparang Kota Mataram.
METODE PENELITIAN
1.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pada pendekatan kualitatif
dilakukan dengan ciri-ciri sebagai berikut : pemilihan suatu lokasi, jenis dan sumber data, teknik
pengumpulan. Sedangkan untuk teknik pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan
deskriptif kualitatif. Menurut Margono (2004 : 97) dinyatakan bahwa pengolahan data ini
meliputi data dan analisis data. Data disusun secara teratur atau secara berkelompok.
2.
Lokasi Penelitian
Lokasi pada penelitian ini dilakukan di Kecamatan Selaparang Kota Mataram yang terkait
dengan pakelem pelinggih pada tempat suci keluarga Hindu di Kecamatan Selaparang Kota
Mataram. Objek penelitian ini dilakukan bermaksud untuk mengungkap permasalahan yang
diajukan.
3.
Jenis dan Sumber Data
Menurut Azwar, (1998: 91) sumber data dalam penelitian di bagi menjadi dua yaitu:
1) Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan
menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung dari subjek
sebagai sumber informasi. Data informasi secara lengkap dan jelas diperoleh sesuai
dengan permasalah yaitu dengan cara mengadakan wawancara.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data yang digunakan adalah
buku-buku referensi yang terkait dalam penelitian ini, misalnya: hasil penelitian,
makalah, surat kabar, majalah dan buku jenis lainnya.
4.
Instrumen Penelitian
Kegiatan pengumpulan data selalu harus dilakukan oleh peneliti (Arikunto, 2002:11).
Sesuai dengan teori tersebut, maka pengumpulan data utama dalam penelitian kualitatif ini
dilakukan oleh peneliti sendiri, mengingat pemahamannya secara mendalam tentang subjek yang
akan diteliti. Data dikumpulkan dengan menggunakan pedoman wawancara terkait dengan
pakelem pelinggih pada tempat suci keluarga Hindu, dibantu dengan menggunakan berupa alat-
alat, seperti kamera, buku catatan dan juga tape recorder dengan maksud untuk mencari data
sesuai dengan tujuan penelitian ini.
5.
Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.
Teknik Observasi
Observasi sangat dibutuhkan dalam penelitian. Observasi yang dimaksud disini adalah
peneliti memperoleh data secara langsung dengan mengadakan secara cermat pencatatan dan
untuk dikumpulkan sehingga memperoleh data yang dibutuhkan (Singarimbun, 1995 : 175-176
dan Arikunto, 2002 : 204).
Sehubungan dengan teknik observasi yang dilakukan dimana peneliti secara langsung
menjajagi pakelem pelinggih pada tempat suci keluarga Hindu yang dijadikan sebagai objek
yang akan diteliti dan sekaligus melakukan suatu pendekatan dengan maksud untuk
mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian ini.
2.
Tehnik Wawancara
Teknik wawancara dilakukan secara langsung dalam usaha untuk memperoleh data yang
akurat atau valid sehubungan dengan tujuan dari penelitian ini. Daftar wawancara dibuat garisgaris besarnya saja dengan maksud memudahkan peneliti dalam mengajukan suatu pertanyaan
terkait pakelem pelinggih pada tempat suci keluarga Hindu di Kecamatan Selaparang Kota
Mataram tinjauan bentuk, fungsi dan makna.
3.
Teknik Dokumentasi
Menurut Bungin, (2007:123) bahwa: kumpulan data bentuk tulisan ini disebut dokumen
dalam arti luas termasuk monument, artifak, foto, disc, CD, harddisk, flasdisk dan lainnya.
Metode dokumentasi merupakan metode yang dipergunakan untuk mendapatkan suatu
pengetahuan dengan jalan mengumpulkan laporan-laporan dari kejadian-kejadian yang berisi
pandangan serta pemikiran manusia dimasa lalu yang berupa barang-barang tertulis dalam
bentuk surat kabar, majalah, foto, dan sebagainya (Nasir, 1998:35).
Menurut Zuriah, (2006:191) tehnik dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dalil atau hukum
dan lain-lain yang berhubunagn dengan dengan maslah penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, yaitu untuk mendapatkan
sejumlah data dari beberapa dokumen, foto-foto, majalah dan lainnya yang tentunya sangat
berkaitan dengan penelitian ini. Data yang diperoleh disesuaikan kemudian disusun dengan
sistematis dan objektif.
6.
Tehnik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah kualitatif. Ada beberapa langkah yang dipergunakan
dalam menganalisis data kualitatif yaitu:
1.
Reduksi Data
Peneliti melakukan proses dan penilaian serta pemusatan perhatian, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang diperoleh. Dari kegiatan ini kemudian diorganisasikan sesuai
dengan fokus dan tujuan penelitian.
2.
Display Data
Adalah proses yang dilakukan peneliti berupa kegiatan-kegiatan menyajikan data dari
hasil data yang telah direduksi sebelumnya. Dalam penyajian data ini data akan diklasifikasikan
terlebih dahulu sesuai fokus masalah dan kemudian baru diuraikan dengan cara narasi. Tetapi
tidak menutup kemungkinan menyajikan dengan uraian argumentatif apabila ada hal yang perlu
diberikan alasan-alasan.
3.
Verifikasi atau Penyimpulan
Langkah ini sering disebut sebagai langkah pengambilan keputusan. Peneliti dalam tahap
ini berusaha mencari makna dari data yang diperoleh dengan mencari pola-pola penjelasan,
konfigurasi-konfigurasi dari data yang telah diverifikasi kemudian peneliti mengambil
kesimpulan dan keputusan (Miles dan Huberman dalam Riyanto, 2007:31).
Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif yaitu hasil data yang disajikan dengan
menggunakan ragam bahasa ilmiah yang bersifat objektif dalam bentuk kata-kata bukan angkaangka.
PEMBAHASAN
Pakelem Pelinggih Tempat suci keluarga Hindu di Kecamatan Selaparang Kota Mataram
Hasil analisis data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan tehnik pengumpulan data
yang digunakan, terutama analisis ini dipertajam hasilnya melalui wawancara dari informan
sebanyak 12 orang, yaitu: tokoh-tokoh agama (sulinggih, pemangku), sarati banten dan tokohtokoh masyarakat, maka hasilnya dapat dipaparkan dengan optimal, yaitu:
A.
Bentuk Pakelem Pelinggih Pada Tempat Suci Keluarga Hindu di Kecamatan
Selaparang Kota Mataram.
Bentuk pakelem hasil analisis dalam penelitian ini dapat disajikan, bahwa pakelem terdiri
dari dua (2) paket, yaitu : Paket 1: bahan dari unsur logam besi yang dibentuk miniatur
menjadi 33 jenis alat dan unsur pelengkapnya. Jenis alat yang dimaksud, adalah:
a. Alat-alat pertukangan ; 1). Geregaji, 2).Timpas, 3). Siku, 4). Seleran, 5). Sekop,
6). Kepang, 7). Bonceng, 8). Pahat, 9). Golok, 10). Belakas arit, 11). Blakas
komak, 12). Pengutik, 13). Batik lapah, 14). Arit pedang.
b. Alat-alat di sawah ; 1). Tenggala, 2). Gau, 3). Ban gau, 4). Ayuga, 5). Gareng, 6).
Tulud tambah.
c. Alat-alat dapur ; 1). Penggorengan, 2). Sendok.
d. Alat-alat tulis ; 1). Pengerikrikan, 2). Jarum.
e. Alat-alat pande ; 1). Paron/talenan, 2). Palu, 3). Betel, 4). Linggis, 5). Semprong,
6). Sepit api.
f. Alat-alat pebersihan ; 1). Caket, 2). Gunting, 3). Sepit panjang.
Jenis-jenis alat dari unsur logam besi, untuk lebih jelasnya dapat dlihat pada foto dibawah
ini :
Foto 1: Jenis-jenis alat dari logam besi
Foto 2: jenis-jenis alat dari logam besi
Sarana berbentuk material yang bahannya bersumber dari logam besi yang telah disebutkan
diatas adalah merupakan suatu peralatan lengkap atau perkakas bentuknya kecil-kecil yang telah
ditentukan berjumlah 33 jenis alat. Selain penggunaan sarana berupa bahan logam besi juga
mempergunakan sarana tambahan sebagai sarana pelengkap yang terdiri dari bahan rempahrempah dan beberapa jenis nama kayu-kayu tertentu yang digunakan untuk melengkapi bahan
pakelem dasar pelinggih di tempat suci keluarga.
Bahan rempah-rempah yang dimaksud dalam hal ini adalah sejenis kelengkapan bumbubumbu dapur antara lain; pala (jebugarum), tabie bun, jinten putih, jinten cemeng (hitam),
ketumbar biasa, ketumbar bolong, merica putih, merica hitam, cengkeh, kapulaga, kelabet, musi,
kembang tapen, adas manis, saparwantu, suda wayah. Sedangkan bahan tambahan lainnya
berupa penggunaan nama jenis kayu digunakan antara lain : kayu manis, pulasari/pula
waras/kayu putih dan mesui.
Rempah-rempah dan jenis-jenis kayu digunakan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
foto di bawah ini :
Foto 3 : Rempah-rempah dan jenis-jenis kayu
Sarana material berupa peralatan dari besi berjumlah 33 jenis alat tersebut disertai pula
bahan-bahan tambahan berupa rempah-rempah dan jenis kayu-kayu yang telah disebutkan diatas
adalah sebagai bahan pelengkap pakelem dan semua unsur-unsur tersebut digabung menjadi satu
(1) paket. Paket ini dilengkapi pula dengan kain putih serta benang tri datu (tiga jenis benang
berwarna ; putih, merah dan hitam) dan untuk penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Paket 2: bahan dari unsur logam berupa emas, perak dan tembaga. Masing-masing dari
unsur logam tersebut dibentuk berdasarkan ketentuan antara lain:
a. Logam emas (22 karat) dibentuk beberapa jenis, yaitu;
a)
Pripihan emas; bentuknya persegi dengan ukuran 2x3 Cm, tebal dan
beratnya disesuaikan dengan kebutuhan.
b)
Jarum emas; berat dan panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan.
b. Perak dibentuk beberapa jenis, yaitu;
a)
Pripihan perak; bentuknya persegi dengan ukuran 2x3 Cm, tebal dan
beratnya disesuaikan dengan kebutuhan.
b)
Jarum perak; berat dan panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan.
c. Tembaga dibuat beberapa bentuk, yaitu;
a)
Pripihan tembaga; bentuknya persegi dengan ukuran 2x3 Cm, tebal dan
beratnya disesuaikan dengan kebutuhan.
b)
Jarum tembaga; berat dan panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Mirah ; batu permata dengan warna merah , Warna, besar dan kecilnya disesuaikan
dengan kebutuhan.
4. Lungit dan ganti.
5. Minyak wangi atau pender.
6. Botol kaca atau gelas kaca atau cawan keramik (ukurannya disesuaikan kebutuhan).
7. Kain putih ukurannya disesuaikan penggunaannya.
8. Benang tri datu dengan warna ; putih, merah dan hitam
9. Kwangen dilengkapi dengan kepeng bolong dengan jumlah 11 kepeng.
Untuk
memperoleh
gambaran
jelas
yang
dimaksud
dengan
pripihan,
(emas,perak,tembaga) dan unsurnya dapat dilihat pada foto di bawah ini :
Foto 4: pripihan dan jarum
(emas,perak,tembaga)
Foto 5: permata mirah,minyak wangi dan
kain putih
jarum
B. Fungsi Pakelem Pelinggih Pada Tempat Suci Keluarga Hindu di Kecamatan Selaparang
Kota Mataram
a.
Paket 1: unsur bahan dari logam besi yang berbentuk peralatan berjumlah 33 jenis alat dan
unsur pelengkap lainnya. Jenis-jenis alat yang dimaksud beserta jumlahnya, yaitu; 1). Alat-alat
pertukangan berjumalah : 14 alat, 2). Alat-alat di sawah : 6 (enam), 3). Alat-alat dapur : 2 (dua),
4). Alat-alat tulis : 2 (dua), 5). Alat-alat pande : 6 (enam), 6). Alat-alat pebersihan : 3 (tiga).
Sarana material berupa alat-alat bersumber dari logam besi adalah merupakan suatu
peralatan lengkap atau perkakas berjumlah 33 jenis ini difungsikan sebagai bahan kelengkapan
untuk pakelem dasar pelinggih yang didirikan atau dibangun pada tempat suci keluarga di setiap
perumahan yang disebut dengan istilah sanggah atau pamerajan.
Sarana pakelem dasar
pelinggih dari unsur besi ini dilengkapi pula dengan beberapa unsur lainnya, antara lain; rempahrempah dan nama-nama jenis kayu yang digunakan seperti yang telah disebutkan diatas. Unsurunsur bahan tambahan ini difungsikan sebagai bahan pelengkap pakelem dasar pelinggih. Unsur
rempah-rempah yang digunakan adalah suatu bahan yang secara empiris adalah bahan yang
mengandung unsur hangat sifatnya positif.
Dalam proses penataan untuk sarana pakelem dasar yaitu dari semua unsur yang termasuk
didalamya menjadi satu paket. Sebagai unsur wadah atau tempat yang digunakan tersebut adalah
dengan mengambil salah satu (1) dari alat perkakas yang terdaftar pada 33 jenis alat besi tersebut
yaitu penggorengan. Penggorengan bentuknya bundar dan cembung dengan berukuran kecil ini
memiliki 1 (satu) tangkai pegangan dan sisanya berupa 32 jenis alat besi lainnya tersebut
diletakkan di atas penggorengan, sehingga semua unsur alat besi sebagai pelengkap dapat
terlingkup didalamnya.
Foto 6 : paket 1 bahan pakelem dasar pelinggih
Bahan-bahan sebagai unsur isi yang diperlukan telah disiapkan, maka bahan-bahan tersebut
diletakkan di atas penggorengan baik yang berupa semua peralatan dari jenis besi dan juga bahan
rempah-rempah dan pelengkap lainnya menjadi satu wadah di tempat penggorengan itu sendiri.
Namun sebelum penggorengan difungsikan sebagai tempat atau wadah, maka pada bagian
dalamnya telah dirajah dengan aksara suci oleh seorang sulinggih. Penggunaan berupa kain
putih difungsikan sebagai sarana untuk membungkus penggorengan lengkap dengan unsur
didalamnya. Sedangkan benang tri datu yaitu terdiri dari tiga (3) jenis benang berwarna; putih,
merah dan hitam difungsikan untuk mengikat supaya kuat dan tidak lepas pada bungkusan
penggorengan tersebut. Benang ini terbuat dari bahan serat kapas yang telah dipintal dalam
bentuk memanjang dan pemakaiannya disesuaikan dengan kebutuhan.
Bentuk pakelem dasar pelinggih ini difungsikan sebagai unsur pedagingan bagian dasar
pada masing-masing pelinggih yang telah berdiri di sanggah atau pamerajan keluarga yaitu
dengan cara dikelem atau ditanamkan pada dasar pelinggih. Sebelum proses ditanam, maka
dilaksanakan upacara penyucian dengan memakai sarana banten penyucian atau pemelaspas
beserta banten kelengkapannya terhadap pelinggih-pelinggih yang dimaksud dan sekaligus
seluruh area lingkungan sanggah tersebut. Pada proses acara berlangsung disertakan upacara
pemelaspasan terhadap perangkat pakelem dasar pelinggih dan dilaksanakan upacara pasupati
atau dihidupkan secara spiritual dengan mantra-mantra pujaan yang dipimpin atau dipuput oleh
sulinggih.
Mapakelem pada dasar pelinggih disertai dengan kwangen dengan jumlah 11 kepeng dan
banten kelengkapannya. Kwangen dan uang kepeng bentuknya bundar dan pada bagian
tengahnya bentuknya bujur sangkar difungsikan sebagai penyerta pelengkap pakelem dasar
pelinggih dalam bentuk seperangkap lengkap sebagai sarana pedagingan atau unsur isi dari
dasar pelinggih dan banten itu sendiri adalah sebagai bentuk persembahan suci.
b.
Paket 2: bahan terdiri dari beberapa unsur logam dengan ukuran kecil-kecil dan unsur
pelengkapnya, yaitu ;
1.
Logam emas, perak dan tembaga yang dibentuk berupa pripihan dan jarum
difungsikan sebagai pelengkap pakelem untuk bagian atas yaitu pada ruang atau rong
pelinggih.
2.
Mirah ; batu permata dengan warna merah difungsikan sebagai pelengkap pakelem
untuk bagian atas yaitu pada ruang atau rong pelinggih. Permata mirah dipilih sesuai
dengan manifestasi Tuhan.
3.
Lungit ganti, minyak wangi atau pender; difungsikan sebagai pelengkap pakelem
untuk bagian atas yaitu pada ruang atau rong pelinggih.
4.
Botol kaca, gelas kaca difungsikan sebagai wadah atau tempat untuk semua unsur
termasuk pripihan, jarum, permata, lungit, ganti dan minyak wangi sehingga menjadi
satu paket dan sekaligus sebagai pelengkap pakelem pada ruang atau rong pelinggih.
5.
Kain putih ukurannya disesuaikan penggunaannya difungsikan sebagai pembungkus
pakelem pada ruang atau rong pelinggih. Penggunaan kain putih atau warna kain
lainnya yang dipilih sesui dengan simbul dewa yang distanakan.
6.
Benang tri datu dengan warna ; putih, merah dan hitam. Benang tri datu difungsikan
sebagai tali pengikat pembungkus pakelem pada ruang
atau rong pelinggih dan
memiliki sifat luwes dan lentur.
7. Kwangen diisi dengan uang kepeng berjumlah 11 kepeng dan dilengkapi dengan banten
penyerta pelengkap lainnya. Kwangen; difungsikan sebagai pelengkap sarana pakelem
pada ruang atau rong pelinggih dan banten penyerta adalah sebagai bentuk
persembahan.
Foto 7: Botol kaca bening
Foto 8: paket 2 pakelem untuk ruang
atau
rong
pelinggih
tepat
sulinggih
dihadapan
Paket 2 ini lengkap dengan tiga (3) jenis pripihan, yaitu emas, perak dan tembaga dan pada
masing-masing lembarnya telah ditulisi dengan aksara suci oleh sulinggih. Selain sarana logam
tersebut dilengkapi dengan permata mirah, minyak wangi dan lainnya adalah merupakan unsur
pelengkap pakelem pelinggih yang difungsikan sebagai unsur isi atau pedagingan pada bangunan
suci bagian atas yaitu pada ruang atau rong pelinggih.
Mapakelem pada bagian atas dengan cara dikelem atau ditanamkan pada ruang atau rong
masing-masing pelinggih. Sebelum proses ditanam, maka dilaksanakan upacara penyucian
dengan memakai sarana banten penyucian atau pemelaspas beserta kelengkapannya terhadap
pelinggih-pelinggih yang telah berdiri dan termasuk isi pakelem yang dimaksud telah dipasupati
oleh sulinggih. Upacara penyucian yang dilaksanakan baik terhadap pelinggih, kompleks
bangunannya dan dua (2) jenis paket pakelem yang digunakan sebagai isi untuk pelinggih adalah
merupakan syarat untuk suatu tempat pemujaan. Proses tata cara mapakelem pada pelinggih
yaitu: paket 1 untuk pakelam pada dasar pelinggih dan paket 2 untuk pakelem bagian atas yaitu
pada ruang atau rong masing-masing pelinggih (Kamulan, Ngrurah,Taksu, Penunggun Karang
dan pelinggih lainnya).
C.
Makna Pakelem Pelinggih Pada Tempat Suci Keluarga Hindu di Kecamatan
Selaparang Kota Mataram
Paket 1: berupa pakelem dasar pelinggih yang ditanamkan pada dasar pelinggih adalah
merupakan seperangkat lengkap yang isinya terdiri dari berbagai unsur sehingga menjadi satu (1)
paket dan unsur pelengkapnya. Adapun unsur alat yang dimaksud adalah;
a. Logam besi: dibentuk menjadi 33 jenis alat, antara lain; alat-alat pertukangan, alat di sawah,
alat dapur, alat tulis, alat pande dan alat pebersihan. Penggunaan jenis-jenis alat dari bahan
logam besi dimaknai sebagai suatu bentuk realitas yang mencerminkan adanya suatu hubungan
sangat erat dengan usaha kegiatan kerja dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai mahluk
yang berpotensi dalam melakukan suatu profesi atau keahlian dalam pekerjaannya sehingga
manusia mampu untuk mengatasi masalah-masalah terkait dalam kelangsungan hidupnya
sehingga menjadi lebih baik atau memperoleh keselamatan.
b. Bahan pelengkap seperti bahan rempah-rempah dan jenis kayu yang digunakan dalam pakelem
ini adalah sebagai bahan pelengkap untuk pakelem dasar pelinggih yang dimaknai sebagai suatu
bahan yang mengandung unsur hangat atau unsur panas. Unsur positif yang ada didalamnya
terpancar sehingga dapat membangkitkan daya hidup pada pelinggih tersebut dan juga terkait
dalam kehidupan kita terbias adanya unsur hangat yang sangat membantu kita terutama dalam
hubungan dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan manifestasi-Nya dan juga bhatara-bhatari
yang kita puja.
Paket 2: sebagai pelengkap pakelem yang ditanamkan pada bagian atas yaitu pada ruang
atau rong pelinggih terdiri dari beberapa unsur logam yang dibentuk sesuai dengan ketentuan
dan bahan tambahan lainnya sehingga menjadi satu (1) paket. Unsur-unsur yang dimaksud, yaitu
:
a.
Unsur logam:
1). Emas; berupa pripihan dan jarum. Emas berwarna kuning dimaknai sebagai suatu simbol
yang erat kaitannya dengan dewa yang dimuliakan dan di puja.
2). Perak; berupa pripihan dan jarum. Perak berwarna putih dimaknai sebagai suatu simbol yang
erat kaitannya dengan dewa yang dimuliakan dan di puja.
3). Tembaga; berupa pripihan dan jarum. Tembaga berwarna merah dimaknai sebagai suatu
simbol yang erat kaitannya dengan dewa yang dimuliakan dan di puja.
4). Batu permata; mirah warna merah atau permata mirah dipilih sesuai dengan simbol
manifestasi Tuhan yang dimuliakan dan di puja.
b. Unsur isi :
1). Lungit, ganti merupakan dua (2) sarana berpasangan sebagai pelengkap pakelem.
2). Minyak wangi atau pender dimaknai sebagai unsur berbau harum yang dapat memikat Beliau
dan berkenan menempati pelinggih yang telah disucikan tersebut.
c. Unsur tempat : Botol kaca atau gelas kaca atau cawan kaca ukuran disesuaikan. Sebagai unsur
wadah yaitu yang mencakup semua unsur isi didalamnya menjadi satu kesatuan atau
menyatu.
d. Unsur kain : kain putih atau warna kain dipilih sesui dengan simbul dewa yang distanakan.
e.
Unsur benang : benang tri datu (warna ; putih, merah dan hitam). Benang tri datu adalah
sebagai simbul Tri Murti.
f.
Unsur upakara : Kwangen, upakara penyucian dan banten pelengkap lainnya adalah sebagai
simbul unsur penyerta kelengkapan pakelem pada pelinggih dan sekaligus banten sebagai
sarana penyucian dari semua unsur yang digunakan.
Penggunaan pakelem pelinggih yaitu sebelum pakelem ditanamkan pada masing-masing
pelinggih, maka dilakukan upacara penyucian atau pemelaspasan baik terhadap pakelem,
pelinggih dan seluruh area lingkungan. Pakelem difungsikan sebagai isi atau pedagingan pada
suatu pelinggih, maka bangunan atau pelinggih tersebut baru dapat difungsikan secara layak
sebagai bangunan suci untuk melinggakan dan memuja Ida Sang Hayng Widhi Wasa dan
manifestasi-Nya beserta bhatara-bhatari atau roh suci leluhur karena Beliau adalah bersifat
Maha Suci. Pakelem pedagingan pada pelinggih sesuai dengan lontar Plutuk Upakara Yadnya.
Untuk tempat suci, maka dilaksanakan upacara pemelaspas dan mapedagingan sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Titib, 2001:111-112.
Keadaan pura tetap bersih, indah, suci dan tetap dijaga kelestariannya. Tempat suci sebagai
tempat sembahyang adalah untuk mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi dan
manifestasi-Nya. Sembahyang sebagai suatu langkah dekat, patuh dan taat pada-Nya.
SIMPULAN
1. Bentuk pakelem pelinggih terdiri dari dua (2) paket dan unsurnya adalah: Paket 1; unsur
logam besi berbentuk miniatur terdiri 33 jenis alat, rempah-rempah, jenis-jenis kayu,
benang tri datu dan kwangen. Paket 2; unsur logam (emas, perak, tembaga), permata
mirah, unsur lungit dan ganti, minyak wangi, botol kaca atau gelas kaca, kain putih,
benang tri datu dan kwangen.
2. Fungsi pakelem pelinggih dua (2) paket , adalah: Paket 1; sebagai isi pakelem dasar
pelinggih yang ditanamkan pada dasar pelinggih setelah dilaksanakan upacara
penyucian atau pemelaspasan terhadap sarana dan pelinggih tersebut. Paket 2; sebagai isi
pakelem pelinggih yang ditanamkan bagian atas yaitu pada ruang atau rong masingmasing pelinggih setelah dilaksanakan upacara penyucian atau pemelaspasan terhadap
sarana dan pelinggih tersebut.
3. Makna pakelem pelinggih dua (2) paket dimaknai, yaitu: Paket 1; adalah suatu bentuk
realitas yang erat keterkaitannya dengan hubungan manusia terhadap profesinya untuk
berjuang dalam hidup menjadi lebih baik dan juga hubungannya kepada Ida Sang Hyang
Widhi Wasa dan manifestasi-Nya. Paket 2;
sebagai simbol-simbol yang erat
hubungannya kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan manifestasi-Nya yang dimuliakan
dan di puja dengan persembahan keharuman sehingga Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan
manifestasi-Nya berkenan menempati pelinggih yang telah suci.
SARAN
1. Kepada instansi yang terkait didalamnya senantiasa untuk memberikan penyuluhanpenyuluhan kepada umat Hindu di Kecamatan Selaparang Kota Mataram mengenai arti
pentingnya menggunakan pakelem pada pelinggih yang didirikan.
2. Kepada keluarga Hindu yang belum merasa pelinggihnya berisi pakelem berupa
pedagingan sebaiknya untuk menggunakan pakelem pada pelinggih yang dibangun
dengan tujuan memperoleh kerahayuan.
DAFTAR PUSTAKA
Anom, Ida Bagus, 2009. Ngawangun Parhyangan Lan Paumahan. Denpasar:Widya Dharma.
Arikunto, Suharsini, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Azwar, Saefudin,1998. Metode Penelitian.Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Badan Pusat Statistik Kota Mataram, 2011. Kecamatan Selaparang Dalam Angka
2011.
Bungin, Burhan, 2001. Metodelogi Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif Dan Kualitatif.
Surabaya : University Press.
-------------------, 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Donder, I Ketut. 2001. Panca Datu Aton, Atma dan Animisme. Surabaya:Paramita.
Goda, I Gusti Gede. Pura. Lombok Barat di perbanyak oleh Bimas Hindu dan Budha Landak
Lobar.
Margono, S. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Nasir, Moh.1998. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Press.
Netra, Oka Anak Agung Gde, 1994. Tuntunan Dasar Agama Hindu. Jakarta : Hanoman Sakti.
Pem. Propinsi Bali. 2000. Himpunan Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap AspekAspek Agama Hindu I-XV. Proyek Peningkatan Sarana dan Prasarana Kehidupan
Beragama.
Pendit, S. 2002. Bhagavagita. Jakarta : CV. Felita Nursatama Lestari.
Riyanto, Yatim, 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Surabaya :
Unesa University Press.
Sudarsana,I B Putu, 2009. Manifestsi Sang Hyang Widhi. Denpasar: Yayasan Dharma Acharya.
Singarimbun, Masri dan S. Efendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES.
Zuriah, Nurul 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Lontar:
Ida Pandita Pramadaksa, Plutuk Upakara Yadnya. Denpasar.
Download