AKTIVITAS KEAGAMAAN MAHASISWA MUSLIM DI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA (Studi Mahasiswa yang Tergabung dalam Organisasi Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana Tahum 2012) Skripsi diajukan kepada STAIN Salatiga untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Marta Aji Wicaksono (11108095) JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013 i ii KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706,323433 Fax323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected] Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag. Dosen Stain Salatiga Persetujuan Pembimbing Lamp. : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudara : Marta Aji Wicaksono Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr.Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Marta Aji Wicaksono Nim : 111 08 095 Jurusan/Progdi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam Judul : AKTIVITAS KEAGAMAAN MAHASISWA MUSLIM DI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA (STUDI MAHASISWA YANG TERGABUNG DALAM ORGANISASI KELUARGA MAHASISWA ISLAM SATYA WACANA TAHUN 2012) Dengan ini kami memohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi maklum. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Salatiga, 22 Januari 2013 Pembimbing Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag NIP. 19720521 200501 1 003 iii KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706,323433 Fax323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected] SKRIPSI AKTIVITAS KEAGAMAAN MAHASISWA MUSLIM DI UNVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA (STUDI MAHASISWA YANG TERGABUNG DALAM ORGANISASI KELUARGA MAHASISWA ISLAM SATYA WACANA TAHUN 2012) DISUSUN OLEH MARTA AJI WICAKSONO NIM: 111 08 095 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agam Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 5 Maret dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : H. Agus Waluyo, M.Ag. __________________ Sekretaris Penguji : Dra. Siti Asdiqoh, M. Si. __________________ Penguji I : Prof. Dr. Budiharjo, M. Ag. __________________ Penguji II : Rovi’in, M. Ag. __________________ Penguji III : Muh. Hafidz, M. Ag. __________________ Salatiga, 5 Maret 2013 Ketua STAIN Salatiga Dr. Imam Sutomo, M. Ag. NIP. 19580827 198303 1 002 iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Marta Aji Wicaksono NIM : 11108095 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam sekripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 22 Januari 2013 Yang menyatakan, MARTA AJI WICAKSONO v PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan: a. Buat ibu saya tercinta ibu Setiti Handayani yang selalu menyayangi, mengasihi, memberikan semangat dan memberikan yang terbaik kepadaku sejak aku lahir sampai saat ini. b. Bapak Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag yang sudah membimbing dan mengarahkan sampai skripsi ini dapat tersusun dengan baik. c. Buat teman-teman PAI, khususnya PAI C Angkatan 2008 yang sudah berjuang dan belajar bersama-sama dari awal masuk kuliah sampai saat ini. d. Buat teman-teman di TATA SNACK, Eko, Barok, Atok, Fahmi, Mbak Yuh, Mami Ru yang selalu bisa membuatku tersenyum ketika sedang bosan. e. Buat teman-teman Remas Al-Ayyubi, Rifai, Agus, Pras, Mbak Tari, Pak Kamet, Sidik dan Dika yang selalu mendo’akanku, terima kasih atas do’a kalian. f. Buat seorang teman wanita yang selalu memberikanku semangat dan membantuku meski berjauhan, aku sangat berterima kasih sekali atas bantuan dan semangatnya. g. Buat teman-teman mahasiswa di UKSW, Fanita, Anggit, Fery, Laela, Pambudi dan Indri yang senantiyasa membantu ketika aku penelitian. vi MOTTO “Jalani hidup dengan ikhlas dan yakin jika kita pasti bisa” (Bapak Dr. Miftahudin, M. Ag) vii KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Alkhamdulillahi robbil’aalamiin, segala puji dan syukur peneliti haturkan kepada Allah swt yang telah memberikan taufiq serta hidayah-Nya yang tiada terhingga, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Aktivitas Keagamaan Mahasiswa Muslim di Universitas Kristen Satya Wacana (Studi Penelitian Mahasiswa yang Tergabung dalam Organisasi Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana Tahun 2012 ).” Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad saw, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikut yang setia. Yang mana beliolah sebagai rosul utusan Allah untuk membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang modern ini. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Penidikan Islam (S.Pd.I) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Aktivitas Keagamaan Mahasiswa Muslim di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (Studi Penelitian Mahasiswa yang Tergabung dalam Organisasi Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana Tahun 2012).” Penulisan skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Dra. Siti Asdiqoh, M. Si selaku Ketua Progdi PAI SAIN Salatiga. viii 3. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan, arahan, dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian skripsi ini dengan baik. 5. Karyawan-karyawati STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan dengan senyuman, keramahan dan memuaskan kepada peneliti. 6. Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi dan memberikan dukungan penuh kepada peneliti, baik dukungan moral, materiil dan spiritual. 7. Pengurus organisasi Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana (KMIS) terutama Sdr. Ketua yaitu Pambudi Dermawan yang telah memberikan ijin terhadap peneliti untuk melakukan penelitian. 8. Teman-teman mahasiswa muslim di Universitas Kristen Satya Wacana yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitan ini 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, semoga amal kebaikannya diterima di sisi Allah swt. ix Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil peneitian ini dapat berguna bagi peneliti khususnya serta para pembaca pada umumnya. Salatiga, 22 Januari 2013 MARTA AJI WICAKSONO 11108095 x ABSTRAK Wicaksono, Marta Aji. 2013. Aktivitas Keagamaan Mahasiswa Muslim di Unversitas Kristen Satya Wacana Salatiga (Studi Mahasiswa yang Tergabung dalam Organisasi Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana Tahun 2012). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag. Kata kunci: Aktivitas keagamaan Penelitian ini berupaya untuk memberikan informasi kepada segenap masyarakat bahwasanya penulis melakukan penelitian untuk menjawab beberapa pertanyaan yang ada di dalam fikiran mereka. Pertanyaan itu meliputi tentang bagaimana bentuk aktivitas keagamaan mahasiswa muslim di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), apa saja hambatan yang mahasiswa hadapi dan bagaimana solusi mereka tetap bisa meaksankan aktivitas keagamaan dengan baik. Diharapkan setelah diadakan penelitian ini, masyarakat lebih mengetahui dengan jelas atas dasar fakta-fakta yang diungkapkan oleh para mahasiswa di UKSW. Tidak hanya berkomentar yang tidak jelas tanpa dasar atas apa yang mahasiswa muslim kerjakan selama di kampus. Untuk itu penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana sebetulnya aktivitas keagamaan mahasiswa muslim yang menempuh kuliah di UKSW Salatiga. Kemudian untuk mengetahui apa saja hambatan yang mereka alami dalam melaksanakan aktivitas keagamaan selama di UKSW. Dan yang terakhir untuk mengetahui bagaimana solusi mahasiswa muslim di UKSW agar tetap dapat melaksanakan aktivitas keagamaan dengan baik. Penulis mengambil 5 informan untuk menjadi objek penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam melakukan penelitian menggunakan teknik purposive sampling dan snow ball sampling apabila ada informan yang lebih mengetahui tentang informasi yang penulis butuhkan atas dasar rekomendasi dari informan utama atau pertama. Penelitian dimulai bulan November 2012. Metode yang digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah dengan wawancara, pengamatan dan dokumentasi. Kemudian data ditranskrip menjadi data yang lengkap. Hasil penelitian menunjukan bahwasanya banyak sekali variasi atau bentuk aktivitas keagamaan yang dilakukan mahasiswa muslim di UKSW diantarannya adalah sholat, berdo’a, puasa wajib dan sunah, berqurban. Ini yang aktivitas keagamaan yang berhubungan dengan Allah swt (hablumminallah). Untuk yang berhubungan sesama manusia diantaranya adalah berdakwah, tolong menolong dalam kebaikan, silaturahim antar teman, dan toleransi. Kemudian dalam penelitian ini penulis menemukan beberapa hambatan ketika mahasiswa muslim melaksanakan aktivitas keagamaan. Hambatan itu adalah kebijakan kampus yang mempersulit perijinan akan adanya kegiatan agama Islam, jam kuliah yang bersamaan dengan waktu sholat, fasislitas ruang ibadah yang kurang layak dan bahkan di kmpus jl. Kartini belum ada, pengaruh lingkungan, lalu rasa malas dari diri sendiri. Akan tetapi penulis juga menemukan jika para mahasiwa xi memiliki solusi tersendiri untuk tetap dapat melaksanakan aktivitas keagamaan dengan baik yaitu dengan memperbanyak teman terutama teman sesama muslim, memperkuat atau meneguhkan iman, percaya diri dan yang terakhir menurut mereka adalah dengan pandai memanfaatkan waktu. xii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i LEMBAR LOGO STAIN............................................................................... ii NOTA PEMBIMBING................................................................................... iii HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN............................. iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................ v PERSEMBAHAN............................................................................................ vi MOTTO............................................................................................................ vii KATA PENGANTAR..................................................................................... viii ABSTRAK........................................................................................................ xi DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1 B. Rumusan Masalah............................................................... 5 C. Signifikansi Penelitian......................................................... 5 1. Tujuan Penelitian........................................................... 5 2. Manfaat Penelitian......................................................... 6 D. Penegasan Istilah................................................................. 7 E. Riset Terdahulu................................................................... 8 xiii F. Metode Penelitian................................................................ 10 1. Jenis Penelitian.............................................................. 10 2. Pendekatan Penelitian.................................................... 10 3. Subjek Penelitian........................................................... 10 BAB II 4. Metode Pengumpulan Data........................................... 11 5. Metode Analisis Data.................................................... 14 6. Kehadiran Peneliti......................................................... 15 7. Lokasi Penelitian.......................................................... 15 8. Pengecekan Keabsahan Temuan.................................. 16 H. Sistematika Penulisan........................................................... 16 KAJIAN PUSTAKA............................................................... 18 A. Pengertian Aktivitas Keagamaan......................................... 18 B. Motivasi Aktivitas Keagamaan............................................ 21 C. Bentuk Aktivitas Keagamaan............................................... 30 1. Aktivitas Keagamaan yang Berhubungan dengan Allah... 31 2. Aktivitas Keagamaan yang berhubungan dengan Sesama Manusia............................................................................ xiv 32 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN............ 33 A. Gambaran Umum Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana (KMIS)................................................................... 33 1. Sejarah Berdirinya KMIS................................................. 33 2. Visi dan Misi KMIS.......................................................... 35 ` 3. Struktur Organisasi KMIS................................................ 36 4. Tugas Pengurus................................................................. 37 B. Profil Informan................................................................... 39 C. Temuan Penelitian................................................................ 43 1. Bentuk Aktivitas Keagamaan Mahasiswa Muslim di Universitas Kristen Satya Wacana............................... 43 2. Motivasi Mahasiswa Muslim Melakukan Aktivitas BAB IV Keagamaan....................................................................... 55 PEMBAHASAN...................................................................... 60 A. Kendala-kendala yang Dihadapi Mahasiswa Muslim dalam Melaksanakan Aktivitas Keagamaan di Universitas Kristen Satya Wacana....................................................................... 60 1. Kendala Eksternal............................................................. 60 xv 2. Kendala Internal................................................................ 66 B. Solusi Mahasiswa Muslim di Universitas Kristen Satya Wacana agar Tetap Dapat Melaksanakan Aktivitas Keagamaan dengan Baik....................................................... 67 1. Memperbanyak Teman..................................................... 68 2. Memegang Teguh Iman.................................................... 70 3. Percaya Diri...................................................................... 71 4. Pandai Memanfaatkan Waktu........................................... 72 BAB V PENUTUP................................................................................ 74 A. Kesimpulan........................................................................... 74 B. Saran..................................................................................... 75s DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran Riwayat Hidup Penulis xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama merupakan sepatah kata yang tidak asing di telinga kita. Aturan atau tatacara hidup manusia dalam kehidupan yang berhubungan dengan Tuhan dan sesamanya adalah definisi secara sederhana. Akan tetapi definisi yang sempurna dan lengkap serta dapat diterima oleh semua kalangan belumlah dapat dirumuskan. W.H. Clark dalam buku karangan Zakiah Daradjat (1996: 3) menyatakan bahwa beliau dengan tegas mengakui jika tidak ada yang lebih sukar daripada mencari kata-kata yang dapat digunakan untuk membuat definisi tentang agama. Oleh karena itu para tokoh keagamaan diberi kebebasan dalam mendefinisikan agama karena Clark juga mengatakan bahwa agama ialah sebuah pengalaman yang subjektif, intern dan individuil sehingga beda orang beda pengalaman keagamanya. Untuk mendapatkan sebuah pengalaman setiap individu haruslah melakukan aktivitas yang berhubungan dengan hal tersebut. Misalnya yang terjadi pada seseorang yang sangat berpengalaman dalam bidang masak- memasak, dia mendapatkan pengalaman itu pasti dari seringnya ia mencoba berkarya atau praktik-praktik memasak yang tentunya ini merupakan aktiviktas memasak. Begitu halnya dengan pengalaman keagamaan, pengalaman keagamaan akan diperoleh ketika kita telah melakukan aktivitas keagamaan. 1 Sesungguhnya efek dari kita mendapatkan pengalaman agama setelah melakukan aktivitas keagamaan ialah dapat menentramkan jiwa, menenangkan hati dan mengendalikan moral (Daradjat, 1995: 62). Atau dengan kata lain dapat peneliti simpulkan bahwa aktivitas keagamaan itu berbanding lurus dengan ketenangan hati dan ketentramkan jiwa. Jika seseorang dalam melaksanakan aktivitas keaagamaan itu dapat berjalan dengan baik, benar dan lancar maka ketentraman jiwa dan ketenangan hati pun tak hayal akan segera terealisasi. Karena pada hakikatnya ketenangan dan ketentraman jiwa atau hati ialah suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap manusia (Faridi, 2002: 21). Kaitanya dengan aktivitas keagamaan, di sini peneliti mencoba merumuskan menjadi dua yaitu aktivitas keagamaan yang berhubungan dengan Tuhan secara langsung dan aktivitas keagamaan yang berhubungan dengan sesama manusia. Jika dalam Islam yaitu hablumminalloh dan hablumminannas atau dengan kata lain dapat juga diklasifikasikan ke dalam aktivitas keagamaan yang bersifat ritual dan aktivitas keagmaan yang bersifat sosial. Contoh dari aktivitas keagamaan yang berhubungan dengan Tuhan (Allah SWT) atau hablumminallah atau aktivitas keagamaan bersifat ritual tentu banyak sekali, akan tetapi kali ini peneliti hanya mengambil tiga contoh aktivitas keagamaan saja yaitu Sholat yang meliputi sholat wajib 5 waktu (anNisa’: 103) dan sholat jum’at (Al-Jum’ah: 9), kemudian Puasa yang meliputi puasa wajib yang salah satunya puasa romadhon (Al-Baqoroh: 183) dan puasa sunnah, lalu yang terakhir adalah do’a (Al-Mu’min: 60). Sedang contoh aktivitas keagamaan yang berhubungan dengan sesama manusia atau 2 hablumminannas atau aktivitas keagamaan yang bersifat sosial ialah tolong menolong dalam hal kebaikan (al-Maidah: 2), menjaga tali silaturahmi (anNisa’: 1) antar sesama dengan mengadakan berbagai kegiatan keagamaan seperti perayaan hari besar keagamaan, kemudian dengan mengucap salam apabila bertemu sahabat ataupun teman, menjenguk saudara atau teman yang sedang sakit (H.R Imam Bukhori dari abu musa Al-Asy’ari), membantu mereka yang sedang kesusahan dengan harta atau tenaga kita dan masih banyak lagi yang lainya. Apabila aktivitas-aktivitas keagamaan di atas dijalankann dengan baik dan benar maka jiwa kita akan menjadi tentram dan hati akan menjadi tenang seperti yang dikatakan Zakiah Daradjat di atas. Tentu hal-hal demikian berlaku untuk semua lapisan masyarakat, mulai petani, pegawai, pengusaha, pebisnis dan mahasiswa. Pada kesempatan kali ini peneliti fokus pada kalangan mahasiswa yang konon sebagai agent of change atau agen perubahan untuk menjadi lebih baik. Aktivitas keagamaan pada kalangan mahasiswa tentu tidaklah berbeda dengan apa yang disampaikan di atas terutama mahasiswa di perguruan tinggi dengan basic agama yang umum dan perguruan tinggi dengan basic agama Islam. Akan tetapi ketika peneliti melihat beberapa teman mahasiswa muslim yang menempuh kuliahnya di perguruan tinggi dengan basic Kristen seperti Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga seketika di benak peneliti muncul pertanyaan, Bagaimana Aktivitas Keagamaan mahasiswa di sana? Karena pada umumnya setiap perguruan tinggi memiliki visi dan untuk mewujudkan visi tersebut tentu mereka memiliki misi-misi tertentu. Di antara visi dari 3 Universitas Kristen Satya Wacana adalah ”Menjadi Universitas Scientiarum, untuk pembentukan persekutuan pengetahuan tingkat tinggi, yang terikat kepada pengajaran kebenaran (alethea) berdasarkan pada realisme Alkitabiah”. Salah satu misi untuk mewujudkan visi tersebut adalah “Melaksanakan Perguruan Tinggi Kristen Indonesia, yang berarti bahwa hidup dan kegiatan-kegiatannya pada satu pihak mempunyai motivasi dan merupakan bentuk perwujudan Iman Kristen dan pada pihak lain menjawab secara tepat dan bertanggung jawab situasi sosiokultural dan kebutuhan bangsa serta negara Republik Indonesia” (http//:www.uksw.edu.com). Dari sepenggal visi dan misi itu peneliti dapat menarik kesimpulan sementara bahwa dasar pendidikan yang diterapkan di Universitas Kristen Satya Wacana ialah mengacu pada Alkitab dan motivasi serta perwujudan iman mereka berdasar atas Iman Kristen. Di sini terjadi kontradiksi antara mahasiswa muslim yang pada hakikatnya berkeinginan untuk bisa menentramkan jiwa dan hati dengan aktivitas-aktivitas keagamaan Islam di kampus dilain sisi dari pihak kampus memiliki visi dan misi yang kuat untuk mewujudkan Universitas Kristen dengan landasan Alkitab. Berawal dari latar belakang itulah peneliti berkeinginan untuk melihat lebih mendalam tentang aktivitas keagamaan Mahasiswa Islam di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. B. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 4 1. Bagaimana bentuk atau variasi aktivitas keagamaan mahasiswa muslim di Universitas Kristen Satya Wacana? 2. Kendala-kendala apa yang dihadapi mahasiswa muslim dalam melaksanakan aktivitas keagamaan di Universitas Kristen Satya Wacana? 3. Bagaimana cara atau solusi mahasiswa muslim di Universitas Kristen Satya Wacana agar tetap dapat melaksanakan aktivitas keagamaan dengan baik? C. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Setiap penelitian tentu memiliki tujuan dan kegunaan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk atau variasi aktivitas keagamaan mahasiswa muslim di Universitas Kristen Satya Wacana, untuk mengetahui kendala yang dihadapi mahasiswa muslim dalam melaksankan aktivitas keagamaan, dan terakhir adalah untuk mengetahui cara atau solusi agar mahasiswa muslim tetap dapat melaksanakan aktivitas keagamaan dengan baik di Universitas Kristen Satya Wacana. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun manfaat secara praktis. a. Manfaat Teoritis Secara teori, penelitian ini diharapkan dapat menjadi stimulus bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi agama khususnya tentang aktivitas keagamaan serta yang tidak kalah penting 5 yaitu menambah perbendaharaan keilmuan bagi siapapun yang membacanya. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa tambahan ilmu pengetahuan tentang aktivitas keagamaan mahasiswa yang nantinya dapat dijadikan sebagai referensi bagi peserta didik untuk dapat melaksanakan aktivitas keagamaanya dengan baik dan benar. Kemudian diharapkan dapat memberikan solusi atau jalan keluar bagi mahasiswa yang merasa kesulitan dalam melaksanakan aktivitas keagamaan di kampus. Yang terakhir diharapkan menjadi perhatian pihak kampus untuk bisa menyempurnakan sistem yang ada sehingga khususnya mahasiswa muslim yang menempuh kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana dapat lebih nyaman dalam melaksanakan aktivitas keagamaan dan nantinya tidak menutup kemungkinan di masa depan akan lebih banyak lagi kaum muslimin yang menempuh kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana. D. Penegasan Istilah Pada poin ini peneliti mencoba menguraikan makna di balik judul prosposal yang diajukan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 23) bahwa aktivitas adalah kegiatan atau dapat juga disebut perilaku atau juga perbuatan, sedangkan kegiatan berasal dari kata giat, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 362) giats memilki makna rajin, bergairah, bersemangat dan merupakan perbuatan usaha. Akan tetapi disini peneliti 6 mengartikan aktivitas ialah pebuatan, yaitu perbuatan yang dilaksanakan setiap hari dan merupakan suatu kegiatan. Keagamaan berarti segala sesuatu mengenai agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 12) atau yang berkaitan dengan agama . Pada penelitian ini keagamaan peneliti fokuskan pada ibadah yang behubungan langsung dengan Allah dan ibadah yang hubunganya dengan sesama manusia. Sedang mahasiswa muslim peneliti artikan sebagai setiap orang baik laki-laki maupun perempuan yang beragama Islam dan sedang menempuh proses pembelajaran di perguruan tinggi. Jadi secara keseluruhan yang dimaksud dalam judul skripsi peneliti “ Aktivitas Keagamaan Mahasiswa Muslim Di Universitas Kristen Satya Wacana (Studi Mahasiswa Yang Tergabung Dalam Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana Tahun 2012) adalah segala hal berupa kegiatan ataupun perbuatan dalam bidang ibadah baik ibadah langsung kepada Allah maupun ibadah kepada sesama manusia yang dilakukan oleh mahasiswa muslim di Universitas Kristen Satya Wacana dengan objek penelitian yaitu mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana Tahun 2012. E. Riset Terdahulu Penelitian tentang aktivitas keagamaan sudah pernah diteliti oleh para peneliti sebelumnya, akan tetapi objek penelitianya berbeda-berbeda. Penelitian yang dilakukan Rifai Kurnia Rahman dengan judul Pengaruh Aktivitas Keagamaan terhadap Akhlak Masyarakat Desa Cengklik Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2011. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui 7 bagaimana aktivitas keagamaan masyarakat Desa Cengklik Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana akhlak masyarakat Desa Cengklik serta mengetahui apakah ada pengaruh antara aktivitas keagamaan dan akhlak masyarakat. Penelitian Agus Saini berjudul Pengaruh Aktivitas Keagamaan Orang Tua terhadap Ahlakul Karimah Pada Anak Di Dusun Pangkatan, Desa Kragilan, Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2003. Agus meneliti tentang bagaimana variasi aktivitas keagamaan orang tua di Dusun Pangkatan, Desa Kragilan, Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Lalu mengetahui tingkat Akhlakul Karimah anak di Dusun Pangkatan, Desa Kragilan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang,dan bagaimana pengaruh aktivitas keagamaan orang tua terhadap tingkat aklakul karimah anak tersebut. Berbeda dengan penelitian Agus Saidi, Sri Tentrem meneliti Pengaruh Aktivitas Keagamaan Guru terhadap Perkembangan Moral Siswa SLTP Muhammadiyah Wonosegoro Boyolali Tahun 2004/2005. Sri Tentrem memfokuskan penelitianya untuk mengetahui bagaimana variasi aktivitas keagamaan guru di SLTP Muhammadiyah Wonosegoro. Kemudian Sri juga memfokuskan penelitiannya untuk mengetahui tentang bagaimana variasi perkembangan moral siswa di SLTP tersebut, dan sejauh mana keduanya saling berhubungan (Aktivitas keagamaan guru dengan perkembangan moral siswa). Lain halnya dengan Emma Rusdiana dengan judul penelitian Pengaruh Aktivitas Keagamaan terhadap Sikap Optimis Ibu Hamil (Studi Terhadap Ibu Hamil Di Desa Glesungrejo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2004). Penelitian ini fokus tentang bagaimana aktivitas keagamaan ibu hamil di 8 Desa Glesungrejo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri dan bagaimana sikap keoptimisannya pada saat hamil,dan pengaruh aktivitas keagamaan terhadap sikap optimis ibu hamil tersebut. Dari uraian fokus penelitian judul-judul di atas jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan penulis sesungguhnya terdapat kesamaan. Kesamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang aktivitas keagamaan, akan tetapi objek penelitiannya berbeda. Jika penelitian yang dilakukan penulis tentang aktivitas keagamaan mahasiswa, penelitian di atas tentang aktivitas keagamaan orang tua, guru, ibu hamil serta masyarakat. Metode-metode dalam pengumpulan datanyapun secara keseluruhan sama yaitu menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Fokus penelitian ini adalah mahasiswa muslim yang tergabung dalam organisasi ekstra kampus yaitu Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana. Oleh karena itu model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian kualitatif diskriptif. Dimana tujuan dari penelitian ini agar subjek penelitian (informan) mendeskripsikan fakta-fakta atau kejadian yang mereka alami sendiri ataupun kelompok (Suryabrata, 2009: 18). Dalam penelitian ini selama informan melakukan aktivitas keagamaan di kampus. 2. Pendekatan Penelitian 9 Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologis. Menurut Suprayogo (2001: 19) pendekatan psikologis yaitu pendekatan untuk mencari pengetahuan tentang aspek batin dari kesadaran beragama, perasaan individu dan atau kelompok. 3. Subjek Penelitian Pada penelitian ini tempat yang peneliti pilih adalah salah satu organisasi ekstra kampus yang ada di Univesitas Kristen Satya Wacana yaitu KMIS (Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana) dengan jumlah anggota 15 mahasiswa termasuk pengurus. Sedangkan subjek dalam peneltian ini adalah mahasiswa Islam baik putra maupun putri. Dan penelitian ini meneliti tentang aktivitas keagamaan mahasiswa Islam yang ada di Univesitas Kristen Satya wacana. Pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil key sampel saja sebagai langkah awal dalam melakukan penelitian, yaitu beberapa mahasiswa (mencakup pengurus dan anggota KMIS). Kemudian peneliti mengambil sampel beberapa mahasiswa baik yang beragama Islam maupun selain Islam di luar organisasi itu untuk memberikan pandanganya terhadap aktivitas keagamaan mahasiswa muslim. Pada penelitian ini, teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling atau teknik sampel bertujuan dan dimungkinkan peneliti juga menggunakan teknik snowball sampling (teknik bola salju). Hal ini dikarenakan apabila dalam proses pengumpulan data ada informan yang ternyata lebih menguasai dan memahami permasalahan atas dasar rekomendasi dari informan sebelumnya (Sugiyono, 2011: 219). 4. Metode Pengumpulan Data 10 Pada penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah : a. Metode Wawancara Wawancara ialah cara yang digunakan seseorang untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang informan (lawan bicara) dalam suatu proyek atau tugas (Koentjaraningrat, 1994: 129). Metode wawancara digunakan untuk mengungkap secara mendalam tentang bagaimana mahasiswa muslim melaksanakan aktivitas keagamaan, mengetahui kendala yang dihadapai dalam melaksanakan aktivitas keagamaan, dan mengetahui cara atau solusi agar mereka (mahaasiswa muslim yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana) tetap bisa melaksanakan aktivitas keagamaan dengan baik. Dalam penelitian ini, pengurus Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana merupakan pihak yang pertama kali peneliti wawancarai. Tujuanya agar peneliti dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam mengenai sejarah berdirinya Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana, visi dan misi, kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan, serta hal-hal yang berkaitan dalam rumusan masalah. Kemudian anggota Keluarga Mahasiswa Islam Satyawacana merupakan pihak kedua dalam proses pengumpulan data dengan metode wawancara ini. Tujuanya untuk mengetahuai lebih mendalam mengenai kondisi psikologi mereka sebelum dan sesudah mengikuti kegiatankegiatan keagamaan Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana serta mengetahui bagaimana mereka melaksanakan aktivitas keagamaan di luar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana. Kemudian beberapa mahasiswa baik 11 yang beragama Islam maupun selain Islam di luar organisasi itu untuk memberikan pandanganya terhadap aktivitas keagamaan mahasiswa muslim. b. Metode Pengamatan Teknik pengamatan biasa digunakan untuk mengamati kegiatankegiatan yang dilakukan oleh objek yang diteliti. Dan pada kesempatan kali ini peneliti mengunakanya untuk mengamati kegiatan keagamaan yang dilakukan mahasiswa muslim dalam Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana selama di kampus. Metode ini diharapkan bisa menjadi alat untuk membuktikan apakah data-data yang disampaikan melalui wawancara sama dengan apa yang ditemukan di lapangan. Hal ini dimaksudkan agar data yang diporeleh adalah data yang akurat dan tingkat kepercayaanya dapat dipertanggung jawabkan. Dalam proses pengamatan kali ini, peneliti hanya bertindak sebagai pengamat saja tanpa harus ikut serta dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh informan atau dengan kata lain metode pengamatan ini merupakan metode pengamatan non partisipatif (Sukmadinata, 2010: 220). c. Metode Dokumentasi Teknik dokumentasi. pengumpulan data yang terakhir adalah teknik Dokumentasi dalam penelitian ini berfungsi sebagai penguat akan data-data yang diperoleh di lapangan. Dokumen bisa berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseoraang (Sugiyono, 2011: 240). Dengan adanya dokumentasi dapat terlihat bukti 12 riil berupa gambar ataupun foto pada waktu-waktu strategis ketika peneliti sedang mengikuti kegiatan mahasiswa KMIS berlangsung ataupun ketika peneliti sedang melakukan wawancara dengan para informan. Selain itu tentu dari pihak Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana juga memiliki dokumen-dokumen administratif seperti sejarah berdirinya, kegiata-kegiatan yang pernah dilaksanakan, dan biodatabiodata anggota serta yang terakhir struktur organisasinya. Hal ini dapat digunakan sebagai lampiran untuk data tambahan dalam penelitian ini. 5. Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif model alir Milles dan Huberman. Analisis data ini menggambarkan bahwa aktivitas analisis data dilakukan secara terus menerus dari awal pengambilan data sampai data dirasa sudah jenuh atau tidak ada data baru yang ditemukan seperti jalanya air yang mengalir dari hulu ke hilir (Sugiyono, 2011: 246). Analisis data ini meliputi pengumpulan data kemudian reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada peyederhanaan data kasar (data asli) yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data dalam penelitian ini yaitu data yang dihasilkan dari pengamatan dan wawancara yang merupakan data yang masih mentah dan masih bersifat acak-acakan serta kompleks, oleh peneliti dilakukan penyusunan data yang relevan dan bermakna untuk disajikan dengan cara memilih data yang mengarah pada pemecahan masalah dan memilih data yang mampu menjawab permasalahan penelitian, selanjutnya disederhanakan. 13 Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap sekumpulan informasi yang diperoleh dan memberikan kemungkinan bagi penarikan kesimpulan. Peneliti menyajikan data yang telah direduksi ke dalam laporan secara sistematik. Data disajikan dalam bentuk diskripsi mengenai aktivitas keagamaan mahasiswa. Kesimpulan diambil setelah data difahami dengan seksama berdsarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan untuk membentuk sebuah teori. Apabila ternyata kesimpulan akhir berbeda dengan teori di awal penelitian maka teori yang terdahulu tereliminasi dan digantikan teori yang ada sekarang. 6. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Kehadiran peneliti merupakan syarat utama untuk mengadakan sebuah penelitian. Di sini, peneliti berperan sebagai pengamat dalam penelitian. Instrumen selain manusia memang penting keberadaannya, akan tetapi hanya sebagai pendukung tugas peneliti. Kehadiran peneliti ini juga diketahui statusnya oleh subjek atau informan yang ikut berperan dalam kelancaran jalannya penelitian. 7. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dilakukan adalah di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Sasaran penelitian adalah mahasiswa muslim baik putra maupun putri yang tergabung dalam organisasi ekstra kampus KMIS (Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana). UKSW terlatak persis di gerbang masuk kota Salatiga dari arah Semarang. Letaknya yang strategis 14 memudahkan akses para mahasiswa untuk sampai tempat kuliah dengan cepat. 8. Pengecekan Keabsahan Temuan Pengecekan keabsahan temuan ini dilakukan dengan cara triangulasi. Triangulasi merupakan cara pengecekan kredibilitas atau keakuratan data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai suber data (Sugiyono, 2011: 241). Hal ini bertujuan untuk membandingkan informasi tentang hal yang sama dan diperoleh dari berbagai pihak agar terhindar dari subjektivitas. H. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam penulisan dan dapat dimengerti oleh semua kalangan maka laporan penelitian ini ( Skripsi ) dibagi dalam beberapa bab, yaitu : Bab I : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah, manfaat penelitian, riset terdahulu, metode penelitian, sitematika penulisan. Bab II : Kajian pustaka, berisi pengertian aktivitas keagamaan, motivasi aktivitas kagamaan, bentuk aktivitas keagamaan. Bab III : Paparan data dan temuan penelitian, diskripsi Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana dan para informan, serta hasil wawancara. Bab IV : Pembahasan, berisi tentang kendala yang dihadapi mahasiswa muslim serta berisi tentang solusi mahasiswa agar tetap dapat melaksanakan aktivitas keagamaan dengan baik. Bab V : Penutup yang meliputi kesimpulan, dan saran-saran. 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Aktivitas Keagamaan Secara etimologi atau bahasa kata “aktivitas”berarti kegiatan, sedangkan kegiatan berasal dari kata giat, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 362) memilki makna rajin, bergairah, bersemangat dan merupakan perbuatan usaha. Rajin di sini diartikan sebagai perilaku yang dilakukan secara konsisten, terus menerus, tertata dan tertib. Konsisten berarti tidak berubah-ubah, terus menerus berarti tidak diam, tertata berarti rapi dan menimbulkan kesan keindahan apabila dipandang, serta yang terakhir adalah tertib atau berurutan. Kemudian selain rajin makna giat yang kedua ialah bergairah. Bergairah berarti sehat dan kuat, karena kata ini identik dengan keadaaan jasmani manusia. Kesehatan merupakan salah satu diantara nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah Swt. Dengan kesehatan tubuh akan menjadi kuat dan memberikan kegairahan dalam beraktivitas. Makna kata giat yang ketiga ialah semangat. Semangat atau spirit merupakan salah satu elemen penting yang dibutuhkan dalam melakukan suatu kegiatan (aktivitas). Dengan adanya spirit, aktivitas yang dilakukan akan terasa ringan dan akan membuahkan hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan karena di dalam spirit terkandung power atau kekuatan yang 16 berupa tenaga, fikiran dan keterampilan serta bertugas sebagai motor penggerak dalam tercapainya hasil kerja yang maksimal. Usaha adalah makna kata giat yang ketiga. Usaha merupakan salah satu faktor utama tercapainya keberhasilan. Dengan usaha, cita dan harapan setiap manusia senantiasa akan terlaksana, apalagi jika hal ini diiringi dengan doa yang dipanjatkan kepada Allah Swt. Maka tidak salah jika usaha merupakan salah satu komponen dalam setiap aktivitas kehidupan termasuk aktivitas keagamaan. Selanjutnya adalah arti kata “keagamaan”. Secara etimologi, “keagamaan” berasal dari kata agama yang memiliki arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 12) adalah sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan. Lalu dari kata agama tersebut mendapat imbuhan ke- -an yang menjadikan kata ini berbunyi keagamaan dan memiliki arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 12) segala sesuatu mengenai agama atau dapat dikatakan segala sesuatu yang berhubungan dengan agama seperti ibadah dan mu’amalah. Menurut istilah agama merupakan sepatah kata yang tidak asing ditelinga kita. Aturan atau tatacara hidup manusia dalam kehidupan yang berhubungan dengan Tuhan dan sesamanya adalah definisi secara sederhana. Akan tetapi definisi yang sempurna dan lengkap serta dapat diterima oleh semua kalangan belumlah dapat dirumuskan. Clark dalam buku karangan Zakiah Daradjat (1996: 3) menyatakan bahwa dengan tegas 17 mengakui jika tidak ada yang lebih sukar daripada mencari kata-kata yang dapat digunakan untuk membuat definisi tentang agama. Oleh karena itu para tokoh keagamaan diberi kebebasan dalam mendefinisikan agama, karena Clark juga mengatakan bahwa agama ialah sebuah pengalaman yang subjektif, intern dan individuil sehingga beda orang beda pengalaman keagamaanya Lain halnya dengan Sigmund Frued di dalam buku Baharuddin (2005: 116) yang menyatakan bahwa agama berasal dari ketidakberdayaan manusia melawan ketentuan-ketentuan alami luar dan kekuatan naluri yang terdapat dalam dirinya sendiri. Agama pada tahap perkembangan awal manusia, timbul tatkala manusia belum mampu menggunakan rasionya untuk menjelaskan kekuatan-kekuatan alam, sehingga mereka harus mempersepsikan dan mengelolanya dengan bantuan kekuatan emosional. Frued juga mengungkapkan bahwasanya agama dalam ciri-ciri psikologis adalah sebuah ilusi, yaitu kepercayaan yang dasar utamanya adalah angan-angan. Manusia lari kepada agama akibat mereka tidak berdaya menghadapi permasalahan hidup dan bencana. Sedikit berbeda dengan Frued, Samudi Abdullah (1981: 12) mengungkapkan bahwasanya agama ialah tata aturan yang datangnya dari Tuhan. Beberapa definisi itu mengandung persamaan-persamaan. Adapun persamaan-persamaanya ialah adanya unsur sebagai berikut: 18 1. Percaya terhadap Yang Maha Tinggi yang disebut (diangap sebagai) Tuhan. 2. Adanya kebaktian seseorang terhadap Tuhan. 3. Adanya aturan-aturan yang berasal dari Tuhan. 4. Menjalankan agama agar memperoleh perlindungan dari Tuhan. .Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwasanya aktivitas keagamaan adalah segala kegiatan atau perilaku yang berhubungan dengan agama dan dilakukan secara sadar oleh manusia dalam bentuk ibadah dan mu’amalah. B. Motivasi Aktivitas Keagamaan Secara bahasa kata “motivasi” berasal dari Bahasa Inggris motivation yang kata kerjanya ialah motivate yang berarti “sebagai karakter dalam cerita atau permainan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 756) istilah motivasi berarti dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Dalam istilah psikologi, motivasi adalah istilah umum yang merujuk pada perputaran pemenuhan kebutuhan dan tujuan tingkah laku (Baharudin, 2005: 238). Dengan kata lain motivasi merupakan dorongan yang meneyebabkan seseorang melakukan suatu tingkah laku. Dorongan itu dapat muncul dari tujuan dan kebutuhan. Berdasarkan munculnya, maka ada motivasi yang muncul dari dalam diri yang disebut dengan motivasi intrinsik yang bersifat batin, dan ada pula yang berasal dari luar seseorang, yang disebut dengan motivasi 19 ekstrinsik. Motivasi yang berasal dari luar diri ini dapat saja bersifat batin atau bersifat materi. Motivasi yang bersifat batin, contohya: dorongan untuk memperoleh rasa penghormatan, pujian, kepuasan, kenikmatan, dan lain-lain. Sedangkan motivasi yang bersifat fisik atau materi, contohnya: untuk mendapatkan hadiah berupa materi, untuk mendapatkan uang dan lain sebagainya. Yang jelas motivasi itu merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan. Berdasaran uraian di atas, dapat dikatakan bahwa munculnya dorongan untuk berperilaku itu disebabkan oleh banyak hal. Berdasarkan sifat yang intrinsik, motivasi muncul sebagai akibat adanya 3 hal pokok, yaitu: kebutuhan, pengetahuan, dan aspirasi cita-cita. Sementara itu, motivasi ekstrinsik muncul sebagai akibat adanya tiga pokok juga, yaitu: ganjaran, hukuman, persaingan, atau kompetisi. Ini semua memberikan dorongan dalam jiwa seseorang untuk melakukan perbuatan.Sejalan dengan itu, maka motivsi itu berguna dan bermanfaat bagi manusia sebagai penggerak tingkah laku, pengarah tingkah laku, penjaga dan penopang tingkah laku. Kecuali itu, yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa motivasi itu juga mempunyai peranan dan fungsi bagi manusia, yaitu: menolong manusia untuk berbuat dan bertingkah laku, menentukan arah perbuatan manusia dan menyeleleksi perbuatan manusia. Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa motivasi adalah dorongan yang sangat menentukan tujuan, tingkah laku dan perbuatan manusia termasuk dalam hal ini adalah motivasi melakukan aktivitas keagamaan atau dalam psikologi disebut motivasi perilaku beragama. 20 Persoalan perilaku beragama (aktivitas keagamaan) banyak dibahas oleh Sigmund Frued di dalam buku Baharuddin (2005). Frued memandang bahwasanya motivasi perilaku beragama (aktivitas keagamaan) yang dilakukan oleh manusia semata-mata didorong oleh keinginan menghindari keadaan bahaya yang mengancam dirinya dan memberi rasa aman bagi dirinya sendiri. Hal ini diungkapkan Frued ketika mengetahui bahwa manusia lari kepada agama saat mereka dalam keadaan tidak berdaya, sedang menghadapi masalah dan ditimpa bencana.Kaitanya dengan hal itu, manusia menciptakan suatu konsep yang dapat melindungi dirinya dari segala bahaya. Konsep itu tersimpul pada kata “Tuhan”. Tuhan dipandang sebagai sesuatu yang dapat memberikan perlindungan, demikian juga sebaliknya dapat memberikan siksaan.Agar Tuhan senantiasa memberikan perlindungan maka harus dicari keinginan dan kehendak Tuhan dengan jalan melakukan aktivitas keagamaan (ibadah). Selain itu, juga diusahakan untuk menjauhi segala yang dilarang-Nya, sehingga Tuhan senantiasa senang dan akan memberikan kenyamanan dan perlindungan bagi manusia. Lain halnya dengan Sigmund Frued, Nico Syukur Dister (1988: 74) mengungkapkan bahwa ada empat motivasi manusia melakukan aktivitas keagamaan (perilaku beragama), yaitu: 1. Untuk mengatasi frustasi Psikologi menganalisa bahwa keadaan frustasi dapat menimbulkan seseorang melakukan aktivitas keagamaan. Orang yang 21 mengalami frustasi, tidak jarang mulai berkelakuan religius. Dengan jalan itu ia berusaha mengatasi frustasinya. Dalam pembahasan kali ini ada empat penyebab frustasi pada manusia, yaitu: a. Frustasi Karena Alam Yang dimaksud “alam” di sini ialah dunia yang dibutuhkan jasmani manusia untuk hidup. Dunia jasmani, haruslah menyediakan udara, makanan, minuman dan pakaian demi memenuhi kebutuhan agar kelangsungan hidup manusia terjamin. Bila timbul kesukaran dalam mendapatkan kebutuhan jasmani tersebut, maka manusia akan mengalami frustasi. Dalam hal ini frustasi memang tidak terelakan lagi. Sebab, pada akhirnya manusia akan selalu dikalahkan oleh alam. Meskipun saat ini manusia telah mengembangkan teknologi untuk menguasai alam. b. Frustasi Sosial Frustasi sosial dalam hal ini ialah adanya konflik antara individu dengan masyarakat yang mengakibatkan manusia merasa tidak bahagia, merasa kurang nyaman dan merasa kurang aman bagi dirinya maupun keluarganya. Di dalam suatu komunitas masyarakat, tentu tidaklah heran jika terjadi perbedaan dan gesekan. Mulai dari perbedaan pendapat tentang tatanan kehidupan bermasyarakat, sampai perbedaan sekte antara si kaya dengan si miskin, si ganteng atau cantik dengan si jelek. Hal-hal sepele demikianlah yang sering menjadikan individu mengalami frustasi sosial. 22 Di dalam agama Islam, tentu sudah menjadi fondasi kokoh yang harus ditanamkan sejak dini bahwa perbedaan itu merupakan rahmat dari Allah Swt yang diberikan kepada manusia. Akan tetapi perlu disadari bahwa setiap individu memiliki tingkat kecerdasan emosional sendiri-sendiri dalam menghadapi perbedaan. Oleh karena itu sampai kapanpun frustasi sosial akan tetap menjadi salah satu bagian dari kehidupan masyarakat yang tidak bisa dihilangkan. c. Frustasi Moral Frustasi moral dalam hal ini diartikan sebagai rasa bersalah. Menurut Frued di dalam buku Dister (1988: 92), banyak praktek religius yang berfungsi sebagai obat untuk menyembuhkan orang dari rasa bersalah atau dengan kata lain orang mempergunakan agama untuk mengatasi kesukaran psikologis dan moral. Agama memang dapat membawa pemecahan bagi kesulitan yang mereka alami. Sebab dengan mengakui kesalahanya kemudian bertobat dihadapan sang Maha Kuasa, maka psikologi manusia akan merasa lega dan merasa dibebaskan dari beban. Dengan demikian jelas kiranya bahwa frustasi moral merupakan salah satu motivasi psikolgi untuk melakukan aktivitas religius. d. Frustasi Karena Maut Kematian merupakan kejadian yang tidak akan terelakan oleh setiap individu. Kapan terjadinya semua orang tidak ada yang mengetahui. Tua ataupun muda semuanya memiliki peluang akan kematian. Kejadian ini menyebabkan psikologi setiap individu 23 merasa frustasi. Kegelisahan kapan maut akan menjemput selalu membayangi perasaan di dalam diri. Untuk dapat mengatasi rasa frustasi itu, individu akan bertindak semakin religius dengan melakukan aktivitas-akivitas keagamaan. Dengan melakukan aktivitas ini diharapkan akan datang tokoh yang Maha Kuasa dan dapat menyelamatkan dirinya dari maut. Tokoh Maha Kuasa ini dianggapnya sebagai Tuhan. 2. Sarana Untuk Menjaga Kesusilaan dan Tata Masyarakat Motivasi dalam melakukan aktivitas keagamaan (perilaku beragama) bukan hanya untuk mengatasi frustasi, akan tetapi motivasi moral dan sosial seperti menjaga norma kesusilaan dan norma kemasyarakatan merupakan salah satu motif yang tidak bisa ditinggalkan. Dapat dimengerti dan dihargai ketika orang tua mendidik anaknya secara religius tetapi tanpa bermotivasi religius melainkan bermotivasi moral atau sosial. Motivasi para orang tua itu pun wajar dan luhur karena disatu sisi ini merupakan tangung jawab atas keluarga dan masyarakat. Tidak dapat dipungkiri ketika seseorang mulai terjun di dalam masyarakat. Moral, sopan santun, toleransi dan lain sebagainya haruslah selalu dijaga dengan baik. Di dalam agama Islam, ada konsep yang dinamakan hablum minannas atau cara beribadah yang baik antar sesama manusia (hubungan antar sesama manusia). Di dalam konsep ini diajarkan bahwasanya hubungan yang terjalin antar individu haruslah selalu dijaga. Silaturahim, saling toleransi, bertutur kata yang baik, 24 menjaga kehormatan diri dengan berpakaian yang sopan merupakan aplikasi dari konsep tersebut. Oleh karena itu bukanlah hal yang salah jika motivasi dalam menjalankan perilaku beragama ialah untuk menjaga kesusilaan dan norma kemasyarakatan. 3. Sarana untuk Memuaskan Intelek yang ingin Tahu Di samping motivasi-motivasi yang sudah dikemukakan, masih ada motivasi psikologis lain untuk melakukan aktivitas keagamaan. Motivasi itu ialah sarana untuk memuaskan intelek yang ingin tahu. Kaitanya dengan hal ini agama memberi jawaban atas kesukaran intelektual, sejauh kesukaran ini dilatarbelakangi dan diresapi oleh keinginan dan kebutuhan manusia akan orientasi dalam kehidupan. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang sukar dijawab hanya dengan mengandalkan ilmu pengetahuan dan filsafat saja tanpa memperdulikan agama. Sebagai contoh: “Dari mana anda berasal? Apa tujuan anda? Mengapa anda ada?Siapa yang menciptakan anda? Apa tugas utama anda hidup di dunia?”.Seseorang seringkali merasa bingung dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu, karena didalam filsafat dan ilmu pengetahuan tidak ada sumber dari segala sumber yang terpercaya dan Maha Kuasa yang bisa menjawab pertanyaan itu. Lain halnya dengan agama, agama secara jelas dan tegas memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan vital tersebut. Sebagai contoh, agama Islam menjawab salah satu pertanyaan yaitu “Apa tujuan hidup anda?”. Jawaban atas pertanyaan ini dijawab Islam di dalam AlQuran surat Al-An’am:162 yang artinya: “Sesungguhnya sholatku, 25 ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” Kemudian disurat yang lain yaitu surat Adz-Dzariyat:55 yang artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. Di dalam ayat ini diterangkan bahwasanya Allah menciptakan jin dan manusia tidak lain hanyalah untuk menyebah-Nya. Ayat ini merupakan jawaban perihal pertanyaan tentang tugas utama manusia hidup di bumi. 4. Sarana untuk Mengatasi Ketakutan Motivasi periaku beragama yang keempat yaitu sarana untuk mengatasi ketakutan. Ketakutan di sini dibedakan mejadi dua, yaitu ketakutan yang ada objeknya dan ketakutan yang tidak berobjek. Ketakutan yang ada objeknya seperti takut kepada atasan, takut pada musuh, takut pada anjing, takut pada dosen penguji dan lain sebagainya. Kemudian ketakutan yang tidak berobjek seperti, rasa cemas didalam hati yang tidak tahu entah apa sebabnya, ketakutan akan kesalahan masa lalu yang terbawa sampai sekarang dan ketakutan akan kematian. Kemudian ketakutan akan siksaan di dalam kehidupan setelah manusia meninggal terhadap kejahatan yang pernah dilakkan di masa lalu. Ketakutan semacam ini hanya ada di dalam angan-angan saja, akan tetapi hati merespon dengan sungguh, sehingga ketakutan dan kecemasan yang berlebih tidak dapat dihindarkan. Dan dalam 26 pembahasan ini akan lebih difokuskan pada ketakutan yang tidak ada objeknya seperti itu. Ketakutan tanpa objek, sesungguhya lebih membingungkan manusia daripada ketakutan yang ada objekya. Jika ketakutan yang ada objeknya, rasa takut dapat diatasi dengan memerangi atau memberantas objek yang menakuti itu. Akan tetapi jika ketakutan yang tidak berobjek, dalam hal mengatasi rasa takutnya, siapa yang harus dipererangi kurang jelas. Sehingga, jika hanya dengan ilmu pengetahuan tentu sulit untuk dipecahkan. Pada poin yang pertama, motivasi seseorang untuk melakukan aktivitas keagamaan adalah sarana mengatasi frustasi.Rasa takut dan frustasi dalam ilmu psikologi tentu sangatlah berhubungan. Jika seseorang sedang dilanda rasa takut yang mendalam maka frustasi secara tidak langsung akan muncul. Dan ketika frustasi itu muncul, maka seseorang cenderung akan melakukan aktivitas keagamaan serta memohon agar dirinya diberi ketenangan dalam batin seperti yang diungkapkan Freud. Oleh karena itu benar adanya jika salah satu motivasi seseorang melakukan aktivitas keagamaan adalah untuk mengatasi rasa takut. C. Bentuk Aktivitas Keagamaan Pada poin sebelumnya telah dijelaskan mengenai pengertian aktivitas keagaman, di sana dijelaskan bahwa aktivitas keagamaan ialah segala kegiatan atau perilaku yang berhubungan dengan agama dan dilakukan secara sadar oleh manusia dalam bentuk ibadah. Perlu digaris 27 bawahi bahwa bentuk dari aktivitas keagamaan pada poin ini ialah ibadah. Menurut Nasution (1997: 4), bahwa secara luas ibadah meliputi segala yang dicintai oleh Allah dan diridhoi-Nya, perkataan dan perbuatan lahir dan batin, termasuk di dalamnya ialah shalat, puasa, zakat, haji, berkata benar, berbaki kepada kedua orang tua, menjaga tali silaturahmi, dan masih banyak yang lainya. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ibadah dikategorikan menjadi dua, yaitu ibadah yang berhubungan dengan Allah atau hablumminallah dan ibadah yang berhubungan dengan sesama manusia atau hablumminannas. 1. Ibadah yang Berhubungan dengan Allah (hablumminallah) Secara etimologi, hablumminallah diartikan hubungan dengan Allah (Handryant, 2010: 85). Menurut istilah hablumminallah adalah segala aktivitas yang berhubungandengan Allah secara langsungtanpa perantara siapa pun, manusia berinteraksi kapan pun dan dimana pun. Dalam hal ini, secara langsung dengan Sang Kholik untukmemohon, mengingat, berkomunikasi, mencurahkan isi hati dan lain sebagainya sebagai wujud ketaqwaan kepada-Nya. Inteprestasi hablumminallah tentu banyak sekali, diantaranya adalah sholat, puasa, dzikir, berdo’a, membaca ayat al-Qur’an dan masih banyak lagi yang lainya. Yang jelas, semua kegiatan yang ada hubunganya langsung dengan Allah dan tidak melalui perantara apapun itu dapat disebut hablumminallah. 28 2. Ibadah yang Berhubungan dengan Sesama Manusia (hablumminannas) Secara etimologi hablumminannas diartikan hubungan dengan sesama manusia. Menurut istilah, hablumminannas adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia, bersifat positif dan berhubungan dengan manusia lainya. Kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk memelihara hubungan antar manusia, mengembangkan hidup yang selaras dan menjaga norma yang berlaku dalam masyarakat (Rohman dan Khamzah, 2008: 51). Kegiatan ini meliputi banyak aspek, mulai dari aspek sosial, politik, pendidikan, bisnis, budaya dan aspek-aspek lainya. Dalam konsep hablumminannas tidak ada batasan suku, agama, ras dan jenis kelamin. Intinya semua bentuk aktivitas positif yang burhubungan langsung dengan sesama manusia lainya dapat dikatakan hablumminannas. 29 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana (KMIS) 1. Sejarah Berdirinnya KMIS (Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga memiliki ribuan mahasiswa yang berasal dari berbagai ras, suku dan agama sehingga menciptakan suatu kondisi kampus yang majemuk, salah satu kemajemukan itu adalah banyaknya mahasiswa yang beragama Islam yang menuntut ilmu di UKSW dan tersebar di berbagai fakultas dan program professional atau diploma. Adanya kesamaan latar belakang agama yaitu sama-sama beragama Islam, namun kondisi yang terjadi pada saat itu adalah belum adanya wadah yang mempersatukan mahasiswa muslim di UKSW sehingga tidak ada kepedulian terhadap ajaran agama Islam dan antara mahasiswa muslim satu dengan yang lain tidak saling kenal dan peduli. Kondisi di atas membuat beberapa mahasiswa mempunyai iktikad untuk mengatasi dan membuat wadah untuk mempersatukan aktivitas yang berkaitan dengan ajaran agama Islam, mereka berasal dari berbagai latar belakang fakultas antara lain: Sdr. Joko Prasetyo dan Anas Bahtiar (Fakultas Ekonomi), Banu dan Heru (Fakultas Teknik Elektronika), dan teman-teman lain dari Fakultas Pertanian, Hukum, dan Program D3. Awal mulnya baru pada tahap penyamain aspirasi melalui orang per orang. 30 Kemudian dari aspirasi yang terkumpul menghasilkan kesepakatan untuk mengadakan pertemuan formal di Masjid Al Atiiq Kauman Salatiga, dengan mengundang perwakilan dari fakultas-fakultas dan program D3 di UKSW. Pertemuan tersebut resmi diadakan pada tanggal 20 Maret 1998 bertempat di Masjid Al Atiiq Kauman Salatiga yang dihadiri kurang lebih 14 orang dari berbagai fakultas. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Sdr. Anas Bahtiar sebagai pemandu acara dan Sdr. Joko Prasetyo sebagai penyamai aspirasi. Singkatnya dalam pertemuan itu diuraikan pentingnya didirikan suatu wadah untuk menampung dan menyediakan berbagai aspirasi dan kegiatan untuk rekan-rekan mahasiswa yang seiman. Wadah yang akan dibentuk harus bisa mempersatukan dan mengadakan kegiatankegiatan positif dalam rangka memelihara dan meningkatkan keimanan. Apa yang disampaikan Sdr. Joko kemudian disetujui oleh seluruh peserta pertemuan, selanjutnya oleh Sdr. Joko dibahas sifat dan nama organisasi yang didirikan, kemudian dilanjutkan tahap pembentukan kepengurusan. Dari berbagai usulan yang masuk kemudian dipilih dua alternatif nama organisasi yaitu Keluarga Mahasiswa Islam Satyawacana (KMIS) dan Keluarga Mahasiswa Islam Salatiga (KMIS). Atas pertimbanganpertimbangan khusus kemudian disepakati bersama menggunakan nama Keluarga Mahasiswa Islam Satyawacana (KMIS). Sifat organisasi adalah khusus mahasiswa muslim di UKSW, bersamaan dengan itu diadakan pemilihan ketua umum. Calon-calon yang pada waktu itu diajukan antara lain adalah: 31 a. Anas Bahtiar (Fakultas Ekonomi ’96) b. Bakti Triswadi (Fakultas Ekonomi ’96) c. Arsanto M.S (Fakultas Ekonomi ’95) d. Banu (Fakultas Teknik Elektronika ’95) Dalam pemilihan tersebut terpilih Sdr. Arsanto sebagai ketua umum KMIS dengan tugas awal membuat visi dan misi serta menyusun kepengurusan untuk periode pertama tahun 1998-1999. Jadi dengan demikian secara resmi KMIS didirikan pada tanggal 20 Maret 1998. Mempunyai tujuan yang sangat mulia kekeluargaan atau tali silaturahmi demi terciptanya suatu ikatan dalam rangka menjaga dan meningkatkan iman, tuahid serta ukuwah islamiyah mahasiswa muslim di UKSW. 2. Visi dan Misi Keluargan Mahasiswa Islam Satya Wacana (KMIS) a. Visi Menciptakan suatu ikatan kekeluargaan atau tali silaturahmi dalam rangka menjaga dan meningkatkan iman, tauhid serta ukhuwah Islamiyah mahasiswa muslim di UKSW. b. Misi 1.1 Mempererat ikatan persaudaraan dan kekeluargan mahasiswa muslim khususnya. 1.2 Memberikan kegiaatan positif demi menjaga serta meningkatkan iman dan tauhid mahasiswa muslim. 32 1.3 Sebagai sarana komunikasi sesama mahasiswa di lingkungan UKSW. 1.4 Menyelenggarakan kegiatan guna mempererat ikatan kekeluargaan. 1.5 Menambah wawasan dan pengetahuan sesuai ajaran Islam. 3. Struktur Organisasi Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana (KMIS) Tahun 2011/2012 Ketua Umum : Pambudi Demawan Sekertaris Umum : 1. Nur Laila Motiq 2. Ika Bendahara Umum : 1. Pipit 2. Mugi Sie Acara : 1. Prepto 2. Lutfi 3. Apriliani Sie Humas dan Publikasi : 1. Aprilianto 2. Jana 3. Agnes Sie Perlengkapan : Magfur Penanggung Jawab : Arief Eka Setyawan Litbang : 1. Gunawan 2. Galuh 33 4. Tugas Pengurus a. Ketua Ketua I : § Mengkoordinir semua pengurus § Bertanggung jawab kegiatan tahunan § Memimpin rapat koordinasi Ketua II : § Mengkoordinir dan bertanggung jawab pada kegiatan rutin tiap senin dan tiap bulannya. b. Sekretaris 1 dan 2 : § Membuat surat-surat pengumuman, notulen rapat § Membuat selebaran § Mengurus dokumentasi semua kegiatan § Membawa buku absensi § Mencari data tentang mahasiswa dan dosen islam di UKSW c. Bendahara : Bendahara I : § Mengatur keuangan secara keseluruhan § Membuat laporan keuangan tiap bulan § Bertanggung jawab terhadap pengeluaran) Bendahara II : 34 keuangan (pemasukan dan § Mengatur keuangan tiap minggu § Membawa kotak amal d. Sie acara : § Mengatur semua acara kegiatan § Membentuk panitia saatr acara-acara tertentu § Menyiapkan tema kajian tiap senin § Bersama ketua menyelenggarakan acara tahunan e. Humas dan publikasi: § Mencari pembicara tiap kajian hari senin § Mencari tempat pada saat acara-acara tertentu § Membuat selebaran bersama sekretaris § Memasang selebaran-selebaran dan pengumuman f. Perlengkapan § Menyiapkan tempat untuk setiap kegiatan § Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam setiap kegiatan § Mengembalikan peralatan jika kegiatan telah selesai g. Litbang (penelitian dan pengembangan) § Membuat inovasi-inovasi dalam mensosialisasikan KMIS § Membuat inovasi-inovasi kegiatan dalam rangka mengembangkan KMIS 35 § Melakukan studi banding dengan organisasi-organisasi Islam kampus lain B. Profil Informan Di sini akan dijelaskan tentang profil atau riwayat mahasiswa Islam yang peneliti ambil sebagai informan. Mahasiswa Islam itu sebagai berikut: 1. NR adalah seorang mahasiswi yang menempuh kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana fakultas Teknik Informatika. Wanita berjilbab yang memiliki hobi lari-lari ini mengaku tidak ada motivasi khusus untuk masuk di UKSW. Dia masuk di UKSW hanya karena dekat dengan rumah dan ibundanya menginginkan untuk dia kuliah di dalam kota saja. Akan tetapi sempat terjadi pro kontra di dalam keluarga NR, sejak awal bapak NR tidak setuju jika NR masuk di UKSW, tapi pada saat itu di Salatiga tidak ada fakultas yang diminati oleh NR kecuali UKSW sehingga dengan berat hati sang bapak mengizinkan untuk NR menempuh kuliah di UKSW, dengan catatan harus memakai jilbab dan tidak boleh neko-neko. Akhirnya setelah 1 semester kuliah di UKSW, NR ikut dalam organisasi Islam luar kampus yaitu KMIS (keluarga mahasiswa Islam satya wacana). Hal ini bertujuan agar kualitas keimananya dapat dijaga bahkan meningkat dari yang sebelumnya. Dan saat ini (ketika penulis melakukan penelitian) NR menjabat sebagai sekretaris di organisasi tersebut. 2. PBD adalah seorang mahasiswa semester 9 yang saat ini sedang menyelesaikan skripsi. PBD masuk di Universitas Kriten Satya Wacana (UKSW) tahun 2008 mengambil jurusan Teknik Informatika sama seperti NR. Kuliah di UKSW sebetulnya bukan niat utama PBD. Dia sebetulnya sudah mendaftar kuliah di salah satu universitas negeri di Semarang akan 36 tetapi dia tidak diterima, kemudian oleh orang tuanya disuruh untuk mencoba daftar di UKSW saja dengan syarat harus bisa menjaga diri dan agama. Akhirnya PBD daftar di UKSW dan diterima. Sejak awal perkuliahan PBD sudah ikut organisai-organisasi Islam di luar kampus. Tujuanya untuk membentengi diri dari hal-hal yang menurut dia negatif. Organisasi itu seperti PMII, HMI dan saat ini fokus di KMIS. Dia menjabat sebagai ketua KMIS sejak tahun 2011 sampai saat ini (ketika penulis melakukan penelitian). 3. FNT adalah seorang mahasiswi di UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) jurusan keperawatan. Dia berasal dari keluarga yang mampu dari segi ekonomi, akan tetapi kurang faham atas kehidupan beragama. Hal ini tercermin ketika penulis melakukan wawancara dengan FNT dan di situ terungkap bahwasanya dari orang tua kurang ada perhatian khusus dalam masalah agama sehingga sampai saat ini pun FNT masih sering bolongbolong sholatnya dan dia juga belum memakai jilbab. Masuk jurusan ilmu keperawatan memang cita-cita FNT sejak SMA. Akan tetapi ketika dia berkeinginan kuliah di luar kota orang tuanya tidak memperbolehkan karena barbagai alasan dan akhirnya FNT mendaftar kuliah di UKSW. Berbeda dengan NR dan PBD, FNT tidak mengikuti organisasi apapun, akan tetapi jika ada kegiatan positif, ketika ia sempat untuk mengiktinya dan dia tahu akan kegiatan itu tidak ada alasan untuk FNT tidak mengikutinya. 4. IND adalah mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana jurusan matematika. Dia berasal dari keluarga yang mengerti akan agama. Kecintaan akan mata pelajaran 37 matematika membawanya ingin melanjutkan dan mendalami ilmu matematika secara komprehensif di bangku kuliah. Akhirnya IND memilih UKSW sebagai universitas tempat ia menuntut ilmu. Pilihanya ini pun bukan tanpa alasan. Dia memilih UKSW karena dirasa dekat dengan rumah tempat ia tinggal dan secara otomatis pengeluaran untuk biaya transportasi pun bisa ditekan. Keluarga IND sangat mendukung dia menempuh kuliah di UKSW karena mereka tidak mau terlalu kaku dalam masalah dunia. Akan tetapi masyarakat di sekitar IND awalnya kurang berkenan jika ia kuliah di UKSW. Hal ini disebabkan berbagai alasan, mulai dari alasan fanatik keagamaan, biaya kuliah yang bermuara untuk orang non Islam, merusak iman dan aqidah dan lain sebagainya. Lambat laun setelah berjalanya waktu ternyata IND bisa juga kembali diterima di masyarakat. IND sering mengikuti kegiatankegiaatan yang di adakan oleh organisasi Islam di UKSW. Hal ini ia maksudkan agar ia memiliki relasi teman sesama muslim yang banyak sehingga ia tidak canggung dalam menjalankan aktivitas keagamaan di kampus. 5. AGT, anak muda dengan tubuh kecil tapi berisi ini adalah salah satu dari sekian ribu mahasiswa yang menempuh kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana. AGT mengambil jurusan S1 bimbingan penyululuhan. Jurusan ini sebetulnya bukan pilihan utama bagi AGT. Setelah lulus SMA, AGT mencoba mendaftar di salah satu universitas negeri di Semarang, akan tidak di terima. Kemudian mencoba mendaftar di UKSW jururan PGSD, lagi-lagi tidak diterima. Disaat ia putus asa salah satu teman AGT memberi tahu jika di jurusan bimbingan penyuluhan UKSW ada peluang, dan akhirnya ia daftar dan masuk resmi menjadi mahasiswa UKSW 38 jurusan bimbingan penyuluhan. Orang tua mendukung langkah AGT masuk di UKSW karena dekat dengan mereka, akan tetapi masyarakat sekitar cukup kecewa dengan pilihan AGT ini. Hal ini disebabkan dia merupakan aktivis masjid yang bisa dibilang paling aktif, kemudian dari sisi keagamaanya dia juga rajin beribadah. Lambat laun kekecewaan masyarakat dijawab oleh AGT, selama kuliah di UKSW dia tetap saja menjadi salah satu pemuda teraktif di kampungnya, ibadahnya pun tetap saja rajin seperti sebelum kuliah di UKSW dan kebaktianya kepada orang tuanya tidaklah pudar. AGT juga cukup aktif dalam mengikuti kegiatankegiatan yang diadakan KMIS (keluarga mahasiswa Islam satya wacana), hal ini dikarenakan agar keimanan AGT tetap bisa dijaga. C. Temuan Penelitian 1. Bentuk Aktivitas Keagamaan Mahasiswa Muslim di Universitas Kristen Satya Wacana Dalam penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan beberapa variasi atau bentuk aktivitas keagamaan yang dilakukan mahasiswa muslim di Universitas Kristen Satya Wacana. Variasi tersebut penulis kategorikan menjadi dua yaitu variasi aktiviatas keagamaan yang berhubungan dengan Allah SWT dan bentuk aktivitas keagamaan yang berhubungan dengan sesama manusia. a. Bentuk Aktivitas Keagamaan yang Berhubungan dengan Allah SWT Di dalam penelitian ini penulis menemukan beberapa bentuk aktivitas keagamaan yang hubunganya dengan Allah SWT. Diantaranya yang pertama adalah sholat wajib. Dari ke lima informan yang penulis wawancarai kesemuanya mengatakan bahwa mereka 39 tetap saja melaksanakan sholat wajib. Hal ini dikuatkan sebagaimana yang dikatakan salah satu informan yaitu AGT. ”…kemudian sholat fardhu kita juga tetap melaksanakan, kadang-kadang berjama’ah, kadangkadang sholat sendiri di ruang sholat kampus.” Dari keterangan yang didapat dari AGT, memang sebetulnya untuk masalah sholat, khususnya sholat fardhu, di UKSW tidak ada masalah yang begitu berarti, hanya saja kadang ada jam kuliah yang waktunya bersamaan dengan waktu sholat, bahkan ada juga yang bersamaan dengan waktu sholat jum’at. Akan tetapi hal itu dapat disikapi AGT dengan meminta ijin kepada dosen pengajar untuk melaksanakan rukun Islam yang kedua itu. Dan dari keterangan AGT, belum pernah ada dosen yang melarang untuk dia ijin melaksanakan sholat. Artinya mereka welcome dengan kewajiban setiap muslim itu. Kemudian NR juga mengungkapkan: “kalau masalah shoat ya terkadang kita bentrok dengan jam kuliah, mau nggak mau kita ijin dulu sama dosen untuk melaksanakan sholat. . Tapi kadang ada juga dosen yang ngasih pengertian pada kita kalau pas jam solat kita dikasih waktu sendiri untuk sholat.” Seperti halnya yang diungkapkan AGT, wanita berjilbab ini juga memberikan keterangan yang esensinya sama dengan apa yang di ungkapkan AGT di atas. Bahwa untuk perihal sholat, ia tetap melaksanakanya meski terkadang harus meminta ijin dosen pengajar meninggalkan ruangan ketika perkuliahan sedang berlangsung. 40 FNT, gadis desa ini juga memberikan keteranganya secara sigkat ketika peneliti menanyakan perihal aktivitas keagamaan yang dilakukan selama di kampus, terutama masalah sholat. Dia mengungkapkan: “Ibadah yang hubunganya dengan Allah yang saya lakukan dikampus ya misalnya sholat, berdo’a, puasa, terus puasa sunah itu.” Dari keterangan itu, artinya FNT juga tetap melaksanakan sholat ketika dia berada di kampus yang notabenya adalah perguruan tinggi Kristen. Tidak jauh berbeda dengan AGT, NR dan FNT, PBD juga menyatakan bahwa: ”Kalo dari saya pribadi seperti sholat, puasa ramadhan, do’a sebelum kuliah ya tetep dilaksanakan” Dan informan terakhir yaitu IND, dia memberikan keterangan, ”kalau sholat ya tetep saya laksanakan…” Setelah melihat dari keterangan-keterangan yang diungkapkan kelima informan di atas, penulis menyimpulkan bahwa mahasiswa muslim yang kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana ketika waktu sholat tiba mereka tetap melaksanakan sholat di tempat yang telah disediakan oleh pihak kampus. Bentuk aktivitas keagamaan kedua yang dilaksanakan mahasiswa muslim di UKSW adalah berdo’a. Di dalam agama Islam, berdo’a merupakan cara berkomunikasi secara intens kepada Allah SWT. Permohonan dan harapan adalah hakekat dari berdo’a. Ketika penulis 41 menanyakan kepada informan mengenai aktivitas keagamaan yang mereka laksanakan di kampus, dari kelima informan yang penulis tanya, semua mengungkapkan bahwa berdo’a adalah salah satu aktivitas yang mereka kerjakan sebelum melaksanakan suatu kegiatan. Seperti sebelum melaksanakan perkuliahan, hal ini diungkapkan AGT, “Kalo berdo’a ya setiap mau mulai kuliah dan selesai kuliah pasti dosen memimpin do’a seperti itu”. Menurut salah satu dosen muslim yang mengajar di UKSW (kebetulan dosen itu bertetangga dengan penulis), memang kebijakan dari kampus setiap memulai perkuliahan, dosen wajib memimpin do’a. Jika dosen yang non Islam dengan lantang mengucap do’a di depan kelas, jika dosen yang Islam hanya mempersilahkan untuk mahasiswa berdo’a dengan lirih menurut keyakinan dan kepercayaan mereka masing-masing. Tidak hanya sebelum memulai perkuliahan, para informan memberikan keterangan perihal momen ketika mereka berdo’a. Ada informan yang mengungkapkan mereka berdo’a sebelum makan di kantin kampus seperti yang diungkapkan FNT, Yang hubunganya dengan Allah misal ya sholat, berdo’a sebelum kuliah kalo engga ya sebelum maem”, ada yang memberikan keterangan bahwa ketika sholat pun itu sebetulnya juga berdo’a, hal ini di ungkapkan PMD, ” ..toh ketika kita sholatpun itu sebenarnyakan juga berdo’a…”, ada yang berargumen ketika dalam kegiatan bulan ramadhan, sebelum buka mereka melaksanakan do’a bersama terlebih dahulu seperti yang diutarakan IND dan AGT bahwa ketika bulan ramadhan mereka sering bersama teman-teman kampus mengadakan do’a dan dilanjutkan buka 42 bersama. Dari keterangan-keterangan para informan dapat diketahui bahwa berdo’a menjadi salah satu bentuk aktivitas keagamaan mahasiswa muslim yang dilaksanakan di Universita Kristen Satya Wacana. Selain sholat dan berdo’a para informan juga melaksanakan aktivitas keagamaan yang lain seperti puasa, ungkap mereka. Puasa disini dikategorikan menjadi dua yaitu puasa sunnah dan puasa wajib (puasa ramadhan). Untuk puasa sunnah, AGT mengaku kadangkadang dalam pelaksanaanya. Begitu juga dengan FNT, dia melaksanakan puasa sunnah hanya ketika memiliki hajat saja sehingga belum bisa dikatakan sebuah rutinitas. Sedangkan untuk puasa yang sifatnya wajib (puasa ramadhan), semua informan memberikan keterangan, mereka melaksanakanya dengan baik. Hal ini diutarakan oleh salah satu informan yaitu IND, ”kalau masalah puasa ramadhan ya normal seperti biasa”. Normal disini diartikan IND tetap melaksanakan puasa dengan baik dan hikmat meski di lingkungan kampus sebagian besar temanya tidak berpuasa (mahasiswa non Islam). Fakta serupa di ungkapkan oleh AGT, dia mengatakan, “puasa ya tetep pas bulan ramadhan, cuman kalo puasa sunah kadangkadang”. Untuk NR, PBD, dan FNT juga mengutarakan fakta yang intinya adalah meraka tetap melaksanakan puasa wajib ketika bulan ramadhan. Bentuk aktivitas keagamaan ketiga atau terakhir yang penulis dapat dari para informan adalah menyembelih hewan qurban. Menurut penulis penyembelihan hewan qurban dimasukan dalam kategori 43 hablumminallah karena ibadah ini merupakan ibadah yang hubunganya langsung kepada Allah, akan tetapi untuk penasarupanya itu berhubungan dengan sesama manusia. Kegiatan itu dilaksanakan oleh pengurus dan anggota Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana serta bekerjasama dengan ta’mir masjid Al Atiiq kauman. Menurut PBD atau ketua KMIS (Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana), kegitan itu ditujukan agar teman-teman mahasiswa muslim yang ada di UKSW belajar memiliki rasa cinta terhadap agama, peduli dengan sesama dan ikhlas mengeluarkan sebagian rizqi untuk berqurban ketika kelak mereka dewasa. Selama menjabat sebagai ketua KMIS sejak reorganisasi tahun 2011, PBD mengaku memang baru pada tahun 2011 kemarin dia membuat terobosan baru yaitu mengadakan kegiatan menyembelih hewan qurban saat hari raya Idhul Adha. Dan pada tahun 2012 kemarin dia bersama para pengurus serta anggota fakum karena kesibukan masing-masing. b. Bentuk Aktivitas Keagamaan yang Berhubungan dengan Sesama Manusia Tentu banyak variasi atau bentuk Aktivitas Keagamaan yang berhubungan dengan sesama manusia ketika penulis melakukan penelitian terhadap mahasiswa muslim (informan) di UKSW. Disini penulis mencoba memaparkan data dari masing-masing informan mengenai aktivitas keagamaan yang berhubungan dengan sesama manusia selama di kampus. Yang pertama adalah NR. Saat ini NR menjabat sebagai sekretaris 1 organisasi KMIS (keluarga mahasiswa Islam satya wacana). Dengan 44 jabatanya sekarang, NR lebih aktif dalam berbagai kegiatan agama yang berhubungan dengan dirinya dan KMIS. Kegiatan itu meliputi, kajian agama Islam yang diadakan KMIS setiap hari senin, pukul 9 pagi di masjid Al Atiiq kauman dengan mendatangkan pemateri, kemudian kumpul bersama pengurus dan anggota untuk sharingsharing tentang permasalahan agama Islam yang sedang dihadapi untuk waktnya tidak pasti, ada juga kegiatan liqo’ yang disitu para peserta diwajibkan untuk membaca al-qur’an satu per satu secara bergantian dan bertempat di rumah salah satu dosen muslim di UKSW (nama tidak disebutkan), lalu NR dan teman-teman di KMIS pernah diajak bekerjasama untuk pameran buku Islami oleh oeganisasi HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) yang bertempat di STAIN Salatiga. NR mengungkapkan keempat kegiatan itu tidak lain dan tidak bukan untuk meningkatkan ukhwah Islamiyah antar mahasiswa muslim serta sarana untuk berdakwah kepada teman-teman. Untuk hablumminannas yang berhubungan dengan dirinya secara pribadi selama di kampus dia menjelaskan biasa-biasa saja tidak ada bedanya. Maksudnya sama seperti ketika di SMA, ketika ada teman yang kesusahan di bantu, ketika teman mau pinjam sesuatu yang dimiliki di pinjami, dan ketika ada teman yang sakit dijenguk. Hal-hal demikian dia maksudkan untuk menjaga silaturahmi dengan teman-temanya. Informan yang kedua adalah PBD. Ketua KMIS sejak tahun 2010 ini memberikan keterangan kepada penulis perihal aktivitas keagamaan yang berhubungan dengan sesama. Untuk kapasitas dia sebagai ketua KMIS, PBD memberikan keterangan tentang kegiatan 45 KMIS yang ternyata tidak jauh berbeda dengan apa yang diutarakan NR di atas. Hal ini dikarenakan posisi mereka yang sama-sama memiliki jabatan di KMIS, NR sebagai sekretaris 1 dan PBD adalah ketuanya, sehingga hampir dalam setiap kegiatan KMIS mereka bersama. Selain kegiatan-kegiatan yang dilakukan NR di KMIS, PBD dan teman-temanya di KMIS aktif dalam membuat buletin Islami sebagai sarana dakwah kepada mahasiswa muslim lain yang ada di UKSW. Satu minggu sekali buletin ini diperbanyak dan ditaruh di ruang sholat kampus dengan tema yang berbeda untuk bisa dibaca oleh mahasiswa yang kebetulan sholat di ruangan itu. Hal ini cukup efektif menurut PBD. Kemudian PBD dan teman-teman juga membuat group di jejaring sosial facebook dengan nama KMIS (Keluraga Mahasiswa Islam Satyawacana). Group ini berisi tuisan-tulisan bertemakan Islam dengan dasar atau dalil-dalil yang cukup lengkap. Tujuan dari pembuatan group ini salah satunya adalah ajang berdakwah via jejaring sosial untuk teman-teman “penggila” facebook. Setelah beberapa waktu berjalan, ternyata teman-teman PBD yang mengikuti group ini cukup banyak. Ketika bulan ramadhan, PBD beserta pengurus KMIS lain mengadakan buka bersama. Tujuanya tidak lain dan tidak bukan hanya untuk menjalin, memperkokoh dan mempererat tali silaturahmi antar pengurus, anggota dan teman-teman muslim yang lain. Menurut keterangan PBD, buka bersama ketika itu dilaksanakan disalah satu 46 lembaga pemasyarakatan di Salatiga atas undangan dari ibu Titik anggraini (salah satu dosen muslim di UKSW). Untuk hablumminannas yang menyangkut dirinya secara pribadi, PBD mengungkapkan biasa-biasa saja. Silatarahim tetap terjalin baik dengan teman muslim maupun non Muslm. Saling tolong-menolong merupakan hal yang lumrah menurut PBD. Kadang dia membutuhkan bantuan dari temanya, kadang juga temen-temanya membuuhkan bantuan PBD. Hal ini tercermin dalam aspek apapun, terutama yang berhubungan dengan tugas mata kuliah dari dosen pengajar. Menurut salah satu teman PBD yaitu SSL, dia mengakui jika PBD memang termasuk mahasiswa yang baik dalam beribadah dan dengan sesamapun juga baik, apalagi dia adalah ketua KMIS. Informan yang ketiga adalah FNT. Mahasiswi program studi keperawatan ini memberikan keterangan perihal hablumminannas yang dilakukan selama di kampus. Dia mengaku apa yang dilakukanya seperti ketika dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat ada teman yang membutuhkan bantuan, dia membantunya dan pada saat dia membutuhkan bantuan temanya, temanyapun juga membantu FNT. Kemudian saling mengunjungi rumah teman untuk bersilaturahim juga sering FNT lakukan dengan teman-temanya. Lalu FNT juga pernah mengikuti program kampus yaitu penyuluhan tentang kesehatan terhadap masyarakat di daerah-daerah. Program ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan terhadap masyarakat tentang kesehatan agar mereka lebih memperhatikan, lebih menjaga dan lebih berhati-hati demi kesehatan mereka sendiri. Selain penyuluhan, FNT 47 juga pernah mengikuti program bakti sosial yang diadakan oleh pihak kampus. Dengan konsep bersih lingkungan dengan masyarakat tempat diadakanya bakti sosial, FNT bersama teman-teman melakukanya penuh suka cita. Informan yang keempat adalah IND. Dia memberikan keterangan singkat tentang hablum minannas yang dia lakukan selama di kampus. IND mengaku setiap bertemu dengan teman ia tidak lupa untuk menyapa. Hal ini dia tujukan agar ikatan tali silaturahim dengan teman-temanya bisa terus dijaga, baik teman yang muslim maupun teman yang non muslim. Kemudian IND juga sering membantu, mengajari teman satu kelasnya yang sedang kesulitan dalam menerima mata kuliah. Dari sisi ekonomi IND juga sering membeli pulsa dari teman sekelasnya yang kebetulan jualan pulsa. Dia juga pernah membeli sandal dan snack juga dari teman sekelasnya itu. Menurut teman IND yang bernama LL, IND adalah mahasiswi yang rajin, ibadahnyapun juga rajin, apalagi IND juga sering mengikuti kegiatan kajian yang diadakan KMIS setiap hari senin jam 9 pagi di masjd Al Attiq kauman. Informan yang terakhir adalah AGT. Mahasiswa bertubuh kecil ini mengaku dia sering membantu kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh teman-temanya selama di kampus. Kegiatan itu salah satunya adalah penggalangan dana untuk diberikan ke panti asuhan. Lalu AGT juga sering melakukan kunjungan ke rumah teman-teman sekelasnya. Hal ini AGT maksudkan agar jalinan silaturahmi kepada teman-teman dapat terus dijaga. Menolong dan ditolong oleh teman sekalas biasa 48 dialami oleh AGT. Saling menghormati dan menghargai wajib dilakukan selama AGT di kampus. Dalam aspek ini dia tidak lagi memandang suku, ras dan agama. Menurutnya semua kebaikan yang berhubungan dengan mu’amalah itu sama. Hal ini sama dengan apa yang dikatakan Mubarok (7: 2001). Dari paparan data yang disampaikan oleh para informan, penulis dapat mengklasifikasikan aktivitas keagamaan yang berhubungan dengan sesama manusia (habluminannas) menjadi 4, yaitu: 1) Dakwah Kegiatan dakwah banyak dilakukan PBD, NR dan teman-teman lain yang ikut organisasi KMIS. Kegiatan itu meliputi kegiatan kajian Islam setiap hari senin jam 9 di masjid Al Atiiq kauman, kegiatan liqo’, kegiatan sharing bersama, pembuatan buletin Islami, pameran buku Islam dan pembuatan group di jejaring sosial “facebook”. Untuk dakwah secara personal, seperti yang dilakukan AGT yaitu, ajakan kepada teman-temanya untuk sholat ketika telah tiba waktunya. 2) Tolong-menolong dalam Hal Kebaikan Tolong-menolong yang dilakukan oleh para informan seperti, membantu kegiatan yang diadakan oleh teman sekelas, mengajari teman yang kesulitan dalam mata kuliah, meminjamkan sesuatu yang dimiliki kepada teman yang membutuhkan, penggalangan dana untuk diberikan ke panti asuhan, menjenguk teman yang kebetulan sedang sakit serta memberikan semangat dan lain sebagainya separti yang diungkapkan para informan di atas. 49 3) Silaturahmi Segala bentuk hablumminannas yang dilakukan oleh para informan sebetulnya bertujuan untuk silaturahmi atau menjalin persaudaraan, hal ini dikarenakan aktivitas itu berhubungan langsung dengan sesama manusia. Lebih spesifik ketika para informan melakukan kunjungan ke rumah teman-teman mereka, kemudian saling menyapa dan tersenyum ketika bertemu, lalu berkumpul bersama untuk sharing-sharing permasalahan agama, selain itu jual beli barang yang dimiliki oleh teman para informan juga ada aspek silaturahimnya. 4) Toleransi Fakta yang penulis temukan kaitanya dengan aktivitas hablumminannas dari temuan data di atas salah satunya adalah adanya toleransi, saling menghargai, saling menghormati antar taman seagaman dan berbeda agama. 2. Motivasi Mahasiswa Muslim Melakukan Aktivitas Keagamaan Dalam penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan ada 3 motivasi mahasiswa melakukan aktivitas keagamaan. Motivasi itu adalah: a. Sarana untuk Menjaga Norma Kesusilaan dan Tata Masyarakat Sopan santun, tingkah laku, perkataan yang baik, dan cara berpakaian merupakan esensi dari norma kesusilaan dan tata masyarakat. Di dalam menjalankan aktivitas keagamaan, memang 50 sebagian orang berkeinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Hal ini dikarenakan di dalam agama mengajarkan tentang kebaikan. oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis menemukan 3 informan yang melakukan aktivitas keagamaan karena dorongan untuk menjaga norma kesusialaan dan tata masyarakat. Ketiga informan itu adalah NR, IND, dan AGT. NR merupakan mahasiswi tekhnik informatika semester akhir. Balutan jilbab yang melingkar di kepalanya semakin menambah yakin jika dia adalah wanita sholehah. Anjuran memakai jilbab untuk menutup aurat yang ada di dalam Al-Qur’an memang sudah diketahuinya sejak NR SMA. Sehingga tidak heran jika NR meski menempuh kuliah di universitas non Islam, dia tetap percaya diri terhadap identitas keislamanya. Salah satu alasan mengapa NR berjilbab yaitu untuk menjaga kehormatanya sebagai wanita. Karena NR beranggapan, dengan menjaga kehormatan maka terjaga pula tingkah laku baik, sopan santun yang luhur dan perkataan yang indah. Alasan serupa NR katakana ketika dia melakukan aktivitas keagamaan yang berhubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia. Karena menurut NR dengan dekat dengan Allah dan tau apa yang dianjurkan atau apa yang dilarang, perjalanan kehidupan akan semakin baik, tingkah lakupun akan selalu mengiringi akan kebaikan. Informan kedua adalah IND. Gadis mungil ini sama seperti NR, ketika sedang kuliah atau berada di kampus dia juga mengenakan jilbab. Alasanyapun sama seperti NR yaitu disamping perintah agama untuk menutup aurot, juga tersirat tujuan agar kehormatnya selalu 51 terjaga. Perintah-perintah agama seperti sholat, puasa, berbuat baik dengan sesama, silaturahmi dan lain sebagainya pun selalu dia jalankan dengan baik. IND mengaku karena dengan beribadah maka kebaikan akan senantiyasa menyertai. Sebab di dalam ibadah terkandung banyak kebaikan, baik kebaikan untuk diri sendiri maupun kebaikan untuk orang lain. Sehingga apabila diri sendiri baik, tingkah laku pun juga akan baik dan norma kesusilaan dan tata masyarakatpun akan mengikuti kearah kebaikan. Informan ketiga adalah AGT. Dia merupakan salah satu dari beberapa temanya yang aktif dalam kegiatan masjid di kampungknya. Sikap mantab dan yakin menjadi landasan ketika ia melaksankan aktivitas keagamaan di kampusnya (universitas Kristen satya wacana). AGT mengungkapkan salah satu dorongan untuk dia terus menjalankan perintah agama itu adalah amal ma’ruf nahi munkar atau mejalankan kebaikan dan menjauhi kejelekan. Esensi kebaikan menurut AGT adalah kebaikan budi pekerti, tingkah laku, dan perkataan. Sehingga dengan demikian norma kesusilaan akan terjaga dengan baik dan halhal demikianlah yang membuat AGT bisa diterima dan digunakan di masyarakat. b. Untuk Memuaskan Intelektual yang Ingi Tahu Dalam penelitian ini penulis juga menemukan informan yang melakukan aktivitas keaagamaan atas dorongan ingin mengetahui secara mendalam tentang bagaimana agama Islam itu. Rasa ingin tahu yang tinggi dan keinginan yang kuat membuat kedua informan ini 52 istiqomah dalam menjalankan aktivitas-aktivitas keagamaanya selama di kampus. Kedua informan ini adalah NR dan IND. Dari hasil wawancara yang diperoleh, penulis mendapatkan keterangan dari NR bahwa selain untuk menjaga norma kesusilaan dan tata masyarakat, dia melakukan aktivitas keagamaan atas dorongan ingin mengetahui hal-hal yang belum dia ketahui tentang masalah agama. Rasa “bodoh” dalam bidang agama membuatnya lebih semangat dalam menjalankan aktivitas-aktivitas keagamaan selama di kampus. Kajian-kajian Islami merupakan ”menu” favorit bagi wanita kelahiran Salatiga ini. Selain itu, kumpul bersama teman sesama muslimah dan sharing tentang permasalahan agama membuat pengetahun NR semakin bertambah. Apalagi saat ini NR memiliki jabatan setrategis di dalam organisasi KMIS. Hal ini memudahkan langkahnya untuk mengakses ilmu-ilmu agama Islam dari berbagai sumber. Tidak jauh berbeda dengan NR, IND wanita bertubuh mungil ini juga memiliki motivasi lain dalam menjalankan aktivitas keagamaan. Selain sarana untuk menjaga norma kesusilaan dan tata masyarakat, aktivitas keagamaan yang dilakukan IND juga didorong atas dasar minimnya pengetahuan tentang agama yang saat itu dimiliki oleh IND. Sehingga dalam keadaan yang demikian, IND mencoba untuk mencari ilmu pengetahuan tentang agama guna menutupi kekurangan yang ada pada dirinya. Jalan yang ditempuh IND salah satunya adalah dengan semakin rajin dan tekun menjalankan perintah agama termasuk ikut kajian-kajian Islami yang diadakan oleh organisasi KMIS. Menurut 53 IND semakin ia memperoleh ilmu tentang agama semakin itu pula ia merasa masih sangat jauh dari kata wanita sholehah. c. Untuk Mengatasi Ketakutan Mengatasi rasa takut merupakan salah satu motivasi para informan melaksanakan aktivitas keagamaan. Rasa takut di sini adalah rasa takut yang objeknya hanya di angan-angan saja. Ketika mahasiswa diberi pengertian bahwa ketika mereka melaksanakan kewajiban maka mereka akan di tempatkan di surga (tempat menyenangkan) tetapi apabila mereka melanggar atau tidak melaksankan kewajban maka akan di tempatkan di neraka (tempat siksaan). Maka ketika penulis melakukan penelitian, semua informan memberikan keterangan atas pertanyaan mengapa mereka melaksanakan aktivitas keagamaan, mereka menjawab karena kewajiban. Di dalam pemikiran mereka jika mereka tidak melaksanakan kewajiban maka rasa dosa akan hinggap di dalam dirinya dan jika telah berdosa maka kelak mereka akan masuk ke dalam neraka tempat siksaan berada. Itulah alasan mengapa semua informan menjawab tentang dorongan untuk melaksanakan aktivitas keagamaan. Sebagai contoh salah satu informan yaitu FNT, dia mengungkapkan ketika penuis memberikan pertanyaan tentang dorongan melakukan aktivitas keagamaan, FNT menjawab, “Kalau saya pribadi yang jelas ya kewajiban saja. Karena jika tidak mekasanakan kewajiban kan dosa dan kalau dosa kan masuk neraka”. Dilihat dari jawaban FNT terlihat jelas ia sangat takut akan siksaan neraka sehingga ia melaksankan kewajibanya. 54 BAB IV PEMBAHASAN A. Kendala-kendala yang Dihadapi Mahasiswa Muslim dalam Melaksanakan Aktivitas Keagamaan di Universitas Kristen Satya Wacana Dalam setiap aktivitas yang dilakukan manusia tentu tidak akan pernah luput dari kendala dan hambatan. Hal ini tercermin ketika para informan yang diteliti melaksankan aktivitas keagamaan selama di kampus Universitas Kristen Satya Wacana. Kendala itu penulis klasifikasikan menjadi 2, yaitu kendala eksternal dan kendala internal. 1. Kendala Eksternal Kendala eksternal merupakan kendala atau hambatan yang muncul dari luar diri seseorang. Dalam penelitian ini, penulis menemukan beberapa kendala yang timbul dari luar diri para informan. Kendala itu yaitu: a. Kebijakan Pihak Kampus Dari keterangan para informan, mereka mengutarkan bahwa salah satu faktor yang menghambat aktivitas keagamaan yang dilakukan adalah dari kebijakan pihak kampus Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Salah satu contoh ketika NR dan PBD dengan kapasitas sebagai pengurus Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana (KMIS) memiliki rencana untuk mengadakan kegiatan keagamaan Islam yang 55 melibatkan pihak kampus. Di situ, kaitanya masalah perijinan, pasti dipersulit dan bahkan suatu ketika dengan sepihak pembantu rektor 3 tidak memberikan ijin. Ketika wawancara, NR mengungkapkan sebagai berikut: “Kalo hambatan yang secara umum yaa mungkin masalah kebijakan dari pihak kampus saja. Kebijakan disini maksudnya pembantu rektor 3 itu seolah-olah “mendiskriminasi” mahasiswa yang beragama Islam. Mau mengadakan kegiatan yang ada hubunganya dengan agama Islam pasti masalah perijinan dipersulit atau bahkan tidak diperbolehkan” Ketika wawancara, PBD juga memberikan keterangan sebagai berikut: “Kemudian dari pihak kampus juga terutama dari pembantu rektor 3 itu sedikit agak membatasi kegiatankegiatan yang berhubungan dengan agama Islam tapi itupun tidak diungkapkan secara langsung cuma tersirat saja.” Inisiatif NR dan PBD untuk mengadakan kegiatan bertemakan Islami memang cukup baik, selain sarana menimba ilmu agama, juga untuk mensyi’arkan agama Allah di kampus UKSW. Akan tetapi apaboleh dikata “kekuasaan memberikan wewenang” sehingga rencana kegiatan itu harus dialihkan dengan kegiatan yang lain dan tidak berhubungan dengan pihak kampus. Dari data di atas penulis menyimpulkan bahwa kebijakan pihak kampus terutama masalah perijinan dari pembantu rektor 3 yang 56 mengurusi bidang kemahasiswaan, menghambat kegiatan keagaaman yang akan dilaksanakan oleh para informan, tentunya kegiatan ini berhubungan dengan pihak kampus. Kemudian kebijakan pihak kampus UKSW yang menurut para informan sedikit menghambat aktivitas keagamaan adalah jam kuliah yang sering bersamaan dengan waktu sholat wajib dan waktu sholat jum’at bagi kaum adam. Penulis menyebut sedikit karena menurut keterangan para informan hal ini bukan merupakan suatu hambatan yang “besar” dan menurut mereka keadaan seperti itu masih bisa di menejemen atau diakali dengan meminta ijin kepada bapak atau ibu dosen pengajar. Dapat dilihat dalam hasil wawancara dengan IND, sebagai berikut: “Untuk hambatan mungkin tidak secara langsung, mungkin hanya kebetulan saja. Misal kita dalam mengambil mata kuliah nah kebetulan mata kuliah yang mau kita ambil jam yang tidak tabrakan dengan kegiatan kita, itu “ngepasi” pas waktu sholat otomatis bisa tidak bisa ya kita harus mengambilnya. Ya peraasaanya kalau pas begitu ya sdikit “gedandapan” atau kurang tenang hatinya” Dapat dilihat juga dalam hasil wawancara dengan AGT adalah sebagai berikut: “Secara umum kalau saya pribadi hampir tidak ada hambatan yang besar dari pihak kampus. Mungkin sebagian jadwal kuliah yang sering bersamaan dengan waktu sholat, itupun ketika kita meminta izin dari dosen menurut pengalaman saya selama ini pasti diberikan ijin. 57 Ketika para informan ijin meninggalkan kuliah, tentu ada konsekuensi logis yang membuat mereka harus berjuang keras mengejar ketinggalan mata kuliah yang ditinggalkan selama melaksanakan sholat, akan tetapi hal itu lagi-lagi bukan menjadi masalah yang besar bagi para informan. Penulis menyimpulkan, meskipun masalah jam kuliah yang sering bersamaan dengan waktu sholat bukan merupakan hambatan yang besar bagi para informan untuk bisa melaksanakanya, akan tetapi tetap saja hal ini merupakan suatu permasalahan. Kebijakan pihak kampus UKSW ketiga yang menurut para informan menghambat aktivitas keagamaan selama di kampus adalah fasilitas ruang ibadah sholat yang kurang memadahi untuk kampus Jl. Diponegoro, dan tidak ada fasilitas ruang ibadah sholat untuk kampus yang beralamat di Jl. Kartini. Fakta ini diutarakan oleh AGT, dia mengatakan, “Mungkin secara fisik kalau dalam masalah sholat ruangan sholat yang agak jauh dari gedung tempat kita kuliah serta ruangan yang sempit dan agak “nylempit”. Ketika penulis berkunjung di kampus Jl. Diponegoro, penulis sidikit kesulitan dalam menemukan ruang sholat yang tersedia. Hal ini dikarenakan tempatnya yang nylempit di belakang ruang pasca sarjana. Ruanganya pun tidak besar, hanya berukuran kira-kira 3 kali 4 meter dengan kapasitas maksiamal untuk sholat berjama’ah 10 sampai 15 orang. Keadaan yang demikian menurut penulis kurang relevan jika dibandingkan dengan banyaknya mahasiswa muslim yang ada di 58 universitas ini. Kemudian ketika penulis berkunjung ke kampus Jl. Kartini, penulis tidak menemukan adanya ruang ibadah sholat di kampus itu. Fakta ini dapat dilihat dalam hasil wawancara kepada FNT sebagai berikut: “Fasilitas untuk sholat mungkin belum ada untuk kampus di jalan Kartini sehingga ya kita agak kesulitan untuk sholat dan tentunya misal kita sholat di luar kampus waktu yang dibutuhkan cukup lama.” Dari paparan yang di sampaikan oleh FNT dan AGT, penulis menyimpulkan bahwa memang ketiadaan dan atau kekurang layakan fasilitas berupa ruang ibadah menghambat kegiatan atau aktivitas keagamaan terutama masalah sholat. b. Pengaruh Lingkungan Menurut informan yang bernama PBD, lingkungan atau teman bergaul di kampus sangat mempengaruhi atas terhambatnya dia dalam melaksanakan aktivitas keagamaan. Dalam wawancara yang penulis lakukan PBD mengungkapkan sebagai berikut: “Kemudian untuk lingkungan atau teman bergaul itu jelas pengaruhnya, karena teman-teman tidak mungkin baik semua, pasti salah satu atau lebih ada yang berperilaku buruk dan jika kita tidak membentengi diri pasti suatu ketika juga akan ikut-ikutan buruk.” Di dalam lingkungan berteman, tentu tidak semua teman memiliki akhlak yang baik, ada satu, dua atau lebih teman yang memiliki sikap kurang baik. Terlebih di UKSW sebagian teman PBD beragama non Islam. Sehingga di sini PBD sering terlambat atau bahkan kelupaan mengerjakan salah satu kewajiban sebagai seorang muslim yaitu sholat ketika ia sedang berkumpul dengan teman-temanya yang memiiki 59 sikap kurang baik atau teman yang beragama non Islam. Tetapi tidak sedikit pula temanya yang non Islam terkadang mengingatkan PBD ketika waktu sholat telah tiba. Sedikit berbeda dengan PBD, NR mengungkapkan jika temanteman yang non Islam agak menghambat kehikmatanya dalam berpuasa ketika sedang menjalankan puasa di bulan ramadhan. Berikut ini kutipan atas pernyataan NR tersebut. “Terus ketika ramadhan, mungkin disaat kita puasa menahan lapar dan haus, sebagian besar teman yang non Islam dengan enaknya makan dan minum di depan kita, keadaan yang seperti ini ni yang membuat puasa saya kurang hikmat.” Sebetulnya NR juga bisa memahami keadaan yang ada, karena memang posisi dia saat itu berada di lingkungan yang rata-rata temannya tidak menjalankan ibadah puasa (non Islam). Akan tetapi menurut NR, setiap orang memiliki cara dan sikap sendiri-sendiri dalam mencapai derajat kehikmatan berpuasa. Secara kebetulan NR kurang hikmat ketika melihat ada bahkan banyak teman yang makan dan minum di depanya ketika dia sedang berpuasa. Sehingga hal ini menjadi faktor penghambat bagi NR dalam mencapai kehikmatan berpuasa. Berpijak dari hasil wawancara dan keterangan-keterangan yang di sampaikan oleh para informan, penulis menyimpulkan jika memang lingkungan terutama teman bergaul yang kurang baik membawa pengaruh terhadap mahasiswa dalam menjalankan aktivitas keagamaan dan hal ini merupakan hambatan bagi mereka. 60 2. Kendala Internal Kendala internal merupakan kendala atau hambatan yang timbul dari diri sendiri. Kaitanya dengan kendala internal ini, penulis menemukan beberapa data dari informan yang mengungkapkan bahwa perasaan dari dalam dirilah penyebab terhambatnya aktivitas keagamaan. Hal ini diakui oleh FNT, kutipan wawancaranya sebagai berikut: “Tapi pernah waktu itu pas kuliah dan kuliah itu sangat penting menurutku terus kebetulan tidak ada teman yang diajak untuk sholat kemudian timbulah rasa malas dan akhirnya tidak sholat waktu itu.” Dari keterangan FNT, pada dasarnya rasa malas yang timbul dari dalam diri membawa pengaruh sangat besar dalam menjalankan sesuatu. Perasaan ini menghambat jalanya aktivitas yang akan dikerjakan. Paparan data diatas sebagai bukti bahwa ketika FNT dilanda rasa malas, maka kewajibanya sebagai seorang muslimah tidak dikerjakan. Serupa dengan FNT, AGT yang juga sama-sama memiliki permasalahan dalam menghadapi rasa malas ini mengungkapkan sebagai berikut: “Nah sebetulnya hambatan yang paling besar itu malah dari diri sendiri. Kadang kita takut dalam hal sholat untuk meminta izin dan males” AGT yang notabenya tekun beribadah menurut teman-temanya, ketika rasa malas mulai muncul dari dalam dirinya, ia sulit untuk melepaskan bahkan ketika seluruh tubuh sudah terhipnotis oleh rasa itu, maka bertindak apapun termasuk melakukan aktivitas keagamaan serasa 61 ada yang nggondeli dan terasa berat. Sehingga tidak salah jika AGT “mengukuhkan” rasa malas yang timbul dari dalam diri, sebagai hambatan utama dalam melaksanakan aktivitas. Dari paparan data diatas, penulis dengan tegas menyimpukan jika rasa malas dari dalam diri adalah penyebab terhambatnya para informan melakukan aktivitas keagamaan. B. Solusi Mahasiswa Muslim di Universitas Kristen Satya Wacana agar Tetap Dapat Melaksanakan Aktivitas Keagamaan dengan Baik Dalam setiap permasalahan atau hambatan kehidupan, tentu Allah Swt telah menyiapkan solusi untuk menghadapi serta membuka jalan keluar dari hambatan tersebut. Tinggal bagaimana usaha manusia dalam menyikapi hal tersebut. Pembahasan kali ini penulis menyampaikan beberapa solusi atau cara para informan (mahasiswa muslim) untuk tetap dapat melaksanakan aktivitas keagamaan dengan baik diantaranya sebagai berikut: 1. Memperbanyak Teman Di dalam ilmu sosial ada pepatah yang mengatakan “lebih baik memiliki seribu teman dari pada memiliki satu musuh”. Kiranya pepatah itu dibenarkan oleh salah satu informan yang berinisial NR. Kaitanya dengan solusi untuk tetap dapat melaksanakan aktivitas keagamaan dengan baik, NR mengungkapkan jika memperbanyak teman terutama sesama muslim dan sering berkumpul untuk sharing, maka akan mempermudah jalanya aktivitas yang ia lakukan dan sedikit banyak akan mengatasi hambatan tentang permasalahan aktivitas keagamaan yang dihadapi selama di kampus. NR memberikan keterangan sebagai berikut: 62 “Kalo saya pribadi mungkin dengan memperbanyak teman tentu teman sesama muslim dalam hal ini, sering sharing sehingga apa yang menjadi hambatan dan masalah sedikit banyak teman-teman dapat membantu.” NR beralasan, secara logika dengan dia bercerita tentang permasalahan yang dihadapi kepada teman dan meminta pendapat perihal solusi-solusi yang terbaik, maka ibarat menahan suatu beban, jika ditahan berdua atau lebih akan terasa ringan olehnya sehingga permasalahanpun akan terselesaikan dengan solusi yang ditawarkan oleh teman-temanya. NR mengaku jika ia diam tanpa melakukan suatu tindakan dalam menghadapi hambatan yang ia alami saat itu, maka solusipun tidak akan pernah ia dapatkan. Yang ada hanya ia akan semakin terlarut dalam masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu ketika ia mendapatkan masalah apapun terutama yang berkaitan dengan kampus, NR mengajak teman-temanya di organisasi KMIS untuk bisa berkumpul dan sharing serta mencurahkan apa yang ada di dalam hatinya. Kemudian permasalahan yang ia hadapi seperti jam kuliah yang bersamaan dengan waktu sholat, pengaruh lingkungan dan lain-lain bisa teratasi atas solusi dari pengalaman pribadi teman-temanya. Selain itu, di sini teman juga berperan sebagai pengingat ketika para informan lupa atau belum sempat melaksankan aktivitas keagamaan. Sebut saja AGT, ketika sedang sibuk mengerjakan tugas atau sedang berkumpul dengan teman-temanya, baik teman yang beragama Islam maupun non Islam, teman-teman AGT tidak segan-segan menegurnya 63 atau bahkan mengingatkanya jika saat itu sudah tiba waktu sholat. Yang lebih mengejutkan lagi, terkadang teman non Islam yang mengingatkan AGT untuk melaksankan kewajibanya tersebut. Hal ini mencerinkan betapa untungnya para mahasiswa muslim memiliki banyak teman sehingga aktivitas atau kegiatan keagamaan yang ia lakukan di kampus dapat berjalan dengan baik dan lancar. 2. Memegang Teguh Iman Peran iman dalam mengarungi kehidupan di dunia ini adalah sebagai pengontrol kelakuan manusia dan sebagai benteng atas kelakuan buruk yang ingin masuk ke dalam diri manusia. Salah satu solusi mahasiswa muslim untuk tetap bisa melaksankan aktivitas keagamaan dengan baik adalah tetap memegang teguh iman yang ada di dalam diri. Informan yang berinisial PBD mengungkapkan, ” . Tetep memegang teguh iman kita dan mantab jika yang kita lakukan itu benar”. Ketua organisasi KMIS ini memberikan keterangan jika memang saat ini pergaulan antar mahasiswa di Universitas Kristen Satya Wacana sangatlah bebas. Tidak ada batasan laki-laki dan perempuan ketika mereka bergaul. Bergandengan tangan dan boncengan sepeda motor dengan memeluk pun sudah menjadi barang yang lumrah bagi mahasiswa di UKSW. Akan tetapi tidak semua mahasiswa berperilaku seperti itu. masih banyak juga mahasiswa yang bisa menjaga dirinya. Menurut pengalaman PBD, memang hanyalah keteguhan iman yang bisa membentengi atau membatasi untuk tidak terjerumus melakukan hal-hal negatif seperti itu. Ketika ada keinginan yang jelek, ia seolah ada yang 64 mengingatkan di dalam hatinya bahwa Allah Swt senantiyasa selalu melihat dirinya. Sehingga keinginan jelek itupun akhirnya tidak jadi PBD lakukan. Atas keterangan berupa data yang disampaikan PBD, penulis menyimpulkan bahwa meneguhkan iman menjadi salah satu cara atau solusi untuk tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif. Sehingga aktivitas atau kegiatan keagamaan pun dapat terlaksana dengan baik. 3. Percaya Diri Rasa percaya terhadap diri sendiri akan menimbulkan kemantapan di dalam hati. Rasa ini akan ”menyingkirkan” perasaan takut, ragu-garu dan bimbang yang berkecamuk di dalam hati. Di sini rasa percaya diri juga dianggap sebagai salah satu solusi mahasiswa muslim di UKSW untuk melaksanakan aktivitas keagamaan dengan baik. Rasa ini juga di percaya dapat menghilangkan kendala atau hambatan yang timbul dari dalam diri mahasiswa. AGT salah satu informan yang penulis wawancarai mengungkapkan: “Kalau solusi saya dalam menghadapi hambatan itu ya kita lebih berani saja, mantab, tidak usah takut-takut, serta percaya diri seperti itu. Sebab kalo kita takut, ragu-ragu itu pasti kita tidak akan pernah bisa beribadah selama di kampus” Hal ini diungkapkan AGT karena memang di lingkungan kampus sebagian besar teman-temanya tidak melaksanakan ibadah seperti ibadah yang ia laksanakan (mahasiswa Kristen). Sehingga ketika ia sedang 65 berada di dalam kelas harus memiliki keberanian dan kepercayaan diri yang tinggi untuk bisa bicara meminta ijin melaksanakan ibadah (sholat) kepada dosen pengajar. Memang tidak mudah melakukan hal itu karena terkadang di dalam kelas pada perkuliahan tertentu hanya ia sendiri yang beragama Islam. Begitu juga dengan aktivitas keagamaan yang lain. Keprcayan diri dalam bergaul dan membaur dengan teman-teman non Islam sebagai muslim sejati harus AGT tanamkan. Awalnya memang ada perasaan minder ketika pertama srawung dengan teman yang beragama non Islam akan tetapi lama-kelamaan dengan kepercayaan diri, saat ini AGT bisa enjoy menjalani aktivitas bersama teman-temanya di kampus. Oleh karena fakta yang di ungkapkan AGT di atas penulis menyimpulkan bahwa rasa percaya diri yang ada di dalam hati dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan hambatan dalam melaksanakan aktivitas keagamaan, terutama hambatan yang berasal dari dalam diri sehingga aktivitas itu dapat tetap berjalan dengan baik. 4. Pandai Memanfaatkan Waktu Pepatah barat mengatakan, “waktu adalah uang”, pepatah arab juga mengatakan, “waktu adalah pedang”. Dua peribahasa ini mencerminkan betapa waktu itu bisa menguntungkan bagi manusia, bisa juga merugikan jika tidak pandai dalam pemanfaatanya. Kaitanya dengan solusi mahasiswa muslim untuk tetap dapat melaksanakan aktivitas keagamaan di Universitas Kristen Satya Wacana, penulis menemukan data yang dipaparkan salah satu informan yaitu FNT sebagai berikut: 66 “Ya bicara baik-baik terhadap dosen untuk meminta ijin ketika pas bebarengan waktu sholat, tapi ya konsekuensinya kita ketinggalan kuliah selama kita sholat. Dan pinter-pinter saja memanfaatkan waktu.” Maksud dari pandai memanfaatkan waktu disini FNT menjelaskan bahwa ketika ada waktu atau kesempatan untuk berbuat kebaikan kepada teman-temanya ia langsung memanfaatkan untuk hal itu. Begitu juga ketika proses perkuliahan yang bersamaan dengan waktu sholat, ketika ada jeda dosen dalam menyampaikan materi, ketika itu pula FNT memanfaatkan waktunya untuk meminta ijin sholat terlebih dahulu. Dan menurut pengalamaya selama menempuh kuliah di UKSW, belum ada dosen yang melarangnya untuk melaksanakan rukun Islam yang kedua itu. Kemudian ketika ada acara keagamaan yang sering diadakan oleh organisasi Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana dan publikasi sampai kepada FNT, maka ketika itu pula ia berusaha untuk mengikuti. Dengan catatan FNT tidak pas kuliah, atau tidak pas sedang mengerjakan tugas dan atau tidak pas bersamaan dengan kegiatan yang dilakukan oleh pihak fakultas keparawatan. Dengan demikian, penulis menyimpulkn bahwa dengan para mahasiswa muslim pandai memanfaatkan waktu ketika ada kesempatan, maka kegiatan atau aktivitas keagamaan pun kiranya akan tetap dapat berjalan dengan baik selama di kampus Universitas Kristen Satya Wacana. Untuk solusi dari hambatan yang berhubungan dengan kebijakan kampus terutama masalah perijinan mengadakan kegiatan keagamaan, 67 para informan tidak memberikan komentar apapun karena memang mereka belum menemukan solusinya. 68 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyimpulkan hasil sebagai berikut: 1. Bentuk atau variasi aktivitas keagamaan mahasiswa muslim di Universitas Kristen Satya Wacana penulis kategorikan menjadi dua yaitu hablumminallah dan hablumminannas. Untuk hablumminallah yang dilakukan ialah sholat wajib, puasa wajib dan sunah, berdo’a, serta menyembelih hewah qurban ketika hari raya Idhul Adha. Lalu untuk hablumminannas yaitu berdakwah dengan metode pembuatan buletin Islami dan pembuatan group di jejaring sosial facebook yang berisikan seruan Islam, kemudian tolong menolong dalam kebaikan, silaturahim antar teman, dan toleransi. 2. Kendala yang dihadapi mahasiswa muslim di Universitas Kristen Satya Wacana dalam melaksanakan aktivitas keagamaan ialah kebijakan kampus yang “mempersulit” perijinan akan adanya kegiatan agama Islam, jam kuliah yang sering bersamaan dengan waktu sholat wajib dan waktu sholat jum’at, kemudian fasilitas ruang ibadah yang kurang memadahi, bahkan di kmpus jalan Kartini belum ada tempat ibadah untuk mahasiswa Islam yang ingin melaksanakan sholat, lalu pengaruh lingkungan, dan yang terakhir adalah rasa malas yang timbul dari dalam diri. 69 3. Solusi untuk mengatasi hambatan agar aktivitas keagamaan mahasiswa muslim di Universitas Kristen Satya Wacana tetap dapat dilaksanakan dengan baik adalah memperbanyak teman terutama teman sesama muslim, memperkuat atau meneguhkan iman, percaya diri dan yang terakhir adalah pandai memanfaatkan waktu. Dengan begitu aktivitas keagamaan yang dilakukan mahasiswa muslim di UKSW akan tetap berjalan dengan baik dan hambatan sedikit banyak akan terkurangi. B. Saran Berpijak pada penelitian tentang Aktivitas Keagamaan Mahasiswa Muslim di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, maka pada akhir penulisan ini peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Kepada segenap masyarakat agar tidak memberikan penilaian secara sepihat tanpa adanya fakta sehingga pandangan negatif, terhadap mahasiswa yang menempuh kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana dapat dihilangkan. 2. Kepada pihak kampus Universitas Kristen Satya Wacana agar lebih peduli, lebih terbuka dan lebih bijaksana tehadap aktivitas-aktivitas keagamaan yang dilaksanakan mahasiswa muslim yang menempuh kuliah di sana. Sehingga para mahasiswa terutama yang beragama Islam bisa lebih nyaman ketika melaksanakan aktivitas keagamaan selamas di kampus. 3. Kepada mahasiswa muslim yang sedang menempuh kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana agar tetap semangat dan percaya 70 diri dalam belajar dan menegakan agama Islam meskipun kalian adalah minoritas. Jangan putus asa dan buktikan jika kalian bisa. 71 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Samudi. 1981. Mencari Pedoman Hidup. Semarang: CV Toha Putra Baharuddin. 2005. Aktualisasi Psikologi Islam. Cet. 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Daradjat, Zakiah. 1995. Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental. Cet. 14. Jakarta: PT Toko Gunung Agung 1996. Ilmu Jiwa Agama. Cet. 15. Jakarta: Bulan Bintang Depag RI. 2006. Al-Quran dan Terjemahnya. Cet. 10. Bandung: Diponegoro Dister, Nico Syukur. 1988. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Cet. 1. Yogyakarta: Kanisius Faridi. 2002. Agama Jalan Kedamaian. Cet. 1. Jakarta: Ghalia Indonesia Hendryant, Aisyah N. 2010. Masjid Sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat. Malang: UIN-MALIKI PRESS Koentjaraningrat. 1994. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Cet. 13. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Nasution, Lahmudin. 1997. Fiqih 1. Jakarta: Logos Rohman, Roli Abdul dan M. Khamzah. 2008. Menjaga Aqidah dan Akhlak. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Cet. 13. Bandung: Alfabeta Sukmadinata, Nana Syaodih. Metodologi Penelitian Pendidikan. Cet. 6. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Suprayogo, Imam dan Tobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Cet. 1. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Suryabrata, Sumadi.2003. Metodologi Penelitian. Ed. 2. Cet. 14. Jakarta: PT Raja Grafinddo Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed. 3. Cet. 4. Jakarta: Balai Pustaka http//:www.uksw.edu.com 72