AKTIVITAS KEAGAMAAN MAHASISWA MUSLIM DI UNIVERSITAS

advertisement
AKTIVITAS KEAGAMAAN MAHASISWA MUSLIM
DI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA (Studi Mahasiswa yang Tergabung dalam
Organisasi Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana
Tahum 2012)
Skripsi diajukan kepada STAIN Salatiga untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan program
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Marta Aji Wicaksono
(11108095)
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2013
i
ii
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706,323433 Fax323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag.
Dosen Stain Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Lamp.
: 4 Eksemplar
Hal
: Naskah Skripsi
Saudara
: Marta Aji Wicaksono
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama
ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama
: Marta Aji Wicaksono
Nim
: 111 08 095
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam
Judul
: AKTIVITAS KEAGAMAAN MAHASISWA MUSLIM DI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
(STUDI MAHASISWA YANG TERGABUNG DALAM
ORGANISASI KELUARGA MAHASISWA ISLAM SATYA
WACANA TAHUN 2012)
Dengan ini kami memohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera
dimunaqosahkan.
Demikian agar menjadi maklum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 22 Januari 2013
Pembimbing
Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag
NIP. 19720521 200501 1 003
iii
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706,323433 Fax323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
SKRIPSI
AKTIVITAS KEAGAMAAN MAHASISWA MUSLIM DI UNVERSITAS
KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA (STUDI MAHASISWA YANG
TERGABUNG DALAM ORGANISASI KELUARGA MAHASISWA
ISLAM SATYA WACANA TAHUN 2012)
DISUSUN OLEH
MARTA AJI WICAKSONO
NIM: 111 08 095
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah,
Sekolah Tinggi Agam Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 5 Maret dan
telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1
Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji
: H. Agus Waluyo, M.Ag.
__________________
Sekretaris Penguji : Dra. Siti Asdiqoh, M. Si.
__________________
Penguji I
: Prof. Dr. Budiharjo, M. Ag.
__________________
Penguji II
: Rovi’in, M. Ag.
__________________
Penguji III
: Muh. Hafidz, M. Ag.
__________________
Salatiga, 5 Maret 2013
Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M. Ag.
NIP. 19580827 198303 1 002
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Marta Aji Wicaksono
NIM
: 11108095
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam sekripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 22 Januari 2013
Yang menyatakan,
MARTA AJI WICAKSONO
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan:
a. Buat ibu saya tercinta ibu Setiti Handayani yang selalu menyayangi,
mengasihi, memberikan semangat dan memberikan yang terbaik
kepadaku sejak aku lahir sampai saat ini.
b. Bapak Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag yang sudah membimbing dan
mengarahkan sampai skripsi ini dapat tersusun dengan baik.
c. Buat teman-teman PAI, khususnya PAI C Angkatan 2008 yang sudah
berjuang dan belajar bersama-sama dari awal masuk kuliah sampai saat
ini.
d. Buat teman-teman di TATA SNACK, Eko, Barok, Atok, Fahmi, Mbak
Yuh, Mami Ru yang selalu bisa membuatku tersenyum ketika sedang
bosan.
e. Buat teman-teman Remas Al-Ayyubi, Rifai, Agus, Pras, Mbak Tari, Pak
Kamet, Sidik dan Dika yang selalu mendo’akanku, terima kasih atas
do’a kalian.
f. Buat seorang teman wanita yang selalu memberikanku semangat dan
membantuku meski berjauhan, aku sangat berterima kasih sekali atas
bantuan dan semangatnya.
g. Buat teman-teman mahasiswa di UKSW, Fanita, Anggit, Fery, Laela,
Pambudi dan Indri yang senantiyasa membantu ketika aku penelitian.
vi
MOTTO
“Jalani hidup dengan ikhlas dan yakin jika kita pasti bisa”
(Bapak Dr. Miftahudin, M. Ag)
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alkhamdulillahi robbil’aalamiin, segala puji dan syukur peneliti haturkan
kepada Allah swt yang telah memberikan taufiq serta hidayah-Nya yang tiada
terhingga, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Aktivitas Keagamaan Mahasiswa Muslim di Universitas Kristen Satya Wacana
(Studi Penelitian Mahasiswa yang Tergabung dalam Organisasi Keluarga
Mahasiswa Islam Satya Wacana Tahun 2012 ).”
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad saw, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikut yang
setia. Yang mana beliolah sebagai rosul utusan Allah untuk membimbing umat
manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang modern ini.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk
memperoleh gelar Sarjana Penidikan Islam (S.Pd.I) di Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Aktivitas Keagamaan
Mahasiswa Muslim di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (Studi
Penelitian Mahasiswa yang Tergabung dalam Organisasi Keluarga Mahasiswa
Islam Satya Wacana Tahun 2012).”
Penulisan skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Dra. Siti Asdiqoh, M. Si selaku Ketua Progdi PAI SAIN Salatiga.
viii
3. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bantuan, arahan, dan bimbingan dengan penuh kesabaran
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian skripsi ini
dengan baik.
5. Karyawan-karyawati STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan dengan
senyuman, keramahan dan memuaskan kepada peneliti.
6. Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi
dan memberikan dukungan penuh kepada peneliti, baik dukungan moral,
materiil dan spiritual.
7. Pengurus organisasi Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana (KMIS)
terutama Sdr. Ketua yaitu Pambudi Dermawan yang telah memberikan ijin
terhadap peneliti untuk melakukan penelitian.
8. Teman-teman mahasiswa muslim di Universitas Kristen Satya Wacana yang
telah bersedia menjadi informan dalam penelitan ini
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik, semoga amal kebaikannya diterima di sisi
Allah swt.
ix
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka peneliti mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil peneitian ini dapat berguna
bagi peneliti khususnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 22 Januari 2013
MARTA AJI WICAKSONO
11108095
x
ABSTRAK
Wicaksono, Marta Aji. 2013. Aktivitas Keagamaan Mahasiswa Muslim di
Unversitas Kristen Satya Wacana Salatiga (Studi Mahasiswa yang
Tergabung dalam Organisasi Keluarga Mahasiswa Islam Satya
Wacana Tahun 2012). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi
Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag.
Kata kunci: Aktivitas keagamaan
Penelitian ini berupaya untuk memberikan informasi kepada segenap
masyarakat bahwasanya penulis melakukan penelitian untuk menjawab beberapa
pertanyaan yang ada di dalam fikiran mereka. Pertanyaan itu meliputi tentang
bagaimana bentuk aktivitas keagamaan mahasiswa muslim di Universitas Kristen
Satya Wacana (UKSW), apa saja hambatan yang mahasiswa hadapi dan
bagaimana solusi mereka tetap bisa meaksankan aktivitas keagamaan dengan
baik. Diharapkan setelah diadakan penelitian ini, masyarakat lebih mengetahui
dengan jelas atas dasar fakta-fakta yang diungkapkan oleh para mahasiswa di
UKSW. Tidak hanya berkomentar yang tidak jelas tanpa dasar atas apa yang
mahasiswa muslim kerjakan selama di kampus. Untuk itu penelitian ini
dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana sebetulnya aktivitas keagamaan
mahasiswa muslim yang menempuh kuliah di UKSW Salatiga. Kemudian untuk
mengetahui apa saja hambatan yang mereka alami dalam melaksanakan aktivitas
keagamaan selama di UKSW. Dan yang terakhir untuk mengetahui bagaimana
solusi mahasiswa muslim di UKSW agar tetap dapat melaksanakan aktivitas
keagamaan dengan baik.
Penulis mengambil 5 informan untuk menjadi objek penelitian ini. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam melakukan penelitian menggunakan
teknik purposive sampling dan snow ball sampling apabila ada informan yang
lebih mengetahui tentang informasi yang penulis butuhkan atas dasar rekomendasi
dari informan utama atau pertama. Penelitian dimulai bulan November 2012.
Metode yang digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah dengan
wawancara, pengamatan dan dokumentasi. Kemudian data ditranskrip menjadi
data yang lengkap.
Hasil penelitian menunjukan bahwasanya banyak sekali variasi atau
bentuk aktivitas keagamaan yang dilakukan mahasiswa muslim di UKSW
diantarannya adalah sholat, berdo’a, puasa wajib dan sunah, berqurban. Ini yang
aktivitas keagamaan yang berhubungan dengan Allah swt (hablumminallah).
Untuk yang berhubungan sesama manusia diantaranya adalah berdakwah, tolong
menolong dalam kebaikan, silaturahim antar teman, dan toleransi. Kemudian
dalam penelitian ini penulis menemukan beberapa hambatan ketika mahasiswa
muslim melaksanakan aktivitas keagamaan. Hambatan itu adalah kebijakan
kampus yang mempersulit perijinan akan adanya kegiatan agama Islam, jam
kuliah yang bersamaan dengan waktu sholat, fasislitas ruang ibadah yang kurang
layak dan bahkan di kmpus jl. Kartini belum ada, pengaruh lingkungan, lalu rasa
malas dari diri sendiri. Akan tetapi penulis juga menemukan jika para mahasiwa
xi
memiliki solusi tersendiri untuk tetap dapat melaksanakan aktivitas keagamaan
dengan baik yaitu dengan memperbanyak teman terutama teman sesama muslim,
memperkuat atau meneguhkan iman, percaya diri dan yang terakhir menurut
mereka adalah dengan pandai memanfaatkan waktu.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.....................................................................................
i
LEMBAR LOGO STAIN...............................................................................
ii
NOTA PEMBIMBING...................................................................................
iii
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN.............................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................
v
PERSEMBAHAN............................................................................................
vi
MOTTO............................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR..................................................................................... viii
ABSTRAK........................................................................................................
xi
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah......................................................
1
B. Rumusan Masalah...............................................................
5
C. Signifikansi Penelitian.........................................................
5
1. Tujuan Penelitian...........................................................
5
2. Manfaat Penelitian.........................................................
6
D. Penegasan Istilah.................................................................
7
E. Riset Terdahulu...................................................................
8
xiii
F. Metode Penelitian................................................................ 10
1. Jenis Penelitian..............................................................
10
2. Pendekatan Penelitian.................................................... 10
3. Subjek Penelitian........................................................... 10
BAB II
4. Metode Pengumpulan Data...........................................
11
5. Metode Analisis Data....................................................
14
6. Kehadiran Peneliti.........................................................
15
7. Lokasi Penelitian..........................................................
15
8. Pengecekan Keabsahan Temuan..................................
16
H. Sistematika Penulisan...........................................................
16
KAJIAN PUSTAKA...............................................................
18
A. Pengertian Aktivitas Keagamaan.........................................
18
B. Motivasi Aktivitas Keagamaan............................................
21
C. Bentuk Aktivitas Keagamaan...............................................
30
1. Aktivitas Keagamaan yang Berhubungan dengan Allah... 31
2. Aktivitas Keagamaan yang berhubungan dengan Sesama
Manusia............................................................................
xiv
32
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN............
33
A. Gambaran Umum Keluarga Mahasiswa Islam Satya
Wacana (KMIS)...................................................................
33
1. Sejarah Berdirinya KMIS.................................................
33
2. Visi dan Misi KMIS.......................................................... 35
`
3. Struktur Organisasi KMIS................................................
36
4. Tugas Pengurus................................................................. 37
B. Profil Informan................................................................... 39
C. Temuan Penelitian................................................................
43
1. Bentuk Aktivitas Keagamaan Mahasiswa Muslim
di Universitas Kristen Satya Wacana...............................
43
2. Motivasi Mahasiswa Muslim Melakukan Aktivitas
BAB IV
Keagamaan.......................................................................
55
PEMBAHASAN......................................................................
60
A. Kendala-kendala yang Dihadapi Mahasiswa Muslim dalam
Melaksanakan Aktivitas Keagamaan di Universitas Kristen
Satya Wacana.......................................................................
60
1. Kendala Eksternal............................................................. 60
xv
2. Kendala Internal................................................................ 66
B. Solusi Mahasiswa Muslim di Universitas Kristen Satya
Wacana agar Tetap Dapat Melaksanakan Aktivitas
Keagamaan dengan Baik....................................................... 67
1. Memperbanyak Teman.....................................................
68
2. Memegang Teguh Iman.................................................... 70
3. Percaya Diri......................................................................
71
4. Pandai Memanfaatkan Waktu........................................... 72
BAB V
PENUTUP................................................................................ 74
A. Kesimpulan........................................................................... 74
B. Saran..................................................................................... 75s
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran-lampiran
Riwayat Hidup Penulis
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama merupakan sepatah kata yang tidak asing di telinga kita. Aturan
atau tatacara hidup manusia dalam kehidupan yang berhubungan dengan
Tuhan dan sesamanya adalah definisi secara sederhana. Akan tetapi definisi
yang sempurna dan lengkap serta dapat diterima oleh semua kalangan
belumlah dapat dirumuskan. W.H. Clark dalam buku karangan Zakiah
Daradjat (1996: 3) menyatakan bahwa beliau dengan tegas mengakui jika
tidak ada yang lebih sukar daripada mencari kata-kata yang dapat digunakan
untuk membuat definisi tentang agama. Oleh karena itu para tokoh keagamaan
diberi kebebasan dalam mendefinisikan agama karena Clark juga mengatakan
bahwa agama ialah sebuah pengalaman yang subjektif, intern dan individuil
sehingga beda orang beda pengalaman keagamanya.
Untuk mendapatkan sebuah pengalaman setiap individu haruslah
melakukan aktivitas yang berhubungan dengan hal tersebut. Misalnya yang
terjadi pada seseorang
yang sangat berpengalaman dalam bidang masak-
memasak, dia mendapatkan pengalaman itu pasti dari seringnya ia mencoba
berkarya atau praktik-praktik memasak yang tentunya ini merupakan
aktiviktas memasak.
Begitu
halnya dengan pengalaman keagamaan,
pengalaman keagamaan akan diperoleh ketika kita telah melakukan aktivitas
keagamaan.
1
Sesungguhnya efek dari kita mendapatkan pengalaman agama setelah
melakukan
aktivitas
keagamaan
ialah
dapat
menentramkan
jiwa,
menenangkan hati dan mengendalikan moral (Daradjat, 1995: 62). Atau
dengan kata lain dapat peneliti simpulkan bahwa aktivitas keagamaan itu
berbanding lurus dengan ketenangan hati dan ketentramkan jiwa. Jika
seseorang dalam melaksanakan aktivitas keaagamaan itu dapat berjalan
dengan baik, benar dan lancar maka ketentraman jiwa dan ketenangan hati
pun tak hayal akan segera terealisasi. Karena pada hakikatnya ketenangan dan
ketentraman jiwa atau hati ialah suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap
manusia (Faridi, 2002: 21).
Kaitanya dengan aktivitas keagamaan, di sini peneliti mencoba
merumuskan menjadi dua yaitu aktivitas keagamaan yang berhubungan
dengan Tuhan secara langsung dan aktivitas keagamaan yang berhubungan
dengan sesama manusia. Jika dalam Islam yaitu hablumminalloh dan
hablumminannas atau dengan kata lain dapat juga diklasifikasikan ke dalam
aktivitas keagamaan yang bersifat ritual dan aktivitas keagmaan yang bersifat
sosial. Contoh dari aktivitas keagamaan yang berhubungan dengan Tuhan
(Allah SWT) atau hablumminallah atau aktivitas keagamaan bersifat ritual
tentu banyak sekali, akan tetapi kali ini peneliti hanya mengambil tiga contoh
aktivitas keagamaan saja yaitu Sholat yang meliputi sholat wajib 5 waktu (anNisa’: 103) dan sholat jum’at (Al-Jum’ah: 9), kemudian Puasa yang meliputi
puasa wajib yang salah satunya puasa romadhon (Al-Baqoroh: 183) dan puasa
sunnah, lalu yang terakhir adalah do’a (Al-Mu’min: 60). Sedang contoh
aktivitas keagamaan yang berhubungan dengan sesama manusia atau
2
hablumminannas atau aktivitas keagamaan yang bersifat sosial ialah tolong
menolong dalam hal kebaikan (al-Maidah: 2), menjaga tali silaturahmi (anNisa’: 1) antar sesama dengan mengadakan berbagai kegiatan keagamaan
seperti perayaan hari besar keagamaan, kemudian dengan mengucap salam
apabila bertemu sahabat ataupun teman, menjenguk saudara atau teman yang
sedang sakit (H.R Imam Bukhori dari abu musa Al-Asy’ari), membantu
mereka yang sedang kesusahan dengan harta atau tenaga kita dan masih
banyak lagi yang lainya.
Apabila aktivitas-aktivitas keagamaan di atas dijalankann dengan baik dan
benar maka jiwa kita akan menjadi tentram dan hati akan menjadi tenang
seperti yang dikatakan Zakiah Daradjat di atas. Tentu hal-hal demikian
berlaku untuk semua lapisan masyarakat, mulai petani, pegawai, pengusaha,
pebisnis dan mahasiswa. Pada kesempatan kali ini peneliti fokus pada
kalangan mahasiswa yang konon sebagai agent of change atau agen perubahan
untuk menjadi lebih baik. Aktivitas keagamaan pada kalangan mahasiswa
tentu tidaklah berbeda dengan apa yang disampaikan di atas terutama
mahasiswa di perguruan tinggi dengan basic agama yang umum dan
perguruan tinggi dengan basic agama Islam.
Akan tetapi ketika peneliti melihat beberapa teman mahasiswa muslim
yang menempuh kuliahnya di perguruan tinggi dengan basic Kristen seperti
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga seketika di benak peneliti muncul
pertanyaan, Bagaimana Aktivitas Keagamaan mahasiswa di sana? Karena
pada umumnya setiap perguruan tinggi memiliki visi dan untuk mewujudkan
visi tersebut tentu mereka memiliki misi-misi tertentu. Di antara visi dari
3
Universitas Kristen Satya Wacana adalah ”Menjadi Universitas Scientiarum,
untuk pembentukan persekutuan pengetahuan tingkat tinggi, yang terikat
kepada pengajaran kebenaran (alethea) berdasarkan pada realisme
Alkitabiah”. Salah satu misi untuk mewujudkan visi tersebut adalah
“Melaksanakan Perguruan Tinggi Kristen Indonesia, yang berarti bahwa
hidup dan kegiatan-kegiatannya pada satu pihak mempunyai motivasi dan
merupakan bentuk perwujudan Iman Kristen dan pada pihak lain menjawab
secara tepat dan bertanggung jawab situasi sosiokultural dan kebutuhan
bangsa serta negara Republik Indonesia” (http//:www.uksw.edu.com).
Dari sepenggal visi dan misi itu peneliti dapat menarik kesimpulan
sementara bahwa dasar pendidikan yang diterapkan di Universitas Kristen
Satya Wacana ialah mengacu pada Alkitab dan motivasi serta perwujudan
iman mereka berdasar atas Iman Kristen. Di sini terjadi kontradiksi antara
mahasiswa muslim
yang pada hakikatnya
berkeinginan untuk bisa
menentramkan jiwa dan hati dengan aktivitas-aktivitas keagamaan Islam di
kampus dilain sisi dari pihak kampus memiliki visi dan misi yang kuat untuk
mewujudkan Universitas Kristen dengan landasan Alkitab.
Berawal dari latar belakang itulah peneliti berkeinginan untuk melihat
lebih mendalam tentang aktivitas keagamaan Mahasiswa Islam di Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga.
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
4
1.
Bagaimana bentuk atau variasi aktivitas keagamaan mahasiswa muslim di
Universitas Kristen Satya Wacana?
2.
Kendala-kendala
apa
yang
dihadapi
mahasiswa
muslim
dalam
melaksanakan aktivitas keagamaan di Universitas Kristen Satya Wacana?
3.
Bagaimana cara atau solusi mahasiswa muslim di Universitas Kristen
Satya Wacana agar tetap dapat melaksanakan aktivitas keagamaan
dengan baik?
C. Signifikansi Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Setiap penelitian tentu memiliki tujuan dan kegunaan, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk atau variasi aktivitas
keagamaan
mahasiswa muslim di Universitas Kristen Satya Wacana,
untuk mengetahui kendala yang dihadapi mahasiswa muslim dalam
melaksankan aktivitas keagamaan, dan terakhir adalah untuk mengetahui
cara atau solusi agar mahasiswa muslim tetap dapat melaksanakan
aktivitas keagamaan dengan baik di Universitas Kristen Satya Wacana.
2.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara
teoritis maupun manfaat secara praktis.
a. Manfaat Teoritis
Secara teori, penelitian ini diharapkan dapat menjadi stimulus bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi agama
khususnya tentang aktivitas keagamaan serta yang tidak kalah penting
5
yaitu menambah perbendaharaan keilmuan bagi siapapun yang
membacanya.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
tambahan ilmu pengetahuan tentang aktivitas keagamaan mahasiswa
yang nantinya dapat dijadikan sebagai referensi bagi peserta didik
untuk dapat melaksanakan aktivitas keagamaanya dengan baik dan
benar. Kemudian diharapkan dapat memberikan solusi atau jalan
keluar bagi mahasiswa yang merasa kesulitan dalam melaksanakan
aktivitas keagamaan di kampus. Yang terakhir diharapkan menjadi
perhatian pihak kampus untuk bisa menyempurnakan sistem yang ada
sehingga khususnya mahasiswa muslim yang menempuh kuliah di
Universitas Kristen Satya Wacana dapat lebih nyaman dalam
melaksanakan aktivitas keagamaan dan nantinya tidak menutup
kemungkinan di masa depan akan lebih banyak lagi kaum muslimin
yang menempuh kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana.
D. Penegasan Istilah
Pada poin ini peneliti mencoba menguraikan makna di balik judul
prosposal yang diajukan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 23)
bahwa aktivitas adalah kegiatan atau dapat juga disebut perilaku atau juga
perbuatan, sedangkan kegiatan berasal dari kata giat, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2007: 362) giats memilki makna rajin, bergairah,
bersemangat dan merupakan perbuatan usaha. Akan tetapi disini peneliti
6
mengartikan aktivitas ialah pebuatan, yaitu perbuatan yang dilaksanakan setiap
hari dan merupakan suatu kegiatan.
Keagamaan berarti segala sesuatu mengenai agama dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2007: 12) atau yang berkaitan dengan agama . Pada
penelitian ini keagamaan peneliti fokuskan pada ibadah yang behubungan
langsung dengan Allah dan ibadah yang hubunganya dengan sesama manusia.
Sedang mahasiswa muslim peneliti artikan sebagai setiap orang baik laki-laki
maupun perempuan yang beragama Islam dan sedang menempuh proses
pembelajaran di perguruan tinggi.
Jadi secara keseluruhan yang dimaksud dalam judul skripsi peneliti “
Aktivitas Keagamaan Mahasiswa Muslim Di Universitas Kristen Satya
Wacana (Studi Mahasiswa Yang Tergabung Dalam Keluarga Mahasiswa Islam
Satya Wacana Tahun 2012) adalah segala hal berupa kegiatan ataupun
perbuatan dalam bidang ibadah baik ibadah langsung kepada Allah maupun
ibadah kepada sesama manusia yang dilakukan oleh mahasiswa muslim di
Universitas Kristen Satya Wacana dengan objek penelitian yaitu mahasiswa
yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana Tahun 2012.
E. Riset Terdahulu
Penelitian tentang aktivitas keagamaan sudah pernah diteliti oleh para
peneliti sebelumnya, akan tetapi objek penelitianya berbeda-berbeda. Penelitian
yang dilakukan Rifai Kurnia Rahman dengan judul Pengaruh Aktivitas
Keagamaan terhadap Akhlak Masyarakat Desa Cengklik Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali Tahun 2011. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui
7
bagaimana aktivitas keagamaan masyarakat Desa Cengklik Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
akhlak masyarakat Desa Cengklik serta mengetahui apakah ada pengaruh
antara aktivitas keagamaan dan akhlak masyarakat.
Penelitian Agus Saini berjudul Pengaruh Aktivitas Keagamaan Orang
Tua terhadap Ahlakul Karimah
Pada Anak Di Dusun Pangkatan, Desa
Kragilan, Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2003. Agus meneliti
tentang bagaimana variasi aktivitas keagamaan orang tua di Dusun Pangkatan,
Desa Kragilan, Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Lalu mengetahui
tingkat Akhlakul Karimah
anak di Dusun Pangkatan, Desa Kragilan,
Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang,dan bagaimana pengaruh aktivitas
keagamaan orang tua terhadap tingkat aklakul karimah anak tersebut.
Berbeda dengan penelitian Agus Saidi, Sri Tentrem meneliti Pengaruh
Aktivitas Keagamaan Guru terhadap Perkembangan Moral Siswa SLTP
Muhammadiyah Wonosegoro Boyolali Tahun 2004/2005. Sri Tentrem
memfokuskan penelitianya untuk mengetahui bagaimana variasi aktivitas
keagamaan guru di SLTP Muhammadiyah Wonosegoro. Kemudian Sri juga
memfokuskan penelitiannya untuk mengetahui tentang bagaimana variasi
perkembangan moral siswa di SLTP tersebut, dan sejauh mana keduanya saling
berhubungan (Aktivitas keagamaan guru dengan perkembangan moral siswa).
Lain halnya dengan Emma Rusdiana dengan judul penelitian Pengaruh
Aktivitas Keagamaan terhadap Sikap Optimis Ibu Hamil (Studi Terhadap Ibu
Hamil Di Desa Glesungrejo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun
2004). Penelitian ini fokus tentang bagaimana aktivitas keagamaan ibu hamil di
8
Desa Glesungrejo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri dan bagaimana
sikap keoptimisannya pada saat hamil,dan pengaruh aktivitas keagamaan
terhadap sikap optimis ibu hamil tersebut.
Dari uraian fokus penelitian judul-judul di atas jika dibandingkan dengan
penelitian
yang
dilakukan
penulis
sesungguhnya
terdapat
kesamaan.
Kesamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang aktivitas keagamaan, akan
tetapi objek penelitiannya berbeda. Jika penelitian yang dilakukan penulis
tentang aktivitas keagamaan mahasiswa, penelitian di atas tentang aktivitas
keagamaan orang tua, guru, ibu hamil serta masyarakat. Metode-metode dalam
pengumpulan datanyapun secara keseluruhan sama yaitu menggunakan metode
wawancara, observasi dan dokumentasi.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Fokus penelitian ini adalah mahasiswa muslim yang tergabung
dalam organisasi ekstra kampus yaitu Keluarga Mahasiswa Islam Satya
Wacana. Oleh karena itu model penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah model penelitian kualitatif diskriptif. Dimana tujuan dari
penelitian ini agar subjek penelitian (informan) mendeskripsikan fakta-fakta
atau kejadian yang mereka alami sendiri ataupun kelompok (Suryabrata,
2009: 18).
Dalam penelitian ini selama informan melakukan aktivitas
keagamaan di kampus.
2. Pendekatan Penelitian
9
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologis.
Menurut Suprayogo (2001: 19) pendekatan psikologis yaitu pendekatan
untuk mencari pengetahuan tentang aspek batin dari kesadaran beragama,
perasaan individu dan atau kelompok.
3. Subjek Penelitian
Pada penelitian ini tempat yang peneliti pilih adalah salah satu
organisasi ekstra kampus yang ada di Univesitas Kristen Satya Wacana yaitu
KMIS (Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana) dengan jumlah anggota
15 mahasiswa termasuk pengurus. Sedangkan subjek dalam peneltian ini
adalah mahasiswa Islam baik putra maupun putri. Dan penelitian ini meneliti
tentang aktivitas keagamaan mahasiswa Islam yang ada di Univesitas
Kristen Satya wacana.
Pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil key sampel saja
sebagai langkah awal dalam melakukan penelitian, yaitu beberapa
mahasiswa (mencakup pengurus dan anggota KMIS). Kemudian peneliti
mengambil sampel beberapa mahasiswa baik yang beragama Islam maupun
selain Islam di luar organisasi itu untuk memberikan pandanganya terhadap
aktivitas keagamaan mahasiswa muslim.
Pada penelitian ini, teknik sampel yang digunakan adalah
purposive sampling atau teknik sampel bertujuan dan dimungkinkan peneliti
juga menggunakan teknik snowball sampling (teknik bola salju). Hal ini
dikarenakan apabila dalam proses pengumpulan data ada informan yang
ternyata lebih menguasai dan memahami permasalahan atas dasar
rekomendasi dari informan sebelumnya (Sugiyono, 2011: 219).
4. Metode Pengumpulan Data
10
Pada penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Metode Wawancara
Wawancara
ialah
cara
yang
digunakan
seseorang
untuk
mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang informan (lawan
bicara) dalam suatu proyek atau tugas (Koentjaraningrat, 1994: 129).
Metode wawancara digunakan untuk mengungkap secara mendalam
tentang
bagaimana
mahasiswa
muslim
melaksanakan
aktivitas
keagamaan, mengetahui kendala yang dihadapai dalam melaksanakan
aktivitas keagamaan, dan mengetahui cara atau solusi agar mereka
(mahaasiswa muslim yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Islam
Satya Wacana) tetap bisa melaksanakan aktivitas keagamaan dengan
baik. Dalam penelitian ini, pengurus Keluarga Mahasiswa Islam Satya
Wacana merupakan pihak yang pertama kali peneliti wawancarai.
Tujuanya agar peneliti dapat memperoleh gambaran yang lebih
mendalam mengenai sejarah berdirinya Keluarga Mahasiswa Islam
Satya Wacana, visi dan misi, kegiatan-kegiatan keagamaan yang
dilakukan, serta hal-hal yang berkaitan dalam rumusan masalah.
Kemudian anggota Keluarga Mahasiswa Islam Satyawacana
merupakan pihak kedua dalam proses pengumpulan data dengan metode
wawancara ini. Tujuanya untuk mengetahuai lebih mendalam mengenai
kondisi psikologi mereka sebelum dan sesudah mengikuti kegiatankegiatan keagamaan Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana serta
mengetahui bagaimana mereka melaksanakan aktivitas keagamaan di
luar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi Keluarga
Mahasiswa Islam Satya Wacana. Kemudian beberapa mahasiswa baik
11
yang beragama Islam maupun selain Islam di luar organisasi itu untuk
memberikan pandanganya terhadap aktivitas keagamaan mahasiswa
muslim.
b. Metode Pengamatan
Teknik pengamatan biasa digunakan untuk mengamati kegiatankegiatan yang dilakukan oleh objek yang diteliti. Dan pada kesempatan
kali ini peneliti mengunakanya untuk mengamati kegiatan keagamaan
yang dilakukan mahasiswa muslim dalam Keluarga Mahasiswa Islam
Satya Wacana selama di kampus. Metode ini diharapkan bisa menjadi
alat untuk membuktikan apakah data-data yang disampaikan melalui
wawancara sama dengan apa yang ditemukan di lapangan. Hal ini
dimaksudkan agar data yang diporeleh adalah data yang akurat dan
tingkat kepercayaanya dapat dipertanggung jawabkan. Dalam proses
pengamatan kali ini, peneliti hanya bertindak sebagai pengamat saja
tanpa harus ikut serta dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh
informan atau dengan kata lain metode pengamatan ini merupakan
metode pengamatan non partisipatif (Sukmadinata, 2010: 220).
c. Metode Dokumentasi
Teknik
dokumentasi.
pengumpulan
data
yang
terakhir
adalah
teknik
Dokumentasi dalam penelitian ini berfungsi sebagai
penguat akan data-data yang diperoleh di lapangan. Dokumen bisa
berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseoraang
(Sugiyono, 2011: 240). Dengan adanya dokumentasi dapat terlihat bukti
12
riil berupa gambar ataupun foto pada waktu-waktu strategis ketika
peneliti sedang mengikuti kegiatan mahasiswa KMIS berlangsung
ataupun ketika peneliti sedang melakukan wawancara dengan para
informan. Selain itu tentu dari pihak Keluarga Mahasiswa Islam Satya
Wacana juga memiliki dokumen-dokumen administratif seperti sejarah
berdirinya, kegiata-kegiatan yang pernah dilaksanakan, dan biodatabiodata anggota serta yang terakhir struktur organisasinya. Hal ini dapat
digunakan sebagai lampiran untuk data tambahan dalam penelitian ini.
5. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data
kualitatif
model
alir
Milles
dan
Huberman.
Analisis
data
ini
menggambarkan bahwa aktivitas analisis data dilakukan secara terus
menerus dari awal pengambilan data sampai data dirasa sudah jenuh atau
tidak ada data baru yang ditemukan seperti jalanya air yang mengalir dari
hulu ke hilir (Sugiyono, 2011: 246). Analisis data ini meliputi pengumpulan
data kemudian reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
peyederhanaan data kasar (data asli) yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan.
Reduksi data dalam penelitian ini yaitu data yang
dihasilkan dari pengamatan dan wawancara yang merupakan data yang
masih mentah dan masih bersifat acak-acakan serta kompleks, oleh peneliti
dilakukan penyusunan data yang relevan dan bermakna untuk disajikan
dengan cara memilih data yang mengarah pada pemecahan masalah dan
memilih data yang mampu menjawab permasalahan penelitian, selanjutnya
disederhanakan.
13
Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap
sekumpulan informasi yang diperoleh dan memberikan kemungkinan bagi
penarikan kesimpulan. Peneliti menyajikan data yang telah direduksi ke
dalam laporan secara sistematik. Data disajikan dalam bentuk diskripsi
mengenai aktivitas keagamaan mahasiswa.
Kesimpulan diambil setelah data difahami dengan seksama
berdsarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan untuk membentuk
sebuah teori. Apabila ternyata kesimpulan akhir berbeda dengan teori di
awal penelitian maka teori yang terdahulu tereliminasi dan digantikan teori
yang ada sekarang.
6. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus
pengumpul data. Kehadiran peneliti merupakan syarat utama untuk
mengadakan sebuah penelitian. Di sini, peneliti berperan sebagai pengamat
dalam penelitian. Instrumen selain manusia memang penting keberadaannya,
akan tetapi hanya sebagai pendukung tugas peneliti. Kehadiran peneliti ini
juga diketahui statusnya oleh subjek atau informan yang ikut berperan dalam
kelancaran jalannya penelitian.
7. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan adalah di Universitas Kristen Satya
Wacana (UKSW) Salatiga. Sasaran penelitian adalah mahasiswa muslim
baik putra maupun putri yang tergabung dalam organisasi ekstra kampus
KMIS (Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana). UKSW terlatak persis di
gerbang masuk kota Salatiga dari arah Semarang. Letaknya yang strategis
14
memudahkan akses para mahasiswa untuk sampai tempat kuliah dengan
cepat.
8. Pengecekan Keabsahan Temuan
Pengecekan keabsahan temuan ini dilakukan dengan cara triangulasi.
Triangulasi merupakan cara pengecekan kredibilitas atau keakuratan data
dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai suber data
(Sugiyono, 2011: 241). Hal ini bertujuan untuk membandingkan informasi
tentang hal yang sama dan diperoleh dari berbagai pihak agar terhindar dari
subjektivitas.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan dan dapat dimengerti oleh
semua kalangan maka laporan penelitian ini ( Skripsi ) dibagi dalam beberapa
bab, yaitu :
Bab I
: Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah, manfaat penelitian, riset
terdahulu, metode penelitian, sitematika penulisan.
Bab II
: Kajian pustaka, berisi pengertian aktivitas keagamaan, motivasi
aktivitas kagamaan, bentuk aktivitas keagamaan.
Bab III
: Paparan data dan temuan penelitian, diskripsi Keluarga
Mahasiswa Islam Satya Wacana dan para informan, serta hasil wawancara.
Bab IV
: Pembahasan, berisi tentang kendala yang dihadapi mahasiswa
muslim serta berisi tentang solusi mahasiswa agar tetap dapat melaksanakan
aktivitas keagamaan dengan baik.
Bab V
: Penutup yang meliputi kesimpulan, dan saran-saran.
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Aktivitas Keagamaan
Secara etimologi atau bahasa kata “aktivitas”berarti kegiatan,
sedangkan kegiatan berasal dari kata giat, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007: 362) memilki makna rajin, bergairah, bersemangat dan
merupakan perbuatan usaha. Rajin di sini diartikan sebagai perilaku yang
dilakukan secara konsisten, terus menerus, tertata dan tertib. Konsisten
berarti tidak berubah-ubah, terus menerus berarti tidak diam, tertata berarti
rapi dan menimbulkan kesan keindahan apabila dipandang, serta yang
terakhir adalah tertib atau berurutan. Kemudian selain rajin makna giat
yang kedua ialah bergairah. Bergairah berarti sehat dan kuat, karena kata
ini identik dengan keadaaan jasmani manusia. Kesehatan merupakan salah
satu diantara nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah Swt. Dengan
kesehatan tubuh akan menjadi kuat dan memberikan kegairahan dalam
beraktivitas.
Makna kata giat yang ketiga ialah semangat. Semangat atau spirit
merupakan salah satu elemen penting yang dibutuhkan dalam melakukan
suatu kegiatan (aktivitas). Dengan adanya spirit, aktivitas yang dilakukan
akan terasa ringan dan akan membuahkan hasil yang maksimal. Hal ini
disebabkan karena di dalam spirit terkandung power atau kekuatan yang
16
berupa tenaga, fikiran dan keterampilan serta bertugas sebagai motor
penggerak dalam tercapainya hasil kerja yang maksimal.
Usaha adalah makna kata giat yang ketiga. Usaha merupakan salah
satu faktor utama tercapainya keberhasilan. Dengan usaha, cita dan
harapan setiap manusia senantiasa akan terlaksana, apalagi jika hal ini
diiringi dengan doa yang dipanjatkan kepada Allah Swt. Maka tidak salah
jika usaha merupakan salah satu komponen dalam setiap aktivitas
kehidupan termasuk aktivitas keagamaan.
Selanjutnya adalah arti kata “keagamaan”. Secara etimologi,
“keagamaan” berasal dari kata agama yang memiliki arti dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2007: 12) adalah sistem yang mengatur tata
keimanan dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungan. Lalu dari kata agama tersebut mendapat imbuhan ke- -an yang
menjadikan kata ini berbunyi keagamaan dan memiliki arti dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2007: 12) segala sesuatu mengenai agama atau
dapat dikatakan segala sesuatu yang berhubungan dengan agama seperti
ibadah dan mu’amalah.
Menurut istilah agama merupakan sepatah kata yang tidak asing
ditelinga kita. Aturan atau tatacara hidup manusia dalam kehidupan yang
berhubungan dengan Tuhan dan sesamanya adalah definisi secara
sederhana. Akan tetapi definisi yang sempurna dan lengkap serta dapat
diterima oleh semua kalangan belumlah dapat dirumuskan. Clark dalam
buku karangan Zakiah Daradjat (1996: 3) menyatakan bahwa dengan tegas
17
mengakui jika tidak ada yang lebih sukar daripada mencari kata-kata yang
dapat digunakan untuk membuat definisi tentang agama. Oleh karena itu
para tokoh keagamaan diberi kebebasan dalam mendefinisikan agama,
karena Clark juga mengatakan bahwa agama ialah sebuah pengalaman
yang subjektif, intern dan individuil sehingga beda orang beda pengalaman
keagamaanya
Lain halnya dengan Sigmund Frued di dalam buku Baharuddin
(2005: 116) yang menyatakan bahwa agama berasal dari ketidakberdayaan
manusia melawan ketentuan-ketentuan alami luar dan kekuatan naluri
yang terdapat dalam dirinya sendiri. Agama pada tahap perkembangan
awal manusia, timbul tatkala manusia belum mampu menggunakan
rasionya untuk menjelaskan kekuatan-kekuatan alam, sehingga mereka
harus mempersepsikan dan mengelolanya dengan bantuan kekuatan
emosional. Frued juga mengungkapkan bahwasanya agama dalam ciri-ciri
psikologis adalah sebuah ilusi, yaitu kepercayaan yang dasar utamanya
adalah angan-angan. Manusia lari kepada agama akibat mereka tidak
berdaya menghadapi permasalahan hidup dan bencana.
Sedikit berbeda dengan Frued, Samudi Abdullah (1981: 12)
mengungkapkan bahwasanya agama ialah tata aturan yang datangnya dari
Tuhan. Beberapa definisi itu mengandung persamaan-persamaan.
Adapun persamaan-persamaanya ialah adanya unsur sebagai
berikut:
18
1. Percaya terhadap Yang Maha Tinggi yang disebut (diangap sebagai)
Tuhan.
2. Adanya kebaktian seseorang terhadap Tuhan.
3. Adanya aturan-aturan yang berasal dari Tuhan.
4. Menjalankan agama agar memperoleh perlindungan dari Tuhan.
.Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwasanya
aktivitas keagamaan adalah segala kegiatan atau perilaku yang
berhubungan dengan agama dan dilakukan secara sadar oleh manusia
dalam bentuk ibadah dan mu’amalah.
B. Motivasi Aktivitas Keagamaan
Secara bahasa kata “motivasi” berasal dari Bahasa Inggris
motivation yang kata kerjanya ialah motivate yang berarti “sebagai
karakter dalam cerita atau permainan”. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007: 756) istilah motivasi berarti dorongan yang timbul pada
diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu. Dalam istilah psikologi, motivasi adalah istilah umum yang
merujuk pada perputaran pemenuhan kebutuhan dan tujuan tingkah laku
(Baharudin, 2005: 238). Dengan kata lain motivasi merupakan dorongan
yang meneyebabkan seseorang melakukan suatu tingkah laku. Dorongan
itu dapat muncul dari tujuan dan kebutuhan.
Berdasarkan munculnya, maka ada motivasi yang muncul dari
dalam diri yang disebut dengan motivasi intrinsik yang bersifat batin, dan
ada pula yang berasal dari luar seseorang, yang disebut dengan motivasi
19
ekstrinsik. Motivasi yang berasal dari luar diri ini dapat saja bersifat batin
atau bersifat materi. Motivasi yang bersifat batin, contohya: dorongan
untuk memperoleh rasa penghormatan, pujian, kepuasan, kenikmatan, dan
lain-lain. Sedangkan motivasi yang bersifat fisik atau materi, contohnya:
untuk mendapatkan hadiah berupa materi, untuk mendapatkan uang dan
lain sebagainya. Yang jelas motivasi itu merupakan dorongan yang
menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan.
Berdasaran uraian di atas, dapat dikatakan bahwa munculnya
dorongan untuk berperilaku itu disebabkan oleh banyak hal. Berdasarkan
sifat yang intrinsik, motivasi muncul sebagai akibat adanya 3 hal pokok,
yaitu: kebutuhan, pengetahuan, dan aspirasi cita-cita. Sementara itu,
motivasi ekstrinsik muncul sebagai akibat adanya tiga pokok juga, yaitu:
ganjaran, hukuman, persaingan, atau kompetisi. Ini semua memberikan
dorongan dalam jiwa seseorang untuk melakukan perbuatan.Sejalan
dengan itu, maka motivsi itu berguna dan bermanfaat bagi manusia
sebagai penggerak tingkah laku, pengarah tingkah laku, penjaga dan
penopang tingkah laku. Kecuali itu, yang tidak kalah pentingnya adalah
bahwa motivasi itu juga mempunyai peranan dan fungsi bagi manusia,
yaitu: menolong manusia untuk berbuat dan bertingkah laku, menentukan
arah perbuatan manusia dan menyeleleksi perbuatan manusia.
Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa motivasi adalah
dorongan yang sangat menentukan tujuan, tingkah laku dan perbuatan
manusia termasuk dalam hal ini adalah motivasi melakukan aktivitas
keagamaan atau dalam psikologi disebut motivasi perilaku beragama.
20
Persoalan perilaku beragama (aktivitas keagamaan) banyak
dibahas oleh Sigmund Frued di dalam buku Baharuddin (2005). Frued
memandang
bahwasanya
motivasi
perilaku
beragama
(aktivitas
keagamaan) yang dilakukan oleh manusia semata-mata didorong oleh
keinginan menghindari keadaan bahaya yang mengancam dirinya dan
memberi rasa aman bagi dirinya sendiri. Hal ini diungkapkan Frued ketika
mengetahui bahwa manusia lari kepada agama saat mereka dalam keadaan
tidak berdaya, sedang menghadapi masalah dan ditimpa bencana.Kaitanya
dengan hal itu, manusia menciptakan suatu konsep yang dapat melindungi
dirinya dari segala bahaya. Konsep itu tersimpul pada kata “Tuhan”.
Tuhan dipandang sebagai sesuatu yang dapat memberikan
perlindungan, demikian juga sebaliknya dapat memberikan siksaan.Agar
Tuhan senantiasa memberikan perlindungan maka harus dicari keinginan
dan kehendak Tuhan dengan jalan melakukan aktivitas keagamaan
(ibadah). Selain itu,
juga diusahakan untuk menjauhi segala yang
dilarang-Nya, sehingga Tuhan senantiasa senang dan akan memberikan
kenyamanan dan perlindungan bagi manusia.
Lain halnya dengan Sigmund Frued, Nico Syukur Dister (1988:
74) mengungkapkan bahwa ada empat motivasi manusia melakukan
aktivitas keagamaan (perilaku beragama), yaitu:
1. Untuk mengatasi frustasi
Psikologi
menganalisa
bahwa
keadaan
frustasi
dapat
menimbulkan seseorang melakukan aktivitas keagamaan. Orang yang
21
mengalami frustasi, tidak jarang mulai berkelakuan religius. Dengan
jalan itu ia berusaha mengatasi frustasinya. Dalam pembahasan kali ini
ada empat penyebab frustasi pada manusia, yaitu:
a. Frustasi Karena Alam
Yang dimaksud “alam” di sini ialah dunia yang dibutuhkan
jasmani manusia untuk hidup. Dunia jasmani, haruslah menyediakan
udara, makanan, minuman dan pakaian demi memenuhi kebutuhan
agar kelangsungan hidup manusia terjamin. Bila timbul kesukaran
dalam mendapatkan kebutuhan jasmani tersebut, maka manusia akan
mengalami frustasi. Dalam hal ini frustasi memang tidak terelakan
lagi. Sebab, pada akhirnya manusia akan selalu dikalahkan oleh
alam. Meskipun saat ini manusia telah mengembangkan teknologi
untuk menguasai alam.
b. Frustasi Sosial
Frustasi sosial dalam hal ini ialah adanya konflik antara
individu dengan masyarakat yang mengakibatkan manusia merasa
tidak bahagia, merasa kurang nyaman dan merasa kurang aman bagi
dirinya maupun keluarganya. Di dalam suatu komunitas masyarakat,
tentu tidaklah heran jika terjadi perbedaan dan gesekan. Mulai dari
perbedaan pendapat tentang tatanan kehidupan bermasyarakat,
sampai perbedaan sekte antara si kaya dengan si miskin, si ganteng
atau cantik dengan si jelek. Hal-hal sepele demikianlah yang sering
menjadikan individu mengalami frustasi sosial.
22
Di dalam agama Islam, tentu sudah menjadi fondasi kokoh
yang harus ditanamkan sejak dini bahwa perbedaan itu merupakan
rahmat dari Allah Swt yang diberikan kepada manusia. Akan tetapi
perlu disadari bahwa setiap individu memiliki tingkat kecerdasan
emosional sendiri-sendiri dalam menghadapi perbedaan. Oleh karena
itu sampai kapanpun frustasi sosial akan tetap menjadi salah satu
bagian dari kehidupan masyarakat yang tidak bisa dihilangkan.
c. Frustasi Moral
Frustasi moral dalam hal ini diartikan sebagai rasa bersalah.
Menurut Frued di dalam buku Dister (1988: 92), banyak praktek
religius yang berfungsi sebagai obat untuk menyembuhkan orang
dari rasa bersalah atau dengan kata lain orang mempergunakan
agama untuk mengatasi kesukaran psikologis dan moral. Agama
memang dapat membawa pemecahan bagi kesulitan yang mereka
alami. Sebab dengan mengakui kesalahanya kemudian bertobat
dihadapan sang Maha Kuasa, maka psikologi manusia akan merasa
lega dan merasa dibebaskan dari beban. Dengan demikian jelas
kiranya bahwa frustasi moral merupakan salah satu motivasi psikolgi
untuk melakukan aktivitas religius.
d. Frustasi Karena Maut
Kematian merupakan kejadian yang tidak akan terelakan oleh
setiap individu. Kapan terjadinya semua orang tidak ada yang
mengetahui. Tua ataupun muda semuanya memiliki peluang akan
kematian. Kejadian ini
menyebabkan psikologi setiap individu
23
merasa frustasi. Kegelisahan kapan maut akan menjemput selalu
membayangi perasaan di dalam diri. Untuk dapat mengatasi rasa
frustasi itu, individu akan bertindak semakin religius dengan
melakukan
aktivitas-akivitas
keagamaan.
Dengan
melakukan
aktivitas ini diharapkan akan datang tokoh yang Maha Kuasa dan
dapat menyelamatkan dirinya dari maut. Tokoh Maha Kuasa ini
dianggapnya sebagai Tuhan.
2. Sarana Untuk Menjaga Kesusilaan dan Tata Masyarakat
Motivasi dalam melakukan aktivitas keagamaan (perilaku
beragama) bukan hanya untuk mengatasi frustasi, akan tetapi motivasi
moral dan sosial seperti menjaga norma kesusilaan dan norma
kemasyarakatan merupakan salah satu motif yang tidak bisa
ditinggalkan. Dapat dimengerti dan dihargai ketika orang tua mendidik
anaknya secara religius tetapi tanpa bermotivasi religius melainkan
bermotivasi moral atau sosial. Motivasi para orang tua itu pun wajar
dan luhur karena disatu sisi ini merupakan tangung jawab atas keluarga
dan masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri ketika seseorang mulai terjun di dalam
masyarakat. Moral, sopan santun, toleransi dan
lain sebagainya
haruslah selalu dijaga dengan baik. Di dalam agama Islam, ada konsep
yang dinamakan hablum minannas atau cara beribadah yang baik antar
sesama manusia (hubungan antar sesama manusia). Di dalam konsep ini
diajarkan bahwasanya hubungan yang terjalin antar individu haruslah
selalu dijaga. Silaturahim, saling toleransi, bertutur kata yang baik,
24
menjaga kehormatan diri dengan berpakaian yang sopan merupakan
aplikasi dari konsep tersebut. Oleh karena itu bukanlah hal yang salah
jika motivasi dalam menjalankan perilaku beragama ialah untuk
menjaga kesusilaan dan norma kemasyarakatan.
3. Sarana untuk Memuaskan Intelek yang ingin Tahu
Di samping motivasi-motivasi yang sudah dikemukakan,
masih ada motivasi psikologis lain untuk melakukan aktivitas
keagamaan. Motivasi itu ialah sarana untuk memuaskan intelek yang
ingin tahu. Kaitanya dengan hal ini agama memberi jawaban atas
kesukaran intelektual, sejauh kesukaran ini dilatarbelakangi dan
diresapi oleh keinginan dan kebutuhan manusia akan orientasi dalam
kehidupan. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang sukar dijawab hanya
dengan mengandalkan ilmu pengetahuan dan filsafat saja tanpa
memperdulikan agama. Sebagai contoh: “Dari mana anda berasal? Apa
tujuan anda? Mengapa anda ada?Siapa yang menciptakan anda? Apa
tugas utama anda hidup di dunia?”.Seseorang
seringkali merasa
bingung dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu, karena
didalam filsafat dan ilmu pengetahuan tidak ada sumber dari segala
sumber yang terpercaya dan Maha Kuasa yang bisa menjawab
pertanyaan itu. Lain halnya dengan agama, agama secara jelas dan tegas
memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan vital tersebut. Sebagai
contoh, agama Islam menjawab salah satu pertanyaan yaitu “Apa tujuan
hidup anda?”. Jawaban atas pertanyaan ini dijawab Islam di dalam AlQuran surat Al-An’am:162 yang artinya: “Sesungguhnya sholatku,
25
ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta
alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah).”
Kemudian disurat yang lain yaitu surat Adz-Dzariyat:55 yang
artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku”. Di dalam ayat ini diterangkan
bahwasanya Allah menciptakan jin dan manusia tidak lain hanyalah
untuk menyebah-Nya. Ayat ini merupakan jawaban perihal pertanyaan
tentang tugas utama manusia hidup di bumi.
4. Sarana untuk Mengatasi Ketakutan
Motivasi periaku beragama yang keempat yaitu sarana untuk
mengatasi ketakutan. Ketakutan di sini dibedakan mejadi dua, yaitu
ketakutan yang ada objeknya dan ketakutan yang tidak berobjek.
Ketakutan yang ada objeknya seperti takut kepada atasan, takut pada
musuh, takut pada anjing, takut pada dosen penguji dan lain sebagainya.
Kemudian ketakutan yang tidak berobjek seperti, rasa cemas didalam
hati yang tidak tahu entah apa sebabnya, ketakutan akan kesalahan
masa lalu yang terbawa sampai sekarang dan ketakutan akan kematian.
Kemudian ketakutan akan siksaan di dalam kehidupan setelah manusia
meninggal terhadap kejahatan yang pernah dilakkan di masa lalu.
Ketakutan semacam ini hanya ada di dalam angan-angan saja, akan
tetapi hati merespon dengan sungguh, sehingga ketakutan dan
kecemasan yang berlebih tidak dapat dihindarkan. Dan dalam
26
pembahasan ini akan lebih difokuskan pada ketakutan yang tidak ada
objeknya seperti itu.
Ketakutan tanpa objek, sesungguhya lebih membingungkan
manusia daripada ketakutan yang ada objekya. Jika ketakutan yang ada
objeknya, rasa takut dapat diatasi dengan memerangi atau memberantas
objek yang menakuti itu. Akan tetapi jika ketakutan yang tidak
berobjek, dalam hal mengatasi rasa takutnya, siapa yang harus
dipererangi kurang jelas.
Sehingga,
jika
hanya
dengan
ilmu
pengetahuan tentu sulit untuk dipecahkan.
Pada poin yang pertama, motivasi seseorang untuk melakukan
aktivitas keagamaan adalah sarana mengatasi frustasi.Rasa takut dan
frustasi dalam ilmu psikologi tentu sangatlah berhubungan. Jika
seseorang sedang dilanda rasa takut yang mendalam maka frustasi
secara tidak langsung akan muncul. Dan ketika frustasi itu muncul,
maka seseorang cenderung akan melakukan aktivitas keagamaan serta
memohon agar dirinya diberi ketenangan dalam batin seperti yang
diungkapkan Freud. Oleh karena itu benar adanya jika salah satu
motivasi seseorang melakukan aktivitas keagamaan adalah untuk
mengatasi rasa takut.
C. Bentuk Aktivitas Keagamaan
Pada poin sebelumnya telah dijelaskan mengenai pengertian
aktivitas keagaman, di sana dijelaskan bahwa aktivitas keagamaan ialah
segala kegiatan atau perilaku yang berhubungan dengan agama dan
dilakukan secara sadar oleh manusia dalam bentuk ibadah. Perlu digaris
27
bawahi bahwa bentuk dari aktivitas keagamaan pada poin ini ialah ibadah.
Menurut Nasution (1997: 4), bahwa secara luas ibadah meliputi segala
yang dicintai oleh Allah dan diridhoi-Nya, perkataan dan perbuatan lahir
dan batin, termasuk di dalamnya ialah shalat, puasa, zakat, haji, berkata
benar, berbaki kepada kedua orang tua, menjaga tali silaturahmi, dan
masih banyak yang lainya.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ibadah
dikategorikan menjadi dua, yaitu ibadah yang berhubungan dengan Allah
atau hablumminallah dan ibadah yang berhubungan dengan sesama
manusia atau hablumminannas.
1. Ibadah yang Berhubungan dengan Allah (hablumminallah)
Secara etimologi, hablumminallah diartikan hubungan dengan
Allah (Handryant, 2010: 85). Menurut istilah hablumminallah adalah
segala aktivitas yang berhubungandengan Allah secara langsungtanpa
perantara siapa pun,
manusia
berinteraksi
kapan pun dan dimana pun. Dalam hal ini,
secara
langsung
dengan
Sang
Kholik
untukmemohon, mengingat, berkomunikasi, mencurahkan isi hati dan
lain sebagainya sebagai wujud ketaqwaan kepada-Nya. Inteprestasi
hablumminallah tentu banyak sekali, diantaranya adalah sholat, puasa,
dzikir, berdo’a, membaca ayat al-Qur’an dan masih banyak lagi yang
lainya. Yang jelas, semua kegiatan yang ada hubunganya langsung
dengan Allah dan tidak melalui perantara apapun itu dapat disebut
hablumminallah.
28
2. Ibadah yang Berhubungan dengan Sesama Manusia (hablumminannas)
Secara etimologi hablumminannas diartikan hubungan dengan
sesama manusia. Menurut istilah, hablumminannas adalah segala
kegiatan
yang dilakukan oleh manusia,
bersifat positif dan
berhubungan dengan manusia lainya. Kegiatan ini merupakan salah
satu
cara
untuk
memelihara
hubungan
antar
manusia,
mengembangkan hidup yang selaras dan menjaga norma yang berlaku
dalam masyarakat (Rohman dan Khamzah, 2008: 51). Kegiatan ini
meliputi banyak aspek, mulai dari aspek sosial, politik, pendidikan,
bisnis,
budaya
dan
aspek-aspek
lainya.
Dalam
konsep
hablumminannas tidak ada batasan suku, agama, ras dan jenis kelamin.
Intinya semua bentuk aktivitas positif yang burhubungan langsung
dengan sesama manusia lainya dapat dikatakan hablumminannas.
29
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana (KMIS)
1. Sejarah Berdirinnya KMIS (Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana)
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga memiliki
ribuan mahasiswa yang berasal dari berbagai ras, suku dan agama
sehingga menciptakan suatu kondisi kampus yang majemuk, salah satu
kemajemukan itu adalah banyaknya mahasiswa yang beragama Islam yang
menuntut ilmu di UKSW dan tersebar di berbagai fakultas dan program
professional atau diploma. Adanya kesamaan latar belakang agama yaitu
sama-sama beragama Islam, namun kondisi yang terjadi pada saat itu
adalah belum adanya wadah yang mempersatukan mahasiswa muslim di
UKSW sehingga tidak ada kepedulian terhadap ajaran agama Islam dan
antara mahasiswa muslim satu dengan yang lain tidak saling kenal dan
peduli.
Kondisi di atas membuat beberapa mahasiswa mempunyai iktikad
untuk mengatasi dan membuat wadah untuk mempersatukan aktivitas yang
berkaitan dengan ajaran agama Islam, mereka berasal dari berbagai latar
belakang fakultas antara lain: Sdr. Joko Prasetyo dan Anas Bahtiar
(Fakultas Ekonomi), Banu dan Heru (Fakultas Teknik Elektronika), dan
teman-teman lain dari Fakultas Pertanian, Hukum, dan Program D3. Awal
mulnya baru pada tahap penyamain aspirasi melalui orang per orang.
30
Kemudian dari aspirasi yang terkumpul menghasilkan kesepakatan untuk
mengadakan pertemuan formal di Masjid Al Atiiq Kauman Salatiga,
dengan mengundang perwakilan dari fakultas-fakultas dan program D3 di
UKSW.
Pertemuan tersebut resmi diadakan pada tanggal 20 Maret 1998
bertempat di Masjid Al Atiiq Kauman Salatiga yang dihadiri kurang lebih
14 orang dari berbagai fakultas. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Sdr.
Anas Bahtiar sebagai pemandu acara dan Sdr. Joko Prasetyo sebagai
penyamai aspirasi. Singkatnya dalam pertemuan itu diuraikan pentingnya
didirikan suatu wadah untuk menampung dan menyediakan berbagai
aspirasi dan kegiatan untuk rekan-rekan mahasiswa yang seiman. Wadah
yang akan dibentuk harus bisa mempersatukan dan mengadakan kegiatankegiatan positif dalam rangka memelihara dan meningkatkan keimanan.
Apa yang disampaikan Sdr. Joko kemudian disetujui oleh seluruh peserta
pertemuan, selanjutnya oleh Sdr. Joko dibahas sifat dan nama organisasi
yang didirikan, kemudian dilanjutkan tahap pembentukan kepengurusan.
Dari berbagai usulan yang masuk kemudian dipilih dua alternatif
nama organisasi yaitu
Keluarga Mahasiswa Islam Satyawacana (KMIS)
dan Keluarga Mahasiswa Islam Salatiga (KMIS). Atas pertimbanganpertimbangan khusus kemudian disepakati bersama menggunakan nama
Keluarga Mahasiswa Islam Satyawacana (KMIS). Sifat organisasi adalah
khusus mahasiswa muslim di UKSW, bersamaan dengan itu diadakan
pemilihan ketua umum.
Calon-calon yang pada waktu itu diajukan antara lain adalah:
31
a. Anas Bahtiar (Fakultas Ekonomi ’96)
b. Bakti Triswadi (Fakultas Ekonomi ’96)
c. Arsanto M.S (Fakultas Ekonomi ’95)
d. Banu (Fakultas Teknik Elektronika ’95)
Dalam pemilihan tersebut terpilih Sdr. Arsanto sebagai ketua umum
KMIS dengan tugas awal membuat visi dan misi serta menyusun
kepengurusan untuk periode pertama tahun 1998-1999. Jadi dengan
demikian secara resmi KMIS didirikan pada tanggal 20 Maret 1998.
Mempunyai tujuan yang sangat mulia
kekeluargaan
atau
tali
silaturahmi
demi terciptanya suatu ikatan
dalam
rangka
menjaga
dan
meningkatkan iman, tuahid serta ukuwah islamiyah mahasiswa muslim di
UKSW.
2. Visi dan Misi Keluargan Mahasiswa Islam Satya Wacana (KMIS)
a.
Visi
Menciptakan suatu ikatan kekeluargaan atau tali silaturahmi dalam
rangka menjaga dan meningkatkan iman, tauhid serta ukhuwah
Islamiyah mahasiswa muslim di UKSW.
b.
Misi
1.1 Mempererat ikatan persaudaraan dan kekeluargan mahasiswa
muslim khususnya.
1.2 Memberikan kegiaatan positif demi menjaga serta meningkatkan
iman dan tauhid mahasiswa muslim.
32
1.3 Sebagai sarana komunikasi sesama mahasiswa di lingkungan
UKSW.
1.4 Menyelenggarakan
kegiatan
guna
mempererat
ikatan
kekeluargaan.
1.5 Menambah wawasan dan pengetahuan sesuai ajaran Islam.
3. Struktur Organisasi Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana (KMIS)
Tahun 2011/2012
Ketua Umum
: Pambudi Demawan
Sekertaris Umum
: 1. Nur Laila Motiq
2. Ika
Bendahara Umum
: 1. Pipit
2. Mugi
Sie Acara
: 1. Prepto
2. Lutfi
3. Apriliani
Sie Humas dan Publikasi
: 1. Aprilianto
2. Jana
3. Agnes
Sie Perlengkapan
: Magfur
Penanggung Jawab
: Arief Eka Setyawan
Litbang
: 1. Gunawan
2. Galuh
33
4. Tugas Pengurus
a. Ketua
Ketua I :
§
Mengkoordinir semua pengurus
§
Bertanggung jawab kegiatan tahunan
§
Memimpin rapat koordinasi
Ketua II :
§
Mengkoordinir dan bertanggung jawab pada kegiatan rutin tiap
senin dan tiap bulannya.
b. Sekretaris 1 dan 2 :
§
Membuat surat-surat pengumuman, notulen rapat
§
Membuat selebaran
§
Mengurus dokumentasi semua kegiatan
§
Membawa buku absensi
§
Mencari data tentang mahasiswa dan dosen islam di UKSW
c. Bendahara :
Bendahara I :
§
Mengatur keuangan secara keseluruhan
§
Membuat laporan keuangan tiap bulan
§
Bertanggung
jawab
terhadap
pengeluaran)
Bendahara II :
34
keuangan
(pemasukan
dan
§
Mengatur keuangan tiap minggu
§
Membawa kotak amal
d. Sie acara :
§
Mengatur semua acara kegiatan
§
Membentuk panitia saatr acara-acara tertentu
§
Menyiapkan tema kajian tiap senin
§
Bersama ketua menyelenggarakan acara tahunan
e. Humas dan publikasi:
§
Mencari pembicara tiap kajian hari senin
§
Mencari tempat pada saat acara-acara tertentu
§
Membuat selebaran bersama sekretaris
§
Memasang selebaran-selebaran dan pengumuman
f. Perlengkapan
§
Menyiapkan tempat untuk setiap kegiatan
§
Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam setiap kegiatan
§
Mengembalikan peralatan jika kegiatan telah selesai
g. Litbang (penelitian dan pengembangan)
§
Membuat inovasi-inovasi dalam mensosialisasikan KMIS
§
Membuat inovasi-inovasi kegiatan dalam rangka mengembangkan
KMIS
35
§
Melakukan studi banding dengan organisasi-organisasi Islam
kampus lain
B. Profil Informan
Di sini akan dijelaskan tentang profil atau riwayat mahasiswa Islam yang
peneliti ambil sebagai informan. Mahasiswa Islam itu sebagai berikut:
1. NR adalah seorang mahasiswi yang menempuh kuliah di Universitas
Kristen Satya Wacana fakultas Teknik Informatika. Wanita berjilbab yang
memiliki hobi lari-lari ini mengaku tidak ada motivasi khusus untuk
masuk di UKSW. Dia masuk di UKSW hanya karena dekat dengan rumah
dan ibundanya menginginkan untuk dia kuliah di dalam kota saja. Akan
tetapi sempat terjadi pro kontra di dalam keluarga NR, sejak awal bapak
NR tidak setuju jika NR masuk di UKSW, tapi pada saat itu di Salatiga
tidak ada fakultas yang diminati oleh NR kecuali UKSW sehingga dengan
berat hati sang bapak mengizinkan untuk NR menempuh kuliah di UKSW,
dengan catatan harus memakai jilbab dan tidak boleh neko-neko. Akhirnya
setelah 1 semester kuliah di UKSW, NR ikut dalam organisasi Islam luar
kampus yaitu KMIS (keluarga mahasiswa Islam satya wacana). Hal ini
bertujuan agar kualitas keimananya dapat dijaga bahkan meningkat dari
yang sebelumnya. Dan saat ini (ketika penulis melakukan penelitian) NR
menjabat sebagai sekretaris di organisasi tersebut.
2. PBD adalah seorang mahasiswa semester 9 yang saat ini sedang
menyelesaikan skripsi. PBD masuk di Universitas Kriten Satya Wacana
(UKSW) tahun 2008 mengambil jurusan Teknik Informatika sama seperti
NR. Kuliah di UKSW sebetulnya bukan niat utama PBD. Dia sebetulnya
sudah mendaftar kuliah di salah satu universitas negeri di Semarang akan
36
tetapi dia tidak diterima, kemudian oleh orang tuanya disuruh untuk
mencoba daftar di UKSW saja dengan syarat harus bisa menjaga diri dan
agama. Akhirnya PBD daftar di UKSW dan diterima. Sejak awal
perkuliahan PBD sudah ikut organisai-organisasi Islam di luar kampus.
Tujuanya untuk membentengi diri dari hal-hal yang menurut dia negatif.
Organisasi itu seperti PMII, HMI dan saat ini fokus di KMIS. Dia
menjabat sebagai ketua KMIS sejak tahun 2011 sampai saat ini (ketika
penulis melakukan penelitian).
3. FNT adalah seorang mahasiswi di UKSW (Universitas Kristen Satya
Wacana) jurusan keperawatan. Dia berasal dari keluarga yang mampu dari
segi ekonomi, akan tetapi kurang faham atas kehidupan beragama. Hal ini
tercermin ketika penulis melakukan wawancara dengan FNT dan di situ
terungkap bahwasanya dari orang tua kurang ada perhatian khusus dalam
masalah agama sehingga sampai saat ini pun FNT masih sering bolongbolong sholatnya dan dia juga belum memakai jilbab. Masuk jurusan ilmu
keperawatan memang cita-cita FNT sejak SMA. Akan tetapi ketika dia
berkeinginan kuliah di luar kota orang tuanya tidak memperbolehkan
karena barbagai alasan dan akhirnya FNT mendaftar kuliah di UKSW.
Berbeda dengan NR dan PBD, FNT tidak mengikuti organisasi apapun,
akan tetapi jika ada kegiatan positif, ketika ia sempat untuk mengiktinya
dan dia tahu akan kegiatan itu tidak ada alasan untuk FNT tidak
mengikutinya.
4. IND adalah mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana jurusan
matematika. Dia berasal dari keluarga yang mengerti akan agama.
Kecintaan
akan
mata
pelajaran
37
matematika
membawanya
ingin
melanjutkan dan mendalami ilmu matematika secara komprehensif di
bangku kuliah. Akhirnya IND memilih UKSW sebagai universitas tempat
ia menuntut ilmu. Pilihanya ini pun bukan tanpa alasan. Dia memilih
UKSW karena dirasa dekat dengan rumah tempat ia tinggal dan secara
otomatis pengeluaran untuk biaya transportasi pun bisa ditekan. Keluarga
IND sangat mendukung dia menempuh kuliah di UKSW karena mereka
tidak mau terlalu kaku dalam masalah dunia. Akan tetapi masyarakat di
sekitar IND awalnya kurang berkenan jika ia kuliah di UKSW. Hal ini
disebabkan berbagai alasan, mulai dari alasan fanatik keagamaan, biaya
kuliah yang bermuara untuk orang non Islam, merusak iman dan aqidah
dan lain sebagainya. Lambat laun setelah berjalanya waktu ternyata IND
bisa juga kembali diterima di masyarakat. IND sering mengikuti kegiatankegiaatan yang di adakan oleh organisasi Islam di UKSW. Hal ini ia
maksudkan agar ia memiliki relasi teman sesama muslim yang banyak
sehingga ia tidak canggung dalam menjalankan aktivitas keagamaan di
kampus.
5. AGT, anak muda dengan tubuh kecil tapi berisi ini adalah salah satu dari
sekian ribu mahasiswa yang menempuh kuliah di Universitas Kristen
Satya Wacana. AGT mengambil jurusan S1 bimbingan penyululuhan.
Jurusan ini sebetulnya bukan pilihan utama bagi AGT. Setelah lulus SMA,
AGT mencoba mendaftar di salah satu universitas negeri di Semarang,
akan tidak di terima. Kemudian mencoba mendaftar di UKSW jururan
PGSD, lagi-lagi tidak diterima. Disaat ia putus asa salah satu teman AGT
memberi tahu jika di jurusan bimbingan penyuluhan UKSW ada peluang,
dan akhirnya ia daftar dan masuk resmi menjadi mahasiswa UKSW
38
jurusan bimbingan penyuluhan. Orang tua mendukung langkah AGT
masuk di UKSW karena dekat dengan mereka, akan tetapi masyarakat
sekitar cukup kecewa dengan pilihan AGT ini. Hal ini disebabkan dia
merupakan aktivis masjid yang bisa dibilang paling aktif, kemudian dari
sisi keagamaanya dia juga rajin beribadah. Lambat laun kekecewaan
masyarakat dijawab oleh AGT, selama kuliah di UKSW dia tetap saja
menjadi salah satu pemuda teraktif di kampungnya, ibadahnya pun tetap
saja rajin seperti sebelum kuliah di UKSW dan kebaktianya kepada orang
tuanya tidaklah pudar. AGT juga cukup aktif dalam mengikuti kegiatankegiatan yang diadakan KMIS (keluarga mahasiswa Islam satya wacana),
hal ini dikarenakan agar keimanan AGT tetap bisa dijaga.
C. Temuan Penelitian
1. Bentuk Aktivitas Keagamaan Mahasiswa Muslim di Universitas Kristen
Satya Wacana
Dalam penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan beberapa
variasi atau bentuk aktivitas keagamaan yang dilakukan mahasiswa
muslim di Universitas Kristen Satya Wacana. Variasi tersebut penulis
kategorikan menjadi dua yaitu variasi aktiviatas keagamaan yang
berhubungan dengan Allah SWT dan bentuk aktivitas keagamaan yang
berhubungan dengan sesama manusia.
a. Bentuk Aktivitas Keagamaan yang Berhubungan dengan Allah SWT
Di dalam penelitian ini penulis menemukan beberapa bentuk
aktivitas
keagamaan
yang
hubunganya
dengan
Allah
SWT.
Diantaranya yang pertama adalah sholat wajib. Dari ke lima informan
yang penulis wawancarai kesemuanya mengatakan bahwa mereka
39
tetap saja melaksanakan sholat wajib. Hal ini dikuatkan sebagaimana
yang dikatakan salah satu informan yaitu AGT.
”…kemudian
sholat
fardhu
kita
juga
tetap
melaksanakan, kadang-kadang berjama’ah, kadangkadang sholat sendiri di ruang sholat kampus.”
Dari keterangan yang didapat dari AGT, memang sebetulnya untuk
masalah sholat, khususnya sholat fardhu, di UKSW tidak ada masalah
yang begitu berarti, hanya saja kadang ada jam kuliah yang waktunya
bersamaan dengan waktu sholat, bahkan ada juga yang bersamaan
dengan waktu sholat jum’at. Akan tetapi hal itu dapat disikapi AGT
dengan meminta ijin kepada dosen pengajar untuk melaksanakan
rukun Islam yang kedua itu. Dan dari keterangan AGT, belum pernah
ada dosen yang melarang untuk dia ijin melaksanakan sholat. Artinya
mereka welcome dengan kewajiban setiap muslim itu.
Kemudian NR juga mengungkapkan:
“kalau masalah shoat ya terkadang kita bentrok
dengan jam kuliah, mau nggak mau kita ijin dulu sama
dosen untuk melaksanakan sholat. . Tapi kadang ada
juga dosen yang ngasih pengertian pada kita kalau
pas jam solat kita dikasih waktu sendiri untuk sholat.”
Seperti halnya yang diungkapkan AGT, wanita berjilbab ini juga
memberikan keterangan yang esensinya sama dengan apa yang di
ungkapkan AGT di atas. Bahwa untuk perihal sholat, ia tetap
melaksanakanya meski terkadang harus meminta ijin dosen pengajar
meninggalkan ruangan ketika perkuliahan sedang berlangsung.
40
FNT, gadis desa ini juga memberikan keteranganya secara sigkat
ketika peneliti menanyakan perihal aktivitas keagamaan yang
dilakukan selama di kampus,
terutama masalah sholat. Dia
mengungkapkan:
“Ibadah yang hubunganya dengan Allah yang saya
lakukan dikampus ya misalnya sholat, berdo’a, puasa,
terus puasa sunah itu.”
Dari keterangan itu, artinya FNT juga tetap melaksanakan sholat
ketika dia berada di kampus yang notabenya adalah perguruan tinggi
Kristen.
Tidak jauh berbeda dengan AGT, NR dan FNT, PBD juga menyatakan
bahwa:
”Kalo dari saya pribadi seperti sholat, puasa
ramadhan,
do’a
sebelum
kuliah
ya
tetep
dilaksanakan”
Dan informan terakhir yaitu IND, dia memberikan keterangan, ”kalau
sholat ya tetep saya laksanakan…”
Setelah melihat dari keterangan-keterangan yang diungkapkan
kelima informan di atas, penulis menyimpulkan bahwa mahasiswa
muslim yang kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana ketika waktu
sholat tiba mereka tetap melaksanakan sholat di tempat yang telah
disediakan oleh pihak kampus.
Bentuk aktivitas keagamaan kedua yang dilaksanakan mahasiswa
muslim di UKSW adalah berdo’a. Di dalam agama Islam, berdo’a
merupakan cara berkomunikasi secara intens kepada Allah SWT.
Permohonan dan harapan adalah hakekat dari berdo’a. Ketika penulis
41
menanyakan kepada informan mengenai aktivitas keagamaan yang
mereka laksanakan di kampus, dari kelima informan yang penulis
tanya, semua mengungkapkan bahwa berdo’a adalah salah satu
aktivitas yang mereka kerjakan sebelum melaksanakan suatu kegiatan.
Seperti sebelum melaksanakan perkuliahan, hal ini diungkapkan AGT,
“Kalo berdo’a ya setiap mau mulai kuliah dan selesai kuliah pasti
dosen memimpin do’a seperti itu”. Menurut salah satu dosen muslim
yang mengajar di UKSW (kebetulan dosen itu bertetangga dengan
penulis), memang kebijakan dari kampus setiap memulai perkuliahan,
dosen wajib memimpin do’a. Jika dosen yang non Islam dengan
lantang mengucap do’a di depan kelas, jika dosen yang Islam hanya
mempersilahkan untuk mahasiswa berdo’a dengan lirih menurut
keyakinan dan kepercayaan mereka masing-masing.
Tidak hanya sebelum memulai perkuliahan, para informan
memberikan keterangan perihal momen ketika mereka berdo’a. Ada
informan yang mengungkapkan mereka berdo’a sebelum makan di
kantin kampus seperti yang
diungkapkan FNT, Yang hubunganya
dengan Allah misal ya sholat, berdo’a sebelum kuliah kalo engga ya
sebelum maem”, ada yang memberikan keterangan bahwa ketika
sholat pun itu sebetulnya juga berdo’a, hal ini di ungkapkan PMD, ”
..toh ketika kita sholatpun itu sebenarnyakan juga berdo’a…”, ada
yang berargumen ketika dalam kegiatan bulan ramadhan, sebelum
buka mereka melaksanakan do’a bersama terlebih dahulu seperti yang
diutarakan IND dan AGT bahwa ketika bulan ramadhan mereka sering
bersama teman-teman kampus mengadakan do’a dan dilanjutkan buka
42
bersama. Dari keterangan-keterangan para informan dapat diketahui
bahwa berdo’a menjadi salah satu bentuk aktivitas keagamaan
mahasiswa muslim yang dilaksanakan di Universita Kristen Satya
Wacana.
Selain sholat dan berdo’a para informan juga melaksanakan
aktivitas keagamaan yang lain seperti puasa, ungkap mereka. Puasa
disini dikategorikan menjadi dua yaitu puasa sunnah dan puasa wajib
(puasa ramadhan). Untuk puasa sunnah, AGT mengaku kadangkadang dalam pelaksanaanya. Begitu juga dengan FNT, dia
melaksanakan puasa sunnah hanya ketika memiliki hajat saja sehingga
belum bisa dikatakan sebuah rutinitas. Sedangkan untuk puasa yang
sifatnya wajib (puasa ramadhan), semua informan memberikan
keterangan, mereka melaksanakanya dengan baik. Hal ini diutarakan
oleh salah satu informan yaitu IND, ”kalau masalah puasa ramadhan
ya normal seperti biasa”. Normal disini diartikan IND tetap
melaksanakan puasa dengan baik dan hikmat meski di lingkungan
kampus sebagian besar temanya tidak berpuasa (mahasiswa non
Islam). Fakta serupa di ungkapkan oleh AGT, dia mengatakan, “puasa
ya tetep pas bulan ramadhan, cuman kalo puasa sunah kadangkadang”. Untuk NR, PBD, dan FNT juga mengutarakan fakta yang
intinya adalah meraka tetap melaksanakan puasa wajib ketika bulan
ramadhan.
Bentuk aktivitas keagamaan ketiga atau terakhir yang penulis dapat
dari para informan adalah menyembelih hewan qurban. Menurut
penulis penyembelihan hewan qurban dimasukan dalam kategori
43
hablumminallah
karena
ibadah
ini
merupakan
ibadah
yang
hubunganya langsung kepada Allah, akan tetapi untuk penasarupanya
itu berhubungan dengan sesama manusia. Kegiatan itu dilaksanakan
oleh pengurus dan anggota Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana
serta bekerjasama dengan ta’mir masjid Al Atiiq kauman. Menurut
PBD atau ketua KMIS (Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana),
kegitan itu ditujukan agar teman-teman mahasiswa muslim yang ada di
UKSW belajar memiliki rasa cinta terhadap agama, peduli dengan
sesama dan ikhlas mengeluarkan sebagian rizqi untuk berqurban ketika
kelak mereka dewasa. Selama menjabat sebagai ketua KMIS sejak
reorganisasi tahun 2011, PBD mengaku memang baru pada tahun 2011
kemarin dia membuat terobosan baru yaitu mengadakan kegiatan
menyembelih hewan qurban saat hari raya Idhul Adha. Dan pada tahun
2012 kemarin dia bersama para pengurus serta anggota fakum karena
kesibukan masing-masing.
b. Bentuk Aktivitas Keagamaan yang Berhubungan dengan Sesama
Manusia
Tentu banyak variasi atau bentuk Aktivitas Keagamaan yang
berhubungan dengan sesama manusia ketika penulis melakukan
penelitian terhadap mahasiswa muslim (informan) di UKSW. Disini
penulis mencoba memaparkan data dari masing-masing informan
mengenai aktivitas keagamaan yang berhubungan dengan sesama
manusia selama di kampus.
Yang pertama adalah NR. Saat ini NR menjabat sebagai sekretaris
1 organisasi KMIS (keluarga mahasiswa Islam satya wacana). Dengan
44
jabatanya sekarang, NR lebih aktif dalam berbagai kegiatan agama
yang berhubungan dengan dirinya dan KMIS. Kegiatan itu meliputi,
kajian agama Islam yang diadakan KMIS setiap hari senin, pukul 9
pagi di masjid Al Atiiq kauman dengan mendatangkan pemateri,
kemudian kumpul bersama pengurus dan anggota untuk sharingsharing tentang permasalahan agama Islam yang sedang dihadapi
untuk waktnya tidak pasti, ada juga kegiatan liqo’ yang disitu para
peserta diwajibkan untuk membaca al-qur’an satu per satu secara
bergantian dan bertempat di rumah salah satu dosen muslim di UKSW
(nama tidak disebutkan), lalu NR dan teman-teman di KMIS pernah
diajak bekerjasama untuk pameran buku Islami oleh oeganisasi HMI
(Himpunan Mahasiswa Islam) yang bertempat di STAIN Salatiga. NR
mengungkapkan keempat kegiatan itu tidak lain dan tidak bukan untuk
meningkatkan ukhwah Islamiyah antar mahasiswa muslim serta sarana
untuk berdakwah kepada teman-teman. Untuk hablumminannas yang
berhubungan dengan dirinya secara pribadi selama di kampus dia
menjelaskan biasa-biasa saja tidak ada bedanya. Maksudnya sama
seperti ketika di SMA, ketika ada teman yang kesusahan di bantu,
ketika teman mau pinjam sesuatu yang dimiliki di pinjami, dan ketika
ada teman yang sakit dijenguk. Hal-hal demikian dia maksudkan untuk
menjaga silaturahmi dengan teman-temanya.
Informan yang kedua adalah PBD. Ketua KMIS sejak tahun 2010
ini
memberikan
keterangan
kepada
penulis
perihal
aktivitas
keagamaan yang berhubungan dengan sesama. Untuk kapasitas dia
sebagai ketua KMIS, PBD memberikan keterangan tentang kegiatan
45
KMIS yang ternyata tidak jauh berbeda dengan apa yang diutarakan
NR di atas. Hal ini dikarenakan posisi mereka yang sama-sama
memiliki jabatan di KMIS, NR sebagai sekretaris 1 dan PBD adalah
ketuanya, sehingga
hampir dalam setiap kegiatan KMIS mereka
bersama.
Selain kegiatan-kegiatan yang dilakukan NR di KMIS, PBD dan
teman-temanya di KMIS aktif dalam membuat buletin Islami sebagai
sarana dakwah kepada mahasiswa muslim lain yang ada di UKSW.
Satu minggu sekali buletin ini diperbanyak dan ditaruh di ruang sholat
kampus dengan tema yang berbeda untuk bisa dibaca oleh mahasiswa
yang kebetulan sholat di ruangan itu. Hal ini cukup efektif menurut
PBD. Kemudian PBD dan teman-teman juga membuat group di
jejaring sosial facebook dengan nama KMIS (Keluraga Mahasiswa
Islam Satyawacana). Group ini berisi tuisan-tulisan bertemakan Islam
dengan dasar atau dalil-dalil yang cukup lengkap. Tujuan dari
pembuatan group ini salah satunya adalah ajang berdakwah via
jejaring sosial untuk teman-teman “penggila” facebook. Setelah
beberapa waktu berjalan, ternyata teman-teman PBD yang mengikuti
group ini cukup banyak.
Ketika bulan ramadhan, PBD beserta pengurus KMIS lain
mengadakan buka bersama. Tujuanya tidak lain dan tidak bukan hanya
untuk menjalin, memperkokoh dan mempererat tali silaturahmi antar
pengurus, anggota dan teman-teman muslim yang lain. Menurut
keterangan PBD, buka bersama ketika itu dilaksanakan disalah satu
46
lembaga pemasyarakatan di Salatiga atas undangan dari ibu Titik
anggraini (salah satu dosen muslim di UKSW).
Untuk hablumminannas yang menyangkut dirinya secara pribadi,
PBD mengungkapkan biasa-biasa saja. Silatarahim tetap terjalin baik
dengan teman muslim maupun non Muslm. Saling tolong-menolong
merupakan hal yang lumrah menurut PBD. Kadang dia membutuhkan
bantuan dari temanya, kadang juga temen-temanya membuuhkan
bantuan PBD. Hal ini tercermin dalam aspek apapun, terutama yang
berhubungan dengan tugas mata kuliah dari dosen pengajar. Menurut
salah satu teman PBD yaitu SSL, dia mengakui jika PBD memang
termasuk mahasiswa yang baik dalam beribadah dan dengan
sesamapun juga baik, apalagi dia adalah ketua KMIS.
Informan yang ketiga adalah FNT. Mahasiswi program studi
keperawatan ini memberikan keterangan perihal hablumminannas
yang dilakukan selama
di kampus. Dia mengaku apa yang
dilakukanya seperti ketika dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat ada
teman yang membutuhkan bantuan, dia membantunya dan pada saat
dia membutuhkan bantuan temanya, temanyapun juga membantu FNT.
Kemudian saling mengunjungi rumah teman untuk bersilaturahim
juga sering FNT lakukan dengan teman-temanya. Lalu FNT juga
pernah mengikuti program kampus yaitu penyuluhan tentang
kesehatan terhadap masyarakat di daerah-daerah. Program ini
bertujuan untuk memberikan pengetahuan terhadap masyarakat tentang
kesehatan agar mereka lebih memperhatikan, lebih menjaga dan lebih
berhati-hati demi kesehatan mereka sendiri. Selain penyuluhan, FNT
47
juga pernah mengikuti program bakti sosial yang diadakan oleh pihak
kampus. Dengan konsep bersih lingkungan dengan masyarakat tempat
diadakanya bakti sosial, FNT bersama teman-teman melakukanya
penuh suka cita.
Informan yang keempat adalah IND. Dia memberikan keterangan
singkat tentang hablum minannas yang dia lakukan selama di kampus.
IND mengaku setiap bertemu dengan teman ia tidak lupa untuk
menyapa. Hal ini dia tujukan agar ikatan tali silaturahim dengan
teman-temanya bisa terus dijaga, baik teman yang muslim maupun
teman yang non muslim. Kemudian IND juga sering membantu,
mengajari teman satu kelasnya yang sedang kesulitan dalam menerima
mata kuliah. Dari sisi ekonomi IND juga sering membeli pulsa dari
teman sekelasnya yang kebetulan jualan pulsa. Dia juga pernah
membeli sandal dan snack juga dari teman sekelasnya itu. Menurut
teman IND yang bernama LL, IND adalah mahasiswi yang rajin,
ibadahnyapun juga rajin, apalagi IND juga sering mengikuti kegiatan
kajian yang diadakan KMIS setiap hari senin jam 9 pagi di masjd Al
Attiq kauman.
Informan yang terakhir adalah AGT. Mahasiswa bertubuh kecil ini
mengaku dia sering membantu kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh
teman-temanya selama di kampus. Kegiatan itu salah satunya adalah
penggalangan dana untuk diberikan ke panti asuhan. Lalu AGT juga
sering melakukan kunjungan ke rumah teman-teman sekelasnya. Hal
ini AGT maksudkan agar jalinan silaturahmi kepada teman-teman
dapat terus dijaga. Menolong dan ditolong oleh teman sekalas biasa
48
dialami oleh AGT. Saling menghormati dan menghargai wajib
dilakukan selama AGT di kampus. Dalam aspek ini dia tidak lagi
memandang suku, ras dan agama. Menurutnya semua kebaikan yang
berhubungan dengan mu’amalah itu sama. Hal ini sama dengan apa
yang dikatakan Mubarok (7: 2001).
Dari paparan data yang disampaikan oleh para informan, penulis
dapat mengklasifikasikan aktivitas keagamaan yang berhubungan
dengan sesama manusia (habluminannas) menjadi 4, yaitu:
1) Dakwah
Kegiatan dakwah banyak dilakukan PBD, NR dan teman-teman
lain yang ikut organisasi KMIS. Kegiatan itu meliputi kegiatan
kajian Islam setiap hari senin jam 9 di masjid Al Atiiq kauman,
kegiatan liqo’, kegiatan sharing bersama, pembuatan buletin
Islami, pameran buku Islam dan pembuatan group di jejaring sosial
“facebook”. Untuk dakwah secara personal, seperti yang dilakukan
AGT yaitu, ajakan kepada teman-temanya untuk sholat ketika telah
tiba waktunya.
2) Tolong-menolong dalam Hal Kebaikan
Tolong-menolong yang dilakukan oleh para informan seperti,
membantu kegiatan yang diadakan oleh teman sekelas, mengajari
teman yang kesulitan dalam mata kuliah, meminjamkan sesuatu
yang dimiliki kepada teman yang membutuhkan, penggalangan
dana untuk diberikan ke panti asuhan, menjenguk teman yang
kebetulan sedang sakit serta memberikan semangat dan lain
sebagainya separti yang diungkapkan para informan di atas.
49
3) Silaturahmi
Segala bentuk hablumminannas yang dilakukan oleh para informan
sebetulnya bertujuan untuk silaturahmi atau menjalin persaudaraan,
hal ini dikarenakan aktivitas itu berhubungan langsung dengan
sesama manusia. Lebih spesifik ketika para informan melakukan
kunjungan ke rumah teman-teman mereka, kemudian saling
menyapa dan tersenyum ketika bertemu, lalu berkumpul bersama
untuk sharing-sharing permasalahan agama, selain itu jual beli
barang yang dimiliki oleh teman para informan juga ada aspek
silaturahimnya.
4) Toleransi
Fakta
yang
penulis
temukan
kaitanya
dengan
aktivitas
hablumminannas dari temuan data di atas salah satunya adalah
adanya toleransi, saling menghargai, saling menghormati antar
taman seagaman dan berbeda agama.
2. Motivasi Mahasiswa Muslim Melakukan Aktivitas Keagamaan
Dalam penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan ada 3
motivasi mahasiswa melakukan aktivitas keagamaan. Motivasi itu adalah:
a. Sarana untuk Menjaga Norma Kesusilaan dan Tata Masyarakat
Sopan santun, tingkah laku, perkataan yang baik, dan cara
berpakaian merupakan esensi dari norma kesusilaan dan tata
masyarakat. Di dalam menjalankan aktivitas keagamaan, memang
50
sebagian orang berkeinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Hal ini dikarenakan di dalam agama mengajarkan tentang kebaikan.
oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis menemukan 3 informan
yang melakukan aktivitas keagamaan karena dorongan untuk menjaga
norma kesusialaan dan tata masyarakat. Ketiga informan itu adalah NR,
IND, dan AGT.
NR merupakan mahasiswi tekhnik informatika semester akhir.
Balutan jilbab yang melingkar di kepalanya semakin menambah yakin
jika dia adalah wanita sholehah. Anjuran memakai jilbab untuk
menutup aurat yang ada di dalam Al-Qur’an memang sudah
diketahuinya sejak NR SMA. Sehingga tidak heran jika NR meski
menempuh kuliah di universitas non Islam, dia tetap percaya diri
terhadap identitas keislamanya. Salah satu alasan mengapa NR
berjilbab yaitu untuk menjaga kehormatanya sebagai wanita. Karena
NR beranggapan, dengan menjaga kehormatan maka terjaga pula
tingkah laku baik, sopan santun yang luhur dan perkataan yang indah.
Alasan serupa NR katakana ketika dia melakukan aktivitas keagamaan
yang berhubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia. Karena
menurut NR dengan dekat dengan Allah dan tau apa yang dianjurkan
atau apa yang dilarang, perjalanan kehidupan akan semakin baik,
tingkah lakupun akan selalu mengiringi akan kebaikan.
Informan kedua adalah IND. Gadis mungil ini sama seperti NR,
ketika sedang kuliah atau berada di kampus dia juga mengenakan
jilbab. Alasanyapun sama seperti NR yaitu disamping perintah agama
untuk menutup aurot, juga tersirat tujuan agar kehormatnya selalu
51
terjaga. Perintah-perintah agama seperti sholat, puasa, berbuat baik
dengan sesama, silaturahmi dan lain sebagainya pun selalu dia jalankan
dengan baik. IND mengaku karena dengan beribadah maka kebaikan
akan senantiyasa menyertai. Sebab di dalam ibadah terkandung banyak
kebaikan, baik kebaikan untuk diri sendiri maupun kebaikan untuk
orang lain. Sehingga apabila diri sendiri baik, tingkah laku pun juga
akan baik dan norma kesusilaan dan tata masyarakatpun akan mengikuti
kearah kebaikan.
Informan ketiga
adalah AGT. Dia merupakan salah satu dari
beberapa temanya yang aktif dalam kegiatan masjid di kampungknya.
Sikap mantab dan yakin menjadi landasan ketika ia melaksankan
aktivitas keagamaan di kampusnya (universitas Kristen satya wacana).
AGT mengungkapkan salah satu dorongan untuk dia terus menjalankan
perintah agama itu adalah amal ma’ruf nahi munkar atau mejalankan
kebaikan dan menjauhi kejelekan. Esensi kebaikan menurut AGT
adalah kebaikan budi pekerti, tingkah laku, dan perkataan. Sehingga
dengan demikian norma kesusilaan akan terjaga dengan baik dan halhal demikianlah yang membuat AGT bisa diterima dan digunakan di
masyarakat.
b. Untuk Memuaskan Intelektual yang Ingi Tahu
Dalam penelitian ini penulis juga menemukan informan yang
melakukan aktivitas keaagamaan atas dorongan ingin mengetahui
secara mendalam tentang bagaimana agama Islam itu. Rasa ingin tahu
yang tinggi dan keinginan yang kuat membuat kedua informan ini
52
istiqomah dalam menjalankan aktivitas-aktivitas keagamaanya selama
di kampus. Kedua informan ini adalah NR dan IND.
Dari hasil wawancara yang diperoleh, penulis mendapatkan
keterangan dari NR bahwa selain untuk menjaga norma kesusilaan dan
tata masyarakat, dia melakukan aktivitas keagamaan atas dorongan
ingin mengetahui hal-hal yang belum dia ketahui tentang masalah
agama. Rasa “bodoh” dalam bidang agama membuatnya lebih semangat
dalam menjalankan aktivitas-aktivitas keagamaan selama di kampus.
Kajian-kajian Islami merupakan ”menu” favorit bagi wanita kelahiran
Salatiga ini. Selain itu, kumpul bersama teman sesama muslimah dan
sharing tentang permasalahan agama membuat pengetahun NR semakin
bertambah. Apalagi saat ini NR memiliki jabatan setrategis di dalam
organisasi KMIS. Hal ini memudahkan langkahnya untuk mengakses
ilmu-ilmu agama Islam dari berbagai sumber.
Tidak jauh berbeda dengan NR, IND wanita bertubuh mungil ini
juga memiliki motivasi lain dalam menjalankan aktivitas keagamaan.
Selain sarana untuk menjaga norma kesusilaan dan tata masyarakat,
aktivitas keagamaan yang dilakukan IND juga didorong atas dasar
minimnya pengetahuan tentang agama yang saat itu dimiliki oleh IND.
Sehingga dalam keadaan yang demikian, IND mencoba untuk mencari
ilmu pengetahuan tentang agama guna menutupi kekurangan yang ada
pada dirinya. Jalan yang ditempuh IND salah satunya adalah dengan
semakin rajin dan tekun menjalankan perintah agama termasuk ikut
kajian-kajian Islami yang diadakan oleh organisasi KMIS. Menurut
53
IND semakin ia memperoleh ilmu tentang agama semakin itu pula ia
merasa masih sangat jauh dari kata wanita sholehah.
c. Untuk Mengatasi Ketakutan
Mengatasi rasa takut merupakan salah satu motivasi para
informan melaksanakan aktivitas keagamaan. Rasa takut di sini adalah
rasa takut yang objeknya hanya di angan-angan saja. Ketika mahasiswa
diberi pengertian bahwa ketika mereka melaksanakan kewajiban maka
mereka akan di tempatkan di surga (tempat menyenangkan) tetapi
apabila mereka melanggar atau tidak melaksankan kewajban maka akan
di tempatkan di neraka (tempat siksaan). Maka ketika penulis
melakukan penelitian, semua informan memberikan keterangan atas
pertanyaan mengapa mereka melaksanakan aktivitas keagamaan,
mereka menjawab karena kewajiban. Di dalam pemikiran mereka jika
mereka tidak melaksanakan kewajiban maka rasa dosa akan hinggap di
dalam dirinya dan jika telah berdosa maka kelak mereka akan masuk ke
dalam neraka tempat siksaan berada. Itulah alasan mengapa semua
informan menjawab tentang dorongan untuk melaksanakan aktivitas
keagamaan. Sebagai contoh salah satu informan yaitu FNT, dia
mengungkapkan ketika penuis memberikan pertanyaan tentang
dorongan melakukan aktivitas keagamaan, FNT menjawab, “Kalau
saya pribadi yang jelas ya kewajiban saja. Karena jika tidak
mekasanakan kewajiban kan dosa dan kalau dosa kan masuk neraka”.
Dilihat dari jawaban FNT terlihat jelas ia sangat takut akan siksaan
neraka sehingga ia melaksankan kewajibanya.
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kendala-kendala
yang
Dihadapi
Mahasiswa
Muslim
dalam
Melaksanakan Aktivitas Keagamaan di Universitas Kristen Satya
Wacana
Dalam setiap aktivitas yang dilakukan manusia tentu tidak akan pernah
luput dari kendala dan hambatan. Hal ini tercermin ketika para informan yang
diteliti melaksankan aktivitas keagamaan selama di kampus Universitas
Kristen Satya Wacana. Kendala itu penulis klasifikasikan menjadi 2, yaitu
kendala eksternal dan kendala internal.
1. Kendala Eksternal
Kendala eksternal merupakan kendala atau hambatan yang muncul
dari luar diri seseorang. Dalam penelitian ini, penulis menemukan
beberapa kendala yang timbul dari luar diri para informan. Kendala itu
yaitu:
a. Kebijakan Pihak Kampus
Dari keterangan para informan, mereka mengutarkan bahwa salah
satu faktor yang menghambat aktivitas keagamaan yang dilakukan
adalah dari kebijakan pihak kampus Universitas Kristen Satya Wacana
(UKSW). Salah satu contoh ketika NR dan PBD dengan kapasitas
sebagai pengurus Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana (KMIS)
memiliki rencana untuk mengadakan kegiatan keagamaan Islam yang
55
melibatkan pihak kampus. Di situ, kaitanya masalah perijinan, pasti
dipersulit dan bahkan suatu ketika dengan sepihak pembantu rektor 3
tidak memberikan ijin. Ketika wawancara, NR mengungkapkan
sebagai berikut:
“Kalo hambatan yang secara umum yaa mungkin
masalah kebijakan dari pihak kampus saja. Kebijakan
disini maksudnya pembantu rektor 3 itu seolah-olah
“mendiskriminasi” mahasiswa yang beragama Islam.
Mau mengadakan kegiatan yang ada hubunganya
dengan agama Islam pasti masalah perijinan dipersulit
atau bahkan tidak diperbolehkan”
Ketika wawancara, PBD juga memberikan keterangan sebagai berikut:
“Kemudian dari pihak kampus juga terutama dari
pembantu rektor 3 itu sedikit agak membatasi kegiatankegiatan yang berhubungan dengan agama Islam tapi
itupun tidak diungkapkan secara langsung cuma
tersirat saja.”
Inisiatif NR dan PBD untuk mengadakan kegiatan bertemakan
Islami memang cukup baik, selain sarana menimba ilmu agama, juga
untuk mensyi’arkan agama Allah di kampus UKSW. Akan tetapi
apaboleh dikata “kekuasaan memberikan wewenang” sehingga rencana
kegiatan itu harus dialihkan dengan kegiatan yang lain dan tidak
berhubungan dengan pihak kampus.
Dari data di atas penulis menyimpulkan bahwa kebijakan pihak
kampus terutama masalah perijinan dari pembantu rektor 3 yang
56
mengurusi bidang kemahasiswaan, menghambat kegiatan keagaaman
yang akan dilaksanakan oleh para informan, tentunya kegiatan ini
berhubungan dengan pihak kampus.
Kemudian kebijakan pihak kampus UKSW yang menurut para
informan sedikit menghambat aktivitas keagamaan adalah jam kuliah
yang sering bersamaan dengan waktu sholat wajib dan waktu sholat
jum’at bagi kaum adam. Penulis menyebut sedikit karena menurut
keterangan para informan hal ini bukan merupakan suatu hambatan
yang “besar” dan menurut mereka keadaan seperti itu masih bisa di
menejemen atau diakali dengan meminta ijin kepada bapak atau ibu
dosen pengajar. Dapat dilihat dalam hasil wawancara dengan IND,
sebagai berikut:
“Untuk hambatan mungkin tidak secara langsung,
mungkin hanya kebetulan saja. Misal kita dalam
mengambil mata kuliah nah kebetulan mata kuliah
yang mau kita ambil jam yang tidak tabrakan dengan
kegiatan kita, itu “ngepasi” pas waktu sholat otomatis
bisa tidak bisa ya kita harus mengambilnya. Ya
peraasaanya kalau pas begitu ya sdikit “gedandapan”
atau kurang tenang hatinya”
Dapat dilihat juga dalam hasil wawancara dengan AGT adalah sebagai
berikut:
“Secara umum kalau saya pribadi hampir tidak ada
hambatan yang besar dari pihak kampus. Mungkin
sebagian jadwal kuliah yang sering bersamaan dengan
waktu sholat, itupun ketika kita meminta izin dari dosen
menurut pengalaman saya selama ini pasti diberikan
ijin.
57
Ketika para informan ijin meninggalkan kuliah, tentu ada
konsekuensi logis yang membuat mereka harus berjuang keras
mengejar
ketinggalan mata
kuliah
yang
ditinggalkan selama
melaksanakan sholat, akan tetapi hal itu lagi-lagi bukan menjadi
masalah yang besar bagi para informan.
Penulis menyimpulkan, meskipun masalah jam kuliah yang sering
bersamaan dengan waktu sholat bukan merupakan hambatan yang
besar bagi para informan untuk bisa melaksanakanya, akan tetapi tetap
saja hal ini merupakan suatu permasalahan.
Kebijakan pihak kampus UKSW ketiga yang menurut para
informan menghambat aktivitas keagamaan selama di kampus adalah
fasilitas ruang ibadah sholat yang kurang memadahi untuk kampus Jl.
Diponegoro, dan tidak ada fasilitas ruang ibadah sholat untuk kampus
yang beralamat di Jl. Kartini. Fakta ini diutarakan oleh AGT, dia
mengatakan, “Mungkin secara fisik kalau dalam masalah sholat
ruangan sholat yang agak jauh dari gedung tempat kita kuliah serta
ruangan yang sempit dan agak “nylempit”.
Ketika penulis berkunjung di kampus Jl. Diponegoro, penulis
sidikit kesulitan dalam menemukan ruang sholat yang tersedia. Hal ini
dikarenakan tempatnya yang nylempit di belakang ruang pasca sarjana.
Ruanganya pun tidak besar, hanya berukuran kira-kira 3 kali 4 meter
dengan kapasitas maksiamal untuk sholat berjama’ah 10 sampai 15
orang. Keadaan yang demikian menurut penulis kurang relevan jika
dibandingkan dengan banyaknya mahasiswa muslim yang ada di
58
universitas ini. Kemudian ketika penulis berkunjung ke kampus Jl.
Kartini, penulis tidak menemukan adanya ruang ibadah sholat di
kampus itu. Fakta ini dapat dilihat dalam hasil wawancara kepada FNT
sebagai berikut:
“Fasilitas untuk sholat mungkin belum ada untuk
kampus di jalan Kartini sehingga ya kita agak kesulitan
untuk sholat dan tentunya misal kita sholat di luar
kampus waktu yang dibutuhkan cukup lama.”
Dari paparan yang di sampaikan oleh FNT dan AGT, penulis
menyimpulkan bahwa memang ketiadaan dan atau kekurang layakan
fasilitas berupa ruang ibadah menghambat kegiatan atau aktivitas
keagamaan terutama masalah sholat.
b. Pengaruh Lingkungan
Menurut informan yang bernama PBD, lingkungan atau teman
bergaul di kampus sangat mempengaruhi atas terhambatnya dia dalam
melaksanakan aktivitas keagamaan. Dalam wawancara yang penulis
lakukan PBD mengungkapkan sebagai berikut:
“Kemudian untuk lingkungan atau teman bergaul itu
jelas pengaruhnya, karena teman-teman tidak mungkin
baik semua, pasti salah satu atau lebih ada yang
berperilaku buruk dan jika kita tidak membentengi diri
pasti suatu ketika juga akan ikut-ikutan buruk.”
Di dalam lingkungan berteman, tentu tidak semua teman memiliki
akhlak yang baik, ada satu, dua atau lebih teman yang memiliki sikap
kurang baik. Terlebih di UKSW sebagian teman PBD beragama non
Islam. Sehingga di sini PBD sering terlambat atau bahkan kelupaan
mengerjakan salah satu kewajiban sebagai seorang muslim yaitu sholat
ketika ia sedang berkumpul dengan teman-temanya yang memiiki
59
sikap kurang baik atau teman yang beragama non Islam. Tetapi tidak
sedikit pula temanya yang non Islam terkadang mengingatkan PBD
ketika waktu sholat telah tiba.
Sedikit berbeda dengan PBD, NR mengungkapkan jika temanteman yang non Islam agak menghambat kehikmatanya dalam
berpuasa ketika sedang menjalankan puasa di bulan ramadhan. Berikut
ini kutipan atas pernyataan NR tersebut.
“Terus ketika ramadhan, mungkin disaat kita puasa
menahan lapar dan haus, sebagian besar teman yang
non Islam dengan enaknya makan dan minum di depan
kita, keadaan yang seperti ini ni yang membuat puasa
saya kurang hikmat.”
Sebetulnya NR juga bisa memahami keadaan yang ada, karena
memang posisi dia saat itu berada di lingkungan yang rata-rata
temannya tidak menjalankan ibadah puasa (non Islam). Akan tetapi
menurut NR, setiap orang memiliki cara dan sikap sendiri-sendiri
dalam mencapai derajat kehikmatan berpuasa. Secara kebetulan NR
kurang hikmat ketika melihat ada bahkan banyak teman yang makan
dan minum di depanya ketika dia sedang berpuasa. Sehingga hal ini
menjadi faktor penghambat bagi NR dalam mencapai kehikmatan
berpuasa.
Berpijak dari hasil wawancara dan keterangan-keterangan yang di
sampaikan oleh para informan, penulis menyimpulkan jika memang
lingkungan terutama teman bergaul yang kurang baik membawa
pengaruh terhadap mahasiswa dalam menjalankan aktivitas keagamaan
dan hal ini merupakan hambatan bagi mereka.
60
2. Kendala Internal
Kendala internal merupakan kendala atau hambatan yang timbul dari
diri sendiri. Kaitanya dengan kendala internal ini, penulis menemukan
beberapa data dari informan yang mengungkapkan bahwa perasaan dari
dalam dirilah penyebab terhambatnya aktivitas keagamaan. Hal ini diakui
oleh FNT, kutipan wawancaranya sebagai berikut:
“Tapi pernah waktu itu pas kuliah dan kuliah itu
sangat penting menurutku terus kebetulan tidak ada
teman yang diajak untuk sholat kemudian timbulah
rasa malas dan akhirnya tidak sholat waktu itu.”
Dari keterangan FNT, pada dasarnya rasa malas yang timbul dari
dalam diri membawa pengaruh sangat besar dalam menjalankan sesuatu.
Perasaan ini menghambat jalanya aktivitas yang akan dikerjakan. Paparan
data diatas sebagai bukti bahwa ketika FNT dilanda rasa malas, maka
kewajibanya sebagai seorang muslimah tidak dikerjakan.
Serupa dengan FNT, AGT yang juga sama-sama memiliki
permasalahan dalam menghadapi rasa malas ini mengungkapkan sebagai
berikut:
“Nah sebetulnya hambatan yang paling besar itu
malah dari diri sendiri. Kadang kita takut dalam hal
sholat untuk meminta izin dan males”
AGT yang notabenya tekun beribadah menurut teman-temanya,
ketika rasa malas mulai muncul dari dalam dirinya, ia sulit untuk
melepaskan bahkan ketika seluruh tubuh sudah terhipnotis oleh rasa itu,
maka bertindak apapun termasuk melakukan aktivitas keagamaan serasa
61
ada yang nggondeli dan terasa berat. Sehingga tidak salah jika AGT
“mengukuhkan” rasa malas yang timbul dari dalam diri, sebagai hambatan
utama dalam melaksanakan aktivitas.
Dari paparan data diatas, penulis dengan tegas menyimpukan jika
rasa malas dari dalam diri adalah penyebab terhambatnya para informan
melakukan aktivitas keagamaan.
B. Solusi Mahasiswa Muslim di Universitas Kristen Satya Wacana agar
Tetap Dapat Melaksanakan Aktivitas Keagamaan dengan Baik
Dalam setiap permasalahan atau hambatan kehidupan, tentu Allah Swt
telah menyiapkan solusi untuk menghadapi serta membuka jalan keluar dari
hambatan tersebut. Tinggal bagaimana usaha manusia dalam menyikapi hal
tersebut. Pembahasan kali ini penulis menyampaikan beberapa solusi atau cara
para informan (mahasiswa muslim) untuk tetap dapat melaksanakan aktivitas
keagamaan dengan baik diantaranya sebagai berikut:
1.
Memperbanyak Teman
Di dalam ilmu sosial ada pepatah yang mengatakan “lebih baik
memiliki seribu teman dari pada memiliki satu musuh”. Kiranya pepatah
itu dibenarkan oleh salah satu informan yang berinisial NR. Kaitanya
dengan solusi untuk tetap dapat melaksanakan aktivitas keagamaan
dengan baik, NR mengungkapkan jika memperbanyak teman terutama
sesama muslim dan sering berkumpul untuk sharing, maka akan
mempermudah jalanya aktivitas yang ia lakukan dan sedikit banyak akan
mengatasi hambatan tentang permasalahan aktivitas keagamaan yang
dihadapi selama di kampus. NR memberikan keterangan sebagai berikut:
62
“Kalo saya pribadi mungkin dengan memperbanyak
teman tentu teman sesama muslim dalam hal ini, sering
sharing sehingga apa yang menjadi hambatan dan
masalah
sedikit
banyak
teman-teman
dapat
membantu.”
NR beralasan, secara logika dengan dia bercerita tentang
permasalahan yang dihadapi kepada teman dan meminta pendapat perihal
solusi-solusi yang terbaik, maka ibarat menahan suatu beban, jika ditahan
berdua atau lebih akan terasa ringan olehnya sehingga permasalahanpun
akan terselesaikan dengan solusi yang ditawarkan oleh teman-temanya.
NR mengaku jika ia diam tanpa melakukan suatu tindakan dalam
menghadapi hambatan yang ia alami saat itu, maka solusipun tidak akan
pernah ia dapatkan. Yang ada hanya ia akan semakin terlarut dalam
masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu ketika ia mendapatkan
masalah apapun terutama yang berkaitan dengan kampus, NR mengajak
teman-temanya di organisasi KMIS untuk bisa berkumpul dan sharing
serta mencurahkan apa yang ada di dalam hatinya. Kemudian
permasalahan yang ia hadapi seperti jam kuliah yang bersamaan dengan
waktu sholat, pengaruh lingkungan dan lain-lain bisa teratasi atas solusi
dari pengalaman pribadi teman-temanya.
Selain itu, di sini teman juga berperan sebagai pengingat ketika para
informan lupa atau belum sempat melaksankan aktivitas keagamaan.
Sebut saja AGT, ketika sedang sibuk mengerjakan tugas atau sedang
berkumpul dengan teman-temanya, baik teman yang beragama Islam
maupun non Islam, teman-teman AGT tidak segan-segan menegurnya
63
atau bahkan mengingatkanya jika saat itu sudah tiba waktu sholat. Yang
lebih mengejutkan lagi, terkadang teman non Islam yang mengingatkan
AGT untuk melaksankan kewajibanya tersebut. Hal ini mencerinkan
betapa untungnya para mahasiswa muslim memiliki banyak teman
sehingga aktivitas atau kegiatan keagamaan yang ia lakukan di kampus
dapat berjalan dengan baik dan lancar.
2.
Memegang Teguh Iman
Peran iman dalam mengarungi kehidupan di dunia ini adalah sebagai
pengontrol kelakuan manusia dan sebagai benteng atas kelakuan buruk
yang ingin masuk ke dalam diri manusia. Salah satu solusi mahasiswa
muslim untuk tetap bisa melaksankan aktivitas keagamaan dengan baik
adalah tetap memegang teguh iman yang ada di dalam diri. Informan
yang berinisial PBD mengungkapkan, ” . Tetep memegang teguh iman
kita dan mantab jika yang kita lakukan itu benar”.
Ketua organisasi KMIS ini memberikan keterangan jika memang
saat ini pergaulan antar mahasiswa di Universitas Kristen Satya Wacana
sangatlah bebas. Tidak ada batasan laki-laki dan perempuan ketika
mereka bergaul. Bergandengan tangan dan boncengan sepeda motor
dengan memeluk pun sudah menjadi barang yang lumrah bagi mahasiswa
di UKSW. Akan tetapi tidak semua mahasiswa berperilaku seperti itu.
masih banyak juga mahasiswa yang bisa menjaga dirinya. Menurut
pengalaman PBD, memang hanyalah keteguhan iman yang bisa
membentengi atau membatasi untuk tidak terjerumus melakukan hal-hal
negatif seperti itu. Ketika ada keinginan yang jelek, ia seolah ada yang
64
mengingatkan di dalam hatinya bahwa Allah Swt senantiyasa selalu
melihat dirinya. Sehingga keinginan jelek itupun akhirnya tidak jadi PBD
lakukan.
Atas keterangan berupa data yang disampaikan PBD, penulis
menyimpulkan bahwa meneguhkan iman menjadi salah satu cara atau
solusi untuk tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif. Sehingga
aktivitas atau kegiatan keagamaan pun dapat terlaksana dengan baik.
3.
Percaya Diri
Rasa percaya terhadap diri sendiri akan menimbulkan kemantapan di
dalam hati. Rasa ini akan ”menyingkirkan” perasaan takut, ragu-garu dan
bimbang yang berkecamuk di dalam hati. Di sini rasa percaya diri juga
dianggap sebagai salah satu solusi mahasiswa muslim di UKSW untuk
melaksanakan aktivitas keagamaan dengan baik. Rasa ini juga di percaya
dapat menghilangkan kendala atau hambatan yang timbul dari dalam diri
mahasiswa. AGT salah satu informan yang penulis wawancarai
mengungkapkan:
“Kalau solusi saya dalam menghadapi hambatan itu ya
kita lebih berani saja, mantab, tidak usah takut-takut,
serta percaya diri seperti itu. Sebab kalo kita takut,
ragu-ragu itu pasti kita tidak akan pernah bisa
beribadah selama di kampus”
Hal ini diungkapkan AGT karena memang di lingkungan kampus
sebagian besar teman-temanya tidak melaksanakan ibadah seperti ibadah
yang ia laksanakan (mahasiswa Kristen). Sehingga ketika ia sedang
65
berada di dalam kelas harus memiliki keberanian dan kepercayaan diri
yang tinggi untuk bisa bicara meminta ijin melaksanakan ibadah (sholat)
kepada dosen pengajar. Memang tidak mudah melakukan hal itu karena
terkadang di dalam kelas pada perkuliahan tertentu hanya ia sendiri yang
beragama Islam.
Begitu juga dengan aktivitas keagamaan yang lain. Keprcayan diri
dalam bergaul dan membaur dengan teman-teman non Islam sebagai
muslim sejati harus AGT tanamkan. Awalnya memang ada perasaan
minder ketika pertama srawung dengan teman yang beragama non Islam
akan tetapi lama-kelamaan dengan kepercayaan diri, saat ini AGT bisa
enjoy menjalani aktivitas bersama teman-temanya di kampus. Oleh
karena fakta yang di ungkapkan AGT di atas penulis menyimpulkan
bahwa rasa percaya diri yang ada di dalam hati dapat mengurangi atau
bahkan
menghilangkan
hambatan
dalam
melaksanakan
aktivitas
keagamaan, terutama hambatan yang berasal dari dalam diri sehingga
aktivitas itu dapat tetap berjalan dengan baik.
4.
Pandai Memanfaatkan Waktu
Pepatah barat mengatakan, “waktu adalah uang”, pepatah arab juga
mengatakan, “waktu adalah pedang”. Dua peribahasa ini mencerminkan
betapa waktu itu bisa menguntungkan bagi manusia, bisa juga merugikan
jika tidak pandai dalam pemanfaatanya. Kaitanya dengan solusi
mahasiswa muslim untuk tetap dapat melaksanakan aktivitas keagamaan
di Universitas Kristen Satya Wacana, penulis menemukan data yang
dipaparkan salah satu informan yaitu FNT sebagai berikut:
66
“Ya bicara baik-baik terhadap dosen untuk meminta
ijin ketika pas bebarengan waktu sholat, tapi ya
konsekuensinya kita ketinggalan kuliah selama kita
sholat. Dan pinter-pinter saja memanfaatkan waktu.”
Maksud dari pandai memanfaatkan waktu disini FNT menjelaskan
bahwa ketika ada waktu atau kesempatan untuk berbuat kebaikan kepada
teman-temanya ia langsung memanfaatkan untuk hal itu. Begitu juga
ketika proses perkuliahan yang bersamaan dengan waktu sholat, ketika
ada jeda dosen dalam menyampaikan materi, ketika itu pula FNT
memanfaatkan waktunya untuk meminta ijin sholat terlebih dahulu. Dan
menurut pengalamaya selama menempuh kuliah di UKSW, belum ada
dosen yang melarangnya untuk melaksanakan rukun Islam yang kedua
itu.
Kemudian ketika ada acara keagamaan yang sering diadakan oleh
organisasi Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana dan publikasi
sampai kepada FNT, maka ketika itu pula ia berusaha untuk mengikuti.
Dengan catatan FNT tidak pas kuliah, atau tidak pas sedang mengerjakan
tugas dan atau tidak pas bersamaan dengan kegiatan yang dilakukan oleh
pihak fakultas keparawatan.
Dengan demikian, penulis menyimpulkn bahwa dengan para
mahasiswa muslim pandai memanfaatkan waktu ketika ada kesempatan,
maka kegiatan atau aktivitas keagamaan pun kiranya akan tetap dapat
berjalan dengan baik selama di kampus Universitas Kristen Satya
Wacana.
Untuk solusi dari hambatan yang berhubungan dengan kebijakan
kampus terutama masalah perijinan mengadakan kegiatan keagamaan,
67
para informan tidak memberikan komentar apapun karena memang
mereka belum menemukan solusinya.
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti
menyimpulkan hasil sebagai berikut:
1.
Bentuk atau variasi aktivitas keagamaan mahasiswa muslim di
Universitas Kristen Satya Wacana penulis kategorikan menjadi dua
yaitu hablumminallah dan hablumminannas. Untuk hablumminallah
yang dilakukan ialah sholat wajib, puasa wajib dan sunah, berdo’a,
serta menyembelih hewah qurban ketika hari raya Idhul Adha. Lalu
untuk hablumminannas yaitu berdakwah dengan metode pembuatan
buletin Islami dan pembuatan group di jejaring sosial facebook yang
berisikan seruan Islam, kemudian tolong menolong dalam kebaikan,
silaturahim antar teman, dan toleransi.
2.
Kendala yang dihadapi mahasiswa muslim di Universitas Kristen
Satya Wacana dalam melaksanakan aktivitas keagamaan ialah
kebijakan kampus yang “mempersulit” perijinan akan adanya
kegiatan agama Islam, jam kuliah yang sering bersamaan dengan
waktu sholat wajib dan waktu sholat jum’at, kemudian fasilitas ruang
ibadah yang kurang memadahi, bahkan di kmpus jalan Kartini belum
ada tempat ibadah untuk mahasiswa Islam yang ingin melaksanakan
sholat, lalu pengaruh lingkungan, dan yang terakhir adalah rasa
malas yang timbul dari dalam diri.
69
3.
Solusi untuk mengatasi hambatan agar aktivitas keagamaan
mahasiswa muslim di Universitas Kristen Satya Wacana tetap dapat
dilaksanakan dengan baik adalah memperbanyak teman terutama
teman sesama muslim, memperkuat atau meneguhkan iman, percaya
diri dan yang terakhir adalah pandai memanfaatkan waktu. Dengan
begitu aktivitas keagamaan yang dilakukan mahasiswa muslim di
UKSW akan tetap berjalan dengan baik dan hambatan sedikit banyak
akan terkurangi.
B. Saran
Berpijak pada penelitian tentang Aktivitas Keagamaan Mahasiswa
Muslim di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, maka pada akhir
penulisan ini peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Kepada segenap masyarakat agar tidak memberikan penilaian secara
sepihat tanpa adanya fakta sehingga pandangan negatif, terhadap
mahasiswa yang menempuh kuliah di Universitas Kristen Satya
Wacana dapat dihilangkan.
2. Kepada pihak kampus Universitas Kristen Satya Wacana agar lebih
peduli, lebih terbuka dan lebih bijaksana tehadap aktivitas-aktivitas
keagamaan yang dilaksanakan mahasiswa muslim yang menempuh
kuliah di sana. Sehingga para mahasiswa terutama yang beragama
Islam bisa lebih nyaman ketika melaksanakan aktivitas keagamaan
selamas di kampus.
3. Kepada mahasiswa muslim yang sedang menempuh kuliah di
Universitas Kristen Satya Wacana agar tetap semangat dan percaya
70
diri dalam belajar dan menegakan agama Islam meskipun kalian
adalah minoritas. Jangan putus asa dan buktikan jika kalian bisa.
71
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Samudi. 1981. Mencari Pedoman Hidup. Semarang: CV Toha Putra
Baharuddin. 2005. Aktualisasi Psikologi Islam. Cet. 1. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Daradjat, Zakiah. 1995. Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental. Cet. 14.
Jakarta: PT Toko Gunung Agung
1996. Ilmu Jiwa Agama. Cet. 15. Jakarta: Bulan Bintang
Depag RI. 2006. Al-Quran dan Terjemahnya. Cet. 10. Bandung: Diponegoro
Dister, Nico Syukur. 1988. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Cet. 1.
Yogyakarta: Kanisius
Faridi. 2002. Agama Jalan Kedamaian. Cet. 1. Jakarta: Ghalia Indonesia
Hendryant, Aisyah N. 2010. Masjid Sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat.
Malang: UIN-MALIKI PRESS
Koentjaraningrat. 1994. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Cet. 13. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
Nasution, Lahmudin. 1997. Fiqih 1. Jakarta: Logos
Rohman, Roli Abdul dan M. Khamzah. 2008. Menjaga Aqidah dan Akhlak. Solo:
PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Cet. 13.
Bandung: Alfabeta
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metodologi Penelitian Pendidikan. Cet. 6. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Suprayogo, Imam dan Tobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Cet.
1. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suryabrata, Sumadi.2003. Metodologi Penelitian. Ed. 2. Cet. 14. Jakarta: PT Raja
Grafinddo
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed. 3.
Cet. 4. Jakarta: Balai Pustaka
http//:www.uksw.edu.com
72
Download