Volume 1 Nomor 1-Juni 2013 Daftar Rujukan

advertisement
Jurnal Pendidikan Matematika
ISSN: 2086 - 4253
Jurnal Pendidikan Matematika
Daftar Rujukan
Dahar, R. W. 1987. Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud.
Duffiy, T.M. 1992. Constructivism and The Technology of
Instruction : A. Conversation. New Jersey: Lawrence
Erlbaum Associates.
Eggen, P. D. & Kauchak, D.P. 1996. Strategies for Teachers:
Teaching Content and Thinking Skill. 3nd
Hudojo, H. 1988.
Mengajar Belajar Matematika. Jakarta:
Depdikbud
Joyce, B & Weil, M. 1980. Models of Teaching. New Jersey :
Prentice-Hall Inc.
Mahmud, M. D. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
Orton, A. 1991.
Learning Mathematics: Issue, Theoriand
Classroom Practice. 2nd edition. London: Cassel.
Resnick, L. B. 1981. The Psychology of Mathematics for
Instruction.
New Jersey: Lawrence Erlbaum
Associations Inc.
Slavin, R. E. 1986. Educational Psychology: Theory into practice.
New Jersey: Prentice-Hall Ins
ISSN: 2086 - 4253
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
STKIP BIMA
Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli.
Jurnal ini berisi laporan penelitian, gagasan konseptual, kajian
teori, dan kajian buku pendidikan khususnya Pendidikan
Matematika. ISSN: 2086-4250
Susunan Redaksi
Pelindung
Drs. Mustamin, M.Sc
Penanggung Jawab
Dr. Amran Amir
Redaksi Pelaksana
Moh. Zaky Aminy, ST. M.Pd
Andang, M.Pd
Redaksi Ahli
Edi Mulyadin, M.Pd
Dusalan, S.Pd. M.Pd
Sudarsono, M.Pd
Syaifullah, M.Pd
Yaser Arafat, SH.MH
Alamat: Kampus STKIP Bima, Jl. Piere Tendean Kelurahan Mande Kota
Bima. Telp/Fax: 0374-42801
Redaksi Jurnal Pendidikan Matematika menerima tulisan yang belum
pernah dipublikasikan dalam media cetak lain. Naskah diketik dengan
spasi 1,15 pada kertas A4. Panjang tulisan minimal 7-15 halaman.
Naskah dikirim ke Alamat Email [email protected]
16
Volume 1 Nomor 1-Juni 2013
1
Volume 1 Nomor 1-Juni 2013
Jurnal Pendidikan Matematika
ISSN: 2086 - 4253
Sudarsono, M.Pd
Penerapan Media Bingo untuk Meningkatkan
Kemampuan Berhitung Siswa
Arnasari M.H, M.Pd
Penerapan Langkah-Langkah Polya dalam
Menyelesaikan Soal-Soal Matematika untuk
Meningkatkan Aktivitas dan
Prestasi Belajar
Edi Mulyadin, M.Pd
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui
Pendekatan Problem Posing Dengan Setting
Kooperatif
2
ISSN: 2086 - 4253
memperhatikan prinsip-prinsip dalam belajar bermakna yang
ditawarkan Ausubel. Hal ini perlu diperhatikan agar pelajar dapat
mengaitkan informasi yang abru diterimanya dengan pengetahuan
yang dimilikinya.
Daftar Isi
Dusalan, S.Pd, M.Pd
Pemrosesan Informasi Pada Pembelajaran
Matematika: Suatu Alternatif Dalam
Mengoptimalkan Proses Pembelajaran Matematika
Di Sekolah
Jurnal Pendidikan Matematika
3 – 16
17 – 34
35 – 54
55 – 72
Volume 1 Nomor 1-Juni 2013
15
Volume 1 Nomor 1-Juni 2013
Jurnal Pendidikan Matematika
ISSN: 2086 - 4253
Dengan demikian pelajar dapat diharapkan dapat mengaitkan
informasi yang baru diterima dengan pengetahuan yang telah
dimilikinya.
Dalam pembelajaran mungkin terjadi konflik makna
(Orton, 1991). Ausubel mengistilahkannya dengan disonsi
kognitif. Ini bisa terjadi karena perbedaan definisi yang pernah
diperoleh sebelumnya, atau karena perbedaan dengan pengertian
sehari-hari. Untuk mengatasinya Ausubel menyarankan suatu
prinsip penyesuaian integratif (rekonsiliasi integratif), sehingga
terjadi kesamaan pemahaman tentang konsep yang dipelajarinya.
Prinsip-prinsip yang diuraikan di atas merupakan hal-hal
yang penting untuk diperhatikan sehingga teori belajar pemrosesan
informasi dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika.
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip ini, diharapkan pelajar
akan berhasil mengaitkan informasi yang baru diterimanya dengan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, dengan kata lain
terjadi belajar bermakna. Sehingga dengan demikian informasi
yang disimpan dalam memori jangka panjang dalam bentuk ide
bermakna berhasil dipanggil kembali dengan mudah untuk
memecahkan masalah yang dihadapi pelajar.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dikemukakan pada bagian
sebelumnya dapaty dikemukakan kesimpulan, bahwa teori belajar
pemrosesan informasi merupakan teori belajar umum yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran matematika. Penerapan teori
belaajr pemrosesan informasi dalam pembelajaran matematika
dapat dilakukan dengan memperahtikan kebermaknaan belajar
yang dialami pelajar. Dalam penerapan teori belajr ini perlu
14
Volume 1 Nomor 1-Juni 2013
Jurnal Pendidikan Matematika
ISSN: 2086 - 4253
PEMPROSESAN INFORMASI PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA: SUATU ALTERNATIF DALAM
MENGOPTIMALKAN PROSES PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DI SEKOLAH
Oleh : Dusalan, S.Pd, M.Pd
Abstract : Information process teory is one of the
cognitive learning theories dominating education
world in the 1980s. since it is very wide and abstract,
its application in mathematics learning need an
approach which applies learning model relevant to the
concept of information process theory. Although
information process theory can be applied in the
problem solving method, but the main point of the
information process puts the success on the relation
between the new information and the knowledge
owned by the students. Therefore, the information
process theory application will be more appropriate if
it is provided with meaningfulness learning based
approach.
Kata kunci : Pemrosesan informasi, pembelajaran
matematika
Pendahuluan
Sampai saat ini banyak teori belajar yang berkembang dalam
dunia pendidikan. Selama abad 20, teori belajar yang berkembang
dikelompokkan dalam teori belajar behavioristik dan teori belajar
kognitif (Dahar, 1989). Teori belajar behavioristik memandang
3
Volume 1 Nomor 1-Juni 2013
Jurnal Pendidikan Matematika
ISSN: 2086 - 4253
belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang dapat
diamati, yang terjadi melalui terkaitnya stimulus-stimulus dan
respon-respon. Para penganut teori perilaku ini berpendapat
bahwa sudah cukup bagi siswa untuk mengasosiasikan stimulusstimulus
dan respon-respon, dan diberi penguatan bila ia
memberikan respon-respon yang benar. Mereka tidak
mempersoalkan apa yang terjadi dalam pikiran siswa sebelum dan
sesudah respon dibuat.
Aspek yang tidak diungkapkan dalam teori belajar
behavioristik, menjadi bahasan utama dalam teori belajar kognitif.
Teori ini memandang belajar sebagai suatu proses perolehan atau
perubahan-perubahan
insait-insait,
pandangan-pandangan,
harapan-harapan, atau pola pikir seseorang (Dahar, 1989). Ini
berarti bahwa para penganut teori kognitif memberikan
perhatiannya pada proses-proses mental. Mereka yakin bahwa
perilaku yang tidak nampak atau tidak dapat diamati, misalnya
pikiran-pikiran, adalah mungkin dipelajari dengan cara ilmiah.
Teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif adalah
merupakan teori belajar umum yang mungkin dapat diterapkan
dalam pembelajaran materi apapun, termasuk juga untuk
pembelajaran matematika. Namun demikian, secara keseluruhan
teori behavioristik tidak dapat diterima. Stewatr (Orton, 1991)
menyatakan bahwa sebagian ahli pendidikan menyatakan bahwa
behaviorisme itu pada intinya telah berakhir sebagai teori yang
memadai untuk bisa menjelaskan aspek yang lebih komplek yang
menjadi dalam mental manusia.
Salah satu teori belajar kognitif yang mendominasi pada
tahun 80-an adalah teori pemrosesan informasi (Slavin, 1986).
Teori ini memberikan pandangan tentang bagaimana seseorang
4
Volume 1 Nomor 1-Juni 2013
Jurnal Pendidikan Matematika
ISSN: 2086 - 4253
informasi baru dengan struktur kognitif akan menghasilkannya s
ebagai belajar bermakna.
Ausubel (1991) melanjutkan bahwa pada anak-anak,
dimana pengetahuan matematika yang dipelajarinya bersifat terlalu
mendasar, sehingga mustahil ada pengetahuan yang relevan
dibenak yang dapat dihubungkan dengan ide baru. Dalam kasus
ini, belajar dengan penemuan akan lebih bermakna. Sedangkan
pada tingkatan yang lebihtinggi, dimana struktur yang kaya akn
pengetahuan telah dimiliki, maka pengajaran dengan ekspositori
akan lebih efisien. Dalam hal ini pengajar harus benar-benar dapat
memastikan bahwa pendekatan yang digunakannya dapat
menghasilkan belajar yang bermakna pada pelajarannya.
Oleh karena itu, untuk menerapkan teori belajar
pemrosesan informasi, perlu diperhatikan prinsip-prinsip yang
ditawarkan Ausubel dalam belajar bermakna. Dalam hal ini
Ausubel menawarkan beberapa prinsip yang mungkin dilakukan
untuk keberhasilan belajar bermakna, yaitu dengan advance
organizer, diferensiasi progresif, belajar superodinat, penyesuaian
integrative (rekonsilisasi integratif), dan peta konsep (Daha, 1989).
Advance organizer adalah pengaturan awal yang
dikondisikan oleh pengajar untuk mengarahkan pelajar ke materi
yang akan mereka pelajari, sehingga diharapkan dapat menolong
pelajar untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan
yang dapat digunkan dalam membantu menanamkan pengetahuan
baru. Jadi pengaturan awal (advance organizer) dapat dianggap
semacam pertolongan mental yang disajikan sebelum materi baru.
Diferensiasi progresif dan belajar superodinat pada
dasarnya menunjukkan bahwa untuk mempelajari suatu konsep,
pelajar harus sudah memahami konsep yang menjadi prasyaratnya.
13
Volume 1 Nomor 1-Juni 2013
Jurnal Pendidikan Matematika
ISSN: 2086 - 4253
pemrosesan informasi dapat diterapkan dalam pembelajaran
matematika.
Untuk menerapkan teori pembelajaran pemrosesan
informasi, ada baiknya untuk memperhatikan pernyatan Duffy
(1992) bahwa ada beberapa hal yang haus dipertimbangkan dalam
teori pemrosesan informasi yaitu: (1) dalam pemrosesan informasi,
seseorang memasukkan informasi dari luar pikirannya, selanjutnya
memproses informasi tersebut, (2) dalam pemrosesan informasi,
informasi yang akan diproses telah didefinisikan, (3) dalam
pemrosesan informasi proses berfikir disamakan dengan kerja
komputer.
Terlihat bahwa pemrosesan informasi adalah proses
mengaitkan informasi yang bau diterima dengan pengetahuan yang
telah ada dalam benak dan mengubah informasi yang diterima ke
dalam bentuk yang dipahami, sehingga memudahkan pemanggilan
kembali informasi tersbut yang tersimpan dalam memori jangka
panjang. Ini sesuai dengan pendapat Eggen dan Kauchak (1996)
bahwa hal penting dalam pemrosesan informasi adalah pelajr
menerima informasi, kemudian mentransfer kedalam bentuk yang
dipahaminya, dan menyimpannya dalam memori jangka panjang
Transformasi informasi ke dalam ide yang bermakna (bentuk yang
dipahami) adalah inti dari pemrosesan informasi.
Mengingat bahwa inti dari pemrosesan informasi adalah
proses mengaitkan informasi baru dengan susunan pengetahuan
yang sudah ada dalam benak, maka perlu diperhatikan pendapat
Ausubel (Ortun, 1991) yang menyatakan bahwa seseorang dapat
mengaitkan informasi yang abaru di terima dengan pengetahuan
yang telah ada jika informasi tersebut sesuai dengan struktur
kognitif yang dimilikinya. Keberhasilan menghubungkan
12
Volume 1 Nomor 1-Juni 2013
Jurnal Pendidikan Matematika
ISSN: 2086 - 4253
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah informasi
yang diterima.
Mengingat matematika berkenaan dengan konsep-konsep
abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif,
maka proses belajar matematika harus dilakukan secara kontinu
(Hudojo, 1988). Hudojo melanjutkan bahwa dalam belajar
matematika terjadi juga proses berfikir dan dalam berfikir itu orang
menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi
yang telah direkam di dalam pikiran itu sebagai pengertianpengertian. Di dalam proses berpikir itu terjadi pemrosesan
informasi, yaitu konsep matematika yang ada dalam pikiran
diproses sehingga terjadi penyimpanan konsep baru, pemanggilan
kembali konsep yang sudah ada sebelumnya, atau pengaitan antara
konsep yang telah ada sebelumnya dengan konsep yang baru
masuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Resnick (1981) bahwa
dalam psikologi pemrosesan informasi menfokuskan pada struktur
pengetahuan di dalam pikiran dan pada mekanisme di mana
pengetahuan dimanipulasi, ditransformasi, dan dihasilkan dari
proses pemecahan beberapa masalah yang dihadapi manusia.
Pemrosesan informasi di dalam pikiran itu berlangsung terus
menerus selama adanya informasi baru yang masuk ke dalam
pikiran. Oleh karena itu teori pemrosesan informasi dapat
digunakan dalam proses belajar matematika.
Namun demikian, teori pemrosesan informasi masih sangat
luas dan abstrak untuk diterapkan. Karena itu untuk menerapkan
teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran matematika
diperlukan suatu pendekatan yaitu model pengajaran yang sesuai
dengan konsep dasar teori pemrosesan informasi. Sehingga
5
Volume 1 Nomor 1-Juni 2013
Jurnal Pendidikan Matematika
ISSN: 2086 - 4253
seorang pengajar matematika dapat menerapkan teori pemrosesan
informasi dengan model mengajar yang sesuai.
Berdasarkan uraian di atas, timbul suatu masalah yaitu,
bagaimanakah menerapkan teori pemrosesan informasi dalam
pembelajaran matematika?. untuk menjawab permasalahan
tersebut terlebih dahulu akan diuraikan tentang pengertian
pemrosesan informasi, sistim pemrosesan informasi, kemudian
dilanjutkan dengan penerapan teori pemrosesan informasi dalam
pembelajaran matematika.
Teori Pemrosesan Informasi
Menurut teori belajar kognitif, orang adalah pemroses
informasi yang aktif (Mahmud, 1989). Ia akan memprakarsai
pengalaman-pengalaman yang mengarah ke belajar, mencari
informasi-informasi untuk memecahkan persoalan dan menyusun
kembali apa-apa yang telah diketahui untuk belajar lebih lanjut.
Para ahli teori belajar kognitif berpendapat bahwa perilaku
seseorang yang dapat diamati merupakan perwujudan dari proses
mental yang terjadi dalam pikirannya. Proses mental atau perilaku
yang tidak dapat diamati itu dapat dipelajari secara ilmiah.
Sebagian dari mereka tertarik untuk mempelajari kegiatan mental
tersebut sebagai suatu teori yang kemudian dikenal sebagai teori
pemrosesan informasi.
Teori pemrosesan informasi dikembangkan dari percobaanpercobaan pada program-program komputer yang dirancang untuk
berbuat sebagaimana keahlian manusia (Resnick, 1981). Oleh
karena itu proses berpikir seseorang dianggap sama dengan proses
kerja komputer. Menurut Slavin (1986) teori pemrosesan
infornmasi adalah suatu teori belajar kognitif yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pengingatan kembali pengetahuan
6
Volume 1 Nomor 1-Juni 2013
Jurnal Pendidikan Matematika
ISSN: 2086 - 4253
adalah fungsinya. Informasi baik dari memori jangka pendek
maupun mamori jangka panjang bila diungkapkan akan melaluii
generator respon (penghsil respon),
yang berfungssi
mentransformasukan informasi yang dipanggil kedalam tindakan
yang menghasilkan tingkah laku yang dapat diamati. Artinya
bahwa informasi telah diproses dan telah terjadi proses belajar.
Penerapan Teori Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran
Matematika.
Menurut Hudojo (1988) proses berfikir terjadi jika
seseorang melakukan kegiatan mental. Mengingat bahwa konsep
baru dalam matematika terbentuk karena adanya pemahaman
terhadap konsep sebelumnya, ini berate bahwa dalam belajar
matematika terjadi proses berfikir, dimana dalam berfikir, pelajar
akan menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian
informasi yang telah direkam dalam pikiran sebagai pengertianpengertian.
Dalam belajar matematika, ketika pelajar menerima
informasi baru, maka pelajar akan berusaha untuk mencari suatu
struktur atau susunan pengetahuan yang sudah ada dalam
benaknya untuk mengorganisasi pengetahuan yang sudah baru
diterima tersebut. Setelah terbentuk suatu jaringan pengetahuan
yang baru, baik melalui asimilasi ataupun akomodasi, pelajar
tersebut akan menyimpanya dalam memori jangka pendek dan
memori jangka panjang, dan suatu ketika informasi yang tersimpan
dalam memori jangka panjang tersebut akan dipanggil kembali
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Rangkaian proses
tersebut merupakan rangkaian proses yang diungkapkan dalam
teori belajar pemrosesan infomasi. Ini berarti teori belajar
11
Volume 1 Nomor 1-Juni 2013
Jurnal Pendidikan Matematika
ISSN: 2086 - 4253
panjang (Dahar, 1989). Terjadinya pengkodean sering
menyebabkan informasi yang dingat tidak sama benar bentuknya
dengan informasi yang diterima. Dalam hal ini berarti bahwa pelajr
menyimpan informasi dala memori jangka panjang sesuai dengan
pemahamannya.
Mengenai informasi yang diterima, dapat berbentuk suatu
definisi, sehingga definisi ini akan diterima oleh reseptor dan
mencari struktur pengetahuan yang telah ada dalam benak, yang
sesuai dengan informasi informasi baru ini untuk kemudian
mengalami proses selanjutnya. Namun informasi baru ini dapat
berupa contoh-contoh atau atribut-atribut pembentuk konsep yang
diterima oleh reseptor dan kemudian akan mengalami proses
penemuan atau pengkostruksian konsep yang ingin disampaikan
melalui contoh-contoh tersebut. Setelah terbentuk konsep yang
dimaksud, maka akan dilanjutkan dengan proses selanjutnya, yaitu
proses pengaitan dengan struktur pengetahuan yang telah ada,
kemudian masuk penyimpanan dalam memori jangka panjang.
Informasi yang telah disampaikan dalam memori jangka
panjang, bilan akan digunakan, harus dipanggil kembali melalui
generator respon. Keberhasilan pemanggilan menunjukkan kualitas
pemrosesan informasi. Menurut Enggen dan Kauchak (1996)
kualitas pemrosesan informasi ditentukan oleh efektifitas informasi
yang disimpan oleh
memori jangka panjang sehingga
memudahkan pemanggilan pada masa yang akan datang.
Dilanjutkan bahwa kebermaknaan adalah faktor utama yang
mempengaruhi keberhasilan pemanggilan informasi yang
tersimpan dalam memori jangka panjang.
Menurut Hudojo (1988) memori jangka pendek dan
memori jangka panjang pada dasarnya tidak berbeda, yang berbeda
10
Volume 1 Nomor 1-Juni 2013
Jurnal Pendidikan Matematika
ISSN: 2086 - 4253
dalam pikiran manusia. Sedangkan menurut Joyce dan Weil
(1972) konsep pemrosesan informasi adalah cara orang menangani
stimulus dari lingkungan, mengorganisir data, mengartikan
masalah, menghasilkan konsep dan penyelesaian masalah dengan
menggunakan simbol-simbol verbal dan simbol-simbol nonverbal.
Menurut Eggen dan Kauchak (1996) pemrosesan informasi
adalah cara seseorang mengumpulkan dan mengorganisasikan
informasi yang diterima, yang kemudian dibentuk sebagai suatu
pola yang digunakan untuk menerangkan dan memprediksikan
peristiwa yang menjadi pengalamannya. Dan dilanjutkan bahwa
pemrosesan informasi bertujuan untuk memperoleh pengetahuan
baru melalui suatu analisis terhadap informasi yang diterima dan
menghubungkan dengan pengetahuan yang telah dimilikinnya. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Resnick (1981) bahwa dalam
pemrosesan informasi, informasi yang diorganisasi akan
membentuk suatu “susunan pengetahuan”, sehingga diperoleh
pengetahuan baru, berdasarkan hubungan informasi yang baru
masuk dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
Cobb (Orto, 1991) menyatakan bahwa secara historis,
psikolog pemrosesan dikembangkan sebagai alternatif terhadap
konsep stimulus-respon dari behaviorisme, namun banyak kajian
yang akhirnya menunjukkan hampir tidak memiliki kaitan dengan
behaviorisme. Cobb mencoba memandang pemrosesan informasi
dari sudut pandang konstruktifisme, dengan mengaitkan
pemrosesan informasi dengan proses asimilasi dan proses
akomodasi, yang merupakan bagian dari kegiatan mengkonstruk
pengetahuan dalam benak. Namun begitu Orton (1991)
menyatakan bahwa, pemrosesan informasi seingkali dipandang
sebagai teori belajar kontenporer lainnya, yang terlepas dari
7
Volume 1 Nomor 1-Juni 2013
Jurnal Pendidikan Matematika
ISSN: 2086 - 4253
konstruktivisme. Teori kontenporer tersebut memandang
komputer sebagai model pikiran manusia.
Dari beberapa pandangan yang dikemukakan oleh para
ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemrosesan informasi itu
dapat diartikan sebagai kegiatan mental manusia dalam menerima
informasi, mengorganisasi informasi sesuai dengan pengetahuan
yang telah ada, dan kemudian menyimpanya dalam memori jangka
pendek dan memori jangka panjang. Dalam pengorganisasian
informasi, bias saja terjadi proses asimilasi, dimana terjadi
kesesuaian informasi yang baru masuk dengan pengetahuan yang
telah ada, atau mungkin juga dapat terjadi proses akomodasi,
dimana informasi yang baru masuk tidak dapat dikelompokkan
dalam suatu jaringan pengetahuan yang telah tersusun dalam benak
sehingga menyebabkan terjadinya penyimpanan dalan struktur
jaringan pengetahuan yang baru. Dengan kata lain, saat
menghubungkan informasi yang masuk dengan pengetahuan yang
telah ada dalam benak, bisa saja terjadi pengkonstruksian
pengetahuan. Yang harus diingat bahwa informasi yang disimpan
dalam memori jangka panjang, suatu saat akan dipanggil kembali
untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah. Sehingga
keberhasilan pemanggilan informasi dalam memori jangka panjang
akan sangat mempengaruhi keberhasilan pemecahan masalah.
Sistem Pemrosesan Informasi
Berikut ini akan ditampilkan satu model pemrosesan
informasi yang diadaptasi dari Gagne dalam Dahar (1989), adalah
sebagai berikut :
8
Volume 1 Nomor 1-Juni 2013
Jurnal Pendidikan Matematika
L
E
F
E
K
T
O
R
I
N
G
K
ISSN: 2086 - 4253
HARAPAN
KONTROL EKSEKUTIF
GENARATOR
RESPONS
U
N
R
E
S
E
P
T
O
R
G
A
N
REGISTOR
PENGINDER
AAN
MEMORI
JANGKA
PENDEK
MEMORI
JANGKA
PANJANG
Gambar: Sistem Pemprosesan Informasi (Diadaptasi dari Gagne
dalam Dahar, 1989)
Dalam model ini, informasi diterima oleh reseptor, yang
kemudian oleh reseptor dikirim ke otak dalam bentuk impulsimpuls elektrokimia dan masuk ke registor penginderaan yang
terdapat dalam sistem syaraf pusat, informasi yang masuk ini
kemudian disimpan dalam memori jangka pendek. Informasi
dalam memori jangka pendek ini akan langsung digunakan pada
saat pemanggilan informasi tersebut dalam jangka waktu yang
pendek, namun informasi ini dapat juga menjadi memori kerja
yang mengalami kegiatan mental secara sadar, yang kemudian
mengalami pengkodean (yaitu proses transformasi, dimana
informasi baru diintegrasikan pada informasi lama dengan
berbagai cara), dan kemudian disimpan dalam memori jangka
9
Volume 1 Nomor 1-Juni 2013
Download