Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4253 Jurnal Pendidikan Matematika Daftar Rujukan Dahar, R. W. 1987. Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud. Duffiy, T.M. 1992. Constructivism and The Technology of Instruction : A. Conversation. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates. Eggen, P. D. & Kauchak, D.P. 1996. Strategies for Teachers: Teaching Content and Thinking Skill. 3nd Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Joyce, B & Weil, M. 1980. Models of Teaching. New Jersey : Prentice-Hall Inc. Mahmud, M. D. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. Orton, A. 1991. Learning Mathematics: Issue, Theoriand Classroom Practice. 2nd edition. London: Cassel. Resnick, L. B. 1981. The Psychology of Mathematics for Instruction. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associations Inc. Slavin, R. E. 1986. Educational Psychology: Theory into practice. New Jersey: Prentice-Hall Ins ISSN: 2086 - 4253 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli. Jurnal ini berisi laporan penelitian, gagasan konseptual, kajian teori, dan kajian buku pendidikan khususnya Pendidikan Matematika. ISSN: 2086-4250 Susunan Redaksi Pelindung Drs. Mustamin, M.Sc Penanggung Jawab Dr. Amran Amir Redaksi Pelaksana Moh. Zaky Aminy, ST. M.Pd Andang, M.Pd Redaksi Ahli Edi Mulyadin, M.Pd Dusalan, S.Pd. M.Pd Sudarsono, M.Pd Syaifullah, M.Pd Yaser Arafat, SH.MH Alamat: Kampus STKIP Bima, Jl. Piere Tendean Kelurahan Mande Kota Bima. Telp/Fax: 0374-42801 Redaksi Jurnal Pendidikan Matematika menerima tulisan yang belum pernah dipublikasikan dalam media cetak lain. Naskah diketik dengan spasi 1,15 pada kertas A4. Panjang tulisan minimal 7-15 halaman. Naskah dikirim ke Alamat Email [email protected] 16 Volume 1 Nomor 1-Juni 2013 1 Volume 1 Nomor 1-Juni 2013 Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4253 Sudarsono, M.Pd Penerapan Media Bingo untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Arnasari M.H, M.Pd Penerapan Langkah-Langkah Polya dalam Menyelesaikan Soal-Soal Matematika untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Edi Mulyadin, M.Pd Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Problem Posing Dengan Setting Kooperatif 2 ISSN: 2086 - 4253 memperhatikan prinsip-prinsip dalam belajar bermakna yang ditawarkan Ausubel. Hal ini perlu diperhatikan agar pelajar dapat mengaitkan informasi yang abru diterimanya dengan pengetahuan yang dimilikinya. Daftar Isi Dusalan, S.Pd, M.Pd Pemrosesan Informasi Pada Pembelajaran Matematika: Suatu Alternatif Dalam Mengoptimalkan Proses Pembelajaran Matematika Di Sekolah Jurnal Pendidikan Matematika 3 – 16 17 – 34 35 – 54 55 – 72 Volume 1 Nomor 1-Juni 2013 15 Volume 1 Nomor 1-Juni 2013 Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4253 Dengan demikian pelajar dapat diharapkan dapat mengaitkan informasi yang baru diterima dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Dalam pembelajaran mungkin terjadi konflik makna (Orton, 1991). Ausubel mengistilahkannya dengan disonsi kognitif. Ini bisa terjadi karena perbedaan definisi yang pernah diperoleh sebelumnya, atau karena perbedaan dengan pengertian sehari-hari. Untuk mengatasinya Ausubel menyarankan suatu prinsip penyesuaian integratif (rekonsiliasi integratif), sehingga terjadi kesamaan pemahaman tentang konsep yang dipelajarinya. Prinsip-prinsip yang diuraikan di atas merupakan hal-hal yang penting untuk diperhatikan sehingga teori belajar pemrosesan informasi dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip ini, diharapkan pelajar akan berhasil mengaitkan informasi yang baru diterimanya dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, dengan kata lain terjadi belajar bermakna. Sehingga dengan demikian informasi yang disimpan dalam memori jangka panjang dalam bentuk ide bermakna berhasil dipanggil kembali dengan mudah untuk memecahkan masalah yang dihadapi pelajar. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang dikemukakan pada bagian sebelumnya dapaty dikemukakan kesimpulan, bahwa teori belajar pemrosesan informasi merupakan teori belajar umum yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika. Penerapan teori belaajr pemrosesan informasi dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan memperahtikan kebermaknaan belajar yang dialami pelajar. Dalam penerapan teori belajr ini perlu 14 Volume 1 Nomor 1-Juni 2013 Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4253 PEMPROSESAN INFORMASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA: SUATU ALTERNATIF DALAM MENGOPTIMALKAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH Oleh : Dusalan, S.Pd, M.Pd Abstract : Information process teory is one of the cognitive learning theories dominating education world in the 1980s. since it is very wide and abstract, its application in mathematics learning need an approach which applies learning model relevant to the concept of information process theory. Although information process theory can be applied in the problem solving method, but the main point of the information process puts the success on the relation between the new information and the knowledge owned by the students. Therefore, the information process theory application will be more appropriate if it is provided with meaningfulness learning based approach. Kata kunci : Pemrosesan informasi, pembelajaran matematika Pendahuluan Sampai saat ini banyak teori belajar yang berkembang dalam dunia pendidikan. Selama abad 20, teori belajar yang berkembang dikelompokkan dalam teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif (Dahar, 1989). Teori belajar behavioristik memandang 3 Volume 1 Nomor 1-Juni 2013 Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4253 belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang dapat diamati, yang terjadi melalui terkaitnya stimulus-stimulus dan respon-respon. Para penganut teori perilaku ini berpendapat bahwa sudah cukup bagi siswa untuk mengasosiasikan stimulusstimulus dan respon-respon, dan diberi penguatan bila ia memberikan respon-respon yang benar. Mereka tidak mempersoalkan apa yang terjadi dalam pikiran siswa sebelum dan sesudah respon dibuat. Aspek yang tidak diungkapkan dalam teori belajar behavioristik, menjadi bahasan utama dalam teori belajar kognitif. Teori ini memandang belajar sebagai suatu proses perolehan atau perubahan-perubahan insait-insait, pandangan-pandangan, harapan-harapan, atau pola pikir seseorang (Dahar, 1989). Ini berarti bahwa para penganut teori kognitif memberikan perhatiannya pada proses-proses mental. Mereka yakin bahwa perilaku yang tidak nampak atau tidak dapat diamati, misalnya pikiran-pikiran, adalah mungkin dipelajari dengan cara ilmiah. Teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif adalah merupakan teori belajar umum yang mungkin dapat diterapkan dalam pembelajaran materi apapun, termasuk juga untuk pembelajaran matematika. Namun demikian, secara keseluruhan teori behavioristik tidak dapat diterima. Stewatr (Orton, 1991) menyatakan bahwa sebagian ahli pendidikan menyatakan bahwa behaviorisme itu pada intinya telah berakhir sebagai teori yang memadai untuk bisa menjelaskan aspek yang lebih komplek yang menjadi dalam mental manusia. Salah satu teori belajar kognitif yang mendominasi pada tahun 80-an adalah teori pemrosesan informasi (Slavin, 1986). Teori ini memberikan pandangan tentang bagaimana seseorang 4 Volume 1 Nomor 1-Juni 2013 Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4253 informasi baru dengan struktur kognitif akan menghasilkannya s ebagai belajar bermakna. Ausubel (1991) melanjutkan bahwa pada anak-anak, dimana pengetahuan matematika yang dipelajarinya bersifat terlalu mendasar, sehingga mustahil ada pengetahuan yang relevan dibenak yang dapat dihubungkan dengan ide baru. Dalam kasus ini, belajar dengan penemuan akan lebih bermakna. Sedangkan pada tingkatan yang lebihtinggi, dimana struktur yang kaya akn pengetahuan telah dimiliki, maka pengajaran dengan ekspositori akan lebih efisien. Dalam hal ini pengajar harus benar-benar dapat memastikan bahwa pendekatan yang digunakannya dapat menghasilkan belajar yang bermakna pada pelajarannya. Oleh karena itu, untuk menerapkan teori belajar pemrosesan informasi, perlu diperhatikan prinsip-prinsip yang ditawarkan Ausubel dalam belajar bermakna. Dalam hal ini Ausubel menawarkan beberapa prinsip yang mungkin dilakukan untuk keberhasilan belajar bermakna, yaitu dengan advance organizer, diferensiasi progresif, belajar superodinat, penyesuaian integrative (rekonsilisasi integratif), dan peta konsep (Daha, 1989). Advance organizer adalah pengaturan awal yang dikondisikan oleh pengajar untuk mengarahkan pelajar ke materi yang akan mereka pelajari, sehingga diharapkan dapat menolong pelajar untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunkan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. Jadi pengaturan awal (advance organizer) dapat dianggap semacam pertolongan mental yang disajikan sebelum materi baru. Diferensiasi progresif dan belajar superodinat pada dasarnya menunjukkan bahwa untuk mempelajari suatu konsep, pelajar harus sudah memahami konsep yang menjadi prasyaratnya. 13 Volume 1 Nomor 1-Juni 2013 Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4253 pemrosesan informasi dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika. Untuk menerapkan teori pembelajaran pemrosesan informasi, ada baiknya untuk memperhatikan pernyatan Duffy (1992) bahwa ada beberapa hal yang haus dipertimbangkan dalam teori pemrosesan informasi yaitu: (1) dalam pemrosesan informasi, seseorang memasukkan informasi dari luar pikirannya, selanjutnya memproses informasi tersebut, (2) dalam pemrosesan informasi, informasi yang akan diproses telah didefinisikan, (3) dalam pemrosesan informasi proses berfikir disamakan dengan kerja komputer. Terlihat bahwa pemrosesan informasi adalah proses mengaitkan informasi yang bau diterima dengan pengetahuan yang telah ada dalam benak dan mengubah informasi yang diterima ke dalam bentuk yang dipahami, sehingga memudahkan pemanggilan kembali informasi tersbut yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Ini sesuai dengan pendapat Eggen dan Kauchak (1996) bahwa hal penting dalam pemrosesan informasi adalah pelajr menerima informasi, kemudian mentransfer kedalam bentuk yang dipahaminya, dan menyimpannya dalam memori jangka panjang Transformasi informasi ke dalam ide yang bermakna (bentuk yang dipahami) adalah inti dari pemrosesan informasi. Mengingat bahwa inti dari pemrosesan informasi adalah proses mengaitkan informasi baru dengan susunan pengetahuan yang sudah ada dalam benak, maka perlu diperhatikan pendapat Ausubel (Ortun, 1991) yang menyatakan bahwa seseorang dapat mengaitkan informasi yang abaru di terima dengan pengetahuan yang telah ada jika informasi tersebut sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Keberhasilan menghubungkan 12 Volume 1 Nomor 1-Juni 2013 Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4253 mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah informasi yang diterima. Mengingat matematika berkenaan dengan konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, maka proses belajar matematika harus dilakukan secara kontinu (Hudojo, 1988). Hudojo melanjutkan bahwa dalam belajar matematika terjadi juga proses berfikir dan dalam berfikir itu orang menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah direkam di dalam pikiran itu sebagai pengertianpengertian. Di dalam proses berpikir itu terjadi pemrosesan informasi, yaitu konsep matematika yang ada dalam pikiran diproses sehingga terjadi penyimpanan konsep baru, pemanggilan kembali konsep yang sudah ada sebelumnya, atau pengaitan antara konsep yang telah ada sebelumnya dengan konsep yang baru masuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Resnick (1981) bahwa dalam psikologi pemrosesan informasi menfokuskan pada struktur pengetahuan di dalam pikiran dan pada mekanisme di mana pengetahuan dimanipulasi, ditransformasi, dan dihasilkan dari proses pemecahan beberapa masalah yang dihadapi manusia. Pemrosesan informasi di dalam pikiran itu berlangsung terus menerus selama adanya informasi baru yang masuk ke dalam pikiran. Oleh karena itu teori pemrosesan informasi dapat digunakan dalam proses belajar matematika. Namun demikian, teori pemrosesan informasi masih sangat luas dan abstrak untuk diterapkan. Karena itu untuk menerapkan teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran matematika diperlukan suatu pendekatan yaitu model pengajaran yang sesuai dengan konsep dasar teori pemrosesan informasi. Sehingga 5 Volume 1 Nomor 1-Juni 2013 Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4253 seorang pengajar matematika dapat menerapkan teori pemrosesan informasi dengan model mengajar yang sesuai. Berdasarkan uraian di atas, timbul suatu masalah yaitu, bagaimanakah menerapkan teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran matematika?. untuk menjawab permasalahan tersebut terlebih dahulu akan diuraikan tentang pengertian pemrosesan informasi, sistim pemrosesan informasi, kemudian dilanjutkan dengan penerapan teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran matematika. Teori Pemrosesan Informasi Menurut teori belajar kognitif, orang adalah pemroses informasi yang aktif (Mahmud, 1989). Ia akan memprakarsai pengalaman-pengalaman yang mengarah ke belajar, mencari informasi-informasi untuk memecahkan persoalan dan menyusun kembali apa-apa yang telah diketahui untuk belajar lebih lanjut. Para ahli teori belajar kognitif berpendapat bahwa perilaku seseorang yang dapat diamati merupakan perwujudan dari proses mental yang terjadi dalam pikirannya. Proses mental atau perilaku yang tidak dapat diamati itu dapat dipelajari secara ilmiah. Sebagian dari mereka tertarik untuk mempelajari kegiatan mental tersebut sebagai suatu teori yang kemudian dikenal sebagai teori pemrosesan informasi. Teori pemrosesan informasi dikembangkan dari percobaanpercobaan pada program-program komputer yang dirancang untuk berbuat sebagaimana keahlian manusia (Resnick, 1981). Oleh karena itu proses berpikir seseorang dianggap sama dengan proses kerja komputer. Menurut Slavin (1986) teori pemrosesan infornmasi adalah suatu teori belajar kognitif yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pengingatan kembali pengetahuan 6 Volume 1 Nomor 1-Juni 2013 Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4253 adalah fungsinya. Informasi baik dari memori jangka pendek maupun mamori jangka panjang bila diungkapkan akan melaluii generator respon (penghsil respon), yang berfungssi mentransformasukan informasi yang dipanggil kedalam tindakan yang menghasilkan tingkah laku yang dapat diamati. Artinya bahwa informasi telah diproses dan telah terjadi proses belajar. Penerapan Teori Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran Matematika. Menurut Hudojo (1988) proses berfikir terjadi jika seseorang melakukan kegiatan mental. Mengingat bahwa konsep baru dalam matematika terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya, ini berate bahwa dalam belajar matematika terjadi proses berfikir, dimana dalam berfikir, pelajar akan menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah direkam dalam pikiran sebagai pengertianpengertian. Dalam belajar matematika, ketika pelajar menerima informasi baru, maka pelajar akan berusaha untuk mencari suatu struktur atau susunan pengetahuan yang sudah ada dalam benaknya untuk mengorganisasi pengetahuan yang sudah baru diterima tersebut. Setelah terbentuk suatu jaringan pengetahuan yang baru, baik melalui asimilasi ataupun akomodasi, pelajar tersebut akan menyimpanya dalam memori jangka pendek dan memori jangka panjang, dan suatu ketika informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang tersebut akan dipanggil kembali untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Rangkaian proses tersebut merupakan rangkaian proses yang diungkapkan dalam teori belajar pemrosesan infomasi. Ini berarti teori belajar 11 Volume 1 Nomor 1-Juni 2013 Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4253 panjang (Dahar, 1989). Terjadinya pengkodean sering menyebabkan informasi yang dingat tidak sama benar bentuknya dengan informasi yang diterima. Dalam hal ini berarti bahwa pelajr menyimpan informasi dala memori jangka panjang sesuai dengan pemahamannya. Mengenai informasi yang diterima, dapat berbentuk suatu definisi, sehingga definisi ini akan diterima oleh reseptor dan mencari struktur pengetahuan yang telah ada dalam benak, yang sesuai dengan informasi informasi baru ini untuk kemudian mengalami proses selanjutnya. Namun informasi baru ini dapat berupa contoh-contoh atau atribut-atribut pembentuk konsep yang diterima oleh reseptor dan kemudian akan mengalami proses penemuan atau pengkostruksian konsep yang ingin disampaikan melalui contoh-contoh tersebut. Setelah terbentuk konsep yang dimaksud, maka akan dilanjutkan dengan proses selanjutnya, yaitu proses pengaitan dengan struktur pengetahuan yang telah ada, kemudian masuk penyimpanan dalam memori jangka panjang. Informasi yang telah disampaikan dalam memori jangka panjang, bilan akan digunakan, harus dipanggil kembali melalui generator respon. Keberhasilan pemanggilan menunjukkan kualitas pemrosesan informasi. Menurut Enggen dan Kauchak (1996) kualitas pemrosesan informasi ditentukan oleh efektifitas informasi yang disimpan oleh memori jangka panjang sehingga memudahkan pemanggilan pada masa yang akan datang. Dilanjutkan bahwa kebermaknaan adalah faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan pemanggilan informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Menurut Hudojo (1988) memori jangka pendek dan memori jangka panjang pada dasarnya tidak berbeda, yang berbeda 10 Volume 1 Nomor 1-Juni 2013 Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4253 dalam pikiran manusia. Sedangkan menurut Joyce dan Weil (1972) konsep pemrosesan informasi adalah cara orang menangani stimulus dari lingkungan, mengorganisir data, mengartikan masalah, menghasilkan konsep dan penyelesaian masalah dengan menggunakan simbol-simbol verbal dan simbol-simbol nonverbal. Menurut Eggen dan Kauchak (1996) pemrosesan informasi adalah cara seseorang mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi yang diterima, yang kemudian dibentuk sebagai suatu pola yang digunakan untuk menerangkan dan memprediksikan peristiwa yang menjadi pengalamannya. Dan dilanjutkan bahwa pemrosesan informasi bertujuan untuk memperoleh pengetahuan baru melalui suatu analisis terhadap informasi yang diterima dan menghubungkan dengan pengetahuan yang telah dimilikinnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Resnick (1981) bahwa dalam pemrosesan informasi, informasi yang diorganisasi akan membentuk suatu “susunan pengetahuan”, sehingga diperoleh pengetahuan baru, berdasarkan hubungan informasi yang baru masuk dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Cobb (Orto, 1991) menyatakan bahwa secara historis, psikolog pemrosesan dikembangkan sebagai alternatif terhadap konsep stimulus-respon dari behaviorisme, namun banyak kajian yang akhirnya menunjukkan hampir tidak memiliki kaitan dengan behaviorisme. Cobb mencoba memandang pemrosesan informasi dari sudut pandang konstruktifisme, dengan mengaitkan pemrosesan informasi dengan proses asimilasi dan proses akomodasi, yang merupakan bagian dari kegiatan mengkonstruk pengetahuan dalam benak. Namun begitu Orton (1991) menyatakan bahwa, pemrosesan informasi seingkali dipandang sebagai teori belajar kontenporer lainnya, yang terlepas dari 7 Volume 1 Nomor 1-Juni 2013 Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4253 konstruktivisme. Teori kontenporer tersebut memandang komputer sebagai model pikiran manusia. Dari beberapa pandangan yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemrosesan informasi itu dapat diartikan sebagai kegiatan mental manusia dalam menerima informasi, mengorganisasi informasi sesuai dengan pengetahuan yang telah ada, dan kemudian menyimpanya dalam memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Dalam pengorganisasian informasi, bias saja terjadi proses asimilasi, dimana terjadi kesesuaian informasi yang baru masuk dengan pengetahuan yang telah ada, atau mungkin juga dapat terjadi proses akomodasi, dimana informasi yang baru masuk tidak dapat dikelompokkan dalam suatu jaringan pengetahuan yang telah tersusun dalam benak sehingga menyebabkan terjadinya penyimpanan dalan struktur jaringan pengetahuan yang baru. Dengan kata lain, saat menghubungkan informasi yang masuk dengan pengetahuan yang telah ada dalam benak, bisa saja terjadi pengkonstruksian pengetahuan. Yang harus diingat bahwa informasi yang disimpan dalam memori jangka panjang, suatu saat akan dipanggil kembali untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah. Sehingga keberhasilan pemanggilan informasi dalam memori jangka panjang akan sangat mempengaruhi keberhasilan pemecahan masalah. Sistem Pemrosesan Informasi Berikut ini akan ditampilkan satu model pemrosesan informasi yang diadaptasi dari Gagne dalam Dahar (1989), adalah sebagai berikut : 8 Volume 1 Nomor 1-Juni 2013 Jurnal Pendidikan Matematika L E F E K T O R I N G K ISSN: 2086 - 4253 HARAPAN KONTROL EKSEKUTIF GENARATOR RESPONS U N R E S E P T O R G A N REGISTOR PENGINDER AAN MEMORI JANGKA PENDEK MEMORI JANGKA PANJANG Gambar: Sistem Pemprosesan Informasi (Diadaptasi dari Gagne dalam Dahar, 1989) Dalam model ini, informasi diterima oleh reseptor, yang kemudian oleh reseptor dikirim ke otak dalam bentuk impulsimpuls elektrokimia dan masuk ke registor penginderaan yang terdapat dalam sistem syaraf pusat, informasi yang masuk ini kemudian disimpan dalam memori jangka pendek. Informasi dalam memori jangka pendek ini akan langsung digunakan pada saat pemanggilan informasi tersebut dalam jangka waktu yang pendek, namun informasi ini dapat juga menjadi memori kerja yang mengalami kegiatan mental secara sadar, yang kemudian mengalami pengkodean (yaitu proses transformasi, dimana informasi baru diintegrasikan pada informasi lama dengan berbagai cara), dan kemudian disimpan dalam memori jangka 9 Volume 1 Nomor 1-Juni 2013