BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Teori umum
Teori yang mendasari untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan
kesadaran konsumen atas pengenaan pajak petambahan nilai dalam penelitian ini
adalah teori pembelajaran sosial. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
A. Teori Pembelajaran sosial (Observational learning theory) – Presly &
McCormick 1995 Cit Syah 2005
Didalam teori ini memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata
efleks otomatis dan stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang
timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia
itu sendiri.(Syah,2005).
Menurut Psikolog Albert Bandura dan rekan-rekannya, bagian utama dari
pembelajaran manusia terdiri atar belajar observasional, yang mana merupakan
pembelajaran dengan cara melihat perilaku orang lain, atau model. Karena
pendasarannya pada observasi terhadap orang lain-fenomena sosial-sudut pandang
yang diambil oleh Bandura ini sering disebut dengan pendekatan kognisi sosial
tentang belajar.(Bandura, 1999,2004 cit Feldman,2012).
Santrock (2009), mengemukakan bahwa pembelajaran observasional adalah
pembelajaran yang meliputi perolehan keterampilan, strategi dan keyakinan
dengan cara mengamati orang lain. Wortman et al (2004) menyatakan bahwa
melalui pembelajaran observasional kita peroleh representasi kognitif dari pola
perilaku lainnya, yang kemudian dapat berfungsi sebagai model untuk perilaku
kita sendiri. Teori kognitif sosial menyatakan bahwa banyak dari kebiasaan cara
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
kita menanggapi gaya kepribadian kita telah dipengaruhi oleh belajar
observasional.
Salah satu faktor yang mempengaruhi observational learning menurut
Schunk (2004) yaitu status perkembangan, Peningkatan dan perkembangan,
termasuk pemusatan perhatian yang lebih lama dan kapasitas untuk memproses
informai
yang
semakin
meningkat,
menggunakan
berbagai
strategi,
membandingkan kinerja dengan representasi ingatan, dan mengadopsi motivatormotivator intrinsik.
2. Teori Literatur
A. Bauran Pemasaran
Salah satu strategi yang berhubungan dengan kegiatan pemasaran perusahaan
adalah marketing mix strategy yang didefinisikan oleh Kotler dan Armstrong
(1997) yang menyatakan bahwa marketing mix as the set of controllable
marketing variables that the firm bleads to produce the response it wants in the
target market”.
(Philip kotler & Gery Amstrong, 2006) Keberhasilan suatu perusahaan
mencapai tujuan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan
dalam memasarkan produknya. Tujuan perusahaan untuk dapat menjamin
kelangsungan hidupnya, berkembang dan mampu bersaing, hanya mungkin
apabila perusahaan dapat menjual produknya serta mampu mengatasi tantangan
dari para pesaing dalam pemasaran. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui
usaha mempertahankan dan meningkatkan tingkat keuntungan atau laba
perusahaan. Usaha ini hanya dapat dilakukan apabila perusahaan dapat
mempertahankan dan meningkatkan penjualannya melalui usaha mencari dan
membina langganan serta usaha menguasai pasar.
Tujuan pemasaran adalah merencanakan aktivitas-aktivitas pemasaran dan
membentuk program yang terintregasi penuh menciptakan mengkomunikasikan,
dan menghantarkan nilai kepada pelanggan. Kotler dan Keller (2009:23)
mengklasifikasikan aktifitas-aktifitas ini sebaai sarana bauran pemasaran dari
empat jenis yang luas, yang disebut empat P yaitu : Produk (produst), tempat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
(place) dan promosi (promotion). Keempat unsur bauran pemasaran tersebut
saling berhubungan dan berpengaruh satu sama lain, sehingga harus diupayakan
untuk menghasilkan suatu kebijakan pemasaran yang bengarah kepada layanan
efektif dan kepuasan konsumen. Jadi didalam bauran pemasaran terdapat variablevariabel yang saling mendukung satu dengan yang lainnya, yang kemudian oleh
perusahaan yang digabugkan untuk memperoleh tanggapan-tanggapan yang
diinginkan didalam pasar sasaran. Dengan perangkat tersebut perusahaan dapat
mempengaruhi permintaan akan produknya.
Bauran Pemasaran
Produk
Ragam produk
kualitas
Desain fitur
Nama merk
Kemasan
Ukuran
Layanan
Jaminan
pengembalian
Harga
Promosi
Harga terdaftar
Diskon
Potongan harga
Periode
pembayaran
Syarat kredit
Promosi penjualan
Periklanan
Tenaga penjualan
Hubungan
masyarakat
Pemasaran langsung
Tempat
Saluran
Cakupan
Pilihan
Lokasi
Persediaan
Transportasi
Gambar 2.1.2
Komponen empat P Bauran pemasaran
Sumber : Phililip kotler (2008:22)
B. Pajak
1. Pengertian Pajak
Definisi mengenai pajak yang dikemukakan menurut para ahli dalam
bidang perpajakan berbeda-beda, tetapi dari definisi tersebut mempunyai tujuan
yang sama. Sebagai perbandingan, beberapa batasan-batasan atau definisi pajak
dikemukakan oleh ahli pajak, diantaranya :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Dalam pasal 1 angka 1 UU KUP 2007, pajak didefinisikan sebagai berikut :
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I Djajadiningrat:
“Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke
kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada
jasa tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung untuk memelihara
kesejahteraan secara umum.”
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Dr. N. J. Feldmann (2014) :
“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terhutang kepada
penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa
adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran
– pengeluranan umum.
Definisi Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH., yaitu:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan UndangUndang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra
prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum”.
Pengertian pajak tersebut kemudian dikoreksinya, dan berbunyi sebagai
berikut: “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara
untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public
saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Definisi Pajak Prof. Dr. P. J. A. Adriani mengemukakan sebagai berikut:
“Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
umum (Undang-Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran
umum
berhubung
tugas
negara
untuk
menyelenggarakan pemerintahan”.
Dari definisi pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsurunsur sebagai berikut :
1. Pembayaran pajak harus berdasarkan
undang-undang serta aturan
pelaksanaannya
2. Sifatnya dapat dipaksakan. Hal ini berarti pelanggaran atas aturan
perpajakan akan berakibat adanya sanksi.
3. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik pusat maupun daerah (tidak
boleh dilakukan oleh swasta yang orientasinya adalah keuntungan)
4. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah
yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk
membiayai public investment.
5. Dalam pembayarannya pajak tidak ditunjukkan adaya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
2. Fungsi Pajak
Terdapat dua fungsi pajak yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan
Negara) dalam fungsi regularend (pengatur).
a. Fungsi Budgetair (Sumber keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah
satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik
rutin
maupun pembangunan.
Sebagai
sumber
http://digilib.mercubuana.ac.id/
keuangan Negara,
16
pemerintah berupaya memasukan uang sebanyak-banyaknya untuk kas
Negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun
intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan
berbagai jenis pajak, seperti pajak penghasilan (PPh), Pajak pertambahan
nilai (PPn), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) dan lain-lain. (Siti Resmi, 2014)
b. Fungsi Regularend (Pengatur)
Dalam buku (Siti Resmi, 2014) yang berjudul Perpajakan: Teori dan
Kasus edisi 8 Buku 1 Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak
sebagai alat untuk mengatur atau melaksankan kebijakan pemerintah
dalam bidang social dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu
diluar bidang keuangan. Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi
pengatur adalah:
-
Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah. Pajak
penjualan atas barang mewah (PPnBM) dikenakan pada saat terjadi
transaksi jual beli barang mewah. Makin mewah suatu barang maka tarif
pajaknya makin tinggi sehingga barang tersebut makin mahal harganya.
Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba-lomba untuk
mengkonsumsi barang mewah (mengurangi gaya hidup mewah).
1. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan dimaksudkan agar
pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi
(membayar pajak) yang tinggi pula sehingga terjadi pemerataan
pendapatan.
2. Tarif pajak ekspor sebesar 0% dimaksudkan agar para pengusaha
terdorong mengekspor hasil produksinya dipasar dunia sehingga dapat
memperbesar devisa Negara.
3. Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industry
tertentu seperti industri semen, rokok, baja, dan lain-lain dimaksudkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
agar terdapat penekanan produksi terhadap industri tersebut karena
dapat
mengganggu
lingkungan
atau
menimbulkan
polusi
(membahayakan kesehatan).
4. Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi
dimaksudkan untuk mendorong perkembangan koperasi di Indonesia.
5. Pemberlakuan tax holiday dimaksudkan untuk menarik investor asing
agar menanamkan modalnya di Indonesia.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi pajak adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara yang bersifat umum guna
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, tidak salah jika
kemajuan suatu Negara dapat dilihat dari penerimaan pajaknya.
3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
a. Definisi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Menurut (Gustian Djuanda,2006) dalam bukunya yang berjudul Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas barang mewah menyatakan
bahwa Pajak Pertambahan Nilai yaitu :
“Pajak pertambahan nilai adalah nilai atas konsumsi dalam negeri yang
dikenakan atas setiap tingkat barang kena pajak dan jasa kena pajak.”.
Menurut Djoko Muljono, 2008 dalam bukunya yang berjudul “Pajak
Pertambahan Nilai lengkap dengan undang-undang menyatakan bahwa
definisi pajak pertambahan nilai adalah :
“Pajak Pertambahan Nilai atau Value Added Tax merupakan pajak
penjualan yang dipungut atas dasar nilai tambah yang timbul pada setiap
transaksi. Nilai tambah adalah setiap tambahan yang dilakukan oleh penjual
atas barang atau jasa yang dijual, karena pada prinsipnya setiap penjual menghendaki adanya tambahan tersebut yang bagi penjual merupakan keuntungan”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
“Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak tidak langsung, yang pada
akhirnya dikenakan kepada konsumen terakhir dari barang atau jasa kena
pajak. Sedangkan mekanisme pengenaan PPN dilakukan oleh pengusaha kena
pajak, dengan melakukan pemungutan, perhitungan, pembayaran dan
melaporkan PPN pada setiap transaksi pada setiap bulannya”. (Djoko
Muljono, 2008).
Pajak pertambahan nilai menurut undang-undang No. 18 Tahun 2000 yang
disempurnakan lagi dalam undang-undang no. 42 tahun 2009 adalah :
“Pajak atas konsumsi Barang Kena Pajak(BKP) dan Jasa Kena Pajak
(JKP) yang dilakukan didalam daerah Pabeaan itu sendiri merupakan wilayah
territorial Indonesia”.
Dengan demikian, Pajak Pertambahan Nilai bukan hanya dikenakan atas
barang saja, melainkan juga atas jasa yang sesuai dengan dengan syarat-syarat
yang terdapat dalam Undang-undang perpajakan.
b. Pajak Pertambahan Nilai sebagai Pajak Pusat atau Pajak Negara
Menurut Undang-undang Dasar 1945 pasal 23A ditentukan bahwa “Pajak
dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur
dengan undang-undang”. Undang-undang, dalam kalimat ini dapat berarti
dengan suatu undang-undang atau peraturan perundangan lainnya dibawah
undang-undang yang pembuatannya berdasarkan undang-undang.
Dalam pemungutan pajak, dapat ditemukan adanya pemungutan yang
berdasarkan Undang-undang, dan adapula yang berdasarkan peraturan daerah.
Pajak yang dipungut dengan UU yang penerimaan pajaknya merupakan
sumber penerimaan bagi anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN)
biasanya disebut juga sebagai pajak pusat atau pajak Negara. Pajak yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah yang merupakan sumber pembiayaan
yang dimasukkan kedalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD),
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
disebut juga pajak daerah. Dalam pengelompokan ini, pajak pertambahan nilai
dan pajak atas penjualan atas barang mewah yang dipungut berdasarkan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983, yang merupakan sumber penerimaan
yang tercantum dalam APBN, termasuk dalam pengertian Pajak Pusat atau
Pajak Negara.
c. Fungsi Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Muhammad rusjdi, 2006 dalam bukunya yang berjudul Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah edisi keempat,
fungsi dari pajak pertambahan nilai yaitu:
1. Penerimaan Negara, Salah satu pemungutan pajak yang umum adalah
untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Fungsi ini disebut dengan
fungsi Budgeter. Begitupula Pajak pertambahan nilai, sebagai sumber
pembiayaan Negara, sebagaimana tercantum dalam Anggaran Pendapatan
Pendapatan dan Belanja Negara. Sejak ditetapkan undang-undang Pajak
Pertambahan nilai telah cukup berperan sebagai sumber penerimaan utama
yang semakin meningkat baik jumlah maupun jumlah relatifnya
dibandingkan dengan penerimaaan Negara lainnya.
2. Pemerataan Beban Pajak, PPN sering kali dikatakan sebagai tambahan
atau koreksi untuk pajak penghasilan(PPh) mengadakan pengecualian
subjek pajak, ada subjek pajak yang dibebaskan dari pengenaan pajak.
Dengan diadakannnya PPN, subjek pajak yang terbebaskan pada PPh,
secara tidak langsung menjadi penanggung pajak melalui konsumsi yang
dilakukannya. Dengan demikian, beban pajak akan terbebani pada setiap
orang, tanpa pengecualian, PPN dalam hal ini berperan sebagai alat untuk
meratakan beban pajak.
3. Mengatur Pola Konsumsi, PPN sering disebut juga sebagai pajak atas
konsumsi. Yang menjadi pemikul beban pajak ini adalah konsumen. Oleh
karena itu, PPN dapat juga dijadikan alat untuk membentuk pola konsumsi
dengan mengenakan pajak atas barang-barang tertentu, dan tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
mengenakan pajak atas barang lainnya sesuai dengan yang diinginkan.
Dengan
demikian,
pola
konsumsi
masyarakat
diharapkan
dapat
dipengaruhi dan diarahkan.
4. Mendorong Ekspor, Untuk mendorong dan meningkatkan daya asing
barang ekspor dipasaran luar negeri, tariff atas penyerahan ekspor
ditetapkan sebesar 0%.
5. Mendorong Investasi, Dalam system pajak pertambahan nilai, pajak
yang
dibayarkan
atas
perolehan
atau
impor
barang
modal,
dibebaskan/dapat diminta kembali. Pembebasan/pengembalian PPN
barang modal diharapkan akan mendorong investasi.
d. Karakteristik PPN di Indonesia
Dalam buku yang berjudul “Perpajakan: Teori dan kasus” yang ditulis oleh
Siti resmi, 2012, PPN di Indonesia memiliki karakteristik yang tidak dimiliki
oleh PPn, yaitu:
1. PPN merupakan Pajak Tidak langsung, maksudnya adalah : Secara
ekonomis beban Pajak Pertambahan Nilai dapat dialihkan kepada pihak
lain. Tanggung jawab pembayaran pajak yang terutang berada pada pihak
yang menyerahkan barang atau jasa, akan tetapi pihak yang menanggung
beban pajak berada pada penanggung pajak (pihak yang memikul pajak).
2. PPN merupakan Pajak Objektif, maksudnya : Timbulnya kewajiban
membayar pajak sangat ditentukan oleh adanya objek pajak. Kondisi
subjektif subjek pajak tidak dipertimbangkan.
3. Multi-Stage Tax, maksudnya : PPN dikenakan secara bertahap pada setiap
mata rantai jalur produksi dan distribusi.
4. Non-Komulatif, maksudnya : PPN tidak bersifat komulatif, karena PPN
mengenal adanya mekanisme pengkreditan pajak masukan. Oleh karena
itu, PPN yang dibayar bukan merupakan unsur harga pokok barang atau
jasa.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
5. Single Tariff , maksudnya : PPN Indonesia hanya mengenal satu jenis tarif
yaitu 10% (sepuluh persen) untuk penyerahan dalam negeri dan 0% (nol
persen) untuk ekpor barang kena pajak.
6. Credit Method/Invoice Method/Indirect Substruction Method, maksudnya:
Metode ini mengandung pengertian bahwa pajak yang terutang diperoleh
dari hasil pengurangan pajak yang dipungut atau pajak keluaran dengan
pajak yang dibayar atau disebut pajak masukan.
7. Pajak atas konsumsi dalam negeri, maksudnya : Atas impor BKP
dikenakan PPN sedangkan atas BKP tidak dikenakan PPN, prinsip ini
menggunakan prinsip tempat tujuan yaitu pajak dikenakan ditempat
barang atau jasa akan dikonsumsi.
8. Consumtion Type Value Added Tax: Dalam PPN Indonesia, Pajak
Masukan atas pembelian dan pemeliharaan barang modal dapat
dikreditkan dengan Pajak Keluaran yang dipungut atas penyerahan BKP
dan atau JKP.
e. Objek PPN
Objek PPN dari waktu ke waktu mengalami perubahan dan cenderung
semakin meluar cakupannya. Hal ini dapat dilihat dari awal mula
diberlakukannya UU PPN yaitu tahun 1984, ada 6 (enam) objek PPN.
Kemudian sejak tahun 1995 bertambah menjadi 8(delapan) objek PPN.
Terakhir, dengan UU PPN Nomor 42 tahun 2009 bertambah menjadi
10(sepuluh) objek PPN. Berikut ini secara lengkap objek PPN dimaksud:
1. Objek PPN Pasal 4 UU PPN
Penyerahan BKP didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
Contoh: PT. Semen baturaja menyerahkan semen kepada pembeli didalam
negeri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
a. Penyerahan JKP didalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha. Contoh: KPP sapto & rekan memberikan jasa konsultasi
pajak kepada klien dalam negeri.
b. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah Pabeaan didalam
daerah pabeaan. Contoh: PT. Cola-cola Indonesia menggunakan
merek dagang milik cola-cola Corp. dari amerika serikat.
c. Pemanfaatan JKP dari luar daerah Pabeaan di dalam daerah pabeaan.
Contoh : PT. Garuda Indonesia menggunakan jasa manajemen
perusahaan konsultan jerman.
d. Import BKP, Contoh: PT. Astra Internasional mengimport mobil
Toyota dari Jepang.
e. Ekspor BKP Berwujud oleh PKP. Contoh : PT. Tekstil Indonesia
melakukan ekspor tekstil ke Arab Saudi.
f. Ekspor barang tidak berwujud oleh PKP. Contoh : PT. Batik keris
Indonesia menyerahkan merek dagang “Batik Keris” kepada
perusahaan yang berdomisili di Hongkong untuk bisa dimanfaatkan
sebagai media pemasaran bati di Hongkong, PT. Batik Keris
Indonesia menerima semacam royalty secara bulanan.
g. Ekspor JKP oleh PKP. Contoh : PT. Megatika Internasional
menyerahkan jasa perawatan/perbaikan peralatan pabrik pada
perusahaan yang berdomisili di Vietnam.
2.
Objek PPN Pasal 16c UU PPN
Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
digunakan pihak lain. Kegiatan membangun sendiri ini akan terutang PPN
hanya jika (PMK-163/PMK.03/2012):
- Dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan Orang
pribadi/Badan yang bersangkutan.
- Konstruksi utama untuk membangun terdiri dari kayu, beton, pasangan
batu bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;
- Diperuntukan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
- Luas keseluruhan bangunan paling sedikit 200m2(dua ratus meter
persegi).
Terutang PPN setiap bulan selama kegiatan membangun sebesar 10% X
DPP. DPP = 20% X jumlah biaya yang dikeluarkan dan yang dibayarkan
untuk membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.
3. Objek PPN Pasal 16D UU PPN
Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan untuk selanjutnya oleh penulis disebutkan secara singkat
sebagai aktiva bekas oleh PKP kecuali atas penyerahan aktiva yang pajak
masukannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (8) huruf b dan huruf c UU PPN.
Pajak masukan tidak dapat dikreditkan sesuai dengan Pasal 9 ayat 8 (UU
PPN):
-
Huruf b adalah perolehan atau yang tidak mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usaha.
-
Huruf c adalah perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa
swdan dan station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau
disewakan.
Dengan demikian, Objek PPN Pasal 16D ini sangat luas cakupannya,
diibaratkan semua penyerahan aktiva bekas terutang PPN tanpa persyaratan
khusus (berbeda dengan ketenttuan UU PPN yang sebelumnya, ada
persyaratan khusus). Hanya masih ada sedikit pengecualian yaitu pajak
masukannya tidak dapat dikreditkan karena aktiva yang diperoleh tidak
dipakai dalam aktifitas kegiatan usaha atau karena yang diperoleh berupa
sedan/stasion wagon.
Barang atau jasa sebagai objek dari Pajak Pertambahan nilai dapat
dibedakan menjadi seperti berikut : Barang kena pajak, Jasa kena pajak
Barang Kena Pajak
Barang kena pajak adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau
hukumnya dapat berupa barang yang tidak bergerak atau barang yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
bergerak, dan barang yang tidak berwujud yang dikenakan pajak yang
berdasarkan Undang-undang PPN. Dalam Pasal 1 Undang-undang PPN,
pengertian barang kena pajak sbb:
-
Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat
berupa barang bergerak, dan barang tidak berwujud.
-
Barang kena pajak adalah barang sebagaimana maksud dalam angka 2
yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini.
-
Penyerahan Barang kena pajak adalah setiap kegiatan penyerahan barang
kena pajak sebagaimana dimaksud dalam angka 3.
Barang berwujud adalah aktiva tetap, seperti kendaraan, mesin dan juga
berupa persediaan baku, maupun barang jadi serta masih banyak lainnya,
sedangkan barang kena pajak tidak berwujud diantara seperti Franchise,
Lisensi, Merek Dagang, Hak paten, Hak cipta, dan berbagai hak-hak lainnya.
Menurut pasal 4 Undang-undang PPN huruf a, Barang yang merupakan
Objek PPN atau yang akan dikenakan PPN harus memenuhi persyaratan
seperti berikut :
1.
Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang kena pajak.
2.
Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan barang kena
pajak.
3.
Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
4.
Penyerahan dilakukan di dalam daerah Pabean.
Berbagai macam barang dipandang perlakuannya berkaitan dengan
pengenaan PPN dapat digambarkan seperti Gambar 2.1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Gambar 2.1 Macam-macam barang
Sumber : Djoko Muljono (2008:14)
Barang tidak kena pajak
Barang yang tidak dikenakan PPN dapat dikelompokan menjadi seperti
berikut :
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya. Meliputi : Minyak mentah, gas bumi (tidak
termasuk yang siap dikonsumsi langsung oleh masyarakat), panas bumi,
asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu bara sebelum diproses,
bijih besi, bijih timah, dll.
2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak.
Meliputi : beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, garam, telur, susu, buahbuahan, sayur-sayuran.
3. Makanan dan minuman yang disajikan dihotel, restoran, rumah makan,
warung dan sejenisnya. Merupakan makan dan/atau minuman yang
disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya, yang
dikonsumsi ditempat maupun yang dibawa pulang (take away), untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
menghindari pengenaan pajak berganda karena sudah merupakan objek
pengenaan pajak daearah, termasuk makanan dan minuman yang
diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering.
4. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga
Jasa Kena Pajak (JKP)
Menurut buku yang berjudul (TaxSys,2013), Pada dasarnya semua jasa
merupakan Jasa Kena Pajak (JKP), kecuali yang dinyatakan lain oleh
Undang-Undang PPN itu sendiri.
Jasa kena pajak adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu
perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang/ fasilitas/
kemudahan/ hak tersedia untuk dipakai, termasuk menghasilkan barang
berdasarkan pesanan dengan bahan dan petunjuk pemesan, yang dikenakan
pajak berdasarkan Undang-Undang PPN.
Diantaranya Jasa konsultan, jasa sewa, jasa konstruksi, jasa perantara,
dsb:
Jenis jasa yang tidak dikenai PPN adalah jasa tertentu dalam kelompok
jasa sebagai berikut:
a. Jasa pelayanan kesehatan medis;
b. Jasa pelayanan sosial;
c. Jasa pengiriman surat dengan perangko;
d. Jasa keuangan;
e. Jasa asuransi;
f. Jasa keagamaan;
g. Jasa pendidikan;
h. Jasa kesenian dan hiburan;
i.
Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
j.
Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam
negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan
udara luar negeri;
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
k. Jasa tenaga kerja;
l.
Jasa perhotelan;
m. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum;
n. Jasa penyediaan tempat parkir;
o. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;
p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos;
4. Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Tarif PPN menurut ketentuan Undang-Undang Dasar No.42 tahun 2009 pasal 7 :
1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).
2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:

Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud

Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

Ekspor Jasa Kena Pajak
3. Tarif Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berubah menjadi
paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi sebesar 15% (lima
belas persen) sebagaimana diatur oleh Peraturan Pemerintah.
5. Pengusaha Kena Pajak Sebagai Pihak yang Menyetor dan Melaporkan
PPN
PPN memiliki peranan strategis dan signifikan dalam posisi penerimanaan
negara dari sektor perpajakkan. Oleh karena itu para pengusaha di Indonesia
wajib melaporkan usahanya agar segera dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP). Kewajiban melaporkan usaha tersebut harus dilakukan paling
lama akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya jumlah penjualan barang
atau jasa kena pajak melebihi Rp. 4.8 M sesuai dengan ketentuan PMK
No.197/PMK.03/2013.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Jika pengusaha tidak dapat mencapai Rp. 4.8 M maka pengusaha dapat
langsung mencabut permohonan pengukuhan sebagai PKP.
Dengan menjadi PKP pengusaha wajib memungut, menyetor, dan
melaporkan PPN yang terutang. Dalam perhitungan PPN yang wajib disetor
oleh PKP, disebut dengan pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak keluaran
ialah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan pajak
masukan ialah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh maupun
membuat produknya.
6. Pengetahuan
a.
Pengertian Pengetahuan
Menurut Wikipedia, 2015, Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Pengetahuan tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis,
konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara probabilitas Bayesian adalah benar
atau berguna.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Pengetahuan
adalah
informasi
yang
telah
dikombinasikan
dengan
pemahaman dan potensi untuk menelusuri yang lantas melekat di benak
seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap
sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Dimana informasi dan data
sekedar
berkemampuan
untuk
menginformasikan
bahkan
menimbulkan
kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan.
Pada penelitian ini, akan diulas apakah pengetahuan atas pengenaan PPN
terhadap produk bisnis online akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
membeli produk online dan apakah juga terdapat pengaruh pada tingkat
kepercayaan konsumen untuk membeli produk online untuk kedua kalinya.
7. Pemahaman
a. Pengertian Pemahaman
Pemahaman didefinisikan proses berpikir dan belajar. Dikatakan demikian
karena untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan
berpikir. Pemahaman merupakan proses, perbuatan dan cara memahami. Dalam
Taksonomi Bloom, pemahaman adalah kesanggupan memahami setingkat lebih
tinggi dari pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak
dipertanyakan sebab untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui
atau mengenal.
Pemahaman dalam pembelajaran adalah tingkat
kemampuan yang
mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta
yang diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hapal secara verbalitas, tetapi
memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka operasionalnya
dapat
membedakan,
menginterpretasikan,
mengubah,
menjelaskan,
mempersiapkan,
menyajikan,
mendemonstrasikan,
mengatur,
memberi
contoh,
memperkirakan, menentukan, dan mengambil keputusan.
Ranah kognitif menunjukkan adanya tingkatan-tingkatan kemampuan yang
dicapai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Dapat dikatakan bahwa
pemahaman itu tingkatannya lebih tinggi daripada sekedar pengetahuan.
Pengertian pemahaman menurut Anas Sudijono, adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui
dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang
kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan.
Sedangkan menurut Yusuf Anas, yang dimaksud dengan pemahaman adalah
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang sudah diingat lebih-kurang
sama dengan yang sudah diajarkan dan sesuai dengan maksud penggunaannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Dari berbagai pendapat diatas, indikator pemahaman pada dasarnya sama,
yaitu dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat mempertahankan,
membedakan, menduga, menerangkan, menafsirkan, memerkirakan, menentukan,
memperluas, menyimpulkan, menganalisis, memberi contoh, menuliskan kembali,
mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan.
Indikator pemahaman menunjukkan bahwa pemahaman mengandung makna
lebih luas atau lebih dalam dari pengetahuan. Dengan pengetahuan, seseorang
belum tentu memahami sesuatu yang dimaksud secara mendalam, hanya sekedar
mengetahui tanpa bisa menangkap makna dan arti dari sesuatu yang dipelajari.
Sedangkan dengan pemahaman, seseorang tidak hanya bisa menghapal sesuatu
yang dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk menangkap makna dari
sesuatu yang dipelajari juga mampu memahami konsep dari pelajaran tersebut.
Pada penelitian ini, akan diulas apakah pemahaman atas pengenaan PPN
terhadap produk bisnis online akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk
membeli produk online dan apakah juga akan berpengaruh pada tingkat
kepercayaan konsumen untuk membeli produk online untuk kedua kalinya.
8. Kesadaran
Kesadaran adalah sadar akan perbuatan. Sadar artinya merasa, tau atau ingat
(kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali
(dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur) ingat, tau dan mengerti, misalnya ,
rakyat telah sadar akan politik.
Refleksi merupakan bentuk dari penggungkapan kesadaran, dimana ia dapat
memberikan atau bertahan dalam situasi dan kondisi tertentu dalam lingkungan.
Setiap teori yang dihasilkan oleh seorang merupakan refleksi tetang realitas dan
manusia.
Secara harfiah, kesadaran sama artinya dengan mawas diri (awareness).
Kesadaran juga bisa diartikan sebagai kondisi dimana seorang individu memiliki
kendali penuh terhadap stimulus internal maupun stimulus eksternal. Namun,
kesadaran juga mencakup dalam persepsi dan pemikiran yang secara samar-samar
disadari oleh individu sehingga akhirnya perhatiannya terpusat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Pada penelitian ini, akan diulas apakah kesadaran atas pengenaan PPN pada
produk bisnis online akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli
produk online dan apakah juga terdapat pengaruh pada tingkat kepercayaan
konsumen untuk membeli produk online untuk kedua kalinya.
9. Bisnis On-line Internet
Internet digunakan untuk mengirim informasi keseluruh pengguna internet di
berbagai belahan dunia selama dua puluh empat jam, karena melibatkan clienserver yaitu progran sistem robot yang menjalankan beberapa komputer secara
konstanta dan mengelola informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.
Menurut Bodnar dan william (2006), internet merupakan jalur elektronik
yang terdiri dari berbagai standar dan protokol yang memungkinkan komputer di
lokasi manapun untuk saling berkomunikasi. Sedangkan intranet adalah sarana
kominikasi internal didalam Local Are Network yang mengadopsi berbagai
protokol dan teknologi yang terkait dengan internet. Internet akan tampak sebagai
intranet dalam arti karyawan dalam organisasi dapat mengakses respositori
informasi perusahaan dengan yang sama mereka akan menggunakan untuk
mengakses informasi lokal maupun di interlokal.
Menurut situs wikipedia.org, Bisnis online dikenal dan digambarkan sebagai
Perdagangan elektronik. “Perdagangan elektronik atau e-dagang (bahasa
Inggris: Electronic commerce, juga e-commerce) adalah penyebaran, pembelian,
penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet
atau televisi, www, jaringan computer, apikasi dalam smartphone dan lainnya.
E-dagang dapat melibatkan transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik,
sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis”.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bisnis_online)
Berikut ini adalah contoh website bisnis online yang dapat diakses melalui
internet :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Gambar tampilan website salah satu bisnis online di Internet
Sumber : www.blibli.com
Blibli.com, Toko Online Terlengkap & Terpercaya Dengan Beragam Produk
Pilihan Serta Promo Menarik
Sebagai salah satu pelopor online mall di Indonesia, Blibli.com hadir
dengan beragam produk pilihan yang disertai promo istimewa & menarik setiap
hari. Hari Senin, Blibli.com memiliki promo MONDAY MOM'S DAY. Beragam
produk spesial untuk ibu serta buah hati akan hadir dengan diskon istimewa,
khusus di hari Senin mulai pukul 00.00 hingga 23.59 WIB. RABU CANTIK,
promo spesial untuk Anda, wanita Indonesia yang ingin tampil stylish dan
tentunya cantik. Rabu cantik hadir setiap Rabu mulai pukul 00.00 hingga 23.59
WIB. Jangan lewatkan pula promo KAMIS GANTENG, 40 produk pilihan akan
hadir ke hadapan Anda setiap hari Kamis, pukul 00.00 hingga 23.59 WIB. Tidak
hanya itu, Kamis ganteng juga menghadirkan promo flash sale, dimana 5 produk
mentereng dengan diskon gila-gilaan akan hadir bergantian selama 1 jam mulai
pukul 10.00 WIB – 15.00 WIB. Untuk Shopping holic yang hobi belanja saat
weekend, jangan lewatkan promo FUN WEEKEND DEAL (FWD). Promo ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
akan hadir ke hadapan customer dengan tema berbeda dan diskon istimewa mulai
hari Jumat pukul 15.00 WIB hingga hari Minggu pukul 23.59 WIB.
Selain beragam promo dan deals menarik yang hadir setiap harinya,
Blibli.com sebagai online shopping mall juga berkomitmen memberikan
pengalaman berbelanja online shop yang aman, nyaman, mudah, menyenangkan,
dimana saja, dan kapan saja. Nikmati belanja online produk terlengkap di
Blibli.com, dengan didukung metode pembayaran yang aman disertai sertifikasi
VeriSign dan Credit Card Fraud Detection System. Tersedia pula fasilitas cicilan
0% selama 6 dan 12 bulan dari beragam bank pilihan serta gratis pengiriman ke
seluruh wilayah Indonesia. Slogan dari situs ecommerce ini adalah “Blibli.com,
Big Choices, Big Deals.” Sumber : www.blibli.com: diakses 13 November 2015
pukul 12:14
Gambar tampilan website Qoo10 salah satu bisnis online di Internet
Sumber : www.Qoo10.com
Qoo10 & Giosis adalah perusahaan gabungan yang dibentuk dengan eBay,
dunia pasar online terbesar, menjadi pasar online terkemuka di Asia. Giosis
menyediakan platform pasar online yang kuat yang memungkinkan pembeli
menikmati pengalaman belanja yang sangat aman dan nyaman. Saat ini
perusahaan beroperasi 7 pasar online lokal di 5 negara termasuk Jepang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
(http://www.qoo10.jp) dan Singapura (http://www.qoo10.sg) dan berencana untuk
memperluas ke lebih banyak negara Asia dalam waktu dekat.
Visi Qoo10.com adalah untuk menyatukan beragam pembeli dan penjual
di seluruh dunia dan meningkatkan kehidupan dimana-mana dan akan berusaha
untuk memberikan pengalaman belanja yang menyenangkan dan mendunia.
Giosis saat ini memiliki kemitraan dengan berbagai perusahaan yang
melibatkan layanan iklan, promosi, acara, pembayaran, dan pengiriman. Jika
seller sedang mencari peluang kemitraan dengan Giosis,
Sumber
:
http://www.qoo10.com/gmkt.inc/Company/AboutCompany.aspx:
diakses 13 November 2015 pukul 12:37
Gambar tampilan situs elevenia salah satu bisnis online di Internet
Sumber : www.elevenia.co.id
www.elevenia.co.id, perusahaan gabungan antara XL Axiata dan SK
Planet Sejalan dengan ambisi PT XL Axiata untuk memperluas itu bisnis dalam
ruang digital dan keyakinan untuk kepentingan Indonesia untuk melakukan
belanja online baik diponsel mereka maupun layar komputer mereka. Sebuah
perusahaan baru bernama PT XL Planet didirikan terakhir 11 Juli 2013.
Elevenia.co.id merupakan perusahaan gabungan antara PT XL Axiata, Tbk dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
SK Planet dari Korea Selatan (pemilik www.11st.co.kr) dimana tujuannya adalah
untuk
mempersiapkan
pasar
online
di
Indonesia,
sehingga
lahirlah
www.elevenia.co.id - Situs ini terbuka untuk penjual yang mengunjungi dan
mendaftar melalui kantor penjual dan pasar online akan membuka secara resmi
awal tahun depan. Situs ini terbuka untuk semua dan gratis untuk pendaftaran
penjual, penjual yang mendaftar sebelum pembukaan resmi mendapatkan lebih
banyak manfaat yang dapat mereka gunakan pada peluncuran. Saat ini elevenia
memiliki tim sebanyak 150-orang yang kuat dengan individu dari berbagai latar
belakang dan keahlian termasuk orang-orang yang mengalami e-commerce
karyawan di Indonesia. Beberapa karyawan XL telah pindah ke usaha gabungan,
bersama-sama dengan orang-orang dari 11st.co.kr yang membawa pengalaman
panjang dan pengetahuan ke pantai Indonesia. elevenia.co.id sini sebagai
jembatan bagi mereka yang selalu ingin diperbarui dengan tren terbaru, belanja
menemukan, gadget dan layanan untuk beberapa yang bersedia untuk mengalami
berbagai jenis belanja nama - melalui e-commerce. Tujuan situs ini adalan
menginginkan orang-orang untuk menikmati surga belanja di www.elevenia.co.id.
Sumber : http://www.elevenia.co.id: diakses 13 November 2015 pukul 13:06
Gambar tampilan website Lazada salah satu bisnis online di Internet
Sumber : www. lazada.co.id
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
ONLINE SHOPPING MALL TERKEMUKA DI INDONESIA
Lazada
adalah
perintis
e-commerce
dibeberapa
Negara
dengan
pertumbuhan tercepat di dunia yang menawarkan pengalaman belanja online
cepat, aman dan nyaman dengan produk-produk dalam kategori mulai dari
fashion, peralatan elektronik, peralatan rumah tangga, mainan anak-anak dan
peralatan olahraga. Lazada selalu berjuang untuk memberikan pelanggan yang
terbaik
termasuk
pengembalian
Lazada.co.id
dengan
gratis,
terus
menawarkan
layanan
memperluas
beberapa
konsumen
dan
jangkauan
pilihan
pembayaran,
garansi
produk
komitmen.
kami
seperti
kategori Fashion dan Jam Tangan Kami menawarkan pilihan kualitas produkter
baik yang akan buyer temukan semua pada ujung jari saja. Belanja online di
Indonesia tidak pernah semudah ini! Tetap terhubung dan dapatkan penawaran
terbaru dan transaksi setiap harinya. Ingat, setiap hari adalah hari belanja di
Lazada! Terakhir, lazada ingin menekankan bahwa kami lebih dari sekedar salah
satu toko online e-commerce di Indonesia. Lazada.co.id adalah prioritas tertinggi
lazada untuk menciptakan pengalaman belanja online terbaik untuk setiap
pelanggan di Indonesia.
Sumber : http://www.lazada.co.id: diakses 13 November 2015 pukul 13:32
9.
Keputusan Membeli
Keputusan pembelian konsumen merupakan suatu keputusan sebagai
pemilikan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif (Sumarwan,
2003:289). Definisi lain keputusan pembelian adalah keputusan pembeli
tentang merek mana yang dibeli (Kotler dan Amstrong,2008:181). Pengertian
lain keputusan pembelian adalah keputusan konsumen mengenai preferensi
atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan (Kotler dan
Keler,2009:240).
Untuk memahami pembuatan keputusan konsumen, terlebih dahulu harus
dipahami sifat-sifat keterlibatan konsumen dengan produk atau jasa (Sutisna,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
2003:11). Memahami tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk atau
jasa berarti pemasar berusaha mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan
seseorang merasa harus terlibat atau tidak dalam pembelian suatu produk atau
jasa.
Tingkat keterlibatan konsumen dalam suatu pembelian dipengaruhi oleh
stimulus (rangsangan). Dengan perkataan lain, apakah seseorang merasa
terlibat atau tidak terhadap suatu produk ditentukan apakah dia merasa
penting atau tidak dalam pengambilan keputusan pembelian produk atau jasa.
Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa ada konsumen yang mempunyai
keterlibatan tinggi dalam pembelian suatu produk atau jasa, dan ada juga
konsumen yang mempunyai keterlibatan yang rendah atas pembelian suatu
produk atau jasa (Sutisna,2003: 11).
Jenis-Jenis Perilaku Keputusan Pembelian
Perilaku keputusan pembelian sangat berbeda untuk masing-masing produk.
Keputusan yang lebih kompleks biasanya melibatkan peserta pembelian dan
pertimbangan pembeli yang lebih banyak. Menurut Kotler dan Amstrong
(2008:177), perilaku keputusan pembelian terbagi menjadi empat jenis, yaitu :
1. Perilaku pembelian kompleks
Konsumen melakukan perilaku pembelian kompleks ketika mereka sangat terlibat
dalam pembelian dan merasa ada perbedaan yang signifikan antar merek.
Konsumen mungkin sangat terlibat ketika produk itu mahal, beresiko, jarang
dibeli, dan sangat memperlihatkan eskpresi diri. Umumnya konsumen harus
mempelajari banyak hal tentang kategori produk. Pada tahap ini, pembeli akan
melewati proses pembelajaran, mula-mula mengembangkan keyakinan tentang
produk, lalu sikap, dan kemudian membuat pilihan pembelian yang dipikirkan
masak-masak. Pemasar produk yang memerlukan keterlibatan tinggi harus
memahami pengumpulan informasi dan perilaku evaluasi yang dilakukan
konsumen dengan keterlibatan tinggi. Para pemasar perlu membantu konsumen
untuk membelajari atribut produk dan kepentingan relatif atribut tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Konsumen harus membedakan fitur mereknya, mungkin dengan menggambarkan
kelebihan merek lewat media cetak dengan teks yang panjang. Konsumen harus
memotivasi wiraniaga toko dan orang yang memberi penjelasan kepada pembeli
untuk mempengaruhi pilihan merek akhir.
2. Perilaku pembelian pengurangan disonansi (ketidaknyamanan)
Perilaku pembelian pengurangan disonansi terjadi ketika konsumen sangat
terlibat dalam pembelian yang mahal, jarang dilakukan, atau beresiko, tetapi
hanya melihat sedikit perbedaan antar merek. Setelah pembelian, konsumen
mungkin
mengalami
ketidaknyamanan
pasca
pembelian
ketika
mereka
mengetahui kerugian tertentu dari merek yang dibeli atau mendengar hal-hal
menyenangkan tentang merek yang tidak dibeli. Untuk menghadapi disonansi
semacam itu, komunikasi pasca penjualan yang dilakukan pemasar harus
memberikan bukti dan dukungan untuk membantu konsumen merasa nyaman
dengan pilihan merek mereka.
3. Perilaku pembelian kebiasaan
Perilaku pembelian kebiasaan terjadi ketika dalam keadaan keterlibatan
konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan merek. Konsumen hanya
mempunyai sedikit keterlibatan dalam kategori produk ini, mereka hanya pergi ke
toko dan mengambil satu merek. Jika mereka terus mengambil merek yang sama,
hal ini lebih merupakan kebiasaan daripada loyalitas yang kuat terhadap sebuah
merek. Konsumen seperti ini memiliki keterlibatan rendah dengan sebagian besar
produk murah yang sering dibeli. Konsumen tidak secara ekstensif mencari
informasi
tentang
merek,
mengevaluasi
karakteristik
merek,
dan
mempertimbangkan keputusan tentang merek yang akan dibeli. Sebagai gantinya,
konsumen menerima informasi secara pasif ketika merek menonton televisi atau
membaca majalah.
Pengulangan iklan menciptakan kebiasaan akna suatu merek dan bukan
keyakinan merek. Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat terhadap sebuah
merek, mereka memilih merek karena terbiasa dengan merek tersebut, konsumen
mungkin tidak mengevaluasi pilihan bahkan setelah melakukan pembelian. Oleh
karena itu, proses pembelian melibatkan keyakinan merek yang dibentuk oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
pembelajaran pasif, diikuti oleh perilaku pembelian, yang mungkin diikuti oleh
evaluasi atau mungkin tidak.
4. Perilaku pembelian mencari keragaman
Perilaku pembelian mencari keragaman dalam situasi yang mempunyai
karakter keterlibatan konsumen rendah, tetapi anggapan perbedaan merek yang
signifikan. Dalam kasus ini, konsumen sering melakukan banyak pertukaran
merek. Pemimpin pasar akan mencoba mendorong perilaku pembeli kebiasaan
dengan mendominasi ruang rak, membuat rak tetap penuh, dan menjalankan iklan
untuk mengingatkan konsumen sesering mungkin. Perusaahan penantang akan
mendorong pencarian keragaman dengan menawarkan persepsi harga yang lebih
murah, kesepakatan kupon khusus, sampel gratis, dan iklan yang menampilkan
alasan untuk mencoba sesuatu yang baru.
Keputusan pembelian diukur dengan indikator (Goenadhi,2011:159): menarik
perhatian.
10. Kepercayaan konsumen untuk membeli produk online yang kedua
kalinya.
Kepercayaan telah mendapat banyak perhatian penelitian dan telah
diidentifikasi sebagai suatu kunci penggerak kesuksesan e-commerce (Jarvenpaa
& Staples, 2000). Konsumen yang telah memiliki kepercayaan terhadap suatu
produk/ merek, akan menimbulkan minat pembelian terhadap produk/ merek
tersebut. Kepercayaan menurut Mayer et al. (2007) merupakan kesediaan satu
pihak untuk menerima risiko dari tindakan pihak lain berdasarkan harapan bahwa
pihak lain akan melakukan tindakan penting untuk pihak yang mempercayainya,
terlepas dari kemampuan untuk mengawasi dan mengendalikan tindakan pihak
yang dipercaya. Indikator kepercayaan terdiri dari kemampuan, niat baik dan
integritas pemasar, serta emosi konsumen. Penelitian lain mengenai keputusan
pembelian tidak hanya dilakukan pada produk, tetapi juga pada jasa.
Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi kepercayaan diantaranya ada
risiko dan harga. Kedua faktor ini dalam perdagangan di internet menjadi suatu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
pertimbangan yang dominan bagi konsumen (Gefen et al., 2003). Risiko dianggap
lebih tinggi daripada perdagangan fisik karena terbatasnya kontak fisik konsumen
terhadap produk, sehingga konsumen tidak dapat melakukan pengawasan kinerja
produk sebelum melakukan pembelian. Dalam perdagangan online kepercayaan
berperan mengurangi masalah spesifik risiko yang mungkin ditemui oleh
konsumen dalam melakukan pembelian secara online(Luhman, 1988).
B. Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Penelitian ini mengenai pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) telah
banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Tabel 2.8.1 menunjukan
penelitian terdahulu mengenai pengenaan pajak pertambahan nilai.
Tabel 2.8.1
Tabel Penelitian sebelumnya
Peneliti
Judul Penelitian
Nur Imaniyah
dan Bestari
Dwi
handayani
(2008)
Pengaruh penghasilan dan
pengetahuan perpajakan
terhadap kepatuhan wajib
pajak dalam membayar
PBB di kelurahan
Tegalrejo kota Pekalongan
1. Penghasilan wajib
pajak
2. Pengetahuan
perpajakan
3. Kepatuhan
membayar PBB
Arief
Rachman,
Rindah
Febriana
suryawati,
dan Gita Arsy
Harwida
(2008)
Pengaruh
Pemahaman,kesadaran,
serta kepatuhan Wajib
pajak PBB terhadap
keberhasilan penerimaan
PBB dikecamatan kota
Sumenep kabupaten
Sumenep
1. Pemahaman wajib
pajak
2. Kesadaran wajib
pajak
3. Kepatuhan wajib
pajak
4. Keberhasilan
penerimaan PBB
McEnally and Do perceived time
brown (1998) pressure, life cycle stage
Variabel
1. Belanja Online di
pengaruhi oleh factor
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kesimpulan
1. Penghasilan Wajib
pajak berpengaruh
terhadap kepatuhan
membayar PBB
2. Pengetahuan Wajib
pajak berpengaruh
terhadap kepatuhan
membayar PBB.
1. Pemahaman wajib pajak
tidak berpengaruh
terhadap keberhasilan
penerimaan PBB
2. Kesadaran wajib pajak
berpengaruh terhadap
keberhasilan
penerimaan PBB
3. Kepatuhan wajib pajak
tidak berpengaruh
terhadap keberhasilan
penerimaan PBB
Pada penelitian ini
disimpulkan bahwa dalam
41
dalam Lee
(2007)
and demographic
characteristics affect the
demand for convenience?
Yohana
Retno
Triyantoro
(2012)
Analisis sikap konsumen
atas pembelian melalui
toko online dan
pengaruhnya terhadap niat
pembelian. (Studi kasus :
pembelian peralatan /
perlengkapan bayi dan
balita)
Chen dan
Dubinsky
(2003)
A conceptual model of
perceived customer value
in e-commerce: A
preliminary investigation
Hery Suwondo
Model pemajakan ecommerce (pembelajaran dari
Jepang dan Australia)
Fakultas ilmu
social dan ilmu
politik
universitas
Indonesia
(2006)
kenyamanan.
konteks belanja online,
2.Pengelompokan
kenyamanan dibentuk atas
dua dimensi yaitu waktu
Siklus umur,
Variabel demografi
dan energy. Dimensi waktu
3.Presepsi waktu dan
biasanya ditunjuk pada
tekanan luas pada
keterbatasan waktu yang
kenyamanan produk. dimiliki konsumen.
Sikap Konsuen atas
1. Risk Averseness tidak
pembelian melalui
memiliki pengaruh
toko online
terhadap sikap konsumen
2. Convisience orientation
berpengaruh terhadap
sikap konsumen
3. Impluse tendency tidak
berpengaruh pada sikap
konsumen
4. Sikap berpengaruh pada
niat pemberlian
1. Kualitas produk
Penelitian ini menemukan
2. Keinginan membeli hubungan negative antara
nilai yang dipresepsikan
atas kualitas produk dan
nilai yang dipresepsikan
dalam keinginan membeli
secara online. Mereka
saling memberi dukungan
negative antara nilai yang
dipresepsikan atas kualitas
produk dengan nilai yang
dipresepsikan atas resiko.
System Perpajakan, ecomerce
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Model serta pengawasan
pihak otoritas perpajakan di
Jepang telah lebih maju
dalam melakukan
pengawasan atas transaksi
e-commerce.
2. Model pemajakan atas
transaksi e-commerce yang
dilakukan oleh Negara
Jepang yang dapat
diterapkan pemerintah
Indonesia diantaranya
adalah : Pembentukan
gugus tugas khusus yang
diberi nama PROTECT
(Professional for Ecommerce Taxion)
3. Model Pemajakan atas
42
transaksi E-commerce yang
dilakukan oleh pemerintah
Australia diantaranya
adalah mengantisipasinya
penghindaran pajak atas
transaksi E-commerce,
mengatur pembentukan
harga dimana semua pelaku
bisnis e-commerce yang
melakukan penyerahan di
Australia harus mematuhi
ketentuan-ketentuan yang
berlaku, dan memberikan
penegasan atas Permanent
Estabilishment.
Niki (2015)
Pengaruh Pengetahuan,
Pemahaman, Kesadaran
pengenaan Pajak pertambahan
nilai pada produk online pada
barang kena pajak terhadap
pola konsumsi konsumen
(Studi kasus pada swalayan)
1.
2.
3.
4.
5.
Pengetahuan PPN
Pemahaman PPN
Kesadaran PPN
Barang Kena Pajak
Pola konsumsi
1. Pengetahuan PPN tidak
berpengaruh terhadap pola
konsumsi konsumen
2. Pemahaman PPN
berpengaruh terhadap pola
konsumsi konsumen
3. Kesadaran PPN
berpengaruh terhadap pola
konsumsi konsumen
Sumber : Berbagai jurnal nasional dan internasional
C. Rerangka Pemikiran
Rerangka pemikiran pada penelitian ini menjelaskan bahwa Pengaruh
Pengetahuan, Pemahaman dan Kesadaran atas pengenaan pajak pertambahan
nilai pada produk bisnis online terhadap keputusan dan kepecayaan
konsumen. Pajak pertambahan nilai merupakan aspek yang penting dalam
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak. Berdasarkan uraian
diatas maka alur pemikiran peneliti dalam penelitian adalah sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
Gambar 2.3
Rerangka Pemikiran
Pengetahuan Pengenaan atas pajak
pertambahan nilai (PPN) pada produk
bisnis online (X1)
Keputusan konsumen untuk
membeli (Y1)
Pemahaman Pengenaan atas pajak
pertambahan nilai (PPN) pada produk
bisnis online (X2)
Kepercayaan konsumen
(Y2)
Kesadaran Pengenaan atas pajak
pertambahan nilai (PPN) pada produk
bisnis online (X3)
D. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Pengetahuan pengenaan atas pajak pertambahan nilai (PPN)
pada produk online terhadap keputusan konsumen untuk membeli.
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan
akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah
dilihat atau dirasakan sebelumnya. (Wikipedia.com, 2015)
Pengetahuan akan peraturan dan ketentuan pajak atas konsumsi yang
dikenakan oleh setiap konsumen penikmat produk online diharapkan akan
membatu meningkatkan penerimaan pajak Negara. Menurut Yuli, dkk (2012)
Informasi yang dimiliki oleh wajib pajak akan mempengaruhi mereka terhadap
kepatuhan wajib pajak. Semakin banyak informasi yang merkea ketahui maka
akan membantu mereka untuk bias memberikan tanggapan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Yuli, dkk (2012) diperoleh hasil bahwa pengetahuan
perpajakan berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan pajak. Sehingga dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
H1: Pengetahuan atas pengenaan PPN terhadap produk online berpengaruh
terhadap keputusan konsumen untuk membeli produk online.
2. Pengaruh pemahaman pengenaan atas pajak pertambahan nilai (PPN)
pada produk bisnis online terhadap keputusan konsumen untuk membeli
produk online.
Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan merupakan
penalaran dan penangkapan makna tentang peraturan perpajakan. Masyarakat
hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan,
karena untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, pembayar pajak harus
mengetahui tentang pajak terlebih dahulu. Dengan adanya pemahaman pajak yang
baik, masyarakat akan lebih mengerti pentingnya membayar pajak dan manfaat
apa yang dapat dirasakan langsung maupun tidak langsung.
Pada penelitian ini, pemahamanan atas pengenaan PPn pada produk online
akan diuji apakah berpengaruh pada tingkat keputusan konsumen untuk membeli.
Maka dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H2 :Pemahaman atas pengenaan pajak pertambahan nilai pada produk online
berpengaruh terhadap keputusan konsumen untuk membeli.
3.
Pengaruh Kesadaran Pengenaan atas pajak PPN pada produk bisnis
online terhadap keputusan pembelian.
Kesadaran adalah kesadaran akan perbuatan. Sadar artinya merasa, tau atau
ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat
kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur) ingat, tau dan mengerti,
misalnya , rakyat telah sadar akan politik.
Irianto (2005) menguraikan beberapa bentuk kesadaran dalam mendorong
wajib pajak untuk membayar pajak. Pertama, kesadaran atas pajak merupakan
bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal
ini, wajib pajak mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari
pemungutan pajak yang dilakukan. Kedua, kesadaran bahwa penundaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak berdampak pada kurangnya
sumber daya finansial yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan
negara. Ketiga, kesadaran bahwa pajak diterapkan dengan undang-undang yang
dapat dipaksakan. Wajib pajak akan membayar pajak karena pembayaran pajak
disadari memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan kewajiban mutlak
setiap warga negara.
Kesadaran pengenan atas PPN pada produk online disini merupakan hal yang
patut dicermati, karena pada dasarnya apabila omset dari perusahaan yang
menjual barang kena pajak / jasa kena pajak sudah melebihi 4.8 miliar, perusahan
tersebut wajib mengenakan PPN pada setiap produk yang dijualnya. Pada
fenomena seperti ini customer pun akan sadar dengan adanya pengenaan pajak
saat mereka berbelanja di situs ecommerce, dengan demikian penulis merumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H3 :Kesadaran atas pengenaan pajak pertambahan nilai pada produk online
berpengaruh terhadap keputusan dan kepercayaan konsumen.
4.
Pengaruh Pengetahuan pengenaan atas pajak pertambahan nilai (PPN)
pada produk online terhadap Kepercayaan konsumen.
Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli produk online diperlukan
beberapa pertimbangan antara risiko dan besarnya harga yang dibayar jika produk
yang dipesan tidak sesuai dengan barang yang diterima. Ketika konsumen
memiliki pengetahuan bahwa terdapat PPN pada barang yang mereka beli pada
situs ecommerce tersebut, konsumen akan mempertimbangkan kembali untuk
memutuskan membeli barang tersebut dan membeli lagi pada toko online yang
sama.
Semakin tinggi kepercayaan konsumen, akan meningkatkan keputusan
pembeliannya, meskipun semakin tinggi tingkat risiko yang mungkin muncul dan
semakin tinggi harga yang harus dibayarkan konsumen. Sehingga beberapa faktor
yang tadinya dipertimbangkan tidak lagi berpengaruh jika tingkat kepercayaan
konsumen sudah terbangun.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
H4: Pengetahuan atas pengenaan PPN terhadap produk online berpengaruh
terhadap Kepercayaan konsumen.
5.
Pemahaman pengenaan atas pajak pertambahan nilai (PPN) pada
produk online terhadap Kepercayaan konsumen.
Kepercayaan merupakan keyakinan satu pihak mengenai maksud dan
perilaku pihak yang lainnya. Menurut kutipan Morgan dan Hunt(2006)
mendefinisikan kepercayaan sebagai suatu kondisi ketika salah satu pihak yang
terlibat dalam proses pertukaran yakin dengan keandalan dan integritas pihak
yang lain. Dari kutipaan tersebut juga menjelaskan bahwa kepercayaan adalah
kesediaan atau kerelaan untuk bersandar pada rekan yang terlibat dalam
pertukaran yang diyakini. Kerelaan merupakan hasil dari sebuah keyakinan bahwa
pihak yang terlibat dalam pertukaran akan memberikan kualitas yang konsisten,
kejujuran dan bertanggung jawab.
Pada penelitian ini, pemahamanan atas pengenaan PPn pada produk online
akan diuji apakah berpengaruh pada tingkat kepercayaan konsumen untuk
membeli. Maka dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut
H5: Pemahaman atas pengenaan PPN terhadap produk online berpengaruh
terhadap Kepercayaan konsumen.
6.
Kesadaran pengenaan atas pajak pertambahan nilai (PPN) pada produk
online terhadap Kepercayaan konsumen.
Kesadaran mempengaruhi keputusan pembelian dan kepercayaan pelanggan
terhadap suatu produk. Dimana pelanggan lebih memiliki persepsi sendiri-sendiri.
Contohnya seperti pelanggan yang lebih mengutamakan produk yang mereka
perhatikan pada lingkungan atau kualias mutu dari pada harga, pengenaan pajak
atau risiko yang akan diperolehnya. Dari sini produk yang memiliki criteria
tersebut memiliki pelanggan yang fanatik terhadap merknya. Sehingga pelanggan
cenderung memilih merk yang sudah terbiasa dipakai dibandingkan merk lain
meskipun harganya lebih mahal dan produk tersebut dikenakan pajak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Pada penelitian ini, kesadaran atas pengenaan PPn pada produk online akan
diuji apakah berpengaruh pada tingkat kepercayaan konsumen untuk membeli.
Maka dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut
H6: Kesadaran atas pengenaan PPN terhadap produk online berpengaruh terhadap
Kepercayaan konsumen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Contents
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
Kajian Pustaka ................................................................................................ 11
A.
1.
Teori umum ................................................................................................. 11
2.
Teori Literatur ............................................................................................. 12
B.
Tinjauan Penelitian Sebelumnya .................................................................... 40
C.
Rerangka Pemikiran ....................................................................................... 42
D.
Pengembangan Hipotesis ................................................................................. 43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download