Hologram Retak - WordPress.com

advertisement
Kepala MAmoMA
Hologram
Retak
Summary
Teater Automne 2085 kelompok nomaden puppet
p.2
Hologram retak buah karya proyek jangan panjang
p.3
Perjalanan pertunjukan, Pesan filosofis seniman
p.4
Proses kreasi: materi musikal, materi scenography
p.5
Materi visual
p.6
Distribusi
p.7
Peta perjalanan Perancis-Indonesia
p.8-9
Influence yang mempengaruhi
p.10
Konseptor karya, Arnaud Delicata
p.11
Tim kreasi
p.12-16
Teater Automne 2085 kelompok nomaden, puppet
Kelompok ini terbentuk tahun 2006 menyusul pertemuan Júlia Kovács dan Arnaud Delicata.
Keduanya adalah lulusan ESNAM (Sekolah Tinggi Seni Pewayangan) Charleville-Mézières.
Setelah menciptakan dua buah pertunjukan, mereka bepergian dengan mobil karavan tahun 2008
untuk memainkan kedua pertunjukan tersebut sepanjang jalan yang membawa mereka sampai ke
Indonesia. 17 negara dilewati dalam dua tahun, di antaranya: Hungaria, Bosnia, Turki, Armenia dan
India.
Dua seniman ini tinggal di Indonesia sejak Juni 2010 hingga November 2012 sembari mempelajari seni
pertunjukan Jawa di ISI Solo dan bekerja sama dengan seniman setempat. Mereka tak henti-hentinya
memperkenalkan karya pertunjukan mereka yang telah diperkaya oleh pengalaman baru ini.
Tahun 2013, keduanya kembali ke Prancis lewat udara untuk bekerja sama dengan Teater de Nuit dan
Teater bayangan dan boneka yang berada di daerah Drôme selama dua musim. Júlia berperan sebagai
dalang dan Arnaud sebagai konsultan penyutradaraan dan fotografer.
Dari April hingga September 2013, mereka ikut serta dalam proyek MASQ di Indonesia yang dipentaskan
di Taman Budaya Yogyakarta. Pertunjukan ini dipentaskan oleh komponis Mas Mo’ong untuk memenuhi
syarat tugas akhir pascasarjana.
Sederhana tapi penuh tuntutan itulah pendekatan seni pewayangan mereka : hidup atau mati ! Poros
penelitian mereka adalah membicarakan yang tak terlihat, menghidupkan yang lumpuh
mempertanyakan kehidupan ganda yang tak terpisahkan antara puppeteer dan puppet.
2
Perjalanan pertunjukan
Hologram Emlősök Nyelvtana
Maret-Agustus 2006 TUZRAKTER (Budapest, Hongaria)
September 2006 SOPEC (Charleville-Mézières, Perancis)
November-Januari 2007 SIRALY (Budapest, Hongaria)
Mei 2007 REPETASAROK (Budapest)
Septembre-Octobre 2007 STATION VASTEMONDE (Saint-Brieuc, Perancis)
Maret 2008 Théâtre des Tharabates (Binic, Perancis)
Hologram Aperçu
September 2008 TUZRAKTER (Budapest, Hongaria)
Oktober 2008 Théâtre MERLIN (Budapest)
Desember 2008 SIRALY Babel festival (festival de marionnette pour adultes) (Budapest)
Februari 2009 GÖDÖR (Budapest)
Juli 2009 Kehancuran de l’hôtel Osmice (Sarajevo, Bosnia)
September 2009 Bilgi University (Istanbul, Turki)
Oktober 2009 NPAK Armenian center of contemporary and experimental Art
(Erevan, Armenia)
April 2010 Namdev Auditorium Pune (Pune, India)
November -Desember 2010, Janvier- Février 2011 İSİ Institut d’Arts Indonésiens Surakarta,
Mojosongo Galeria (Central Java, Indonesia)
Hologram Gaung
Maret 2011 LİP Centre Culturel Français de Jogjakarta (Jawa Tengah , Indonesia)
Juni 2012 Bandung International Puppet Festival (Jawa Barat, Indonesia)
Oktober 2012 Omah Sinten (Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia)
Pesan filosofis seniman
Jalan penyutradaraan saya adalah ingin menunjukkan suatu gambaran layaknya yang terlihat dari
sebuah bingkai jendela yang di dalamnya tergambar kilatan citra diri melalui kaca yang akan
menyemai keraguan hal-hal yang sepatutnya ada di dalam atau di luar.
Penonton sebaiknya didampingi dalam “keadaan ketidakpastian”.
Temukan suasana ringan yang diperlukan untuk menyeimbangkan antara kekasaran, kelembutan,
dan kenyamanan. Jika penantian dan kelambanan dapat terjejalkan, maka kemudian diperlukan
kejutan, ketakjuban atau mungkin keterpikatan.
Saling terikat selama latihan untuk menghadirkan kenyataan di atas pentas. Salah satu cara
adalah sentakan memasuki cerita, atau kehadiran sebuah nada pengiring yang terus-menerus
secara terpisah, sesekali diterangi lampu sorot.
Sorot mata, pahatan kepala patung MAmoMA menembus benakku dan ketenangan yang
mengikutinya menciptakan momen penanaman dasar dan tak dapat dibedakan. Sebuah sensasi
yang berinteraksi dengan pertanyaanku tentang penempatan yang mungkin terjadi antara seni
wayang dan aktornya. Ketulusan pengembalian momen inilah yang menjadi puncak dari
pertunjukan tersebut : titik paradoks dari penderitaan ekstrim karena kehilangan seseorang yang
dicintai, ketiadaannya yang meraja dan menggiring pada situasi lepas kendali, dengan kesadaran
mencerahkan untuk berevolusi dengan tenang dan stabil. Tanpa mistis, tapi dengan kepingan
indah pada dunia yang tak terlihat.
Dengan kata lain, subjek yang ditawarkan tidaklah boleh keputusasaan melainkan energi dari
keputusasaan tersebut.
4
Proses kreasi
Materi musikal
Saat awal-awal pertunjukan, dari kejauhan terdengar musik yang berdurasi pendek,
gerakan-gerakan awal dibuat dalam keheningan. Tiap penonton menciptakan musik
mereka sendiri. Kemudian kita berlatih tentang sistem penangkap suara yang terdapat di
beberapa elemen scene berbeda yang dapat mengumpulkan suara-suara dan
mengubahnya secara langsung. Bisikan ritmis akan muncul, diikuti oleh alunan kidung
ninabobo dari Hongaria. Kami telah mencoba perpaduan yang lebih komplit dengan dua
musisi Indonesia dan konseptor bunyi Italia : Mo’ong, gitaris, menjajal berbagai kunci
tertentu, mengubah cara main alat musik gamelan. Hamrin Samad memainkan suling,
sejenis flute yang khas dari pulau Sulawesi, dan kecapi instrumen berdawai. Keduanya
merupakan lulusan ISI Surakarta. Davide Grosso adalah konseptor bunyi asal Italia.
Ketiganya ini merupakan lulusan ISI Surakarta.
Sekarang, kami ingin memperdalam karya musikal baru ini dengan mengundang dua
musisi baru untuk bergabung : Cécile Bellat alias Liz Bastard, seniman Prancis, yang akan
masuk dalam grup dan membawa bakat biolanya yang lembut, puisi-puisinya dan
suaranya dan Vicki Unggul Bramantyo konseptor bunyi yang kami temui dalam proyek
MASQ. Demikian nyata bahwa alunan musik dimainkan langsung dan setelah diperkaya
oleh gerakan-gerakan yang lahir dalam kesunyian, alunan musik tadi akan menanamkan
kembali di sana apa yang dimunculkannya : distorsi, superposisi, solo instrumental.
Materi di atas panggung
Adegan-adegan berlangsung di tempat-tempat yang tak dapat diidentifikasi secara
simbolis, kita berada dalam ruang mental MamoMA, ruang-ruang yang kosong dari
kompisisinya hingga ia berdiri, lalu terkilir. Ruang yang dipenuhi oleh kekiniannya dan
kenangan masa lalunya di sekitar jendela yang dapat dipindahkan, digantung, dan dapat
diubah menjadi meja. Adegan baru membuka sebuah ruang bermain dalam skala yang
lebih kecil.
Kerja panggung yang harus dijalankan adalah membentuk sistem jam pasir dengan
bandul pemberat. Dua belas corong kaca, identik bentuknya, terisi pasir akan berfungsi
sebagai bandul pemberat. Ketika corong-corong tersebut kosong dan bobotnya
berkurang, maka mereka akan membuat turun dan timbul benda-benda yang
dihubungkan oleh benang.
Jam pasir dengan bandul pemberat ini akan dibuat dan diuji-coba oleh Julien Espagne
dan Francis Aubiron, perajin kaca berkebangsaan Prancis yang tinggal di Yogyakarta.
Kaca yang mudah pecah dan teknik pencahayaannya akan menjadi pusat penelitian.
5
Materi visual
Jam-jam pasir akan menumpahkan pasir ke pentas dan ke jendela-meja, membentuk posisi-posisi
geometris yang harus diatur dan dipasang.
Keinginan menghadirkan seorang pelukis di panggung juga menjawab kebutuhan adegan
dramatis. Benar-benar jauh, adegan pengiring ini dapat menjadi kunci cerita, dalam tinjauan di
tengah panggung, postur si pelukis dapat mengaburkan atau menjelaskan batas-batas yang
maya dan yang nyata.
Pada akhir pertunjukan, penonton akan diundang untuk menjawab rasa penasarannya dengan
mendekati lukisan-lukisan tersebut supaya mengintip pembuatannya. Mereka akan melewati
panggung tempat yang baru saja menayangkannya, untuk kembali dalam waktu nyata dan
keseharian, namun penuh daya.
Lukisan dari Pascal Laloy, yang merupakan perpaduan antara goresan kasar dan halus, akan
menjadi obyek sempurna untuk menjaga penonton selalu dalam “keadaan tidak pasti” yang
diinginkan.
6
Bosnia di saat musim panas 2009
Mamoma di gedung hancur Osmice
Tanah tak bertuan
Instalasi
Kemandirian, kreasi black box
Hongaria di saat musim dingin 2009
Mamoma di jendela
Pertemuan dengan I.O.N (musisi)
Penyesuaian sensor bunyi
Perancis 2008
Pertemuan dengan Mamoma
Pertemuan dengan Pascal Laloy di
natas panggung
Turki di saat musim gugur 2009
Mamoma eksperimen dengan pelajar Fakultas Seni Pertunjukan di
Universitas Bilgi di Istanbul
Armenia di saat musim dingin 2010
Ruang kenangan untuk Mamoma
Kerapuhan sebuah kaca
Penyesuaian dengan topeng
India di saat musim semi 2010
Mamoma dan sebuah jejek dari jam
pasir kaca
Indonesia 2010-2013
Menjinakan Mamoma
Pergerakan pertama dengan musikal
bersama Davide Grosso
Pertemuan dengan musisi Indonesia
Mengapa Hologram pecah?
Sesaat setelah membaca sebuah pidato yang disampaikan oleh Claude LeviStrauss pada acara seremonial di College de France tanggal 25 Januari 1999
dalam rangka perayaan ulang tahunnya yang ke-90,
“Montaigne mengatakan bahwa penuaan mengurangi kita setiap hari dan
mengiris-iris kita sehingga saat kematian menghampiri, kita hanya tersisa
seperempat manusia atau setengah manusia saja. Montaigne meninggal pada
usia 59 tahun dan tentunya tidak pernah tahu penuaan ekstrim yang saya alami
ini. Pada umur setua ini yang tak pernah saya bayangkan dapat tercapai dan
yang menjadi satu dari beberapa hal yang paling mengejutkan dalam eksistensi
saya, saya merasa layaknya hologram pecah. Hologram ini tidak lagi memiliki
kesatuan utuhnya, namun seperti pada semua hologram, setiap bagian yang
tersisa masih menyimpan citra dan representasi lengkap dari semua. Dengan
demikian, adakah saat ini sebuah Aku nyata untuk diri saya, yang bukan lagi
hanya seperempat atau separuh manusia dan Aku maya yang masih
menyimpan ide segar tentang semuanya. Aku maya sedang menyusun buku,
mulai menentukan bab per bab dan berkata kepada Aku nyata, “Sekarang,
kamu lanjutkan.” Kemudian Aku nyata, yang tidak mampu lagi, berkata kepada
Aku maya, “Itu urusanmu. Hanya kamulah yang bisa melihat keseluruhannya.”
Hidup saya saat ini berlangsung dalam dialog yang sangat aneh. Berkat
kehadiran anda dan kesetiakawanan anda, saya sangat berterimakasih sebesarbesarnya kepada anda karena telah menghentikan sejenak dialog ini yang
memungkinkan kepada kedua “Aku” tersebut untuk bertemu kembali. Saya
tahu bahwa Aku nyata akan terus melebur sampai kehancurannya yang
terakhir, tapi saya sangat berterimakasih sebesar-besarnya pada anda yang
telah mengulurkan tangan buat saya, telah memberikan saya perasaan, sejenak
saja, bahwa dia tidaklah begitu.”
10
Arnaud Delicata, puppeteer, sutradara
Lahir di kota Saint-Brieuc tahun 1977. Di kala senggang semasa kanak-kanak dia
menghabiskan waktunya berkeliling jalanan dengan seorang pelukis tua aquarel
untuk melukis pepohonan di tempat, pemandangan laut dan kapel-kapel di pesisir
Côtes d’Armor. Dia memulai belajar teater di usia 8 tahun setelah mengenyam
pengalaman menjadi aktor cilik di film besutan John Berry, Voyage à Paimpol. Di
konservatori Saint-Brieuc, dia juga mempelajari notasi musik dan memainkan piano.
Di SMA, pria ini membentuk kelompok teater, lalu mengikuti suatu proyek yang
berdurasi setahun dalam teater italia bereputasi skala nasional nasional Saint-Brieuc
La Passerelle. Bentuk proyek ini adalah pelatihan penulisan naskah bersama Françoise
Chaxel yang menghasilkan suatu teks, Un printemps s’est noyé dans la mer, lalu
dipentaskan oleh Luc Quistrebert. Tak lama setelah itu, dia bermain dalam les Bonnes
yang ditulis Jean Genet bersama teater Totem dan turut serta dalam penampilan
seniman rupa Luc Perrot NETRE.
Menjadi pemain teater profesional pada usia 16 tahun bersama Teater de la Chimère
(dari kota Lorient) selama 4 tahun, dia kemudian berkeliling Prancis denagn teater
keliling ini dan pada periode yang bersamaan, dia juga melanjutkan studi formalnya
jarak jauh dan akhirnya menyelesaikan baccaulaureat bidang sastra, ujian sebagai
syarat masuk universitas.
Dia kemudian turut serta dalam proyek teater boks dan bermain di depan publik
pesta rave yang diselenggarakan dalam sebuah gedung teater bawah tanah, Teater
Juke Box (di kota Brest). Dia juga bertemu kembali dengan Luc Quistrebert dan
kelompok Van Hai Vong Théâtre des Zéphyres (di kota Rennes).
Di usia 23 tahun, dia membuat boneka yang dimainkan dengan benang. Setelah
proses pembuatan yang panjang, dia pergi bermain di jalanan dan berkelana hingga
Transylvania bertemu orang-orang Gipsi. Dalam perjalanan, dia berkutat kembali
dalam dunia lukis dan tulisan, hasilnya sebuah cerita Le brouillon apprivoisé coretancoretan jinak. Pengalamannya di bidang pertunjukan boneka, membawanya ke dalam
suatu bidang penulisan yang disebut “écriture du plateau”. Penulisan ini bersifat
minimalis dalam dialog, berintikan permainan bunyi teater, dan berujung pada
penulisan l’asymptote, naskah untuk kaki boneka, kepala di lantai dan tas plastik.
Kemudian dia memutuskan melanjutkan studinya dan masuk ke ESNAM di Charleville
Mézières. Ia kemudian mempelajari pentingnya kepresisian dalam sebuah akhir karya
dramaturgi bersama Daniel Lemahieu dan Sylvie Baillon. Dia juga membuka dan
memastikan bidang-bidang yang mungkin digarap dalam teaterposdramatik dengan
Zaven Paré atau Jean-Pierre Larroche, satu lagi, Claire Heggen mengajarinya tentang
tuntutan dalam melatih tubuh dan gerakan.
Lulus tahun 2005, dia bersama Júlia Kovàcs mendirikan La Cie Automne2085, teater
nomaden wayang dan materi. Mereka menciptakan dua pertunjukan yang dimainkan
saat perjalanan panjang mereka menuju Indonesia dengan melewati 17 negara dan
melalui jalan darat dengan mengendarai mobil karavan dalam dua tahun. Tiba di
Indonesia tahun 2010, dia belajar gamelan di ISI Surakarta dan berkolaborasi dengan
seniman setempat memainkan bentuk-bentuk pertunjukan kontemporer. Dia
mengembangkan pertunjukan wayang Gaung di kota Yogyakarta yang dinamis dan
aktif.
Tahun 2013, dia kembali ke Prancis melalui jalur udara untuk mengiringi Teater de
nuit dalam penyutradaraan L’enfant de la Haute mer. Di tahun yang sama dari bulan
April hingga September, dia kembali ke Indonesia untuk membantu melahirkan kreasi
MASQ yang dipentaskan di Taman Budaya Yogyakarta. Saat ini dia sedang
mengerjakan pembuatan wayang dan penulisan naskah untuk karya berjudul
L’Hologramme brisé yang menyatukan berbagai bidang seni: lukis, musik, teater dan
puppeteer
Júlia Kovács, puppeteer (pemain boneka), puppet manufacturer (pembuat
boneka)
Dia adalah wanita berkebangsaan Hongaria, lahir di Budapest pada tahun
1982. Awal karirnya menjadi seorang puppeteer (pemain boneka) mungkin
dimulai berkat hadiah dari Kakeknya yaitu sebuah wayang Jawa asli yang
dibawa dari perjalanan sang Kakek. Wayang Jawa tersebut memberikan
kesan dan ketertarikan yang mendalam pada dirinya.
Masa kecil Julia dan masa remajanya sudah banyak di isi dengan bebagai
macam praktek kesenian, dimulai dengan bermain piano, fine-arts, tari dan
teater. Dia juga mengikuti pembelajaran di sebuah sekolah yang
menggunakan metode eksperimental. Setelah lulus SMA dia mencari jalan
untuk bisa menggabungkan semua kegiatan kesenian yang di cintainya,
akhirnya dia menemukan bahwa puppet-art (seni boneka) adalah sebuah
media yang sempurna untuk berkarya dan melakukan perjalanan
berkesenian dalam dirinya untuk menjalani kehidupanya dengan utuh.
Pada tahun 2002 dia bergabung dengan ESNAM (National School of Puppet
Arts) dan bertemu dengan para pengajar, pemain puppet (boneka) yang luar
biasa dan ahli, tahun 2005 dia berhasil menyelesaikan studinya dengan
predikat terbaik. Tepat setelah kelulusannya hingga tahun 2008, dia
menciptakan sebuah topeng dari kulit bersama gurunya yang bernama
Francis Debeyre seorang master topeng, untuk Théâtre de la Licorne in Lille.
Dia juga bekerja sebagai puppeteer (pemain boneka) dalam sebuah
pertunjukan Perpetuum Mobile of the Théâtre de Nuit, dan di dalam
kesamaan tentang tujuan berkesenian dia menciptakan “Theater Automne
2085”, yang merupakan sebuah perusahaan teater boneka nomaden dan
menggunakan berbagai macam material sebagai puppet, dimana bentuk
puppet tidaklah puppet itu sendiri melainkan material-material lain diluar itu
adalah puppet yang bisa diamainkan. Bersama-sama mereka berdua
menciptakan dua buah karya pertunjukan puppet the Neighbours dan
Aperçu, kemudian mereka melakukan perjalanan dengan menggunakan van
dari Benua Eropa menuju ke arah timur dengan membawa dan
mempertunjukan kedua Karya mereka di 17 negara yang dilewatinya dan
kemudian sampailah di Indonesia. Mereka mendapatkan beasiswa untuk
belajar di ISI Surakarta (Solo) selama dua tahun dan berkolaborasi dengan
musisi Indonesia pada proyek-proyek yang berbeda.
Sejak November 2012, setelah kembali dari perjalanan yang memakan
waktu selama empat tahun, dia melakukan tur selama dua tahun dengan the
shadow-play yang bernama l’Enfant de la Haute Mer of Théâtre de Nuit
(Teater bayangan dan berbagai macam figur, Prancis).
Sepanjang karirnya, Julia telah bekerja pada dimensi manufaktur
(puppet,topeng, dan various scenic dan marionnettiques objects) serta
interpretasi dan pementasan.
12
Mo’ong, Komposer, musisi
Lahir di Bangkok pada tahun 1985, Dia adalah komposer (penggarap)
dengan gaya musik eksperimental. Dia mengawali karir bermusiknya dengan
belajar musik klasik Barat di Yogyakarta dengan instrumen mayor Contra
Bass. Kemudian di dalam perjalanan bermusiknya dia memutuskan untuk
kembali dan mempelajari musik tradisi jawa yang merupakan akar tradisi
budayanya. Dia melanjutkan studinya di Program Pascasarjana ISI Surakarta
(Solo) dengan jurusan Penciptaan Seni Musik dan mendapatkan gelar
Magister Seni pada tahun 2013 dengan sebuah Karya pertunjukan musik
yang berjudul “MASK” di bawah bimbingan Rahayu Supanggah.
Selama masa studinya Mo’ong juga telah terlibat di berbagai macam proyek
kesenian baik dalam tingkat nasional maupun internasional (komposer
musik untuk beberapa pertunjukan teater, puppet-plays, perfomance) dia
juga pernah menjadi gitaris dalam sebuah band yang beraliran Blues dengan
nama “Mo’ong And Friends”, saat ini Mo’ong masih melanjutkan risetnya
dan mempelajari lebih dalam tentang musik gamelan Jawa untuk di eksplor
dan di garap menggunakan gaya bermusiknya. Selain itu dia terus mencari
sumber-sumber bunyi yang bisa di garap baik dari tradisoinal musik
Nusantara yang kemudian dipadukan dengan penghasil bunyi lainya seperti
elektronik musik dan benda-benda yang menghasilkan bunyi, menjadi
sebuah bentuk komposisi musik.
Hamrin Samad, musisi
Lahir, di Pulau Selayar, pada tahun 1973. Mengenal musik sejak masih kanak
-kanak dari ayahnya yang juga seorang pemusik tradisional sehingga di usia
9 tahun sudah mahir dalam memainkan alat musik gambus yang merupakan
salah satu alat musik tradisional selayar. Menyelesaikan pendidikan di
Universitas Negeri Makassar pada prodi sendratasik dan Institut Seni
Indonesia Surakarta jurusan Penciptaan karya Seni. Terlibat sebagai pemusik
pada pertunjukan Teater Tari Kontemporer I La Galigo Sutradara Robert
Wilson yang dipentaskan di Singapura, Belanda, Barcelona, Madrid,Lyon
France, Ravenna, NewYork, Australia, Jakarta, Milan,Taiwan, dan Makassar
(2004 - 2011). mengikuti Festival Der Geister (Berlin 1999), Easter Festival di
Cape Town (Afsel 2005), Oz Asia Festival di Adelaide dan Opera House
Sydney (2007), Festival Tradisional (Malaysia 2008), Solo International Etnik
Music (2010), serta pernah berkolaborasi dengan beberapa seniman dalam
dan luar negeri di antaranya; Arie Van Duijn, Paulin D (Belanda), Ellin Krinsli,
Jason L Kanter, Vicky (USA), Moisson Jean Luc (France), John Paul (Inggris),
Ingeborg (Italia), dan Soeprapto Surya Dharma (Indonesia). Karya-karya;
Ranting Bulan Sabit (1996), Balada Cinta Anak Laut (1996), Suara Leluhur
Masa Datang (1998), Ziarah 1001 Pusara (1999), Mudik (2000), Wire Of Soul
(2003), Gamang (2001), Intembula/Back To Mother’s Lap (2003), Dalam
Bayang Balla Bulo (2005).Ketika Tubuh Bernyanyi (2011), Cerita Kecilku
(2012), dan Tu Pa’biring (2013). Kini aktif sebagai tenaga pengajar pada
Fakultas Seni dan Desain Univ. Negeri Makassar.
13
Marine Midy , actress
Lahir di Paris pada tahun 1986, Dia telah mempelajari drama sejak duduk di bangku SMA dan
bekerja dengan perusahaan La Rumeur, yang berbasis di sebuah pabrik dikonversi dalam teater.
Dia juga bermain dalam l’Usine Hollander di dalam pertunjukan Si peu décidés and Atteintes à sa
vie dengan sutradara Patrice Bigel. Dengan demikian, dia menemukan tari-teater, sebuah
kehidupan teater-perusahaan, serta proses penciptaan seni. Dari sanalah muncul penelitian
teater dan akademis tentang sebuah wilayah baru seni, dan bagaimana “ bermain di kota seperti
bermain bersama di dalam sebuah teater”. Pada tahun 2008, dia memperoleh gelar Master di
Conception dan Realisasi Proyek Budaya dari ERASMUS di UCL (Belgia) dengan jurusan sejarah
seni. Dia menulis disertasinya tentang “Rehabilitasi ruang untuk menjadi sebuah tempat lahirnya
kreasi artistik”. Sementara itu, dia bersama-sama mendirikan sebuah perusahaan teater yang
bernama Terrain Vague, dimana tempat pementasanya dilakukan di ruang publik. Antara tahun
2005 dan 2012, dia bermain dalam semua acara dan pertunjukan dari perusahaan yang bekerja
terutama di sekitar the Utopian Body of M Foucault.
Pada tahun 2010, dia bekerja dalam sebuah proyek Snow White with Catherine Bay (Le Banquet
at the Pompidou center and Fairy tale and contemporary art at the Maison de la Culture de
Namur, Belgium). Dia berpartisipasi dalam sebuah lokakarya di pusat nasional seni sirkus
(National Centre of Circus Arts). Dia adalah pemain di Balloon Chain by Robert Bose di Suoedte
Festival di Portugal serta pada acara Seniman Estonia Kolektif Tanpa Grata (Estonian Artists
Collective Non Grata) di Eropa dan Amerika Serikat.
Dia juga bermain dalam beberapa film pendek seperti La Muette dari Sophie Chauvet. Dia
menemukan seni pedalangan dan bertemu Arnoud dan Julia pada acara World Puppet Carnival in
2013 di Indonesia.
Cécile BELLAT alias Liz BASTARD, musisi , aktris dan pelukis
Lahir di Rennes pada tahun 1971 , ia belajar filsafat dan sastra modern sebelum melihat lebih
jauh tentang duniawi dan puitis spheres ( teater dan seni visual ) untuk memperoleh jawaban
atas pertanyaan yang diajukan oleh dunia di mana - dengan kesulitan besar - berdiri entah
bagaimana manusia ... karya Nya instalasi visual dalam awal 2000-an kemudian kembali memberi
- pertanyaan awal tentang keintiman , memori , keuniversalan sensasi , selalu ditandai dengan
praktek yang terus menerus dan perlunya berlatih musik dan menulis.
Dia memperoleh beasiswa pada tahun 2001 dan 2003 dari kota Rennes untuk belajar tentang
praktek sampang/pernis kayu Vietnam , dan dia sempat memamerkan karya di Perancis dan
Vietnam hingga 2010 .
Pada saat yang bersamaan , dia bekerja mengenai foto dan video , dan ingin melakukan sebuah
eksperimen alat bantu yang memungkinkan untuk melempar teduh , cairan dan kerudung sutra
pada realitas dunia , menyadari di luar cermin , untuk mencapai sebuah metafisika bahwa dia
mencari secara permanen dari sesuatu yang puitis dan menuliskan sesuatu kedalam bahasa
musik. Dari sanalah , dapat melihat realitas dalam sebuah bagian , mencari banyak sekali
kemungkinan , tangan-tangan di dalam lumpur dunia. Dari sanalah , mengangkat sebuah
selubung realitas atau fiksi , seperti ia melihat mereka yang ketat satu sama lain .
Dalam bidang seni pertunjukan , ia bereksperimen dalam beberapa bidang kesenian (acting,
directing actors, writing and co-writing, scenography, sound design, assistant to the staging,
costumes ..)
Dia juga telah banyak berkolaborasi pada berbagai kesempatan dengan seniman - musisi dan
penari dari Imperial Court of Hue ( Vietnam) dengan Perusahaan Van Hai Vong . Antara tahun
2006 dan 2012 kegiatan artistik berfokus di sekitar penulisan dan menciptakan musik dalam duo
Rennes del Cielo ( Transmusicales pada tahun 2009 , Mythos pada tahun 2011 ) , dan sejak Maret
2012 dia melakukan solo karir ( dengan Sophie Hunger, Dominique A and Jean- Louis Murat) . Dia
juga telah menyelesaikan lokakaryanya tentan sound - technic ( di Jardin Moderne Rennes ) dan
lighting ( di Laval 6x4 ) . Pada akhirnya sejak 2011 dia tertarik dan belajar disiplin ilmu tentang
teknik vokal dari India Kathakali, yaitu vokal Carnatic dan Kalaripayatt.
14
Vicki Unggul Bramantyo, Sound Designer
Lahir di Bantul,Yogyakarta, Indonesia, pada tahun 1988. Dia bekerja di studio rekaman sendiri
sebagai sound designer dan sound engineer. Dia bekerja terutama dengan musik elektronik, dan
di retouch dari rekaman, tapi ia juga tertarik pada musik dunia. Dia bekerjasama dengan Mo'ong
sejak tahun 2008, menjadi salah satu musisinya, dan bermain di komposisinya. Mereka mencari
bersama-sama untuk menemukan kesepakatan antara tradisional musik Jawa (Nusantara) dan
elektronik.
Etienne Exbrayat , lighting engineer
Lahir di Paris pada tahun 1979, Pria berkebangsaan Prancis ini adalah lulusan dari ENSAD
( National School of Applied Arts in Paris ) dengan jurusan video dan penelitian interaktif, dia
mengeksplorasi berbagai bidang dalam kontruksi audiovisual : cinematographer , director,
filmmaker ,visual artist and lighting designer, dari sana dia mengembanngkan pendekatan
tunggal. Di mendapatkan pelatihan dari Marie- Hélène Pinon, Dominique Mabileau and Philippe
Marioge dengan siapa dia telah memperkaya lini pemikirannya. Tata cahaya atau cahaya itu
sendiri merupakan pusat penelitiannya, dia selalu mempertanyakan isu-isu dalam seni
pertunjukan apa pun yang merupakan sebuah musium dari ruang dan waktu, apa pun
hubungannya dengan publik. Dia juga bekerja dengan Yeux De l’Ouïe, le Cirque Baroque, la Cie
Terrain Vague, le collectif BIB, Steven Bachimont, Jacques Châtelet, Jean-Marie Prouvèze.
Davide Grosso, ethnomusicologist, sound designer
Pria kelahiran Catania, Itali pada tahun 1985, sebagai musisi dan sound designer, dia telah
terlibat selama bertahun-tahun dalam penelitiannya tentang noise, musik elektronik dan
interaksi antara manusia/lingkungan dan manusia/mesin. Dalam karir akademisnya, dia membuat
proyek tesis pertamanya yang berjudul : Noise. Manifesto for a new musical futurism . dia juga
sudah banyak berpartisipasi dalam berbagai proyek eksperimental dan selalu mencoba
mencampur atau mengabungkan suara atau sebuah bunyi yang dihasilkan dari panggung
pertunjukan, lingkungan dan suara elektronik.
2006 Sound performance : Manifesto for a new musical futurism
2007 E.E.C. Contemporary Electronical Existentialism
2008 Meuhmur–Specific Place Performance (Atelier de la Vache Bleue, Paris) guitar and
electronic music
2010 Conception and realization of the live sound track for the puppet-play Gaung of Theatre
Autumn 2085.
2010 conception and realization of Wayang WUTO, mixture of Javanese shadow theater and live
audiovisual interaction.
Dia juga merupakan seorang etnomusikologi dan memperoleh kelulusanya dengan mengangkat
tentang Tradisi Musik dari Pulau Madura, Indonesia pada tesisnya.Dia sangat memperhatikan
tentang promosi musik dan hak-hak musisi, dia bekerja sebagai konsultan dari Dewan Musik
Internasional (International Music Council) UNESCO / Paris.
Pascal Laloy, pelukis
Seorang pelukis yang merupakan anggota dari Maison des Artists in France, lahir pada tahun
1972 di St Malo, Prancis.
Setelah mendapatkan lisensi seni rupa yang diperolehnya di tahun 1990, dia masuk University of
Beaux Arts di Rennes dan secara paralel, mengajarkan seni rupa dalam struktur yang berbeda.
Tertarik oleh publik untuk siapa saja yang berkreasi artistik dapat berubah penting dalam satu
rekonstruksi, ia menciptakan sebuah lokakarya di dalam sebuah rumah sakit jiwa pada tahun
1999, yang berlangsung selama 7 tahun. Sejak tahun 2006, ia mendedikasikan diri sepenuhnya
kepada lukisan, saat berkolaborasi dalam proyek-proyek artistik interdisipliner (teater, musik,
menulis, dll). Pascal Laloy saat ini mengupayakan kekaryanya sebagai seorang pelukis, berlabuh
pada sebuah figur manusia, dengan mempertanyakan identitas dan ketiadaan. Lukisanya hadir
dalam berbagai koleksi di berbagai negara.
15
Francis Auboiron, Glassblower
Francis mengembangkan minat pada sebuah seni kerajinan yang menggunakan bahan kaca dari
usia 14 tahun ketika ia diperkenalkan glassblowing di Sekolah Seni dan Kerajinan Jean Monnet di
Yzeure , Prancis . Dia mematangkan prakteknya di bawah asuhan seorang Master Glassblower
yang bernama Regis Anchuelo, dan saat itu dia sebagai pekerja magang , kemudian diselang
perjalananya sebagai pekerja magang akhirnya dia menjadi asisten sang Master. Menggabungkan
kecintanya melakukan perjalanan dengan di ikuti karirnya yang menarik tentang glassblowing
telah membawa Francis ke banyak tempat , baik di negara asalnya Perancis dan luar negeri,
bekerja sama dengan sejumlah glassblowers profesional yang memberikan banyak pengetahuan
baru kepada dirinya dengan beragam teknik yang berbeda di bidangnya . Dia mendapatkan
kesempatan membuat kerajinan dengan keterampilannya dalam produksi kaca kualitas tingkat
tinggi di tempat yang paling bergengsi di BACCARAT Art Crystalware. Dalam masa studinya
tentang glassblowing di Novy vor , Republik Ceko , Francis selanjutnya mengembangkan
pengetahuannya untuk menciptakan gelas tradisional dan antik bersama dengan penyulingan
melalui pendinginan media glass tersebut dan teknik finishing . Selanjutnya saat dia berada di
New York , Amerika Serikat, Francis terpengaruh seni yang lebih modern dari patung kaca pada
konferensi dan lokakarya yang diselenggarakan oleh Glass Art Society. Baru-baru ini , Francis
tinggal dan bekerja di Bali dan Yogyakarta , Indonesia , kemudian berkolaborasi pada beberapa
proyek independen.
Download