BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan tersebut, yang terdiri dari neraca, laporan rugi laba serta laporanlaporan lainnya. Dengan mengadakan analisa terhadap pos-pos neraca akan dapat diperoleh gambaran tentang posisi keuangan perusahaan, sedangkan analisa terhadap laporan rugi laba akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan. Menurut Munawir (2007:2) laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah seluruh bentuk laporan keuangan yang dapat digunakan untuk (measurement), melakukan evaluasi penghitungan (evaluation), (calculation), penaksiran pengukuran (assesment) dan memproyeksikan (projection) keseluruhan aspek-aspek ekonomi perusahaan secara komprehensif. (Syakur, 2009:22) 18 19 2.1.2. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan antara lain : pemilik perusahaan, manajer perusahaan, investor, dan juga kreditur. Pemilik perusahaan sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaannya, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang pimpinannya diserahkan kepada orang lain, karena dengan laporan keuangan tersebut pemilik perusahaan akan dapat menilai sukses tidaknya manager dalam memimpin perusahaannya dan kesuksesan seorang manager biasanya diukur dengan laba yang diperoleh perusahaan. Laporan keuangan diperlukan oleh pemilik perusahaan untuk menilai hasil-hasil yang telah dicapai masa yang akan datang sehingga bisa menaksir bagian keuntungan yang akan diterima dan perkembangan saham yang dimilikinya. Manager perusahaan, dengan mengetahui posisi keuangan perusahaannya periode yang baru lalu akan dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan kebijaksanaan- kebijaksanaannya yang lebih tepat. Bagi manajemen yang penting adalah bahwa laba yang dicapai cukup tinggi, cara kerja yang efisien, aktiva aman dan terjaga baik, struktur permodalan sehat dan bahwa perusahaan mempunyai rencana yang baik mengenai hari depan, baik di bidang keuangan maupun operasi. Para investor berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya, apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan atau rate of 20 return yang cukup baik apabila investor menanamkan uangnya di perusahaan tersebut. Para kreditur sebelum mengambil keputusan untuk memberikan atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, perlu mengetahui terlebih dahulu posisi keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Posisi atau keadaan keuangan perusahaan peminta kredit akan dapat diketahui melalui penganalisaan laporan keuangan perusahaan tersebut. Kreditur di samping untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar utang dan beban-beban bunganya, juga untuk mengetahui apakah kredit yang akan diberikan itu cukup mendapat jaminan dari perusahaan tersebut. Pemerintah di mana perusahaan tersebut berdomisili, sangat berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan, di samping untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung perusahaan juga sangat diperlukan oleh Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja untuk dasar perencanaan pemerintah. 2.1.3. Komposisi Laporan keuangan Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Unsur laporan keuangan yang berkaitan dengan posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban dan modal. Sedangkan unsur laporan keuangan yang berkaitan dengan pengukuran kinerja perusahaan adalah penghasilan dan beban. Pengukuran dan pengakuan aktiva, kewajiban, modal, 21 penghasilan dan beban harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum yang digunakan secara konsisten. 1. Neraca Neraca merupakan suatu form atau daftar yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip yang diterima secara umum untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu (saat disusunnya neraca). Unsur unsur laporan keuangan yang ada dalam neraca dikelompokkan dalam dua posisi, yaitu posisi harta atau yang disebut aktiva, dan posisi kewajiban dan modal yang biasa disebut pasiva. Dalam neraca kedua posisi keuangan tersebut harus dilaporkan secara seimbang. Keseimbangan ini bukan merupakan sesuatu yang diseimbangkan, melainkan diperoleh dari suatu proses pencatatan transaksitransaksi dan kejadian-kejadian dalam perusahaan yang dilakukan berdasarkan konsep keseimbangan antara perkiraan-perkiraan yang didebet dengan perkiraanperkiraan yang dikredit. 2. Laporan Laba Rugi Laba Rugi merupakan suatu ukuran penting yang sangat diperlukan dalam analisis keuangan perusahaan. Perhitungan laba rugi sangat diperlukan terkait dengan analisis untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan aktiva dan pengukuran tingkat rentabilitas perusahaan, serta pengukuran penghasilan per lembar saham. Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari analisis kinerja keuangan perusahaan, investor dan kreditur atau calon investor dan calon kreditur memutuskan kebijakan terkait dengan investasi atau pemberian kredit kepada perusahaan. 22 2.1.4. Analisis Rasio Keuangan Analisa laporan keuangan finansial , khusus memperhatikan kepada perhitungan rasio agar dapat mengevaluasi keadaan finansial pada masa yang lalu, sekarang dan memproyeksikan hasil yang akan datang. Analisis rasio merupakan bentuk atau cara yang umum digunakan dalam analisis laporan finansial. Dengan kata lain, diantara alat-alat analisis yang selalu digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan yang dihadapi perusahaan di bidang keuangan adalah analisis rasio. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara faktor yang satu dengan faktor yang lain dari suatu laporan finansial. Rasio dapat dihitung berdasarkan finansial statement yang telah tersedia dari: 1. Balance sheet atau neraca, yang menunjukkan posisi finansial perusahaan pada suatu saat tertentu. 2. Income statement atau rugi-laba yang merupakan laporan operasi perusahaan selama periode tertentu. Tujuan dari analisis rasio adalah membantu manajer finansial memahami apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan berdasarkan informasi yang tersedia yang sifatnya terbatas berasal dari finansial statement. Analisis rasio membiasakan pimpinan membuat keputusan atau pertimbangan tentang apa yang perlu dicapai oleh perusahaan dan bagaimana prospek yang dihadapi di masa yang akan datang. Fokus dari analisis ini akan 23 berbeda-beda menurut kepentingan khusus dari analyst atau pihak-pihak yang berkepentingan. 2.1.5. Kegunaan Rasio Keuangan Analisis rasio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan melainkan juga bagi pihak luar. Dalam hal ini adalah calon investor atau kreditur yang akan menanamkan dana mereka dalam perusahaan melalui pasar modal dengan cara membeli saham perusahaan yang go public. Bagi manajer finansial, dengan menghitung rasio-rasio terttentu akan memperoleh suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh perusahaan dibidang finansial, sehingga dapat membuat keputusan-keputusan yang penting bagi kepentingan perusahaan untuk masa yang akan datang. Sedangkan bagi investor, atau calon pembeli saham merupakan bahan pertimbangan apakah menguntungkan untuk membeli saham perusahaan yang bersangkutan atau tidak. Untuk mengetahui sejauh mana kondisi finansial perusahaan saat ini, diperlukan suatu cara evaluasi. Dalam hal ini ada dua tipe evaluasi finansial yang dapat memberikan gambaran tentang sejauh mana kondisi perusahaan saat ini, apakah dalam keadaan baik atau buruk, yaitu: 1. Analisis Trend Adalah analisis perkembangan rasio finansial perusahaan dalam beberapa tahun yaitu perbandingan antara suatu rasio saat sekarang dengan rasio yang sama 24 pada waktu yang lampau. Analisis ini sering disebut sebagai analisis historis (Historical analysis). 2. Norma Industri Adalah rata-rata rasio yang dihasilkan dari beberapa perusahaan yang sejenis yang dapat dijadikan pembanding bagi perusahaan yang bersangkutan. ini disebut sebagai rasio industri. Perbandingan antara rasio perusahaan Rasio dengan rasio industri akan menunjukkan sejauh mana kondisi finansial perusahaan saat ini. Kedua tipe evaluasi ini akan memberikan gambaran yang lebih akurat jika digunakan secara bersama-sama. Sebab, bisa terjadi rasio finansial perusahaan berada dalam keadaan cukup buruk jika dibandingkan dengan rasio industri, tetapi dilihat dari analisis historis menunjukkan perkembangan yang baik karena dari tahun ke tahun rasio finansial perusahaan masih lebih tinggi dibandingkan dengan rasio industri. Tetapi jika dilihat dari analisis historis menunjukkan penurunan terus menerus dari tahun ke tahun. Dengan kata lain bila hanya berpegang kepada satu cara evaluasi saja, kemungkinan kesimpulan menjadi kurang akurat. Namun demikian sukar untuk mengetahui berapa besarnya rasio industri karena lembaga yang menyediakan data tentang ini terutama di Indonesia belum ada. 2.2. Modal 2.2.1. Pengertian Modal Modal dalam suatu perusahan pada saat ini mempunyai arti yang sangat besar bagi suatu perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan tuntunan keberadaan modal semakin besar pula. Menurut Drs. S. Munawir (2004:19) dalam 25 bukunya analisa laporan keuangan, modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba ditahan, atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perushaan terhadap seluruh utang-utangnya. Klasifikasi Modal 2.2.2. 1. Klasifikasi modal digolongkan menjadi 2 bagian yaitu : Modal menurut bentuknya (modal aktif) Yaitu modal yang tertera disebelah debet dari neraca, yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana seluruh dana yang diperolah perusahaan ditanamkan. a. Modal aktif berdasarkan cara dan lamanya perputaran dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1) Aktiva lancar yaitu aktiva yang habis dalam satu kali perputaran dalam proses produksi dan proses perputarannya adalah jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari 1 tahun). 2) Aktiva tetap yaitu aktiva yang tahan lama yang tidak atau yang secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi perputarannya dalam jangka waktu yang panjang (umumnya lebih dari 1 tahun). b. Modal aktif berdasarkan fungsi bekerjanya aktiva dalam perusahaan dibedakan menjadi 2 yaitu : 1) Modal kerja (working capital) adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar (gross working capital) atau kelebihan dari aktiva lancar di atas utang lancar (net working capital). 26 2) Modal tetap (Fixed Capital Assets) adalah pembiayaan yang dibutuhkan untuk bagian tertentu yang tetap dari aktiva lancar dalam jangka waktu tertentu. 2. Yaitu modal yang tertera di sebelah kredit dari neraca yang menggambarkan Modal menurut sumber atau asalnya (modal pasif) sumber-sumber dari mana dana tersebut diperoleh. a. Modal pasif berdasarkan asalnya dapat di bedakan menjadi 2 yaitu: 1) Modal sendiri adalah berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta, dll). 2) Utang adalah modal yang berasal dari kreditur, yang ini merupakan utang bagi perusahaan yang bersangkutan. b. Modal pasif berdasarkan lamanya penggunaan, dibedakan menjadi modal jangka panjang dan modal jangka pendek. c. Pembagian modal pasif juga didasarkan kepada : 1) Syarat likuiditas yang terdiri dari modal jangka panjang dan modal jangka pendek. 2) Syarat solvabilitas yang terdiri dari utang dan modal sendiri. 3) Syarat rentabilitas yang terdiri dari modal dengan pendapatan tetap (modal obligasi) dan modal dengan pendapatan tidak tetap (modal saham). 27 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa modal di kelompokan menjadi modal aktif dan modal pasif, dimana modal aktif adalah modal yang berada di sebelah debet dari neraca, sedangkan modal pasif adalah modal yang berada di sebelah kredit dari neraca. Modal aktif menggambarkan bentuk-bentuk dimana seluruh dana yang diperoleh perusahaan di tanamkan, sedangkan modal menggambarkan sumber-sumber dana yang di peroleh oleh perusahaan. pasif 2.2.3. Jenis - Jenis Modal 1. Utang Menurut Mamduh M. Hanafi (2004:29) menjelaskan bahwa utang didefinisikan sebagai pengorbanan ekonomis yang mungkin timbul dimasa mendatang dari kewajiban organisasi sekarang untuk mentransfer asset atau memberikan jasa ke pihak lain dimasa mendatang, sebagai akibat transaksi atau kejadian dimasa lalu. Prof. Dr. Bambang Riyanto dalam “Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan“ (2010:227) mendefinisikan bahwa utang adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja diperusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan beban, yang pada saatnya harus di bayar kembali. Menurut Munawir (2004:18) menjelaskan bahwa utang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana utang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. 28 Utang yang muncul karena penundaan pembayaran untuk barang atau jasa yang telah diterima oleh organisasi merupakan utang dagang, sementara utang pinjaman merupakan contoh utang yang timbul karena dana yang dipinjam. Utang dibagi dalam 3 golongan, yaitu: a. Utang jangka pendek (short-term debt) b. Utang jangka panjang (long-term debt) a. Utang Jangka Pendek (short-term debt) Definisi utang jangka pendek menurut Munawir (2004:14) adalah Utang lancar atau utang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (1 tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Pendapat lain dikemukakan Haryono Jusuf (1999:230), adalah utang yang diharapkan akan dibayar dalam jangka waktu satu tahun atau siklus operasi normal perusahaan, dengan menggunakan aktiva lancar yang ada atau hasil dari pembentukan kewajiban lancar yang lain. Munawir (2004 : 18-19) mengatakan bahwa komponen yang dimasukkan kedalam utang jangka pendek adalah : 1) Utang dagang, adalah utang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan secara kredit. 2) Utang bank, adalah utang yang timbul karena adanya pemberian fasilitas kredit dari bank. 29 3) Utang wesel, adalah utang yang disertai janji tertulis (yang diatur undang-undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu dimasa yang akan dating. 4) Utang pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun pajak karyawan yang belum disetor ke kas Negara/pemerintah. pendapatan 5) Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, adalah sebagian (seluruh) utang jangka panjang yang sudah menjadi jangka pendek, karena harus dilakukan pembayaran. b. Utang Jangka Panjang (Long-Term Debt) Utang jangka panjang merupakan utang yang jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari 10 tahun. Menurut Agus Sartono (2008:324) menjelaskan: “Utang jangka panjang atau long-term debt adalah satu bentuk perjanjian antara peminjam dengan kreditur dimana kreditur bersedia memberikan pinjaman sejumlah tertentu dan peminjam bersedia untuk membayar secara periodik yang mencakup bunga dan pokok pinjaman”. Utang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Adapun jenis atau bentuk-bentuk utama dari utang jangka panjang antara lain: 1) Pinjaman obligasi (bonds-payables) 30 2) Pinjaman hipotik (mortgage) 1) Obligasi merupakan instrumen utang jangka panjang yang digunakan oleh pemerintah atau perusahaan untuk mendapatkan dana jangka panjang. Menurut Keown, et.al. (1999:242) menjelaskan bahwa: Pinjaman Obligasi “Obligasi secara sederhana merupakan surat janji sanggup membayar (promissory note) jangka panjang, yang dikeluarkan oleh si peminjam dengan janji kepada si pemegangnya pembayaran suatu nilai bunga tetap setiap tahun yang telah ditentukan sebelumnya”. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2010:238) menjelaskan utang adalah pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang, untuk mana si debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nominal tertentu. Adapun jenis-jenis dari obligasi antara lain adalah: a) Obligasi Biasa (Bonds) Obligasi biasa adalah obligasi yang bunganya tetap dibayar oleh debitur dalam waktu-waktu tertentu, dengan tidak memandang apakah debitur memperoleh keuntungan atau tidak. Biasanya coupon (bunga obligasi) dibayar dua kali setiap tahunnya. b) Obligasi Pendapatan (Income Bonds) Income Bonds adalah jenis obligasi dimana pembayaran bunga hanya dilakukan pada waktu-waktu debitur atau perusahaan yang mengeluarkan surat obligasi tersebut mendapatkan keuntungan. Tetapi 31 disini kreditur mempunyai hak kumulatif artinya apabila pada suatu tahun perusahaan menderita kerugian sehingga tidak dibayarkan bunga, dan apabila di tahun kemudiannya perusahaan mendapat keuntungan, maka kreditur tersebut berhak untuk menuntut bunga dari tahun yang tidak dibayar itu. c) Obligasi yang dapat ditukarkan (convertible-bonds) Convertible Bonds adalah obligasi yang memberikan kesempatan kepada pemegang surat obligasi tersebut untuk pada suatu saat tertentu menukarkannya dengan saham dari perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian jenis obligasi ini memungkinkan pemegangnya untuk mengubah statusnya, yaitu dari kreditur menjadi pemilik. 2) Pinjaman Hipotik (Mortgage) Pinjaman hipotik merupakan pinjaman jangka panjang dimana pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak. Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2002:416) menyebutkan bahwa hipotik merupakan bentuk utang jangka panjang dengan agunan aktiva tidak bergerak (tanah, bangunan). Dalam perjanjian kreditnya disebutkan secara jelas aktiva apa yang dipergunakan sebagai agunan. Jadi mortgage atau pinjaman hipotik merupakan utang jangka panjang yang dijamin oleh sekelompok assets. Dengan demikian seandainya debitur atau peminjam tidak mampu membayar kembali utang dan bunganya, kreditur dapat memaksa perusahaan untuk menjual asset yang 32 dijadikan jaminan tersebut, dan dari hasil penjualannya dapat digunakan untuk menutup tagihannya. 2. Modal Sendiri Menurut Keown, et.al. (2004:37) yang dialihbahasakan oleh Haryandini, menjelaskan bahwa ekuitas merupakan investasi pemegang saham pada perusahaan dan laba kumulatif yang ditahan didalam bisnis sampai tiba waktu neraca laba rugi dikeluarkan. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2010:240) menjelaskan modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena itu modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan dana jangka panjang yang tidak tertentu waktunya. Modal sendiri selain berasal dari luar perusahaan dapat juga berasal dari dalam perusahaan sendiri. Modal sendiri yang berasal dari sumber intern ialah dalam bentuk keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan itu, yaitu berupa keuntungan yang ditahan (retained net profit) dan penyusutan (depretiations). Sedangkan modal sendiri yang berasal dari sumber ekstern ialah modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Modal sendiri dalam suatu perusahaan Perseroan Terbatas, terdiri dari: a. Modal saham Saham merupakan tanda bukti penyertaan/penyetoran modal pada suatu perusahaan atau Perseroan Terbatas (PT). Modal saham menduduki urutan 33 sesudah utang dalam hal klaim terhadap asset perusahaan, atau dengan kata lain memiliki klaim terhadap sisa perusahaan. Dari sudut pandang perusahaan, modal saham mencerminkan pihak yang menaggung risiko perusahaan dan ketidakpastian yang diakibatkan oleh kegiatan perusahaan, dan memperoleh imbalan sebagai konsekuensinya. Imbalan tersebut berupa kenaikan harga saham dan dividen yang dibayarkan. Adapun jenis-jenis dari saham adalah sebagai berikut: 1) Saham biasa (common stock), pemegang saham biasa akan mendapat pada akhir tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan, dan kalau perusahaan mengalami keruguian, maka pemegang saham tidak akan mendapat dividen. 2) Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memberikan dividen yang tetap besarnya. Pemegang saham preferen mempunyai beberapa preferensi tertentu diatas pemegang saham biasa, yaitu terutama dalam hal pembagian dividend dan pembagian kekayaan perusahaan. 3) Saham kumulatif preferen (cumulative preferred stock), yaitu saham preferen yang memberikan dividen yang kumulatif. Artinya apabila pada tahun lalu perusahaan rugi, maka besarnya dividen akan ditunda untuk dibayarkan keseluruhannya pada tahun ini. 2. Cadangan Cadangan disini dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau 34 atau dari tahun yang berjalan (reserve that are surplus). Cadangan yang termasuk modal sendiri antara lain: 1) Cadangan ekspansi 2) Cadangan modal kerja 3) Cadangan selisih kurs 3. 4) Cadangan untuk menapung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diduga sebelumnya (cadangan umum). Laba ditahan Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian dibagikan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Apabila penahanan keuntungan tersebut sudah dengan tujuan tertentu, maka dibentuklah cadangan sebagaimana disebutkan diatas. Tapi apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan (retained earning). 2.3. Struktur Modal dan Leverage 2.3.1. Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan karena harus memaksimalkan profit bagi kepentingan modal sendiri dan keuntungan yang diperoleh harus lebih besar dari pada biaya modal sebagai akibat dari penggunaan 35 struktur modal tertentu. Ada beberapa pengertian atau definisi dari struktur modal oleh beberapa ahli yang menuangkannya dalam buku mereka, diantaranya adalah: Menurut Sawir (2005:10), struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus, modal dan akumulasi ditahan.Struktur modal merupakan dari struktur keuangan. bagian Menurut Weston dan Brigham (2005:150), struktur modal yang ditargetkan adalah bauran atau perpaduan dari utang, saham preferen, saham biasa yang dikehenhaki perusahaan dalam struktur modalnya. Struktur modal yang optimal adalah gabungan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa konsep struktur modal merupakan suatu konsep yang membicarakan komposisi bagaimana suatu perusahaan dikenal baik dengan modal sendiri maupun dengan modal pinjaman. Suatu perusahaan yang dalam memenuhi kebutuhan dananya lebih mengutamakan pemenuhan dana yang bersumber dari dalam perusahaan, maka akan mengurangi ketergantungan dari pihak luar, tetapi jika kebutuhan dananya semakin besar karena pertumbuhan perusahaan sedangkan modal sendiri terbatas, maka perusahaan dapat menggunakan utang yang berasal dari luar perusahaan. Penggunaan dari masing-masing jenis modal tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Penggunaan modal sendiri yang komposisinya berupa pembayaran deviden diambil dari keuntungan setelah pajak, sehingga tidak mengurangi pembayaran pajak. Sedangkan 36 penggunaan utang akan menurunkan keuntungan perusahaan sebab harus membayar bunga dimana bunga sebagai pengurang laba. Selain itu, bunga juga dimanfaatkan sebagai pengurang pajak yang harus di tanggung oleh perusahaan. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Menurut Sutrisno (2001:307-308) struktur modal dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, antara lain: a. Persesuaian atau Suitability Merupakan persesuaian antara cara pemenuhan dana dengan jangka waktu kebutuhannya. Bila yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan berjangka pendek bila dibelanjai dengan utang, obligasi atau dengan mengeluarkan modal sendiri kurang sesuai. Sebaliknya cara pemenuhan dana disesuaikan dengan jangka waktu kebutuhannya, artinya bila kebutuhan dana berjangka pendek maka sebaiknya dipenuhi sumber dana jangka pendek dan bila kebutuhan dana jangka panjang sebaiknya dipenuhi sumber dana jangka panjang. b. Pengawasan atau Control Pengendalian atau pengawasan perusahaan ada di tangan para pemegang saham.Manajemen perusahaan mengemban tugas untuk menjalankan hasil keputusan pemegang saham. Biasanya sebuah perusahaan dimiliki oleh beberapa pemegang saham sehingga bila diperlukan tambahan dana perlu dipertimbangkan apakah tugas pengawasan dari pemilik lama tidak akan terkurangi. Oleh sebab itu dengan pertimbangan tersebut, biasanya pemilik 37 lama lebih menginginkan mengeluarkan obligasi dibanding dengan menambah saham. c. Laba/ Earning per Share Memilih sumber dana apakah dari saham atau utang, secara finansial harusnya bisa menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham lebih besar. d. Tingkat Risiko/ Riskness Utang merupakan sumber dana yang mempunyai risiko tinggi sebab bunganya tetap harus dibayarkan baik pada saat perusahaan mendapatkan laba maupun dalam kondisi merugi. Oleh karena itu semakin besar penggunaan dana dari utang mengindikasikan perusahaan mempunyai tingkat risiko yang lebih besar. Menurut Brigham (2006:6), ada empat faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal, yaitu: a. Risiko Bisnis Yakni risiko yang melekat pada operasi perusahaan apabila perusahaan tidak menggunakan utang, makin besar risiko bisnis perusahaan maka makin rendah rasio utang yang optimal. b. Posisi Pajak Perusahaan Yakni dalam menggunakan utang maka biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak sehingga menurunkan biaya utang yang sesungguhnya. 38 c. Fleksibilitas Keuangan Yakni kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk, para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa modal yang kuat diperlukan untuk operasi yang stabil dan pemilik modal lebih suka menanamkan modalnya pada perusahaan dengan posisi neraca yang baik bila keadaan perekonomian stabil. d. Konservatisme atau Agresivitas Manajemen Yakni ada sebagian manajer lebih agresif dari yang lain, sehingga sebagian perusahaan lebih cenderung menggunakan utang untuk meningkatkan laba, dimana hal ini tidak mempengaruhi struktur modal yang optimal, tetapi akan mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan. 3. Struktur Modal yang Optimal Suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan pemenuhan dengan sumber dari dalam perusahaan, maka akan sangat mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar. Jika kebutuhan dana sudah sedemikian meningkatnya karena pertumbuhan dan dana dari sumber intern sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan baik dari utang (debt financing) maupun dengan mengeluarkan saham baru (external equity financing) dalam memenuhi kebutuhan akan dananya. Pemenuhan kebutuhan dana dari sumber ekstern tersebut lebih mengutamakan pada utang saja, maka ketergantungan perusahaan pada pihak luar akan makin besar dan resiko financial akan semakin besar. Sebaliknya, jika 39 perusahaan hanya mendasarkan pada saham saja, biayanya akan sangat mahal. Oleh karena itu, perlu diusahakan adanya keseimbangan yang optimal antara kedua sumber tersebut. Struktur modal yang optimum adalah struktur modal yang dapat meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata (average cost of capital). Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang menyeimbangkan antara resiko dan keuntungan perusahaan, dengan demikian penggunaan utang dalam struktur modal meningkatkan resiko perusahaan, tetapi juga meningkatkan keuntungan perusahaan. 2.3.2. Leverage 1. Pengertian Leverage Menurut Agus Sartono (2008:257) leverage adalah penggunaan assets dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Perusahaan menggunakan leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya assets dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Sebaliknya leverage juga meningkatkan risiko keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham. 40 Salah satu rasio solvabilitas (leverage) yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya adalah Debt to Total Asset Ratio (DAR). 2. Debt to Total Asset Ratio Menurut Handono Mardiyanto dalam bukunya Intisari Manajemen Keuangan, menjelaskan bahwa penggunaan utang pada prinsipnya akan menguntungkan apabila perusahaan mampu memperoleh tingkat pengembalian investasi yang melebihi tingkat bunga yang harus dibayarkan. Namun, hal tersebut bergantung pada kondisi ekonomi yang akan terjadi. Apabila kondisi ekonomi mendatang membaik, tingkat pengembalian investasi juga cenderung meningkat sehingga perusahaan yang berutang akan mampu membayar bunga dan pokok pinjamannya. Sebaliknya, jika ekonomi mendatang memburuk, perusahaan akan menderita kerugian besar, karena di tengah turunnya pendapatan, perusahaan juga harus membayar sejumlah beban tetap dari utangnya (beban bunga). Diperlukan kehati-hatian dalam menafsirkan angka rasio utang. Angka rasio utang yang tinggi mengandung dua sisi sekaligus, yakni kemungkinan menguntungkan jika kondisi ekonomi membaik dan kemungkinan merugikan jika ekonomi memburuk. Dengan demikian, tingginya Debt Ratio selain dapat meningkatkan keuntungan tapi juga mengisyaratkan tingginya risiko keuangan (risiko gagal bayar) bagi suatu perusahaan (Mardiyanto,H , 2009:59). Sebagai salah satu rasio solvabilitas, Debt to Asset Ratio (DAR) sering digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total utang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah utang 41 yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rumusnya adalah sebagai berikut: 2.3.3. Times Interest Earned Rasio ini merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. ini untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini juga diartikan Rasio sebagai alat ukur untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga, sama seperti coverage ratio. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar kemungkinan perusahaan dapat bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambahan pinjaman baru dari kreditor. Demikian pula sebaliknya apabila rasionya rendah semakin rendah pula kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya. Rumusnya adalah sebagai berikut: 2.3.4. Konsep Efektivitas Pengertian efektivitas umumnya menunjukkan taraf tercapainya hasil, senantiasa pula dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan output nya. 42 Efektif (effective) dan efisien (efficient) merupakan dua istilah yang saling berkaitan dan patut dihayati dalam upaya untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Tentang arti dari efektif maupun efisien terdapat beberapa pendapat. Menurut Barnard dalam Prawirosentono (1999:27) menjelaskan bahwa arti efektif dan efisien adalah bila suatu tujuan tertentu akhirnya dapat dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan tersebut adalah efektif. Tetapi bila akibat-akibat yang dicari dari kegiatan mempunyai nilai yang lebih penting dibandingkan tidak dengan hasil yang dicapai, sehingga mengakibatkan ketidak puasan walaupun efektif, hal ini disebut tidak efisien. Sebaliknya bila akibat yang tidak dicari-cari, tidak penting atau remeh, maka kegiatan tersebut efisien.Sehubungan dengan itu, kita dapat mengatakan sesuatu efektif bila mencapai tujuan tertentu. Dikatakan efisien bila hal itu memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan (terlepas apakah efektif atau tidak). Efisien tetapi tidak efektif berarti baik dalam memanfaatkan sumberdaya (input), tetapi tidak mencapai sasaran. Sebaliknya, efektif tetapi tidak efisien berarti dalam mencapai sasaran menggunakan sumber daya berlebihan atau lazim dikatakan ekonomi biaya tinggi. Efisien harus selalu bersifat kuantitatif dan dapat diukur (measurable), sedangkan efektif mengandung pula pengertian kualitatif. Efisien dalam menggunakan input akan menghasilkan produktifitas yang tinggi, yang merupakan tujuan dari setiap perusahaan. Anggapan tentang efisiensi yang selalu diartikan sebagai penghematan akan menjadi permasalahan, karena bisa mengganggu operasi, yang juga akan mempengaruhi hasil output. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa efektivitas kerja berarti penyelesaian pekerjaan 43 tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya apakah pelaksanaan suatu tugas dinilai baik atau tidak sangat tergantung pada bilamana tugas itu diselesaikan dan tidak, terutama menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakannya dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan tersebut. Gibson, dkk (1984:25) menyimpulkan kriteria efektivitas suatu operasional kedalam tiga indikator yang didasarkan pada jangka waktu, yaitu : organisasi 1. Efektivitas jangka pendek, meliputi produksi (production), efesiensi (efficiency), dan kepuasan (satisfaction); 2. Efektivitas jangka menengah, meliputi : kemampuan menyesuaikan diri (adaptiveness) dan mengembangkan diri (development); 3. 2.4. Efektivitas jangka panjang : keberlangsungan / hidup terus. Tinjauan Umum Tentang Rentabilitas/Profitabilitas 2.4.1. Pengertian Profitabilitas Menurut Bambang Riyanto (2010:35) profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan memperoleh laba selama periode tertentu, dengan kata lain rentabiliyas menunjukkan perbandingan anatara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Sedangkan menurut Sutrisno (2001:18) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang bekerja di dalamnya. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah ukuran keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal yang bekerja di dalamnya. 44 2.4.2. Arti Penting Profitabilitas Menurut Sutrisno (2003:19) profitabilitas merupakan kriteria penilaian hasil pelaksanaan operasi yang di anggap valid. Efektivitas operasi perusahaan untuk menentukan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, menarik minat para calon kreditur dengan memberikan balas jasa yang cukup jumlahnya. Masalah profitabilitas pada umumnya adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja bukanlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu lebih bekerja secara efisien. Efisiensi perusahaan baru dapat diketahui dengan membandingkan laba tersebut atau dengan kata lain menghitung profitabilitasnya, dengan demikian harus diperhatikan bahwa perusahaan tidak hanya memperbesar laba saja, tetapi lebih penting lagi adalah usaha untuk memaksimalkan profitabilitasnya. 2.4.3. Klasifikasi Rentabilitas/Profitabilitas Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal didalam suatu perusahaan. Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan modal yang menghasilkan laba tersebut. Cara untuk menilai rentabilitas perusahaan bermacam-macam tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Rentabilitas diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu : 1. Rentabilitas Ekonomi (Return On Asset) Rentabilitas ekonomi (ROA) adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan utang yang dipergunakan untuk menghasilkan laba 45 tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Sutrisno (2003:18) Rentabilitas ekonomi adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan semua modal. Berdasarkan definisi diatas maka disimpulkan bahwa ROA adalah kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasikan laba. 2. Rentabilitas Modal Sendiri (Return On Equity) Menurut Bambang Riyanto (2010:44) rentabilitas modal sendiri (ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Sedangkan menurut Sutrisno (2003:18) rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan modal tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa ROE merupakan ukuran tentang kemampauan perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. 2.4.4. Mengukur Rentabilitas/Profitabilitas Rentabilitas/profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Rumusnya adalah sebagai berikut : 46 Cara menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Laba yang akan diperbandingkan apakah itu laba yang berasal dari operasi atau usaha, atau neto sesudah pajak dengan aktiva operasi, atau laba neto sesudah pajak diperbandingkan dengan keseluruhan aktiva ”tangible”, ataukah yang akan diperbandingkan itu laba neto sesudah pajak dengan jumlah modal sendiri. Bermacam-macamnya cara dalam penilaian rentabilitas suatu perusahaan, maka tidak mengherankan kalau ada beberapa perusahaan yang berbeda-beda dalam cara menghitung rentabilitasnya, yang terpenting ialah rentabilitas mana yang akan digunakan sebagai alat pengukur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkutan. 1. Mengukur Rentabilitas Ekonomi (ROA) Modal yang diperhitungkan untuk menghitung ROA hanyalah modal yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital / assets), dengan demikian maka modal yang ditanamkan dalam perusahaan lain atau modal yang ditanamkan dalam efek (kecuali perusahaan-perusahaan kredit) tidak diperhitungkan dalam menghitung ROA. Demikian pula laba yang diperhitungkan untuk menghitung ROA hanyalah laba yang berasal dari laba yang berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net operating income). Dengan demikian maka laba yang diperoleh dari usaha-usaha di luar perusahaan atau dari efek (misalnya deviden, coupon dan lain-lain) tidak diperhitungkan dalam menghitung ROA. ROA dirumuskan sebagai berikut : 47 2. Mengukur Rentabilitas Modal Sendiri (ROE) Rentabilitas modal sendiri (ROE) merupakan kemampuan perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Laba yang diperhitumgkan untuk menghitung ROE adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga utang dan pajak perseroan atau income tax, (EAT = Earning After Tax). Modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja di dalam perusahaan. Rumus ROE adalah sebagai berikut : 2.4.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Profitabilitas Faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya ROA / earning power adalah : 1. Profit margin, yaitu perbandingan antara laba bersih sesudah pajak (net operating income) dengan penjualan bersih (net sales), perbandingannya dinyatakan dalam persentase. Net Operating Income Profit margin = x 100% Net Sales 48 Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa profit margin ialah selisih biaya administrasi + biaya penjualan + biaya umum), selisih mana dinyatakan dalam persentase dari net sales. 2. Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha), yaitu antara net sales dengan operating expenses, (Harga pokok penjualan + kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu. Turnover tersebut dapat ditentukan dengan membagi net sales dengan operating assets. Net Sales Turnover of Operating Assets = Operating Assets Berdasarkan uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan sales, sedangkan turnover of operating assets dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating assets dalam suatu periode tertentu. Hasil akhir dari percampuran kedua efisiensi profit margin dan turnover of operating assets menentukan tinggi rendahnya earning power. Oleh karena itu makin tinggi tingkat profit margin atau turnover of operating assets masingmasing atau kedua-duanya akan mengakibatkan naiknya earning power. Hubungan antara profit margin dan turnover of operating assets dapatlah digambarkan sebagai berikut : 49 Profit Margin x Turnover of Operating Assets = Earning power / ROI Atau Net Operating Income Net Sales x Net Sales = Net Operating Income Operating assets Net Operating Assets 2.4.6. Hubungan Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Besarnya rentabilitas modal sendiri (ROE) selain dipengaruhi oleh rentabilitas ekonomi (ROA) juga dipengaruhi oleh struktur modal. Pengaruh rentabilitas ekonomi terhadap rentabilitas modal sendiri selalu positif, artinya makin besar rentabilitas ekonomi selalu mengakibatkan makin besarnya rentabilitas modal sendiri (ceteris paribus), yaitu kalau faktor-faktor lainnya tetap tidak berubah, misalnya tingkat bunga, tingkat pajak dan rasio utang-modal sendiri. Berbeda halnya dengan pengaruh struktur modal terhadap ROE. Pengaruh struktur modal terhadap ROE dapat positif, dapat negatif ataupun tidak dapat mempunyai pengaruh sama sekali. Pengaruh positif, artinya makin besar rasio ini mengakibatkan makin besarnya rentabilitas modal sendiri. Hal ini akan terjadi kalau rentabilitas ekonomi lebih besar daripada tingkat bunga. Pengaruh negatif terjadi dalam keadaan ekonomi yang sebaliknya, yaitu dalam keadaan rentabilitas ekonomi lebih kecil daripada tingkat bunga. Contoh tersebut ialah dalam keadaan ekonomi yang buruk atau sangat buruk. 50 Menurut Bambang Riyanto (2010:44) pengaruh dari penambahan utang atau modal sendiri terhadap rentabilitas modal sendiri yaitu : a) Membandingkan besarnya rate of return atas utang dengan besarnya tingkat bunga. Ditinjau dari kepentingan modal sendiri atau pemilik perusahaan, penambahan utang hanya dapat diperkenankan kalau penambahan tersebut mempunyai efek finansial yang menguntungkan (favorable financial leverage) terhadap rentabilitas modal sendiri. Penambahan utang hanya akan memberikan efek yang menguntungkan terhadap rentabilitas modal sendiri apabila rate of return daripada tambahan modal (utang) tersebut lebih besar daripada biaya modal atau bunganya. Sebaliknya penambahan utang akan memberikan efek finansial yang merugikan (unfavorable financial leverage) terhadap rentabilitas modal sendiri apabila rate of return daripada tambahan utang tersebut lebih kecil daripada bunganya. b) Penambahan antara besarnya rentabilitas modal sendiri unleverage dengan rentabilitas modal sendiri ber-leverage. Penambahan utang akan menguntungkan apabila rentabilitas modal sendiri dengan penambahan utang lebih besar daripada rentabilitas modal sendiri dengan penambahan modal sendiri (tanpa penambahan utang). Sebaliknya, bila rentabilitas modal sendiri dengan penambahan utang lebih kecil dari pada rentabilitas modal sendiri dengan penambahan modal sendiri (tanpa penambahan utang) maka penambahan utang tersebut membawa dampak yang negatif bagi perusahaan.