bab ii tinjauan pustaka

advertisement
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tinjauan Umum Tentang Laporan Keuangan
2.1.1.
Pengertian Laporan Keuangan
Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu
perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan
kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan
perusahaan tersebut, yang terdiri dari neraca, laporan rugi laba serta laporanlaporan lainnya. Dengan mengadakan analisa terhadap pos-pos neraca akan dapat
diperoleh gambaran tentang posisi keuangan perusahaan, sedangkan analisa
terhadap laporan rugi laba akan memberikan gambaran tentang hasil atau
perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Munawir (2007:2) laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil
dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Laporan keuangan adalah seluruh bentuk laporan keuangan yang dapat
digunakan
untuk
(measurement),
melakukan
evaluasi
penghitungan
(evaluation),
(calculation),
penaksiran
pengukuran
(assesment)
dan
memproyeksikan (projection) keseluruhan aspek-aspek ekonomi perusahaan
secara komprehensif. (Syakur, 2009:22)
18
19
2.1.2. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun
perkembangan
suatu perusahaan antara lain : pemilik perusahaan, manajer
perusahaan, investor, dan juga kreditur.
Pemilik perusahaan sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan
perusahaannya, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang pimpinannya
diserahkan kepada orang lain, karena dengan laporan keuangan tersebut pemilik
perusahaan akan dapat menilai sukses tidaknya manager dalam memimpin
perusahaannya dan kesuksesan seorang manager biasanya diukur dengan laba
yang diperoleh perusahaan. Laporan keuangan diperlukan oleh pemilik
perusahaan untuk menilai hasil-hasil yang telah dicapai masa yang akan datang
sehingga bisa menaksir bagian keuntungan yang akan diterima dan perkembangan
saham yang dimilikinya.
Manager perusahaan, dengan mengetahui posisi keuangan perusahaannya
periode yang baru lalu akan dapat menyusun rencana yang lebih baik,
memperbaiki
sistem
pengawasannya
dan
menentukan
kebijaksanaan-
kebijaksanaannya yang lebih tepat. Bagi manajemen yang penting adalah bahwa
laba yang dicapai cukup tinggi, cara kerja yang efisien, aktiva aman dan terjaga
baik, struktur permodalan sehat dan bahwa perusahaan mempunyai rencana yang
baik mengenai hari depan, baik di bidang keuangan maupun operasi.
Para investor berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan
dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya, apakah perusahaan
mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan atau rate of
20
return yang cukup baik apabila investor menanamkan uangnya di perusahaan
tersebut.
Para kreditur sebelum mengambil keputusan untuk memberikan atau
menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, perlu mengetahui terlebih
dahulu posisi keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Posisi atau keadaan
keuangan
perusahaan peminta kredit akan dapat diketahui melalui penganalisaan
laporan
keuangan perusahaan tersebut. Kreditur di samping untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar utang dan beban-beban bunganya, juga
untuk mengetahui apakah kredit yang akan diberikan itu cukup mendapat jaminan
dari perusahaan tersebut.
Pemerintah
di
mana
perusahaan
tersebut
berdomisili,
sangat
berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan, di samping untuk
menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung perusahaan juga sangat
diperlukan oleh Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Tenaga Kerja untuk dasar perencanaan pemerintah.
2.1.3. Komposisi Laporan keuangan
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut
karakteristik ekonominya. Unsur laporan keuangan yang berkaitan dengan posisi
keuangan adalah aktiva, kewajiban dan modal. Sedangkan unsur laporan
keuangan yang berkaitan dengan pengukuran kinerja perusahaan adalah
penghasilan dan beban. Pengukuran dan pengakuan aktiva, kewajiban, modal,
21
penghasilan dan beban harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi
yang diterima secara umum yang digunakan secara konsisten.
1. Neraca
Neraca merupakan suatu form atau daftar yang disusun berdasarkan
prinsip-prinsip yang diterima secara umum untuk memberikan informasi tentang
posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu (saat disusunnya neraca). Unsur unsur laporan keuangan yang ada dalam neraca dikelompokkan dalam dua posisi,
yaitu posisi harta atau yang disebut aktiva, dan posisi kewajiban dan modal yang
biasa disebut pasiva. Dalam neraca kedua posisi keuangan tersebut harus
dilaporkan secara seimbang. Keseimbangan ini bukan merupakan sesuatu yang
diseimbangkan, melainkan diperoleh dari suatu proses pencatatan transaksitransaksi dan kejadian-kejadian dalam perusahaan yang dilakukan berdasarkan
konsep keseimbangan antara perkiraan-perkiraan yang didebet dengan perkiraanperkiraan yang dikredit.
2.
Laporan Laba Rugi
Laba Rugi merupakan suatu ukuran penting yang sangat diperlukan dalam
analisis keuangan perusahaan. Perhitungan laba rugi sangat diperlukan terkait
dengan analisis untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan aktiva dan
pengukuran tingkat rentabilitas perusahaan, serta pengukuran penghasilan per
lembar saham. Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari analisis kinerja
keuangan perusahaan, investor dan kreditur atau calon investor dan calon kreditur
memutuskan kebijakan terkait dengan investasi atau pemberian kredit kepada
perusahaan.
22
2.1.4. Analisis Rasio Keuangan
Analisa laporan keuangan finansial , khusus memperhatikan kepada
perhitungan
rasio agar dapat mengevaluasi keadaan finansial pada masa yang lalu,
sekarang dan memproyeksikan hasil yang akan datang. Analisis rasio merupakan
bentuk atau cara yang umum digunakan dalam analisis laporan finansial. Dengan
kata lain, diantara alat-alat analisis yang selalu digunakan untuk mengukur
kekuatan
atau kelemahan yang dihadapi perusahaan di bidang keuangan adalah
analisis rasio. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun
absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara faktor yang satu dengan
faktor yang lain dari suatu laporan finansial.
Rasio dapat dihitung berdasarkan finansial statement yang telah tersedia
dari:
1.
Balance sheet atau neraca, yang menunjukkan posisi finansial
perusahaan pada suatu saat tertentu.
2.
Income statement atau rugi-laba yang merupakan laporan operasi
perusahaan selama periode tertentu.
Tujuan dari analisis rasio adalah membantu manajer finansial memahami
apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan berdasarkan informasi yang tersedia
yang sifatnya terbatas berasal dari finansial statement.
Analisis
rasio
membiasakan
pimpinan
membuat
keputusan
atau
pertimbangan tentang apa yang perlu dicapai oleh perusahaan dan bagaimana
prospek yang dihadapi di masa yang akan datang. Fokus dari analisis ini akan
23
berbeda-beda menurut kepentingan khusus dari analyst atau pihak-pihak yang
berkepentingan.
2.1.5. Kegunaan Rasio Keuangan
Analisis rasio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern
perusahaan melainkan juga bagi pihak luar. Dalam hal ini adalah calon investor
atau kreditur yang akan menanamkan dana mereka dalam perusahaan melalui
pasar modal dengan cara membeli saham perusahaan yang go public.
Bagi manajer finansial, dengan menghitung rasio-rasio terttentu akan
memperoleh suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh
perusahaan dibidang finansial, sehingga dapat membuat keputusan-keputusan
yang penting bagi kepentingan perusahaan untuk masa yang akan datang.
Sedangkan bagi investor, atau calon pembeli saham merupakan bahan
pertimbangan apakah menguntungkan untuk membeli saham perusahaan yang
bersangkutan atau tidak.
Untuk mengetahui sejauh mana kondisi finansial perusahaan saat ini,
diperlukan suatu cara evaluasi. Dalam hal ini ada dua tipe evaluasi finansial yang
dapat memberikan gambaran tentang sejauh mana kondisi perusahaan saat ini,
apakah dalam keadaan baik atau buruk, yaitu:
1.
Analisis Trend
Adalah analisis perkembangan rasio finansial perusahaan dalam beberapa
tahun yaitu perbandingan antara suatu rasio saat sekarang dengan rasio yang sama
24
pada waktu yang lampau. Analisis ini sering disebut sebagai analisis historis
(Historical analysis).
2. Norma Industri
Adalah rata-rata rasio yang dihasilkan dari beberapa perusahaan yang
sejenis yang dapat dijadikan pembanding bagi perusahaan yang bersangkutan.
ini disebut sebagai rasio industri. Perbandingan antara rasio perusahaan
Rasio
dengan
rasio industri akan menunjukkan sejauh mana kondisi finansial
perusahaan saat ini.
Kedua tipe evaluasi ini akan memberikan gambaran yang lebih akurat jika
digunakan secara bersama-sama. Sebab, bisa terjadi rasio finansial perusahaan
berada dalam keadaan cukup buruk jika dibandingkan dengan rasio industri, tetapi
dilihat dari analisis historis menunjukkan perkembangan yang baik karena dari
tahun ke tahun rasio finansial perusahaan masih lebih tinggi dibandingkan dengan
rasio industri. Tetapi jika dilihat dari analisis historis menunjukkan penurunan
terus menerus dari tahun ke tahun. Dengan kata lain bila hanya berpegang kepada
satu cara evaluasi saja, kemungkinan kesimpulan menjadi kurang akurat. Namun
demikian sukar untuk mengetahui berapa besarnya rasio industri karena lembaga
yang menyediakan data tentang ini terutama di Indonesia belum ada.
2.2.
Modal
2.2.1. Pengertian Modal
Modal dalam suatu perusahan pada saat ini mempunyai arti yang sangat
besar bagi suatu perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan tuntunan
keberadaan modal semakin besar pula. Menurut Drs. S. Munawir (2004:19) dalam
25
bukunya analisa laporan keuangan, modal adalah hak atau bagian yang dimiliki
oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham),
surplus
dan laba ditahan, atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perushaan
terhadap seluruh utang-utangnya.
Klasifikasi Modal
2.2.2.
1.
Klasifikasi modal digolongkan menjadi 2 bagian yaitu :
Modal menurut bentuknya (modal aktif)
Yaitu modal yang tertera disebelah debet dari neraca, yang menggambarkan
bentuk-bentuk dimana seluruh dana yang diperolah perusahaan ditanamkan.
a. Modal aktif berdasarkan cara dan lamanya perputaran dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu :
1) Aktiva lancar yaitu aktiva yang habis dalam satu kali perputaran dalam
proses produksi dan proses perputarannya adalah jangka waktu yang
pendek (umumnya kurang dari 1 tahun).
2) Aktiva tetap yaitu aktiva yang tahan lama yang tidak atau yang secara
berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi perputarannya
dalam jangka waktu yang panjang (umumnya lebih dari 1 tahun).
b. Modal aktif berdasarkan fungsi bekerjanya aktiva dalam perusahaan
dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Modal kerja (working capital) adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar
(gross working capital) atau kelebihan dari aktiva lancar di atas utang
lancar (net working capital).
26
2) Modal tetap (Fixed Capital Assets) adalah pembiayaan yang dibutuhkan
untuk bagian tertentu yang tetap dari aktiva lancar dalam jangka waktu
tertentu.
2.
Yaitu modal yang tertera di sebelah kredit dari neraca yang menggambarkan
Modal menurut sumber atau asalnya (modal pasif)
sumber-sumber dari mana dana tersebut diperoleh.
a. Modal pasif berdasarkan asalnya dapat di bedakan menjadi 2 yaitu:
1) Modal sendiri adalah berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan,
laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik (modal
saham, modal peserta, dll).
2) Utang adalah modal yang berasal dari kreditur, yang ini merupakan
utang bagi perusahaan yang bersangkutan.
b. Modal pasif berdasarkan lamanya penggunaan, dibedakan menjadi modal
jangka panjang dan modal jangka pendek.
c. Pembagian modal pasif juga didasarkan kepada :
1) Syarat likuiditas yang terdiri dari modal jangka panjang dan modal
jangka pendek.
2) Syarat solvabilitas yang terdiri dari utang dan modal sendiri.
3) Syarat rentabilitas yang terdiri dari modal dengan pendapatan tetap
(modal obligasi) dan modal dengan pendapatan tidak tetap (modal
saham).
27
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa modal di kelompokan
menjadi modal aktif dan modal pasif, dimana modal aktif adalah modal yang
berada
di sebelah debet dari neraca, sedangkan modal pasif adalah modal yang
berada di sebelah kredit dari neraca. Modal aktif menggambarkan bentuk-bentuk
dimana seluruh dana yang diperoleh perusahaan di tanamkan, sedangkan modal
menggambarkan sumber-sumber dana yang di peroleh oleh perusahaan.
pasif
2.2.3. Jenis - Jenis Modal
1.
Utang
Menurut Mamduh M. Hanafi (2004:29) menjelaskan bahwa utang
didefinisikan sebagai pengorbanan ekonomis yang mungkin timbul dimasa
mendatang dari kewajiban organisasi sekarang untuk mentransfer asset atau
memberikan jasa ke pihak lain dimasa mendatang, sebagai akibat transaksi atau
kejadian dimasa lalu.
Prof. Dr. Bambang Riyanto dalam “Dasar – dasar Pembelanjaan
Perusahaan“ (2010:227) mendefinisikan bahwa utang adalah modal yang berasal
dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja diperusahaan, dan bagi
perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan beban, yang pada
saatnya harus di bayar kembali.
Menurut Munawir (2004:18) menjelaskan bahwa utang adalah semua
kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana
utang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari
kreditor.
28
Utang yang muncul karena penundaan pembayaran untuk barang atau jasa
yang telah diterima oleh organisasi merupakan utang dagang, sementara utang
pinjaman
merupakan contoh utang yang timbul karena dana yang dipinjam.
Utang dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
a. Utang jangka pendek (short-term debt)
b. Utang jangka panjang (long-term debt)
a. Utang Jangka Pendek (short-term debt)
Definisi utang jangka pendek menurut Munawir (2004:14) adalah Utang
lancar atau utang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang
pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (1
tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan.
Pendapat lain dikemukakan Haryono Jusuf (1999:230), adalah utang
yang diharapkan akan dibayar dalam jangka waktu satu tahun atau siklus
operasi normal perusahaan, dengan menggunakan aktiva lancar yang ada atau
hasil dari pembentukan kewajiban lancar yang lain.
Munawir (2004 : 18-19) mengatakan bahwa komponen yang dimasukkan
kedalam utang jangka pendek adalah :
1) Utang dagang, adalah utang yang timbul karena adanya pembelian
barang dagangan secara kredit.
2) Utang bank, adalah utang yang timbul karena adanya pemberian
fasilitas kredit dari bank.
29
3) Utang wesel, adalah utang yang disertai janji tertulis (yang diatur
undang-undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu
dimasa yang akan dating.
4) Utang pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun
pajak
karyawan
yang
belum
disetor
ke
kas
Negara/pemerintah.
pendapatan
5) Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, adalah sebagian
(seluruh) utang jangka panjang yang sudah menjadi jangka pendek,
karena harus dilakukan pembayaran.
b. Utang Jangka Panjang (Long-Term Debt)
Utang jangka panjang merupakan utang yang jangka waktunya adalah
panjang, umumnya lebih dari 10 tahun. Menurut Agus Sartono (2008:324)
menjelaskan:
“Utang jangka panjang atau long-term debt adalah satu bentuk
perjanjian antara peminjam dengan kreditur dimana kreditur bersedia
memberikan pinjaman sejumlah tertentu dan peminjam bersedia untuk
membayar secara periodik yang mencakup bunga dan pokok
pinjaman”.
Utang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai
perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena
kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar.
Adapun jenis atau bentuk-bentuk utama dari utang jangka panjang antara
lain:
1) Pinjaman obligasi (bonds-payables)
30
2) Pinjaman hipotik (mortgage)
1)
Obligasi merupakan instrumen utang jangka panjang yang digunakan oleh
pemerintah atau perusahaan untuk mendapatkan dana jangka panjang.
Menurut Keown, et.al. (1999:242) menjelaskan bahwa:
Pinjaman Obligasi
“Obligasi secara sederhana merupakan surat janji sanggup membayar
(promissory note) jangka panjang, yang dikeluarkan oleh si peminjam
dengan janji kepada si pemegangnya pembayaran suatu nilai bunga
tetap setiap tahun yang telah ditentukan sebelumnya”.
Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2010:238) menjelaskan utang
adalah pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang
panjang, untuk mana si debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang
mempunyai nominal tertentu.
Adapun jenis-jenis dari obligasi antara lain adalah:
a)
Obligasi Biasa (Bonds)
Obligasi biasa adalah obligasi yang bunganya tetap dibayar oleh debitur
dalam waktu-waktu tertentu, dengan tidak memandang apakah debitur
memperoleh keuntungan atau tidak. Biasanya coupon (bunga obligasi)
dibayar dua kali setiap tahunnya.
b)
Obligasi Pendapatan (Income Bonds)
Income Bonds adalah jenis obligasi dimana pembayaran bunga hanya
dilakukan
pada
waktu-waktu
debitur
atau
perusahaan
yang
mengeluarkan surat obligasi tersebut mendapatkan keuntungan. Tetapi
31
disini kreditur mempunyai hak kumulatif artinya apabila pada suatu
tahun perusahaan menderita kerugian sehingga tidak dibayarkan bunga,
dan apabila di tahun kemudiannya perusahaan mendapat keuntungan,
maka kreditur tersebut berhak untuk menuntut bunga dari tahun yang
tidak dibayar itu.
c)
Obligasi yang dapat ditukarkan (convertible-bonds)
Convertible Bonds adalah obligasi yang memberikan kesempatan
kepada pemegang surat obligasi tersebut untuk pada suatu saat tertentu
menukarkannya dengan saham dari perusahaan yang bersangkutan.
Dengan demikian jenis obligasi ini memungkinkan pemegangnya untuk
mengubah statusnya, yaitu dari kreditur menjadi pemilik.
2)
Pinjaman Hipotik (Mortgage)
Pinjaman hipotik merupakan pinjaman jangka panjang dimana pemberi
uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak.
Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2002:416) menyebutkan
bahwa hipotik merupakan bentuk utang jangka panjang dengan agunan
aktiva tidak bergerak (tanah, bangunan). Dalam perjanjian kreditnya
disebutkan secara jelas aktiva apa yang dipergunakan sebagai agunan.
Jadi mortgage atau pinjaman hipotik merupakan utang jangka panjang
yang dijamin oleh sekelompok assets. Dengan demikian seandainya
debitur atau peminjam tidak mampu membayar kembali utang dan
bunganya, kreditur dapat memaksa perusahaan untuk menjual asset yang
32
dijadikan jaminan tersebut, dan dari hasil penjualannya dapat digunakan
untuk menutup tagihannya.
2.
Modal Sendiri
Menurut Keown, et.al. (2004:37) yang dialihbahasakan oleh Haryandini,
menjelaskan
bahwa ekuitas merupakan investasi pemegang saham pada
perusahaan
dan laba kumulatif yang ditahan didalam bisnis sampai tiba waktu
neraca laba rugi dikeluarkan.
Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2010:240) menjelaskan modal
sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan
yang tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya.
Oleh karena itu modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan
dana jangka panjang yang tidak tertentu waktunya. Modal sendiri selain berasal
dari luar perusahaan dapat juga berasal dari dalam perusahaan sendiri.
Modal sendiri yang berasal dari sumber intern ialah dalam bentuk
keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan itu, yaitu berupa keuntungan yang
ditahan (retained net profit) dan penyusutan (depretiations). Sedangkan modal
sendiri yang berasal dari sumber ekstern ialah modal yang berasal dari pemilik
perusahaan.
Modal sendiri dalam suatu perusahaan Perseroan Terbatas, terdiri dari:
a.
Modal saham
Saham merupakan tanda bukti penyertaan/penyetoran modal pada suatu
perusahaan atau Perseroan Terbatas (PT). Modal saham menduduki urutan
33
sesudah utang dalam hal klaim terhadap asset perusahaan, atau dengan kata lain
memiliki klaim terhadap sisa perusahaan. Dari sudut pandang perusahaan, modal
saham
mencerminkan
pihak
yang
menaggung
risiko
perusahaan
dan
ketidakpastian yang diakibatkan oleh kegiatan perusahaan, dan memperoleh
imbalan sebagai konsekuensinya. Imbalan tersebut berupa kenaikan harga saham
dan dividen yang dibayarkan. Adapun jenis-jenis dari saham adalah sebagai
berikut:
1) Saham biasa (common stock), pemegang saham biasa akan mendapat
pada akhir tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut
mendapatkan keuntungan, dan kalau perusahaan mengalami keruguian,
maka pemegang saham tidak akan mendapat dividen.
2) Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memberikan
dividen yang tetap besarnya. Pemegang saham preferen mempunyai
beberapa preferensi tertentu diatas pemegang saham biasa, yaitu
terutama dalam hal pembagian dividend dan pembagian kekayaan
perusahaan.
3) Saham kumulatif preferen (cumulative preferred stock), yaitu saham
preferen yang memberikan dividen yang kumulatif. Artinya apabila
pada tahun lalu perusahaan rugi, maka besarnya dividen akan ditunda
untuk dibayarkan keseluruhannya pada tahun ini.
2.
Cadangan
Cadangan disini dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari
keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau
34
atau dari tahun yang berjalan (reserve that are surplus). Cadangan yang termasuk
modal sendiri antara lain:
1) Cadangan ekspansi
2) Cadangan modal kerja
3) Cadangan selisih kurs
3.
4) Cadangan untuk menapung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak
diduga sebelumnya (cadangan umum).
Laba ditahan
Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian
dibagikan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Apabila
penahanan keuntungan tersebut sudah dengan tujuan tertentu, maka dibentuklah
cadangan sebagaimana disebutkan diatas. Tapi apabila perusahaan belum
mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut, maka
keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan (retained earning).
2.3.
Struktur Modal dan Leverage
2.3.1. Struktur Modal
1.
Pengertian Struktur Modal
Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting dalam
pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan karena harus
memaksimalkan profit bagi kepentingan modal sendiri dan keuntungan yang
diperoleh harus lebih besar dari pada biaya modal sebagai akibat dari penggunaan
35
struktur modal tertentu. Ada beberapa pengertian atau definisi dari struktur modal
oleh beberapa ahli yang menuangkannya dalam buku mereka, diantaranya adalah:
Menurut Sawir (2005:10), struktur modal adalah pendanaan permanen
yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang
saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal
disetor
atau surplus, modal dan akumulasi ditahan.Struktur modal merupakan
dari struktur keuangan.
bagian
Menurut Weston dan Brigham (2005:150), struktur modal yang
ditargetkan adalah bauran atau perpaduan dari utang, saham preferen, saham biasa
yang dikehenhaki perusahaan dalam struktur modalnya. Struktur modal yang
optimal adalah gabungan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan.
Dapat disimpulkan bahwa konsep struktur modal merupakan suatu konsep
yang membicarakan komposisi bagaimana suatu perusahaan dikenal baik dengan
modal sendiri maupun dengan modal pinjaman. Suatu perusahaan yang dalam
memenuhi kebutuhan dananya lebih mengutamakan pemenuhan dana yang
bersumber dari dalam perusahaan, maka akan mengurangi ketergantungan dari
pihak luar, tetapi jika kebutuhan dananya semakin besar karena pertumbuhan
perusahaan sedangkan modal
sendiri terbatas, maka perusahaan dapat
menggunakan utang yang berasal dari luar perusahaan.
Penggunaan dari masing-masing jenis modal tersebut memiliki pengaruh
yang berbeda terhadap laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Penggunaan modal
sendiri yang komposisinya berupa pembayaran deviden diambil dari keuntungan
setelah pajak, sehingga tidak mengurangi pembayaran pajak. Sedangkan
36
penggunaan utang akan menurunkan keuntungan perusahaan sebab harus
membayar bunga dimana bunga sebagai pengurang laba. Selain itu, bunga juga
dimanfaatkan
sebagai pengurang pajak yang harus di tanggung oleh perusahaan.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal
Menurut Sutrisno (2001:307-308) struktur modal dipengaruhi oleh
beberapa
faktor utama, antara lain:
a. Persesuaian atau Suitability
Merupakan persesuaian antara cara pemenuhan dana dengan jangka waktu
kebutuhannya. Bila yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan berjangka
pendek bila dibelanjai dengan utang, obligasi atau dengan mengeluarkan
modal sendiri kurang sesuai. Sebaliknya cara pemenuhan dana disesuaikan
dengan jangka waktu kebutuhannya, artinya bila kebutuhan dana
berjangka pendek maka sebaiknya dipenuhi sumber dana jangka pendek
dan bila kebutuhan dana jangka panjang sebaiknya dipenuhi sumber dana
jangka panjang.
b. Pengawasan atau Control
Pengendalian atau pengawasan perusahaan ada di tangan para pemegang
saham.Manajemen perusahaan mengemban tugas untuk menjalankan hasil
keputusan pemegang saham. Biasanya sebuah perusahaan dimiliki oleh
beberapa pemegang saham sehingga bila diperlukan tambahan dana perlu
dipertimbangkan apakah tugas pengawasan dari pemilik lama tidak akan
terkurangi. Oleh sebab itu dengan pertimbangan tersebut, biasanya pemilik
37
lama lebih menginginkan mengeluarkan obligasi dibanding dengan
menambah saham.
c. Laba/ Earning per Share
Memilih sumber dana apakah dari saham atau utang, secara finansial
harusnya bisa menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham lebih
besar.
d. Tingkat Risiko/ Riskness
Utang merupakan sumber dana yang mempunyai risiko tinggi sebab
bunganya tetap harus dibayarkan baik pada saat perusahaan mendapatkan
laba maupun dalam kondisi merugi. Oleh karena itu semakin besar
penggunaan dana dari utang mengindikasikan perusahaan mempunyai
tingkat risiko yang lebih besar.
Menurut Brigham (2006:6), ada empat faktor yang mempengaruhi
keputusan struktur modal, yaitu:
a. Risiko Bisnis
Yakni risiko yang melekat pada operasi perusahaan apabila perusahaan
tidak menggunakan utang, makin besar risiko bisnis perusahaan maka
makin rendah rasio utang yang optimal.
b. Posisi Pajak Perusahaan
Yakni dalam menggunakan utang maka biaya bunga dapat dikurangkan
dalam perhitungan pajak sehingga menurunkan biaya utang yang
sesungguhnya.
38
c. Fleksibilitas Keuangan
Yakni kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang
wajar dalam keadaan yang memburuk, para manajer dana perusahaan
mengetahui bahwa modal yang kuat diperlukan untuk operasi yang stabil
dan pemilik modal lebih suka menanamkan modalnya pada perusahaan
dengan posisi neraca yang baik bila keadaan perekonomian stabil.
d. Konservatisme atau Agresivitas Manajemen
Yakni ada sebagian manajer lebih agresif dari yang lain, sehingga sebagian
perusahaan lebih cenderung menggunakan utang untuk meningkatkan laba,
dimana hal ini tidak mempengaruhi struktur modal yang optimal, tetapi
akan mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan.
3.
Struktur Modal yang Optimal
Suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan
pemenuhan dengan sumber dari dalam perusahaan, maka akan sangat mengurangi
ketergantungannya kepada pihak luar. Jika kebutuhan dana sudah sedemikian
meningkatnya karena pertumbuhan dan dana dari sumber intern sudah digunakan
semua, maka tidak ada pilihan lain selain menggunakan dana yang berasal dari
luar perusahaan baik dari utang (debt financing) maupun dengan mengeluarkan
saham baru (external equity financing) dalam memenuhi kebutuhan akan dananya.
Pemenuhan kebutuhan dana dari sumber ekstern tersebut lebih
mengutamakan pada utang saja, maka ketergantungan perusahaan pada pihak luar
akan makin besar dan resiko financial akan semakin besar. Sebaliknya, jika
39
perusahaan hanya mendasarkan pada saham saja, biayanya akan sangat mahal.
Oleh karena itu, perlu diusahakan adanya keseimbangan yang optimal antara
kedua
sumber tersebut. Struktur modal yang optimum adalah struktur modal yang
dapat meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata (average cost of
capital).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa struktur modal yang
optimal
adalah struktur modal yang menyeimbangkan antara resiko dan
keuntungan perusahaan, dengan demikian penggunaan utang dalam struktur
modal meningkatkan resiko perusahaan, tetapi juga meningkatkan keuntungan
perusahaan.
2.3.2. Leverage
1. Pengertian Leverage
Menurut Agus Sartono (2008:257) leverage adalah penggunaan assets dan
sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan
maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham.
Perusahaan menggunakan leverage dengan tujuan agar keuntungan yang
diperoleh lebih besar daripada biaya assets dan sumber dananya, dengan demikian
akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Sebaliknya leverage juga
meningkatkan risiko keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan
keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage
akan menurunkan keuntungan pemegang saham.
40
Salah satu rasio solvabilitas (leverage) yang biasa digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya adalah
Debt
to Total Asset Ratio (DAR).
2. Debt to Total Asset Ratio
Menurut Handono Mardiyanto dalam bukunya Intisari Manajemen
Keuangan, menjelaskan bahwa penggunaan utang pada prinsipnya akan
menguntungkan apabila perusahaan mampu memperoleh tingkat pengembalian
investasi yang melebihi tingkat bunga yang harus dibayarkan. Namun, hal tersebut
bergantung pada kondisi ekonomi yang akan terjadi. Apabila kondisi ekonomi
mendatang membaik, tingkat pengembalian investasi juga cenderung meningkat
sehingga perusahaan yang berutang akan mampu membayar bunga dan pokok
pinjamannya. Sebaliknya, jika ekonomi mendatang memburuk, perusahaan akan
menderita kerugian besar, karena di tengah turunnya pendapatan, perusahaan juga
harus membayar sejumlah beban tetap dari utangnya (beban bunga).
Diperlukan kehati-hatian dalam menafsirkan angka rasio utang. Angka
rasio utang yang tinggi mengandung dua sisi sekaligus, yakni kemungkinan
menguntungkan jika kondisi ekonomi membaik dan kemungkinan merugikan jika
ekonomi memburuk. Dengan demikian, tingginya Debt Ratio selain dapat
meningkatkan keuntungan tapi juga mengisyaratkan tingginya risiko keuangan
(risiko gagal bayar) bagi suatu perusahaan (Mardiyanto,H , 2009:59).
Sebagai salah satu rasio solvabilitas, Debt to Asset Ratio (DAR) sering
digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai
dengan total utang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah utang
41
yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
2.3.3. Times Interest Earned
Rasio ini merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga.
ini untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini juga diartikan
Rasio
sebagai alat ukur untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar biaya
bunga, sama seperti coverage ratio.
Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar kemungkinan perusahaan
dapat bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambahan
pinjaman baru dari kreditor. Demikian pula sebaliknya apabila rasionya rendah
semakin rendah pula kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya
lainnya.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
2.3.4. Konsep Efektivitas
Pengertian efektivitas umumnya menunjukkan taraf tercapainya hasil,
senantiasa pula dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada
perbedaan diantara keduanya. Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai,
sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil yang
dicapai itu dengan membandingkan antara input dan output nya.
42
Efektif (effective) dan efisien (efficient) merupakan dua istilah yang saling
berkaitan dan patut dihayati dalam upaya untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
Tentang arti dari efektif maupun efisien terdapat beberapa pendapat.
Menurut Barnard dalam Prawirosentono (1999:27) menjelaskan bahwa arti efektif
dan efisien adalah bila suatu tujuan tertentu akhirnya dapat dicapai, kita boleh
mengatakan
bahwa kegiatan tersebut adalah efektif. Tetapi bila akibat-akibat yang
dicari dari kegiatan mempunyai nilai yang lebih penting dibandingkan
tidak
dengan hasil yang dicapai, sehingga mengakibatkan ketidak puasan walaupun
efektif, hal ini disebut tidak efisien. Sebaliknya bila akibat yang tidak dicari-cari,
tidak penting atau remeh, maka kegiatan tersebut efisien.Sehubungan dengan itu,
kita dapat mengatakan sesuatu efektif bila mencapai tujuan tertentu. Dikatakan
efisien bila hal itu memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan (terlepas
apakah efektif atau tidak).
Efisien tetapi tidak efektif berarti baik dalam memanfaatkan sumberdaya
(input), tetapi tidak mencapai sasaran. Sebaliknya, efektif tetapi tidak efisien
berarti dalam mencapai sasaran menggunakan sumber daya berlebihan atau lazim
dikatakan ekonomi biaya tinggi. Efisien harus selalu bersifat kuantitatif dan dapat
diukur (measurable), sedangkan efektif mengandung pula pengertian kualitatif.
Efisien dalam menggunakan input akan menghasilkan produktifitas yang tinggi,
yang merupakan tujuan dari setiap perusahaan. Anggapan tentang efisiensi yang
selalu diartikan sebagai penghematan akan menjadi permasalahan, karena bisa
mengganggu operasi, yang juga akan mempengaruhi hasil output. Secara
sederhana, dapat dikatakan bahwa efektivitas kerja berarti penyelesaian pekerjaan
43
tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya apakah pelaksanaan suatu tugas
dinilai baik atau tidak sangat tergantung pada bilamana tugas itu diselesaikan dan
tidak,
terutama menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakannya dan
berapa biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan tersebut.
Gibson, dkk (1984:25) menyimpulkan kriteria efektivitas suatu operasional
kedalam tiga indikator yang didasarkan pada jangka waktu, yaitu :
organisasi
1.
Efektivitas jangka pendek, meliputi produksi (production), efesiensi
(efficiency), dan kepuasan (satisfaction);
2.
Efektivitas jangka menengah, meliputi : kemampuan menyesuaikan
diri (adaptiveness) dan mengembangkan diri (development);
3.
2.4.
Efektivitas jangka panjang : keberlangsungan / hidup terus.
Tinjauan Umum Tentang Rentabilitas/Profitabilitas
2.4.1. Pengertian Profitabilitas
Menurut Bambang Riyanto (2010:35) profitabilitas adalah kemampuan
suatu perusahaan memperoleh laba selama periode tertentu, dengan kata lain
rentabiliyas menunjukkan perbandingan anatara laba dengan aktiva atau modal
yang menghasilkan laba tersebut. Sedangkan menurut Sutrisno (2001:18)
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan semua modal yang bekerja di dalamnya.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah
ukuran keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal
yang bekerja di dalamnya.
44
2.4.2. Arti Penting Profitabilitas
Menurut Sutrisno (2003:19) profitabilitas merupakan kriteria penilaian
hasil pelaksanaan operasi yang di anggap valid. Efektivitas operasi perusahaan
untuk menentukan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya, menarik minat para calon kreditur dengan memberikan balas jasa yang
cukup jumlahnya.
Masalah profitabilitas pada umumnya adalah lebih penting daripada
masalah laba, karena laba yang besar saja bukanlah merupakan ukuran bahwa
perusahaan itu lebih bekerja secara efisien. Efisiensi perusahaan baru dapat
diketahui dengan membandingkan laba tersebut atau dengan kata lain menghitung
profitabilitasnya, dengan demikian harus diperhatikan bahwa perusahaan tidak
hanya memperbesar laba saja, tetapi lebih penting lagi adalah usaha untuk
memaksimalkan profitabilitasnya.
2.4.3. Klasifikasi Rentabilitas/Profitabilitas
Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan
modal didalam suatu perusahaan. Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan
perbandingan antara laba dengan modal yang menghasilkan laba tersebut. Cara
untuk menilai rentabilitas perusahaan bermacam-macam tergantung pada laba dan
aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya.
Rentabilitas diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu :
1.
Rentabilitas Ekonomi (Return On Asset)
Rentabilitas ekonomi (ROA) adalah perbandingan antara laba usaha
dengan modal sendiri dan utang yang dipergunakan untuk menghasilkan laba
45
tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Sutrisno (2003:18) Rentabilitas
ekonomi adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan semua
modal.
Berdasarkan definisi diatas maka disimpulkan bahwa ROA adalah
kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk
menghasikan laba.
2.
Rentabilitas Modal Sendiri (Return On Equity)
Menurut Bambang Riyanto (2010:44) rentabilitas modal sendiri (ROE)
adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri
di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di
lain pihak. Sedangkan menurut Sutrisno (2003:18) rentabilitas modal sendiri
adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan modal tersebut.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa ROE
merupakan ukuran tentang kemampauan perusahaan dengan modal sendiri yang
bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan.
2.4.4. Mengukur Rentabilitas/Profitabilitas
Rentabilitas/profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan
antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Rumusnya adalah sebagai berikut :
46
Cara menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam
tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan
satu dengan lainnya. Laba yang akan diperbandingkan apakah itu laba yang
berasal dari operasi atau usaha, atau neto sesudah pajak dengan aktiva operasi,
atau laba neto sesudah pajak diperbandingkan dengan keseluruhan aktiva
”tangible”,
ataukah yang akan diperbandingkan itu laba neto sesudah pajak
dengan
jumlah modal sendiri. Bermacam-macamnya cara dalam penilaian
rentabilitas suatu perusahaan, maka tidak mengherankan kalau ada beberapa
perusahaan yang berbeda-beda dalam cara menghitung rentabilitasnya, yang
terpenting ialah rentabilitas mana yang akan digunakan sebagai alat pengukur
efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkutan.
1.
Mengukur Rentabilitas Ekonomi (ROA)
Modal yang diperhitungkan untuk menghitung ROA hanyalah modal yang
bekerja di dalam perusahaan (operating capital / assets), dengan demikian maka
modal yang ditanamkan dalam perusahaan lain atau modal yang ditanamkan
dalam efek (kecuali perusahaan-perusahaan kredit) tidak diperhitungkan dalam
menghitung ROA. Demikian pula laba yang diperhitungkan untuk menghitung
ROA hanyalah laba yang berasal dari laba yang berasal dari operasi perusahaan,
yaitu yang disebut laba usaha (net operating income). Dengan demikian maka
laba yang diperoleh dari usaha-usaha di luar perusahaan atau dari efek (misalnya
deviden, coupon dan lain-lain) tidak diperhitungkan dalam menghitung ROA.
ROA dirumuskan sebagai berikut :
47
2.
Mengukur Rentabilitas Modal Sendiri (ROE)
Rentabilitas modal sendiri (ROE) merupakan kemampuan perusahaan
dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan.
Laba yang diperhitumgkan untuk menghitung ROE adalah laba usaha setelah
dikurangi dengan bunga utang dan pajak perseroan atau income tax, (EAT =
Earning After Tax). Modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang
bekerja di dalam perusahaan. Rumus ROE adalah sebagai berikut :
2.4.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Profitabilitas
Faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya ROA / earning power
adalah :
1. Profit margin, yaitu perbandingan antara laba bersih sesudah pajak (net
operating income) dengan penjualan bersih (net sales), perbandingannya
dinyatakan dalam persentase.
Net Operating Income
Profit margin =
x 100%
Net Sales
48
Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa profit margin ialah selisih
biaya administrasi + biaya penjualan + biaya umum), selisih mana
dinyatakan dalam persentase dari net sales.
2. Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha), yaitu
antara net sales dengan operating expenses, (Harga pokok penjualan +
kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu.
Turnover tersebut dapat ditentukan dengan membagi net sales dengan
operating assets.
Net Sales
Turnover of Operating Assets =
Operating Assets
Berdasarkan uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa profit margin
dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar
kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan sales, sedangkan turnover of
operating assets dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan
melihat kepada kecepatan perputaran operating assets dalam suatu periode
tertentu. Hasil akhir dari percampuran kedua efisiensi profit margin dan turnover
of operating assets menentukan tinggi rendahnya earning power. Oleh karena itu
makin tinggi tingkat profit margin atau turnover of operating assets masingmasing atau kedua-duanya akan mengakibatkan naiknya earning power.
Hubungan antara profit margin dan turnover of operating assets dapatlah
digambarkan sebagai berikut :
49
Profit Margin x Turnover of Operating Assets = Earning power / ROI
Atau
Net Operating Income
Net Sales
x
Net Sales
= Net Operating Income
Operating assets
Net Operating Assets
2.4.6. Hubungan Struktur Modal Terhadap Profitabilitas
Besarnya rentabilitas modal sendiri (ROE) selain dipengaruhi oleh
rentabilitas ekonomi (ROA) juga dipengaruhi oleh struktur modal. Pengaruh
rentabilitas ekonomi terhadap rentabilitas modal sendiri selalu positif, artinya
makin besar rentabilitas ekonomi selalu mengakibatkan makin besarnya
rentabilitas modal sendiri (ceteris paribus), yaitu kalau faktor-faktor lainnya tetap
tidak berubah, misalnya tingkat bunga, tingkat pajak dan rasio utang-modal
sendiri.
Berbeda halnya dengan pengaruh struktur modal terhadap ROE. Pengaruh
struktur modal terhadap ROE dapat positif, dapat negatif ataupun tidak dapat
mempunyai pengaruh sama sekali. Pengaruh positif, artinya makin besar rasio ini
mengakibatkan makin besarnya rentabilitas modal sendiri. Hal ini akan terjadi
kalau rentabilitas ekonomi lebih besar daripada tingkat bunga. Pengaruh negatif
terjadi dalam keadaan ekonomi yang sebaliknya, yaitu dalam keadaan rentabilitas
ekonomi lebih kecil daripada tingkat bunga. Contoh tersebut ialah dalam keadaan
ekonomi yang buruk atau sangat buruk.
50
Menurut Bambang Riyanto (2010:44) pengaruh dari penambahan utang
atau modal sendiri terhadap rentabilitas modal sendiri yaitu :
a) Membandingkan besarnya rate of return atas utang dengan besarnya tingkat
bunga. Ditinjau dari kepentingan modal sendiri atau pemilik perusahaan,
penambahan utang hanya dapat diperkenankan kalau penambahan tersebut
mempunyai efek finansial yang menguntungkan (favorable financial leverage)
terhadap
rentabilitas modal sendiri. Penambahan utang hanya akan
memberikan efek yang menguntungkan terhadap rentabilitas modal sendiri
apabila rate of return daripada tambahan modal (utang) tersebut lebih besar
daripada biaya modal atau bunganya. Sebaliknya penambahan utang akan
memberikan efek finansial yang merugikan (unfavorable financial leverage)
terhadap rentabilitas modal sendiri apabila rate of return daripada tambahan
utang tersebut lebih kecil daripada bunganya.
b) Penambahan antara besarnya rentabilitas modal sendiri unleverage dengan
rentabilitas
modal
sendiri
ber-leverage.
Penambahan
utang
akan
menguntungkan apabila rentabilitas modal sendiri dengan penambahan utang
lebih besar daripada rentabilitas modal sendiri dengan penambahan modal
sendiri (tanpa penambahan utang). Sebaliknya, bila rentabilitas modal sendiri
dengan penambahan utang lebih kecil dari pada rentabilitas modal sendiri
dengan penambahan modal sendiri (tanpa penambahan utang) maka
penambahan utang tersebut membawa dampak yang negatif bagi perusahaan.
Download