SUMBER HUKUM INTERNASIONAL AGIS ARDHIANSYAH,SH,LL.M MATERIAL ISI PEDOMAN PEMBENTUKAN HUKUM PRINSIP2 YG MENENTUKAN ISI KETENTUAN HUKUM INTERNASIONAL YANG BERLAKU SUMBER HUKUM INTERNASIONAL FORMAL KOSENSUS/ KESEPAKATAN PERJANJIAN INTERNASIONAL HUKUM KEBIASAAN INTERNAIONAL PRIMER PRINSIP2 UMUM DOKTRIN PENDAPAT SARJANA PUTUSAN ORGANISASI INTERNASIONAL YURISPRUDENSI SEKUNDER SUMBER HUKUM INTERNASIONAL FORMAL MEMBAHAS MENGENAI HUKUM MENURUT BENTUK YG DIMILIKINYA KETERIKATAN SUBYEK HUKUM MUNCUL SETELAH KAIDAH HUKUM TERBENTUK BENTUK HUKUM DINYATAKAN SCR TEGAS PERJANJIAN INTERNASIONAL PRIMER HUKUM KEBIASAAN INTERNAIONAL PRINSIP2 HUKUM UMUM TERTULIS PERJANJIAN KESEPAKATAN DINYATAKAN TIDAK SCR TEGAS PRAKTEK2 YG SERAGAM OLEH NEGARA2 1. PERJANJIAN INTERNASIONAL SUATU PERSETUJUAN ANTARA SUBYEK HUKUM INTERNASIONAL PENGERTIAN KONVENSI WINA 1969 KONVENSI WINA 1986 TUNDUK PADA HUKUM INTERNASIONAL DALAM BENTUK TERTULIS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2000 MENCIPTAKAN HAK & KEWAJIBAN DI BIDANG HUKUM PUBLIK UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1999 JENIS PERJANJIAN INTERNASIONAL 2 PESERTA BERDASARKAN JUMLAH PESERTA BILATERAL PERISTILAHAN KONVENSI LEBIH DARI 2 PESERTA TREATY MULTILATERAL DEKLARASI PROTOCOL 2 TAHAP PERUNDINGAN STATUTA KOVENAN PENANDATANGANAN BERDASARKAN TAHAP PEMBUATAN KESEPAKATAN PERUNDINGAN 3 TAHAP PENANDATANGANAN RATIFIKASI PEMBUATAN PERJANJIAN INTERNASIONAL FUNGSI FREE CONSENT IUS COGENS BERSIFAT IMPERATIF/ MEMAKSA GOOD FAITH PACTA SUNT SERVANDA PEMBATAS KEHENDAK BEBAS NEGARA PENGAKUAN PRANATA ILEGALITAS OBYEKTIF PEMBENTUK SISTEM H.I VERTIKAL PEMBERLAKUAN PERJANJIAN INTERNASIONAL KE DALAM HUKUM NASIONAL PEMBERLAKUAN HUKUM INTERNASIONAL HUKUM NASIONAL ALIRAN MONISME ALIRAN DUALISME H.I. DAN H.N. MERUPAKAN SATU KESATUAN SISTEM HUKUM H.I. DAN H.N. MERUPAKAN DUA SISTEM HUKUM YG BERBEDA PEMBERLAKUAN PERJANJIAN INTERNASIONAL KE DALAM HUKUM NASIONAL ALIRAN MONISME ALIRAN DUALISME H.I. DAN H.N. MERUPAKAN SATU KESATUAN SISTEM HUKUM H.I. DAN H.N. MERUPAKAN DUA SISTEM HUKUM YG BERBEDA H.I. MENGATUR INDIVIDU SCR KOLEKTIF, H.N MENGATUR INDIVIDU SCR PERORANGAN SUBYEK H.I. ADALAH NEGARA SUBYEK H.I. ADALAH NEGARA, ORGANISASI INTERNASIONAL , BELLIGERENT DAN INDIVIDU DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT YG BERADAB MUTLAK DIPERLUKAN HUKUM TIDAK TERKECUALI MASYARAKAT INTERNASIONAL PRIMAT HUKUM NASIONAL ANTARA H.I DAN H.N BERBEDA STRUKTUR ORGANISASINYA PRIMAT HUKUM INTERNASIONAL H.N. BERSUMBER PADA KEMAUAN NEGARA;H.I. BERSUMBER PADA KEMAUAN BERSAMA NEGARA NEGARA HUBUNGAN HUKUM NASIONAL NEGARA HUKUM NASIONAL HUKUM NASIONAL APAKAH MUNGKIN ? APAKAH TIDAK AKAN TERJADI CHAOS ? HUKUM INTERNASIONAL PEMBERLAKUAN PERJANJIAN INTERNASIONAL KE DALAM HUKUM NASIONAL PERUNDINGAN PERJANJIAN INTERNASIONAL 2 TAHAP MENGIKAT PARA PIHAK/PESERTA PERJANJIAN PENANDATANGANAN PERUNDINGAN PERJANJIAN INTERNASIONAL 3 TAHAP PEMERINTAH PENANDATANGANAN RATIFIKASI UNDANG-UNDANG KEPPRES MENGIKAT WARGA NEGARA Perjanjian Internasional diratifikasi/disahkan Undang-Undang/ Keppres Pernyataan kesepakatan suatu Negara ditempatkan mengikat Warga Negara Lembaran Negara CONTOH PRAKTEK INDONESIA DALAM PENGESAHAN PERJANJIAN INTERNASIONAL UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 1985 Pengesahan UNCLOS 1982 HUKUM KEBIASAAN INTERNASIONAL HUKUM DIPATUHI KEBIASAAN INTERNASIONAL PRAKTEK NEGARA2 DALAM WAKTU LAMA HUKUM KEBIASAAN INTERNASIONAL PERJANJIAN INTERNASIONAL SERAGAM/SAMA DALAM WAKTU SINGKAT “KESEPAKATAN” PRAKTEK YG UMUM DILAKUKAN KESEPAKATAN TDK TEGAS DIBUAT TERTULIS UNTUK MENJADI TEGAS KEBIASAAN INTERNASIONAL PRAKTEK2 NEGARA YG SERAGAM PERJANJIAN INTERNASIONAL PENGKODIFIKASIAN KONVENSI JENEWA 1949 KONVENSI WINA 1969 HUKUM PERANG PEMBUATAN PERJANJIAN INTERNASIONAL PRAKTEK INDONESIA KONVENSI WINA 1969 KONVENSI WINA 1986 Materi muatan = Hukum Kebiasaan Internasional tidakdiratifikasi oleh Indonesia mengadopsi UNDANG-UNDANG NO. 24 TAHUN 2000 90% materi muatan PERJANJIAN INTERNASIONAL PRIMER HUKUM KEBIASAAN INTERNAIONAL PRINSIP2 UMUM SUMBER HUKUM INTERNASIONAL (FORMAL) DOKTRIN/PENDAPAT UMUM PAKAR SEKUNDER PUTUSAN ORGANISASI INTERNASIONAL YURISPRUDENSI/PUTUSAN HAKIM PERJANJIAN INTERNASIONAL HUKUM KEBIASAAN INTERNAIONAL STATUTA MAHKAMAH INTERNASIONAL (ICJ) PRIMER PRINSIP2 UMUM PASAL 38 AYAT 1 AJARAN PAKAR HUKUM SEKUNDER PUTUSAN HAKIM SUMBER HUKUM YG DIPAKAI MAHKAMAH DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PENDAPAT LEX FERENDA SEORANG PENDAPAT PAKAR/ SARJANA HANS KELSEN AJARAN TTG HUKUM YG SEHARUSNYA AHLI/PAKAR MEMILIKI KEMAMPUAN YANG TINGGI DALAM PENGETAHUAN ILMU HUKUM GROTIUS J.G.STARKE PENDAPAT PAKAR PENDAPAT PRIBADI TIDAK MEMILIKI KEKUATAN MENGIKAT DOKTRIN DIIKUTI AJARAN ADA PENGIKUT DIPRATEKKAN NEGARANEGARA HAKIM KEBIASAAN INTERNSIONAL PUTUSAN HAKIM/PENGADILAN SUMBER HUKUM (FORMAL) MEMILIKI KEKUATAN MENGIKAT