11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Dari semua pengetahuan dan keterampilan yang kita miliki, pengetahuan dan keterampilan yang menyangkut komunikasi termasuk di antara yang paling penting dan berguna. Melalui komunikasi intrapribadi kita berbicara dengan diri sendiri, mengenal diri sendiri, mengevaluasi diri, mempertimbangkan keputusan-keputusan yang akan diambil dan menyiapkan pesan-pesan yang akan kita sampaikan kepada orang lain. Melalui komunikasi antar pribadi kita berinteraksi dengan orang lain, mengenal mereka dan diri kita sendiri, dan mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain, apakah kepada pimpinan, rekan kerja, teman seprofesi, kekasih atau anggota keluarga. Melalui komunikasi antar pribadilah kita membina, memelihara, kadang-kadang merusak (dan ada kalanya memperbaiki) hubungan pribadi kita. Dewasa ini masyarakat semakin menyadari akan pentingnya komunikasi. Kehidupan akan tampak hampa tanpa adanya komunikasi, interaksi antara manusia, individu, kelompok maupun organisasi atau perusahaan tidak akan mungkin dapat terjadi. Perusahaan dalam menjalankan programnya membutuhkan adanya suatu komunikasi yang 12 baik dan tepat sasaran, agar tujuan dari program perusahaan dapat tercapai dengan maksimal. Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang, jumlahnya sebanyak orang yang mendefinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise). Tindakan tersebut terjadi dalam suatu konteks tertentu yang mempunyai pengaruh tertetu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Pada awalnya komunikasi dikonsepsikan sebagai sebuah proses pengoperan lambang bermakna dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai proses pengalihan pesan dari komunikator kepada komunikan.Shannon & Weaver 1 menyatakan bahwa “komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya sengaja ataun tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Menurut Everret M Rogers, “komunikasi merupakan proses suatu ide dialihkan dari satu sumber ke sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah perilaku mereka. Selain komunikasi memiliki efek, ternyata komunikasi juga terbagi menjadi dua yaitu, komunikasi keluar (eksternal) dan komunikasi ke dalam 1 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hal.62 13 (internal). Komunikasi eksternal adalah komunikasi antar lembaga dengan khalayak diluar organisasi atau perusahaan. Komunikasi eksternal dilakukan menurut kelompok sasaran berdasarkan hubungan yang harus dibina , yakni pada: 1. Hubungan dengan lingkungan (Community Relations) 2. Hubungan dengan pemerintah (Government Relations) 3. Hubungan dengan pers (Press Relations) 4. Hubungan dengan konsumen (Customer Relations) 5. Hubungan dengan pesaing (Competitor Relations) Pendekatan terhadap khalayak di luar ini berbeda dengan cara yang dilakukan kepada publik internal. Di dalam menjalankan fungsi manajemen yang diemban head teller yang menjalankan fungsi public relations, pertama-tama harus disesuaikan guna mencapai hasil yang diharapkan. Salah satu tujuan head teller adalah mempererat hubungan dengan orang-orang atau instansi-instansi di luar organisasi, demi terciptanya opini nasabah yang menguntungan organisasi tersebut. Tugasnya adalah mengadakan komunikasi dua arah yang sifatnya informatif kepada publik luar. Informasi harus diberikan dengan jujur, berdasarkan fakta dan harus diteliti, karena nasabah mempunyai hak untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang sesuatu yang menyangkut kepentingannya. 14 2.1.2 Fungsi dan Pentingnya Komunikasi Berbicara mengenai fungsi komunikasi komunikasi, Effendy2 mengemukakan bahwa fungsi komunikasi adalah: 1. Menginformasikan (to inform) Komunikasi berfungsi memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide, pikiran, dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain. 2. Mendidik (to educate) Komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide atau pikirannya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapat berguna untuk informasi dan ilmu pengetahuan. 3. Menghibur (to entertain) Komunikasi selain menyampaikan pesan komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk memberikan hiburan atau meghibur orang lain. 4. Mempengaruhi (to influence) Komunikasi adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikasi dan jauhnya lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapkan. 2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Remaja Rosdakarya, 2003, hal. 55. 15 Menurut Widjaja 3, pada umumya komunikasi mempunyai beberapa tujuan, antara lain: a. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti. Sebagai komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan. b. Memahami orang lain, sebagai contohnya head teller harus memiliki pengetahuan terhadap masalah yang dialami oleh nasabah saat menyampaikan komplainnya. Head teller dapat memberikan solusi atau informasi terkait dengan masalah yang dihadapi oleh nasabah dengan sejujur-jujurnya. Komunikasi memiliki fungsi yang sangat besar dan penting dalam kehidupan manusia. Gordon4 mengemukakan beberapa fungsi komunikasi, yaitu sebagai alat komunikasi sosial, media penyimpanan dan penyalur perasaan atau emosi, serta sebagai alat yang berguna untuk menciptakan dan membangun hubungan. Ruben and Stewart mengungkapkan alasan pentingnya mempelajari komunikasi, yaitu: a. Komunikasi merupakan hal yang fundamental dalam kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Tidak aktifitas yang dapat dilakukan tanpa berkomunikasi, bahkan komunikasi merupakan sesuatu yang selalu kita lakukan selayaknya bernafas. Dalam melakukan komunikasi 3 4 Widjaja, H. A. W, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara, 2008, hal. 9-11. Thomas Gordon, Menjadi Pemimpin Efektif, Gramedia, 1994, hal 20. 16 dan bagaimana cara kita melakukannya akan mempengaruhi bagaimana cara kita berpikir tentang komunikasi tersebut serta bagaimana reaksi yang akan kita dapatkan dari orang lain. Hal tersenut akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap bagaimana hubungan yang akan terbentuk dengan orang lain, baik dalam keluarga, kelompok, komunitas, organisasi serta masyarakat dimana kita tinggal. b. Komunikasi merupakan suatu aktifitas yang kompleks. Komunikasi bukannlah suatu aktifitas yang gampang untuk dimengerti atau dikontrol, sebaliknya komunikasi merupakan aktifitas yang sangat kompleks dan memiliki banyak sisi. Dalam hal ini, kompetensi komunikasi sangat diperlukan untuk dapat mencapai komunikasi yang efektif sesuai dengan situasinya. c. Komunikasi sangat penting dalam efektifitas pekerjaan. Pekerjaan dalam bidang apapun, baik dalam bisnis, pendidikan, maupun pemerintahan memerlukan kemampuan dalam memahami situasi komunikasi, mengembangkan strategi komunikasi efektif, bekerja sama dengan orang lain, secara efektif, serta dapat menerima dan memberikan ide-ide yang efektif melalui berbagai jenis komunikasi. Untuk mencapai kesuksesan tersebut diperlukan kemampuan dalam berkomunikasi, baik kemampuan dalam melakukan komunikasi lisan maupun tulisan. 17 d. Pendidikan yang tinggi tidak menjamin kompetensi komunikasi yang baik. Seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi belum tentu memiliki kompetensi komunikasi yang baik. Banyak orang menganggap bahwa komunikasi merupakan hal yang biasa dan dapat dengan mudah dipahami semua orang. Namun, sesungguhnya hal tersebut belum tentu benar. Kadang-kadang seseorang yang memiliki pendidikan tinggi, seperti dokter dan para ahli ilmu pengetahuan, memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan orang yang berlatar belakang pendidikan yang sama dengan mereka. Namun, tidak mampu sukses ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dari latar belakang pendidikan yang berbeda dan lebih rendah dari mereka. e. Komunikasi merupakan lahan pembelajaran yang luas. Komunikasi merupakan suatu bidang pembelajaran yang dapat dikatakan luas dan populer. Banyak bidang-bidang komunikasi modern saat ini yang memfokuskan penelitian dan pembelajaran tentang pesan serta hubungan antara komunikasi dengan bidang profesional lainnya termasuk hukum, bisnis, informasi, pendidikan dan lain sebagainya. Sehingga sekarang komunikasi dianggap sebagai ilmu sosial yang diaplikasikan dan bersifat multi disiplin, 18 yang berkaitan dengan ilmu-ilmu seprti psikologi, antropologi, sosiologi, politik, dan sebagainya. 2.2 Komunikasi Interpersonal 2.2.1 Definisi Komunikasi Interpersonal Komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaian informasi antara dua orang atau lebih. Komunikasi merupakan suatu proses yang vital dalam organisasi karena komunikasi diperlukan bagi efektifitas kepemimpinan, perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan, manajemen konflik serta proses-proses organisasi lainnya. Komunikasi Interpersonal biasanya didefinisikan sebagai komunikasi utama dan menggambarkan peserta yang saling bergantungan satu sama lain dan memiliki sejarah bersama. Hal ini dapat melibatkan suatu percakapan atau individu berinteraksi dengan banyak orang dalam masyarakat. Hal ini membantu kita memahami bagaimana dan mengapa orang berperilaku dan berkomunikasi dengan cara yang berbeda untuk membangun dan menegosiasikan realitas sosial. Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan penerimaan pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan, maupun komunikasi nonverbal. Sebuah konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada tindakan komunikatif ketikan ada individu yang terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti interaksi kelompok, 19 dimana mungkin ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam tindak komunikatif. Mulyana5 menyatakan komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Individu juga berkomunikasi pada tingkat interpersonal berbeda tergantung pada siapa mereka terlibat dalam komunikasi. 2.2.2 Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dalam penelitian ini komunikasi interpersonal diukur dengan menggunakan skala komunikasi interpersonal yang disusun berdasarkan efektifitas komunikasi interpersonal oleh Devito6 y ng meliputi: a. Keterbukaan (Openness) Pada hakekatnya setiap manusia suka berkomunikasi dengan manusia lain, karena itu tiap-tiap orang selalu berusaha agar mereka lebih dekat satu sama lainnya. Faktor kedekatan atau proximity bisa menyatukan dua orang dengan erat. Kedekatan antar pribadi mengakibatkan seseorang mampu menyatakan pendapatpendapatnya dengan bebas dan terbuka. 5 6 Deddy Mulyana, 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya A Devito, Joseph. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group 20 Kebebasan dan keterbukaan akan memengaruhi berbagai variasi pesan baik verbal maupun nonverbal. Hal ini menunjukkan kualitas keterbukaan dari komunikasi antar pribadi yang mengandung dua aspek, yaitu aspek keinginan untuk terbuka bagi setiap orang yang berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini orang lain akan mengetahui pendapat, pikiran dan gagasannya sehingga komunikasi akan mudah dilakukan, dan aspek keinginan untuk menanggapi secara jujur semua stimuli yang datang kepadanya. Aspek kedua dari keterbukaan menunjuk pada kemauan seseorang untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang dan demikian pula sebaliknya. b. Perilaku positif (Positiviness) Dalam komunikasi interpersonal kualitas ini paling sedikitnya terdapat tiga aspek perbedaan, yaitu komunikasi interpersonal akan berhasil jika terdapat perhatian yang positif terhadap diri seseorang, komunikasi interpersonal akan terpelihara baik jika suatu perasaan positif terhadap orang lain itu dikomunikasikan, suatu perasaan positif dalam situasi umum dapat bermanfaat untuk mengefektifkan kerjasama. c. Empati (Empathy) Kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang lain maupun mencoba merasakan dalam cara yang sama dengan perasaan orang lain. Dengan kerangka empati ini maka seseorang 21 akan memahami posisinya, dengan begitu tidak akan memberikan penilaian pada perilaku atau sikap orang lain sebagai perilaku atau sikap yang benar atau salah. d. Perilaku suportif Komunikasi interpersonal akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku suportif. Artinya seseorang dalam menghadapi suatu masalah tidak bersikap bertahan/defensif. Keterbukaan dan empati tidak dapat berlangsung dalam suasan yang tidak suportif. e. Kesamaan (Equality) Kesamaan meliputi dua hal, pertama kesamaan bidang pengalaman diantara para pelaku komunikasi. Artinya komunikasi antar pribadi umumnya akan lebih efektif bila para pelakunya mempunyai nilai, sikap, perilaku dan pengalaman yang sama. Namun hal tersebut tidak berarti bahwa ketidaksamaan tidaklah komunikatif. Komunikasi dengan individu yang tidak memiliki kesamaan tetap akan berjalan efektif apabila kedua belah pihak saling menyesuaikan diri. Kedua, kesamaan dalam percakapan diantara pelaku komunikasi, maksudnya ada kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan. Dalam setiap situasi seringkali terjadi ketidaksamaan, tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. 22 2.3 Kompetensi Komunikasi 2.3.1 Definisi Kompetensi Komunikasi Jablin and Sias7 mendefinisikan kompetensi komunikasi sebagai sejumlah kemampuan yang dimiliki komunikator untuk digunakan dalam proses komunikasi, yang menekankan pada pengetahuan dan kemampuan. Duran menyatakan bahwa kompetensi komunikasi merupakan suatu fungsi dari kemampuan seseorang untuk beradaptasi sesuai dengan situasi sosialnya. Barbour menyatakan bahwa kompetensi komunikasi meliputi kemampuan seorang individu untuk mendemonstrasikan pengetahuannya tentang perilaku komunikasi yang tepat pada situasi yang ada. Kompetensi komunikasi merupakan demonstrasi dari pengetahuan tentang komunikasi yang diwujudkan dengan tepat melalui keterampilan berkomunikasi. Salleh menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa kompetensi komunikasi merupakan kemampuan beradaptasi seseorang dalam setiap situasi komunikasi dengan menampilkan kemampuan komunikasi berdasarkan pengetahuan yang tepat untuk setiap konteks dan situasi komunikasi. Spitzberg dan Cupach8 menyatakan bahwa kompetensi komunikasi merupakan kemampuan seorang individu untuk beradaptasi dan berkomunikasi secara efektif dalam segala situasi sosial sepanjang waktu, dimana kemampuan ini mengarah pada kemampuan untuk bertindak yang dipengaruhi motivasi dan pengetahuan yang dimiliki individu. 7 H. J Payne, Reconceptualizing Social Skills in Organizations, Journal of Leadership and Organizational Studies. 2005. Vol. 11, No. 2. 8 Gert Rickheit, Handbook of Communication Competence, Mouton de gruyter. 2008 23 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi komunikasi adalah kemampuan seorang individu untuk berkomunikasi secara tepat dan efektif sesuai dengan situasi sosialnya, yang meliputi kemampuan individu dalam bertindak, serta pengetahuan dan motivasi yang dimiliki individu. 2.3.2 Komponen Kompetensi Komunikasi Spitzberg dan Cupach menyatakan bahwa terdapat tiga komponen kompetensi komunikasi, yaitu: knowledge, skills, dan motivation. 1. Knowledge Dalam mencapai tujuan dari komunikasi, individu harus memiliki pengetahuan yang dibutuhkan dalam berkomunikasi secara efektif dan tepat. Spitzberg dan Cupach mengemukakan bahwa pengetahuan dalam hal ini lebih ditekankan pada “ bagaimana” sebenarnya komunikasi daripada “apa” itu komunikasi. Pengetahuan- pengetahuan tersebut diantaranya seperti mengetahui apa yang harus diucapkan, tingkah laku seperti apa yang harus diambil dalam situasi yang berbeda, bagaimana orang lain akan menanggapi dan berperilaku, siapa yang diajak berkomunikasi, serta memahami isi pesan yang disampaikan. Pengetahuan ini dibutuhkan agar komunikasi dapat berjalan secara efektif dan tepat. Pengetahuan ini akan bertambah seiring tingginya pendidikan dan pengalaman. Oleh karena itu, semakin seseorang mengetahui bagaimana harus 24 berkomunikasi dalam situasi yang berbeda maka kompetensi atau kemampuan berkomunikasinya akan semakin baik. 2. Motivation Motivasi dalam hal ini merupakan hasrat atau keinginan seseorang untuk melakukan komunikasi atau menghindari komunikasi dengan orang lain. Motivasi biasanya berhubungan dengan tujuan-tujuan tertentu seperti untuk menjalin hubungan baru, mendapatkan informasi yang diinginkan, terlibat dalam pengambilan keputusan bersama, dan lain sebagainya. Semakin individu memiliki keinginan untuk berkomunikasi secara efektif dan meninggalkan kesan yang baik terhadap orang lain, maka akan semakin tinggi motivasi individu untuk berkomunikasi. Dalam hal ini, tanggapan yang diberikan orang lain akan mempengaruhi keinginan individu dalam berkomunikasi. Jika individu terlalu takut untuk mendapat tanggapan yang tidak dinginkan, maka keinginannya untuk berkomunikasi akan rendah. Terdapat tiga (3) hal yang yang mempengaruhi motivasi head teller, antara lain “nilai” bagi pelanggan, sentuhan emosional, serta faktor situasional dan kepuasan. Dalam hal ini dapat diambil sebuah pandangan yang berbeda tentang “nilai” dengan memfokuskan nilai seorang nasabah yang loyal bagi perusahaan. Dimana head teller berupaya memberikan kontribusi pada keputusan pelanggan untuk tetap berbisnis dengan perusahaan, yang kemudian membuat hal itu 25 mengubah mereka menjadi nasabah yang berharga. Suasana lingkungan bekerja pun merupakan faktor situasional, dimana karyawan-karyawan yang merasa puas dengan pekerjaan dan atasannya akan termotivasi dan bekerja lebih keras untuk menjamin tercapainya pelayanan yang berkualitas kepada perusahaan dan nasabah. 3. Skills Skill meliputi tindakan nyata dari perilaku, yang merupakan kemampuan seseorang dalam mengolah perilaku yang diperlukan dalam berkomunikasi secara tepat dan efektif. Kemampuan ini meliputi beberapa hal seperti other-orientation, social anxiety, expressiveness, dan interaction management. Other-orientation meliputi tingkah laku yang menunjukkan bahwa individu tertarik dan memperhatikan orang lain. Dalam hal ini, individu mampu mendengar, melihat dan merasakan apa yang disampaikan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. Other-orientation akan berlawanan dengan self-centeredness dimana individu hanya memperhatikan dirinya sendiri dan kurang tertarik dengan orang lain dalam berkomunikasi. Social anxiety meliputi bagaimana kemampuan individu mengatasi kecemasan dalam berbicara dengan orang lain dan menunjukkan ketenangan dan percaya diri dalam berkomunikasi. Expressiveness mengarah pada kemampuan dalam 26 berkomunikasi yang menunjukkan kegembiraan, semangat, serta intensitas dan variabilitas dalam perilaku komunikasi. 2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi Individu Soler dan Jorda mengemukakan berdasarkan hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan atau kompetensi seorang individu, di antaranya yaitu: 1. Acquisition Context Kemampuan komunikasi seorang individu dipengaruhi oleh konteks acquisition atau perolehan bahasa individu tersebut. Terdapat tiga konteks perolehan bahasa, yaitu naturalistic context, dimana individu tidak belajar cara berkomunikasi yang efektif di dalam perusahaan dan hanya berkomunikasi secara natural di luar perusahaan; instructed context, dimana individu belajar mengemas pesan dalam komunikasi lisan di perusahaan; dan mixed context, dimana individu belajar berkomunikasi efektif di dalam dan di luar perusahaan secara natural. 2. Usia saat pertama kali mempelajari bahasa Usia saat seorang individu pertama kali memepelajari suatu bahasa akan mempengaruhi kemampuan bahasa dan komunikasi individu tersebut. Seorang individu yang mempelajari bahasa, terutama bahasa kedua, pada usia yang lebih muda dapat memiliki 27 kemampuan bahasa dan komunikasi yang lebih baik daripada individu yang mulai mempelajari bahasa lebih lambat. 3. Frekuensi penggunaan bahasa kedua Frekuensi atau seberapa sering suatu bahasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari akan mempengaruhi kemampuan bahasa dan komunikasi seorang individu. Semakin sering suatu bahasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari maka akan semakin baik kemampuan individu dalam bahasa tersebut. 4. Jenis Kelamin Jenis kelamin seorang individu juga dapat mempengaruhi kemampuann bahasa dan komunikasinya, namun pengaruh ini tidak terlalu besar dampaknya. Soler dan Jorda mengungkapkan bahwa wanita memiliki kemampuan bahasa dan komunikasi yang sedikit lebih baik daripada laki-laki. 5. Usia Usia juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi atau kemampuan komunikasi dan bahasa seseorang. Individu yang lebih tua dikatakan dapat memiliki kemampuan yang lebih baik dari individu yang lebih muda dalam berkomunikasi. 6. Level pendidikan Tingkat atau level pendidikan seorang individu juga dapat mempengaruhi kemampuannya dalam berkomunikasi. Sebagian besar individu yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi 28 menunjukkan kemampuan berbahasa dan komunikasi yang lebih baik dari individu yang memiliki pendidikan lebih rendah. Dalam kompetensi komunikasi terdapat beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan yaitu kondisi fisiologis, seperti umur, jenis kelamin dan minat; kondisi psikologis, seperti kognitif, emosi, kepribadian, dan motivasi; serta lingkungan sosial individu yang membentuk kategori fisiologis dan psikologis yang menjadi syarat minimal agar individu dapat dikatakan kompeten. 2.4 Public Relations 2.4.1 Pengertian Public Relations Pada pelaksanaannya suatu kegiatan komunikasi dalam perusahaan, tidak akan lepas hubungannya dengan khalayak (masyarakat) baik di dalam perusahaan maupun diluar perusahaan. Oleh karena itu kegiatan public relation (humas) bertujuan untuk memelihara hubungan yang baik antara perusahaan dengan khalayak (masyarakat). Pengertian public relation adalah upaya yang sungguh-sungguh terencanakan dan berkesinambungan untuk menciptakan dan membina saling pengertian antara organisasi dengan publiknya. Jefkins9 mengungkapkan bahwa humas adalah sesuatu yang menerangkan keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu yang keluar maupun yang kedalam antara suatu organisasi dengan semua 9 Jefkins, Public Relations for Bisnis. Jakarta.Pustaka Binama Pressindo. 1994 29 khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuannya spesifikasi yang berdasarkan pada pengertian. Definisi tersebut adalah suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasikan sedemikian rupa sebagai suatu rangkaian kampanye atau program terpadu dan semuanya itu berlangsung secara berkesinambungan dan teratur mengidentifikasikan bahwa humas harus menggunakan metode manajemen berdasarkan tujuan. Dalam mengejar suatu tujuan, semua hasil atau tingkat kemajuan yang telah dicapai harus bisa diukur secara jelas, mengingat humas merupakan kegiatan yang nyata. Public Relations berfungsi untuk menciptakan kerjasama antara dua belah pihak atau lebih, menjalin hubungan yang harmonis, serta membentuk citra yang baik mengenai perusahaannya dan membentuk opini publik yang mendukung kegiatan perusahaan. Bernay10 menjelakan dasar-dasar public relation mempunyai tiga arti sebagai berikut : 1. Memberi penerangan kepada publik 2. Melakukan persuasi yang ditunjukkan kepada publik untukmengubah sikap dan tingkah laku politik 3. Berupaya untuk menyatukan sikap dan perilaku suatu lembaga. Dari definisi di atas, bahwa Public Relations dalam hubungannya dengan publik diantaranya adalah menginformasikan dan memberikan penerangan mengenai suatu kebijakan manajemen, agar publik-publik dari organisasi dapat mengetahui kebijakan yang disampaikan oleh pimpinan 10 Ardianto,Soleh Soemirat, Dasar-dasar Public Relations. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. 2002. 30 organisasi kepada publiknya, untuk itu harus menggunakan teknik komunikasi yang baik untuk memperoleh opini yang menguntungkan. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Public Relations merupakan fungsi manajemen yang dilakukan melalui kegiatan komunikasi untuk memberikan penerangan dan mempengaruhi opini publik sehingga akan menciptakan pengertian dan pembinaan kerjasama karena hal tersebut mempengaruhi berhasil tidaknya suatu perusahaan dalam mencapai sasarannya. 2.4.2 Peranan Public Relations Perkembangan profesionalisme berkaitan dengan pengembangan peranan humas, baik sebagai praktisi maupun profesional. Dalam suatu organisasi atau perusahaan, peranan humas merupakan salah satu kunci untuk memahami fungsi Public Relations dan komunikasi organisasi. Selain itu, hal tersebut juga merupakan kunci untuk pengembangan peranan praktisi PRO (pejabat humas) dan pencapaian profesionalisme dalam Public Relations. Cutlip et al11 berpendapat bahwa peranan Public Relations dalam suatu organisasi dapat dibagi menjadi empatkategori, yaitu: 1. Penasehat Ahli (Expert Presciber) 2. Fasilitator Komunikasi (Communication Fasilitator) 3. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process Fasilitator) 11 Scott M Cutlip et al., Effective Public Relations 9 ed, Jakarta: Kencana, 2006 31 4. Teknisi Komunikasi (Communication Technician) Seorang praktisi pakar Public Relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya. Praktisi Public Relations bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Dipihak lain, ia juga dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan, dan harapan organisasi kepada pihak publiknya sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak. 2.5 Customer Relations Customer relations yaitu segala kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan konsumen yang sudah ada atau konsumen yang sudah menjadi pelanggan tetap. dalam rangka mengatur dan memelihara hubungan dengan pelanggan, sehingga hubungan itu selalu dalam situasi bahwa langganan yang sangat membutuhkan perusahaan bukan sebaliknya. Hubungan pelanggan atau lebih dikenal dengan customer relation dapat diartikan sebagai suatu fungsi public relation untuk membina hubungan yang baik, harmonis, dan saling menguntungkan antara perusahaan dan pelanggan. Hubungan baik yang dilakukan dengan para pelanggannya merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh semua karyawan yang ada di perusahaan. Dalam hal ini motto atau memo yang harus diperhatikan yaitu pelanggan adalah raja. Dari 32 motto itu, maka pihak perusahaan harus dapat menjaga hubungan baik dengan para pelanggannya agar transaksi dapat dilakukan dengan efektif. Neni Yulianita12 mengatakan bahwa cara memberikan pelayanan yang baik diantaranya, memberikan pelayanan secara wajar, tidak memandang bulu, hal tersebut dimaksudkan agar para pelanggan merasa diakui dan senang. Ruslan13 mengungkapkan demi terciptanya customer satisfaction, customer relation harus mampu memberikan pelayanan yang prima, unggul, dan mampu memelihara kepercayaan pelanggan. Dalam pelaksanaan kegiatan head teller untuk membangun customer relations bukan hanya merupakan tanggung jawab setiap public relations saja, tetapi juga merupakan tanggung jawab setiap staf yang memberikan pelayanan kepada pelanggan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Abdurachman, yakni para karyawan yang berhubungan langsung dengan publik harus selalu bersikap ramah, sopan, selalu mendengarkan apa yang dikatakan dan ditanyakan publik kepadanya. Selain itu juga karyawan harus sabar dalam melayani mereka dan jangan menangguhkan suatu pelayanan yang dapat dilakukan dengan segera. Customer relations menciptakan kedekatan, untuk itu sangat diperlukan kejujuran, komitmen, komunikasi dan saling pengertian. Tujuan mengelola customer relations adalah untuk menciptakan keunggulan kompetitif secara terus-menerus terhadap merk, produk atau bahkan perusahaan memiliki secara relatif dibanding dengan merek, produk atau perusahaan pesaing. Dalam memenangkan strategi persaingan dalam bisnis jasa melalui kiat tersebut, 12 Neni Yulianita. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Univ Islam. 2005 13 Rosady Ruslan,. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi.Rajawali Pers. 2008 hal 46 33 tidaklah cukup. Hanya dengan melakukan proses administrasi dengan cepat, tetapi juga bagaimana memperlakukan para pelanggan, yang dapat memperlihatkan cara melayani dengan ramah dan memberikan informasi serta solusi yang efektif. 2.6 Keluhan Pelanggan 2.6.1 Pengertian Keluhan Proses timbal balik (feedback) yang didapatkan oleh perusahaan berdasarkan pelanggannya tidak hanya semata kepuasan yang dihasilkan, akan tetapi juga bisa dalam bentuk keluhan yang disampaikan oleh pihak pelanggan. Keluhan yang disampaikan oleh pelanggan sering kali ditanggapi sepele oleh perusahaan. Padahal, apabila keluhan tersebut tidak ditanggapi dan ditangani hingga selesai perkara, akan menimbulkan dampak buruk bagi perusahaan itu sendiri. Akibatnya, perusahaan bisa mengalami kerugian baik materi maupun non materi dari keluhan yang tidak ditanggapi dengan baik oleh perusahaan. Banyak perusahaan yang memandang bahwa keluhan tidak akan mengganggu jalannya kehidupan suatu perusahaan. Akan tetapi, keluhan yang berasal dari pelanggan perusahaan pada umumnya dapat menjadi sebuah bom waktu yang dapat menghancurkan kredibilitas perusahaan hingga akhirnya tidak ada satu pun pelanggan yang memilih dan menggunakan produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. “Pelanggan yang mengeluh dengan tujuan untuk mendapatkan layanan jasa yang lebih berkualitas, berpotensi menjadi pelanggan yang 34 loyal selama penyedia jasa mampu menangani keluhan tersebut dengan baik.”14 Apabila perusahaan mampu untuk memenuhi standar pelayanan terbaik bagi pelanggan yang menyampaikan keluhannya, pelanggan tersebut tetap loyal menggunakan produk atau jasa perusahaan. Hal itu didasarkan pada pemikiran bahwa pelanggan merasa keluhan yang disampaikannya ditangani dan ditanggapi dengan baik oleh perusahaan. Pelanggan pun tidak akan sungkan untuk kembali menggunakan produk atau jasa dari yang dihasilkan oleh perusahaan. Keluhan merupakan salah satu bentuk aspirasi dari pelanggan dalam rangka meningkatkan standar mutu dan pelayanan bagi perusahaan, yang sifatnya dapat membangun perusahaan agar lebih memperhatikan pelanggan yang menggunakan produk atau jasa perusahaan. 2.6.2 Penanganan Perusahaan Terhadap Keluhan Ada dua hal yang saling berkaitan dengan respon perusahaan terhadap keluhan, yakni perusahaan pasti menanggapi keluhan dengan cepat tanggap dan segera melakukan perbaikan, atau perusahaan tidak sigap dalam menanggapi keluhan pelanggan. Penanganan dengan cepat tanggap akan membuat pelanggan merasa saran dan kritik yang disampaikan menjadi motivasi bagi perusahaan untuk melakukan pelayanan yang lebih baik dari sebelumnya, yang pada akhirnya pelanggan akan kembali menggunakan produk atau jasa perusahaan . Sebaliknya, 14 Supriadi Setiawan. Loyalitas Pelanggan Jasa. Bogor: IPB Press. 2011 35 perusahaan yang tidak sigap dalam menanggapi saran dan kritik oleh pelanggan perlahan-lahan mengalami kemunduruan karena tidak adanya perkembangan yang signifikan terhadap produk atau jasa yang dihasilkan. Keluhan yang ditanggapi dengan baik oleh perusahaan akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan itu sendiri. Kerugian itulah yang bisa membawa perusahaan pada tahap krisis. Perusahaan tidak berpikir dua kali ketika memutuskan untuk tidak menanggapi secara serius keluhan yang disampaikan oleh pelanggan. Padahal, keluhan yang disampaikan bisa bersifat membangun bagi perusahaan itu sendiri, agar perusahaan terus melakukan perkembangan yang lebih baik lagi guna meningkatkan mutu dan kualitas dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Pada dasarnya perusahaan wajib melakukan respon untuk menghasilkan persamaan makna antara perusahaan dengan pelanggannya. Apabila seseorang menanggapi keluhan tersebut dengan baik, pelanggan akan berpikir bahwa perusahaan melakukan perbaikan-perbaikan yang lebih baik lagi pada setiap keluhan yang disampaikan. Seringkali perusahaan kurang cerdik dalam mengelola keluhankeluhan yang disampaikan oleh pelanggan. Hambatan terbesarnya ialah sering kali perusahaan tidak mau mendengarkan keluhan yang disampaikan oleh pelanggan. Dalam menyebutkan buku bahwa Customer “Little chef Care Excellence, memberikan Sarah pelatihan Cook kepala karyawannya agar aktif mencari umpan balik dari para pelanggan. Hal itu 36 ditunjukkan dengan kesediaan mereka melalui perbaikan pelayanan”.15 Dengan mencari umpan balik atau pendapat yang dapat berupa saran atau kritikan dapat menjadikan perusahaan untuk mengalami perbaikan di sektor pelayanan terhadap pelanggan. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas perusahaan dalam memberikan produk atau jasa bermutu dibandingkan perusahaan lainnya. Menurut M. Davidow yang dikutip oleh Supriadi Setiawan terdapat enam dimensi respon perusahaan yang mempengaruhi kepuasan dari pelanggan yang mengeluh, yakni:16 1. Kecepatan merespon (Timeliness): Sangat penting melakukan respon dengan cepat pada setiap keluhan pelanggan agar mereka menilai penyedia jasa peduli pada pelanggan. 2. Permintaan maaf (Apology): Keluhan pelanggan ternyata dapat diselesaikan apabila pihak manajemen perusahaan mau meminta maaf pada pelanggannya. Permintaan maaf bukanlah suatu ungkapan bahwa perusahaan tidak bersalah, melainkan sebagai sebuah indikasi bahwa organisasi memperhatikan keluhan pelanggan secara serius dan akan menangani keluhan tersebut sebaik-baiknya. 3. Perbaikan (Redress): Perbaikan adalah respon perusahaan untuk mengganti atau memperbaiki produk ketika pelanggan memiliki masalah. Salah satu strategi perusahaan untuk merebut dan mempertahankan pelanggan adalah melalui program pemberian garansi kepada pelanggan. Garansi ini bisa berupa penggantian atau pergantian dengan produk yang baru. 4. Fasilitas (Facilitation): Fasilitas yang disediakan oleh perusahaan yang mempermudah seorang pelanggan untuk mengadu akan sangat membantu pelanggan dalam mengekspresikan keluhannya dengan baik. Manfaat bagi perusahaan, berbagai keluhan pelanggan yang masuk dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan pemulihan jasa (service recovery). 15 Sarah Cook. Costumer Care Excellence, Jakarta: PPM. 2004 Hal 98 16 Supriadi, op.cit., Hal 99-101 37 5. Kredibilitas (Credibility): kredibilitas adalah suatu respon perusahaan untuk menyikapi bahwa pelanggan telah mendapat masalah. 6. Perhatian (Attentiveness): Perhatian merujuk pada interaksi antara wakil perusahaan dengan pelanggan yang mengeluh. Perhatian adalah sebuah dimensi yang kompleks karena tergantung pada kepercayaan kepada orang, bukan prosedur. Perusahaan yang memiliki pelanggan baik tetap maupun tidak tetap mempunyai cara masing-masing dalam menanggapi keluhan yang disampaikan oleh nasabah. Beberapa cara bagaimana perusahaan menanggapi keluhan pelanggan, diantaranya ialah: 1. Apabila pelanggan yang menyampaikan komplain terhadap produk atau jasa perusahaan, perusahaan dengan cara segera melakukan perbaikan pada sektor yang mendapatkan kritikan. 2. Perusahaan merasa saran dan kritikan yang disampaikan oleh pelanggan merupakan saran yang bersifat membangun bagi perusahaan itu sendiri. 3. Perusahaan akan meminta maaf kepada pelanggan apabila pelanggan merasa tidak puas dengan produk atau jasa atau pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. 4. Adanya penggantian produk baru atau peningkatan mutu dan kualitas jasa apabila produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tidak sesuai dengan harapan pelanggan. 38 2.7 Nasabah Nasabah mempunyai peranan yang sangat penting bagi bank, hal ini karena salah satu sumber dana bank diperoleh dari nasabah yang melakukan penyimpanan dana di bank. Oleh karena itu, antara bank dan nasabah mempunyai hubungan yang saling berimbang. Kedua belah pihak tersebut mempunyai fungsi dan peran masing-masing, akan tetapi pada prakteknya seringkali kedudukan nasabah lebih lemah bila dibandingkan dengan pihak bank. Dengan demikian, disini harus ditekankan mengenai tanggung jawab bank terhadap nasabah untuk menghindari terjadinya kemungkinan adanya kerugian yang diderita oleh nasabah. Menurut Djaslim Saladin17, nasabah adalah orang atau badan yang mempunyai rekening simpananatau pinjaman pada bank. Nasabah merupakan konsumen, oleh karenanya pengertian nasabah juga merupakan pengertian konsumen. Sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah sebagai berikut: “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau/jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri ,keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.” Berdasarkan pengertian diatas tentunya, pihak nasabah yang menjadi konsumen perbankan merupakan orang pemakai barang dan/atau jasa yang 17 Saladin Djaslim. Dasar-dasar Manajemen Pemasaran Bank. Jakarta: CV Rajawali, 1994 39 ditawarkan oleh pihak bank yang merupakan konsumen akhir. Namun, pengertian konsumen itu sendiri terbagi menjadi tiga yaitu18: 1. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa yang digunakan untuk tujuan tertentu. 2. Konsumen-antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang atau jasa bertujuan untuk diperdagangkan. 3. Konsumen-akhir adalah setiap orang yang mendapatkan dan menggunakan barang dan/atau jasa untuk bertujuan memenuhi kebutuhan hidupnya dan atau rumah tangga dan tidak untuk diperdangkan kembali. 18 AZ Nasution. Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar. Jakarta: Diadit Media, 2007 Hal 29