1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya dalam membimbing, mengajar, menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat, hakekat dan ciri-ciri kemanusiaannya.1 Kualitas pendidikan di madrasah ditentukan oleh semua komponen yang yang ada di madrasah seperti adanya kepala madrasah yang mampu mengkoordinasikan semua kegiatan yang ada di sekolah dengan baik, guru sebagai pelaksana dalam penyampaian ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik, kurikulum yang sesuai dengan lingkungan madrasah, sarana dan prasarana yang memadai, suasana proses belajar mengajar yang kondusif dan antusias dari masyarakat dalam membantu proses kegiatan belajar yang ada di madrasah, serta didukung oleh kebijakan atau pemerintah. Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu lembaga pendidikan di bawah naungan Departemen Agama, termasuk lembaga pendidikan formal. Kepala madrasah sebagai pemimpin dalam institusi pendidikan Islam ini diharapkan dapat menjalankan tugas dengan baik dan mampu mengembangkan diri bersama mitra kerjanya untuk mencapai kemajuan madrasah. 1 Zuhairi, et al., Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1986), hlm. 10. 1 2 Tanpa kemampuan-kemampuan utama seperti kepemimpinan yang baik, kinerja yang baik, kemampuan dalam memecahkan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam proses belajar mengajar, kepala madrasah akan kesulitan dalam mengarahkan serta membimbing siswanya untuk disiplin. Oleh karena itu, kepala madrasah yang merupakan pemimpin harus bisa menjadi contoh atau teladan bagi siswanya dan mampu mengayomi bawahan dan mampu mengendalikan fungsi kepemimpinannya. Kepemimpinan pada hakikatnya merupakan bagian dalam proses manajemen. Keberhasilan sekolah dalam melaksanakan apa yang telah direncanakan, perlu didukung dengan kemampuan kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengelola sekolahnya agar berkembang dari waktu ke waktu. Segenap sumber daya yang ada harus didayagunakan sedemikian rupa, para guru perlu digerakkan secara efektif dan hubungan baik antara mereka dibina agar tercipta suasana kerja yang professional. Demikian pula penataan lingkungan sekolah perlu dibina agar menjadi lingkungan pendidikan yang mampu menimbulkan kreatifitas, disiplin dan semangat belajar yang tinggi bagi siswa. Oleh karena itu pemimpin diharapkan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimipinannya, karena apabila tidak memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal. 2 2 Burhanuddin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan (Malang: Bumi Aksara, 1994), hlm. 54. 3 Kepala madrasah sebagai manajer mempunyai peran yang menentukan dalam pengelolaan manajemen madrasah, berhasil atau tidaknya tujuan madrasah dapat dipengaruhi bagaimana kepala madrasah menjalankan fungsifungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah Planning (perencanaan), organizining (pengorganisasian), actuating (pergerakan), dan countroling (pengontrolan).3 Akan tetapi pada kenyataannya masih ada kepala sekolah yang belum dapat melaksanakan apa yang telah direncanakan, mengelola sekolah agar dapat berkembang dari waktu ke waktu, dan memanfaatkan sumber daya yang ada agar dapat mencapai tujuan pendidikan. Dan juga masih ada kepala sekolah yang belum dapat menjalankan perannya sebagai pemimpin, pengayom, kondisifator, dan harmonisator dalam segala bidang yang menjadi jangkauan kepemimpinannya sehingga dapat mencapai tujuan lembaga secara maksimal. Pada umumnya setiap lembaga pendidikan atau sekolah berusaha untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif dan efesien. Salah satu faktor pendukung terwujudnya lingkungan pembelajaran yang efektif dan efesien adalah jika seluruh siswanya mematuhi tata tertib sekolah dengan penuh rasa disiplin yang tinggi. Penerapan dan pelaksanaan dari adanya tata tertib adalah tuntutan bagi anak didik untuk mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan adanya tata tertib sekolah maka diharapkan bagi siswa untuk berdisiplin dalam segala aspek. 3 hlm. 16. Abdulah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 4 Pelaksanaan kedisiplinan berarti adanya kesediaan untuk mematuhi peraturanperaturan dan larangan.4 Madrasah memikul tanggung jawab pokok bila pelanggaran oleh murid terjadi di dalam rangka program sekolah. Murid, seperti warga lain di masyarakat, yakni memiliki kebebasan, tapi kebebasan ini dibatasi oleh tanggung jawab yang terlibat dalam setiap situasi tertentu. Dalam hal ini kepala madrasah harus berusaha memajukan atau membatasi kebebasan murid agar kebijaksanaan dan peraturan yang ditetapkan bagi kepentingan murid lain dan madrasah terpelihara.5 Untuk mengatasi masalah kedisiplinan siswa membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangan. Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan atau tata tertib karena didorong adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.6 Kedisiplinan lahir, tumbuh, dan berkembang dari sikap seseorang di dalam sistem nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat. Terdapat unsur pokok yang membentuk disiplin, pertama sikap yang telah ada pada diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada di dalam masyarakat. Menaati tata tertib atau aturan yang berlaku merupakan sebuah bentuk tindakan kedisiplinan, karena kecenderungan di masyarakat yang tampak akhir-akhir ini adalah tingkah laku yang mau menang sendiri, ketidak patuhan pada hukum dan pelanggaranpelanggaran tata tertib yang berlaku. 4 Amir Dain Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usana Offset), hlm. 142. Oteng Sutrisno, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 112. 6 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran secara manusiawi (Yogyakarta : Rineka Cipta, 1980), hlm. 114. 5 5 Pada zaman sekarang ini jarang kita temukan lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah yang menerapkan sikap kedisiplinan. Padahal kedisiplinan sangat berperan dan menentukan kualitas keberhasilan di sekolah. Kerjasama antara komponen-komponen sekolah untuk menerapkan sikap disiplin dalam segala kegiatan dan aktifitas memungkinkan mudahnya dalam mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai. Kedisiplinan digunakan sebagai barometer dalam upaya mengukur kemajuan kepala madrasah dalam memimpin madrasahnya. Dengan demikian dibutuhkan kepemimpinan kepala madrasah yang baik sehingga mampu memotivasi, mempengaruhi dan menggerakkan anggotanya untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan kedisiplinan siswa sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif di lingkungan madrasah serta dapat membina disiplin bagi siswa-siswinya sebagai generasi umat Islam dan bangsa Indonesia agar tidak mengalami degradasi moral dan indisipliner dalam segala bidang. Berkaitan dengan pentingnya pendidikan disiplin di atas, sesuai dengan observasi awal yang dilakukan oleh penulis di MTs Wahid Hasyim Warumgasem Batang masih terdapat beberapa siswa yang kurang disiplin. Kurang disiplinnya siswa di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang terlihat dari beberapa siswa MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang yang mengabaikan tanggung jawabnya sebagai pelajar yang ditunjukkan dalam sikap dan tindakannya, seperti: tidak menaati peraturan sekolah, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tidak mengikuti upacara, tidak masuk kelas sebelum guru datang walaupun bel sudah berbunyi, ramai di kelas saat guru 6 menjelaskan, melalaikan tugas yang diberikan oleh guru, melanggar tata tertib sekolah, dan ada beberapa siswa yang tidak masuk tanpa keterangan atau alpa bahkan ada beberapa siswa yang suka membolos dan lain sebagainya. 7 Untuk itu diperlukan peran kepemimpinan kepala madrasah untuk menumbuhkan disiplin pada diri siswa. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dan mengadakan penelitian dengan tema ini sebagai objek penelitian dalam bentuk karya ilmiah skripsi yang berjudul ” Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang Tahun Pelajaran 2014/2015”. Adapun alasan-alasan penulis memilih judul tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dengan kepemimpinan kepala madrasah maka dapat membentuk peraturan yang sesuai dengan norma, serta sesuai dengan keadaan lingkungan sekolah sehingga dapat memperlancar proses pembelajaran. 2. Pentingnya kedisiplinan dalam segala aspek kehidupan, khususnya dalam lingkungan pendidikan kedisiplinan sangat diperlukan untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar dalam mendukung mewujudkan tujuan sekolah maupun tujuan pendidikan. 3. Perkembangan zaman dan teknologi yang membuat murid lupa akan tanggung jawabnya sebagai pelajar yang menjadikan murid kurang disiplin dalam kegiatan belajar, sehingga sebagai kepala sekolah diharapkan 7 Observasi, MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang diambil tanggal 04 Mei 2015. 7 mampu menjalankan perannya sebagai pemimpin pendidikan agar dapat mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang penulis paparkan di atas, maka untuk memfokuskan penelitian ini disusunlah rumusan masalah guna memudahkan pencarian jawaban. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana kepemimpinan kepala madrasah di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang Tahun 2014/2015? 2. Bagaimana kedisiplinan siswa di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang Tahun 2014/2015? 3. Bagaimana peran kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang Tahun 2014/2015? Sebenarnya banyak permasalahan yang perlu diteliti untuk mengungkap peran kepemimpinan kepala madrasah, namun untuk menghindari kekeliruan dan kesimpangsiuran terhadap judul yang ada dalam penelitian ini serta agar wilayah penelitian tidak meluas, maka berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini hanya dibatasi pada permasalahan yang berkaitan dengan peran kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang, yaitu untuk menganalisa peran kepala madrasah sebagai educator (pendidik), manajer, motivator , leader (pemimpin), dan innovator. 8 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau mencari jawaban dari rumusan masalah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan kepemimpinan kepala madrasah di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang Tahun 2014/2015. 2. Untuk mendeskripsikan kedisiplinan siswa di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang Tahun 2014/2015. 3. Untuk mendeskripsikan peran kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan kedisipinan siswa di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang Tahun 2014/2015 D. Kegunaan Penelitian Sebuah penelitian harus mempunyai kegunaan, maka manfaat atau kegunaan penelitian ini adalah: 1. Kegunaan teoritis a. Dapat menambah pengetahuan tentang peran kepemimpinan kepala madrasah dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa. b. Sebagai khazanah keilmuan bagi masyarakat pendidikan khususnya yang berkaitan dengan kepemimpinan yang ada di sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. 2. Kegunaan praktis 9 a. Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan dalam proses pengambilan kebijakan lebih lanjut, dalam rangka usaha kepala madrasah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang. b. Dapat memberikan gambaran tentang profil dan karakteristik kepemimpinan kepala madrasah yang efektif dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang sehingga dapat dijadikan acuan bagi pembina dan penyelenggara sekolah dalam mengambil keputusan. E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoritis Agar penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka perlu adanya kajian-kajian karya ilmu maupun buku yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Adapun beberapa buku tersebut adalah sebagai berikut: Nanang Fatah dalam bukunya yang berjudul “Landasan Manajemen Pendidikan” menyatakan bahwa, Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.8 Dalam praktik lembaga, kata memimpin 8 mengandung konotasi “menggerakkan, mengarahkan, Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2000), hlm. 88. 10 membimbing, melindungi, membina, memberikan teladan, memberikan bantuan, dan lain-lain.9 Dalam buku yang berjudul “Menjadi Kepala Sekolah Efektif”, Abdullah Munir berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan dan ketrampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin, suatu kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain terutama bawahannya untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ini memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.10 Menurut Wahjosumidjo kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu madrasah (sekolah), tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar atau tempat terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.11 Sedangkan dalam buku yang berjudul Administrasi Pendidikan karya Musfirotun Yusuf, menjelaskan bahwa salah satu peran penting kepala madrasah adalah memerankan fungsinya sebagai pemimpin di sekolah. Ukuran keberhasilan kepala madrasah dalam menjalankan tugasnya adalah dengan mengukur kemampuannya di dalam “menciptakan iklim belajar” dengan mempengaruhi, mengajak dan mendorong guru, murid, dan staf 9 Abdullah Munir, Op. Cit., hlm. 32. Idochi Anwar dan Yayat hidayat Amir, Administrasi Pendidikan : Teori, Konsep dan Issu (Bumi Siliwangi: Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2000), hlm. 26. 11 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah: Tinjauan Teoritik dan Pemasalahannya (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 83. 10 11 menjalankan tugasnya masing-masing.12 Jadi disini dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah (madrasah) mempunyai peran sentral sebagai pemimpin di sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswanya. Asy Mas’udi mendefinisikan, “disiplin adalah latihan ingatan dan watak untuk menciptakan pengawasan (kontrol diri), atau kebiasaan mematuhi ketentuan dan perintah”.13 Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan disiplin memerlukan kesadaran untuk melakukan suatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun. Sedangkan menurut Makmun Mubayidh, disiplin adalah membiasakan anak dengan tradisi baik, seperti; mengetahui kewajibannya, tepat dan teliti dalam melaksanakan tugasnya, memiliki motivasi dari dalam dirinya, dan tanggung jawab.14 Selain dari buku-buku yang dijadikan sebagai sumber penulisan skripsi ini, penulis menelaah beberapa skripsi yang berkaitan dengan judul skripsi, antara lain: Menurut Nur Ilaf Nim 232 06 272 2010 dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah Ibtidaiyah terhadap Kinerja Guru di MI Walisongo Tangkil Tengah Kedungwuni Pekalongan”, skripsi ini 12 Musfirotun Yusuf, Administrasi Pendidikan (Pekalongan: STAIN Press, 2005), hlm. 103. 13 Asy Mas’udi, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Yogyakarta : PT Tiga Serangkai, 2000), hlm. 88. 14 Makmun Mubayyidh, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak Refrensi Penting bagi Para Pendidik & Orang Tua, terjemahan Muhammad Muchson Anasy (Jakarta : Pustaka AlKautsar, 2006), hlm. 113. 12 menggunakan pendekatan kuantitatif, jenis penelitian lapangan (field research), sedangkan metode yang digunakan dalam meneliti adalah studi kasus. Dalam skripsi tersebut menyimpulkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kepemimpinan kepala madrasah ibtidaiyah terhadap kinerja guru di Mi Walisongo Tangkil Tengah Pekalongan.15 Menurut Lulu’ Azizah 232 207 004 dengan judul “ Efektifitas Tata Tertib Sekolah dalam Membentuk Kedisiplinan Siswa di SMA Negeri 3 Pekalongan”, skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif, jenis penelitian lapangan, sedangkan metode yang digunakan dalam meneliti adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi, serta menggunakan teknik analisis kulitatif. Dalam skripsi tersebut menyimpulkan bahwa tata tertib dan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 3 Pekalongan serta efektifitas tata tertib sekolah dalam membentuk kedisiplinan siswa dapat dikatakan cukup baik dan efektif, dimana hanya sebagian kecil siswa SMA Negeri 3 Pekalongan yang melakukan pelanggaran tata tertib, sedangkan sebagian besar perilaku siswa telah menunjukkan sikap disiplin.16 Dari beberapa literatur di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan dilaksanakan berbeda dengan penelitian-penelitian yang sebelumnya. Penelitian ini lebih fokus pada peran kepemimpinan Nur Ilaf, “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah Ibtidaiyah terhadap Kinerja Guru di MI Walisongo Tangkil Tengah Kedungwuni Pekalongan”, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010), hlm. vii. 16 Lulu’ Azizah, “Efektifitas Tata Tertib Sekolah dalam Membentuk Kedisiplinan Siswa di SMA Negeri 3 Pekalongan”, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2011), hlm. vii. 15 13 kepala madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang Tahun 2014/2015. 2. Kerangka Berpikir Kerangka berfikir merupakan gambaran pola hubungan antar variabel atau kerangka konseptual yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti, disusun berdasarkan kajian teoritis yang telah dilakukan.17 Berdasarkan dari analisis teori diatas, dapat dibangun suatu kerangka berfikir bahwa peran kepemimpinan kepala madrasah bisa membantu meningkatkan kedisiplinan siswa. Dimana kepala madrasah melaksanakan perannya sebagai kepala sekolah untuk membina hubungan baik dengan para guru agar tercipta suasana kerja yang profesional serta mengarahkan siswanya untuk berdisiplin dalam segala aspek kehidupannya serta dapat menjadi modal atau dasar pijakan hidup mereka yang lebih baik. Kepala madrasah sebagai pemegang komando di lembaga sekolah harus menguasai dan mampu mengambil kebijaksanaan serta keputusan yang bersifat memperlancar dan meningkatkan kualitas pendidikan. Secara langsung kepala madrasah berhubungan erat terhadap kelangsungan belajar mengajar. Dalam prosesnya kepala madrasah harus dekat dengan guru-guru dan peserta didik, artinya kepala madrsah harus memahami segala susuatu yang dibutuhkan guru serta siswa agar proses pembelajaran dapat diterima baik oleh peserta didik. 17 Moh. Muslih, et al., Pedoman Penulisan Skripsi Program Sarjana S 1 STAIN Pekalongan (Pekalongan: STAIN Press, 2007), hlm. 15. 14 Untuk dapat mewujudkan lingkungan pendidikan yang kondusif maka perlu disiplin diri dari semua warga di lingkungan sekolah tersebut. Oleh sebab itu untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan waktu, usaha dan kerja keras yang diiringi dengan tekad yang kuat dan semangat pembaruan. Namun usaha tersebut tidak akan berjalan lancar apabila tidak adanya dukungan atau peran serta dari kepala madrasah, karena kepala madrasah merupakan faktor dominan dari kehidupan sekolah. Keberhasilan dan kegagalan suatu sekolah banyak tergantung pada kualitas kepemimpinan kepala madrasah. Penelitian ini akan memfokuskan pembahasan pada peran kepemimpinan kepala madrasah dalam mendukung dan meningkatkan kedisiplinan siswa, sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang kondusif dan dapat mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang lancar. Dari usaha tersebut akan berdampak pada proses pembelajaran yang berjalan sesuai dengan tujuan. 15 Kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Sebagai pendidik Peran Kepemimpinan 2. Sebagai manajer 3. Sebagai leader Kepala Madrasah 4. Sebagai inovator 5. Sebagai motivator Siswa Kedisiplinan F. Metode Penelitian Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi.18 1. Desain penelitian a. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan mempelajari secara intensif latar belakang kasus terakhir, interaksi lingkungan yang terjadi pada unit sosial, individu, kelompok, 18 65. Sudarwan Damin, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 64- 16 lembaga atau masyarakat.19 Dalam penelitian ini penyusun akan mempelajari, mengamati, mengeksplorasi hal-hal yang terjadi di tempat penelitian tentang kepemimpinan kepala madrasah dan kedisiplinan siswa yang ada di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang. b. Pendekatan penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif karena data yang dihasilkan berupa data deskriptif dalam bentuk pernyataan-pernyataan atau kata-kata tertulis yang berasal dari sumber data yang diamati atau diteliti agar lebih mudah dalam memahami.20 Dalam penelitian ini penyusun melakukan eksplorasi, penggambaran objek penelitian untuk menerangkan dan memprediksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh di tempat penelitian. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena sebagian besar laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif. 2. Lokasi penelitian Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah MTs yang terletak di Jalan Raya Warungasem Batang, yaitu MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang. Dengan pertimbangan MTs Wahid Hasyim Warungasem merupakan madrasah yang berupaya untuk menanamkan disiplin. Disamping itu madrasah ini juga telah dipersiapkan sebagai Madrasah Berstandar Nasional (MBN). Sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan 19 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Cet. Ke-1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 20 M. Natsir, Metode Penelitian, Cet. Ke-1 (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm. 62. hlm. 8. 17 penelitian terutama menyangkut peran kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. 3. Subjek penelitian Pada penelitian kulitatif ini, peneliti memasuki situasi sosial MTs Wahid Hasyim Warungasem, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi dan keadaan sekolah tersebut. Penentuan subjek penelitian pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.21 Apabila peneliti dengan beberapa subjek, peneliti belum mempunyai informasi yang lengkap, maka akan mencari orang lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Teknik ini juga sering disebut snowball sampling, yaitu pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. 4. Sumber data penelitian Sumber data adalah benda, hal atau orang tempat peneliti mengamati, membaca, atau bertanya tentang data.22 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu: a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat 21 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet. Ke-11 (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 218. 22 Suharsimi Arikukto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 88. 18 pengambilan langsung dari subjek informasi yang dicari.23 Adapun yang tergolong sumber data primer adalah kepala madrasah, waka kurikulum, waka kesiswaan, waka sarana dan prasarana serta koordinator BP serta pihak-pihak yang berkaitan di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk memperjelas sumber data primer berupa data kepustakaan yang berkorelasi dengan pembahasan objek.24 Yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku atau sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian ini. 5. Teknik pengumpulan data Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi adalah: a. Metode Observasi Metode observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.25 Metode ini digunakan untuk memperoleh data dengan melakukan pengamatan obyek secara langsung atau peneliti terjun secara langsung ke obyek penelitian. 23 Saifuddin Azwar, op.cit., hlm. 9. Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 1998), hlm. 114. 25 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 82. 24 19 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang alamat atau lokasi sekolah, lingkungan fisik sekolah, unit kantor/ruang kerja, keadaan ruang kelas, laboratorium dan sarana belajar lainnya, suasana atau iklim kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah baik secara akademik maupun sosial, kedisiplinan siswa di lingkungan sekolah, kepemimpinan kepala madrasah, guru serta staf, peran kepala madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa dan siapa saja yang berperan dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang. b. Metode Wawancara Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian.26 Metode ini digunakan peneliti untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang berkenaan dengan gaya kepemimpinan kepala madrasah, kedisiplinan dan peran kepemimpinan kepala madrasah dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang. c. Metode Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barangbarang tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturanperaturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.27 26 Sutrisno Hadi, Metodologi Recearch II (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1987), hlm.192. 20 Metode ini dilakukan peneliti untuk memperoleh data tentang latar belakang obyek penelitian, struktur organisasi sekolah, keadaan guru dan siswa, sarana prasarana MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang. Metode ini digunakan penulis sebagai penguat data yang diperoleh dalam mengetahui sejauh mana peran kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di Mts Wahid Hasyim Warungasem Batang. 6. Teknik analisis data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.28 Dalam penelitian ini data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis induktif, metode kualitatif terutama berorientasi pada upaya eksplorasi, penemuan dengan menggunakan logika induktif.29 Analisis induktif bermakna analisis yang dimulai dengan melakukan observasi spesifik menuju terbentuknya pola umum. Peneliti akan menganalisis data dengan beberapa langkah yakni, reduksi, berarti 27 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 135. 28 Sugiyono, op. Cit., hlm. 244-255. 29 Ibid., hlm. 251. 21 merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting yang terkait dengan peran kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang. Proses selanjutnya adalah penyajian data, peneliti akan menyajikannya dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, atau dengan teks yang bersifat naratif. Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang dan gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau intreaktif, hipotesis atau teori.30 Hasil dari analisis data kualitatif ini menjadi suatu kesimpulan mengenai peran kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang. G. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran umum agar mudah dalam pembahasan, maka penulis merumuskan sistematika penulisan, adapun sistematika penulisannya sebagai berikut: Bab I berisi pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. 30 Ibid., hlm. 252-253. 22 Bab II berisi tentang kepemimpinan kepala madrasah dan kedisiplinan siswa. Kepemimpinan kepemimpinan kepala sekolah/madrasah, kepala madrasah sekolah/madrasah, kualifikasi kepala yang gaya meliputi pengertian kepemimpinan sekolah/madrasah, kepala profesionalitas kepemimpinan kepala sekolah/madrasah dan pemimimpin pendidikan yang efektif. Kedisiplinan siswa meliputi pengertian kedisiplinan siswa dan ruang lingkup kedisiplinan siswa. Bab III deskripsi hasil penelitian peran kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang Tahun 2014/2015, yang meliputi gambaran umum MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang, kepemimpinan kepala MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang Tahun 2014/2015, kedisiplinan siswa MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang Tahun 2014/2015, dan peran kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang Tahun 2014/2015. BAB IV analisis peran kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang Tahun 2014/2015, terdiri atas: analisis kepemimpinan kepala MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang Tahun 2014/2015, analisis kedisiplinan siswa MTs Wahid Hasyim Warugasem Batang Tahun 2014/2015, dan analisis peran kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MTs Wahid Hasyim Warungasem Batang Tahun 2014/2015. 23 Bab V Penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran, serta bagian terakhir atau pelengkap memuat daftar pustaka, daftar riwayat hidup dan lampiran-lampiran. 23