| 214 | 二零 BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 214 | FEBRUARI 2014 “Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” — Ibrani 11:6 Saran-saran Praktis Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan) PERSPEKTIF www.gkagloria.or.id Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email: [email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 215: Alex Lim, Andree Kho, Bambang Alim, Bambang Tedjokusumo Elok Chrisinar, Hendry Heryanto, Herty Togatorop, Johannes Aurelius Liem Sien Liong, Liona Margareth, Musa Akbar HIM. Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung Penerjemah: Tertiusanto EDITORIAL Jangan Meragukan Tuhan K ita sudah melewati satu bulan dalam kehidupan kita di tahun 2014 ini, dan di awal tahun ini, kita menyaksikan berbagai musibah yang dialami oleh saudara-saudara kita di beberapa daerah, entah itu musibah gunung meletus, banjir bandang, dan lainnya. Menyaksikan semua itu, marilah kita terus meluangkan waktu untuk berdoa bagi bangsa ini, bagi masyarakatnya, bagi saudara-saudara seiman, terutama mereka yang mengalami kesulitan dan tantangan iman. Kiranya penghiburan dan kekuatan iman dari Tuhan menyertai mereka. Kita juga tahu, bahwa musibah dan tantangan hidup tidak pernah berhenti selama kita tinggal di dalam dunia ini. Namun itu bukan berarti membuat kita harus menyerah dan putus asa menjalani hidup ini. Hidup dalam dunia ini bagaikan perjalanan seorang musafir, yang suatu kali kelak, kita akan sampai tempat tujuan dan bebas dari segala penderitaan. Sementara kita menghadapi bahaya dan ancaman hidup dalam dunia, sesungguhnya kita tidak pernah berjalan sendiri. Tuhan selalu menyertai dan mengerjakan yang terbaik bagi setiap hal, menurut hikmat dan kekayaan kasih karunia-Nya kepada kita. Jika Dia yang menciptakan dunia ini, mungkinkah Dia tidak menguasainya? Jika Dia menciptakan dunia ini dari ketiadaan (ex nihilo), mungkinkah Dia tidak menguasai keburukan yang terjadi dalam dunia ini? Jika Dia bisa mengubah rencana jahat saudara-saudara Yusuf menjadi sebuah kebaikan bagi hidup keturunan Yakub, apakah Dia tidak mengubah rancangan-rancangan jahat manusia menjadi kebaikan? Jika Dia bisa menghardik badai dan badai menjadi teduh; membelah laut merah menjadi jalan yang rata, mungkinkah Dia tidak bisa menghentikan bencana-bencana dalam dunia ini? Dia bisa! Jika Dia bisa, mengapa Dia tidak menghapus penderitaan dalam dunia ini? Alasan Dia tidak menghapus penderitaan dalam dunia ini, bukanlah hak dan kapasitas kita; seolah-olah dalam segala hal, Dia harus memberi pertanggungan jawab kepada kita, atau Dia harus memberikan alasan kepada kita, sebelum bertindak, seolah-olah hikmat-Nya tidak lebih besar dari hikmat kita. Celakalah kita, jika kita memiliki Tuhan yang hikmat-Nya tidak melebihi kita. Namun Tuhan kita tidak demikian; hikmat-Nya melampaui segalanya, Ia berkuasa atas segalanya, dan kita tidak berhak mengatur atau mempertanyakan alasan apa yang diperbuat-Nya. Bagian kita adalah percaya, berserah, dan berjalan bersama Dia, karena kita adalah milik-Nya. Dia tahu yang terbaik bagi kita (Rm. 8:19-39)! Amin. 01 SABTU FEBRUARI 2014 “Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” (Matius 21:13) Bacaan hari ini: Matius 21:12-17 Bacaan setahun: Matius 21:1-22 YESUS MENYUCIKAN BAIT ALLAH P eristiwa Yesus menyucikan Bait Allah pernah dilakukan pada awal pelayanan Yesus (Yoh. 2:14-25). Untuk kedua kalinya, di masa akhir pelayanan-Nya, Yesus harus kembali melakukan hal yang sama, karena kedegilan hati manusia. “Pasar” yang diadakan itu bukan di dalam Bait Allah, tapi di halaman. Namun kita tidak bisa menyamakan halaman Bait Allah itu dengan halaman gereja sekarang, karena halaman Bait Allah saat itu juga dipakai sebagai tempat beribadah. Apa yang membuat Yesus marah? Ternyata mereka memakai tempat ibadah untuk melakukan kejahatan dan mencari keuntungan bagi diri sendiri. Para pedagang itu menjual binatang-binatang yang dipakai sebagai korban bagi Tuhan. Sepertinya kehadiran pedagang itu bisa membantu orang-orang yang mau beribadah, karena mereka tidak perlu repot-repot membawa binatang korban dari rumah, apalagi mereka yang dari jauh. Namun di balik semuanya itu, para pedagang bersekongkol dengan para imam, memeras mereka yang beribadah. Para imam (yang memeriksa apa binatang itu memenuhi syarat sebagai korban) “memaksa” orang membeli binatang korban di Bait Allah, sedangkan para pedagang akan menjual dengan harga yang sangat tinggi. Yang diperas bukan hanya orang yang mampu, orang miskin pun diperas (mereka menjual burung merpati, binatang korban persembahan orang miskin). Ditambah, mereka mengambil keuntungan dari penukaran uang. Karena itu, Yesus dengan keras menyebut mereka sebagai penyamun dan tempat mereka sebagai sarang penyamun! Betapa ironis dan mengerikannya, para pemuka agama dan pedagang itu telah melecehkan dan menyalahgunakan Bait Allah demi keuntungan pribadi. Itu sebabnya, Yesus ingin mengembalikan fungsi Bait Allah sesuai kebenaran firman Tuhan dari Yes.56:7, “Ada tertulis: RumahKu akan disebut rumah doa.” Bagaimana dengan gereja kita? Gereja seharusnya menjadi tempat orang berjumpa Tuhan, menikmati dan mengalami karya-Nya. Segala bentuk penyalahgunaan gereja, apalagi untuk kepentingan pribadi, haruslah disingkirkan! STUDI PRIBADI: Bentuk-bentuk penyalahgunaan apa yang bisa muncul dan bahkan telah terjadi di gereja saat ini? Jelaskan! Bagaimana fungsi gereja yang sesuai firman Tuhan? Berdoa bagi para pemimpin gereja di muka bumi, yaitu para hamba Tuhan, majelis, pengurus, dan jemaat, agar mereka tidak menyelewengkan fungsi gereja, sehingga gereja dapat menyatakan kebenaran-Nya. 02 MINGGU “Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak FEBRUARI 2014 juga percaya kepadanya.” (Matius 21:32b) Bacaan hari ini: Matius 21:28-32 Bacaan setahun: Matius 21:33-46 LEBIH PENTING TIDAK NYATA P ada bagian ini Yesus memberikan perumpamaan tentang 2 orang anak. Anak yang pertama: N.A.T.O (No Action Talk Only), karena ia dengan sopannya mejawab: “Baik, Bapa”, namun tidak melakukan apa yang diperintahkan ayahnya. Sedangkan anak yang kedua menjawab: “Aku tidak mau,” suatu jawaban yang sangat tidak sopan dan menunjukkan betapa bobroknya sifat manusia sampai berani berkata tidak mau terhadap perintah ayahnya. Tapi, kemudian ia menyesal atas sikapnya dan akhirnya pergi bekerja di kebun anggur ayahnya. Perumpamaan ini Yesus tujukan kepada imam-imam kepala dan tuatua bangsa Yahudi (ay. 23). Tuhan Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa pendapatmu tentang perumpamaan ini?” (ay. 28) dan diakhiri dengan pertanyaan: “Siapa di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?” Ini menunjukkan, perumpamaan ini mengandung teguran dan harusnya dapat menyadarkan orang yang bersalah berdasarkan pendapat yang keluar dari mulut mereka sendiri. Sebenarnya imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi mengerti bahwa diri mereka lah yang digambarkan Yesus sebagai anak sulung. Mereka yang mengerti Taurat, menggembargemborkan pengharapan datangnya Mesias, tapi justru tidak mau percaya dengan berita jalan kebenaran dan pertobatan yang disampaikan Yohanes Pembaptis. Namun para pemungut cukai, perempuan-permpuan sundal yang dianggap bobrok moralnya, yang tidak pernah bicara tentang Mesias, justru merekalah yang mau bertobat dan menyerahkan diri untuk dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Luk. 3:12, 7:29-30). Tuhan tidak butuh orang yang hanya berkata “ya” tetapi tidak mau melakukan firman Tuhan. Tuhan minta kita menyesal (menyadari dosanya) dan bertobat (melakukan perintah Tuhan sebagai buah dari pertobatan). Kita perlu introspeksi diri: “Saat ini, aku adalah anak yang sulung atau anak bungsu?” Jangan sampai kita sudah puluhan tahun menjadi orang Kristen, beribadah, dibaptis, di luar kelihatan baik, tapi sebetulnya kita belum benarbenar bertobat dan tidak mengasihi Tuhan. STUDI PRIBADI: Mengapa para imam dan ahli Taurat yang sudah tahu yang benar, tetapi tidak mau bertobat? Pelajaran rohani apa yang Anda dapatkan pada kisah ini? Berdoalah agar setiap kita, anak Tuhan, benar-benar mengenal kebenaran yang menyelamatkan, menyesali dosa-dosa kita, bertobat dan mau dengan setia melakukan firman Tuhan dalam hidup. 03 SENIN FEBRUARI 2014 “…mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan.” (Matius 22:15) Bacaan hari ini: Matius 22:15-22 Bacaan setahun: Matius 22:1-22 TAAT PADA ALLAH DAN PEMERINTAH D ikisahkan, orang-orang Farisi dan Herodian bersatu dan berusaha menjebak Tuhan Yesus dengan pertanyaan mereka. Kaum Farisi merupakan sebuah partai politik, sebuah gerakan sosial dan aliran pemikiran yang berkembang pada masa Bait Suci kedua. Dalam hal membayar pajak kepada kaisar, mereka lebih menolak dan lebih mengakui kedaulatan Allah atas dunia dari pada kedaulatan kaisar. Terlebih, Kaisar pada masa itu dipercaya sebagai Tuhan atau anak dewa (son of god), sehingga kaum Farisi lebih menolak untuk membayar pajak kepada kaisar. Kepercayaan ini dapat dilihat pada mata uang logam dinar pada masa itu. Pada bagian depan tertera: “Tiberius Kaisar Agustus Anak Allah Agustus,” sementara di bagian belakang tertera: “imam tinggi.” Bagi kaum Farisi, membayar pajak kepada kaisar adalah sebuah pengkhianatan besar. Sedangkan kaum Herodian, adalah kelompok yang setia kepada Herodes Agung dan kaum keluarganya yang berorentasi pada kegiatan politik. Bagi kaum Herodian, pembayaran pajak kepada kaisar adalah suatu hal yang harus dilakukan sebagai bentuk kesetiaan pada kaisar. Terlihat jelas kedua kelompok ini bersatu padu untuk menjebak Yesus. Jika Yesus menjawab “ya,” maka Ia akan dikucilkan atau dicap sebagai seorang pengkhianat, namun jika Yesus menjawab “tidak” atas pertanyaan mereka, Ia akan dicap sebagai seorang yang tidak taat pada pemerintah. Dengan kebijakan-Nya Yesus menjawab: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” Jawaban-Nya memberikan pelajaran penting bagi tiap umat Allah; kita memiliki dua status kewarganegaraan, yakni kewarganegaraan surga dan dunia. Jika kita tidak taat pada pemerintah, maka kita juga tidak taat pada Allah, sebab pemerintah berasal dari Allah (Rom 13:1-7). Namun kita pun juga tidak boleh mengesampingkan ketaatan kepada Allah, jika pemerintah melakukan tindakan yang tidak benar dan melawan diri-Nya; sebab kita adalah umat ciptaan-Nya dan Allah adalah pemerintah hidup kita. STUDI PRIBADI: Kapan kita harus mentaati pemerintah, dan kapan kita harus menyatakan kesetiaan kita kepada Allah dari pada pemerintah? Jelaskan! Berdoalah bagi para pemimpin bangsa kita agar mereka diberikan hikmat oleh Allah untuk memerintah negara ini dengan bijkasana, adil dan sejahtera, demi kemakmuran bangsa Indonesia. 04 SELASA FEBRUARI 2014 “Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi Suami perempuan itu pada hari kebangkitan?” (Matius 22:28) Bacaan hari ini: Matius 22:23-33 Bacaan setahun: Matius 22:23-46 KEHIDUPAN DI SORGA S alah satu kelompok fundamental yang pernah terlibat aksi bom Bali pernah mengakui tindakannya sebagai pembelaan kebenaran yang diimaninya. Yang membuat kita mungkin terkejut adalah ia percaya, jika melakukan itu sampai mati, ia akan masuk sorga dan menikah dengan bidadari cantik. Terlihat jelas bahwa perspektif mereka tentang kehidupan di sorga adalah kehidupan kawin-mengawini, sama seperti di dunia. Salah satu peristiwa di atas merupakan contoh yang keliru dari definisi mengenai kehidupan di sorga. Sayangnya, banyak orang yang masih beranggapan, bahwa sorga adalah tempat yang sama seperti kehidupan di dunia ini, padahal tidak demikian. Kehidupan di sorga tentunya kehidupan yang berbeda dari dunia. Keduanya tidaklah sama. Perenungan dari Matius 22:23-33 akan menerangi perspektif kita mengenai kehidupan di sorga. Suatu kali Yesus pun pernah diperhadapkan kepada satu pertanyaan yang menjebak. Ketika kaum Saduki bertanya mengenai hukum perkawinan dengan istri saudara yang telah meninggal, Yesus berkata “Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah! Pada waktu kebangkitan, orang tidak kawin dan dikawinkan, melainkan hidup seperti malaikat di sorga.” Jawaban Yesus adalah sebagai respon bagi kaum saduki atas pertanyaan mereka yang menjebak, dan menegaskan bahwa kehidupan di sorga tidak berbicara mengenai kawinmengawini sama seperti di bumi, namun kehidupan di sorga adalah sama seperti malaikat. Berdasar beberapa referensi dalam Alkitab, kehidupan malaikat di sorga adalah suatu kehidupan yang menyembah, memuji, memuliakan Allah, di mana Allah ditinggikan sebagai Tuhan yang berkuasa. Tidak dapat dibayangkan mengenai suasana indah di Kerajaan Sorga di mana suatu saat kita pasti akan bertemu dengan saudara-saudara seiman, menikmati indahnya suasana penyembahan kepada Allah. Apabila suasana indah di sorga dipenuhi dengan penyembahan, sudahkah selama kita hidup dalam dunia dipenuhi dengan penyembahan kepada Allah melalui doa maupun pujian kepada-Nya? STUDI PRIBADI: Apa yang Anda pikirkan tentang sorga, sebelum Anda mengenal Kristus? Apa kata Alkitab tentang sorga? Apakah kehidupan di sorga seperti kehidupan di dunia? Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki pandangan yang benar tentang kondisi Kerajaan Sorga dan menjalani kehidupan yang benar, sementara mereka masih tinggal di dunia ini. 05 RABU FEBRUARI 2014 “Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka.” (Matius 23:3) Bacaan hari ini: Matius 23:3 Bacaan setahun: Matius 23:1-22 INTEGRITY-(1) M engamati kehidupan anak-anak TUHAN, bahkan sebagian besar tokoh-tokoh yang ada dalam Alkitab, ditemukan gejala umum, yaitu: mereka mendemonstrasikan iman mereka hanya kepada momentum-momentum prima dalam kehidupan mereka saja. Meskipun mereka dapat menjadi model dan panutan, mereka sendiri tidak selalu hidup dalam kondisi iman yg prima tersebut. Mereka menjadi model dan panutan dalam area-area tertentu karena mereka tidak selalu berhasil memelihara konsistensi iman mereka. Mengapa demikian? Spirit mereka seringkali menjawab: “kami bukan malaikat... Tak ada manusia yang sempurna.” Tentu ini jawaban yang “tidak salah,” meski proses “sanctification” progresif belum tercapai seperti yang diharapakan Allah (Mat. 5:48), tetapi ada hal-hal yang lebih baik yang seharusnya dapat dikerjakan. Artinya: berjuanglah untuk membangun “kehidupan yang utuh/ integritas hidup” dengan menemukan dan menghargai identitas kita sebagai anak TUHAN dalam perbuatan-perbuatan nyata yang kita hidupi sehari-hari. Dalam “kehidupan yang berintegritas” kita tidak takut menjadi berbeda dengan dunia, ketaatan untuk menjadi “pelaku-pelaku kebenaran Iman Kristiani” dalam setiap aspek kehidupan sangat penting, tidak terbatas hanya kepada pemimpin tetapi kepada setiap orang, khususnya anak TUHAN sehingga “sikap kemunafikan” berubah menjadi “sikap yg penuh dengan integritas” dalam segala hal. Para pemimpin agama (ahli Taurat dan orang Farisi) seharusnya menjadi teladan bagi para pengikitunya namun mereka hanya pandai mengajar tetapi tidak melakukan apa yang diajarkannya. Maka Yesus menyebut mereka dengan sebutan: orang-orang munafik, pemimpin buta, orang-orang bodoh dan orang buta. Ini berarti kebenaran yang secara kognitif kita ketahui, tidak dengan sendirinya memperbaharui dan membebaskan dari kehadiran dosa. Karenanya, kita perlu “melatih tubuh” ini dan menguasai seutuhnya, supaya jerih payah kita tidak menjadi sia-sia. STUDI PRIBADI: Apakah yang dimaksud dengan “integritas hidup”? Mengapa mengetahui kebenaran saja tidak cukup disebut berintegritas? Berdoalah bagi setiap orang Kristen yang menjalankan tugasnya sebagai pemimpin di perusahaan atau tempat kerja lainnya agar mereka memiliki integritas yang baik dan memuliakan Tuhan. 06 KAMIS FEBRUARI 2014 “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik…” (Matius 23:25) Bacaan hari ini: Matius 23:25 Bacaan setahun: Matius 23:23-39 INTEGRITY-(2) G ereja yang “setengah mati” membutuhkan pemimpin-pemimpin. Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa ketika Tuhan benar-benar menemukan seseorang yang siap untuk memimpin, berkomitmen menjadi murid sepenuhnya dan bertanggung jawab, orang itu digunakan sampai mencapai batasnya. Pemimpin-pemimpin seperti itu tetap memiliki kekurangan dan kelemahan; namun meskipun demikian, mereka menjadi pemimpin-pemimpin rohani. Untuk menjadi pemimpin dalam gereja selalu dibutuhkan kekuatan dan iman, yaitu: dalam memberikan diri kita sendiri dalam melayani orang lain, dan bukan dalam membujuk orang lain untuk melayani dirinya. Pelayanan sejati selalu ada harganya. Pemimpin rohani sejati memusatkan perhatian pada pelayanan yang dapat diberikan kepada Tuhan dan orang lain, bukan pada berbagai perolehan dan keuntungan dari jabatan yang tinggi atau gelar yang kudus. Tujuan kita dalam kehidupan haruslah lebih memberi dari pada menerima. Samuel Brengle, Pengkotbah Kebangunan Rohani Bala Keselamatan yang terkenal, berkata: “Estimasi terakhir manusia menunjukkan bahwa, sejarah setitik pun tidak peduli akan kedudukan atau gelar yang disandang seseorang, atau jabatan yang dipegangnya; yang dipedulikan hanyalah kualitas perbuatan-perbuatannya, serta karaker pikiran dan hatinya.” Maka Yesus pun mengecam ahli Taurat dan orang Farisi yang adalah pemimpinpemimpin umat. “Celakalah kamu, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.” Jalan menuju otoritas dan kepemimpinan rohani tidaklah diperoleh melalui promosi, melainkan melalui banyak doa dan air mata. Itu dicapai melalui pengakuan dosa dan banyak menyelidiki hati dan merendahkan diri di hadapan Tuhan, tanpa gentar dan mengeluh; bukanlah mencari hal-hal besar bagi diri sendiri, melainkan menghitung hal-hal yang kita peroleh sebagai pengabdian kepada Kristus. STUDI PRIBADI: Apa yang membuat ahli Taurat dan orang Farisi selalu dikritik oleh Tuhan Yesus? Bagaimana seharusnya kehidupan dan sikap seorang pemimpin rohani? Berdoalah bagi para pemimpin rohani agar mereka dapat menjadi teladan dan memperhatikan mereka yang dipimpinnya dengan ketulusan hati dan penuh sikap yang bertanggung jawab. 07 JUMAT FEBRUARI 2014 “Jawab Yesus: Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku... menyesatkan banyak orang.” (Matius 24:4-5) Bacaan hari ini: Matius 24:4-5 Bacaan setahun: Matius 24:1-28 HATI-HATI PENYESATAN S ebuah film beberapa waktu yang lalu berjudul “2012” dibuat berdasar “ramalan” bangsa Maya. Ketika penanggalan bangsa Maya berakhir pada 21 Desember 2012, kiamat akan datang yang ditandai dengan kehadiran dewa Bolon Yokte sebagai simbol perubahan. Tapi 21 Desember 2012 telah berlalu, dan kiamat tidak terjadi. Saat ini mulai beredar ramalan kiamat yang baru. Kali ini sumbernya berasal dari kebudayaan Norse, yang lebih kita kenal dengan sebutan bangsa Viking. Kiamat, menurut bangsa Viking merupakan rangkaian dari “ramalan” peristiwa masa depan yang disebut Ragnarok. Perayaan dimulainya Ragnarok dilakukan dalam pembukaan Festival Viking di York, Inggris. Kiamat diprediksi berlangsung pada 22 Februari 2014. Rupanya, persoalan mengenai terjadinya kiamat merupakan pertanyaan misteri yang membangkitkan keingintahuan banyak orang dari masa ke masa. Alkitab menceritakan kisah mengenai murid Kristus yang juga mempertanyakan akhir dunia. Menanggapi semua itu Kristus menyatakan bahwa waktu itu akan datang secara tiba-tiba dan Ia memberikan beberapa perintah untuk dilakukan oleh setiap murid-Nya, yaitu: 1. Jangan tersesat, banyak orang akan datang dengan memakai nama Tuhan Yesus dan mereka akan menyesatkan banyak orang (ay. 4,6). 2. Jangan gelisah, sekalipun banyak bencana namun setiap orang percaya yang bertahan dalam imannya akan mengalami keselamatan (ay.6,8). 3. Jangan kalah, ini berkaitan dengan kesetiaan dalam menghadapi ujian sampai Tuhan Yesus datang kembali. Tuhan menginginkan orang percaya tidak kehilangan ketekunan dalam mempertahankan imannya, dan tetap berani memberitakan Injil sampai ke seluruh dunia (ay. 12 - 14). Kristus tidak mementingkan kapan kiamat akan terjadi secara pasti, namun Ia menekankan pada sikap kita selama hal itu belum terjadi. Kiranya kita selalu memperhatikan ketiga perintah tersebut sehingga kita tidak terpengaruh dengan berita dan kondisi sekitar kita, sebaliknya kita justru menjadi pewarta kebenaran di tengah kesesatan. STUDI PRIBADI: Apa yang Tuhan Yesus peringatkan kepada kita mengenai akhir zaman? Apakah yang harus kita lakukan agar kita waspada dalam menghadapi penyesatan? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka tetap setia kepada Tuhan Yesus dan berpegang teguh pada kebenaran firman-Nya, dengan tetap hidup saleh dan berkenan di hadapan Tuhan. 08 SABTU FEBRUARI 2014 “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.” (Matius 24:42) Bacaan hari ini: Matius 24:37-51 Bacaan setahun: Matius 24:29-51 BERJAGA-JAGALAH! K eadaan yang nyaman seringkali membuat hidup seseorang menjadi tenang dan santai, bahkan membuat orang Kristen kadang lupa akan panggilan hidupnya untuk bertanggung jawab, sampai Tuhan Yesus datang kembali. Tuhan mengharapkan agar tiap orang Kristen hidup dalam penantian akan kedatangan-Nya kembali, yang terjadi tiba-tiba. Saat itu Tuhan akan menuntut kita mempertanggungjawabkan setiap kesempatan dan talenta yang telah Ia berikan kepada kita. Para pemimpin gereja dapat datang dan pergi, atau bahkan dapat jatuh dan bangkit kembali, bahkan segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini bisa hilang secara tiba-tiba, namun kebenaran firman Tuhan tidaklah pernah berubah. Karena itu, seharusnya kehidupan orang percaya tidak boleh dijalani dengan bersandar kepada hal-hal yang bisa berubah, tapi dengan bersandar kepada kebenaran firman Tuhan. Kita berjaga-jaga dengan hidup secara waspada dan senantiasa mengingatkan diri kita bahwaTuhan bisa datang kapan saja. Kata “berjaga-jagalah” berasal dari bahasa Yunani “gregoreo” yang menunjukkan keadaan siap-siaga terus-menerus pada masa sekarang. Alasan untuk sikap kesiagaan itu adalah, bahwa orang percaya masa kini tidak mengetahui kapan Tuhan akan datang kembali. Dengan kata lain, orang percaya harus menghadapi kemungkinan bahwa Tuhan kita, Yesus Kristus bisa datang setiap saat. Hal ini akan menimbulkan suatu sikap kepastian di tengah penantian di kalangan orang Kristen. Bagaimana dengan kehidupan kita har ini? Marilah kita menjalani setiap waktu yang Tuhan berikan kepada kita dengan sikap penantian yang tepat, yaitu dengan bijaksana berdasarkan kebenaran firman Tuhan, dan setia dalam setiap kesempatan pelayanan dan kesaksian kita sehingga kita boleh siap sedia ketika Tuhan datang. Kiranya Tuhan menguatkan kita. Kiranya kita dapat menjadi orang Kristen yang bijaksana dan dapat mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang kita kerjakan, baik di hadapan Tuhan maupun sesama. STUDI PRIBADI: Apa makna “berjaga-jaga” bagi Anda? Mengapa sebagai umat Tuhan, kita harus berjaga-jaga dalam setiap kehidupan kita? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka dapat bersikap bijaksana dalam menggunakan waktu dan kehidupan yang Tuhan telah berikan sebagai ciptaan baru di dalam Kristus Yesus. 09 MINGGU FEBRUARI 2014 “Karena itu, berjaga-jagalah...” (Matius 25:13) Bacaan hari ini: Matius 25:1-13 Bacaan setahun: Matius 25:1-30 SELALU SIAP A pakah ada orang menikah tanpa persiapan? Umumnya, pasangan yang mau menikah selalu mempersiapkan acaranya sedini mungkin untuk menyambut peristiwa yang hanya satu kali seumur hidup. Jika peristiwa pernikahan dianggap penting, tentu urusan Kerajaan Allah jauh lebih penting. Yesus memberikan perumpamaan yang berifat eskatologis, melihat peristiwa penting yang akan datang. Sering kali kita hanya melihat dan mempersiapkan hal-hal yang di depan mata sehingga lupa tentang hal yang akan datang. Kehadiran Kerajaan Allah merupakan hal yang penting, maka perlu disiapkan sebaik mungkin seperti gadis-gadis bijaksana. Sikap lima gadis pertama, dikatakan “gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak” (Mat. 25:3). Ada dua kesalahan yang dilakukan lima gadis bodoh tersebut: (1) tidak siap, tidak membawa persiapan minyak; (2) tidak berjaga-jaga, mereka mengantuk dan tertidur. Sikap lima gadis ini tidak serius, tidak sungguh-sungguh, tidak sigap ketika menyambut mempelai laki-laki. Terkesan mengentengkan peristiwa penyambutan mempelai, sehingga ketika sang mempelai datang, mereka tidak siap dan tidak kebagian. Ini mengingatkan kepada kita, lima gadis tersebut menggambarkan orang Kristen yang tidak serius dalam menyambut kedatangan Kristus. Selalu berpikir enteng dan bersifat acuhtak acuh. Apakah saudara bersikap demikian? Sikap ke-lima gadis bijaksana berbeda, membawa persiapan minyak. Mereka memiliki persiapan yang matang dan menganggap penyambutan mempelai sebagai peristiwa penting. Ketika mempelai datang, merekalah yang pertama kali menyambut dengan sukacita, sehingga mendapatkan tempat yang terhormat bersama dengan mempelai. Tidak demikian dengan mereka yang tertinggal dan terlambat, pintu sudah ditutup dan kesempatan masuk, tidak ada lagi. Kedatangan Kristus mengisyaratkan kepada kita bahwa tidak tolerensi waktu, orang, siapa pun juga. Kedatangan Kristus tiba-tiba dan tidak ada seorang pun yang tahu. Orang-orang percaya harus menyambut seperti gadis yang bijaksana dan selalu siap. STUDI PRIBADI: Apa yang dilakukan para gadis bijaksana dalam menantikan kedatangan mempelai? Apa yang salah dengan gadis-gadis yang bodoh? Berdoalah bagi jemaat agar mereka senantiasa hidup dalam terang firman Tuhan sehingga hati nurani mereka dapat diteguhkan dan dikuatkan dalam menantikan kedatangan Tuhan Yesus. 10 SENIN FEBRUARI 2014 “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia.” (Matius 25:31) Bacaan hari ini: Matius 25:31-46 Bacaan setahun: Matius 25:31-46 SEGALA SESUATU MENJADI JELAS D alam dunia ini banyak agama dan kepercayaan yang berbeda. Setiap penganutnya mengklaim bahwa agamanya lah paling benar, dan tidak mau dikatakan salah atau sesat. Siapakah yang dapat menentukan dan membuktikan mana yang salah dan mana yang betul? Hanya ada satu peristiwa penting, “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya.” Maka segala sesuatu menjadi jelas. 1. Ia datang dalam kemuliaan, bisa diartikan Kristus datang kembali ke dunia dengan kejayaan dan kemenangan mutlak atas segala kuasa yang ada di dunia dan setan telah dilenyapkan. Tidak ada satu kuasa pun yg dapat melawan kuasa Kristus. Orang-orang yang beriman kepada Kristus ialah pemenang-pemenang iman. Genaplah yang dikatakan firman Tuhan, “Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan” (Flp. 2:10-11). Pada hari itu, semua agama kepercayaan menjadi jelas, mana yang benar, mana salah. 2. Pemurnian iman dan status. Saat kedatangan Anak Manusia dalam kemuliaan, semua menjadi jelas. Mana yang memiliki kesetiaan iman dan mana yang telah membohongi dirinya juga Tuhan. Pada hari itu, Tuhan lah yang akan menempatkan posisi domba-domba-Nya di sebelah kanan, dan kambing di sebelah kiri. Pertanyaannya, siapakah yang masuk kelompok domba, atau kristen sejati? Dan siapakah yang dikategorikan kambing atau orang kristen palsu? Hari ini Tuhan memberi kesempatan bagi kita untuk memperbaiki iman dan status kita, agar kita memiliki iman yang sejati. 3. Pujian bagi mereka yang telah menghidupi imannya dengan benar, memperdulikan mereka yang lemah dan miskin tanpa memandang bulu, menyatakan kasih Tuhan dalam segala keadaan dan tidak hitung-hitungan. Sebaliknya, iman orang munafik, tidak melakukan sesuatu; sepertinya saleh dan dermawan, namun tidaklah menunjukkan kepeduliannya kepada sesamanya. Hanya mereka yang memiliki kemurnian iman berhak duduk dalam kemuliaan Anak-Nya. STUDI PRIBADI: Apakah yang akan terjadi pada waktu kedatangan “Anak Manusia” dalam kemuliaan-Nya? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat agar mereka senantiasa setia dan taat kepada Tuhan sebagai wujud syukur dan kasih mereka kepada Tuhan Yesus yang telah menyelamatkan hidup mereka. 11 SELASA FEBRUARI 2014 “Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: ‘...Sebab ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku...’” (Matius 26:10) Bacaan hari ini: Matius 26:1-13 Bacaan setahun: Matius 26:1-25 YANG MENGASIHI DAN YANG MENGKHIANATI P ada saat dan kesempatan yang terakhir itu, seorang perempuan mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhan, dan Tuhan menerimanya dengan tulus, bahkan menganggapnya sebagai persiapan kematian-Nya. Menurut data dari kitab Injil lainnya, perempuan ini bernama Maria (Yoh. 12:3). Namun, nampaknya Matius tidak ingin menekankan identitas pribadinya, melainkan gender, bahwa wanita yang selama ini dikelas-duakan, lebih memahami isi hati Tuhan dari pada kaum pria Yahudi. Yang Tuhan hargai tentu saja bukan karena harga dari minyak tersebut, tetapi hatinya. Bagi para murid termasuk Yudas, itu adalah pemborosan. Ini terjadi karena perbedaan konsep nilai. Bagi Yudas, alasannya lebih klasik; karena dia ingin mengambil kesempatan dan keuntungan (Yoh.12:6). Murid-murid menyatakan bahwa nilai minyak wangi itu cukup besar dan dapat dipakai untuk menolong orang miskin, tapi Tuhan menjelaskan bahwa kesempatan itu (jikalau memang benar mereka cukup peduli) akan selalu ada, tetapi kesempatan untuk menyatakan kasih kepada-Nya hanya pada kali itu saja, dan Maria telah meraihnya. Lebih jauh Tuhan berkata bahwa perbuatannya akan selalu disebut dan dikenang setiap kali Injil/kabar baik ini diberitakan. Artinya: perbuatan kasihnya kepada Tuhan akan menjadi saksi dari respon kasih orang berdosa kepada kasih Tuhan. Di mana Injil diberitakan, akan ada respon kasih, akan ada persembahan hidup! Lain Maria, lain lagi Yudas. Dia justru melakukan hal yang paling buruk; mengkhianati Tuhan. Kekecewaannya karena kehilangan peluang untuk mencuri uang, memicu sifat aslinya, mendorong dia melakukan dosa lain; menjual Tuhan demi 30 uang perak. Suatu pemicu kecil, telah membuka kedok dan memperlihatkan keaslian dirinya. Bagaimana dengan kita? Di balik semua kegiatan gerejawi yang kita lakukan, apakah kita telah sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan rela memberikan apa yang kita anggap paling berharga seperti Maria, atau kita sedang memperalat Tuhan untuk keuntungan dan kemuliaan diri kita sendiri, seperti Yudas? STUDI PRIBADI: Apa yang Maria lakukan, ketika memiliki kesempatan untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan Yesus? Mengapa Maria rela melakukannya?! Berdoalah bagi setiap para aktivis, hamba Tuhan dan majelis gereja, agar mereka melayani dengan ketulusan, bukan mencari pujian bagi diri sendiri, atau bahkan memakai nama Tuhan untuk kepentingan diri sendiri. 12 RABU FEBRUARI 2014 “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan…” (Matius 26:41) Bacaan hari ini: Matius 26:36-46 Bacaan setahun: Matius 26:26-50 YANG BERGUMUL DAN YANG TERTIDUR P eristiwa di Getsemani adalah saat-saat terakhir menjelang Tuhan ditangkap dan satu-satunya catatan dalam Perjanjian Baru di mana Tuhan mengalami kesedihan dan kegentaran mendalam, sehingga sel-sel darah pecah dan bercampur cairan tubuh yang keluar dalam bentuk keringat darah. Apa yang membuat Dia setakut itu? Kematiankah? Siksaankah? Sejak awal, Dia tahu persis, bahwa Dia akan dibunuh, tetapi Dia juga tahu bahwa Dia pasti akan bangkit kembali. Lalu apa yang membuat-Nya begitu ketakutan? Jawabannya ada pada catatan bagian lain. Yang pasti, ini adalah pergumulan terberat yang Tuhan harus hadapi. Suatu kengerian yang tidak terjangkau oleh akal manusia yang sudah cemar dosa, tapi yang Dia terima dengan ketaatan penuh; bahwa di atas salib, Dia akan mengalami suatu kengerian yang sangat dalam. Dia akan ditinggalkan oleh Bapa sebagai bentuk penghukuman atas dosa umat manusia; terpisah dan terbuang dari hadirat Allah yang berakhir pada kematian. Ini adalah puncak pergumulan Tuhan Yesus. Namun misi penyelamatan lebih penting dari rasa ketakutan, kasih-Nya mengatasi semua hambatan. Tiga murid yang paling dekat dengan-Nya, diajak untuk menemani berdoa, bergumul bersama. Inilah saat dimana Tuhan paling membutuhkan dukungan, tapi justru mereka tertidur. Ketidakmampuan untuk memahami apa yang sedang Tuhan hadapi, ditambah dengan kelemahan fisik mereka, menyebabkan mereka kehilangan kesempatan untuk ikut serta dalam salah satu momen paling krusial. Mereka bukan hanya sekali tertidur, tapi mengulangnya kembali, bahkan setelah ditegur Tuhan. Tuhan memang tidak menghakimi kesalahan mereka, karena Dia memahami kondisi kelemahan mereka, tapi ini dicatat untuk menjadi peringatan bagi setiap pengikut-Nya sepanjang sejarah. Tidak ada seorangpun—seberapa pun dekatnya dia dengan Tuhan—bisa mengikut Tuhan dengan kekuatan dirinya sendiri. Kita semua, terjerat dalam kelemahan kedagingan. Kita semua bisa jatuh. Hanya anugerah-Nya saja yang menopang kita. STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Tuhan Yesus mengalami ketakutan dan kegentaran? Pelajaran rohani apa yang kita peroleh dalam peristiwa kegentaran Tuhan Yesus? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka dapat menghargai karya keselamatan yang Tuhan telah berikan, sehingga mereka mampu memakai kehidupan mereka untuk perkara-perkara mulia. 13 KAMIS FEBRUARI 2014 “Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah: Aku tidak kenal orang itu.” (Matius 26:72) Bacaan hari ini: Matius 26:69-75 Bacaan setahun: Matius 26:51-75 YANG SESUMBAR DAN YANG MENYESAL S ebelum ditangkap, Tuhan mengatakan kepada para murid bahwa iman mereka akan tergoncang. Sesuatu yang sama sekali tidak pernah terpikirkan, bahwa segala kebaikan, semua pengajaran-Nya yang benar, yang telah memberikan pengertian tentang kebenaran, semua kebajikan yang Dia lakukan selama 3 tahun lebih, akan berakhir dengan penangkapan atas Diri-Nya. Ini kejadian yang terlalu bertolak belakang dengan semua realita yang ada, dan akan menggoncangkan iman mereka. Tetapi Petrus dengan lantang menjawab, bahwa dia punya iman seteguh batu karang yang tidak akan bisa digoncangkan. Tetapi Tuhan memperingatkan dia, bahwa jika yang lain akan tergoncang, maka dia akan menyangkal. Bukan hanya satu kali, tapi tiga kali (Mat. 26:30-35). Peringatan itu disampaikan padanya beberapa jam sebelumnya, dan bukankah seharusnya itu masih segar dalam ingatan Petrus? Nyatanya, dia menyangkal Tuhan tiga kali, seperti yang sudah Tuhan ketahui sebelumnya. Tidak ada penjelasan tentang alasan penyangkalan Petrus, mungkin karena memang tidak dibutuhkan alasan atau argumentasi apapun; itu hanya suatu fakta sederhana tentang kelemahan kedagingan. Siapapun bisa jatuh, apalagi yang bersikap sombong merasa diri lebih kuat, lebih saleh, lebih beriman dari pada orang lain (bdk. 1Kor. 10:12). Tetapi sekali lagi, anugerah menopangnya. Menurut catatan Injil Lukas, Tuhan sudah tahu dan sudah mendoakan supaya dia tidak terpuruk sampai tidak dapat bangun kembali. Dengan kegagalan dirinya, dia bisa menguatkan teman-teman lainnya (Luk. 22:31-32). Petrus sesumbar karena kesombongannya, dan dia jatuh karena kelemahannya. Tetapi reaksi atas kegagalan itulah yang membedakan Petrus dengan Yudas. Petrus menyesali penyangkalan dirinya terhadap Tuhan, lalu dia pergi ke luar membawa penyesalan yang dalam, disertai pertobatan dan perpalingan kepada Tuhan. Tidak ada orang yang kebal dosa dan tidak bisa jatuh dalam dosa. Tetapi sesalilah dosa dan kembalilah kepada Tuhan. Pada-Nya ada pengampunan dan pemulihan. STUDI PRIBADI: Penyangkalan Petrus sengaja dicatat Matius dalam Kitab Injilnya untuk menunjukkan apa? Pelajaran rohani apa yang bisa Anda terapkan bagi diri Anda sendiri? Berdoalah bagi para pemimpin rohani agar mereka tidak menyombongkan diri dan merasa diri paling benar dan paling baik, sehingga tidak jatuh dalam dosa kedagingan. 14 JUMAT FEBRUARI 2014 “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.” (Matius 27:4) Bacaan hari ini: Matius 27:1-10 Bacaan setahun: Matius 27:1-26 FORGIVENESS J ika ada pertanyaan, “Apa bedanya Yudas dengan Petrus?” Dengan sangat cepat kita pasti akan menjawab, bahwa Yudas adalah seorang pengkhianat, berbeda dengan Petrus. Yang diingat orang dari Yudas adalah pengkhianatannya. Padahal, jika kita perhatikan dalam kitab Injil, sesungguhnya lebih banyak persamaan antara Yudas dan Petrus. Misal, sama-sama diajar Tuhan Yesus, sama-sama melihat mujizat Yesus, samasama melayani, bahkan sama-sama menyesal, ketika mereka sadar akan perbuatan mereka. Tapi, apakah yang selalu diingat oleh orang? Perilaku pengkhianatannya. Hal yang sangat ironis karena sebenarnya Petrus juga berkhianat dengan menyangkal Tuhan Yesus. Tetapi, jarang sekali label “pengkhianat” ini dikenakan pada Petrus. Sesungguhnya, yang menjadi perbedaan besar antara Yudas dan Petrus adalah respon mereka terhadap pengampunan dari Tuhan. Petrus menyesal dan kembali kepada Tuhan meminta pengampunan (Mrk. 14:72; Luk. 22:62). Berbeda dengan Yudas, yang menyesal (Mat. 27:4), tapi tidak meminta pengampunan. Dia putus asa sehingga mengakhiri hidupnya. Dia gagal memahami siapa Anak Allah yang dia layani. Dia tidak merasakan anugerah pengampunan yang sesungguhnya, yang telah Tuhan sediakan baginya. Dia merasa tidak ada harapan baginya; padahal sesungguhnya pengampunan itu selalu tersedia bagi semua orang. Seringkali orang menyadari keberdosaannya dan tahu bahwa yang dilakukannya adalah salah. Namun ia tidak mengecap pengampunan Tuhan, karena mereka tidak memintanya. Sebenarnya tidak cukup hanya sadar dan menyesal atas apa yang sudah kita lakukan, tetapi harus sampai kepada permohonan pengampunan kepada Tuhan. Tidak cukup kita hanya berkata “aku menyesal,” tetapi harus sampai “aku memohon ampun.” Marilah kita bercermin dari kisah Yudas, agar kita tidak mengikuti jejaknya, tetapi sebaliknya datanglah kepada Tuhan dan memohon pengampunanNya, jika kita sadar akan dosa kita; sebab “jika kita mengaku dosa kita, maka Ia yang setia dan adil akan mengampuni dosa kita” (1Yoh. 1:9). STUDI PRIBADI: Apa perbedaan Petrus dan Yudas dilihat dari “kacamata pengampunan”? Apa yang harus kita lakukan ketika kita telah berdosa di hadapan Tuhan? Berdoalah agar Tuhan memberikan kita hati yang mau datang kepada Tuhan dengan penuh keredahan hati, dan berani mengakui keberdosaan kita, serta memohon pengampunan dari-Nya. 15 SABTU FEBRUARI 2014 “Dan di atas kepala-Nya terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum: Inilah Yesus Raja orang Yahudi.” (Matius 27:37) Bacaan hari ini: Matius 27:32-44 Bacaan setahun: Matius 27:27-50 RAJA ORANG YAHUDI K etika Tuhan Yesus disalibkan, di atas kepala-Nya terdapat sebuah tulisan (untuk mengetahui kisah yang lebih lengkap akan tulisan ini, Pembaca dapat membacanya dalam Yoh. 19:19-22). Terlepas dari perdebatan tulisan apa sesungguhnya dan ditulis dalam bahasa apakah tulisan tersebut, namun yang jelas keempat kitab Injil menunjukkan bahwa tulisan ini kira-kira merujuk pada Yesus, disebut raja orang Yahudi. Menurut beberapa orang, tulisan ini bertujuan untuk membuat orang Yahudi jengkel dan marah. Tulisan ini dibuat sebagai alasan kematian-Nya, yaitu “berpurapura” atau menganggap diri sebagai raja bagi orang Yahudi. Bagi orang Yahudi yang pada saat itu berada dalam kekuasaan Roma, hanya ada satu raja yang mereka sembah, yaitu Kaisar di Roma. Mereka boleh menyembah banyak tuhan atau dewa-dewi, tetapi hanya ada satu pemimpin yang harus disembah, yaitu Kaisar. Jadi jika ada orang yang mengakui bahwa dirinya sebagai seorang raja, maka itu akan menimbulkan kegusaran bagi banyak orang. Pada masa itu, mengaku sebagai seorang raja adalah suatu kejahatan karena dianggap “menghujat” kaisar. Dengan cara inilah orang-orang menginginkan kematian Tuhan Yesus, dengan menjalankan rencana mereka. Tapi satu hal yang mereka tidak tahu adalah, meskipun pada awalnya niat mereka memberikan tulisan tersebut adalah untuk niat yang tidak baik, berakhir mulia. Mereka berniat untuk mengejek atau menggusarkan hati orang, namun Tuhan memakai itu menjadi hal yang baik. Tuhan “melindas” tuduhan dan celaan tersebut menjadi suatu “penghormatan bagi Yesus.” Sesungguhnya Yesus lah adalah Raja bagi orang Yahudi, bahkan Raja bagi semua bangsa. Frasa “INRI (Iesus Nazarenus, Rex Iudaeorum, yang berarti “Yesus orang Nazaret, Raja orang Yahudi”), di atas kepala Yesus, tidak lagi dimaknai secara negatif, namun dimaknai dengan pemahaman yang baru dan menyatakan bahwa Yesus lah Mesias, “Raja Orang Yahudi” dan juga Raja bagi setiap orang. Pada akhir zaman, hal ini akan nyata dengan jelas, bahwa Yesus adalah Raja segala raja. STUDI PRIBADI: Untuk apa orang-orang menempelkan tulisan INRI pada salib Yesus? Apa makna tulisan di atas kepala Yesus waktu disalib, bagi Anda secara pribadi? Berdoa bagi pekerjaan misi dunia dan para utusan Injil di manapun mereka berada; kiranya Tuhan menyatakan kuasa-Nya melalui mereka, sehingga banyak orang boleh percaya dan mengaku Yesus adalah Tuhan. 16 MINGGU FEBRUARI 2014 “Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah” (Matius 27:51) Bacaan hari ini: Matius 27:51-54 Bacaan setahun: Matius 27:51-66 KUASA KEMATIAN YESUS S ejak manusia melanggar Firman Tuhan, maut atau kematian masuk ke dalam dunia dan haruslah dialami oleh semua makhluk hidup, termasuk umat manusia (Kej. 2:15-17; 3:19). Dari situlah kematian mewarnai siklus kehidupan dan menjadi akhir dari kehidupan makhluk hidup di muka bumi ini, sebagaimana ada yang lahir, demikian juga ada yang mati (Pkh. 3:2). Kelahiran menjadi penanda dimulainya kehidupan, dan kematian menjadi penanda diakhirinya kehidupan. Alkitab menyatakan kematian seolah memiliki kuasa yang sedemikian “dibandingkan” dengan kehidupan itu (Rm. 6:23), sehingga manusia selalu diperhamba ketakutan oleh karena kuasa maut itu (Ibr. 2:14-15). Karena itu manusia tidak pernah berdaya atas kematian (Ibr. 9:27). Manusia mengalami kematian sebagai akibat dosa, dan manusia bersifat pasif ketika memasuki kematian itu. Berbeda dengan Yesus Kristus, Juruselamat manusia, pada saat Dia mengalami kematian. Pertama, bahwa dalam kematian-Nya bersifat aktif, sebab Dia berkuasa untuk menyerahkan nyawa-Nya (Yoh. 10:17-18). Karena itu, berulang kali kitab Injil mencatat istilah “belum tiba saatnya” sekalipun banyak musuh mau membunuh-Nya, dan ketika tiba waktu-Nya, maka Dia menyerahkan diri-Nya untuk ditangkap, disiksa, dan disalibkan. Kedua, bahwa kematian-Nya bukanlah disebabkan sebagai akibat dosa perbuatan-Nya, sebab Dia tidaklah pernah berbuat dosa (Ibr. 4:15; 5:7-10), tetapi kematian-Nya adalah untuk menanggung hukuman dosa umat manusia (Ibr. 9:28; 1Ptr. 2:24). Dengan kedua macam alasan di atas, maka dalam kematian-Nya ada KUASA yang terjadi, yaitu (i) terbelahnya tabir Bait Suci yang menandai perdamaian antara Allah dan manusia, dan (ii) kebangkitan banyak orang kudus oleh kebangkitan Yesus dari kematian yang menandai penaklukkan kuasa maut (1Kor. 15:54b-55) dan jaminan kemenangan bagi setiap orang percaya atas kuasa dosa dan kuasa setan (Ibr. 2:14-15). Dari sini, harusnya tidak ada alasan bagi orang Kristen untuk malu terhadap peristiwa salib, karena Salib Kristus adalah sumber kehidupan orang Kristen. STUDI PRIBADI: Peristiwa apa yang terjadi pada saat Tuhan Yesus mati di atas kayu salib? Semua peristiwa itu menunjukkan apa? Berdoalah bagi jemaat agar mereka dapat memahami dengan benar semua karya Kristus di atas kayu salib agar iman dan pengharapan mereka di dalam Tuhan, dapat semakin bertumbuh. 17 SENIN FEBRUARI 2014 “…Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” (Matius 28:18) Bacaan hari ini: Matius 28:16-20 Bacaan setahun: Matius 28 KUASA DAN PENYERTAAN YESUS M atius menulis Injil tentang Yesus penuh dengan makna/arti dalam setiap susunan peristiwa dari awal sampai akhir. Banyak ahli tafsir yang menyebut Injil ini sebagai kegenapan Taurat dan Nabi dalam Perjanjian Baru. Dalam menuliskan bagian-bagian terpenting disebutkan “di atas bukit,” yaitu bahwa: inti pemahaman Taurat diajarkan oleh Yesus di atas bukit (Mat. 5:1), pengajaran akhir zaman diuraikan di atas bukit (Mat. 24:3), dan perintah amanat agung disampaikan di atas bukit (Mat. 28:16), serta perubahan penampakan (transfigurasi) Yesus terjadi di atas gunung yang tinggi (Mat. 17:1). Sebagaimana Taurat Tuhan diberikan kepada bangsa Israel melalui Musa di atas gunung Sinai (Kel. 19-20), demikianlah Injil Tuhan diberikan kepada orang percaya melalui Yesus di atas bukit. Ini semua menyatakan KUASA TUHAN atas umat pilihan-Nya untuk melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya, terlebih Yesus sendiri menegaskan bahwa, “SEGALA KUASA DI SORGA DAN DI BUMI TELAH DIBERIKAN KEPADA-NYA” (Mat. 28:18). Maksud kalimat ini, selain dimaksudkan untuk menjawab keraguan beberapa orang murid, juga untuk menguatkan setiap orang Kristen, bahwa di dalam Yesus ada KUASA ILAHI untuk melaksanakan amanat agung Tuhan, baik dalam etika moral Kristen, berjaga-jaga dalam penantian akhir zaman, maupun pemberitaan Injil kepada segala bangsa. Kuasa yang dimiliki oleh Yesus dengan sendirinya mengakibatkan PENYERTAAN yang aktif dalam setiap kehidupan orang percaya. Seperti pada awal berita kelahiran Tuhan Yesus kepada Yusuf, bahwa Ia akan disebut IMANUEL yang berarti Allah beserta kita (Mat. 1:23), demikianlah penggenapan penyertaan-Nya sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:20). Karena itu, dalam menjalankan etika moral Kristen, ada penyertaan-Nya menerangi hati nurani dan pikiran kita; dalam penantian kedatangan-Nya kedua yang melewati akhir zaman, ada penyertaan-Nya yang menguatkan kita untuk setia; dan dalam memberitakan Injil-Nya, ada penyertaan-Nya yang menjadikan kita giat sebab ada kepastian pertolongan-Nya. STUDI PRIBADI: Mengapa Yesus menyatakan kepada pada murid-Nya tentang kuasa yang dimiliki-Nya? Bagaimana respons kita terhadap kuasa Yesus itu? Berdoalah bagi jemaat agar mereka bertumbuh dalam iman dan pengenalan tentang Tuhan Yesus, sehingga mereka boleh semakin mencintai Tuhan dan dengan sukacita melayani Tuhan dan memuliakan-Nya. 18 SELASA FEBRUARI 2014 “Demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: Bertobatlah...” (Markus 1:4) Bacaan hari ini: Markus 1:1-20 Bacaan setahun: Markus 1:1-20 PEMBUKA JALAN BAGI KRISTUS L azimnya pejabat selalu memiliki pembuka jalan ketika turun ke jalan umum, khususnya di kota-kota besar, tujuannya agar masyarakat tahu bahwa ada pejabat yang lewat dan supaya pejabat dapat segera sampai di tempat tujuan, tanpa mengalami kemacetan. Namun seringkali pembuka jalan para pejabat tersebut memiliki arogansi yang tinggi, seperti membentak pengguna jalan, sehingga menyebabkan masyarakat merasa kesal dan marah. Dalam Alkitab, juga ada seorang tokoh yang dikenal sebagai pembuka jalan bagi kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini, yaitu Yohanes Pembaptis (Markus 1:1-8). Seseorang yang berperan sebagai pembuka jalan seringkali memiliki arogansi yang tinggi, karena merasa mendapat kepercayaaan yang besar dari orang penting (pejabat) sehingga ia cenderung menjadi sombong, kasar dan tidak memiliki kerendahan hati sama sekali. Tetapi tidak demikian sikap yang ditunjukkan Yohanes Pembaptis, padahal Yohanes dipercayai untuk menjadi pembuka jalan bagi Tuhan Yesus, yang adalah Anak Allah, pencipta manusia. Yohanes Pembaptis dikatakan tinggal di padang gurun dan menyerukan akan kedatangan Kristus, suatu pekerjaan yang tidak mungkin hanya dilakukan sekali atau dua kali, sehari atau dua hari. Bisa jadi, Yohanes melakukannya secara rutin dan dalam jangka waktu yang lama, entah berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Suatu pengorbanan dan komitmen hati yang berdedikasi akan kedatangan Kristus, padahal di sisi lain, Yohanes belum pernah melihat Yesus, Yohanes hanya mendapatkan iluminasi (pencerahan) dari Roh Kudus. Dari perikop yang kita baca pada hari ini, ada satu hal yang bisa kita pelajari dari pribadi Yohanes Pembaptis sebagai pembuka jalan, yaitu kesetiaan dan dedikasi (pengabdian) memberitakan tentang kedatangan Tuhan Yesus ke dunia, yang jauh lebih berkuasa dari dirinya (Mrk. 1:7-8). Yohanes Pembaptis tidak memikirkan akan keberadaaan dirinya, dia hanya berfokus untuk memberitakan tentang Yesus, agar banyak orang bertobat sebelum Yesus datang ke dunia. STUDI PRIBADI: Apa yang dilakukan Yohanes Pembaptis ketika dia mendapat pencerahan untuk menjadi pembuka jalan, memberitakan tentang kedatangan Yesus ke dunia? Berdoa untuk jemaat agar mereka memiliki keberanian dan kesetiaan untuk memberitakan kedatangan Tuhan kepada mereka yang belum mendengarNya, sehingga lebih banyak orang akan diselamatkan. 19 RABU FEBRUARI 2014 “Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan.” (Markus 1:34) Bacaan hari ini: Markus 1:21-45 Bacaan setahun: Markus 1:21-45 BERKUASA TETAPI MENGHAMBA M arkus 1:21-45 menceritakan kisah pelayanan Yesus kepada orang banyak yang terdiri dari tiga cerita. (1) Cerita mengenai Yesus menyembuhkan seseorang yang kerasukan roh jahat di sebuah rumah ibadat. (2) Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus yang sakit. (3) Kisah Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta. Pada waktu Markus menulis kisah ini, Markus ingin menggambarkan bahwa Yesus adalah Tuhan yang berkuasa. Seperti yang pernah Yesus sendiri katakan dalam Matius 28:18, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” Dengan kuasa yang Yesus miliki, maka Dia mampu untuk menyembuhkan dan mengusir banyak setan. Namun ada satu hal yang unik yang ingin disampaikan oleh Markus, bahwa kuasa yang dimiliki Yesus adalah untuk melayani. Markus menggambarkan diri Tuhan Yesus sebagai Hamba dari Allah Bapa, sehingga para pembaca Injilnya menemukan bahwa pelayanan dan kuasa Yesus tidak dapat dipisahkan dari kuasa Allah Bapa. Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari bagian ini untuk kehidupan kita sehari-hari. Pertama, bahwa Yesus yang kita sembah, bukanlah Allah yang mati. Dia adalah Allah yang hidup dan memiliki kuasa atas dunia ini. Sehingga setiap kita bisa berharap kepada Tuhan untuk meminta kesembuhan, dan juga kuasa untuk mengusir kuasa-kuasa kegelapan. Kedua, Yesus adalah utusan dari Allah Bapa untuk menebus dosa setiap manusia. Ketiga, kita bisa mempelajari teladan Tuhan kita yang mau melayani sesama. Dengan kuasa yang Dia miliki, Dia berusaha untuk mendatangkan sesuatu yang baik bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Demikian pula seharusnya setiap diri kita. Dengan kuasa yang kita miliki (baik itu kekayaan, kedudukan, dan lain sebagainya), seharusnya kita pun menggunakannya untuk kebaikan orang lain, bukan hanya melulu untuk kepentingan kita sendiri. Sehingga dengan pelayanan yang kita kerjakan bagi sesama, orang lain bisa melihat terang itu bercahaya dan mereka mempermuliakan nama Bapa di sorga. STUDI PRIBADI: Markus menggambarkan Yesus sebagai apa di dalam Injil-Nya? Mengapa Markus menggambarkan gambaran itu dan menonjolkannya? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar meneladani sikap dan kerendahan hati Tuhan Yesus, sekalipun memiliki kuasa, tapi tidak menggunakan kekuasaan itu untuk memegahkan diri, tetapi untuk melayani orang lain. 20 KAMIS FEBRUARI 2014 “Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: ‘Ikutlah Aku!’ Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia.” (Markus 2:14) Bacaan hari ini: Markus 2:13-17 Bacaan setahun: Markus 2:1-28 MENGIKUTI YESUS: MENJADI MURID-NYA K etika bertemu dengan orang yang baru dikenal, umumnya orang akan menjadi waspada dan berhati-hati. Ini wajar, karena kita tidak tahu orang tersebut baik atau jahat. Namun jika kita membaca kisah panggilan Lewi, ada satu hal yang menarik. Ketika Yesus memanggilnya, spontan ia mengikuti Yesus. Padahal, Pertama, Yesus bukanlah orang yang dikenalnya, dan ia tidak tahu bagaimana masa depannya bersama dengan Yesus. Kedua, Lewi sudah memiliki sebuah pekerjaan yang baik. Dia adalah seorang pemungut cukai, profesi yang sangat bisa membuat kehidupan dia dan keluarganya menjadi sangat makmur. Namun, semua kenyamanan itu Lewi lepaskan, tanpa pikir panjang, tanpa pamit kepada keluarganya, Lewi menjadi pengikut Tuhan. Pada waktu Lewi mengikut Yesus, ada 2 hal yang terjadi dalam dirinya. (1) Yesus memberikan dia kehidupan yang baru. Dia tidak hanya menjadi bagian dari kelompok yang baru, tetapi dia menjadi anggota kerajaan Allah. (2) Yesus memberi Lewi sebuah tugas yang baru dalam kehidupannya. Sebelum mengikut Yesus, Lewi adalah seorang pemungut cukai yang sudah pasti sangat ahli menggunakan penanya menghitung pajak. Setelah menjadi pengikut Tuhan, Lewi Tuhan pakai menjadi seseorang yang mencatat dan menuliskan berbagai kisah perjalanan kehidupan pelayanan Tuhan Yesus di dalam dunia ini. Hasilnya, nama Lewi bukan hanya dicatat di dalam Alkitab, tetapi juga tercatat sebagai orang yang menulis salah satu kitab Injil Matius. Lewi pemungut cukai itu adalah Matius, penulis Kitab Injil. Sejak menjadi pengikut Tuhan, kehidupannya dipakai luar biasa untuk kemuliaan Tuhan. Kita dapat belajar dari pengalaman Matius ini, bahwa setiap kita sudah dipersiapkan Tuhan untuk melakukan pekerjaan baik sesuai dengan rencana-Nya. Ketika kita menyerahkan diri menjadi pengikut Tuhan, keahlian kita tidak harus dihilangkan, tapi justru dipakai untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan di dalam dunia. Yang terpenting dari semuanya, apakah kita mempunyai hati seperti Matius? STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap Lewi dalam meresponi panggilan Tuhan Yesus dalam hidupnya? Bagaimana keahlian Lewi dipakai untuk melayani Tuhan dengan lebih baik? Berdoalah bagi setiap pemuda dan pemudi Kristen agar mereka memakai talenta yang mereka miliki untuk melayani dan memuliakan Tuhan dengan cara memakainya sesuai kehendak Tuhan. 21 JUMAT “…‘Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?’ Tetapi mereka itu diam saja.” (Markus 3:4) FEBRUARI 2014 Bacaan hari ini: Markus 3:1-6 Bacaan setahun: Markus 3:1-35 MEMAKNAI SABAT P eristiwa penyembuhan di rumah ibadat (sinagoge) yang dilakukan Tuhan kepada seorang yang mati sebelah tangannya, merupakan awal kontroversi antara orang-orang Farisi dengan Tuhan Yesus. Orang-orang Farisi dan kelompok Herodian berusaha mencari kesalahan dari Tuhan Yesus dengan tujuan untuk membunuh-Nya (ay. 6). Peristiwa penyembuhan hari sabat ini, menurut orang Farisi bertentangan dengan tradisi Yahudi. Mengapa? Karena dalam pemahaman orang Yahudi, ada enam hari lamanya sebelum hari sabat, dan jika orang mau disembuhkan, dia bisa datang pada salah satu hari itu untuk disembuhkan, dan bukan pada hari sabat (bnd. Luk. 13:4). Selain itu, di dalam Misnah dijelaskan, kecuali hidup seseorang di dalam bahaya, baru kemudian penyelamatan/ penyembuhan dilakukan (bnd. M. Yoma 8:6; juga m. Sabb. 14:3-4; 22.6). Orang-orang Yahudi, khususnya Farisi mengacu pada aturan-aturan ini. Akan tetapi, Tuhan memiliki pengertian yang berbeda, sesuai dengan otoritas dan kehendak-Nya. Bagi Tuhan, penyembuhan yang dilakukan pada hari sabat merupakan hal yang baik dan tidak perlu dipertentangkan dengan tradisi dan aturan hari sabat. Orang-orang yang memelihara hari sabat, seharusnya melihat lebih dalam untuk memahami dan memaknai sabat. Hidup itu jauh lebih penting dari sekadar aturan keagamaan. Karena itu, meskipun Tuhan Yesus ditentang oleh orang-orang Farisi, Tuhan tetap menyembuhkan orang yang tangannya mati sebelah (ay. 5). Pelajaran penting dari bagian ini adalah, seringkali kita orang-orang Kristen sangat terikat dengan aturan keagamaan yang kaku. Apabila seseorang melanggar aturan keagamaan yang kaku, maka orang tersebut patut mendapatkan “disiplin” atau “sanksi.” Perilaku yang demikian tanpa sadar telah membawa kita mengabaikan apa yang lebih penting dan lebih utama di dalam hidup ini. Seharusnya, kita dapat melihat dan melakukan hal yang penting dan yang utama di dalam hidup kita, berkaitan dengan hubungan kita dengan TUHAN dan sesama, melebihi aturan keagamaan yang kaku. STUDI PRIBADI: Mana yang Anda pilih, memelihara tradisi yang salah demi kehormatan, atau merubahnya demi kemuliaan Tuhan dan menjadi berkat orang lain? Berdoalah bagi para pemimpin gereja agar mereka diberikan hikmat untuk membedakan: mana tradisi yang sesuai firman Tuhan, dan mana tradisi yang bertentangan dengan firman-Nya. 22 SABTU FEBRUARI 2014 “Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah…” (Markus 4:20) Bacaan hari ini: Markus 4:1-20 Bacaan setahun: Markus 4:1-20 PERUMPAMAAN TENTANG PENABUR D alam Alkitab ada 2 model pengajaran Tuhan tentang perumpamaan: Pertama, perumpamaan tanpa penjelasan; kedua, perumpamaan yang disertai penjelasan. Injil Markus 4:1-20 memuat pengajaran Tuhan Yesus tentang perumpamaan yang disertai dengan penjelasan. Pertanyaannya, siapakah yang dimaksudkan dalam perumpamaan ini? 1. Penabur itu menaburkan firman. Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, adalah mereka yang mendengarkan firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka (Markus 4:14-15). Ini adalah gambaran tentang orang yang tidak percaya. Jelas orang yang mendengar Firman, namun pada akhirnya tidak percaya atas Firman TUHAN tersebut. 2. Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, adalah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan hanya sebentar saja. Bila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman, mereka menjadi murtad (Markus 4:16-17). Ini adalah gambaran dari orang Kristen yang murtad. Mereka telah menerima Firman TUHAN, tetapi oleh karena penindasan dan penganiayaan, mereka kemudian menjadi murtad. 3. Dan yang lain adalah yang ditabur di tengah semak duri, itulah yang mendengarkan firman itu, lalu kekuatiran dunia serta tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain, masuk menghimpit firman itu, sehingga tidak berbuah (Markus 4:18-19). Inilah gambaran tentang orang Kristen KTP, alias Kristen tanpa pertumbuhan. Mereka mendengar Firman TUHAN, namun tidak pernah bertumbuh di dalamnya. 4. Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah “orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang berbuah tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat” (Markus 4:20). Ini adalah gambaran dari orang Kristen sejati, yang mendengarkan Firman TUHAN, kemudian bertumbuh dan menghasilkan buah di dalam kehidupan mereka. Bagaiman dengan Anda? STUDI PRIBADI: Untuk tujuan apa perumpamaan ini disampaikan Tuhan Yesus? Pelajaran rohani apakah yang Anda dapatkan dalam perumpamaan ini? Berdoalah bagi jemaat agar mereka dapat menjadi murid Tuhan yang siap menerima firman Tuhan, mencintai, melakukan, dan tumbuh di dalamnya, sehingga kuat menghadapi tantangan zaman. 23 MINGGU FEBRUARI 2014 “… Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu … benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi …” (Markus 4:26-27) Bacaan hari ini: Markus 4:26-29 Bacaan setahun: Markus 4:21-41 BENIH YANG TUMBUH P erumpamaan ini adalah satu-satunya perumpamaan yang dituliskan dalam Injil Markus, “Beginilah hal Kerajaan Allah: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.” Apakah maksud bagian ini? Memahami bagian ini, memerlukan konteks yang lebih luas. Berkaitan dengan “menaburkan benih di tanah” jelas menunjuk pada firman TUHAN yang telah ditabur (bnd. Markus 4:14). Dalam keseluruhan perumpamaan ini mengajarkan pada kita, ketika firman TUHAN itu ditaburkan, kemudian bertumbuh dan sampai menghasilkan buah, itu adalah kuasa TUHAN yang bekerja dan menyebabkan demikian. Injil Markus tidak menjelaskan usaha manusia di dalam pertumbuhan benih, selain dari si penabur yang telah menaburkan benih itu di tanah. Selain dari pada itu, merupakan kuasa dan kedaulatan TUHAN yang telah bekerja di dalam pertumbuhan benih itu sampai menghasilkan buah. Pelajaran rohani dari perumpamaan ini adalah, bahwa pertumbuhan kehidupan Kristiani dimulai dari percaya kepada firman TUHAN dan akan terus bertumbuh sampai menghasilkan buah dalam kehidupannya; semua itu tidak pernah lepas dari peran kuasa dan kedaulatan TUHAN yang memberikan pertumbuhan. Seorang Kristen dapat bertumbuh, ini bukan karena ketaatannya—meskipun hal itu dibutuhkan; bukan pula karena ketekunannya dalam membaca dan merenungkan firman TUHAN— meskipun itu sangat diperlukan; Tetapi orang Kristen dapat bertumbuh, oleh karena kuasa dan kedaulatan TUHAN yang bekerja di dalam dirinya, yang kemudian menghasilkan ketekunan dan ketaatan sampai hidupnya bertumbuh dan menghasilkan buah. STUDI PRIBADI: Apa yang diajarkan dalam perumpamaan ini? Siapa yang menumbuhkan benih itu sampai berbuah? Mengapa? Jelaskan! Berdoalah bagi pemberitaan Injil Tuhan yang dilakukan para misionaris, di manapun mereka berada, agar kuasa Tuhan bekerja serta menumbuhkan iman kepercayaan di antara orang yang belum percaya. 24 SENIN “Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana FEBRUARI 2014 Ia telah mengasihani engkau!” (Markus 5:19) Bacaan hari ini: Markus 5:1-20 Bacaan setahun: Markus 5:1-20 BERITAHUKANLAH...! B ukankah hal yang wajar jika orang yang telah mengalami pelepasan dari kuasa roh-roh jahat ingin mengungkapkan rasa terimakasih nya kepada Yesus, dengan meminta untuk ikut menyertai-Nya? (ay. 18). Namun, Tuhan Yesus tidak memperkenankannya untuk menyertai-Nya. Mengapa demikian? Karena bagi Yesus, orang tersebut akan bermanfaat dan efektif jika ia pergi memberitahukan apa yang telah ia alami, yang telah Tuhan kerjakan atas dirinya, pada orang lain. Itulah sebabnya Tuhan Yesus memerintahkan, agar ia yang telah mengalami kuasa-Nya, memberitakan semua yang dialaminya kepada seluruh anggota keluarganya dan bahkan orang-orang sekampungnya. Tuhan Yesus menginginkan agar melalui perubahan yang terjadi atas dirinya, ia dapat menjadi saksi kemuliaan Allah, bahwa dahulu ia hidup dikuasai Iblis, kini telah diubahkan menjadi manusia baru, oleh-Nya. Sebuah prinsip dasar yang melandasi perintah Kristus ini adalah, bahwa manusia yang dibebaskan dari belenggu dan menikmati kebebasan dari Allah, tidak hidup untuk dirinya sendiri, tetapi harus memberitahukan kepada orang lain mengenai pelepasan ilahi yang dilaminya itu. Oleh sebab itu, orang yang baru mengalami pelepasan dari kerasukan roh-roh jahat itu diperintahkan untuk menyiarkan segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atas dirinya, dan bagaimana Tuhan telah mengasihaninya (ay. 19). Orang itu pun pergi memberitakan kepada seluruh isi rumahnya segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran atas pemberitaannya itu (ay. 20). Sebagai orang percaya, sesungguhnya keselamatan yang telah kita terima dari Kristus bukan hanya untuk kita nikmati sendiri. Tuhan tidak mau kita hanya tinggal diam tanpa peduli orang lain yang belum memperoleh keselamatan. Tuhan tidak memperkenankan kita hidup seperti itu. Tuhan memerintahkan dan menginginkan kita untuk memberitakan kasih dan karya-Nya yang telah menyelamatkan kita, kepada orang lain sehingga mereka juga boleh percaya dan diselamatkan. STUDI PRIBADI: Mengapa Yesus tidak memperkenankan orang yang telah dilepaskan dari kuasa roh-roh jahat itu untuk menyertai-Nya? Jelaskan! Berdoalah agar setiap orang percaya bukan hanya menikmati keselamatan yang Tuhan berikan padanya, tapi mau pergi memberitakan kasih dan karya Tuhan yang menyelamatkan mereka yang belum percaya Injil-Nya. 25 SELASA FEBRUARI 2014 “Sebab katanya: Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” (Markus 5:28) Bacaan hari ini: Markus 5: 25-34 Bacaan setahun: Markus 5:21-43 ASAL KUJAMAH SAJA JUBAH-NYA K itab-kitab Injil seringkali mengisahkan tentang orang sakit yang menjamah diri Tuhan Yesus (Mrk. 3:10; 5:27-34; 6:56), atau Yesus yang menjamah mereka (Mrk. 1:41-42; 7:33-35; Mat. 8:3,15; 9:2930; 20:34; Luk. 5:13; Luk. 7:14-15; 22:51). Sentuhan dan kehadiran Yesus itulah yang terutama. Sentuhan-Nya berkuasa menyembuhkan karena Ia adalah sumber kasih karunia dan kehidupan (Ibr. 4:16). Tanggung jawab kita dalam mendambakan kesembuhan adalah mendekatkan diri kepada Yesus, serta hidup di hadapan-Nya. Dalam bacaan kita hari ini, diceritakan bahwa ada seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Rupanya dia sudah lama menderita karena sakitnya itu (ay. 25), dan segala usaha pun telah ia lakukan untuk memperoleh kesembuhan dari sakitnya. Ayat 26 menunjukkan betapa gigihnya ia berjuang untuk memperoleh kesembuhan dari sakitnya. Ia telah berulang-ulang pergi ke berbagai tabib untuk diobati, bahkan sampai-sampai semua uang dan harta benda yang ada padanya, habis untuk membiayai pengobatannya. Namun sayang, semua itu sama sekali tidak ada faedahnya, malah sebaliknya, keadaannya bukan semakin membaik tetapi semakin memburuk adanya. Di tengah-tengah keputusasaan yang ia alami, berita mengenai Tuhan Yesus memunculkan secercah harapan di dalam hatinya untuk menaruh harapan terakhirnya. Ia percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkan sakit pendarahan yang telah lama ia derita. Ketika Yesus dan rombongan sedang melintas, maka di tengah-tengah orang banyak itu, ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Dengan iman ia berkata: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh” (ay. 27-28). Terjadilah apa yang diimaninya. Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya (ay. 29). Bagaimana dengan kita? Ketika kita mengalami keputusasaan, siapakah yang akan kita temui? Marilah kita datang kepada Yesus dengan menaruh iman dan pengharapan kita kepada-Nya. STUDI PRIBADI: Apa yang membuat perempuan yang sakit pendarahan itu datang kepada Yesus? Apakah yang membuat Anda datang kepada Yesus? Berdoa bagi mereka yang mengalami penderitaan karena sakit-penyakitnya yang tidak kunjung sembuh, agar mengalami kesembuhan karena menaruh iman dan harapannya kepada Tuhan Yesus, Tabib Agung. 26 RABU FEBRUARI 2014 “Maka Yesus berkata kepada mereka: Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” (Markus 6:4) Bacaan hari ini: Markus 6:1-29 Bacaan setahun: Markus 6:1-29 DIHORMATI DI MANA-MANA, KECUALI TEMPAT ASALNYA A nda pernah ditolak? Bagaimanakah perasaan Anda saat mengalami penolakan? Bacaan pada hari ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana rasanya mengalami penolakan. Pada saat itu, Yesus pergi ke Nazaret bersama dengan murid-muridNya. Sesampainya di Nazaret, Yesus masuk ke rumah ibadat dan mengajar orang-orang di situ. Setelah Yesus mengajar, orang-orang yang hadir saat itu memberikan dua tanggapan yang berbeda. Ada yang takjub, terpesona dan terpikat dengan pengajaran, bahkan tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Yesus adakan. Namun ada juga yang mempertanyakan dari manakah sumber kehebatan dan kuasa Yesus dalam melakukan itu semua. Mereka bertanya dan berkata satu sama lain: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia (ay. 2-3). Yesus mengalami penolakan orang-orang sekampung-Nya. Mereka merendahkan dan memandang Yesus sebelah mata. Mereka merasa bahwa Yesus sama saja dengan mereka, karena berasal dari kampung yang sama, dan mereka merasa tahu, atau mereka pikir mereka tahu, asalusul-Nya dengan jelas. Bagaimana perasaan Yesus terhadap penolakan yang Dia alami? Sebagaimana orang yang pernah mengalami penolakan, Yesus pun merasa sedih. Ia menerima penolakan itu sebagai harga yang harus dibayar di dalam pelayanan-Nya (ay. 4) dan Ia pun memaafkan dan tidak menyimpan dendam meskipun Ia ditolak oleh orang sekampung-Nya (bnd. Luk. 23:34). Melalui hal ini, Tuhan Yesus hendak mengajarkan kepada kita, bahwa seorang pemberita Injil harus siap mengalami penolakan, bahkan dari orang-orang yang dekat dengannya (ay. 4). Inilah risiko dan “jalan salib” yang harus siap kita diterima sebagai pemberita Injil-Nya. STUDI PRIBADI: Pernahkah Anda mengalami penolakan seperti yang Yesus alami? Apakah respon Anda terhadap penolakan tersebut? Berdoalah untuk para pemberita Injil agar diberi kekuatan di dalam menghadapi penolakan atas pembertiaan Injil yang dilakukannya. Apalagi penolakan yang diterimanya dari orang-orang terdekatnya. 27 KAMIS FEBRUARI 2014 “Tetapi jawabNya: ‘Kamu harus memberi mereka makan!’ Kata mereka kepadaNya: ‘Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?’” (Markus 6:37) Bacaan hari ini: Markus 6:30-44 Bacaan setahun: Markus 6:30-56 MENELADANI SANG GURU K isah Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang merupakan kisah yang tidak asing. Kisah ini menceritakan bagaimana setelah rasulrasul kembali dari pelayanan, mereka berencana untuk beristirahat sejenak. Tetapi apa yang terjadi? Pada saat mereka hendak mengasingkan diri, ternyata banyak orang mengikuti mereka. Melihat keadaan tersebut, Alkitab mengatakan, “...maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan pada mereka... Lalu mulailah Yesus mengajarkan banyak hal kepada mereka.” Orang banyak itu begitu antusias mendengarkan pengajaran Yesus sampai hari sudah mulai malam. Melihat situasi ini, para rasul datang kepada Yesus dan mengusulkan, agar orang yang sangat banyak itu disuruh pergi untuk membeli makanan, karena tidak ada makanan yang bisa diberikan kepada mereka, sementara para murid sendiri juga belum makan, ditambah lagi mereka telah lelah dan capek setelah seharian melayani. Apa jawab Tuhan Yesus? Tuhan Yesus berkata, “Kamu harus memberi mereka makan!” Dari apa yang Tuhan Yesus katakan kepada para murid-Nya ini, kita belajar satu hal bahwa Tuhan ingin, agar kita tidak lagi berorientasi hanya pada kepentingan dan kebutuhan diri sendiri tapi lebih berorientasi kepada orang lain. Memang harus diakui, tuntutan hidup yang begitu sulit, sering membuat kita menjadi orang yang individualis dan egois. Kita cenderung untuk lebih mementingkan kepentingan diri sendiri dibanding orang lain, bahkan seringkali demi kepentingan diri sendiri, kepentingan orang lain pun dikorbankan. Istilahnya “Mikirin diri sendiri aja udah pusing, ngapain mikirin orang lain.” Namun Firman Tuhan hari ini mengajarkan hal yang berbeda kepada kita. Tuhan ingin agar kehidupan kita sebagai orang percaya, tidak sama atau berbeda dengan mereka yang belum percaya. Kita harus memiliki kehidupan yang bukan hanya berorientasi pada pemenuhan kepuasan diri sendiri, tetapi kehidupan yang mau menjadi berkat, yang mau berpikir dan berbuat untuk orang lain juga. Adakah kehidupan yang demikian ini dalam diri kita? STUDI PRIBADI: Apa reaksi murid-murid ketika Tuhan mengatakan bahwa mereka harus memberi makan orang banyak? Mengapa murid-murid berespons demikian? Doakan agar kita peka dengan kebutuhan orang-orang yang ada di sekeliling kita, sehingga kehidupan kita hari ini bisa menjadi berkat bagi yang lain. Kita berdoa, apapun bagian kita, kita dapat kerjakan dengan baik. 28 JUMAT FEBRUARI 2014 “Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” (Markus 7:8) Bacaan hari ini: Markus 7:1-13 Bacaan setahun: Markus 7:1-13 PERINTAH ALLAH VS. ADAT ISTIADAT D alam perikop ini dikisahkan bagaimana Tuhan Yesus menegur sikap orang Farisi yang menyamakan (bahkan lebih menekankan) ajaran tradisi manusia dengan ajaran Tuhan. Hal ini dimulai, ketika mereka melihat beberapa orang murid Tuhan Yesus makan dengan tangan yang tidak dibasuh (ay. 2). Karena itu, mereka menegur Tuhan Yesus secara tidak langsung karena dianggap membiarkan murid-murid-Nya melanggar salah satu tradisi adat istiadat nenek moyang orang Yahudi. Bagaimana respons Tuhan Yesus menghadapi sikap mereka? Dalam ayat 6, Tuhan menyebut mereka munafik. Mengapa? Karena, seharusnya sebagai pemimpin agama, mereka harus lebih tunduk dan taat kepada hukum Allah, tetapi pada kenyataannya, mereka justru menempatkan hukum/aturan yang dibuat oleh manusia lebih tinggi dari pada hukum/ aturan yang Tuhan buat. Celakanya, seringkali mereka menggunakan aturan adat istiadat ini sebagai celah/dalih untuk menghindarkan diri dari kewajiban menaati hukum Allah (ay. 9-13). Sungguh suatu perbuatan yang munafik. Apa yang dapat kita pelajari melalui kisah ini? Dalam kehidupan kita, kita juga tidak terlepas dari banyaknya aturan adat istiadat nenek moyang kita. Aturan-aturan adat istiadat ini dapat kita ikuti selama didasarkan pada kebenaran firman Tuhan. Namun, untuk setiap aturan adat istiadat yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, maka kita harus dengan berani menolak dan memilih untuk lebih tunduk kepada firman Tuhan. Contohnya, tradisi mencari hari baik untuk acara pernikahan, membuka usaha dan sebagainya; atau kepercayaan kepada Feng Shui dalam membangun rumah atau tempat usaha dan sebagainya. Semua itu tentu saja tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, tetapi seringkali kita sulit membuangnya. Hal ini menjadikan kita sebagai orang Kristen yang munafik. Mari kita introspeksi diri kita, adakah selama ini kita lebih taat pada hukum Tuhan atau hukum manusia? Akankah kita hidup menyenangkan hati-Nya atau hati manusia? STUDI PRIBADI: Mengapa orang-orang Farisi menegur Tuhan Yesus ketika melihat muridmurid-Nya tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang mereka? Jelaskan! Doakanlah agar kita menjadi orang Kristen yang bertanggung jawab dengan iman kita, sehingga mampu membedakan mana tradisi atau aturan-aturan yang sesuai firman Tuhan dan mana yang tidak, yang harus kita tinggalkan. Catatan... “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan…” (Matius 26:41)