二零 - GKA GLORIA

advertisement
|
214
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 214 | FEBRUARI 2014
“Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa
berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah
memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” — Ibrani 11:6
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh
PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat
penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan
sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible!
PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu
tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab.
Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut:
Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit.
Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda.
Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan
Tuhan.
Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga
paham benar, kemudian renungkanlah.
Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan
refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan
pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu.
Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu
kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman
Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari
sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya
Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272
Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282
Email: [email protected]
Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777
a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria
Penulis edisi 215:
Alex Lim, Andree Kho, Bambang Alim, Bambang Tedjokusumo
Elok Chrisinar, Hendry Heryanto, Herty Togatorop, Johannes Aurelius
Liem Sien Liong, Liona Margareth, Musa Akbar HIM.
Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung
Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Jangan Meragukan Tuhan
K
ita sudah melewati satu bulan dalam
kehidupan kita di tahun 2014 ini, dan di awal
tahun ini, kita menyaksikan berbagai musibah
yang dialami oleh saudara-saudara kita di beberapa daerah,
entah itu musibah gunung meletus, banjir bandang, dan lainnya.
Menyaksikan semua itu, marilah kita terus meluangkan waktu untuk
berdoa bagi bangsa ini, bagi masyarakatnya, bagi saudara-saudara
seiman, terutama mereka yang mengalami kesulitan dan tantangan iman.
Kiranya penghiburan dan kekuatan iman dari Tuhan menyertai mereka.
Kita juga tahu, bahwa musibah dan tantangan hidup tidak pernah
berhenti selama kita tinggal di dalam dunia ini. Namun itu bukan berarti
membuat kita harus menyerah dan putus asa menjalani hidup ini. Hidup
dalam dunia ini bagaikan perjalanan seorang musafir, yang suatu kali kelak,
kita akan sampai tempat tujuan dan bebas dari segala penderitaan.
Sementara kita menghadapi bahaya dan ancaman hidup dalam dunia,
sesungguhnya kita tidak pernah berjalan sendiri. Tuhan selalu menyertai
dan mengerjakan yang terbaik bagi setiap hal, menurut hikmat dan
kekayaan kasih karunia-Nya kepada kita. Jika Dia yang menciptakan dunia
ini, mungkinkah Dia tidak menguasainya? Jika Dia menciptakan dunia ini
dari ketiadaan (ex nihilo), mungkinkah Dia tidak menguasai keburukan
yang terjadi dalam dunia ini? Jika Dia bisa mengubah rencana jahat
saudara-saudara Yusuf menjadi sebuah kebaikan bagi hidup keturunan
Yakub, apakah Dia tidak mengubah rancangan-rancangan jahat manusia
menjadi kebaikan? Jika Dia bisa menghardik badai dan badai menjadi
teduh; membelah laut merah menjadi jalan yang rata, mungkinkah Dia tidak
bisa menghentikan bencana-bencana dalam dunia ini? Dia bisa! Jika Dia
bisa, mengapa Dia tidak menghapus penderitaan dalam dunia ini?
Alasan Dia tidak menghapus penderitaan dalam dunia ini, bukanlah
hak dan kapasitas kita; seolah-olah dalam segala hal, Dia harus memberi
pertanggungan jawab kepada kita, atau Dia harus memberikan alasan
kepada kita, sebelum bertindak, seolah-olah hikmat-Nya tidak lebih besar
dari hikmat kita. Celakalah kita, jika kita memiliki Tuhan yang hikmat-Nya
tidak melebihi kita. Namun Tuhan kita tidak demikian; hikmat-Nya
melampaui segalanya, Ia berkuasa atas segalanya, dan kita tidak berhak
mengatur atau mempertanyakan alasan apa yang diperbuat-Nya. Bagian
kita adalah percaya, berserah, dan berjalan bersama Dia, karena kita
adalah milik-Nya. Dia tahu yang terbaik bagi kita (Rm. 8:19-39)! Amin.
01
SABTU
FEBRUARI 2014
“Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa.
Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”
(Matius 21:13)
Bacaan hari ini: Matius 21:12-17
Bacaan setahun: Matius 21:1-22
YESUS MENYUCIKAN BAIT ALLAH
P
eristiwa Yesus menyucikan Bait Allah pernah dilakukan pada awal
pelayanan Yesus (Yoh. 2:14-25). Untuk kedua kalinya, di masa akhir
pelayanan-Nya, Yesus harus kembali melakukan hal yang sama,
karena kedegilan hati manusia.
“Pasar” yang diadakan itu bukan di dalam Bait Allah, tapi di halaman.
Namun kita tidak bisa menyamakan halaman Bait Allah itu dengan halaman
gereja sekarang, karena halaman Bait Allah saat itu juga dipakai sebagai
tempat beribadah. Apa yang membuat Yesus marah? Ternyata mereka
memakai tempat ibadah untuk melakukan kejahatan dan mencari keuntungan bagi diri sendiri. Para pedagang itu menjual binatang-binatang
yang dipakai sebagai korban bagi Tuhan. Sepertinya kehadiran pedagang
itu bisa membantu orang-orang yang mau beribadah, karena mereka tidak
perlu repot-repot membawa binatang korban dari rumah, apalagi mereka
yang dari jauh. Namun di balik semuanya itu, para pedagang bersekongkol
dengan para imam, memeras mereka yang beribadah. Para imam (yang
memeriksa apa binatang itu memenuhi syarat sebagai korban) “memaksa”
orang membeli binatang korban di Bait Allah, sedangkan para pedagang
akan menjual dengan harga yang sangat tinggi. Yang diperas bukan hanya
orang yang mampu, orang miskin pun diperas (mereka menjual burung
merpati, binatang korban persembahan orang miskin). Ditambah, mereka
mengambil keuntungan dari penukaran uang. Karena itu, Yesus dengan
keras menyebut mereka sebagai penyamun dan tempat mereka sebagai
sarang penyamun! Betapa ironis dan mengerikannya, para pemuka agama
dan pedagang itu telah melecehkan dan menyalahgunakan Bait Allah demi
keuntungan pribadi. Itu sebabnya, Yesus ingin mengembalikan fungsi Bait
Allah sesuai kebenaran firman Tuhan dari Yes.56:7, “Ada tertulis: RumahKu akan disebut rumah doa.” Bagaimana dengan gereja kita?
Gereja seharusnya menjadi tempat orang berjumpa Tuhan, menikmati
dan mengalami karya-Nya. Segala bentuk penyalahgunaan gereja, apalagi
untuk kepentingan pribadi, haruslah disingkirkan!
STUDI PRIBADI: Bentuk-bentuk penyalahgunaan apa yang bisa muncul dan bahkan telah
terjadi di gereja saat ini? Jelaskan! Bagaimana fungsi gereja yang sesuai firman Tuhan?
Berdoa bagi para pemimpin gereja di muka bumi, yaitu para hamba Tuhan,
majelis, pengurus, dan jemaat, agar mereka tidak menyelewengkan fungsi
gereja, sehingga gereja dapat menyatakan kebenaran-Nya.
02
MINGGU
“Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan
sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya,
tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak
FEBRUARI 2014
juga percaya kepadanya.” (Matius 21:32b)
Bacaan hari ini: Matius 21:28-32
Bacaan setahun: Matius 21:33-46
LEBIH PENTING TIDAK NYATA
P
ada bagian ini Yesus memberikan perumpamaan tentang 2 orang
anak. Anak yang pertama: N.A.T.O (No Action Talk Only), karena ia
dengan sopannya mejawab: “Baik, Bapa”, namun tidak melakukan
apa yang diperintahkan ayahnya. Sedangkan anak yang kedua menjawab:
“Aku tidak mau,” suatu jawaban yang sangat tidak sopan dan menunjukkan
betapa bobroknya sifat manusia sampai berani berkata tidak mau terhadap
perintah ayahnya. Tapi, kemudian ia menyesal atas sikapnya dan akhirnya
pergi bekerja di kebun anggur ayahnya.
Perumpamaan ini Yesus tujukan kepada imam-imam kepala dan tuatua bangsa Yahudi (ay. 23). Tuhan Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi
apa pendapatmu tentang perumpamaan ini?” (ay. 28) dan diakhiri dengan
pertanyaan: “Siapa di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak
ayahnya?” Ini menunjukkan, perumpamaan ini mengandung teguran dan
harusnya dapat menyadarkan orang yang bersalah berdasarkan pendapat
yang keluar dari mulut mereka sendiri. Sebenarnya imam-imam kepala dan
tua-tua bangsa Yahudi mengerti bahwa diri mereka lah yang digambarkan
Yesus sebagai anak sulung. Mereka yang mengerti Taurat, menggembargemborkan pengharapan datangnya Mesias, tapi justru tidak mau percaya
dengan berita jalan kebenaran dan pertobatan yang disampaikan Yohanes
Pembaptis. Namun para pemungut cukai, perempuan-permpuan sundal
yang dianggap bobrok moralnya, yang tidak pernah bicara tentang Mesias,
justru merekalah yang mau bertobat dan menyerahkan diri untuk dibaptis
oleh Yohanes Pembaptis (Luk. 3:12, 7:29-30).
Tuhan tidak butuh orang yang hanya berkata “ya” tetapi tidak mau
melakukan firman Tuhan. Tuhan minta kita menyesal (menyadari dosanya)
dan bertobat (melakukan perintah Tuhan sebagai buah dari pertobatan).
Kita perlu introspeksi diri: “Saat ini, aku adalah anak yang sulung atau anak
bungsu?” Jangan sampai kita sudah puluhan tahun menjadi orang Kristen,
beribadah, dibaptis, di luar kelihatan baik, tapi sebetulnya kita belum benarbenar bertobat dan tidak mengasihi Tuhan.
STUDI PRIBADI: Mengapa para imam dan ahli Taurat yang sudah tahu yang benar, tetapi
tidak mau bertobat? Pelajaran rohani apa yang Anda dapatkan pada kisah ini?
Berdoalah agar setiap kita, anak Tuhan, benar-benar mengenal kebenaran
yang menyelamatkan, menyesali dosa-dosa kita, bertobat dan mau dengan
setia melakukan firman Tuhan dalam hidup.
03
SENIN
FEBRUARI 2014
“…mereka berunding bagaimana mereka
dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan.”
(Matius 22:15)
Bacaan hari ini: Matius 22:15-22
Bacaan setahun: Matius 22:1-22
TAAT PADA ALLAH DAN PEMERINTAH
D
ikisahkan, orang-orang Farisi dan Herodian bersatu dan berusaha
menjebak Tuhan Yesus dengan pertanyaan mereka. Kaum Farisi
merupakan sebuah partai politik, sebuah gerakan sosial dan aliran
pemikiran yang berkembang pada masa Bait Suci kedua. Dalam hal
membayar pajak kepada kaisar, mereka lebih menolak dan lebih mengakui
kedaulatan Allah atas dunia dari pada kedaulatan kaisar. Terlebih, Kaisar
pada masa itu dipercaya sebagai Tuhan atau anak dewa (son of god),
sehingga kaum Farisi lebih menolak untuk membayar pajak kepada kaisar.
Kepercayaan ini dapat dilihat pada mata uang logam dinar pada masa itu.
Pada bagian depan tertera: “Tiberius Kaisar Agustus Anak Allah Agustus,”
sementara di bagian belakang tertera: “imam tinggi.” Bagi kaum Farisi,
membayar pajak kepada kaisar adalah sebuah pengkhianatan besar.
Sedangkan kaum Herodian, adalah kelompok yang setia kepada
Herodes Agung dan kaum keluarganya yang berorentasi pada kegiatan
politik. Bagi kaum Herodian, pembayaran pajak kepada kaisar adalah
suatu hal yang harus dilakukan sebagai bentuk kesetiaan pada kaisar.
Terlihat jelas kedua kelompok ini bersatu padu untuk menjebak Yesus.
Jika Yesus menjawab “ya,” maka Ia akan dikucilkan atau dicap sebagai
seorang pengkhianat, namun jika Yesus menjawab “tidak” atas pertanyaan
mereka, Ia akan dicap sebagai seorang yang tidak taat pada pemerintah.
Dengan kebijakan-Nya Yesus menjawab: “Berikanlah kepada Kaisar apa
yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib
kamu berikan kepada Allah.”
Jawaban-Nya memberikan pelajaran penting bagi tiap umat Allah; kita
memiliki dua status kewarganegaraan, yakni kewarganegaraan surga dan
dunia. Jika kita tidak taat pada pemerintah, maka kita juga tidak taat pada
Allah, sebab pemerintah berasal dari Allah (Rom 13:1-7). Namun kita pun
juga tidak boleh mengesampingkan ketaatan kepada Allah, jika pemerintah
melakukan tindakan yang tidak benar dan melawan diri-Nya; sebab kita
adalah umat ciptaan-Nya dan Allah adalah pemerintah hidup kita.
STUDI PRIBADI: Kapan kita harus mentaati pemerintah, dan kapan kita harus menyatakan
kesetiaan kita kepada Allah dari pada pemerintah? Jelaskan!
Berdoalah bagi para pemimpin bangsa kita agar mereka diberikan hikmat
oleh Allah untuk memerintah negara ini dengan bijkasana, adil dan sejahtera,
demi kemakmuran bangsa Indonesia.
04
SELASA
FEBRUARI 2014
“Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi
Suami perempuan itu pada hari kebangkitan?”
(Matius 22:28)
Bacaan hari ini: Matius 22:23-33
Bacaan setahun: Matius 22:23-46
KEHIDUPAN DI SORGA
S
alah satu kelompok fundamental yang pernah terlibat aksi bom Bali
pernah mengakui tindakannya sebagai pembelaan kebenaran yang
diimaninya. Yang membuat kita mungkin terkejut adalah ia percaya,
jika melakukan itu sampai mati, ia akan masuk sorga dan menikah dengan
bidadari cantik. Terlihat jelas bahwa perspektif mereka tentang kehidupan
di sorga adalah kehidupan kawin-mengawini, sama seperti di dunia.
Salah satu peristiwa di atas merupakan contoh yang keliru dari definisi
mengenai kehidupan di sorga. Sayangnya, banyak orang yang masih
beranggapan, bahwa sorga adalah tempat yang sama seperti kehidupan di
dunia ini, padahal tidak demikian. Kehidupan di sorga tentunya kehidupan
yang berbeda dari dunia. Keduanya tidaklah sama.
Perenungan dari Matius 22:23-33 akan menerangi perspektif kita
mengenai kehidupan di sorga. Suatu kali Yesus pun pernah diperhadapkan
kepada satu pertanyaan yang menjebak. Ketika kaum Saduki bertanya
mengenai hukum perkawinan dengan istri saudara yang telah meninggal,
Yesus berkata “Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun
kuasa Allah! Pada waktu kebangkitan, orang tidak kawin dan dikawinkan,
melainkan hidup seperti malaikat di sorga.” Jawaban Yesus adalah sebagai
respon bagi kaum saduki atas pertanyaan mereka yang menjebak, dan
menegaskan bahwa kehidupan di sorga tidak berbicara mengenai kawinmengawini sama seperti di bumi, namun kehidupan di sorga adalah sama
seperti malaikat. Berdasar beberapa referensi dalam Alkitab, kehidupan
malaikat di sorga adalah suatu kehidupan yang menyembah, memuji,
memuliakan Allah, di mana Allah ditinggikan sebagai Tuhan yang berkuasa.
Tidak dapat dibayangkan mengenai suasana indah di Kerajaan Sorga di
mana suatu saat kita pasti akan bertemu dengan saudara-saudara seiman,
menikmati indahnya suasana penyembahan kepada Allah.
Apabila suasana indah di sorga dipenuhi dengan penyembahan,
sudahkah selama kita hidup dalam dunia dipenuhi dengan penyembahan
kepada Allah melalui doa maupun pujian kepada-Nya?
STUDI PRIBADI: Apa yang Anda pikirkan tentang sorga, sebelum Anda mengenal Kristus?
Apa kata Alkitab tentang sorga? Apakah kehidupan di sorga seperti kehidupan di dunia?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki pandangan yang benar tentang
kondisi Kerajaan Sorga dan menjalani kehidupan yang benar, sementara
mereka masih tinggal di dunia ini.
05
RABU
FEBRUARI 2014
“Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu
yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah
kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka.” (Matius 23:3)
Bacaan hari ini: Matius 23:3
Bacaan setahun: Matius 23:1-22
INTEGRITY-(1)
M
engamati kehidupan anak-anak TUHAN, bahkan sebagian besar
tokoh-tokoh yang ada dalam Alkitab, ditemukan gejala umum,
yaitu: mereka mendemonstrasikan iman mereka hanya kepada
momentum-momentum prima dalam kehidupan mereka saja. Meskipun
mereka dapat menjadi model dan panutan, mereka sendiri tidak selalu
hidup dalam kondisi iman yg prima tersebut. Mereka menjadi model dan
panutan dalam area-area tertentu karena mereka tidak selalu berhasil
memelihara konsistensi iman mereka. Mengapa demikian?
Spirit mereka seringkali menjawab: “kami bukan malaikat... Tak ada
manusia yang sempurna.” Tentu ini jawaban yang “tidak salah,” meski
proses “sanctification” progresif belum tercapai seperti yang diharapakan
Allah (Mat. 5:48), tetapi ada hal-hal yang lebih baik yang seharusnya dapat
dikerjakan. Artinya: berjuanglah untuk membangun “kehidupan yang utuh/
integritas hidup” dengan menemukan dan menghargai identitas kita
sebagai anak TUHAN dalam perbuatan-perbuatan nyata yang kita hidupi
sehari-hari.
Dalam “kehidupan yang berintegritas” kita tidak takut menjadi berbeda
dengan dunia, ketaatan untuk menjadi “pelaku-pelaku kebenaran Iman
Kristiani” dalam setiap aspek kehidupan sangat penting, tidak terbatas
hanya kepada pemimpin tetapi kepada setiap orang, khususnya anak
TUHAN sehingga “sikap kemunafikan” berubah menjadi “sikap yg penuh
dengan integritas” dalam segala hal.
Para pemimpin agama (ahli Taurat dan orang Farisi) seharusnya
menjadi teladan bagi para pengikitunya namun mereka hanya pandai
mengajar tetapi tidak melakukan apa yang diajarkannya. Maka Yesus
menyebut mereka dengan sebutan: orang-orang munafik, pemimpin buta,
orang-orang bodoh dan orang buta. Ini berarti kebenaran yang secara
kognitif kita ketahui, tidak dengan sendirinya memperbaharui dan
membebaskan dari kehadiran dosa. Karenanya, kita perlu “melatih tubuh”
ini dan menguasai seutuhnya, supaya jerih payah kita tidak menjadi sia-sia.
STUDI PRIBADI: Apakah yang dimaksud dengan “integritas hidup”? Mengapa mengetahui
kebenaran saja tidak cukup disebut berintegritas?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen yang menjalankan tugasnya sebagai
pemimpin di perusahaan atau tempat kerja lainnya agar mereka memiliki
integritas yang baik dan memuliakan Tuhan.
06
KAMIS
FEBRUARI 2014
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik…”
(Matius 23:25)
Bacaan hari ini: Matius 23:25
Bacaan setahun: Matius 23:23-39
INTEGRITY-(2)
G
ereja yang “setengah mati” membutuhkan pemimpin-pemimpin.
Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa ketika Tuhan benar-benar
menemukan seseorang yang siap untuk memimpin, berkomitmen
menjadi murid sepenuhnya dan bertanggung jawab, orang itu digunakan
sampai mencapai batasnya. Pemimpin-pemimpin seperti itu tetap memiliki
kekurangan dan kelemahan; namun meskipun demikian, mereka menjadi
pemimpin-pemimpin rohani. Untuk menjadi pemimpin dalam gereja selalu
dibutuhkan kekuatan dan iman, yaitu: dalam memberikan diri kita sendiri
dalam melayani orang lain, dan bukan dalam membujuk orang lain untuk
melayani dirinya. Pelayanan sejati selalu ada harganya. Pemimpin rohani
sejati memusatkan perhatian pada pelayanan yang dapat diberikan kepada
Tuhan dan orang lain, bukan pada berbagai perolehan dan keuntungan dari
jabatan yang tinggi atau gelar yang kudus. Tujuan kita dalam kehidupan
haruslah lebih memberi dari pada menerima.
Samuel Brengle, Pengkotbah Kebangunan Rohani Bala Keselamatan
yang terkenal, berkata: “Estimasi terakhir manusia menunjukkan bahwa,
sejarah setitik pun tidak peduli akan kedudukan atau gelar yang disandang
seseorang, atau jabatan yang dipegangnya; yang dipedulikan hanyalah
kualitas perbuatan-perbuatannya, serta karaker pikiran dan hatinya.” Maka
Yesus pun mengecam ahli Taurat dan orang Farisi yang adalah pemimpinpemimpin umat. “Celakalah kamu, hai kamu orang-orang munafik, sebab
kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya
memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang
belulang dan pelbagai jenis kotoran.”
Jalan menuju otoritas dan kepemimpinan rohani tidaklah diperoleh
melalui promosi, melainkan melalui banyak doa dan air mata. Itu dicapai
melalui pengakuan dosa dan banyak menyelidiki hati dan merendahkan diri
di hadapan Tuhan, tanpa gentar dan mengeluh; bukanlah mencari hal-hal
besar bagi diri sendiri, melainkan menghitung hal-hal yang kita peroleh
sebagai pengabdian kepada Kristus.
STUDI PRIBADI: Apa yang membuat ahli Taurat dan orang Farisi selalu dikritik oleh Tuhan
Yesus? Bagaimana seharusnya kehidupan dan sikap seorang pemimpin rohani?
Berdoalah bagi para pemimpin rohani agar mereka dapat menjadi teladan
dan memperhatikan mereka yang dipimpinnya dengan ketulusan hati dan
penuh sikap yang bertanggung jawab.
07
JUMAT
FEBRUARI 2014
“Jawab Yesus: Waspadalah supaya jangan ada orang yang
menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang
dengan memakai nama-Ku... menyesatkan banyak orang.”
(Matius 24:4-5)
Bacaan hari ini: Matius 24:4-5
Bacaan setahun: Matius 24:1-28
HATI-HATI PENYESATAN
S
ebuah film beberapa waktu yang lalu berjudul “2012” dibuat berdasar
“ramalan” bangsa Maya. Ketika penanggalan bangsa Maya berakhir
pada 21 Desember 2012, kiamat akan datang yang ditandai dengan
kehadiran dewa Bolon Yokte sebagai simbol perubahan. Tapi 21 Desember
2012 telah berlalu, dan kiamat tidak terjadi.
Saat ini mulai beredar ramalan kiamat yang baru. Kali ini sumbernya
berasal dari kebudayaan Norse, yang lebih kita kenal dengan sebutan
bangsa Viking. Kiamat, menurut bangsa Viking merupakan rangkaian dari
“ramalan” peristiwa masa depan yang disebut Ragnarok. Perayaan
dimulainya Ragnarok dilakukan dalam pembukaan Festival Viking di York,
Inggris. Kiamat diprediksi berlangsung pada 22 Februari 2014. Rupanya,
persoalan mengenai terjadinya kiamat merupakan pertanyaan misteri yang
membangkitkan keingintahuan banyak orang dari masa ke masa.
Alkitab menceritakan kisah mengenai murid Kristus yang juga mempertanyakan akhir dunia. Menanggapi semua itu Kristus menyatakan
bahwa waktu itu akan datang secara tiba-tiba dan Ia memberikan beberapa
perintah untuk dilakukan oleh setiap murid-Nya, yaitu:
1. Jangan tersesat, banyak orang akan datang dengan memakai nama
Tuhan Yesus dan mereka akan menyesatkan banyak orang (ay. 4,6).
2. Jangan gelisah, sekalipun banyak bencana namun setiap orang percaya
yang bertahan dalam imannya akan mengalami keselamatan (ay.6,8).
3. Jangan kalah, ini berkaitan dengan kesetiaan dalam menghadapi ujian
sampai Tuhan Yesus datang kembali. Tuhan menginginkan orang percaya
tidak kehilangan ketekunan dalam mempertahankan imannya, dan tetap
berani memberitakan Injil sampai ke seluruh dunia (ay. 12 - 14).
Kristus tidak mementingkan kapan kiamat akan terjadi secara pasti,
namun Ia menekankan pada sikap kita selama hal itu belum terjadi. Kiranya
kita selalu memperhatikan ketiga perintah tersebut sehingga kita tidak
terpengaruh dengan berita dan kondisi sekitar kita, sebaliknya kita justru
menjadi pewarta kebenaran di tengah kesesatan.
STUDI PRIBADI: Apa yang Tuhan Yesus peringatkan kepada kita mengenai akhir zaman?
Apakah yang harus kita lakukan agar kita waspada dalam menghadapi penyesatan?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka tetap setia kepada Tuhan
Yesus dan berpegang teguh pada kebenaran firman-Nya, dengan tetap
hidup saleh dan berkenan di hadapan Tuhan.
08
SABTU
FEBRUARI 2014
“Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu
pada hari mana Tuhanmu datang.”
(Matius 24:42)
Bacaan hari ini: Matius 24:37-51
Bacaan setahun: Matius 24:29-51
BERJAGA-JAGALAH!
K
eadaan yang nyaman seringkali membuat hidup seseorang menjadi
tenang dan santai, bahkan membuat orang Kristen kadang lupa
akan panggilan hidupnya untuk bertanggung jawab, sampai Tuhan
Yesus datang kembali.
Tuhan mengharapkan agar tiap orang Kristen hidup dalam penantian
akan kedatangan-Nya kembali, yang terjadi tiba-tiba. Saat itu Tuhan akan
menuntut kita mempertanggungjawabkan setiap kesempatan dan talenta
yang telah Ia berikan kepada kita. Para pemimpin gereja dapat datang dan
pergi, atau bahkan dapat jatuh dan bangkit kembali, bahkan segala sesuatu
yang kita miliki di dunia ini bisa hilang secara tiba-tiba, namun kebenaran
firman Tuhan tidaklah pernah berubah. Karena itu, seharusnya kehidupan
orang percaya tidak boleh dijalani dengan bersandar kepada hal-hal yang
bisa berubah, tapi dengan bersandar kepada kebenaran firman Tuhan. Kita
berjaga-jaga dengan hidup secara waspada dan senantiasa mengingatkan
diri kita bahwaTuhan bisa datang kapan saja.
Kata “berjaga-jagalah” berasal dari bahasa Yunani “gregoreo” yang
menunjukkan keadaan siap-siaga terus-menerus pada masa sekarang.
Alasan untuk sikap kesiagaan itu adalah, bahwa orang percaya masa kini
tidak mengetahui kapan Tuhan akan datang kembali. Dengan kata lain,
orang percaya harus menghadapi kemungkinan bahwa Tuhan kita, Yesus
Kristus bisa datang setiap saat. Hal ini akan menimbulkan suatu sikap
kepastian di tengah penantian di kalangan orang Kristen. Bagaimana
dengan kehidupan kita har ini?
Marilah kita menjalani setiap waktu yang Tuhan berikan kepada kita
dengan sikap penantian yang tepat, yaitu dengan bijaksana berdasarkan
kebenaran firman Tuhan, dan setia dalam setiap kesempatan pelayanan
dan kesaksian kita sehingga kita boleh siap sedia ketika Tuhan datang.
Kiranya Tuhan menguatkan kita. Kiranya kita dapat menjadi orang Kristen
yang bijaksana dan dapat mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang
kita kerjakan, baik di hadapan Tuhan maupun sesama.
STUDI PRIBADI: Apa makna “berjaga-jaga” bagi Anda? Mengapa sebagai umat Tuhan, kita
harus berjaga-jaga dalam setiap kehidupan kita?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka dapat bersikap bijaksana dalam
menggunakan waktu dan kehidupan yang Tuhan telah berikan sebagai
ciptaan baru di dalam Kristus Yesus.
09
MINGGU
FEBRUARI 2014
“Karena itu, berjaga-jagalah...”
(Matius 25:13)
Bacaan hari ini: Matius 25:1-13
Bacaan setahun: Matius 25:1-30
SELALU SIAP
A
pakah ada orang menikah tanpa persiapan? Umumnya, pasangan
yang mau menikah selalu mempersiapkan acaranya sedini mungkin
untuk menyambut peristiwa yang hanya satu kali seumur hidup. Jika
peristiwa pernikahan dianggap penting, tentu urusan Kerajaan Allah jauh
lebih penting. Yesus memberikan perumpamaan yang berifat eskatologis,
melihat peristiwa penting yang akan datang. Sering kali kita hanya melihat
dan mempersiapkan hal-hal yang di depan mata sehingga lupa tentang hal
yang akan datang. Kehadiran Kerajaan Allah merupakan hal yang penting,
maka perlu disiapkan sebaik mungkin seperti gadis-gadis bijaksana.
Sikap lima gadis pertama, dikatakan “gadis-gadis yang bodoh itu
membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak” (Mat. 25:3). Ada dua
kesalahan yang dilakukan lima gadis bodoh tersebut: (1) tidak siap, tidak
membawa persiapan minyak; (2) tidak berjaga-jaga, mereka mengantuk
dan tertidur. Sikap lima gadis ini tidak serius, tidak sungguh-sungguh, tidak
sigap ketika menyambut mempelai laki-laki. Terkesan mengentengkan
peristiwa penyambutan mempelai, sehingga ketika sang mempelai datang,
mereka tidak siap dan tidak kebagian. Ini mengingatkan kepada kita, lima
gadis tersebut menggambarkan orang Kristen yang tidak serius dalam
menyambut kedatangan Kristus. Selalu berpikir enteng dan bersifat acuhtak acuh. Apakah saudara bersikap demikian?
Sikap ke-lima gadis bijaksana berbeda, membawa persiapan minyak.
Mereka memiliki persiapan yang matang dan menganggap penyambutan
mempelai sebagai peristiwa penting. Ketika mempelai datang, merekalah
yang pertama kali menyambut dengan sukacita, sehingga mendapatkan
tempat yang terhormat bersama dengan mempelai. Tidak demikian dengan
mereka yang tertinggal dan terlambat, pintu sudah ditutup dan kesempatan
masuk, tidak ada lagi. Kedatangan Kristus mengisyaratkan kepada kita
bahwa tidak tolerensi waktu, orang, siapa pun juga. Kedatangan Kristus
tiba-tiba dan tidak ada seorang pun yang tahu. Orang-orang percaya harus
menyambut seperti gadis yang bijaksana dan selalu siap.
STUDI PRIBADI: Apa yang dilakukan para gadis bijaksana dalam menantikan kedatangan
mempelai? Apa yang salah dengan gadis-gadis yang bodoh?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka senantiasa hidup dalam terang firman
Tuhan sehingga hati nurani mereka dapat diteguhkan dan dikuatkan dalam
menantikan kedatangan Tuhan Yesus.
10
SENIN
FEBRUARI 2014
“Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya
dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia.”
(Matius 25:31)
Bacaan hari ini: Matius 25:31-46
Bacaan setahun: Matius 25:31-46
SEGALA SESUATU MENJADI JELAS
D
alam dunia ini banyak agama dan kepercayaan yang berbeda.
Setiap penganutnya mengklaim bahwa agamanya lah paling benar,
dan tidak mau dikatakan salah atau sesat. Siapakah yang dapat
menentukan dan membuktikan mana yang salah dan mana yang betul?
Hanya ada satu peristiwa penting, “Apabila Anak Manusia datang dalam
kemuliaan-Nya.” Maka segala sesuatu menjadi jelas.
1. Ia datang dalam kemuliaan, bisa diartikan Kristus datang kembali ke
dunia dengan kejayaan dan kemenangan mutlak atas segala kuasa yang
ada di dunia dan setan telah dilenyapkan. Tidak ada satu kuasa pun yg
dapat melawan kuasa Kristus. Orang-orang yang beriman kepada Kristus
ialah pemenang-pemenang iman. Genaplah yang dikatakan firman Tuhan,
“Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan
ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku:
Yesus Kristus adalah Tuhan” (Flp. 2:10-11). Pada hari itu, semua agama
kepercayaan menjadi jelas, mana yang benar, mana salah.
2. Pemurnian iman dan status. Saat kedatangan Anak Manusia dalam
kemuliaan, semua menjadi jelas. Mana yang memiliki kesetiaan iman dan
mana yang telah membohongi dirinya juga Tuhan. Pada hari itu, Tuhan lah
yang akan menempatkan posisi domba-domba-Nya di sebelah kanan, dan
kambing di sebelah kiri. Pertanyaannya, siapakah yang masuk kelompok
domba, atau kristen sejati? Dan siapakah yang dikategorikan kambing atau
orang kristen palsu? Hari ini Tuhan memberi kesempatan bagi kita untuk
memperbaiki iman dan status kita, agar kita memiliki iman yang sejati.
3. Pujian bagi mereka yang telah menghidupi imannya dengan benar,
memperdulikan mereka yang lemah dan miskin tanpa memandang bulu,
menyatakan kasih Tuhan dalam segala keadaan dan tidak hitung-hitungan.
Sebaliknya, iman orang munafik, tidak melakukan sesuatu; sepertinya
saleh dan dermawan, namun tidaklah menunjukkan kepeduliannya kepada
sesamanya. Hanya mereka yang memiliki kemurnian iman berhak duduk
dalam kemuliaan Anak-Nya.
STUDI PRIBADI: Apakah yang akan terjadi pada waktu kedatangan “Anak Manusia” dalam
kemuliaan-Nya? Jelaskan!
Berdoalah bagi jemaat agar mereka senantiasa setia dan taat kepada Tuhan
sebagai wujud syukur dan kasih mereka kepada Tuhan Yesus yang telah
menyelamatkan hidup mereka.
11
SELASA
FEBRUARI 2014
“Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata:
‘...Sebab ia telah melakukan suatu perbuatan
yang baik pada-Ku...’” (Matius 26:10)
Bacaan hari ini: Matius 26:1-13
Bacaan setahun: Matius 26:1-25
YANG MENGASIHI DAN YANG MENGKHIANATI
P
ada saat dan kesempatan yang terakhir itu, seorang perempuan
mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhan, dan Tuhan
menerimanya dengan tulus, bahkan menganggapnya sebagai
persiapan kematian-Nya. Menurut data dari kitab Injil lainnya, perempuan
ini bernama Maria (Yoh. 12:3). Namun, nampaknya Matius tidak ingin
menekankan identitas pribadinya, melainkan gender, bahwa wanita yang
selama ini dikelas-duakan, lebih memahami isi hati Tuhan dari pada kaum
pria Yahudi. Yang Tuhan hargai tentu saja bukan karena harga dari minyak
tersebut, tetapi hatinya.
Bagi para murid termasuk Yudas, itu adalah pemborosan. Ini terjadi
karena perbedaan konsep nilai. Bagi Yudas, alasannya lebih klasik; karena
dia ingin mengambil kesempatan dan keuntungan (Yoh.12:6). Murid-murid
menyatakan bahwa nilai minyak wangi itu cukup besar dan dapat dipakai
untuk menolong orang miskin, tapi Tuhan menjelaskan bahwa kesempatan
itu (jikalau memang benar mereka cukup peduli) akan selalu ada, tetapi
kesempatan untuk menyatakan kasih kepada-Nya hanya pada kali itu saja,
dan Maria telah meraihnya. Lebih jauh Tuhan berkata bahwa perbuatannya
akan selalu disebut dan dikenang setiap kali Injil/kabar baik ini diberitakan.
Artinya: perbuatan kasihnya kepada Tuhan akan menjadi saksi dari respon
kasih orang berdosa kepada kasih Tuhan. Di mana Injil diberitakan, akan
ada respon kasih, akan ada persembahan hidup!
Lain Maria, lain lagi Yudas. Dia justru melakukan hal yang paling buruk;
mengkhianati Tuhan. Kekecewaannya karena kehilangan peluang untuk
mencuri uang, memicu sifat aslinya, mendorong dia melakukan dosa lain;
menjual Tuhan demi 30 uang perak. Suatu pemicu kecil, telah membuka
kedok dan memperlihatkan keaslian dirinya. Bagaimana dengan kita?
Di balik semua kegiatan gerejawi yang kita lakukan, apakah kita telah
sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan rela memberikan apa yang kita
anggap paling berharga seperti Maria, atau kita sedang memperalat Tuhan
untuk keuntungan dan kemuliaan diri kita sendiri, seperti Yudas?
STUDI PRIBADI: Apa yang Maria lakukan, ketika memiliki kesempatan untuk memberikan
yang terbaik kepada Tuhan Yesus? Mengapa Maria rela melakukannya?!
Berdoalah bagi setiap para aktivis, hamba Tuhan dan majelis gereja, agar
mereka melayani dengan ketulusan, bukan mencari pujian bagi diri sendiri,
atau bahkan memakai nama Tuhan untuk kepentingan diri sendiri.
12
RABU
FEBRUARI 2014
“Berjaga-jagalah dan berdoalah,
supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan…”
(Matius 26:41)
Bacaan hari ini: Matius 26:36-46
Bacaan setahun: Matius 26:26-50
YANG BERGUMUL DAN YANG TERTIDUR
P
eristiwa di Getsemani adalah saat-saat terakhir menjelang Tuhan
ditangkap dan satu-satunya catatan dalam Perjanjian Baru di mana
Tuhan mengalami kesedihan dan kegentaran mendalam, sehingga
sel-sel darah pecah dan bercampur cairan tubuh yang keluar dalam bentuk
keringat darah. Apa yang membuat Dia setakut itu? Kematiankah?
Siksaankah?
Sejak awal, Dia tahu persis, bahwa Dia akan dibunuh, tetapi Dia juga
tahu bahwa Dia pasti akan bangkit kembali. Lalu apa yang membuat-Nya
begitu ketakutan? Jawabannya ada pada catatan bagian lain. Yang pasti,
ini adalah pergumulan terberat yang Tuhan harus hadapi. Suatu kengerian
yang tidak terjangkau oleh akal manusia yang sudah cemar dosa, tapi yang
Dia terima dengan ketaatan penuh; bahwa di atas salib, Dia akan
mengalami suatu kengerian yang sangat dalam. Dia akan ditinggalkan oleh
Bapa sebagai bentuk penghukuman atas dosa umat manusia; terpisah dan
terbuang dari hadirat Allah yang berakhir pada kematian. Ini adalah puncak
pergumulan Tuhan Yesus. Namun misi penyelamatan lebih penting dari
rasa ketakutan, kasih-Nya mengatasi semua hambatan.
Tiga murid yang paling dekat dengan-Nya, diajak untuk menemani
berdoa, bergumul bersama. Inilah saat dimana Tuhan paling membutuhkan
dukungan, tapi justru mereka tertidur. Ketidakmampuan untuk memahami
apa yang sedang Tuhan hadapi, ditambah dengan kelemahan fisik mereka,
menyebabkan mereka kehilangan kesempatan untuk ikut serta dalam
salah satu momen paling krusial. Mereka bukan hanya sekali tertidur, tapi
mengulangnya kembali, bahkan setelah ditegur Tuhan. Tuhan memang
tidak menghakimi kesalahan mereka, karena Dia memahami kondisi
kelemahan mereka, tapi ini dicatat untuk menjadi peringatan bagi setiap
pengikut-Nya sepanjang sejarah. Tidak ada seorangpun—seberapa pun
dekatnya dia dengan Tuhan—bisa mengikut Tuhan dengan kekuatan
dirinya sendiri. Kita semua, terjerat dalam kelemahan kedagingan. Kita
semua bisa jatuh. Hanya anugerah-Nya saja yang menopang kita.
STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Tuhan Yesus mengalami ketakutan dan kegentaran?
Pelajaran rohani apa yang kita peroleh dalam peristiwa kegentaran Tuhan Yesus?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka dapat menghargai karya
keselamatan yang Tuhan telah berikan, sehingga mereka mampu memakai
kehidupan mereka untuk perkara-perkara mulia.
13
KAMIS
FEBRUARI 2014
“Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah:
Aku tidak kenal orang itu.” (Matius 26:72)
Bacaan hari ini: Matius 26:69-75
Bacaan setahun: Matius 26:51-75
YANG SESUMBAR DAN YANG MENYESAL
S
ebelum ditangkap, Tuhan mengatakan kepada para murid bahwa
iman mereka akan tergoncang. Sesuatu yang sama sekali tidak
pernah terpikirkan, bahwa segala kebaikan, semua pengajaran-Nya
yang benar, yang telah memberikan pengertian tentang kebenaran, semua
kebajikan yang Dia lakukan selama 3 tahun lebih, akan berakhir dengan
penangkapan atas Diri-Nya. Ini kejadian yang terlalu bertolak belakang
dengan semua realita yang ada, dan akan menggoncangkan iman mereka.
Tetapi Petrus dengan lantang menjawab, bahwa dia punya iman seteguh
batu karang yang tidak akan bisa digoncangkan. Tetapi Tuhan memperingatkan dia, bahwa jika yang lain akan tergoncang, maka dia akan
menyangkal. Bukan hanya satu kali, tapi tiga kali (Mat. 26:30-35).
Peringatan itu disampaikan padanya beberapa jam sebelumnya, dan
bukankah seharusnya itu masih segar dalam ingatan Petrus? Nyatanya,
dia menyangkal Tuhan tiga kali, seperti yang sudah Tuhan ketahui
sebelumnya. Tidak ada penjelasan tentang alasan penyangkalan Petrus,
mungkin karena memang tidak dibutuhkan alasan atau argumentasi
apapun; itu hanya suatu fakta sederhana tentang kelemahan kedagingan.
Siapapun bisa jatuh, apalagi yang bersikap sombong merasa diri lebih kuat,
lebih saleh, lebih beriman dari pada orang lain (bdk. 1Kor. 10:12). Tetapi
sekali lagi, anugerah menopangnya. Menurut catatan Injil Lukas, Tuhan
sudah tahu dan sudah mendoakan supaya dia tidak terpuruk sampai tidak
dapat bangun kembali. Dengan kegagalan dirinya, dia bisa menguatkan
teman-teman lainnya (Luk. 22:31-32).
Petrus sesumbar karena kesombongannya, dan dia jatuh karena
kelemahannya. Tetapi reaksi atas kegagalan itulah yang membedakan
Petrus dengan Yudas. Petrus menyesali penyangkalan dirinya terhadap
Tuhan, lalu dia pergi ke luar membawa penyesalan yang dalam, disertai
pertobatan dan perpalingan kepada Tuhan. Tidak ada orang yang kebal
dosa dan tidak bisa jatuh dalam dosa. Tetapi sesalilah dosa dan kembalilah
kepada Tuhan. Pada-Nya ada pengampunan dan pemulihan.
STUDI PRIBADI: Penyangkalan Petrus sengaja dicatat Matius dalam Kitab Injilnya untuk
menunjukkan apa? Pelajaran rohani apa yang bisa Anda terapkan bagi diri Anda sendiri?
Berdoalah bagi para pemimpin rohani agar mereka tidak menyombongkan
diri dan merasa diri paling benar dan paling baik, sehingga tidak jatuh dalam
dosa kedagingan.
14
JUMAT
FEBRUARI 2014
“Aku telah berdosa karena menyerahkan
darah orang yang tak bersalah.”
(Matius 27:4)
Bacaan hari ini: Matius 27:1-10
Bacaan setahun: Matius 27:1-26
FORGIVENESS
J
ika ada pertanyaan, “Apa bedanya Yudas dengan Petrus?” Dengan
sangat cepat kita pasti akan menjawab, bahwa Yudas adalah seorang
pengkhianat, berbeda dengan Petrus. Yang diingat orang dari Yudas
adalah pengkhianatannya. Padahal, jika kita perhatikan dalam kitab Injil,
sesungguhnya lebih banyak persamaan antara Yudas dan Petrus. Misal,
sama-sama diajar Tuhan Yesus, sama-sama melihat mujizat Yesus, samasama melayani, bahkan sama-sama menyesal, ketika mereka sadar akan
perbuatan mereka. Tapi, apakah yang selalu diingat oleh orang? Perilaku
pengkhianatannya. Hal yang sangat ironis karena sebenarnya Petrus juga
berkhianat dengan menyangkal Tuhan Yesus. Tetapi, jarang sekali label
“pengkhianat” ini dikenakan pada Petrus.
Sesungguhnya, yang menjadi perbedaan besar antara Yudas dan
Petrus adalah respon mereka terhadap pengampunan dari Tuhan. Petrus
menyesal dan kembali kepada Tuhan meminta pengampunan (Mrk. 14:72;
Luk. 22:62). Berbeda dengan Yudas, yang menyesal (Mat. 27:4), tapi tidak
meminta pengampunan. Dia putus asa sehingga mengakhiri hidupnya. Dia
gagal memahami siapa Anak Allah yang dia layani. Dia tidak merasakan
anugerah pengampunan yang sesungguhnya, yang telah Tuhan sediakan
baginya. Dia merasa tidak ada harapan baginya; padahal sesungguhnya
pengampunan itu selalu tersedia bagi semua orang.
Seringkali orang menyadari keberdosaannya dan tahu bahwa yang
dilakukannya adalah salah. Namun ia tidak mengecap pengampunan
Tuhan, karena mereka tidak memintanya. Sebenarnya tidak cukup hanya
sadar dan menyesal atas apa yang sudah kita lakukan, tetapi harus sampai
kepada permohonan pengampunan kepada Tuhan. Tidak cukup kita hanya
berkata “aku menyesal,” tetapi harus sampai “aku memohon ampun.”
Marilah kita bercermin dari kisah Yudas, agar kita tidak mengikuti jejaknya,
tetapi sebaliknya datanglah kepada Tuhan dan memohon pengampunanNya, jika kita sadar akan dosa kita; sebab “jika kita mengaku dosa kita,
maka Ia yang setia dan adil akan mengampuni dosa kita” (1Yoh. 1:9).
STUDI PRIBADI: Apa perbedaan Petrus dan Yudas dilihat dari “kacamata pengampunan”?
Apa yang harus kita lakukan ketika kita telah berdosa di hadapan Tuhan?
Berdoalah agar Tuhan memberikan kita hati yang mau datang kepada Tuhan
dengan penuh keredahan hati, dan berani mengakui keberdosaan kita, serta
memohon pengampunan dari-Nya.
15
SABTU
FEBRUARI 2014
“Dan di atas kepala-Nya terpasang tulisan
yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum:
Inilah Yesus Raja orang Yahudi.” (Matius 27:37)
Bacaan hari ini: Matius 27:32-44
Bacaan setahun: Matius 27:27-50
RAJA ORANG YAHUDI
K
etika Tuhan Yesus disalibkan, di atas kepala-Nya terdapat sebuah
tulisan (untuk mengetahui kisah yang lebih lengkap akan tulisan ini,
Pembaca dapat membacanya dalam Yoh. 19:19-22). Terlepas dari
perdebatan tulisan apa sesungguhnya dan ditulis dalam bahasa apakah
tulisan tersebut, namun yang jelas keempat kitab Injil menunjukkan bahwa
tulisan ini kira-kira merujuk pada Yesus, disebut raja orang Yahudi. Menurut
beberapa orang, tulisan ini bertujuan untuk membuat orang Yahudi jengkel
dan marah. Tulisan ini dibuat sebagai alasan kematian-Nya, yaitu “berpurapura” atau menganggap diri sebagai raja bagi orang Yahudi.
Bagi orang Yahudi yang pada saat itu berada dalam kekuasaan Roma,
hanya ada satu raja yang mereka sembah, yaitu Kaisar di Roma. Mereka
boleh menyembah banyak tuhan atau dewa-dewi, tetapi hanya ada satu
pemimpin yang harus disembah, yaitu Kaisar. Jadi jika ada orang yang
mengakui bahwa dirinya sebagai seorang raja, maka itu akan menimbulkan
kegusaran bagi banyak orang. Pada masa itu, mengaku sebagai seorang
raja adalah suatu kejahatan karena dianggap “menghujat” kaisar. Dengan
cara inilah orang-orang menginginkan kematian Tuhan Yesus, dengan
menjalankan rencana mereka.
Tapi satu hal yang mereka tidak tahu adalah, meskipun pada awalnya
niat mereka memberikan tulisan tersebut adalah untuk niat yang tidak baik,
berakhir mulia. Mereka berniat untuk mengejek atau menggusarkan hati
orang, namun Tuhan memakai itu menjadi hal yang baik. Tuhan “melindas”
tuduhan dan celaan tersebut menjadi suatu “penghormatan bagi Yesus.”
Sesungguhnya Yesus lah adalah Raja bagi orang Yahudi, bahkan Raja bagi
semua bangsa. Frasa “INRI (Iesus Nazarenus, Rex Iudaeorum, yang
berarti “Yesus orang Nazaret, Raja orang Yahudi”), di atas kepala Yesus,
tidak lagi dimaknai secara negatif, namun dimaknai dengan pemahaman
yang baru dan menyatakan bahwa Yesus lah Mesias, “Raja Orang Yahudi”
dan juga Raja bagi setiap orang. Pada akhir zaman, hal ini akan nyata
dengan jelas, bahwa Yesus adalah Raja segala raja.
STUDI PRIBADI: Untuk apa orang-orang menempelkan tulisan INRI pada salib Yesus? Apa
makna tulisan di atas kepala Yesus waktu disalib, bagi Anda secara pribadi?
Berdoa bagi pekerjaan misi dunia dan para utusan Injil di manapun mereka
berada; kiranya Tuhan menyatakan kuasa-Nya melalui mereka, sehingga
banyak orang boleh percaya dan mengaku Yesus adalah Tuhan.
16
MINGGU
FEBRUARI 2014
“Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua
dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi,
dan bukit-bukit batu terbelah” (Matius 27:51)
Bacaan hari ini: Matius 27:51-54
Bacaan setahun: Matius 27:51-66
KUASA KEMATIAN YESUS
S
ejak manusia melanggar Firman Tuhan, maut atau kematian masuk
ke dalam dunia dan haruslah dialami oleh semua makhluk hidup,
termasuk umat manusia (Kej. 2:15-17; 3:19). Dari situlah kematian
mewarnai siklus kehidupan dan menjadi akhir dari kehidupan makhluk
hidup di muka bumi ini, sebagaimana ada yang lahir, demikian juga ada
yang mati (Pkh. 3:2). Kelahiran menjadi penanda dimulainya kehidupan,
dan kematian menjadi penanda diakhirinya kehidupan. Alkitab menyatakan
kematian seolah memiliki kuasa yang sedemikian “dibandingkan” dengan
kehidupan itu (Rm. 6:23), sehingga manusia selalu diperhamba ketakutan
oleh karena kuasa maut itu (Ibr. 2:14-15). Karena itu manusia tidak pernah
berdaya atas kematian (Ibr. 9:27). Manusia mengalami kematian sebagai
akibat dosa, dan manusia bersifat pasif ketika memasuki kematian itu.
Berbeda dengan Yesus Kristus, Juruselamat manusia, pada saat Dia
mengalami kematian. Pertama, bahwa dalam kematian-Nya bersifat aktif,
sebab Dia berkuasa untuk menyerahkan nyawa-Nya (Yoh. 10:17-18).
Karena itu, berulang kali kitab Injil mencatat istilah “belum tiba saatnya”
sekalipun banyak musuh mau membunuh-Nya, dan ketika tiba waktu-Nya,
maka Dia menyerahkan diri-Nya untuk ditangkap, disiksa, dan disalibkan.
Kedua, bahwa kematian-Nya bukanlah disebabkan sebagai akibat dosa
perbuatan-Nya, sebab Dia tidaklah pernah berbuat dosa (Ibr. 4:15; 5:7-10),
tetapi kematian-Nya adalah untuk menanggung hukuman dosa umat
manusia (Ibr. 9:28; 1Ptr. 2:24).
Dengan kedua macam alasan di atas, maka dalam kematian-Nya ada
KUASA yang terjadi, yaitu (i) terbelahnya tabir Bait Suci yang menandai
perdamaian antara Allah dan manusia, dan (ii) kebangkitan banyak orang
kudus oleh kebangkitan Yesus dari kematian yang menandai penaklukkan
kuasa maut (1Kor. 15:54b-55) dan jaminan kemenangan bagi setiap orang
percaya atas kuasa dosa dan kuasa setan (Ibr. 2:14-15). Dari sini, harusnya
tidak ada alasan bagi orang Kristen untuk malu terhadap peristiwa salib,
karena Salib Kristus adalah sumber kehidupan orang Kristen.
STUDI PRIBADI: Peristiwa apa yang terjadi pada saat Tuhan Yesus mati di atas kayu salib?
Semua peristiwa itu menunjukkan apa?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka dapat memahami dengan benar semua
karya Kristus di atas kayu salib agar iman dan pengharapan mereka di dalam
Tuhan, dapat semakin bertumbuh.
17
SENIN
FEBRUARI 2014
“…Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa
di sorga dan di bumi.” (Matius 28:18)
Bacaan hari ini: Matius 28:16-20
Bacaan setahun: Matius 28
KUASA DAN PENYERTAAN YESUS
M
atius menulis Injil tentang Yesus penuh dengan makna/arti dalam
setiap susunan peristiwa dari awal sampai akhir. Banyak ahli tafsir
yang menyebut Injil ini sebagai kegenapan Taurat dan Nabi dalam
Perjanjian Baru. Dalam menuliskan bagian-bagian terpenting disebutkan
“di atas bukit,” yaitu bahwa: inti pemahaman Taurat diajarkan oleh Yesus di
atas bukit (Mat. 5:1), pengajaran akhir zaman diuraikan di atas bukit (Mat.
24:3), dan perintah amanat agung disampaikan di atas bukit (Mat. 28:16),
serta perubahan penampakan (transfigurasi) Yesus terjadi di atas gunung
yang tinggi (Mat. 17:1).
Sebagaimana Taurat Tuhan diberikan kepada bangsa Israel melalui
Musa di atas gunung Sinai (Kel. 19-20), demikianlah Injil Tuhan diberikan
kepada orang percaya melalui Yesus di atas bukit. Ini semua menyatakan
KUASA TUHAN atas umat pilihan-Nya untuk melaksanakan apa yang
diperintahkan-Nya, terlebih Yesus sendiri menegaskan bahwa, “SEGALA
KUASA DI SORGA DAN DI BUMI TELAH DIBERIKAN KEPADA-NYA”
(Mat. 28:18). Maksud kalimat ini, selain dimaksudkan untuk menjawab
keraguan beberapa orang murid, juga untuk menguatkan setiap orang
Kristen, bahwa di dalam Yesus ada KUASA ILAHI untuk melaksanakan
amanat agung Tuhan, baik dalam etika moral Kristen, berjaga-jaga dalam
penantian akhir zaman, maupun pemberitaan Injil kepada segala bangsa.
Kuasa yang dimiliki oleh Yesus dengan sendirinya mengakibatkan
PENYERTAAN yang aktif dalam setiap kehidupan orang percaya. Seperti
pada awal berita kelahiran Tuhan Yesus kepada Yusuf, bahwa Ia akan
disebut IMANUEL yang berarti Allah beserta kita (Mat. 1:23), demikianlah
penggenapan penyertaan-Nya sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:20).
Karena itu, dalam menjalankan etika moral Kristen, ada penyertaan-Nya
menerangi hati nurani dan pikiran kita; dalam penantian kedatangan-Nya
kedua yang melewati akhir zaman, ada penyertaan-Nya yang menguatkan
kita untuk setia; dan dalam memberitakan Injil-Nya, ada penyertaan-Nya
yang menjadikan kita giat sebab ada kepastian pertolongan-Nya.
STUDI PRIBADI: Mengapa Yesus menyatakan kepada pada murid-Nya tentang kuasa yang
dimiliki-Nya? Bagaimana respons kita terhadap kuasa Yesus itu?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka bertumbuh dalam iman dan pengenalan
tentang Tuhan Yesus, sehingga mereka boleh semakin mencintai Tuhan dan
dengan sukacita melayani Tuhan dan memuliakan-Nya.
18
SELASA
FEBRUARI 2014
“Demikianlah Yohanes Pembaptis tampil
di padang gurun dan menyerukan: Bertobatlah...”
(Markus 1:4)
Bacaan hari ini: Markus 1:1-20
Bacaan setahun: Markus 1:1-20
PEMBUKA JALAN BAGI KRISTUS
L
azimnya pejabat selalu memiliki pembuka jalan ketika turun ke jalan
umum, khususnya di kota-kota besar, tujuannya agar masyarakat
tahu bahwa ada pejabat yang lewat dan supaya pejabat dapat segera
sampai di tempat tujuan, tanpa mengalami kemacetan. Namun seringkali
pembuka jalan para pejabat tersebut memiliki arogansi yang tinggi, seperti
membentak pengguna jalan, sehingga menyebabkan masyarakat merasa
kesal dan marah. Dalam Alkitab, juga ada seorang tokoh yang dikenal
sebagai pembuka jalan bagi kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini, yaitu
Yohanes Pembaptis (Markus 1:1-8).
Seseorang yang berperan sebagai pembuka jalan seringkali memiliki
arogansi yang tinggi, karena merasa mendapat kepercayaaan yang besar
dari orang penting (pejabat) sehingga ia cenderung menjadi sombong,
kasar dan tidak memiliki kerendahan hati sama sekali. Tetapi tidak demikian
sikap yang ditunjukkan Yohanes Pembaptis, padahal Yohanes dipercayai
untuk menjadi pembuka jalan bagi Tuhan Yesus, yang adalah Anak Allah,
pencipta manusia. Yohanes Pembaptis dikatakan tinggal di padang gurun
dan menyerukan akan kedatangan Kristus, suatu pekerjaan yang tidak
mungkin hanya dilakukan sekali atau dua kali, sehari atau dua hari. Bisa
jadi, Yohanes melakukannya secara rutin dan dalam jangka waktu yang
lama, entah berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Suatu pengorbanan dan
komitmen hati yang berdedikasi akan kedatangan Kristus, padahal di sisi
lain, Yohanes belum pernah melihat Yesus, Yohanes hanya mendapatkan
iluminasi (pencerahan) dari Roh Kudus.
Dari perikop yang kita baca pada hari ini, ada satu hal yang bisa kita
pelajari dari pribadi Yohanes Pembaptis sebagai pembuka jalan, yaitu
kesetiaan dan dedikasi (pengabdian) memberitakan tentang kedatangan
Tuhan Yesus ke dunia, yang jauh lebih berkuasa dari dirinya (Mrk. 1:7-8).
Yohanes Pembaptis tidak memikirkan akan keberadaaan dirinya, dia hanya
berfokus untuk memberitakan tentang Yesus, agar banyak orang bertobat
sebelum Yesus datang ke dunia.
STUDI PRIBADI: Apa yang dilakukan Yohanes Pembaptis ketika dia mendapat pencerahan
untuk menjadi pembuka jalan, memberitakan tentang kedatangan Yesus ke dunia?
Berdoa untuk jemaat agar mereka memiliki keberanian dan kesetiaan untuk
memberitakan kedatangan Tuhan kepada mereka yang belum mendengarNya, sehingga lebih banyak orang akan diselamatkan.
19
RABU
FEBRUARI 2014
“Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita
bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan.”
(Markus 1:34)
Bacaan hari ini: Markus 1:21-45
Bacaan setahun: Markus 1:21-45
BERKUASA TETAPI MENGHAMBA
M
arkus 1:21-45 menceritakan kisah pelayanan Yesus kepada orang
banyak yang terdiri dari tiga cerita. (1) Cerita mengenai Yesus
menyembuhkan seseorang yang kerasukan roh jahat di sebuah
rumah ibadat. (2) Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus yang sakit. (3)
Kisah Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta.
Pada waktu Markus menulis kisah ini, Markus ingin menggambarkan
bahwa Yesus adalah Tuhan yang berkuasa. Seperti yang pernah Yesus
sendiri katakan dalam Matius 28:18, “Kepada-Ku telah diberikan segala
kuasa di sorga dan di bumi.” Dengan kuasa yang Yesus miliki, maka Dia
mampu untuk menyembuhkan dan mengusir banyak setan. Namun ada
satu hal yang unik yang ingin disampaikan oleh Markus, bahwa kuasa yang
dimiliki Yesus adalah untuk melayani. Markus menggambarkan diri Tuhan
Yesus sebagai Hamba dari Allah Bapa, sehingga para pembaca Injilnya
menemukan bahwa pelayanan dan kuasa Yesus tidak dapat dipisahkan
dari kuasa Allah Bapa.
Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari bagian ini untuk
kehidupan kita sehari-hari. Pertama, bahwa Yesus yang kita sembah,
bukanlah Allah yang mati. Dia adalah Allah yang hidup dan memiliki kuasa
atas dunia ini. Sehingga setiap kita bisa berharap kepada Tuhan untuk
meminta kesembuhan, dan juga kuasa untuk mengusir kuasa-kuasa
kegelapan. Kedua, Yesus adalah utusan dari Allah Bapa untuk menebus
dosa setiap manusia. Ketiga, kita bisa mempelajari teladan Tuhan kita yang
mau melayani sesama. Dengan kuasa yang Dia miliki, Dia berusaha untuk
mendatangkan sesuatu yang baik bagi orang-orang yang ada di sekitarnya.
Demikian pula seharusnya setiap diri kita. Dengan kuasa yang kita miliki
(baik itu kekayaan, kedudukan, dan lain sebagainya), seharusnya kita pun
menggunakannya untuk kebaikan orang lain, bukan hanya melulu untuk
kepentingan kita sendiri. Sehingga dengan pelayanan yang kita kerjakan
bagi sesama, orang lain bisa melihat terang itu bercahaya dan mereka
mempermuliakan nama Bapa di sorga.
STUDI PRIBADI: Markus menggambarkan Yesus sebagai apa di dalam Injil-Nya? Mengapa
Markus menggambarkan gambaran itu dan menonjolkannya? Jelaskan!
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar meneladani sikap dan kerendahan hati
Tuhan Yesus, sekalipun memiliki kuasa, tapi tidak menggunakan kekuasaan
itu untuk memegahkan diri, tetapi untuk melayani orang lain.
20
KAMIS
FEBRUARI 2014
“Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ,
Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai
lalu Ia berkata kepadanya: ‘Ikutlah Aku!’
Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia.” (Markus 2:14)
Bacaan hari ini: Markus 2:13-17
Bacaan setahun: Markus 2:1-28
MENGIKUTI YESUS: MENJADI MURID-NYA
K
etika bertemu dengan orang yang baru dikenal, umumnya orang
akan menjadi waspada dan berhati-hati. Ini wajar, karena kita tidak
tahu orang tersebut baik atau jahat. Namun jika kita membaca kisah
panggilan Lewi, ada satu hal yang menarik. Ketika Yesus memanggilnya,
spontan ia mengikuti Yesus. Padahal, Pertama, Yesus bukanlah orang
yang dikenalnya, dan ia tidak tahu bagaimana masa depannya bersama
dengan Yesus. Kedua, Lewi sudah memiliki sebuah pekerjaan yang baik.
Dia adalah seorang pemungut cukai, profesi yang sangat bisa membuat
kehidupan dia dan keluarganya menjadi sangat makmur. Namun, semua
kenyamanan itu Lewi lepaskan, tanpa pikir panjang, tanpa pamit kepada
keluarganya, Lewi menjadi pengikut Tuhan.
Pada waktu Lewi mengikut Yesus, ada 2 hal yang terjadi dalam dirinya.
(1) Yesus memberikan dia kehidupan yang baru. Dia tidak hanya menjadi
bagian dari kelompok yang baru, tetapi dia menjadi anggota kerajaan Allah.
(2) Yesus memberi Lewi sebuah tugas yang baru dalam kehidupannya.
Sebelum mengikut Yesus, Lewi adalah seorang pemungut cukai yang
sudah pasti sangat ahli menggunakan penanya menghitung pajak. Setelah
menjadi pengikut Tuhan, Lewi Tuhan pakai menjadi seseorang yang
mencatat dan menuliskan berbagai kisah perjalanan kehidupan pelayanan
Tuhan Yesus di dalam dunia ini. Hasilnya, nama Lewi bukan hanya dicatat
di dalam Alkitab, tetapi juga tercatat sebagai orang yang menulis salah satu
kitab Injil Matius. Lewi pemungut cukai itu adalah Matius, penulis Kitab Injil.
Sejak menjadi pengikut Tuhan, kehidupannya dipakai luar biasa untuk
kemuliaan Tuhan.
Kita dapat belajar dari pengalaman Matius ini, bahwa setiap kita sudah
dipersiapkan Tuhan untuk melakukan pekerjaan baik sesuai dengan
rencana-Nya. Ketika kita menyerahkan diri menjadi pengikut Tuhan,
keahlian kita tidak harus dihilangkan, tapi justru dipakai untuk mengerjakan
pekerjaan Tuhan di dalam dunia. Yang terpenting dari semuanya, apakah
kita mempunyai hati seperti Matius?
STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap Lewi dalam meresponi panggilan Tuhan Yesus dalam
hidupnya? Bagaimana keahlian Lewi dipakai untuk melayani Tuhan dengan lebih baik?
Berdoalah bagi setiap pemuda dan pemudi Kristen agar mereka memakai
talenta yang mereka miliki untuk melayani dan memuliakan Tuhan dengan
cara memakainya sesuai kehendak Tuhan.
21
JUMAT
“…‘Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat,
berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang
atau membunuh orang?’ Tetapi mereka itu diam saja.”
(Markus 3:4)
FEBRUARI 2014
Bacaan hari ini: Markus 3:1-6
Bacaan setahun: Markus 3:1-35
MEMAKNAI SABAT
P
eristiwa penyembuhan di rumah ibadat (sinagoge) yang dilakukan
Tuhan kepada seorang yang mati sebelah tangannya, merupakan
awal kontroversi antara orang-orang Farisi dengan Tuhan Yesus.
Orang-orang Farisi dan kelompok Herodian berusaha mencari kesalahan
dari Tuhan Yesus dengan tujuan untuk membunuh-Nya (ay. 6). Peristiwa
penyembuhan hari sabat ini, menurut orang Farisi bertentangan dengan
tradisi Yahudi. Mengapa? Karena dalam pemahaman orang Yahudi, ada
enam hari lamanya sebelum hari sabat, dan jika orang mau disembuhkan,
dia bisa datang pada salah satu hari itu untuk disembuhkan, dan bukan
pada hari sabat (bnd. Luk. 13:4). Selain itu, di dalam Misnah dijelaskan,
kecuali hidup seseorang di dalam bahaya, baru kemudian penyelamatan/
penyembuhan dilakukan (bnd. M. Yoma 8:6; juga m. Sabb. 14:3-4; 22.6).
Orang-orang Yahudi, khususnya Farisi mengacu pada aturan-aturan ini.
Akan tetapi, Tuhan memiliki pengertian yang berbeda, sesuai dengan
otoritas dan kehendak-Nya. Bagi Tuhan, penyembuhan yang dilakukan
pada hari sabat merupakan hal yang baik dan tidak perlu dipertentangkan
dengan tradisi dan aturan hari sabat. Orang-orang yang memelihara hari
sabat, seharusnya melihat lebih dalam untuk memahami dan memaknai
sabat. Hidup itu jauh lebih penting dari sekadar aturan keagamaan. Karena
itu, meskipun Tuhan Yesus ditentang oleh orang-orang Farisi, Tuhan tetap
menyembuhkan orang yang tangannya mati sebelah (ay. 5).
Pelajaran penting dari bagian ini adalah, seringkali kita orang-orang
Kristen sangat terikat dengan aturan keagamaan yang kaku. Apabila
seseorang melanggar aturan keagamaan yang kaku, maka orang tersebut
patut mendapatkan “disiplin” atau “sanksi.” Perilaku yang demikian tanpa
sadar telah membawa kita mengabaikan apa yang lebih penting dan lebih
utama di dalam hidup ini. Seharusnya, kita dapat melihat dan melakukan
hal yang penting dan yang utama di dalam hidup kita, berkaitan dengan
hubungan kita dengan TUHAN dan sesama, melebihi aturan keagamaan
yang kaku.
STUDI PRIBADI: Mana yang Anda pilih, memelihara tradisi yang salah demi kehormatan,
atau merubahnya demi kemuliaan Tuhan dan menjadi berkat orang lain?
Berdoalah bagi para pemimpin gereja agar mereka diberikan hikmat untuk
membedakan: mana tradisi yang sesuai firman Tuhan, dan mana tradisi yang
bertentangan dengan firman-Nya.
22
SABTU
FEBRUARI 2014
“Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik,
ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu
lalu berbuah…” (Markus 4:20)
Bacaan hari ini: Markus 4:1-20
Bacaan setahun: Markus 4:1-20
PERUMPAMAAN TENTANG PENABUR
D
alam Alkitab ada 2 model pengajaran Tuhan tentang perumpamaan:
Pertama, perumpamaan tanpa penjelasan; kedua, perumpamaan
yang disertai penjelasan. Injil Markus 4:1-20 memuat pengajaran
Tuhan Yesus tentang perumpamaan yang disertai dengan penjelasan.
Pertanyaannya, siapakah yang dimaksudkan dalam perumpamaan ini?
1. Penabur itu menaburkan firman. Orang-orang yang di pinggir jalan,
tempat firman itu ditaburkan, adalah mereka yang mendengarkan firman,
lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam
mereka (Markus 4:14-15). Ini adalah gambaran tentang orang yang tidak
percaya. Jelas orang yang mendengar Firman, namun pada akhirnya tidak
percaya atas Firman TUHAN tersebut.
2. Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, adalah
orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan
gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan hanya sebentar saja. Bila
kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman, mereka
menjadi murtad (Markus 4:16-17). Ini adalah gambaran dari orang Kristen
yang murtad. Mereka telah menerima Firman TUHAN, tetapi oleh karena
penindasan dan penganiayaan, mereka kemudian menjadi murtad.
3. Dan yang lain adalah yang ditabur di tengah semak duri, itulah yang
mendengarkan firman itu, lalu kekuatiran dunia serta tipu daya kekayaan
dan keinginan-keinginan akan hal yang lain, masuk menghimpit firman itu,
sehingga tidak berbuah (Markus 4:18-19). Inilah gambaran tentang orang
Kristen KTP, alias Kristen tanpa pertumbuhan. Mereka mendengar Firman
TUHAN, namun tidak pernah bertumbuh di dalamnya.
4. Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah “orang yang
mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang berbuah tiga
puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali
lipat” (Markus 4:20). Ini adalah gambaran dari orang Kristen sejati, yang
mendengarkan Firman TUHAN, kemudian bertumbuh dan menghasilkan
buah di dalam kehidupan mereka. Bagaiman dengan Anda?
STUDI PRIBADI: Untuk tujuan apa perumpamaan ini disampaikan Tuhan Yesus? Pelajaran
rohani apakah yang Anda dapatkan dalam perumpamaan ini?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka dapat menjadi murid Tuhan yang siap
menerima firman Tuhan, mencintai, melakukan, dan tumbuh di dalamnya,
sehingga kuat menghadapi tantangan zaman.
23
MINGGU
FEBRUARI 2014
“… Beginilah hal Kerajaan Allah itu:
seumpama orang yang menaburkan benih di tanah,
lalu … benih itu mengeluarkan tunas
dan tunas itu makin tinggi …” (Markus 4:26-27)
Bacaan hari ini: Markus 4:26-29
Bacaan setahun: Markus 4:21-41
BENIH YANG TUMBUH
P
erumpamaan ini adalah satu-satunya perumpamaan yang dituliskan
dalam Injil Markus, “Beginilah hal Kerajaan Allah: seumpama orang
yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan
pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu
makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan
sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya,
kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu
sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai
sudah tiba.” Apakah maksud bagian ini?
Memahami bagian ini, memerlukan konteks yang lebih luas. Berkaitan
dengan “menaburkan benih di tanah” jelas menunjuk pada firman TUHAN
yang telah ditabur (bnd. Markus 4:14). Dalam keseluruhan perumpamaan
ini mengajarkan pada kita, ketika firman TUHAN itu ditaburkan, kemudian
bertumbuh dan sampai menghasilkan buah, itu adalah kuasa TUHAN yang
bekerja dan menyebabkan demikian. Injil Markus tidak menjelaskan usaha
manusia di dalam pertumbuhan benih, selain dari si penabur yang telah
menaburkan benih itu di tanah. Selain dari pada itu, merupakan kuasa dan
kedaulatan TUHAN yang telah bekerja di dalam pertumbuhan benih itu
sampai menghasilkan buah.
Pelajaran rohani dari perumpamaan ini adalah, bahwa pertumbuhan
kehidupan Kristiani dimulai dari percaya kepada firman TUHAN dan akan
terus bertumbuh sampai menghasilkan buah dalam kehidupannya; semua
itu tidak pernah lepas dari peran kuasa dan kedaulatan TUHAN yang
memberikan pertumbuhan. Seorang Kristen dapat bertumbuh, ini bukan
karena ketaatannya—meskipun hal itu dibutuhkan; bukan pula karena
ketekunannya dalam membaca dan merenungkan firman TUHAN—
meskipun itu sangat diperlukan; Tetapi orang Kristen dapat bertumbuh,
oleh karena kuasa dan kedaulatan TUHAN yang bekerja di dalam dirinya,
yang kemudian menghasilkan ketekunan dan ketaatan sampai hidupnya
bertumbuh dan menghasilkan buah.
STUDI PRIBADI: Apa yang diajarkan dalam perumpamaan ini? Siapa yang menumbuhkan
benih itu sampai berbuah? Mengapa? Jelaskan!
Berdoalah bagi pemberitaan Injil Tuhan yang dilakukan para misionaris, di
manapun mereka berada, agar kuasa Tuhan bekerja serta menumbuhkan
iman kepercayaan di antara orang yang belum percaya.
24
SENIN
“Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu,
dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu
yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana
FEBRUARI 2014
Ia telah mengasihani engkau!” (Markus 5:19)
Bacaan hari ini: Markus 5:1-20
Bacaan setahun: Markus 5:1-20
BERITAHUKANLAH...!
B
ukankah hal yang wajar jika orang yang telah mengalami pelepasan
dari kuasa roh-roh jahat ingin mengungkapkan rasa terimakasih nya
kepada Yesus, dengan meminta untuk ikut menyertai-Nya? (ay. 18).
Namun, Tuhan Yesus tidak memperkenankannya untuk menyertai-Nya.
Mengapa demikian? Karena bagi Yesus, orang tersebut akan bermanfaat
dan efektif jika ia pergi memberitahukan apa yang telah ia alami, yang telah
Tuhan kerjakan atas dirinya, pada orang lain. Itulah sebabnya Tuhan Yesus
memerintahkan, agar ia yang telah mengalami kuasa-Nya, memberitakan
semua yang dialaminya kepada seluruh anggota keluarganya dan bahkan
orang-orang sekampungnya. Tuhan Yesus menginginkan agar melalui
perubahan yang terjadi atas dirinya, ia dapat menjadi saksi kemuliaan
Allah, bahwa dahulu ia hidup dikuasai Iblis, kini telah diubahkan menjadi
manusia baru, oleh-Nya.
Sebuah prinsip dasar yang melandasi perintah Kristus ini adalah,
bahwa manusia yang dibebaskan dari belenggu dan menikmati kebebasan
dari Allah, tidak hidup untuk dirinya sendiri, tetapi harus memberitahukan
kepada orang lain mengenai pelepasan ilahi yang dilaminya itu. Oleh sebab
itu, orang yang baru mengalami pelepasan dari kerasukan roh-roh jahat itu
diperintahkan untuk menyiarkan segala sesuatu yang telah diperbuat oleh
Tuhan atas dirinya, dan bagaimana Tuhan telah mengasihaninya (ay. 19).
Orang itu pun pergi memberitakan kepada seluruh isi rumahnya segala apa
yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran
atas pemberitaannya itu (ay. 20).
Sebagai orang percaya, sesungguhnya keselamatan yang telah kita
terima dari Kristus bukan hanya untuk kita nikmati sendiri. Tuhan tidak mau
kita hanya tinggal diam tanpa peduli orang lain yang belum memperoleh
keselamatan. Tuhan tidak memperkenankan kita hidup seperti itu. Tuhan
memerintahkan dan menginginkan kita untuk memberitakan kasih dan
karya-Nya yang telah menyelamatkan kita, kepada orang lain sehingga
mereka juga boleh percaya dan diselamatkan.
STUDI PRIBADI: Mengapa Yesus tidak memperkenankan orang yang telah dilepaskan dari
kuasa roh-roh jahat itu untuk menyertai-Nya? Jelaskan!
Berdoalah agar setiap orang percaya bukan hanya menikmati keselamatan
yang Tuhan berikan padanya, tapi mau pergi memberitakan kasih dan karya
Tuhan yang menyelamatkan mereka yang belum percaya Injil-Nya.
25
SELASA
FEBRUARI 2014
“Sebab katanya: Asal kujamah saja jubah-Nya,
aku akan sembuh.” (Markus 5:28)
Bacaan hari ini: Markus 5: 25-34
Bacaan setahun: Markus 5:21-43
ASAL KUJAMAH SAJA JUBAH-NYA
K
itab-kitab Injil seringkali mengisahkan tentang orang sakit yang
menjamah diri Tuhan Yesus (Mrk. 3:10; 5:27-34; 6:56), atau Yesus
yang menjamah mereka (Mrk. 1:41-42; 7:33-35; Mat. 8:3,15; 9:2930; 20:34; Luk. 5:13; Luk. 7:14-15; 22:51). Sentuhan dan kehadiran Yesus
itulah yang terutama. Sentuhan-Nya berkuasa menyembuhkan karena Ia
adalah sumber kasih karunia dan kehidupan (Ibr. 4:16). Tanggung jawab
kita dalam mendambakan kesembuhan adalah mendekatkan diri kepada
Yesus, serta hidup di hadapan-Nya.
Dalam bacaan kita hari ini, diceritakan bahwa ada seorang perempuan
yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Rupanya dia
sudah lama menderita karena sakitnya itu (ay. 25), dan segala usaha pun
telah ia lakukan untuk memperoleh kesembuhan dari sakitnya. Ayat 26
menunjukkan betapa gigihnya ia berjuang untuk memperoleh kesembuhan
dari sakitnya. Ia telah berulang-ulang pergi ke berbagai tabib untuk diobati,
bahkan sampai-sampai semua uang dan harta benda yang ada padanya,
habis untuk membiayai pengobatannya. Namun sayang, semua itu sama
sekali tidak ada faedahnya, malah sebaliknya, keadaannya bukan semakin
membaik tetapi semakin memburuk adanya.
Di tengah-tengah keputusasaan yang ia alami, berita mengenai Tuhan
Yesus memunculkan secercah harapan di dalam hatinya untuk menaruh
harapan terakhirnya. Ia percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkan
sakit pendarahan yang telah lama ia derita. Ketika Yesus dan rombongan
sedang melintas, maka di tengah-tengah orang banyak itu, ia mendekati
Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Dengan iman ia berkata:
“Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh” (ay. 27-28). Terjadilah
apa yang diimaninya. Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia
merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya (ay. 29).
Bagaimana dengan kita? Ketika kita mengalami keputusasaan,
siapakah yang akan kita temui? Marilah kita datang kepada Yesus dengan
menaruh iman dan pengharapan kita kepada-Nya.
STUDI PRIBADI: Apa yang membuat perempuan yang sakit pendarahan itu datang kepada
Yesus? Apakah yang membuat Anda datang kepada Yesus?
Berdoa bagi mereka yang mengalami penderitaan karena sakit-penyakitnya
yang tidak kunjung sembuh, agar mengalami kesembuhan karena menaruh
iman dan harapannya kepada Tuhan Yesus, Tabib Agung.
26
RABU
FEBRUARI 2014
“Maka Yesus berkata kepada mereka: Seorang nabi
dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri,
di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.”
(Markus 6:4)
Bacaan hari ini: Markus 6:1-29
Bacaan setahun: Markus 6:1-29
DIHORMATI DI MANA-MANA, KECUALI TEMPAT ASALNYA
A
nda pernah ditolak? Bagaimanakah perasaan Anda saat mengalami
penolakan? Bacaan pada hari ini mengajak kita untuk merenungkan
bagaimana rasanya mengalami penolakan.
Pada saat itu, Yesus pergi ke Nazaret bersama dengan murid-muridNya. Sesampainya di Nazaret, Yesus masuk ke rumah ibadat dan mengajar
orang-orang di situ. Setelah Yesus mengajar, orang-orang yang hadir saat
itu memberikan dua tanggapan yang berbeda. Ada yang takjub, terpesona
dan terpikat dengan pengajaran, bahkan tanda-tanda dan mujizat-mujizat
yang Yesus adakan. Namun ada juga yang mempertanyakan dari manakah
sumber kehebatan dan kuasa Yesus dalam melakukan itu semua. Mereka
bertanya dan berkata satu sama lain: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya
itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat
demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini
tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan
bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu
mereka kecewa dan menolak Dia (ay. 2-3).
Yesus mengalami penolakan orang-orang sekampung-Nya. Mereka
merendahkan dan memandang Yesus sebelah mata. Mereka merasa
bahwa Yesus sama saja dengan mereka, karena berasal dari kampung
yang sama, dan mereka merasa tahu, atau mereka pikir mereka tahu, asalusul-Nya dengan jelas. Bagaimana perasaan Yesus terhadap penolakan
yang Dia alami? Sebagaimana orang yang pernah mengalami penolakan,
Yesus pun merasa sedih. Ia menerima penolakan itu sebagai harga yang
harus dibayar di dalam pelayanan-Nya (ay. 4) dan Ia pun memaafkan dan
tidak menyimpan dendam meskipun Ia ditolak oleh orang sekampung-Nya
(bnd. Luk. 23:34).
Melalui hal ini, Tuhan Yesus hendak mengajarkan kepada kita, bahwa
seorang pemberita Injil harus siap mengalami penolakan, bahkan dari
orang-orang yang dekat dengannya (ay. 4). Inilah risiko dan “jalan salib”
yang harus siap kita diterima sebagai pemberita Injil-Nya.
STUDI PRIBADI: Pernahkah Anda mengalami penolakan seperti yang Yesus alami? Apakah
respon Anda terhadap penolakan tersebut?
Berdoalah untuk para pemberita Injil agar diberi kekuatan di dalam
menghadapi penolakan atas pembertiaan Injil yang dilakukannya. Apalagi
penolakan yang diterimanya dari orang-orang terdekatnya.
27
KAMIS
FEBRUARI 2014
“Tetapi jawabNya: ‘Kamu harus memberi mereka makan!’
Kata mereka kepadaNya: ‘Jadi haruskah kami membeli roti
seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?’”
(Markus 6:37)
Bacaan hari ini: Markus 6:30-44
Bacaan setahun: Markus 6:30-56
MENELADANI SANG GURU
K
isah Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang merupakan kisah
yang tidak asing. Kisah ini menceritakan bagaimana setelah rasulrasul kembali dari pelayanan, mereka berencana untuk beristirahat
sejenak. Tetapi apa yang terjadi? Pada saat mereka hendak mengasingkan
diri, ternyata banyak orang mengikuti mereka. Melihat keadaan tersebut,
Alkitab mengatakan, “...maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan pada
mereka... Lalu mulailah Yesus mengajarkan banyak hal kepada mereka.”
Orang banyak itu begitu antusias mendengarkan pengajaran Yesus sampai
hari sudah mulai malam. Melihat situasi ini, para rasul datang kepada Yesus
dan mengusulkan, agar orang yang sangat banyak itu disuruh pergi untuk
membeli makanan, karena tidak ada makanan yang bisa diberikan kepada
mereka, sementara para murid sendiri juga belum makan, ditambah lagi
mereka telah lelah dan capek setelah seharian melayani. Apa jawab Tuhan
Yesus? Tuhan Yesus berkata, “Kamu harus memberi mereka makan!”
Dari apa yang Tuhan Yesus katakan kepada para murid-Nya ini, kita
belajar satu hal bahwa Tuhan ingin, agar kita tidak lagi berorientasi hanya
pada kepentingan dan kebutuhan diri sendiri tapi lebih berorientasi kepada
orang lain. Memang harus diakui, tuntutan hidup yang begitu sulit, sering
membuat kita menjadi orang yang individualis dan egois. Kita cenderung
untuk lebih mementingkan kepentingan diri sendiri dibanding orang lain,
bahkan seringkali demi kepentingan diri sendiri, kepentingan orang lain pun
dikorbankan. Istilahnya “Mikirin diri sendiri aja udah pusing, ngapain mikirin
orang lain.”
Namun Firman Tuhan hari ini mengajarkan hal yang berbeda kepada
kita. Tuhan ingin agar kehidupan kita sebagai orang percaya, tidak sama
atau berbeda dengan mereka yang belum percaya. Kita harus memiliki
kehidupan yang bukan hanya berorientasi pada pemenuhan kepuasan diri
sendiri, tetapi kehidupan yang mau menjadi berkat, yang mau berpikir dan
berbuat untuk orang lain juga. Adakah kehidupan yang demikian ini dalam
diri kita?
STUDI PRIBADI: Apa reaksi murid-murid ketika Tuhan mengatakan bahwa mereka harus
memberi makan orang banyak? Mengapa murid-murid berespons demikian?
Doakan agar kita peka dengan kebutuhan orang-orang yang ada di sekeliling
kita, sehingga kehidupan kita hari ini bisa menjadi berkat bagi yang lain. Kita
berdoa, apapun bagian kita, kita dapat kerjakan dengan baik.
28
JUMAT
FEBRUARI 2014
“Perintah Allah kamu abaikan
untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
(Markus 7:8)
Bacaan hari ini: Markus 7:1-13
Bacaan setahun: Markus 7:1-13
PERINTAH ALLAH VS. ADAT ISTIADAT
D
alam perikop ini dikisahkan bagaimana Tuhan Yesus menegur sikap
orang Farisi yang menyamakan (bahkan lebih menekankan) ajaran
tradisi manusia dengan ajaran Tuhan. Hal ini dimulai, ketika mereka
melihat beberapa orang murid Tuhan Yesus makan dengan tangan yang
tidak dibasuh (ay. 2). Karena itu, mereka menegur Tuhan Yesus secara
tidak langsung karena dianggap membiarkan murid-murid-Nya melanggar
salah satu tradisi adat istiadat nenek moyang orang Yahudi.
Bagaimana respons Tuhan Yesus menghadapi sikap mereka? Dalam
ayat 6, Tuhan menyebut mereka munafik. Mengapa? Karena, seharusnya
sebagai pemimpin agama, mereka harus lebih tunduk dan taat kepada
hukum Allah, tetapi pada kenyataannya, mereka justru menempatkan
hukum/aturan yang dibuat oleh manusia lebih tinggi dari pada hukum/
aturan yang Tuhan buat. Celakanya, seringkali mereka menggunakan
aturan adat istiadat ini sebagai celah/dalih untuk menghindarkan diri dari
kewajiban menaati hukum Allah (ay. 9-13). Sungguh suatu perbuatan yang
munafik.
Apa yang dapat kita pelajari melalui kisah ini? Dalam kehidupan kita,
kita juga tidak terlepas dari banyaknya aturan adat istiadat nenek moyang
kita. Aturan-aturan adat istiadat ini dapat kita ikuti selama didasarkan pada
kebenaran firman Tuhan. Namun, untuk setiap aturan adat istiadat yang
tidak sesuai dengan firman Tuhan, maka kita harus dengan berani menolak
dan memilih untuk lebih tunduk kepada firman Tuhan.
Contohnya, tradisi mencari hari baik untuk acara pernikahan,
membuka usaha dan sebagainya; atau kepercayaan kepada Feng Shui
dalam membangun rumah atau tempat usaha dan sebagainya. Semua itu
tentu saja tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, tetapi seringkali
kita sulit membuangnya. Hal ini menjadikan kita sebagai orang Kristen yang
munafik. Mari kita introspeksi diri kita, adakah selama ini kita lebih taat pada
hukum Tuhan atau hukum manusia? Akankah kita hidup menyenangkan
hati-Nya atau hati manusia?
STUDI PRIBADI: Mengapa orang-orang Farisi menegur Tuhan Yesus ketika melihat muridmurid-Nya tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang mereka? Jelaskan!
Doakanlah agar kita menjadi orang Kristen yang bertanggung jawab dengan
iman kita, sehingga mampu membedakan mana tradisi atau aturan-aturan
yang sesuai firman Tuhan dan mana yang tidak, yang harus kita tinggalkan.
Catatan...
“Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan…”
(Matius 26:41)
Download