LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA) KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sehat, perlu dilakukan berbagai upaya pemeliharaan kesehatan yang bersifat menyeluruh, berkesinambungan dan bermutu; b. bahwa salah satu upaya yang perlu dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sehat adalah dengan menyelenggarakan jaminan kesehatan bagi masyarakat Kabupaten Banjarnegara; Mengingat : c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintahan Daerah Kabupaten mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya; d. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 11 Tahun 2005 tentang Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat sudah tidak sesuai dengan perkembangan; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) Kabupaten Banjarnegara; 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1963 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2576); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 2 4. 5. 6. 7. 8. 9. Nomor 2273); Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3 10. 11. 12. 13. 14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 ), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4844); Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4676); Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 4 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya UndangUndang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah; Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4676); Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4597); Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 5 22. 23. 24. 25. 26. 27. tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4737); Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6); Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 4 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7); Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 25); Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 6 28. 29. 7 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008 Nomor 7 Seri A, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 99); Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 14 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Banjarnegara (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008 Nomor 14 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 106); Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 3 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 114); Dengan Persetujuan Bersama 7 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA dan BUPATI BANJARNEGARA Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA) KABUPATEN BANJARNEGARA MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi daerah dan asas tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Daerah adalah Daerah Kabupaten Banjarnegara. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah Kabupaten sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintah Daerah. 4. Kabupaten adalah Kabupaten Banjarnegara. 5. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Banjarnegara. 6. Bupati adalah Bupati Banjarnegara. 7. Jaminan Kesehatan adalah suatu sistem untuk memberikan 8 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. perlindungan dan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat dengan prinsip kendali mutu dan biaya. Jaminan Kesehatan Daerah Kabupaten Banjarnegara yang selanjutnya disebut JAMKESDA adalah suatu tata cara penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Daerah oleh Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah bagi seluruh masyarakat di Kabupaten Banjarnegara. Badan Penyelenggara JAMKESDA yang selanjutnya disebut BAPEL JAMKESDA adalah Lembaga Non Struktural yang berbadan Hukum Publik yang dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara untuk menyelenggarakan Program JAMKESDA. Badan Pembina JAMKESDA yang selanjutnya disebut BAPEM JAMKESDA adalah unsur Pembina BAPEL JAMKESDA yang terdiri dari perwakilan unsur Pemerintah Kabupaten, ahli yang membidangi tentang asuransi kesehatan dan perwakilan peserta. Tim Verifikasi adalah Tim yang bertugas untuk menilai administrasi klaim yang diajukan Pemberi Pelayanan Kesehatan yang dilakukan oleh pelaksana verifikasi dengan mengajukan pada standar penilaian klaim. Peserta JAMKESDA yang selanjutnya disebut peserta adalah setiap warga masyarakat dan / atau anggota keluarganya yang memenuhi persyaratan untuk dapat ikut program JAMKESDA. Masyarakat miskin non kuota adalah masyarakat miskin yang belum memiliki jaminan pelayanan kesehatan dari Pemerintah. Kelompok Informal adalah pekerja sektor informal non miskin yang belum memiliki jaminan kesehatan. Pemberi Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disebut PPK adalah sarana pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan dasar sampai lanjutan baik institusi milik pemerintah, swasta dan atau perorangan yang memberikan pelayanan kesehatan pada peserta dalam penyelenggaraan Program JAMKESDA. 16. Pemberi Pelayanan Kesehatan I (strata pertama) yang selanjutnya 9 17. 18. 19. 20. 21. 22. disebut PPK I adalah Sarana Pelayanan Kesehatan dasar milik Pemerintah di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Pos Kesehatan Desa maupun Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta baik institusi / perorangan seperti Balai Pengobatan (BP), dokter dan bidan praktek swasta yang memiliki kerjasama dengan BAPEL JAMKESDA. Pemberi Pelayanan Kesehatan II (strata kedua) yang selanjutnya disebut PPK II adalah pemberi pelayanan Kesehatan lanjutan yaitu Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama (RSU Kelas C dan Kelas D) di Rumah Sakit Umum Daerah atau Rumah Sakit Swasta yang setara dan telah memiliki kerjasama dengan BAPEL JAMKESDA. Pemberi Pelayanan Kesehatan III (strata ketiga) yang selanjutnya disebut PPK III adalah Pemberi Pelayanan Kesehatan Lanjutan yaitu Rumah Sakit Rujukan Tingkat Lanjut meliputi Rumah Sakit kelas B dan kelas A serta Rumah Sakit Swasta yang setara dan telah memiliki kerjasama dengan BAPEL JAMKESDA. Paket Pemeliharaan Kesehatan adalah kumpulan pelayanan kesehatan bersifat komprehensif yang diselenggarakan oleh BAPEL JAMKESDA dan dilaksanakan oleh PPK untuk kepentingan peserta dalam rangka melindungi dan meningkatkan derajat kesehatan. Pelayanan kesehatan bersifat komprehensif adalah pelayanan kesehatan yang terdiri atas pelayanan promotif (peningkatan pengetahuan,sikap dan perilaku), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan). Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan /atau serangkaian pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit. 23. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan /atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk 10 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas (fungsi/kondisi) penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai kemampuannya. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan yang merupakan sarana untuk melaksanakan pelayanan bidang kesehatan secara paripurna kepada masyarakat. Puskesmas Pembantu yang selanjutnya disebut Pustu adalah unit organisasi kesehatan yang merupakan penunjang kegiatan Puskesmas. Puskesmas Keliling yang selanjutnya disebut Pusling adalah pelayanan kesehatan secara keliling ke desa-desa atau kelurahan yang merupakan bagian dari kegiatan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas. Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disebut RSUD adalah Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Kabupaten Banjarnegara Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit di Kabupaten Banjarnegara dan atau di luar Kabupaten Banjarnegara yang telah memiliki kerjasama dengan BAPEL JAMKESDA. Rumah Sakit Swasta adalah Rumah Sakit Swasta yang ada di wilayah Kabupaten Banjarnegara dan atau di luar Kabupaten Banjarnegara yang telah memiliki kerjasama dengan BAPEL JAMKESDA. Iuran Kepesertaan JAMKESDA yang selanjutnya disebut Premi adalah besarnya uang yang dibayarkan oleh peserta kepada BAPEL JAMKESDA. 32. Sumber dana lain yang tidak mengikat adalah sumber dana yang berasal antara lain dari organisasi profesi, organisasi masyarakat, 11 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. Lembaga Swadaya Masyarakat dan sumber dana lain yang sah menurut hukum. Implementasi Indonesia Diagnosis Related Group yang selanjutnya disebut INA-DRG adalah suatu sistem klasifikasi kombinasi beberapa jenis penyakit dan prosedur/tindakan pelayanan di suatu rumah sakit dengan pembiayaan yang dikaitkan dengan mutu dan efektivitas pelayanan kesehatan terhadap pasien. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata pelayanan kesehatan lainnya, maupun horisontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama. Kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang dilakukan oleh badan penyelenggara kepada pemberi pelayanan berdasarkan kesepakatan harga untuk setiap peserta yang dipertanggungkan. Klaim adalah sistem pembayaran yang dilakukan oleh Badan Penyelenggara kepada pemberi pelayanan kesehatan, setelah pemberi pelayanan kesehatan memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta. Kader JAMKESDA adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran perekrutan calon peserta JAMKESDA. Penyidik adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan. Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi guna menemukan tersangkanya. 40. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah Pejabat penyidik pegawai negeri sipil tertentu dilingkungan 12 Pemerintah Kabupaten yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah. BAB II ASAS,TUJUAN DAN PRINSIP PENYELENGGARAAN Pasal 2 JAMKESDA diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan kesehatan bagi seluruh masyarakat Kabupaten. Pasal 3 Tujuan JAMKESDA adalah untuk memberikan jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kabupaten dan atau peserta JAMKESDA. Pasal 4 JAMKESDA diselenggarakan dengan prinsip-prinsip : a. kegotongroyongan; b. nirlaba; c. keterbukaan; d. kehati-hatian; e. akuntabilitas; f. portabilitas /kesinambungan; g. dana amanat; h. kepesertaan bersifat wajib; i. equitas /kesetaran, dan j. hasil pengelolaan dana BAB III KEPESERTAAN 13 Bagian Kesatu Sasaran dan Syarat Kepesertaan Pasal 5 (1) Sasaran kepesertaaan adalah seluruh masyarakat Kabupaten yang dicapai secara bertahap meliputi : a. masyarakat miskin non kuota yang tidak termasuk dalam Keputusan Bupati yang mengatur Jaminan Kesehatan Masyarakat; b. masyarakat miskin non kuota dan kelompok informal; dan c. masyarakat yang belum menjadi peserta JAMKESDA. (2) Tahapan kepesertaan JAMKESDA dapat dilaksanakan secara berurutan, tidak berurutan dan atau bersama-sama menyesuaikan dengan kondisi yang berkembang yang selanjutnya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 6 (1) Kepesertaan JAMKESDA dimulai pada saat ditandatangani kesepakatan. (2) Prosedur dan tata cara kepesertaan JAMKESDA diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. 14 Bagian Kedua Hak dan Kewajiban Peserta Pasal 7 Setiap peserta berhak : a. mendapatkan Kartu JAMKESDA. b. mendapatkan Pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif. c. mendapatkan informasi dan penjelasan yang memadai dan diperlukan dalam penyelenggaraan JAMKESDA. d. memberikan masukan dan saran terhadap mutu pelayanan, mengajukan keluhan dan memperoleh penyelesaian atas keluhan yang diajukan kepada pihak terkait baik yang menyangkut pelayanan oleh BAPEL JAMKESDA maupun PPK. Pasal 8 Setiap peserta berkewajiban : a. membayar premi kepesertaan. b. membawa kartu JAMKESDA setiap kali berkunjung ke PPK. c. mematuhi dan mengikuti semua prosedur standar yang berlaku dalam penyelenggaraan JAMKESDA. Pasal 9 Besarnya premi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) ditetapkan oleh Bupati berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. 15 Bagian Ketiga Hak dan Kewajiban PPK Pasal 10 (1)PPK mempunyai hak untuk mendapatkan biaya pelayanan dalam bentuk kapitasi, klaim dan/atau standar diagnostik nasional INA-DRG atau sistem yang sejenis sesuai perjanjian kerjasama yang ditandatangani dengan BAPEL. (2)Besarnya kapitasi atau klaim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati. (3)PPK mempunyai hak memberikan masukan dan saran terhadap mutu pelayanan BAPEL JAMKESDA baik secara langsung ataupun melalui pihak-pihak terkait. Pasal 11 Setiap PPK berkewajiban untuk : a. memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif kepada peserta JAMKESDA.; b. mematuhi segala peraturan perundangan yang berlaku serta aturan lain yang disepakati antara pihak BAPEL JAMKESDA dan PPK. Pasal 12 Hak dan kewajiban BAPEL JAMKESDA, PPK dan peserta secara lebih rinci diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. 16 BAB IV TAHAPAN PELAYANAN JAMKESDA Pasal 13 Pelayanan JAMKESDA diselenggarakan melalui tahap-tahap: a. Tahapan awal diarahkan pada penyediaan pelayanan kesehatan tingkat I dan ditingkat II. b. Tahapan lanjutan diarahkan pada penyediaan pelayanan kesehatan tingkat II ataupun tingkat III. BAB V PENYELENGGARAAN JAMKESDA Bagian Kesatu BAPEM JAMKESDA Pasal 14 (1) BAPEM JAMKESDA terdiri dari perwakilan unsur Pemerintah Daerah, ahli yang membidangi asuransi kesehatan dan perwakilan peserta JAMKESDA. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pembentukan BAPEM JAMKESDA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. (3) Tugas dan wewenang BAPEM JAMKESDA meliputi : a. melakukan pengkajian dan penelitian yang berkaitan dengan penyelenggaraan JAMKESDA; b. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola kepada Bupati; c. menetapkan peraturan internal dan kebijakan BAPEL JAMKESDA sesuai dengan kewenangannya; 17 d. meminta keterangan, memeriksa dan atau mengusulkan kepada Bupati tentang sanksi bagi pejabat pengelola; e. memeriksa dan menyelesaikan keluhan serta pendapat/saran dari peserta terhadap penyelenggaraan JAMKESDA bersama pejabat pengelola; dan f. melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan JAMKESDA dan melaporkan hasilnya kepada Bupati. (4) Anggota BAPEM JAMKESDA diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Bupati. (5) BAPEM JAMKESDA bertanggungjawab kepada Bupati. Bagian kedua BAPEL JAMKESDA Pasal 15 (1)BAPEL JAMKESDA dibentuk, diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Bupati (2)Pembentukan BAPEL JAMKESDA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk menyelenggarakan JAMKESDA. (3)Tujuan pembentukan BAPEL JAMKESDA untuk: a. menyelenggarakan JAMKESDA berdasarkan pada asas dan prinsip penyelenggaraan JAMKESDA; b. mengupayakan perluasan cakupan kepesertaan bagi seluruh warga masyarakat; c. memberikan jaminan ketepatan sasaran dan kepastian hukum serta jaminan keberlangsungan perlindungan kesehatan bagi masyarakat; d. mempertanggungjawabkan pelaksanaan Penyelenggaraan Jamkesda dengan sebaik-baiknya; dan e. meningkatkan kemampuan JAMKESDA dan membangun kerjasama antar daerah dan pihak lain dalam menjalankan kewajiban mengembangan sisten JAMKESDA. 18 (4) Susunan Organisasi BAPEL JAMKESDA terdiri dari : a. ketua; b. sekretaris; c. bendahara; d. bidang Pembiayaan dan Pengawasan; e. bidang Kepesertaan, Promosi dan Sistem Informasi Manajemen (SIM); f. bidang Sumber Daya Manusia (SDM), Pelayanan Kesehatan dan Pengaduan; dan g. bidang Hukum dan Kerjasama. (5)Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi BAPEL JAMKESDA diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Bagian Ketiga PPK Pasal 16 (1)PPK meliputi : a. PPK I; b. PPK II; dan c. PPK III. (2)Sarana Pelayanan Kesehatan yang menjadi PPK harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh BAPEL JAMKESDA. (3)PPK dalam menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui paket pemeliharaan kesehatan. (4)Paket pemeliharaan kesehatan dalam penyelenggaraan JAMKESDA meliputi: a. paket pemeliharaan kesehatan dasar; dan b. paket pemeliharaan kesehatan rujukan. (5)Paket pemeliharaan kesehatan dasar sebagaimana dimaksud 19 pada ayat (4) huruf a meliputi pelayanan : a. pemeriksaan dan pengobatan rawat jalan tertentu; b. kegawatdaruratan; c. imunisasi dasar pada bayi dan ibu hamil; d. pelayanan keluarga berencana; e. pemeriksaan kehamilan dan nifas; f. persalinan normal; g. pelayanan promotif dan preventif. (6)Paket Pemeliharaan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 17 Pemeliharaan kesehatan dalam JAMKESDA dapat dilakukan pada sarana pelayanan atau PPK antara lain: a. PPK I untuk pelayanan kesehatan dengan rawat jalan dan atau rawat inap bagi Puskesmas dan jaringannya, BP Swasta, Dokter atau Bidan Praktek Swasta sebagai sarana pelayanan kesehatan rawat jalan yang menyediakan fasilitas tersebut; b. PPK II untuk pelayanan kesehatan dengan rawat jalan dan atau rawat inap serta dengan rujukan spesialistik medis yaitu RSUD atau RSU Swasta; dan c. PPK III untuk pelayanan kesehatan spesialistik yaitu RSU sebagai pusat rujukan tingkat lanjut. Pasal 18 (1) PPK dilarang memungut biaya tambahan dari peserta, sepanjang pelayanan yang diberikan sesuai dengan paket kesehatan yang telah disepakati. 20 (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi peserta yang meminta pelayanan diluar paket yang telah ditentukan. Pasal 19 PPK wajib melayani dan dilarang menolak peserta yang memerlukan pertolongan pelayanan. Pasal 20 (1) PPK dalam memberikan pelayanan kesehatan harus melaksanakan sesuai dengan ketentuan pelayanan (2) PPK dilarang menghentikan perawatan dalam suatu proses pelayanan. (3) Ketentuan mengenai standar pelayanan dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VI PENGELOLAAN JAMKESDA Bagian Kesatu Umum Pasal 21 (1) Pelayanan kesehatan yang dijamin JAMKESDA mencakup pelayanan kesehatan antar wilayah Kecamatan dan atau Kabupaten. (2) Hubungan tata kerja dan organisasi antara BAPEL JAMKESDA dengan BAPEL JAMKESDA Kabupaten lain diatur dalam bentuk kerjasama antara Bupati dengan Bupati/Walikota lain. 21 (3) Hubungan tata kerja dan organisasi antara BAPEL JAMKESDA dengan BAPEL JAMKESDA Provinsi Jawa Tengah diatur dalam bentuk kerjasama antara Bupati dengan Gubernur. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelayanan kesehatan yang dijamin JAMKESDA diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Bagian Kedua Pembiayaan Paragraf 1 Pengelolaan Dana JAMKESDA Pasal 22 (1) Sumber dana untuk pembiayaan penyelenggaraan JAMKESDA berasal dari masyarakat dan atau premi peserta JAMKESDA, Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Provinsi serta sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Dana yang ada pada BAPEL JAMKESDA digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan operasional BAPEL dalam penyelenggaraan JAMKESDA dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Dana yang berasal dari Pemerintah Kabupaten dan atau Pemerintah Provinsi alokasinya digunakan sesuai dengan peruntukannya. (4) Dana yang berasal dari masyarakat dan atau premi peserta JAMKESDA disetorkan secara perorangan langsung ke BAPEL JAMKESDA atau dikumpulkan secara kolektif oleh Kader JAMKESDA. 22 (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak, kewajiban dan wewenang Kader JAMKESDA serta mekanisme pengumpulan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Bupati. (6) Sistem pembayaran untuk pelayanan kesehatan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (7) Besaran biaya untuk pelayanan kesehatan, termasuk obat yang diberikan, ditentukan sesuai perjanjian kerjasama antara PPK dan BAPEL yang mengacu pada tarif standar dan daftar obat standar yang disepakati. (8) Apabila dalam pengelolaan JAMKESDA ada sisa dana pengelolaan JAMKESDA, maka sisa dana tersebut akan digunakan untuk Program Pengembangan JAMKESDA dan dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan kesehatan promotif dan atau preventif serta untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, yang akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Paragraf 2 Pembiayaan Untuk Masyarakat Miskin Non Kuota Pasal 23 (1) Biaya pelayanan kesehatan tingkat dasar, PPK I, PPK II dan PPK III untuk masyarakat miskin non kuota mendapatkan subsidi dari Pemerintah Daerah. (2) Besarnya subsidi pembiayaan pelayanan kesehatan rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditentukan berdasarkan besarnya kemampuan masyarakat dan kemampuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). (3) Besarnya pembagian beban pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan 23 Peraturan Bupati. BAB VII PENGGERAKAN JAMKESDA Pasal 24 (1) Untuk menggerakan kepesertaan masyarakat dalam JAMKESDA, wajib dilakukan oleh seluruh jajaran pemerintahan daerah dan seluruh komponen masyarakat. (2) Tata cara menggerakan kepesertaan masyarakat dalam JAMKESDA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati. BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 25 (1) Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan JAMKESDA dilakukan oleh BAPEM JAMKESDA sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Tata cara pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati. BAB IX KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 26 24 (1) PPNS berwenang melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas peraturan daerah ini sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Wewenang PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat 1) adalah: a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti tersangka dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka; d. melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. mengadakan penghentian penyedikan setelah mendapat petunjuk dari penyelidik polisi negara Republik Indonesia; dan i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat di pertanggungjawabkan. BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 27 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 11, Pasal 18, Pasal 19 dan Pasal 20 diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. 25 BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 28 (1) Pembentukan dan tata kerja BAPEL JAMKESDA ditetapkan dan diatur oleh Bupati. (2) Sebelum BAPEL JAMKESDA terbentuk maka penyelenggaraan tugas dan fungsi BAPEL JAMKESDA dilaksanakan oleh BAPEL Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). (3) Pemberlakuan sistem INA DRG dilaksanakan secara bertahap paling lambat 2 (dua) tahun setelah Peraturan Daerah ini diundangkan. (4) Pembentukan BAPEL JAMKESDA paling lambat 1 (satu) bulan sejak Peraturan Daerah ini diundangkan. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaanya akan diatur lebih lanjut diatur dengan Peraturan Bupati (2) Peraturan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 1 (satu) tahun sejak peraturan daerah ini diundangkan. Pasal 30 26 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 11 Tahun 2005 tentang Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2006 Nomor 8 Seri E) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 31 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara. Ditetapkan di Banjarnegara Pada tanggal 15-3-2011 BUPATI BANJARNEGARA, Cap ttd, DJASRI Diundangkan di Banjarnegara Pada tanggal 15-3-2011 Plt. SEKRETARIS DAERAH, KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH Cap ttd, FAHRUDIN SLAMET SUSIADI 27 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 5 SERI E Salinan sesuai dengan aslinya Plt. Sekretaris Daerah Kepala Badan Kepegawaian Daerah Drs. Fahrudin Slamet Susiadi, MM Pembina Utama Muda NIP. 19600519 198510 1 001 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA) KABUPATEN BANJARNEGARA I. UMUM Kesehatan adalah hak dan investasi, semua warga masyarakat berhak atas kesehatannya termasuk masyarakat miskin, dengan demikian diperlukan sistem yang mengatur pelaksanaan upaya pemenuhan hak warga untuk tetap hidup sehat, 28 dengan mengutamakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Dalam rangka pemenuhan hak masyarakat miskin sebagaimana diamanatkan Pasal 34 ayat (2) UUD 1945, Pemerintah mempunyai tugas menggerakkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatan, dengan memperhatikan fungsi sosial sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu tetap terjamin. Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan termasuk pembiayaannya perlu digerakkan dan diarahkan sehingga dapat berdayaguna dan berhasil guna, dengan memperhatikan fungsi sosial dan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu. Fungsi sosial sarana kesehatan mempunyai arti bahwa dalam menyelenggarakan kegiatan setiap sarana kesehatan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat harus memperhatikan kebutuhan pelayanan kesehatan golongan masyarakat yang kurang mampu dan tidak semata-mata mencari keuntungan. Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) adalah suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan masyarakat yang paripurna berdasarkan asas bersama dan kekeluargaan yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilakukan secara pra upaya. Tujuan JAMKESDA adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui: a. Implementasi dan pengembangan Sistem Jaminan Kesehatan b. Penerapan Sistem Pembiayaan Kesehatan yang bersumber dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara serta masyarakat. c. Penjaminan keterjangkauan masyarakat dengan mewujudkan pemerataan pelayanan kesehatan yang bermutu. d. Pemberdayaan masyarakat dalam memilih dan membiayai pelayanan kesehatan yang diperlukan secara mandiri; 29 e. Pembudayaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat f. Pemberian jaminan pemeliharaan kesehatan bagi peserta dengan pelayanan yang komprehensif (pelayanan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif), berkesinambungan, bermutu dan disusun dalam bentuk paket pemeliharaan kesehatan bagi peserta JAMKESDA. Pengembangan manfaat Program Jaminan Kesehatan Daerah dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan daya beli masyarakat, berkelanjutan, kearah manfaat Program Jaminan Kesehatan Daerah Kabupaten Banjarnegara yang bersifat menyeluruh (komprehensif) yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta meliputi jaminan rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap, gawat darurat dan penunjang. I. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Yang dimaksud dengan “asas kemanusiaan” adalah asas berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat manusia. Yang dimaksud dengan “asas manfaat” adalah asas yang bersifat operasional menggambarkan pengelolaan yang efisien dan efektif. Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah asas yang bersifat keadilan. Pasal 3 Cukup Jelas Pasal 4 Yang dimaksud dengan prinsip “kegotongroyongan” adalah prinsip kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban biaya jaminan kesehatan, yang diwujudkan dengan 30 kewajiban setiap peserta membayar iuran sesuai dengan tingkat gaji, upah atau penghasilannya. Yang dimaksud dengan prinsip “nirlaba” adalah pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan hasil pengembangan dana untuk memberiakan manfaat sebesarbesarnya bagi seluruh peserta. Yang dimaksud dengan prinsip “keterbukaan” adalah prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar dan jelas bagi setiap peserta. Yang dimaksud dengan “kehati-hatian” adalah prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman dan tertib. Yang dimaksud dengan prinsip “akuntabilitas” adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Yang dimaksud dengan prinsip “portabilitas” adalah prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Yang dimaksud dengan prinsip “dana amnat” adalah bahwa iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari peserta untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingaanpeserta jaminan kesehatan daerah. Yang dimaksud dengan prinsip “kepesertaan bersifat wajib” adalah prinsip yang mengaharuskan seluruh penduduk Kabupaten Banjarnegara menjadi peserta jaminan kesehatan daerah. Yang dimaksud dengan prinsip “ekuitas” adalah kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medisnya yamg tidak terikat dengan besaran iuran yang telah dibayarkannya. Yang dimaksud dengan prinsip “hasil pengelolaan dana” adalah hasil berupa deviden yang dikembalikan untuk kepentingan peserta jaminan kesehatan daerah. 31 Pasal 5 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan “Keputusan Bupati” adalah Keputusan Bupati yang menetapkan nama-nama masyarakat miskin non-kuota yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 6 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “kesepakatan” adalah saat ditandatanganinya formulir pendaftaran peserta dan membayar premi kepesertaan Ayat (2) Cukup jelas Pasal 7 Ayat (1) Yang dimaksud dengan Kartu JAMKESDA adalah Kartu Tanda Kepesertaan JAMKESDA yang diterbitkan oleh BAPEL JAMKESDA Ayat (2) Yang dimaksud “pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif” adalah bersifat preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Namun dalam pelaksanaannya mengutamakan preventif, promotif dan kuratif tanpa mengabaikan pelayanan kesehatan yang bersifat rehabilitatif. Pasal 8 Cukup Jelas Pasal 9 Cukup Jelas Pasal 10 Cukup Jelas Pasal 11 32 Cukup Jelas Pasal 12 Cukup Jelas Pasal 13 Tahapan pelayanan JAMAKESDA dilaksanakan menyesuiakan dengan kondisi yang berkembang dari sisi jumlah kepesertaan dan besarnya kemampuan masyarakat dalam membayar premi. Pasal 14 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “perwakilan peserta” adalah perwakilan dari organisasi pemeberi kerja sektor informal dan non formal, organisasi pekerja atau peserta. Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Pasal 15 Cukup Jelas Pasal 16 Cukup Jelas Pasal 17 Cukup Jelas Pasal 18 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) 33 Paket pelayanan JAMKESDA ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara BAPEL JAMKESDA dengan PPK. Paket pelayanan tersebut harus disosialisasikan dengan peserta. Pasal 19 Cukup Jelas Pasal 20 Cukup Jelas Pasal 21 Ayat (1) Pelayanan kesehatan antar Kabupaten yang dijamin JAMKESDA adalah pelayanan kesehatan yang diatur dengan perjanjian kerjasama antar BAPEL JAMKESDA Kabupaten dan BAPEL JAMKESDA Provinsi. Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Pasal 22 Cukup Jelas Pasal 23 Cukup Jelas Pasal 24 Cukup Jelas Pasal 25 Cukup Jelas Pasal 26 Cukup Jelas Pasal 27 Cukup Jelas Pasal 28 Cukup Jelas 34 Pasal 29 Cukup Jelas Pasal 30 Cukup Jelas Pasal 31 Cukup Jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 133 35