POKOK BAHASAN 3. STRUKTUR MORFOLOGI DAUN

advertisement
POKOK BAHASAN 3. STRUKTUR MORFOLOGI DAUN (FOLIUM)
3.1 Bagian-bagian daun
Organ daun dapat memiliki bagian-bagian antara lain: (1) pangkal daun (leaf
base) yaitu bagian yang berhubungan dengan bagian batang tumbuhan, (2) pelepah
atau upih daun (vagina), yaitu bagian daun yang memeluk batang, (3) tangkai daun
(petiole), yaitu bagian daun yang pada umumnya berbentuk silinder, dan (4) helaian
daun (lamina), yaitu bagian daun yang berbentuk pipih dorso-ventral serta berguna
untuk fotosinthesa.
Pangkal tangkai daun pada golongan tumbuhan tertentu dapat memiliki
pengikut daun atau pelengkap daun, dapat bersifat persistent atau mudah gugur, dapat
berupa daun penumpu (stipula), terdapat di pangkal tangkai daun, dan berdasarkan
pada tataletaknya dibedakan: (1). daun penumpu bebas (liberae), (2). dua daun
penumpu melekat di kanan-kiri pangkal tangkai daun (adnate), (3) daun penumpu di
ketiak (axillaris; intrapetiolaris) (4). daun penumpu berlawanan (opposita; antidroma),
dan (5) daun penumpu berilangan (interpetiolaris). Disamping itu pengikut daun dapat
berupa selaput bumbung (orchrea) yang merupakan pelmdung kuncup, membalut
batang, misalnya pada tumbuhan anggota suku Polygonaceae, dan lidah daun (ligula)
merupakan tonjolan di ujung upih daun, dan berguna untuk melindungi kuncup dan air,
misalnya pada semua jenis anggota suku Poaceae (Gramineae).
3.2 Tata Letak Daun Pada Batang atau Duduk Daun (Phyllotaxis atau Dispositio
Foliorum)
Tata letak daun adalah aturan mengenai letak daun pada batang. Berdasarkan
jumlah daun setiap buku maka duduk daun dikatakan : 1. duduk daun tersebar
(sparsa), 2. duduk daun berhadapan (opposite), 3. bersilang-berhadapan (decusate),
4. duduk daun berkarang (vertillate). Pada tumbuhan yang memiliki batang dengan
ruas yang pendek dapat memiliki duduk daun yang berjejal di ujung batang (roset
batang) misalnya kelapa (Cocos nucfera), atau di pangkal batang (roset akar).
3.4 Daun tunggal (folium simplex)
Daun tumbuhan dapat lengkap atau tidak lengkap, bagi daun yang lengkap
dipersyaratkan memiliki bagian upih daun, tangkai daun, dan helaian daun. Daun yang
tidak lengkap, adalah daun yang tidak memiliki salah sam atau dua bagian utama,
dapat memiliki kenampakan sebagai: (1) .daun bertangkai; adalah daun yang hanya
memiliki bagian tangkai dan helaian daun, (2) daun berupih; adalah daun yang hanya
memiliki bagian upih dan helaian daun, (3) daun duduk (sessile); adalah daun yang
hanya memihki helaian daun saja, dan daun duduk memiliki tipe yang duduk tatapi
pangkal helaian memeluk batang disebut duduk memeluk batang (amplexicaulis), (4)
daun semu (filodia); adalah daun yang berkembang dan tangkai daun yang melebar.
Gambar 3.1. Skema daun lengkap.
3.5 Bentuk daun (circumscriptio)
Penentuan bentuk daun berdasarkan pada bentuk dan helaian daun,
sedangkan tangkai dan upth daun tidak menentukan bentuk daun. Bentuk
Bentuk daun dapat
dibagi menjadi empat sen atau pola, yaitu :
a. Seri clip ;
yaitu bentuk helaian daun yang memiliki bagian terlebar di tengah-tengah
tengah tengah helaian
daun, bentuk-bentuk
bentuk turunannya ditentukan berdasarkan perbandingan panjang dan
lebar helaian daun, dibedakan: (1). bentuk bulat (orbeicularis); diidentifikasi demikian
karena perbandingan panjang: lebar = 1:1, (2). bentuk membulat (ovalis; elipticus);
diidentifikasi demikian karena perbandingan panjang : lebar 1.5 - 2 : 1, 3. , (3). bentuk
bulat memanjang (oblongus) perbandingan panjang : lebar 2.5 - 5 : 1, (4). bentuk
lanset (lanceolatus) perbandingan panjang: lebar =5 - 10: 1.
b. Seri bulat telur (ovate) ;
yaitu bentuk helaian
an daun yang memiliki bagian terlebar
te
di bawah tengah
engah-tengah
helaian daun, penentuannya bukan berdasarkan ukuran tetapi berdasarkan
pengibaratan dengan bentuk benda, dibagi menjadi 2 tipe: (1) Pangkal helaian daun
tidak bertoreh, memiliki empat variasi bentuk antara lain: (a) bentuk bulat telur (ovate)
menyerupai bentuk telur 2 dimensi dengan pangkal membulat, (b). bentuk segitiga
(triangulare); menyerupai bentuk dua dimensi segitiga sama kaki, (c) bentuk delta
(deltoid) menyenipai bentuk dna dimensi segitiga sama sisi, (d) bentuk belah ketupat
(rhomboid); menyerupai bentuk dua dimensi segi empat dengan sisi yang tidak sama
panjang. (2) Pangkal helaian daun bertoreh, memiliki lima variasi bentuk antara lain:
(a)bentuk jantung (cordatus; cordate); bentuk mi ditandai dengan ujung daun runcing,
meruncing atau tumpul, dengan pangkal bertoreh, (b) bentuk ginjal (reniform); bentuk
mi ditandai dengan ujung daun yang membulat, dan pangkal bertoreh, (c) bentuk anak
panah (sagitate); daun sempit ujung tajam, pangkal daun dengan torch yang lancip,
(d) bentuk tombak (hastate); sama dengan bentuk anak panah, tetapi torch pangkal
daun lemah, sehingga hampir mendatar, (e) bentuk bertelinga (auriculate), seperti
bangun tombak, tetapi pangkal helaian daun memanjang dan memeluk batang.
c. Seri bulat telur terbalik (obovate)
Bentuk-bentuk turunannya antara lain: (1) bentuk bulat telur terbalik (obovate);
seperti bulat telur tetapi bagian terlebar di dekat ujung, (2) bentuk jantung terbalik
(obcordate); seperti bangun jantung tetapi yang terlebar di dekat ujung, (3) bentuk
pasak atau segitiga terbalik (cuneate), (4) bentuk sudip (spathulate), serupa dengan
bulat telur terbalik dengan ukuran yang relatif panjang.
d. Seri garis (lineans)
Bentuk-bentuk turunannya antara lain: (1) bentuk garis (linear); helaian daun
dengan ukuran yang panjang, dengan penampang clip tipis, dan kaku, (2) bentuk pita
(ligulate), (3) bentuk pedang (ensiformis); helaian daun dengan ukuran relatif panjang,
dengan penampang helaian clip dan tebal, (4) bentuk paku atau dabus (subulate)
helaian dengan ukuran pendek seperti sisik keras, dengan penampang helaian
silindris, ujung runcing, dan berkayu, (5) bentuk jarum (acerose); helaian daun
berukuran sangat panjang, penampang silindris, ujung runcing.
Disamping bentuk helaian daun juga penting untuk dicermati untuk membuat
deskripsi tumbuhan, adalah:
a. Ujung helaian daun (apex) : (1) runcing (acute); bentuk ujung ini bersudut runcing,
tetapi dua sismya membelok, bersudut lancip, (3) tumpul (obtuse); bentuk ujung ini
bersudut tumpul, kurang dari 900, (4) membulat (rotundate); bentuk ujung ini tak
bersudut dan membulat, pada daun bulat atau jorong, (5) rompang (truncate)
bentuk ujung rata, pada daun segitiga terbalik, (6) terbelah (emarginate) bentuk
ujung menunjukan suatu torehan atau belahan, kadang nampak nyata, (7) berekor
kecil (mucronate) ujung daun ditutupi oleh dun keras, (8) berekor (caudate); ujung
daun seperti meruncing tetapi berukuran panjang serta membelok.
Gambar 3.2. : Skema bentuk--bentuk ujung dan pangkal helaian daun.
Keterangan; a - m : bentuk--bentuk
bentuk ujung daun; a. pembelit, b.jarum, c. berekor, d.
menincing, e.runcing, f. berekor panjang, g. tonjolan tulang daun, h. tonjolan kecil, i.
Bengkok, j. tumpul, k. berlekuk,
berleku 1. melebar, m. terbelah. n - y: bentuk-bentuk
bentuk pangkal
daun; n. attenuate, o. runcing,
uncing, p. miring, q. tumpul, r. rata, s. jantung, t. bertelinga, u.
panah, v. tombak, w. perisai, x. perfoliate, y. connate-perfoliate.
connate
b. Pangkal helaian daun (basis):
Pangkal daun berdasarkan pertemuan tepi helaian daun dibedakan antara: (1)
helaian daun tidak pertemu: memilki variasi bentuk runcing, meruncing, tumpul,
membulat, rompang, dan terbelah. (2) helaian daun bertemu: (a) daun tertembus
batang (perfoliatus) daun duduk tetapi batang menembus pertengahan helaian daun,
(b) bentuk tameng (peltatus) tangkai
tangkai daun bertumpu di bagian helaian daun, biasanya
helaian berbentuk membulat, sehingga seperti layaknya perisai.
c. Tepi daun (margo folii)
Tepi daun apabila torehan tidak mempengaruhi bentuk helaian (tepi daun
merdeka), maka berdasarkan pada besamya sudut tonjolan (angulus) dan sudut
torehan (sinus) dapat dibedakan menjadi bentuk-bentuk: (1) bergerigi (serrate) apabila
sinus bersudut runcing dan angulus bersudut runcing, (2) berringgit (crenate) apabila
sinus bersudut runcing dan angulus bersudut tumpul, (3) bergigi (dentate) apabila
sinus bersudut tumpul dan angulus bersudut runcing, (4) berombak (rephandate)
apabila sinus bersudut tumpul dan angulus bersudut tumpul, (5) rata (integer) apabila
tidak dijumpai sinus dan angulus.
Tepi daun apabila torehannya mempengaruhi bentuk, maka bentuk tepi
ditentukan berdasarkan pada dalamnya toreh dan tipe pertulangan daunnya. Terdapat
tiga bentuk apabila dipandang dari dalamnya torehan daun, yaitu: (1) bercangap
(fidus); dalamnya toreh kurang dari separo panjang tulang cabang daun, apabila tipe
pertulangan menjari disebut bercangab menjari (palmatifidus), dan apabila tipe
pertulangan menyirip disebut bercangab menyirip (pinnatifidus), (2) berlekuk (lobus);
apabila dalamnya toreh sama dengan separo panjang tulang cabang daun, apabila tipe
pertulangan menjari disebut berlekuk menjari (palmatilobus), dan apabila tipe
pertulangan menyirip disebut berlekuk menyirip (pinnatilobus), (3) berbagi (partitus);
apabila dalamnya toreh lebih dan separo panjang tulang cabang daun, apabila tipe
pertulangan menjan disebut berbagi menjari (palmapartitus), dan apabila tipe
pertulangan menyinip disebut berbagi menyirip (pinnapartitus).
Gambar 3.3.: Berbagai bentuk tepi halaian daun padas tumbuhan berbiji.
Keterangan; a. rata, b. bergerigi, c. bergigi, d. bennggit. e. berombak. f. berbagi
menyirip.
d. Pertulangan helaian daun (Nervatio)
Pertulangan daun adalah kelanjutan dan tangkai daun, sehingga merupakan
kumpulan berkas pengangkutan pada helaian daun. Pertulangan daun utama disebut
ibu tulang daun (costa), pada umumnya membagi daun memjadi dua sisi lateral. Ibu
tulang daun memiiki percabangan yang disebut tulangan cabang atau cabang lateral,
dan dari cabang lateral tumbuh pertulangan daun yang terhalus yang disebut urat daun
(vena). Pada daun jenis tumbuhan tertentu misalnya pisang (Musa paradisiaca),
cabang lateral ujungnya saling bertautan membentuk tulang pinggir.
Berdasarkan pada susunan tulang cabang dibedakan empat tipe pertulangan
daun, yaitu: (1) menyirip (penninerve) tulang cabang tersusun seperti sirip pada ikan,
(2) menjari (paimmerve); sejumlah tulang cabang lurus tersusun seperti susunan jan,
muncul dan satu titik (ujung tangkai daun), (3) melengkung (curvinerve) sejumlah
tulang cabang melengkung, tersusun seperti susunan jari, muncul dari satu titik (ujung
tangkai daun), (4) sejajar (rectinerve); sejumlah tulang cabang tersusun sejajar dari
pangkal sampai ujung helaian daun.
3.6 Daun majemuk (Folium Compositum)
Daun majemuk berbeda dengan daun tunggal apabila dilihat dari beberapa
aspek, antara lain; tata letak kuncup batang, jumlah helaian perdaun, percabangan
tangkai daun, pertumbuhan, dan gugurnya daun (umur daun). Di bawah ini tabel
tentang perbedaan daun tunggal dan majemuk.
Daun majemuk disusun oleh bagian-bagian yang terdiri atas: (1) tangkai induk
(rachis) merupakan aksis pokok yang di ketiak pangkal daunnya dijumpai adanya
kuncup, (2) ruas cabang (rachilla) merupakan percabangan lanjutan dari aksis pokok,
yang dapat dibedakan berdasarkan urutannya, yaitu ruas cabang tingkat 1 (rachiolla),
ruas cabang tmgkat 2 (rachiololus), dan seterusnya. Pada bagian ini kemudian
ditumbuhi oleh anak daun (foliole), (3) tangkai anak daun (petiolole) adalah tangkai
pendukung helaian daun anak daun setara dengan daun tunggal, (4) helaian anak
daun (foliolum).
Berdasarkan susunan dari anak daunnya, daun majemuk dapat dibedakan
menjadi lima macam, yaitu: (1) daun majemuk menyirip (pinnatus); anak daun tersusun
di kanan-kiri aksis dengan susunan seperti sirip ikan, (2) daun majemuk menjari
(palmatus) anak daun tumbuh pada ujung aksis secara radial, membentuk susunan
seperti jari, (3) daun majemuk bangun kaki (pedatus); anak daun anterior tersusun
menjari, tetapi dua anak daun posterior tumbuh pada tangkai anak daun sebelumnya.
3.7 Daun Majemuk Menyirip (Pinnatus)
Daun majemuk menyirip dapat hanya memiliki satu helaian anak daun, yang
pangkal tangkainya bersendi terhadap aksis pokoknya, disebut daun majemuk
menyirip beranak daun satu (unifoliolate), misalnya daun jeruk (Citrus aurantfolia;
Rutaceae), dan daun melati (Jasminum sambac; Olaceae). Daun majemuk menyirip
berdasarkan posisi anak daun ujung dibedakan menjadi: (1) daun majemuk genap
(abruptepinnate) karena terdapat sepasang anak daun berhadapan di ujung aksis, baik
jumlah anak daunnya genap atau ganjil, (2) daun majemuk menyirip gasal
(imparipinnate) karena hanya ada satu anak daun di ujung aksis, baik jumlah anak
daunnya genap atau ganjil. Berdasarkan pada posisi anak daunnya terhadap aksis
pokok, daun majemuk menyirip dapat dibedakan menjadi: (1) daun majemuk menyirip
berpasangan, pasangan anak daun berhadapan pada aksis pokok, (2) daun majemuk
berseling; anak daun tidak berpasangan dan berhadapan, tetapi berseling pada aksis
pokok, (3) daun mejemuk menyirip berselang-seling (interuptepinnate); anak daun
berpasangan dengan posisi berhadapan, tetapi setiap pasangan memiliki ukuran yang
berbeda.
3.8 Daun Majemuk Ganda atau rangkap (Bipinnate)
Adalah daun majemuk yang ruas cabangnya (rachis) bertingkat, dan anak daun
duduk pada ruas cabang tingkat tertentu. Daun majemuk menyirip apabila anak daun
duduk pada ruas cabang tingkat satu (rachilla), maka disebut daun majemuk menyirip
ganda dua, misalnya daun lamtoro (Leucaena glauca), dan bila anak daun duduk pada
ruas cabang tingkat dua (rachiolla) disebut daun majemuk menyirip ganda tiga.
3.9 Daun Majemuk Menjari (Palmate atau Digitalis)
Daun majemuk menyirip dibedakan berdasarkan pada jumlah anak daun, yaitu
daun majemuk menyirip beranak daun: (1) dua (bifoliate), (2) tiga (trifoliate), (3) lima
(quinquefoliate), (4) tujuh (septemfoliate), (5) banyak (polyfoliate). Kondisi ganda pada
daun majemuk menjari terdapat pada jenis tumbuhan Aquilegia vulgaris, yang bersifat
ganda dua (biternatus).
Download