BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pasar Modal
2.1.1
Pengertian Pasar Modal
Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem
keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya bank-bank
komersial dan lembaga perantara di bidang keuangan, serta
keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Sedangkan dalam arti
sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang
disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi dan
jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedagang
efek (Sunariyah, 2000).
Pasar modal (capital market) dapat juga diartikan sebagai pasar
untuk berbagai macam instrumen keuangan jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), ataupun
instrumen lainya (Darmadji dan Hendy, 2006).
Sedangkan menurut Undang-Undang pasar modal no.8 tahun
1995 memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik yaitu
kegiatan
yang
bersangkutan
dengan
penawaran
umum
dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek
(Darmadji dan Hendy, 2006).
8
Perbedaan Kebijakan Hutang..., Dwi Safriani, Fak. Ekonomi UMP, 2011
9
2.1.2
Peranan Pasar Modal
Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara,
yang pada dasarnya peranan tersebut mempunyai kesamaan antara satu
negara dengan negara yang lain. Hampir semua negara di dunia ini
mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi
keperluan
industri dan
keseluruhan entitas dalam memenuhi
permintaan dan penawaran modal.
Seberapa besar peranan pasar modal pada suatu negara dapat
dilihat dari 5 (lima) aspek berikut ini (Sunariyah, 2000) meliputi:
a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dan penjual
untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang
diperjualbelikan. Ditinjau dari segi lain, pasar modal memberikan
kemudahan dalam melakukan transaksi sehingga kedua belah pihak
dapat melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka (pembeli dan
penjual bertemu secara tidak langsung). Kemudahan tersebut dapat
dilakukan
dengan
lebih
sempurna
setelah
adanya
sistem
perdagangan efek melalui fasilitas perdagangan berkomputer.
b. Pasar modal memberikan kesempatan kepada para investor untuk
memperoleh hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan
mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para
investor untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
c. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual
kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.
Perbedaan Kebijakan Hutang..., Dwi Safriani, Fak. Ekonomi UMP, 2011
10
Dengan beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi
surat berharga yang dimiliki tersebut setiap saat.
d. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi
dalam
perkembangan
Masyarakat
umum
mempunyai
suatu
perekonomian.
kesempatan
untuk
mempertimbangkan alternatif cara penggunaan uang mereka.
Selain menabung, mereka dapat melakukan investasi melalui pasar
modal, yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan
publik.
e. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat
berharga. Bagi investor, keputusan investasi harus didasarkan pada
tersedianya informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Pasar
modal dapat menyediakan kebutuhan terhadap informasi bagi para
investor secara lengkap, yang apabila hal tersebut harus dicari
sendiri akan memerlukan biaya yang sangat mahal. Dengan adanya
pasar modal tersebut, biaya memperoleh informasi ditanggung oleh
seluruh pelaku pasar bursa, dengan demikian maka biaya akan
lebih murah.
2.2 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki
saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai
pemegang saham
perusahaan. Dalam laporan keuangan , keadaan ini
Perbedaan Kebijakan Hutang..., Dwi Safriani, Fak. Ekonomi UMP, 2011
11
ditunjukan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh
manajer. Karena hal ini merupakan informasi penting bagi pengguna laporan
keuangan maka informasi ini akan diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan (Christiawan dan Tarigan, 2007)
Pihak manajerial dalam suatu perusahaan adalah pihak yang secara
aktif berperan dalam mengambil keputusan untuk menjalankan perusahaan.
Pihak-pihak tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan
dewan direksi perusahaan (Wahidahwati, 2001 dalam Diana dan Iriyanto.
2008). Berdasarkan teori keagenan, hubungan antara manajemen dan
pemegang saham rawan untuk terjadinya masalah keagenan. Untuk
mengurangi masalah keagenan tersebut salah satu cara adalah dengan adanya
kepemilikan manajerial dan kebijakan hutang. Dengan kepemilikan tersebut,
manajemen akan merasakan langsung dampak dari keputusannya termasuk
dalam menentukan kebijakan hutang perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976
dalam Diana dan Irianto, 2008).
Kepemilikan manajerial yang semakin meningkat akan membuat
kekayaan pribadi manajemen semakin terikat erat dengan kekayaan
perusahaan sehingga manajemen akan berusaha untuk mengurangi risiko
kehilangan kekayaan. Cara yang ditempuh adalah mengurangi financial risk
perusahaan melalui penurunan tingkat hutang (Hartono dan Mahadwarta, 2002
dalam Diana Irianto, 2008).
Para manajer juga mempunyai kecenderungan untuk menggunakan
hutang yang tinggi bukan untuk memaksimumkan nilai perusahaan, melainkan
Perbedaan Kebijakan Hutang..., Dwi Safriani, Fak. Ekonomi UMP, 2011
12
untuk kepentingan oportunistik manajer. Hal ini akan meningkatkan beban
bunga hutang karena risiko kebangkrutan perusahaan yang meningkat,
sehingga agency cost of debt semakin tinggi. Dengan adanya kepemilikan
saham oleh pihak insiders, maka insiders akan memperoleh manfaat langsung
atas keputusan yang diambilnya namun juga akan menanggung resiko secara
langsung bila keputusan itu salah. Kepemilikan saham oleh para
manajer/insider dapat menurunkan tingkat hutang. Hal ini disebabkan bahwa
risiko yang tidak terdiversifikasi dari hutang itu lebih besar bagi manajemen
dari pada investor publik untuk menjaga tingkat hutang tetap rendah.
Friend dan Lang, 1988 dalam Nurfauziah, dkk, 2007. Menyatakan
bahwa
Struktur
kepemilikan
perusahaan
mempengaruhi
pengambilan
kebijakan hutang perusahaan, Kepemilikan manajerial yang tinggi akan
menurunkan penggunaan hutang karena penggunaan hutang yang tinggi akan
menyebabkan biaya kebangkrutan atau dengan kata lain manajer akan
menanggung resiko yang lebih besar
adanya resiko yang tidak dapat
didiversifikasi dari hutang daripada resiko yang dirasakan investor luar,
sehingga manajer akan berusaha untuk menjaga hutang pada level yang
rendah karena kepemilikan manajerial yang meningkat berarti semakin besar
kekayaan manajer yang terikat di perusahaan.
2.3 Kebijakan Hutang Perusahaan
Hutang adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai
perusahaan. Semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi harga
Perbedaan Kebijakan Hutang..., Dwi Safriani, Fak. Ekonomi UMP, 2011
13
saham, namun pada titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai
perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil
daripada biaya yang ditimbulkannya. Para pemilik perusahaan lebih suka
perusahaan menciptakan hutang pada tingkat tertentu untuk menaikkan nilai
perusahaan. Agar harapan pemilik dapat dicapai, perilaku manajer dan
komisaris harus dapat dikendalikan melalui keikutsertaan dalam kepemilikan
saham perusahaan. Dengan demikian, pertimbangan kepemilikan dapat
menciptakan kehati-hatian para insider utama, namun para insider juga ikut
menanggungnya. Konsekuensinya, para insider akan bertindak hati-hati
termasuk dalam menentukan hutang perusahaan. Oleh karena itu kepemilikan
oleh
para manajer menjadi pertimbangan penting ketika hendak
meningkatkan nilai perusahaan (Diana dan Irianto. 2008).
Disisi lain hutang merupakan mekanisme penting dalam mengontrol
tindakan manajer dan mengurangi masalah agensi dalam perusahaan, dengan
adanya
hutang maka perusahaan harus melakukan pembayaran secara
periodik terhadap bunga dan pinjaman pokoknya. Adanya dengan kewajibankewajiban tersebut akan dapat mengurangi kontrol manajer terhadap aliran kas
perusahaan (Jensen, 1936
dalam Nurfauziah, dkk. 2007). Hutang juga
memberi tekanan terhadap manajer untuk mengurangi tindakan pengambilan
keuntungan dan menjadi lebih efisien untuk mengurangi kemungkinan
kebangkrutan dan kehilangan kontrol (Bethala, Moon dan Roa, 1994 dalam
Nurfauziah, dkk, 2007).
Perbedaan Kebijakan Hutang..., Dwi Safriani, Fak. Ekonomi UMP, 2011
14
Kebijakan hutang dapat dipengaruhi oleh karakteristik khusus
perusahaan yang mempengaruhi kurva penawaran hutang pada perusahaan
atau permintaan perusahaan pada hutang. Kebijakan hutang dalam perusahaan
merupakan kebijakan yang berkaitan dengan struktur modal perusahaan.
Berkaitan dengan struktur modal, salah satu isu paling penting yang dihadapi
oleh para manajer keuangan adalah hubungan antara struktur modal dan nilai
perusahaan, dimana nilai perusahaan ditentukan oleh struktur modal.
Perusahaan akan berusaha mencapai suatu tingkat struktur modal yang optimal
dengan risiko paling kecil dengan memaksimalkan nilai perusahaan. Artinya,
kebijakan hutang bisa digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan yang
diinginkan (Mogdiliani dan Miller, 1963 dalam Diana dan Iriyanto, 2008).
Struktur hutang menjelaskan komposisi jangka waktu hutang yang
digunakan oleh perusahaan. Dengan kata lain bagaimana komposisi hutang
jangka pendek dan hutang jangka panjang digunakan perusahaan. Diantara
kelompok hutang jangka pendek ini, terdapat kelompok hutang yang
merupakan variabel keputusan pasif, Artinya jumlah sumber dana tersebut
akan tergantung pada keputusan aspek yang lain. Dan variabel yang bersifat
aktif misalnya hutang bank, perusahaan harus menentukan berapa banyak
hutang akan ditarik, berapa lama jangka waktu hutang tersebut dan bagaimana
dengan masalah agunan kredit tersebut. Dengan demikian perusahaan harus
secara aktif mencari dan mendapatkan sumber dana tersebut.
Menurut
Indahwati,
2003
dalam
Diana
dan
Irianto,
fokus
pembicaraaan mengenai struktur modal adalah penggunaan hutang atau
Perbedaan Kebijakan Hutang..., Dwi Safriani, Fak. Ekonomi UMP, 2011
15
leverage. Nilai perusahaan diharapkan meningkat apabila perusahaan
mengubah struktur modalnya mencapai tingkat optimal melalui penggunaan
hutang secara hati-hati. Kompleknya instrumen pendanaan dapat digunakan
untuk memecahkan konflik yang terjadi antara bondholder dengan pemegang
saham perusahaan.
Dalam kajian teori agensi penggunaan hutang di dalam struktur modal
merupakan salah satu cara pihak pemegang saham untuk mengatasi masalah
keagenan yang timbul karena pemisahan antara agent dan principal, dimana
dengan mengundang pihak ketiga atau debtholders, maka pengawasan
terhadap tindakan pihak manajerial dapat dioptimalkan dan biaya pengawasan
pemilik (pemegang saham) dapat dikurangi, karena sebagian telah diambil
alih oleh pihak ketiga tersebut (Diana dan Irianto, 2008)
Konsep kebijakan hutang yang dibahas dalam teori agensi tidak
menyatakan seberapa besar hutang yang sebaiknya digunakan dan seberapa
besar hutang yang dianggap berlebihan. Konsep ini hanya memberikan
pemahaman bahwa hutang dapat digunakan untuk mengawasi dan
mengendalikan perilaku manajemen yang dapat merugikan pemegang saham.
Akan tetapi, perusahaan harus mencari titik keseimbangan sehingga kerugian
manajer-pemilik maupun kreditur dapat diminimalkan dengan estimasi debt to
equity ratio yang mengoptimalkan nilai perusahaan ketika biaya keagenan dari
penambahan hutang sama dengan biaya keagenan penurunan ekuitas (Myers,
1984 dalam Diana dan Irianto, 2008).
Perbedaan Kebijakan Hutang..., Dwi Safriani, Fak. Ekonomi UMP, 2011
16
2.4 Kinerja Perusahaan
Pengukuran kinerja secara garis besar berdasarkan pada kriteria dan
informasi yang dihasilkan, dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pengukuran kinerja keuangan (financial performance measure)
Pengukuran kinerja keuangan biasanya menjabarkan tentang
kinerja dari semua produk dan aktivitas jasa yang dihasilkan oleh sebuah
perusahaan dalam satuan mata uang. Dasar yang digunakan adalah kinerja
masa lalu sehingga pencapaian kinerja dan keunggulan bersaing yang
diharapkan sangat sulit. Jadi, fokus dari pengukuran adalah pada hasil
akhir yang telah dicapai oleh perusahaan sebagai dampak dari keputusan
yang telah dirumuskan oleh manajemen perusahaan.
2. Pengukuran kinerja non keuangan (nonfinancial performance)
Pengukuran kinerja non keuangan mempunyai pendekatan lain
dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Pengukuran ini biasanya
berhubungan dengan pengukuran fisik. Informasi yang digunakan
seringkali dikumpulkan bersamaan dengan data informasi bagi pengukuran
kinerja keuangan.
Perusahaan adalah lembaga yang diorganisasi dan dijalankan untuk
menyediakan barang-barang dan jasa-jasa untuk masyarakat dengan motif
(incentive) keuangan. Sebagai suatu lembaga, perusahaan merupakan suatu
wadah yang teroganisir, yang betul-betul didirkan dan diterima dalam tata
kehidupan masyarakat. Karena itu perusahaan merupakan lembaga sosial,
yang tidak ubahnya dengan lembaga-lembaga sosial lain seperti
Perbedaan Kebijakan Hutang..., Dwi Safriani, Fak. Ekonomi UMP, 2011
17
pemerintah,
pertanian,
kehidupan
keluarga
dan
kegiatan-kegiatan
perseorangan, golongan untuk mencapai tujuan yang sama.
Harapan dan fungsi manajer top yang juga sebagai pemilik ini
adalah bahwa manajer top dalam menjalankan aktifitasnya akan lebih
konsisten dengan kepentingan pemilik sehingga kinerja atau nilai
perusahaan
secara
keseluruhan
meningkat.
Jadi
semakin
tinggi
kepemilikan perusahaan oleh manajer semakin tinggi pula kinerja
organisasi keseluruhan di banding dengan perusahaan yang kepemilikan
oleh manajer rendah.
Proses peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan tersebut
akibat dari fungsi manajer yang juga sebagai pemilik disebabkan oleh dua
pengaruh yaitu, pengaruh keselarasan dan pengaruh keleluasan manajerial.
Kepemilikan perusahaan oleh manajer akan menjadikan terjadinya proses
keselarasan
antara kepentingan manajer dengan kepentingan pemilik.
Konsekuensi dari semua ini adalah meningkatnya kinerja organisasi, selain
itu kepemilikan manajer juga akan mengarahkan keleluasaan manajer pada
proses yang konsisten dengan kepentingan pemilik sehingga nilai
perusahaan secara keseluruhan juga meningkat.
2.5 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon
pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.” (Suad Husnan,1998). Nilai
perusahaan merupakan nilai keseluruhan kekayaan perusahaan yang dapat
Perbedaan Kebijakan Hutang..., Dwi Safriani, Fak. Ekonomi UMP, 2011
18
dilihat dengan berbagai pendekatan yaitu deviden, earning, dan arus kas.
Secara harafiah nilai perusahaan itu sendiri diamati melalui kemakmuran
pemegang saham yang dapat diukur melalaui harga saham perusahaan di pasar
modal. Semakin harga saham maka semakin tinggi pila nilai perusahaan dan
begitu pula sebaliknya.
Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan yang lebih baik, untuk itu
manajemen perusahaan berusaha meningkatkan kinerja perusahaannya agar
diminati investor. Dengan banyaknya dana yang tersedia maka perusahaan
dapat memebiayai kegiatan operasional yang mungkin dapat meningkatkan
nilai perusahaan.
Nilai perusahaan biasanya ditentukan oleh besarnya modal sendirindan
nilai hutang, namun bila nilai perusahaan dapat dilihat dari pergerakan harga
saham, maka pembayaran dividen yang lebih besar akan cenderung
menaikkan harga saham. Dengan meningkatnya harga saham tersebut berarti
akan meningkatkan nilai perusahaan. Akan tetapi bila pembayaran dividen
makin besar, maka akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk
berinvestasi sehingga akan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan.
Akan tetapi bila pembayaran deviden makin besar , maka akan mengurangi
kemampuan perusahaan untuk berinvestasi sehingga akan menurunkan tingkat
pertumbuhan perusahaan. (Suhartono, 2004).
Menurut Christiawan dan Tarigan 2007. Beberapa konsep nilai yang
menjelaskan nilai suatu perusahaan adalah : nilai nominal, nilai pasar, nilai
intrinsik, nilai buku dan nilai likudiasi. Nilai nominal adalah nilai yang
Perbedaan Kebijakan Hutang..., Dwi Safriani, Fak. Ekonomi UMP, 2011
19
tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara
eksplisit dalam neraca perusahaan dan juga ditulis jelas dalam surat saham
kolektif. Nilai pasar, sering disebut kurs adalah ahrga yang terjadi dari proses
tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham
perusahaan dijual di pasar saham. Nilai intrinsik merupakan konsep yang
paling abstrak, karena mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan.
Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari
sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang
memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari. Sedangkan
nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep
akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antara total
aktiva dan total utang dengan jumlah saham yang beredar. Nilai likuidasi itu
adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban
yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian para pemegang saham.
Nilai likuidasi bisa dihitung dengan cara yang sama dengan menghitung nilai
buku, yaitu berdasarkan neraca performa yang disiapkan ketika sutau
perusahaan akan likuidasi. Jika mekanisme pasar berfungsi dengan baik, maka
harga saham tidak mungkin berada di bawah nilai likuidasi. Karena nilai
likuidasi ini hanya dihitung bila perusahaan akan dilikuidasi maka investor bia
menggunakan nilai buku sebagai pengganti untuk tujuan yang sama yaitu
memperkirakan batas bawah harga saham. Sehingga nilai buku dapat
digunakan sebagai batas aman mengukur nilai perusahaan untuk keperluan
investasi. Namun demikian ada beberapa catatan yang harus diperhatikan
Perbedaan Kebijakan Hutang..., Dwi Safriani, Fak. Ekonomi UMP, 2011
20
dalam memahami konsep nilai buku ini. Pertama, sebagian besar aset dinilai
dalam nilai historis. Karena itu pada beberapa aset nilai jualnya bisa jadi jauh
lebih tinggi dari nilai bukunya. Kedua, didalam aset kadang terdapat aktiva tak
berwujud, yang dalam likuidasi sering tidak memiliki nilai jual. Ketiga, nilai
buku sangat dipengaruhi oleh metode penyusutan aktiva tetap, metode
penilaian persediaan dan lain-lain. Keempat, ada kemungkinan timbul
kewajiban-kewajiban yang tidak tercatat dalam laporan keuangan karena
belum diatur pelaporannya oleh standar akuntansi keuangan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep yang
paling representatif untuk menentukan nilai perusahaan adalah pendekatan
konsep nilai intrinsik. Tetapi memperkirakan nilai intrinsik sangat sulit, sebab
untuk menentukannya orang membutuhkan kemampuan mengidentifikasi
variabel-variabel signifikan yang menentukan keuntungan suatu perusahaan.
Variabel itu berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain. Selain itu,
penentuan nilai intrinsik juga memerlukan kemampuan memprediksi arah
kecenderungan yang akan terjadi di kemudian hari. Karena itulah, maka nilai
pasar digunakan dengan alasan kemudahan data juga didasarkan pada
penilaian yang moderat.
2.6 Kerangka Pemikiran
Penelitian dilakukan untuk menganalisis perbedaan pengambilan
keputusan bisnis, keputusan keuangan dan keputusan Operasional antara
Perbedaan Kebijakan Hutang..., Dwi Safriani, Fak. Ekonomi UMP, 2011
21
perusahaan tanpa kepemilikan manajeral dan perusahan dengan kepemilikan
manajerial.
Penelitian tentang hubungan antara kepemilikan manajerial dengan
debt rasio (debt ratio menggambarkan hasil keputusan pendanaan manajer)
menunjukkan hasil yang berbeda diantara beberapa peneliti. Beberapa peneliti
menemukan hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan debt ratio
perusahaan (Kim dan Sorensen 1986, Agrawal dan Mendelker 1987, Mehran
1998 dalam Wahidahwati 2002, Soliha dan Taswan 2002). Sementara peneliti
lain menemukan bahwa kepemilikan saham oleh manajer mempunyai
pengaruh signifikan dan berhubungan negative dengan debt ratio (Moh’d
1998 dalam Wahidahwati 2002).
Selain itu, penelitian yang mengkaitkan kepemilikan manajerial
dengan nilai perusahaan (nilai perusahaan merupakan hasil keputusan
operasional manajer), juga menunjukkan hasil yang berbeda diantara peneliti.
Soliha dan Taswan (2002) menemukan hubungan yang signifikan dan positif
antara kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan. Sementara peneliti
lain menemukan hubungan yang lemah antara kepemilikan manajerial dengan
nilai perusahaan (Lasfer dan Faccio 1999).
Wahidahwati,
2001
dalam
Tarjo,
2005
menemukan
bahwa
kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh signifikan dan berhubungan
negatif dengan kebijakan hutang. Jensen et al, 1992 menemukan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan hutang dan kebijakan
Perbedaan Kebijakan Hutang..., Dwi Safriani, Fak. Ekonomi UMP, 2011
22
dividen. Pada sisi lain (Kim dan Sorenson, 1986) juga menyatakan hubungan
positif antara kepemilikan manajerial dengan hutang.
Penelitian Mudambi menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh
manajer mempengaruhi kinerja perusahaan. Bahkan penelitian ini berhasil
membuktikan arah hubungannya yaitu tidak selalu sama (non-monotonic).
Arah hubungan akan berbeda untuk setiap rentang persentase kepemilikan
(Mudambi 1995). Sedangkan penelitian Kumar dan Coles menunjukkan
terdapat hubungan antara kepemilikan manajerial dan kinerja perusahaan
(Kumar 2004, Coles 2002).
Keputusan Perusahaan
Perusahaan tanpa
Perusahaan dengan
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Manajerial
Perusahaan

Perusahaan
-
Kebijakan Hutang
Kinerja Perusahaan
-
Kinerja Perusahaan
Nilai Perusahaan
-
Nilai Perusahaan
-
Kebijakan Hutang
-
Perbedaan Kebijakan Hutang..., Dwi Safriani, Fak. Ekonomi UMP, 2011
23
2.7 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, penelitian menghipotesiskan
penelitiannya sebagai berikut:
H1
: Kebijakan hutang di perusahaan dengan kepemilikan manajerial
akan berbeda dengan di perusahaan tanpa kepemilikan manajerial.
H2
: Kinerja perusahaan di perusahaan dengan kepemilikan manjerial akan
berbeda dengan di perusahaan tanpa kepemilikan manajerial.
H3
: Nilai perusahaan di perusahaan dengan kepemilikan manajerial akan
berbeda dengan di perusahaan tanpa kepemilikan mnajerial.
Perbedaan Kebijakan Hutang..., Dwi Safriani, Fak. Ekonomi UMP, 2011
Download