eksperimentasi pendekatan realistik pada pembelajaran luas

advertisement
EKSPERIMENTASI PENDEKATAN REALISTIK PADA
PEMBELAJARAN LUAS BANGUN DATAR DITINJAU DARI
MINAT TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA SISWA
KELAS V SD SE KECAMATAN KUTOWINANGUN
KABUPATEN KEBUMEN
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan
Mencapai Derajat Magister Pendidikan Matematika
OLEH:
TEGUH WIBOWO
S850908022
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
EKSPERIMENTASI PENDEKATAN REALISTIK PADA
PEMBELAJARAN LUAS BANGUN DATAR DITINJAU DARI
MINAT TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA SISWA
KELAS V SD SE KECAMATAN KUTOWINANGUN
KABUPATEN KEBUMEN
OLEH:
TEGUH WIBOWO
S850908022
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada tanggal : __________________
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Mardiyana, M.Si.
NIP 19660225 199302 1 002
Dr. Imam Sujadi, M.Si.
NIP 19670915 200604 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Dr. Mardiyana, M.Si.
NIP 19660225 199302 1 002
ii
EKSPERIMENTASI PENDEKATAN REALISTIK PADA
PEMBELAJARAN LUAS BANGUN DATAR DITINJAU DARI
MINAT TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA SISWA
KELAS V SD SE KECAMATAN KUTOWINANGUN
KABUPATEN KEBUMEN
OLEH:
TEGUH WIBOWO
S850908022
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Pada tanggal : _______________
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.
………………………
Sekretaris
Dr. Riyadi, M.Si.
………………………
Angota Penguji
1. Dr. Mardiyana, M.Si.
………………………
2. Dr. Imam Sujadi, M.Si.
………………………
Surakarta,
Mei 2010
Mengetahui
Direktur Pascasarjana UNS
Ketua Prodi. Pendidikan Matematika
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D.
NIP 19570820 198503 1 004
Dr. Mardiyana, M.Si.
NIP 19660225 199302 1 002
iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : TEGUH WIBOWO
NIM
: S850908022
Menyatakan
dengan
sesungguhnya,
bahwa
tesis
yang
berjudul
“EKSPERIMENTASI PENDEKATAN REALISTIK PADA PEMBELAJARAN
LUAS
BANGUN
DATAR
DITINJAU
DARI
MINAT
TERHADAP
PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE KECAMATAN
KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN” adalah betul-betul karya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya sendiri dalam tesis tersebut diberi tanda citasi
dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Mei 2010
Yang membuat pernyataan
Teguh Wibowo
iv
MOTTO
“Hidup ini tidak lain adalah ibadah”
(QS. Adz Dzariyaat: 56)
“ Tuntutlah ilmu dari ayunan hingga ke liang lahat “
(Hadist )
“Hiasilah hidup ini dengan kesabaran”
(Penulis)
v
PERSEMBAHAN
Karya yang tersusun dengan penuh kesungguhan hati ini
Kupersembahkan kepada:
© Ibu dan Bapakku Tercinta
Atas ketulusan do’a, dukungan, perhatian, dorongan semangat dan motivasinya
© Istriku tersayang
Atas ketulusan doa, keikhlasan cinta dan kasih sayangnya
© Nafidzul Amri As Tsabit anakku tercinta
Atas keceriaannya yang selalu menemaniku
© Sahabat terbaik P.Math PPs ’08
Atas kebersamaan, waktu yang telah terlewati bersama & kenangan yang tak terlupakan
© Universitas Muhammadiyah Purworejo
Atas keluangan waktu dan kesempatannya untuk menempuh study ini
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis
yang berjudul “EKSPERIMENTASI PENDEKATAN REALISTIK PADA
PEMBELAJARAN LUAS BANGUN DATAR DITINJAU DARI MINAT
TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE
KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN”.
Hambatan dan permasalahan yang menimbulkan kesulitan dalam
menyelesaikan penulisan tesis ini banyak ditemui oleh penulis, akan tetapi berkat
bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul tersebut
dapat teratasi. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak atas segala bentuk bantuannya yang telah
meringankan penyelesaian penulisan tesis ini, terutama kepada:
1.
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
menempuh studi di program Magister Pendidikan Matematika.
2.
Drs. Mohammad Fakhrudin, M.Hum, Rektor Universitas Muhammadiyah
Purworejo yang telah memberi ijin penulis untuk menempuh studi di
Program Magister Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret.
3.
Dr. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan petunjuk,
saran dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis. Beliau juga
Pembimbing I, yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada
penulis dengan penuh kesungguhan dan kesabaran hingga penyusunan tesis
ini selesai.
4.
Dr. Imam Sujadi, M.Si, Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan
dan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesungguhan dan kesabaran
hingga penyusunan tesis ini selesai.
5.
Kepala SD Negeri Mrinen, Kepala SD Negeri 1 Pekunden, Kepala SD
Negeri 2 Karangsari, Kepala SD Negeri Tanjungsari, Kepala SD Negeri 1
vii
Triwarno dan Kepala SD Negeri 2 Babadsari yang telah memberikan ijin
penelitian, serta Kepala SD Negeri Kaliputih, Kepala SD Negeri 2
Kutowinangun dan Kepala SD Negeri 1 Jlegiwinangun yang telah
memberikan ijin untuk uji coba instrumen penelitian.
6.
Ibu terkasih, Bapak terhormat, Kakak dan Adikku tercinta atas dukungan
do’a, perhatian, dorongan semangat dan motivasi serta segala sesuatu yang
telah diberikan selama ini.
7.
Istri dan Anakku tercinta, terima kasih untuk semua atas ketulusan do’a,
cinta, semangat, motivasi dan keluangan waktunya.
8.
Sahabat terbaik P. Math PPs ’08 atas segala kebersamaan dan kenangan yang
takkan terlupakan selama ini. Selamat berjuang dan semoga sukses.
9.
Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini
yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan
imbalan dari Allah SWT. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya, bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya.
Surakarta,
Penulis
viii
Mei 2010
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN .....................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
vi
KATA PENGANTAR .................................................................................
vii
DAFTAR ISI ................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xiii
ABSTRAK ...................................................................................................
xv
ABSTRACT ...................................................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
1
A.
Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B.
Identifikasi Masalah .............................................................
4
C.
Pemilihan Masalah ...............................................................
6
D.
Pembatasan Masalah ............................................................
6
E.
Rumusan Masalah ................................................................
7
F.
Tujuan Penelitian ..................................................................
8
G.
Manfaat Penelitian ................................................................
9
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................
11
A.
Tinjauan Pustaka ..................................................................
11
1. Prestasi Belajar Matematika ............................................
11
2. Pendekatan Pembelajaran Matematika .............................
14
3. Minat Siswa Pada Pelajaran Matematika ........................
27
B.
Penelitian Yang Relevan ......................................................
34
C.
Kerangka Berfikir .................................................................
36
D.
Hipotesis ...............................................................................
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................
43
ix
A.
Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................
43
1.
Tempat Penelitian ..........................................................
43
2.
Waktu Penelitian ...........................................................
43
B.
Metode Penelitian .................................................................
44
C.
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ..........................
45
1.
Populasi Penelitian ........................................................
45
2.
Sampel Penelitian ...........................................................
45
3.
Teknik Pengambilan Sampel ...........................................
45
Variabel Penelitian ................................................................
46
a. Variabel Terikat ..............................................................
46
b. Variabel Bebas ...............................................................
47
Metode Pengumpulan Data ...................................................
48
1.
Metode Dokumentasi ....................................................
48
2.
Metode Tes ....................................................................
48
3.
Metode Angket ..............................................................
52
Teknis Analisis Data ............................................................
56
1.
Uji Keseimbangan .........................................................
56
2.
Uji Prasyarat Analisis .....................................................
57
3.
Uji Hipotesis ..................................................................
60
4.
Uji Komparasi Ganda ....................................................
65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................
69
D.
E.
F.
A.
Hasil Uji Coba Instrumen .....................................................
69
1. Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika ...................
69
2. Instrumen Angket Minat Siswa Terhadap Pelajaran
B.
C.
Matematika ......................................................................
71
Diskripsi Data ........................................................................
73
1.
Data Skor Minat Siswa Pada Pelajaran Matematika ......
73
2.
Data Hasil Prestasi Belajar Matematika .......................
75
Hasil Analisis Data ...............................................................
76
1.
Uji Keseimbangan .........................................................
76
2.
Uji Prasyarat Analisis ....................................................
77
x
3.
Uji Hipotesis Penelitian ..................................................
79
4.
Uji Komparasi Ganda .....................................................
80
Pembahasan Hasil Penelitian..................................................
82
1.
Hipotesis Pertama ..........................................................
82
2.
Hipotesis Kedua ............................................................
83
3.
Hipotesis Ketiga Sampai Dengan Hipotesis Ketujuh ......
86
Keterbatasan Penelitian ........................................................
87
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..............................
89
D.
E.
A.
Kesimpulan ...........................................................................
89
B.
Implikasi ...............................................................................
90
1.
Implikasi Teoritis ..........................................................
90
2.
Implikasi Praktis ............................................................
91
Saran .....................................................................................
92
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
95
C.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Tes ..............................
50
Tabel 3.2
Tata Letak Data ......................................................................
61
Tabel 4.1
Diskripsi Data Hasil Prestasi Belajar Matematika ................
76
Tabel 4.2
Rangkuman Uji Normalitas Data Hasil Prestasi Belajar
Matematika ............................................................................
77
Tabel 4.3
Rangkuman Uji Homogenitas Variansi ................................
78
Tabel 4.4
Rangkuman Analisis Variansi ...............................................
79
Tabel 4.5
Rangkuman Rataan Antar Sel dan Rataan Marginal .............
81
Tabel 4.6
Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rataan Antar Kolom ........
81
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan Realistik...
99
Lampiran 2
Lembar Kerja Siswa (LKS) Pendekatan Realistik ................
121
Lampiran 3
Tugas Kelompok ...................................................................
135
Lampiran 4
Tugas Individual ...................................................................
136
Lampiran 5
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan
Mekanistik ............................................................................
138
Lampiran 6
Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Matematika ..........................
161
Lampiran 7
Tes Prestasi Belajar Matematika (Uji Coba).........................
162
Lampiran 8
Kisi-Kisi Angket Minat Siswa Terhadap Pelajaran
Matematika............................................................................
Lampiran 9
168
Angket Minat Siswa Terhadap Pelajaran Matematika
(Uji Coba) .............................................................................
169
Lampiran 10
Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika .....................
171
Lampiran 11
Validitas Isi Angket Minat Siswa Terhadap Pelajaran
Matematika............................................................................
Lampiran 12
Konsistensi Internal Angket Minat Siswa Terhadap
Pelajaran Matematika ............................................................
Lampiran 13
192
Angket Minat Siswa Terhadap Pelajaran Matematika
(Setelah Uji Coba) .................................................................
Lampiran 15
186
Reliabilitas Angket Minat Siswa Terhadap Pelajaran
Matematika............................................................................
Lampiran 14
180
196
Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda Tes Prestasi Belajar
Matematika............................................................................
198
Lampiran 16
Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Matematika........................
202
Lampiran 17
Tes Prestasi Belajar Matematika (Setelah Uji Coba) ............
206
Lampiran 18
Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Matematika ................
211
Lampiran 19
Data Kemampuan Awal Siswa Pada Pelajaran Matematika .
213
Lampiran 20
Uji Keseimbangan ................................................................
217
Lampiran 21
Skor Angket Minat Siswa Pada Pelajaran Matematika .......
222
xiii
Lampiran 22
Kelompok Siswa Bedasarkan Kategori ................................
226
Lampiran 23
Data Prestasi Belajar Matematika Siswa .............................
229
Lampiran 24
Uji Normalitas ......................................................................
235
Lampiran 25
Uji Homogenitas ..................................................................
242
Lampiran 26
Uji Hipotesis ........................................................................
244
Lampiran 27
Uji Komparasi Ganda ...........................................................
248
Lampiran 28
Tabel Distribusi t ..................................................................
249
Lampiran 29
Tabel Distribusi c 2 .............................................................
250
Lampiran 30
Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors ...........................................
251
Lampiran 31
Tabel Distribusi F..................................................................
252
Lampiran 32
Tabel Distribusi Normal .......................................................
254
Lampiran 33
Surat Ijin Penelitian Dari UNS .............................................
255
Lampiran 34
Surat Balikan dari UPTD Dikpora Kecamatan
Kutowinangun .....................................................................
Lampiran 35
256
Data Peringkat SD Se Kecamatan Kutowinangun . ............. . 257
xiv
ABSTRAK
TEGUH WIBOWO. 2010. EKSPERIMENTASI PENDEKATAN REALISTIK
PADA PEMBELAJARAN LUAS BANGUN DATAR DITINJAU DARI MINAT
TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE
KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN. Tesis:
Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) apakah pendekatan realistik
dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada
pendekatan mekanistik pada materi luas bangun datar, (2) apakah prestasi belajar
matematika siswa yang memiliki minat lebih tinggi pada pelajaran matematika
lebih baik daripada siswa yang memiliki minat lebih rendah pada pelajaran
matematika pada materi luas bangun datar, (3) apakah prestasi belajar matematika
siswa antara siswa yang diberi pendekatan realistik dan pendekatan mekanistik
konsisten untuk tiap-tiap minat siswa pada pelajaran matematika, dan apakah
prestasi belajar matematika siswa antara siswa yang memiliki minat tinggi pada
pelajaran matematika, minat sedang pada pelajaran matematika dan minat rendah
pada pelajaran matematika konsisten untuk tiap-tiap pendekatan pembelajaran.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain
faktorial 2 × 3. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD se kecamatan
Kutowinangun kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah
36 SD. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara stratified cluster random
sampling. Sampel dalam penelitian berjumlah 125 siswa yang terdiri dari
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah instrumen tes prestasi belajar matematika dan
instrumen angket minat siswa pada pelajaran matematika. Instrumen tes dan
angket diujicobakan sebelum digunakan untuk pengambilan data. Validitas
instrumen tes dan angket dilakukan oleh validator, reliabilitas tes diuji dengan
rumus KR-20 dan reliabilitas angket diuji dengan rumus Alpha.
Uji prasyarat Analisis Variansi menggunakan uji Lilliefors untuk uji
normalitas dan uji Barlett untuk uji homogenitas. Dengan α = 0,05 diperoleh
sampel berasal dari populasi berdistribusi normal dan variansinya homogen.
Uji hipotesis yang digunakan adalah ANAVA dua jalan dengan sel tak
sama. Dengan α = 0,05 menunjukkan (1) Fa = 18,274 > 3,92 = Ftabel berarti
terdapat perbedaan efektivitas antara pendekatan realistik dan pendekatan
mekanistik terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi luas bangun
datar. Dari rataan marginalnya, rerata prestasi belajar matematika yang
menggunakan pendekatan realistik diperoleh 61,33, sedangkan rerata prestasi
belajar matematika dengan pendekatan mekanistik diperoleh 54,46. Sehingga
pendekatan realistik menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada pendekatan mekanistik pada materi luas bangun datar, (2) Fb = 78,566 >
3,07 = Ftabel ini berarti minat siswa yang tinggi, sedang dan rendah pada
pelajaran matematika memberikan efek/pengaruh yang berbeda terhadap hasil
xv
prestasi belajar matematika siswa pada materi luas bangun datar. Sehingga perlu
dilakukan uji lanjut anava yaitu uji komparasi ganda, (3) Fab = 1,214 < 3,07 =
Ftabel berarti karakteristik perbedaan antara pendekatan realistik dan pendekatan
mekanistik untuk setiap minat siswa pada pelajaran matematika sama. Ini berarti
pendekatan realistik lebih baik daripada pendekatan mekanistik jika ditinjau pada
masing-masing minat siswa pada pelajaran matematika.
Dari hasil komparasi ganda antar kolom diperoleh bahwa (1) siswa yang
memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang pada
pelajaran matematika, hal ini dikarenakan F1-2 = 60,224 > 6,14 = 2Ftabel sehingga H0
ditolak. Berdasarkan rataan marginalnya siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
minat sedang pada pelajaran matematika, (2) siswa yang memiliki minat sedang
pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih
baik daripada siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika, hal
ini dikarenakan F2-3 = 20,066 > 6,14 = 2Ftabel sehingga H0 ditolak. Berdasarkan
rataan marginalnya siswa yang memiliki minat sedang mempunyai prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah pada
pelajaran matematika, (3) siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran
matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada
siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika, hal ini dikarenakan
F1-3 = 166,711 > 6,14 = 2Ftabel sehingga H0 ditolak. Berdasarkan rataan marginalnya
siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang
lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika.
xvi
ABSTRACT
WIBOWO, TEGUH. 2010. THE EXPERIMENT OF REALISTIC APPROACH
ON THE AREA OF PLANES LEARNING VIEWED FROM STUDENTS’
INTEREST ON MATHEMATICS LESSON OF THE 5th GRADE STUDENTS
OF ELEMENTARY SCHOOLS IN KUTOWINANGUN SUBDISTRICT,
KEBUMEN REGENCY. Thesis: The Study Program of Mathematics Education,
Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta.
The purposes of this research for know: (1) whether realistic approach can
make a better achievement in learning mathematics than mechanistic approach on
the area of planes terms, (2) whether the students’ achievement in learning
mathematics of those who have more interest on mathematics lesson will be better
than those who have less interest on it on the area of planes terms, (3) whether the
students’ achievement in learning mathematics between realistic approach and
mechanistic approach are consistent for every students’ interest on mathematics
lesson, and whether the students’ achievement in learning mathematics between
the students with high interest, medium interest and low interest on mathematics
lesson are consistent for every learning approach.
This research is a quasi experimental research with 2 x 3 factorial designs.
The population in this observation are the 5th grade students of elementary
schools in Kutowinangun, Kebumen in the school year of 2009/2010 consisting of
36 elementary schools. The technique to get the samples is done using stratified
cluster random sampling. The total samples in this observation are 125 students
consisting of experiment and control groups. The instruments used to collect the
data are achievement test in learning mathematics and questionnaire for students’
interest on mathematics lesson. The test instrument and questionnaire are tested
and tried before being used to get data. The validity of the test instrument and
questionnaire instrument are done by a validator. The reliability of the test is
tested using KR-20 formula, and the reliability of the questionnaire instruments is
tested using Alpha formula.
Analysis Variance of precondition test using Lilliefors test for normality
test and Barlett test for homogeneity test. With α = 0.05 the samples which are
gained come from normal distributed and homogeneous populations.
Hypothesis test uses two ways ANOVA with different cell. With α = 0.05
that shows (1) Fa = 18.274 > 3.92 = Ftable means that there is a difference of
effectivity between realistic approach and mechanistic approach to students’
achievement of mathematics learning on the area of planes terms. From on
marginal average, the average of mathematics learning achievement using an
realistic approach obtain 61.33, whereas the average of mathematics learning
achievement using mechanistic approach obtain 54.46. Therefore realistic
approach results a better achievement in mathematics learning than that of
mechanistic approach on the area of planes terms, (2) Fb = 78.566 > 3.07 = Ftabel
this means a high, middle and low students’ interest on mathematics lesson give different
effect to achievement result in students mathematics learning on the area of planes terms.
xvii
Therefore, it is necessary to do the next anova test that is the double comparison test, (3)
Fab = 1.214 < 3.07 = Ftable, it means that the difference of characteristic between
realistic approach and mechanistic approach for every students’ interest on
mathematics lesson is just the same. It means that realistic approach is better than
mechanistic one if it is viewed based on each students’ interest on mathematics
lesson.
From the result of the double comparison between columns, it is found
that (1) students with high interest on mathematics lesson have better achievement
in learning mathematics than the students with medium interest on it, because
F1-2 = 60.224 > 6.14 = 2Ftable with the result that push away H0. The based from
marginal average students with high interest have better achievement in learning
mathematics than the students with medium interest on mathematics lesson, (2)
students with medium interest on mathematics lesson have better achievement in
learning mathematics than the students with low interest on it, because
F2-3 = 20.066 > 6.00 = 2Ftable with the result that push away H0. The based from
marginal average students with medium interest have better achievement in
learning mathematics than the students with low interest on mathematics lesson,
(3) students with high interest on mathematics lesson have better achievement in
learning mathematics than the students with low interest on it, because
F1-3 = 166.711 > 6.14 = Ftable with the result that push away H0. The based from
marginal average students with high interest have better achievement in learning
mathematics than the students with low interest on mathematics lesson.
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran, termasuk pula di
dalamnya usaha untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran. Pemerintah
melalui Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sampai saat ini memprioritaskan pendidikan dasar melalui wajib belajar 9 tahun terutama ditujukan
pada jenjang sekolah dasar (SD). Hal ini disebabkan adanya kecenderungan di
masyarakat yang menilai bahwa pendidikan di SD adalah jenjang yang paling
mudah untuk ditangani. Padahal sebaliknya, justru pendidikan di SD adalah dasar
dari pendidikan untuk jenjang selanjutnya.
Ironisnya, masalah dan beban yang begitu berat tersebut kadangkala hanya
dibebankan pada pundak guru yang mengajar di SD. Akibatnya kemampuan guru dalam
mengajar di SD kurang berkembang secara maksimal. Dalam proses pembelajaran di SD,
guru pada umumnya berorientasi pada teori belajar behaviorisme dengan pusat kegiatan
pada guru. Apalagi guru SD merupakan guru kelas karena mengajar semua bidang studi
kecuali pendidikan agama dan olahraga, sehingga tidak ada kesempatan guru untuk
melakukan inovasi dalam pembelajaran. Waktunya tersita hanya untuk mengajar semua
mata pelajaran dan aktivitas keluarga di rumah.
Sehingga muncullah istilah bahwa guru kelas SD itu “sakti”, karena guru kelas
harus mengajar berbagai bidang studi termasuk matematika bahkan mengajar pula bahasa
inggris. Wajar jika guru SD jarang sekali melakukan inovasi dalam pembelajaran karena
harus menguasai semua materi berbagai mata pelajaran tersebut. Mana mungkin untuk
xix
melakukan inovasi dalam pembelajaran, untuk menguasai berbagai materi pelajaranpun
masih kesulitan. Dari hasil penelitian Siti Rohmi Yuliati terhadap guru SD Negeri di DKI
Jakarta disimpulkan bahwa sebanyak 11,81% guru menganggap mempelajari matematika
sangat sulit (2005: 68). Kebanyakan guru SD bukan guru bidang studi tetapi guru lulusan
D2 PGSD.
Dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar, metode pembelajaran yang
digunakan guru didominasi oleh penggunaan metode ceramah dan pemberian tugas. Hal
ini diperkuat dari hasil penelitian Tim P4TK Matematika bahwa sebagian besar guru SD
menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran, yaitu 70% dari responden (Sri
Wulandari Danoebroto, 2008: 70). Kondisi pembelajaran seperti ini cenderung
menggunakan pendekatan yang teoritis, memuat konsep-konsep abstrak dan rumusrumus yang diperkenalkan tanpa memperhatikan kandungan maknanya. Siswa cenderung
pasif, akibatnya siswa sulit mengembangkan kemampuan intelektual dan motoriknya
secara optimal. Siswa juga menerima pengetahuan dari guru tanpa ada kesempatan untuk
mengelola sendiri pengetahuan yang diperolehnya, sehingga menurunkan daya kreativitas
dan daya nalar terutama pada saat menghadapi permasalahan matematika yang belum
dikenal sebelumnya.
Disisi lain, pengelola pembelajaran terutama guru mengeluhkan kemampuan
matematika siswa yang sangat rendah. Hasil penelitian Tim P4TK Matematika di
beberapa sekolah dasar di Indonesia mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa SD
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah dan
menerjemahkan soal kehidupan sehari-hari ke dalam pendekatan matematika (Sri
Wulandari Danoebroto, 2008: 70). Temuan ini mengindikasikan bahwa sebagian besar
siswa SD di Indonesia masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal
matematika.
xx
Khusus kabupaten Kebumen, dilihat dari kinerja pendidikan dasarnya mempunyai
kinerja yang cukup memprihatinkan. Kinerja pendidikan dasar di Kebumen berada pada
peringkat
ke-33
dari
38
kabupaten
di
Jawa
Tengah
(Suprawoto
dalam
http://www.slideshare.net/nasuprawoto.paparan-fgd-kebumen). Bahkan SDN I Kutosari
yang merupakan peringkat tertinggi di Kebumen hanya peringkat ke-119 di Jawa Tengah.
Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan dasar di Kebumen masih tergolong
rendah dibanding kabupaten-kabupaten lain di Jawa Tengah.
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar adalah faktor internal dan
eksternal siswa (Ngalim Purwanto, 2003: 23). Faktor eksternal salah satunya adalah
strategi atau pendekatan pembelajaran. Ketidaktepatan pendekatan pembelajaran di kelas
kemungkinan menyebabkan prestasi belajar siswa rendah. Sedangkan faktor internal
meliputi minat, bakat, kecerdasan dan motivasi. Selain kecerdasan, kemungkinan minat
juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Dari hasil wawancara dengan beberapa guru kelas V SD di kabupaten Kebumen
diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran matematika siswa mengalami
kesulitan pada materi pecahan, perbandingan dan skala, dan menentukan luas bangun
datar dan volume bangun ruang. Pendekatan pembelajaran yang sering digunakan guru
pada materi ini adalah pendekatan mekanistik, dengan pusat pembelajaran pada guru.
Beberapa guru masih mengalami kesulitan bagaimana merancang pendekatan
pembelajaran yang mudah dipahami siswa dan melibatkan siswa aktif dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, perlu diupayakan suatu strategi pembelajaran yang tepat,
yaitu pendekatan pembelajaran yang mengedepankan aktivitas siswa.
Bagaimanapun juga penguasaan materi dan konsep matematika pada siswa SD
merupakan hal yang sangat penting, karena sebagai dasar untuk belajar matematika pada
xxi
jenjang selanjutnya. Sehingga terkait dengan rendahnya prestasi belajar matematika SD
dalam menyelesaikan soal-soal matematika perlu diupayakan solusi pemecahannya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah
penelitian sebagai berikut.
1. Kebanyakan guru di SD adalah guru kelas bukan guru bidang studi. Ada
kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan karena
diajar oleh guru kelas. Terkait dengan hal ini dapat diteliti, apakah jika
pengajarannya dilakukan oleh guru bidang studi matematika prestasi belajar
siswa akan menjadi lebih baik.
2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan oleh
pendekatan pembelajaran yang digunakan guru. Biasanya guru menggunakan
pendekatan mekanistik dengan pusat pembelajaran pada guru. Terkait dengan hal ini
dapat diteliti, apakah jika pendekatan pembelajarannya diubah prestasi belajar
matematika siswa akan lebih baik.
3. Kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan oleh faktor
internal dari dalam diri siswa. Faktor internal bisa meliputi minat, bakat, kecerdasan
dan motivasi. Terkait dengan hal ini dapat dilakukan beberapa penelitian yang terkait
dengan faktor internal.
a. Apakah minat siswa yang tinggi pada pelajaran matematika mempunyai prestasi
belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang
dan rendah.
xxii
b. Apakah siswa yang memiliki bakat dalam matematika mempunyai prestasi
belajar yang lebih baik daripada siswa yang tidak mempunyai bakat dalam
matematika.
c. Apakah siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi mempunyai prestasi
belajar matematika yang lebih baik, baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, kecerdasan spiritual atau kecerdasan kinestetik/motorik daripada
siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah.
d. Apakah siswa yang memiliki motivasi tinggi mempunyai prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi rendah.
C. Pemilihan Masalah
Karena keterbatasan peneliti, maka dalam penelitian ini berusaha mencoba
menyelesaikan masalah nomor 2 dan nomor 3a dari keenam identifikasi masalah
di atas.
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pemilihan masalah, terdapat dua hal yang dipersoalkan. Hal
pertama adalah pemilihan pendekatan pembelajaran. Apakah pendekatan pembelajaran ini memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada
pendekatan pembelajaran mekanistik. Kedua adalah pemilihan tentang faktor
internal siswa, yaitu minat siswa pada pelajaran matematika. Agar penelitian ini
dapat dilakukan dengan benar dan terarah, dilakukan pembatasan-pembatasan
sebagai berikut.
xxiii
1. Ada dua pendekatan pembelajaran matematika yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu pendekatan realistik untuk kelas eksperimen dan
pendekatan mekanistik untuk kelas kontrol.
2. Minat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat siswa pada pelajaran
matematika yang terbagi dalam minat tinggi, sedang dan rendah.
3. Penelitian dilakukan di kabupaten Kebumen yang dibatasi pada seluruh SD di
kecamatan Kutowinangun kabupaten Kebumen. Penelitian dilakukan di kelas
V SD pada tahun pelajaran 2009/2010 semester ganjil/gasal.
4. Prestasi belajar siswa yang dimaksud adalah prestasi belajar matematika siswa
pada materi Luas Bangun Datar.
Dari pembatasan masalah di atas maka penulis mengambil judul penelitian
“Eksperimentasi Pendekatan Realistik Pada Pembelajaran Luas Bangun Datar
Ditinjau Dari Minat Terhadap Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Se
Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen”.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah pendekatan realistik menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang
lebih baik dibanding dengan pendekatan mekanistik?
2. Apakah siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika mempunyai
prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat
sedang dan rendah, dan apakah siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran
xxiv
matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa
yang memiliki minat rendah?
3. Manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara
siswa yang mendapat pembelajaran pendekatan realistik atau pendekatan mekanistik
pada kelompok siswa yang mempunyai minat tinggi?
4. Manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara
siswa yang mendapat pembelajaran pendekatan realistik atau pendekatan mekanistik
pada kelompok siswa yang mempunyai minat sedang?
5. Manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara
siswa yang mendapat pembelajaran pendekatan realistik atau pendekatan mekanistik
pada kelompok siswa yang mempunyai minat rendah?
6. Pada pendekatan realistik, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika
yang lebih baik antara siswa yang memiliki minat tinggi, sedang atau rendah?
7. Pada pendekatan mekanistik, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika
yang lebih baik antara siswa yang memiliki minat tinggi, sedang atau rendah?
F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah.
1. Untuk mengetahui apakah pendekatan realistik menghasilkan prestasi belajar
matematika siswa yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik.
2. Untuk mengetahui apakah siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran
matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa
yang memiliki minat sedang dan rendah, dan apakah siswa yang memiliki minat
sedang pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih
baik daripada siswa yang memiliki minat rendah.
xxv
3. Untuk mengetahui mana yang lebih baik prestasi belajar matematika antara siswa
yang mendapat pembelajaran pendekatan realistik atau pendekatan mekanistik pada
kelompok siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika.
4. Untuk mengetahui mana yang lebih baik prestasi belajar matematika antara siswa
yang mendapat pembelajaran pendekatan realistik atau pendekatan mekanistik pada
kelompok siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika.
5. Untuk mengetahui mana yang lebih baik prestasi belajar matematika antara siswa
yang mendapat pembelajaran pendekatan realistik atau pendekatan mekanistik pada
kelompok siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika.
6. Untuk mengetahui mana yang lebih baik prestasi belajar matematika antara siswa
yang memiliki minat tinggi, sedang atau rendah pada pendekatan realistik.
7. Untuk mengetahui mana yang lebih baik prestasi belajar matematika antara siswa
yang memiliki minat tinggi, sedang atau rendah pada pendekatan mekanistik.
G. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut.
1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan pendekatan
pembelajaran yang berorientasi pada teori belajar konstruktivisme, salah satunya
adalah pendekatan matematika realistik.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para guru khususnya di SD dan juga guru pada
umumnya dalam menentukan pendekatan pembelajaran matematika yang sesuai
dengan materi ini.
3. Memberikan masukan bagi para guru untuk memperhatikan juga faktor internal dari
dalam diri siswa terutama minat siswa pada matematika, sehingga guru dapat
xxvi
memilih pendekatan pembelajaran yang dapat memumbuhkan minat siswa pada
pelajaran matematika.
4. Bagi siswa, dapat mengembangkan kemampuan pengetahuan masing-masing melalui
pendekatan matematika realistik.
5. Sebagai bahan acuan dalam penelitian pendekatan pembelajaran yang berorientasi
pada teori belajar konstruktivisme dan minat di masa mendatang.
xxvii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Prestasi
Sering kita mendengar kata prestasi dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang
telah menjuarai kejuaraan bulutangkis tingkat nasional misalnya, maka sering dikatakan
orang tersebut memperoleh suatu prestasi di tingkat nasional. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia didefinisikan pengertian prestasi sebagai hasil yang telah dicapai (1997:
895). Dalam pengertian ini prestasi merupakan hasil dari sesuatu yang telah dilakukan
atau dikerjakan oleh individu maupun kelompok. Sedangkan menurut Winkel (1996:
150), prestasi adalah bukti usaha yang sudah dicapai setelah melakukan sesuatu.
Pengertian ini menegaskan bahwa prestasi merupakan hasil akhir setelah melakukan atau
mengerjakan suatu usaha.
Dari kedua pengertian di atas walaupun mempunyai susunan kata yang berbeda
tetapi mempunyai makna yang sama, dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil yang
telah dicapai setelah melakukan suatu usaha.
b. Prestasi Belajar
Sebelum mendefinisikan pengertian prestasi belajar terlebih dahulu akan didefinisikan pengertian belajar. Dalam pandangan konstruktivisme, belajar adalah
perubahan konsepsi (Sartono dalam http://pembelajaranguru.wordpress.com). Belajar
hanya akan terjadi apabila seseorang/siswa mengubah atau berkeinginan mengubah
pikirannya. Dalam perubahan konsepsi, siswa dipandang sebagai pemroses informasi dan
pemroses pengalaman, bukan sebagai tempat penampung pangalaman dan infomasi. Ini
xxviii
berarti, kemampuan siswa untuk belajar dan apa yang dipelajari siswa bergantung pada
konsepsi yang terdapat dalam pengalaman tersebut.
Menurut Bootzin, belajar adalah membangun (to construct) pengetahuan itu
sendiri, setelah dipahami, dicerna dan merupakan perbuatan dari dalam diri seseorang
(Conny Semiawan, 2008: 3). Sedangkan belajar menurut aliran Piaget adalah adaptasi
yang holistik dan bermakna yang datang dari dalam diri seseorang terhadap situasi baru,
sehingga mengalami perubahan yang relatif permanen (Conny Semiawan, 2008: 11).
Berbeda dari para behavioristik, Piaget percaya bahwa harus ada kesiapan (readiness) dan
kematangan (maturity) dari dalam diri seseorang sebelum perubahan tersebut terjadi.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
membangun pengetahuan secara holistik dan bermakna yang datang dari dalam diri
seseorang terhadap situasi baru. Seseorang yang harus membangun pengetahuannya
sendiri, dipahami dan dicerna sehingga akan mengalami perubahan pada diri seseorang
tersebut. Kesiapan dan kematangan sangat diperlukan sebelum perubahan itu benar-benar
terjadi. Keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi
belajar, tetapi juga bergantung pada pengetahuan awal siswa.
Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar tersebut di atas, prestasi belajar
merupakan hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar.
Sutratinah Tirtonagoro (2001: 43) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari
pengukuran serta penilaian usaha belajar. Secara spesifik Poerwadarminta (1997: 784)
mengatakan bahwa prestasi belajar adalah penguasan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tersebut atau
dengan nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan Slameto (1995: 23) mengemukakan
bahwa “prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan
xxix
dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun hal yang dapat mencerminkan hasil yang
sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dicapai oleh seseorang yang lazimnya
dinyatakan dalam bentuk nilai setelah mengalami kegiatan belajar. Nilai ini dapat
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf atau kalimat yang dapat mencerminkan
hasil yang telah dicapai seseorang.
c. Prestasi Belajar Matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 875) dinyatakan bahwa matematika
adalah ilmu menghitung dengan menggunakan bilangan-bilangan, hubungan antara
bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah
mengenai bilangan. Sedangkan menurut Russeffendi (1991: 260) mengatakan bahwa
“matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak
didefinisikan ke unsur yang di-definisikan, ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke
dalil”. Dalam matematika suatu dalil atau teorema dapat dibuktikan berdasarkan aksioma
dan sifat-sifat yang mendasarinya. Sehingga dalam belajar matematika persyaratan
tertentu harus dikuasai sebelum konsep selanjutnya dipelajari. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu mengenai bilangan dan ilmu tentang struktur
yang terorganisasi dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke
aksioma, sifat-sifat dan akhirnya ke dalil atau teorema.
Menurut Herman Hudoyo (1998: 6), bahwa seseorang dikatakan belajar
matematika bila dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang
mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, dimana
tingkah laku itu dapat diamati yang diperoleh dengan adanya usaha orang tersebut. Dari
pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa seseorang belajar jika pada diri orang tersebut
xxx
terjadi perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, seperti dari tidak tahu
matematika menjadi tahu matematika, dan mampu menerapkan dalam kehidupan seharihari.
Dari pengertian prestasi belajar dan pengertian matematika yang telah diuraikan di
atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil
pengusaan atau ketrampilan yang diperoleh seseorang (siswa) setelah proses belajar
matematika yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka ataupun huruf. Bentuk-bentuk
simbol, angka atau huruf mewakili suatu nilai yang diperoleh siswa dalam prestasi belajar
matematika. Nilai inilah yang membedakan antara siswa satu dengan yang lain dalam hal
prestasi belajar matematikanya.
2. Pendekatan Pembelajaran Matematika
a. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses pembelajaran, di dalamnya mewadahi, meng-insiprasi, menguatkan, dan
melatari
metode
pembelajaran
dengan
cakupan
teoretis
tertentu
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com). Dilihat dari pendekatannya, ter-dapat dua jenis
pendekatan pembelajaran, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Istilah pendekatan dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang
teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan (Dewi
Salma Prawiradilaga, 2008: 33). Uraian atau penjelasan me-nunjukkan bahwa suatu
pendekatan pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar
teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi dan sistem. Tentu saja
xxxi
semua mengacu pada bagaimana penyelenggaraan proses belajar dapat berjalan dengan
baik.
Menurut Muhibbin Syah (2005: 139), pendekatan pembelajaran adalah suatu cara
atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses
pembelajaran materi tertentu. Cara atau strategi dalam hal ini berupa seperangkat langkah
operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai
tujuan pembelajaran tertentu. Sedangkan Ismail (2003: 8) mengatakan bahwa pendekatan
pembelajaran merupakan suatu jalan, cara atau kebijakan yang ditempuh guru atau siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dari beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh guru atau siswa dalam
menunjang efektivitas pembelajaran dan untuk mencapai tujuan pembelajaran materi
tertentu. Pendekatan pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas proses
pembelajaran. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan
bertujuan yang tertata secara sistematis.
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) mengacu pada teori belajar konstruktivisme. Teori belajar
konstruktivisme merupakan teori belajar yang menyatakan bahwa siswa sendirilah yang
harus secara pribadi menemukan dan menerapkan informasi kompleks, membandingkan
informasi baru dengan aturan-aturan lama dan memperbaiki aturan itu apabila tidak
sesuai lagi. Menurut Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama bahwa
pengetahuan dibangun dalam pikiran seseorang melalui proses asimilasi dan akomodasi
sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru
dalam pikiran. Sedang-kan akomodasi diartikan sebagai proses mental yang meliputi
xxxii
pembentukan skemata baru yang cocok dengan rangsangan baru atau memodifikasi
skemata yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Paul Suparno: 1996: 61).
Menurut pandangan konstruktivis, masuknya informasi baru ke dalam skemata
melalui dua mekanisme yaitu asimilasi dan akomodasi. Pada proses asimilasi seseorang
menggunakan struktur kognitif dan kemampuan yang sudah ada untuk beradaptasi
dengan masalah atau informasi baru yang datang dari lingkungannya. Sedangkan proses
akomodasi merupakan proses pembentukan skemata baru atau memodifikasi struktur
yang ada supaya struktur kognitif tersebut dapat menyerap informasi baru yang sedang
dihadapi.
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk
diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksinya dan memberi makna melalui
pengalaman nyata.
Esensi dari teori belajar konstruktivisme adalah ide. Karena itu harus menemukan
dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain dan apabila
dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Menurut konstruktivisme,
pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima atau
transmisi pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Pengetahuan
tidak dapat dipindah begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Siswa harus aktif
secara mental membangun struktur pengetahuan-nya berdasarkan struktur kognitif yang
dimilikinya. Peranan guru dalam pembelajaran merupakan faktor penting untuk dapat
memobilisasi segala faktor lain sehingga terjadi proses pembelajaran intensif, dinamis
xxxiii
dan optimal, bukan hanya sebagai penyaji pengetahuan jadi dan direct instruction (I Ketut
Darma, 2007: 113).
Ada beberapa pendekatan pembelajaran yang mengacu pada teori belajar
konstrukstivisme. Salah satu ciri dari teori belajar ini adalah mengaktifkan siswa dalam
proses pembelajaran atau berpusat pada siswa. Siswa secara aktif membangun
pengetahuannya dan guru sebagai fasilitator siswa dalam membangun pengetahuan
tersebut. Menurut Erman Suherman dalam http://ermansuherman.wordpress.com ada
beberapa pendekatan pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme
diantaranya.
a. Pendekatan Cooperative Learning (CL)
Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang
penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab
bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan me-manfaatkan kenyatan itu, belajar
berkelompok secara kooperatif dapat melatih siswa dan membiasakannya untuk saling
berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu
dan berlatih beinteraksi, komunikasi, sosialisasi, karena kooperatif adalah miniatur dari
hidup ber-masyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi pendekatan pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan
cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok
kohesif (kompak partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa
heterogen (kemampuan, gender dan karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta
tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
b. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
xxxiv
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau
tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan
siswa. Sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar
muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif, nyaman dan
menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa
melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan
kemampuan sosialisasi.
c. Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freudenthal di
Belanda dengan pola guided reinvention dalam mengkonstruksi konsep-aturan melalui
proses mathematization, yaitu matematika horisontal (tools, fakta, konsep, prinsip,
algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik)
dan matematika vertikal (reorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio,
pengembangan matematika). RME dikenal di Indonesia sebagai pendekatan matematika
realistik atau sering disebut pendekatan realistik saja. Prinsip RME adalah aktivitas
(doing) konstruktivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukaninformal dalam konteks melalui refleksi, informal ke formal), intertwinment (keterkaitanintekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan
bimbingan (dari guru dalam penemuan).
Ada persamaan antara CTL dan RME yaitu mengaitkan proses pem-belajaran
dalam konteks kehidupan sehari-hari. Menghubungkan materi pelajaran dengan konteks
yang nyata sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya. Perbedaannya adalah
CTL benar-benar diawali dengan konteks yang nyata (real), sedangkan RME dibangun
dalam konsep yang realistik. Maksudnya adalah RME tidak harus selalu dikaitkan dengan
dunia nyata, apabila konsep yang diberikan sudah dapat ditangkap siswa dan dapat
xxxv
dihubungkan dengan situasi yang real maka siswa sudah dapat dikatakan membangun
pengetahuannya secara realistik.
d. Pendekatan Problem Based Learning (PBL)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Pendekatan pem-belajaran
ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana
kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa
dapat berpikir optimal.
Indikator pendekatan pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis),
interprestasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi,
dan inkuiri. Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin,
belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau
menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma).
b. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistik
Pendekatan matematika realistik atau sering disebut dengan pendekatan realistik
berasal dari Realistic Mathematics Education (RME) yang merupakan pendekatan
pembelajaran dalam pendidikan matematika. RME pertama kali diperkenalkan dan
dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini mengacu
pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan
realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat
dengan siswa dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Menurut Pam Chermansky
(2008: 22), ”when learning is creative and involves hands-on activities, students are apt
to remember the concepts longer and have positive feelings about the study of
mathematics”. Pam Chermansky berpendapat bahwa ketika belajar secara kreatif dan
xxxvi
melibatkan banyak aktivitas, siswa akan lebih mudah mengingat konsep dengan lebih
lama dan memiliki perasaan yang positif tentang belajar matematika. Matematika sebagai
aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali
ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Upaya ini dilakukan
melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan “realistik”. Menurut
Gravemeijer (1999: 111), ”context problems are defined as problems of which the
problem situation is experientially real to the student”, suatu persoalan didefinisikan
sebagai situasi masalah yang dialami secara nyata (realistik) oleh siswa. Realistik dalam
hal ini dimaksudkan bisa mengacu pada realitas, tetapi dapat pula pada sesuatu yang
dapat dibayangkan oleh siswa. Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh
prosedur-prosedur
pemecahan
informal,
sedangkan
proses
penemuan
kembali
menggunakan konsep matematisasi.
Ada dua jenis matematisasi yang diformulasikan oleh Treffers (1991: 106), yaitu
matematisasi
horisontal
dan
vertikal.
Matematisasi
horisontal
meliputi
pengidentifikasian, perumusan, penvisualisasi masalah dalam cara-cara yang berbeda, dan
pentransformasian masalah dunia real ke masalah matematik. Sedangkan matematisasi
vertikal meliputi representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan
penyesuaian pendekatan matematik, penggunaan pen-dekatan-pendekatan yang berbeda,
dan penggeneralisasian. Sebagai contoh matematisasi horisontal adalah bagaimana
seorang siswa dapat menggambarkan bentuk atap rumahnya, misalkan berbentuk persegi
panjang atau trapesium. Sedangkan matematisasi vertikal adalah bagaimana siswa dapat
menemukan rumus luas daerah persegi panjang atau luas layang-layang, tentunya harus
melalui matematisasi horisontal terlebih dahulu. Kedua jenis matematisasi ini perlu
mendapat perhatian yang seimbang, karena pada dasarnya kedua matematisasi ini
mempunyai nilai yang sama.
xxxvii
Matematika realistik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika sekolah
yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal
pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsepkonsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Pembelajaran matematika di
kelas berorientasi pada karakteristik-karakteristik pendekatan realistik, sehingga siswa
mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika atau
pengetahuan matematika formal. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan mengaplikasikan
konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam
bidang lain.
De lange dalam St. Suwarsono (2001: 4) mengemukakan bahwa terdapat lima
karakteristik dalam pendekatan realistik.
1. Menggunakan konsteks nyata (real context) untuk dieksplorasi.
2. Menggunakan instrumen-instrumen vertikal seperti model-model, skema-skema,
diagram-diagram atau simbol-simbol untuk menjadi jembatan antara level
pemahaman yang satu ke level pemahaman berikutnya.
3. Menggunakan proses yang konstruktif dalam pembelajaran, dimana siswa
mengkonstruksi sendiri proses penyelesaian soal atau masalah konstektual yang
dihadapi, yang menjadi awal dari proses matematisasi selanjutnya.
4. Terdapat interaksi yang terus menerus antara siswa satu dengan siswa yang lain,
interaksi antara siswa dengan guru mengenai proses konstruksi yang dilakukan
oleh masing-masing siswa.
5. Terdapat banyak keterkaitan (intertwining) diantara berbagai bagian dari materi
pelajaran. Jika dalam dalam pembelajaran kita mengabaikan dengan bidang yang
lain, maka akan berpengaruh pada proses pemecahan masalah.
Pendekatan realistik sebagai pendekatan baru dalam pembelajaran matematika
memberikan banyak harapan bagi dunia pendidikan matematika di Indonesia. Tidak
hanya di negara asalnya Belanda, RME mulai banyak diterapkan di negara-negara lain
termasuk pula negara di Asia timur. Bahkan tidak hanya diterapkan di tingkat sekolah
dasar, tetapi sudah mulai diterapkan di sekolah menengah dan pendidikan tinggi. Oh Nam
Kwon dari Ewha Womans University Korea dalam penelitiannya yang berjudul
”conceptualizing the realistic mathematics education approach in the teaching and
xxxviii
learning of ordinary differential equations” mengatakan bahwa desain RME dapat
berhasil di tingkat universitas untuk mata kuliah persamaan diferensial, yang tentu saja
desain RME disesuaikan dengan tingkat universitas (Oh Nam Kwon, 2008: 443). Dari
penelitian ini, ternyata RME dapat pula diterapkan di tingkat universitas dan tidak hanya
diterapkan pada tingkat sekolah dasar atau sekolah menengah.
Harapan terhadap pendekatan realistik muncul antara lain karena adanya ciriciri/karakteristik dari pendekatan realistik yang sangat atraktif dan memiliki beberapa
keunggulan. St. Suwarsono (2001: 5) mengemukakan beberapa ke-unggulan pendekatan
realistik diantaranya.
1. Pendekatan realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada
siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari.
2. Pendekatan realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada
siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan
dikembangkan sendiri oleh siswa.
3. Pendekatan realistik memberikan keleluasaan bagi siswa mengenai cara
penyelesaian soal yang tidak harus tunggal dan menghargai perbedaan jawaban
antara siswa satu dengan siswa yang lain.
4. Pendekatan realistik menekankan pada proses pembelajaran bukan pada hasil.
Sehingga proses pembelajaran menjadi sesuatu yang utama dan siswa berusaha
menemukan sendiri konsep-konsep dalam matematika dengan bantuan pihak lain
yang lebih tahu atau guru.
5. Pendekatan realistik memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai pendekatan
pembelajaran lain seperti pemecahan masalah, pembelajaran kooperatif, diskusi
dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan. Sehingga dengan
pemaduan kelebihan dari berbagai pendekatan pembelajaran ini, keunggulan
pendekatan realistik menjadi semakin tampak.
6. Proses pembelajaran topik-topik matematika dikerjakan secara me-nyeluruh,
mendetail dan operasional, sejak dari pengembangan silabus sampai
pengembangan didaktik di dalam kelas.
Dilihat dari kelebihan-kelebihan yang ada pada pendekatan realistik, tentunya banyak
pihak sependapat bahwa pendekatan realistik sangat baik untuk diimplementasikan di
dalam kelas, termasuk sekolah-sekolah di Indonesia.
c. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Mekanistik
xxxix
Ada dua jenis matematisasi yang diformulasikan oleh Treffers seperti dikemukakan
di depan, yaitu matematisasi horisontal dan matematisasi vertikal. Dalam matematisasi
horisontal, siswa belajar matematika dari soal-soal kontekstual, mencoba menguraikan
dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri, kemudian menyelesaikan soal tersebut.
Dalam proses ini setiap siswa dapat menggunakan cara mereka sendiri yang mungkin
berbeda dengan siswa lain. Dalam matematisasi vertikal, siswa mulai dari soal-soal
kontekstual, tetapi dalam jangka panjang siswa dapat menyusun prosedur tertentu yang
dapat digunakan untuk menyesaikan soal sejenis secara langsung, tanpa bantuan konteks.
Matematisasi horisontal bergerak dari dunia nyata ke dunia simbol, sedangkan
matematisasi vertikal diarahkan pada pengembangan pengetahuan dan ketrampilan dalam
dunia simbol.
Berdasarkan matematisasi horisontal dan vertikal, suatu pendekatan pembelajaran
matematika dapat dibedakan berdasarkan hadir atau tidaknya komponen matematisasi
horisontal dan vertikal. Yansen Marpaung (2003: 6 – 9), mengemukakan bahwa
berdasarkan hadir atau tidaknya komponen matematisasi horisontal dan vertikal,
pendekatan pembelajaran matematika dikelompokkan dalam empat macam pendekatan
pembelajaran yaitu.
1. Pendekatan mekanistik, yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada hafalan
pengetahuan. Pendekatan ini tidak memberi perhatian pada proses tetapi pada produk,
sehingga siswa cenderung menghafal pengetahuan dan rumus tanpa mengerti
bagaimana rumus itu diperoleh dan mengapa rumus itu dapat dipakai untuk
memperoleh solusi suatu masalah. Pada pendekatan mekanistik, matematisasi
horisontal dan vertikal tidak diperhatikan.
2. Pendekatan empiristik, yaitu pendekatan yang memberi siswa kesempatan melakukan
perhitungan dengan menggunakan benda konkret seperti lidi atau biji-bijian atau
membuat diagram atau skema. Siswa diberi soal cerita dan dilatih mengubahnya
menjadi suatu soal matematis dan siswa mengerjakan secara empiris. Pada pendekatan
ini matematisasi horisontal dominan diguna-kan, sedangkan matematisasi vertikal
kurang diperhatikan.
3. Pendekatan strukturalistik, yaitu pendekatan yang dimulai dengan mengenal-kan
keteraturan dan membuat struktur. Siswa tidak diberi ruang untuk mulai dengan
pendekatan informal dan umumnya pembelajaran dirancang sedemiki-an rupa
sehingga siswa segera mungkin menggunakan struktur. Pada pendekat-an ini
xl
matematisasi vertikal dominan digunakan, tetapi matematisasi horisontal tidak
diperhatikan.
4. Pendekatan realistik, yaitu pendekatan yang dimulai dengan memberikan kepada
siswa masalah kontekstual atau realistik (masalah dari dunia nyata siswa atau yang
dialami siswa atau dapat dibayangkan siswa) yang disajikan dalam bentuk soal cerita
atau gambar atau dalam bahasa matematika. Siswa diberi kebebasan untuk
menemukan cara tersendiri dalam menyesaikan soal. Pada pendekatan ini siswa
dibimbing mengkonstruksi (menemukan) atau merekonstruksi (menemukan kembali)
pengetahuan matematika. Pada pendekatan ini matematisasi horisontal dan vertikal
diperhatikan dan diterapkan.
Berdasarkan paparan di atas tampak bahwa pendekatan mekanistik kurang
memperhatikan matematisasi horisontal dan vertikal. Dewasa ini pendekatan mekanistik
dipandang memiliki kelemahan dan seringkali diidentikkan dengan pendekatan
tradisional. Pendekatan mekanistik, merupakan pendekatan tradisional dan didasarkan
pada apa yang diketahui dari pengalaman sendiri (diawali dari yang sederhana ke yang
lebih kompleks), melalui pendekatan ini manusia dianggap sebagai mesin (Karwono
dalam http://karwono.wordpress.com). Pen-dekatan mekanistik lebih menekankan pada
drill, guru mengajar secara klasikal (siswa tidak dikelompokkan) dengan menggunakan
metode ekspositori (ceramah dan drill).
Pendekatan
mekanistik
cenderung
membuat
siswa
pasif
dalam
proses
pembelajaran, pendekatan ini lebih berpusat pada guru. Pasif yang dimaksud di-sini
adalah siswa cenderung menerima informasi dari guru dalam bentuk jadi, tanpa aktif
membangun informasi atau pengetahuan tersebut. Proses pembelajaran menggambarkan
suatu kegiatan guru aktif mentransfer informasi dan memberikan tugas, sedangkan
kegiatan siswa menyimak dan mengerjakan tugas yang diberikan guru. Dalam kegiatan
belajar siswa cenderung menghafal materi atau rumus-rumus matematika, sehingga
pembelajaran siswa kurang bermakna.
Pentatito Gunowibowo (2008: 27), pembelajaran matematika dengan pen-dekatan
mekanistik memiliki ciri-ciri.
xli
1. Pembelajaran merupakan presentasi (ceramah) dan latihan (drill), aturan atau
algoritma matematika aktivitasnya didominasi oleh guru serta tidak ada per-hatian
pada refleksi.
2. Pembelajaran tidak menunjukkan adanya proses yang menghubungkan antara aktifitas
siswa, terbatas pada konteks informal dengan aritmatika formal.
3. Pembelajaran berlangsung individual tidak ada kerja kelompok dan tidak ada interaksi
antar siswa.
4. Bila soal cerita dihadapkan sebagai aplikasi maka soal cerita tersebut me-rupakan soal
cerita penjumlahan murni biasa, tidak ada reproduksi bebas, tidak ada soal konflik,
dan tidak ada soal dimana siswa harus menyediakan informasi sendiri.
5. Dalam pembelajaran, guru tidak mengaitkan antara materi ajar dengan ke-hidupan
siswa, jadi tidak menggunakan bantuan alat peraga, model atau simbol yang sesuai.
3. Minat Siswa Pada Pelajaran Matematika
a. Pengertian Minat Siswa Pada Pelajaran Matematika
Selain faktor eksternal seperti pendekatan pembelajaran dapat mem-pengaruhi
prestasi belajar, faktor internal dapat pula mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor
internal terdiri dari faktor kognitif dan faktor nonkognitif siswa. Keberhasilan belajar
sangat ditentukan oleh kemampuan kognitif tetapi juga faktor nonkognitif (antara lain
motivasi, kreativitas, minat), bahkan faktor nonkognitif ikut mempengaruhi kinerja serta
lingkungan, maupun perkembangan dirinya sendiri (Conny Semiawan, 2008: 12). Salah
satu faktor nonkognitif yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah minat
siswa pada suatu pelajaran.
Minat (interest) adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin Syah, 2005: 136). Menurut Hilgar dalam Yohanes
Agung Prayoga (http://nagasakti.mervpolis.com), minat adalah suatu proses yang tetap
untuk memperhatikan dan menfokuskan diri pada sesuatu yang diminatinya dengan
perasaan
senang
dan
rasa
puas.
Sedangkan
Natawijaya
dalam
Qym
(http://qym7882.blogspot.com), mendefinisikan minat sebagai suatu pemusatan perhatian
secara tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan,
dan kesenangan. Dari uraian di atas dapat diperoleh unsur-unsur minat diantaranya
keinginan, kesenangan, perhatian, kemauan dan kepuasan.
xlii
Sedangkan pengertian matematika seperti telah dikemukakan di depan adalah ilmu
mengenai bilangan dan ilmu tentang struktur yang terorganisasi dari unsur yang tidak
didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma, sifat-sifat dan akhirnya ke dalil
atau teorema. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu
konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya.
Sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.
Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep matematika dapat diawali secara
induktif melalui peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan
untuk mempelajari konsep matematika. Proses pembelajaran matematika di sekolah inilah
yang dinamakan dengan pelajaran matematika.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat siswa pada pelajaran
matematika adalah kecenderungan yang tinggi atau keinginan yang besar dari seorang
siswa terhadap pelajaran matematika serta menfokuskannya pada pelajaran tersebut
dengan perasaan senang.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat
Menurut Moh Uzer Usman (2005: 22), kondisi belajar mengajar yang efektif
adalah adanya minat siswa pada mata pelajaran dan perhatian siswa dalam belajar. Minat
merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang, minat ini besar sekali
pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang memungkinkan melakukan
sesuatu yang diminatinya khususnya jika mempunyai minat pada suatu mata pelajaran.
Minat dapat berupa respon sangat menyukai terhadap sesuatu sampai ke-pada
tidak suka terhadap sesuatu. Minat dapat mempermudah belajar apabila seseorang
mempunyai minat yang besar terhadap suatu pelajaran tertentu sehingga akan
bersemangat dalam belajarnya. Sebaliknya jika seorang siswa mempunyai minat rendah
terhadap suatu pelajaran maka akan menyulitkan dirinya dalam mempelajari pelajaran
xliii
tersebut. Demikian pula halnya dalam pelajaran matematika, jika siswa mempunyai minat
yang tinggi pada matematika kemungkinan akan mempermudah belajarnya dalam
pelajaran matematika. Sebaliknya jika siswa mempunyai minat yang rendah pada
matematika akan menyulitkan dirinya dalam belajar matematika.
Minat dalam perkembangannya dipengaruhi adanya kemauan seseorang untuk
menyesuaikan diri dan orang yang memiliki kemampuan penyesuaian diri memiliki minat
yang stabil. Perkembangan minat juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan keturunan
(Endang Purwaningsih, 2004: 66). Faktor lingkungan terutama berkaitan dengan
lingkungan keluarga dan keadaan alam sekitar, sedangkan faktor keturunan berhubungan
dengan keadaan fisik, biasanya berkaitan dengan kondisi jasmani seseorang. Dengan kata
lain minat dalam perkembangannya dipengaruhi oleh faktor dari diri sendiri dalam
kaitannya dengan lingkungan dan keturunan, dimana mereka berinteraksi dengan
masyarakat.
Proses perubahan minat secara umum terjadi sepanjang kehidupan manusia.
Perubahan-perubahan minat dalam proses tersebut disebabkan oleh perubahan
kemampuan intektual, pola kehidupan, perubahan tugas, tanggung jawab dan perubahan
status. Sebagai contoh perubahan kemampuan intelektual pada seseorang seringkali
memunculkan perubahan minat. Seseorang yang jarang berlatih menyelesaikan soal-soal
matematika kemungkinan memiliki minat yang rendah pada pelajaran matematika, karena
beranggapan soal-soal matematika sulit untuk diselesaikan. Tetapi dengan seiring
berjalannya waktu, apabila sering berlatih menyelesaikan soal-soal matematika
kemungkinan semakin mudah dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Sehingga
minat terhadap pelajaran matematika akan semakin tinggi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mem-pengaruhi
minat adalah.
xliv
1. Faktor intelektual
Faktor intelektual merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berminat
tidaknya seseorang untuk mempelajari suatu pengetahuan.
2. Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu berhubungan
dengan psikis. Faktor ini dapat mempengaruhi minat individu dimana setiap individu
memiliki psikis yang berbeda-beda.
3. Faktor sosiologis
Faktor sosiologis adalah faktor yang timbul dari luar diri individu yang terdiri dari
lingkungan hidup dan lingkungan tak hidup. Contohnya jika lingkungan sekitar
mengatakan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, maka kemungkinan
individu tersebut dapat terpengaruh sehingga menyimpulkan pula bahwa matematika
merupakan pelajaran yang sulit.
4. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis berhubungan dengan kondisi jasmani seseorang. Apabila kondisi
jasmani seseorang terganggu maka akan menyebabkan terganggunya kegiatan orang
tersebut.
c. Perwujudan Minat Siswa Pada Pelajaran Matematika
Minat dianggap ikut mempengaruhi terhadap pencapaian prestasi belajar siswa.
Menurut Muhibbin Syah (2005: 136), minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang
selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidangbidang studi tertentu. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan menuju ke
sesuatu yang telah menarik minatnya. Minat merupakan sumber motivasi yang
mendorong seseorang untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Misalkan seorang
siswa yang menaruh minat besar pada pelajaran matematika, siswa tersebut akan
xlv
memusatkan perhatian lebih banyak pada pelajaran matematika daripada pelajaran
lainnya. Kemudian, karena pe-musatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah
yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi
yang diinginkan.
Menurut Soesilowindradini dalam Qym (http://qym7882.blogspot.com), “suatu
kegiatan yang dilakukan tidak sesuai minat akan menghasilkan prestasi yang kurang
menyenangkan”. Dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat seseorang akan
mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan motivasi.
Purnama dalam Qym (http://qym7882.blogspot.com), menjabarkan karakteristik individu
yang memiliki minat tinggi terhadap sesuatu yaitu: adanya perhatian yang besar, memiliki
harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai kebanggaan, kesediaan
untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positif.
Dalam pelajaran matematika karakteristik siswa yang memiliki minat pada
pelajaran matematika dapat diukur melalui aspek-aspek: 1) mengetahui manfaat
pelajaran, 2) mempunyai minat terhadap pelajaran matematika, 3) keberhasilan dalam
pelajaran matematika, 4) sikap siswa selama proses pembelajaran, 5) tugas yang
diberikan guru, 6) kesulitan mempelajari materi matematika, dan 7) kreativitas belajar
matematikanya. Sedangkan perwujudan minat siswa pada pelajaran matematika dapat
dilihat melalui ciri-ciri.
1. Senang dengan pelajaran matematika.
2. Mengetahui manfaat pelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari.
3. Merasa yakin dapat mengerjakan soal-soal matematika dengan benar.
4. Mempunyai kreativitas belajar matematika.
5. Sikap siswa selama proses pembelajaran matematika.
6. Keberhasilan dalam pelajaran matematika.
xlvi
7. Mempunyai perhatian yang lebih terhadap pelajaran matematika.
d. Pengukuran Minat Siswa Pada Pelajaran Matematika
Minat tidak dibawa dari sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian, hal ini berarti
minat seseorang dapat dipelajari dan diupayakan. Besar kecilnya minat seseorang
terhadap suatu objek tertentu dapat ditimbulkan sesuai dengan dorongan dari dalam
dirinya. Menurut Nursalam dalam http://nursalam.word-press.com, minat seseorang dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu.
1. Minat rendah
Jika seseorang tidak menginginkan objek minat.
2. Minat sedang
Jika seseorang menginginkan objek minat tetapi tidak dalam waktu segera.
3. Minat tinggi
Jika seseorang sangat menginginkan objek minat dalam waktu segera.
Siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika tidak menginginkan
adanya pelajaran matematika. Siswa merasa takut atau gugup ketika mengikuti pelajaran
matematika. Sedangkan siswa yang memiliki minat sedang pada matematika
menginginkan pelajaran matematika tetapi tidak dalam waktu segera. Biasanya siswa
merasa belum siap ketika mengikuti pelajaran matematika. Berbeda dengan siswa yang
memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika, disini siswa menginginkan segera
mengikuti pelajaran matematika. Siswa merasa senang dengan pelajaran matematika dan
siswa selalu siap ketika akan mengikuti pelajaran ini.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur minat siswa pada
pelajaran matematika. Metode tersebut diantaranya: 1) metode observasi, 2) metode
kuesioner (angket), 3) metode interview. Pengukuran minat dengan metode observasi
dapat dilakukan dengan mengamati minat siswa dalam keadaan nyata, yang langsung
xlvii
ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi. Pencatatan hasil observasi dapat dilakukan
selama observasi berlangsung. Pada metode kuesioner (angket) peneliti dapat
memberikan suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau
dikerjakan oleh siswa yang terkait dengan minat siswa pada pelajaran matematika.
Dengan metode ini peneliti dapat melakukan penyelidikan terhadap beberapa objek
penelitian (siswa) sekaligus. Sedangkan metode interview dapat dilakukan untuk
mengukur minat siswa pada pelajaran matematika dengan cara memperoleh informasi
secara langsung dari siswa. Metode interview sering dikenal dengan metode wawancara.
Pelaksanaan interview biasanya dilakukan dalam situasi formal sehingga percakapan
dapat berlangsung dengan baik. Pada penelitian ini minat siswa pada pelajaran
matematika diukur dengan menggunakan metode angket.
B.
Penelitian Yang Relevan
I Ketut Darma (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh pendekatan
pembelajaran konstruktivisme terhadap prestasi belajar matematika terapan pada
mahasiswa politeknik negeri bali ditinjau dari motivasi berprestasi”. Hasil penelitian ini
menunjukkan ada perbedaan rata-rata prestasi belajar matematika antara mahasiswa yang
diajar
dengan
menggunakan
pendekatan
pembelajaran
konstruktivisme
dengan
mahasiswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konvensional. Prestasi belajar
matematika mahasiswa yang memiliki motivasi prestasi tinggi dalam pembelajaran
konstruktivisme lebih baik daripada mahasiswa yang memiliki motivasi prestasi rendah.
Sedangkan pada mahasiswa yang memiliki motivasi prestasi rendah, prestasi belajarnya
lebih baik diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional daripada
pendekatan pembelajaran konstruktivisme.
Kesamaan penelitian ini dengan penelitian I Ketut Darma adalah sama-sama
menggunakan
pendekatan
pembelajaran
xlviii
yang
mengacu
pada
teori
belajar
konstruktivisme. Sedangkan perbedaannya adalah jika penelitian I Ketut Darma
menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme secara umum, sedangkan
penelitian ini menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik. Perbedaan
yang lain adalah penelitian I Ketut Darma ditinjau dari motivasi ber-prestasi, sedangkan
penelitian ini ditinjau dari minat siswa pada matematika.
Sri
Wulandari
Danoebroto
(2008)
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
“Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah melalui pendekatan PMRI dan pelatihan
metakognitif”, hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa memecahkan
masalah yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI dan
pelatihan metakognitif lebih unggul dibandingkan dengan pendekatan konvensional.
Kesamaan penelitian ini dengan penelitian Sri Wulandari Danoebroto adalah sama-sama
menggunakan pendekatan pembelajaran PMRI (RME atau realistik). Sedangkan
perbedaannya adalah penelitian Sri Wuladari Danoebroto penggunaan pendekatan PMRI
digabung dengan pelatihan metakognitif, sedangkan penelitian ini menggunakan
pendekatan pembelajaran matematika realistik tanpa pelatihan metakognitif.
Sahat Saragih (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh pendekatan
matematika realistik terhadap kemampuan berfikir logis siswa Sekolah Menengah
Pertama”, hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang pembelajarannya dengan
PMR secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemamampuan berfikir logis
daripada pembelajaran matematika biasa. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian
Sahat Saragih adalah sama-sama menggunakan pendekatan pembelajaran PMR
(realistik). Sedangkan perbedaannya adalah penelitian Sahat Saragih ditinjau dari
kemampuan awal matematika siswa, sedangkan penelitian ini ditinjau dari minat siswa
pada matematika.
xlix
Yenni B. Widjaja, André Heck (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “How a
realistic mathematics education approach and microcomputer based laboratory worked
in lessons on graphing at an Indonesian junior high school”, hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelas percobaan yang menggunakan pendekatan RME mempunyai
kemajuan yang luar biasa dalam penampilan mereka pada aplikasi kinematika (waktu,
jarak dan kecepatan). Hal ini dapat disebabkan karena terdapat kesesuaian antara materi
pelajaran dengan pendekatan pembelajaran yang dipilih. Kesamaan penelitian ini dengan
penelitian Yenni B. Widjaja dan André Heck adalah sama-sama menggunakan
pendekatan pem-belajaran RME atau pendekatan realistik. Sedangkan perbedaannya
adalah penelitian Yenni B. Widjaja dan André Heck menggunaan penelitian kualitatif,
sedangkan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif.
Robert K. Sembiring, Sutarto Hadi & Maarten Dolk (2008) dalam penelitiannya
yang berjudul “Reforming mathematics learning in Indonesian classroom through RME”,
hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dan guru memberikan apresiasi
yang positif pada proses pembelajaran dengan menggunakan RME, yaitu para siswa dan
guru yang melaksanakan pembelajaran RME. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian
Robert K. Sembiring, Sutarto Hadi & Maarten Dolk adalah sama-sama menggunakan
pendekatan pembelajaran RME atau pendekatan realistik. Sedangkan perbedaannya
adalah penelitian Robert K. Sembiring, Sutarto Hadi & Maarten Dolk merupakan
penelitian kualitatif sedangkan penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.
C. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dengan siswa baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Agar proses pembelajaran berlangsung menarik, maka
guru harus pandai memilih strategi atau pendekatan pembelajaran yang sesuai. Tetapi
dalam kenyataannya guru tidaklah mudah mendesain strategi atau pendekatan
l
pembelajaran yang membuat siswa aktif, kreatif dan inovatif (berpusat pada siswa). Guru
seringkali hanya menerapkan pendekatan pembelajar-an yang pusat pada guru, guru
sangat aktif sedangkan siswa cenderung pasif. Pendekatan pembelajaran ini biasanya
dilakukan dengan metode ceramah, sedikit tanya jawab dan latihan atau pendekatan
pembelajaran mekanistik. Demikian pula halnya pada mata pelajaran matematika, guru
seringkali hanya menerapkan pendekatan pembelajaran mekanistik untuk tatap muka di
kelas. Ciri umum pendekatan pembelajaran mekanistik adalah dimulai dengan
penyampaian materi oleh guru (pengajaran langkah demi langkah), kemudian diberikan
contoh-contoh latihan soal dan diakhiri dengan pemberian latihan-latihan soal atau latihan
soal untuk dikerjakan di rumah.
Pendekatan pembelajaran mekanistik cenderung membuat siswa pasif dan kurang
kreatif selama proses pembelajaran. Kemampuan siswa kurang tergali dengan pendekatan
pembelajaran ini. Guru lebih mendominasi proses pembelajar-an di kelas, sehingga
pembelajaran lebih berpusat pada guru. Pada akhirnya siswa hanya mengikuti semua
kemauan atau intruksi gurunya di kelas tanpa menelaah-nya terlebih dulu.
Oleh karena itu, diperlukan solusi suatu pendekatan pembelajaran matematika yang
dapat membuat siswa aktif, kreatif dan berani mengambil keputusan atau kesimpulan.
Pendekatan pembelajaran yang mengedepankan aktifitas siswa dan berpusat pada siswa,
bukan berpusat pada guru. Salah satunya adalah pendekatan matematika realistik, suatu
pendekatan pembelajaran matematika yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme.
Pendekatan realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan bahwa
siswalah yang mengkonstruksi atau membangun pengetahuannya sendiri. Teori belajar
konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik sebagai kunci dalam
pembelajaran. Pengetahuan tidak dapat begitu saja ditransfer dari seorang guru ke siswa,
tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh siswa. Keaktifan siswa yang diwujudkan
li
dengan rasa ingin tahunya sangat berperan dalam mengembangkan pengetahuannya.
Dalam situasi ini guru mengfungsikan dirinya sebagai fasilator, mediator dan motivator
untuk membantu siswa mengkonstruksi pengetahuannya dan terlibat bersama-sama siswa
dalam proses pembelajaran. Sehingga diharapkan dengan penerapan pendekatan realistik
dapat meningkatkan prestasi belajar matematika daripada pendekatan mekanistik.
Keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran ditentukan pula oleh faktor internal
dalam diri siswa terutama faktor nonkognitif, salah satunya adalah minat siswa pada
pelajaran matematika. Semakin tinggi minat siswa, akan semakin tinggi pula rasa percaya
diri siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan tidak banyak memikirkan kegagalan.
Hal ini disebabkan siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika
mempunyai motivasi belajar yang tinggi dengan pelajaran yang diminatinya. Kemampuan
mereka dalam mengingat atau me-nyelesaikan soal-soal matematika lebih terasah
daripada siswa yang memiliki minat sedang dan rendah. Sehingga dalam menerima
materi pelajaran akan mudah diterima pada siswa yang memiliki minat tinggi. Dengan
demikian, minat sangat menentukan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran
matematika, baik dalam pendekatan realistik maupun pendekatan mekanistik. Sehingga
siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika akan memperoleh prestasi
belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang dan
rendah. Demikian pula siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika
akan memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik dari-pada siswa yang
memiliki minat rendah.
Pada pendekatan realistik, siswa-siswa yang memiliki minat tinggi mampu
beradaptasi dan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
minat sedang atau rendah, demikian pula halnya pada pendekatan mekanistik. Hal ini
disebabkan siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai kemampuan mengingat dan
lii
menyelesaikan soal-soal matematika yang lebih baik, karena mereka mempunyai
semangat belajar yang tinggi dalam pelajaran yang diminatinya. Sehingga dalam berbagai
pendekatan pembelajaran baik itu pen-dekatan realistik ataupun pendekatan mekanistik,
siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada siswa yang mempunyai minat sedang atau rendah. Demikian halnya pada siswa
yang memiliki minat sedang akan memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih
baik daripada siswa yang memiliki minat rendah.
Jika ditinjau dari minat siswa pada pelajaran matematika, pada siswa yang
memiliki minat tinggi, tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa
yang diajar dengan pendekatan realistik maupun pendekatan mekanistik. Hal ini
disebabkan pada siswa yang memiliki minat tinggi mereka dapat beradaptasi pada
pendekatan realistik dan juga mampu beradaptasi dengan pendekatan mekanistik. Siswa
yang memiliki minat tinggi tidak mengalami ke-sulitan dalam belajarnya walaupun
mereka diajar dengan pendekatan mekanistik. Sehingga kemungkinan mereka
mempunyai prestasi belajar matematika yang sama antara pendekatan mekanistik dan
realistik.
Pada siswa yang memiliki minat sedang, mereka mempunyai prestasi belajar
matematika yang lebih baik pada pendekatan realistik daripada pendekatan mekanistik.
Hal ini disebabkan pada pendekatan realistik siswa-siswa yang memiliki minat sedang
dapat mengembangkan kemampuan mereka disebabkan ciri pendekatan realistik yang
membuat siswa aktif. Ini sangat berbeda ketika mereka diajar dengan menggunakan
pendekatan mekanistik, yang membuat mereka pasif dan kurang dapat mengembangkan
kemampuan yang mereka miliki.
Sedangkan pada siswa yang memiliki minat rendah, kemungkinan mereka
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik pada pendekatan realistik
liii
daripada pendekatan mekanistik Hal ini dimungkinkan pada pendekatan realistik dapat
menumbuhkan minat siswa agar lebih berminat lagi pada matematika.
Selama ini
pendekatan pembelajaran mekanistik membuat siswa bosan dan tertekan dalam belajar
matematika, sehingga siswa menjadi tidak berminat pada matematika dan akhirnya siswa
malas dalam belajar matematika. Hal ini sangat berbeda pada pendekatan realistik yang
memberi kebebasan kepada siswa untuk menyelesaikan soal-soal matematika dengan cara
mereka sendiri, siswa diberi kebebasan untuk menyelesaikan soal-soal matematika
dengan inisiatif dan langkah mereka sendiri. Sehingga pendekatan realistik dapat
menumbuhkan minat yang rendah pada matematika agar lebih menyukai pelajaran
matematika.
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut.
1. Prestasi belajar matematika siswa yang mendapat pembelajaran pendekatan realistik
lebih baik daripada yang mendapat pendekatan mekanistik.
2. Prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat tinggi lebih baik daripada
siswa yang memiliki minat sedang dan rendah, dan prestasi belajar matematika pada
siswa yang memiliki minat sedang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat
rendah.
3. Pada pendekatan realistik, siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai prestasi
belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang dan
rendah, dan siswa yang memiliki minat sedang mempunyai prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah.
4. Pada pendekatan mekanistik, siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai prestasi
belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang dan
liv
rendah, dan siswa yang memiliki minat sedang mempunyai prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah.
5. Pada siswa yang memiliki minat tinggi, pendekatan realistik tidak memberikan
prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik (tidak ada
perbedaan prestasi belajar).
6. Pada siswa yang memiliki minat sedang, pendekatan realistik memberikan prestasi
belajar matematika yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik.
7. Pada siswa yang memiliki minat rendah, pendekatan realistik memberikan prestasi
belajar matematika yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik.
lv
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kelas V Sekolah Dasar se kecamatan
Kutowinangun kabupaten Kebumen. Tempat penelitian ini adalah SD Negeri 1
Pekunden, SD Negeri 2 Karangsari, SD Negeri Mrinen, SD Negeri Tanjungsari, SD
Negeri 1 Triwarno dan SD Negeri 2 Babadsari. Sedangkan uji coba instrumen
dilaksanakan di SD Negeri 1 Jlegiwinangun, SD Negeri 2 Kutowinangun dan SD Negeri
Kaliputih.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dibagi dalam tiga tahap yaitu:
a. Tahap Persiapan
1. Bulan Juni 2009
: pengajuan judul tesis
2. Bulan Juli 2009
: pengajuan proposal tesis
3. Bulan Agustus 2009
: pengajuan instrumen penelitian
b. Tahap Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2009.
c. Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan
1. Bulan Januari 2010
: pengolahan data
2. Bulan Februari-Maret 2010
: penyusunan laporan
B. Metode Penelitian
lvi
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (quasi experimental) karena
penelitian ini tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang relevan
kecuali beberapa variabel yang diteliti. Budiyono (2003: 82) mengatakan bahwa, tujuan
penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan
perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya
dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasikan
semua variabel yang relevan. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pendekatan
mekanistik sebagai kelas kontrol dan pendekatan realistik sebagai kelas eksperimen.
Kedua kelas diasumsikan sama dalam semua segi dan hanya berbeda dalam pemberian
pendekatan pembelajaran. Variabel bebas lain yang ikut mempengaruhi variabel terikat
adalah minat siswa pada pelajaran matematika.
Sebelum memulai perlakuan, terlebih dahulu dilakukan uji keseimbangan dengan
menggunakan uji t. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan
kelas kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak. Data yang digunakan untuk menguji
keseimbangan adalah nilai ujian sekolah (UAS) kelas IV Sekolah Dasar tahun ajaran
2008/2009 untuk mata pelajaran matematika pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Pada akhir eksperimen, kedua kelas tersebut diukur dengan menggunakan alat ukur yang
sama, yaitu soal-soal tes prestasi belajar matematika pada materi luas bangun datar
semester 1 kelas V SD.
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Penelitian
lvii
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD se kecamatan
Kutowinangun kabupaten Kebumen tahun ajaran 2009/2010. Populasi berjumlah 36 SD
yang terdiri dari 32 SD negeri dan 4 Madrasah Ibtidaiyah (MI).
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah sebagian siswa kelas V SD di kecamatan
Kutowinangun. Sampel penelitian terdiri dari 6 SD dimana 3 SD sebagai kelas
eksperimen dan 3 SD sebagai kelas kontrol. Tiap SD diambil masing-masing 1 kelas
untuk dijadikan sampel penelitian.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan stratified cluster random
sampling
yaitu
dengan
cara
memandang
peringkat
dalam
populasi
dan
mengelompokkannya dalam beberapa kelompok. Dalam hal ini sekolah akan diurutkan
dari peringkat tertinggi sampai dengan peringkat terendah, kemudian dikelompokkan
dalam satuan kelompok dan selanjutnya tiap sekolah diacak dengan undian. Sekolah akan
dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan peringkat sekolah dasar di kecamatan
Kutowinangun. Peringkat ini berdasarkan pada hasil UASBN tingkat SD tahun pelajaran
2008/2009 di kecamatan Kutowinangun. Kelompok pertama, SD dengan peringkat 1
sampai 12, kelompok kedua, SD dengan peringkat 13 sampai 24 dan kelompok ketiga,
SD dengan peringkat 25 sampai 36. Kemudian dari tiap kelompok diambil secara acak
masing-masing 1 sekolah untuk kelas eksperimen dan 1 sekolah untuk kelas kontrol. Dari
peringkat 1 sampai 12 terpilih SD Negeri 1 Pekunden untuk kelas eksperimen dan SD
Negeri Tanjungsari untuk kelas kontrol. Peringkat 13 sampai 24 terpilih SD Negeri 2
Karangsari sebagai kelas eksperimen dan SD Negeri 1 Triwarno sebagai kelas kontrol.
Peringkat 25 sampai 36 terpilih SD Negeri Mrinen sebagai kelas eksperimen dan SD
Negeri 2 Babadsari sebagai kelas kontrol.
lviii
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel Terikat
1)
Prestasi Belajar Matematika
a) Definisi Operasional: prestasi belajar matematika adalah hasil pengusaan
atau ketrampilan yang diperoleh seseorang (siswa) setelah proses belajar
matematika yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka ataupun huruf.
b) Skala Pengukuran: skala interval.
c) Indikator: nilai tes prestasi belajar matematika siswa pada materi luas
bangun datar.
d) Simbol: AB
b. Variabel Bebas
1)
Pendekatan Pembelajaran
a) Definisi Operasional: pendekatan pembelajaran adalah suatu cara atau jalan
yang ditempuh guru atau siswa dalam menunjang efektivitas pembelajaran
dan untuk mencapai tujuan pembelajaran materi tertentu.
b) Skala Pengukuran: skala nominal.
c) Indikator: perlakuan terhadap kelas eksperimen menggunakan pendekatan
realistik dan kelas kontrol dengan menggunakan pendekatan mekanistik.
d) Simbol: A.
2)
Minat Siswa pada Pelajaran Matematika
a) Definisi Operasional: minat siswa pada pelajaran matematika adalah
kecenderungan yang tinggi atau keinginan yang besar dari seorang siswa
lix
terhadap pelajaran matematika serta menfokuskannya pada pelajaran
tersebut dengan perasaan senang.
b) Skala Pengukuran: skala interval yang ditransformasikan ke dalam skala
ordinal dengan kategori tinggi, sedang dan rendah.
Untuk kategori tinggi
:
Xi > X +
Untuk kategori sedang
:
X -
Untuk kategori rendah
:
Xi < X -
1
s
2
1
1
s ≤ Xi ≤ X + s
2
2
1
s
2
dengan:
s adalah standar deviasi
X i adalah skor total siswa ke-i, dimana i = 1, 2, 3,…, n
X adalah rerata dari seluruh skor total siswa.
c) Indikator: Skor angket minat siswa pada pelajaran matematika.
d) Simbol: B.
E. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah
sebagai berikut.
8. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yang digunakan pada penelitian ini adalah untuk memperoleh
data tentang kemampuan awal siswa yang diambil dari nilai ujian akhir semester (UAS)
kelas IV Sekolah Dasar tahun ajaran 2008/2009 untuk mata pelajaran matematika pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen yang digunakan dalam menguji keseimbangan antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
lx
9. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai prestasi belajar
matematika siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Untuk memperoleh data tentang
prestasi belajar matematika dalam penelitan ini disusun instrumen tes prestasi belajar
matematika pada materi luas bangun datar. Instrumen ini berupa tes objektif atau tes
pilihan ganda yang berjumlah 35 soal dengan 4 alternatif pilihan jawaban (option).
Instrumen ini harus memenuhi.
1) Validitas Isi
Menurut Budiyono (2003: 58), suatu instrumen valid menurut validitas isi
apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari
keseluruhan isi atau hal yang akan diukur. Pada kasus ini, validitas tidak dapat
ditentukan dengan mengkolerasikannya dengan suatu kriteria, sebab tes itu
sendiri adalah kriteria dari suatu kemampuan siswa.
Untuk instrumen ini, supaya tes mempunyai validitas isi, harus diperhatikan hal-hal berikut.
(1) Tes harus dapat mengukur sampai seberapa jauh tujuan pem-belajaran
tercapai ditinjau dari materi yang telah diajarkan.
(2) Penekanan materi yang akan diujikan harus seimbang dengan
penekanan materi yang telah diajarkan.
(3) Materi pelajaran untuk menjawab soal-soal ujian sudah pernah
dipelajari dan dapat dipahami oleh testi (Budiyono, 2003: 69).
Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi
atau tidak, biasanya dilakukan melalui experts judgement (penelitian yang
dilakukan oleh para pakar) dan semua kriteria penelaahan instrumen tes harus
disetujui minimal oleh dua validator dari tiga validator yang ada.
lxi
2) Tingkat Kesukaran
Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran
yang memadahi artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk
menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir soal digunakan rumus:
P=
B
Js
keterangan :
P : Indeks kesukaran
B : Banyak peserta tes yang menjawab item soal dengan benar
Js : Jumlah seluruh peserta tes (Suharsimi Arikunto, 1998: 212).
Penafsiran atas tingkat kesukaran (TK) soal/butir tes digunakan kriteria
menurut Witherington dalam Anas Sudijono (2003: 374) sebagai berikut.
Tabel 3.1 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Tes
Besar TK
Interpretasi
TK < 0,25
Terlalu Sukar
0,25 ≤ TK ≤ 0,75
Cukup (Sedang)
TK > 0,75
Terlalu Mudah
Lebih lanjut Anas Sudijono menyatakan butir soal dikategorikan baik jika derajat
kesukaran butir cukup (sedang). Oleh karena itu, untuk keperluan pengambilan
data dalam penelitian ini digunakan butir-butir soal dengan kriteria cukup
(sedang), yaitu dengan membuang butir-butir soal dengan kategori terlalu mudah
dan terlalu sukar.
3) Daya Pembeda
lxii
Daya pembeda soal/butir tes ialah bagaimana kemampuan soal/butir itu
membedakan siswa-siswa yang termasuk kelompok pandai dengan siswa-siswa
yang termasuk kelompok kurang (Ngalim Purwanto, 2001: 120). Suatu butir soal
mempunyai daya pembeda yang baik jika kelompok siswa yang pandai
menjawab benar lebih banyak daripada kelompok siswa yang kurang pandai.
Daya pembeda soal dapat dihitung dengan meng-gunakan rumus momen produk
dari Karl Pearson:
rxy =
nå XY - (å X )(å Y )
(nå X 2 - (å X )2 )(nå Y 2 - (å Y )2 )
dengan:
rxy
: indeks daya pembeda item soal
n
: banyaknya subyek yang dikenai tes
X
: skor butir soal
Y
: skor total tiap siswa (Budiyono, 2003: 65).
Daya pembeda soal dapat bernilai positif, negatif atau nol. Dalam
penelitian ini daya pembeda soal yang digunakan adalah yang bernilai positif.
Daya pembeda soal dikatakan:
o memadai, jika rxy ³ 0,3
o tidak memadai, jika rxy < 0,3 (Budiyono, 2003: 65).
Dalam penelitian ini digunakan indeks daya pembeda soal yang lebih dari atau
samadengan 0,3 atau rxy ³ 0,3. Jika indeks daya pembeda soal rxy < 0,3 maka
soal itu tidak digunakan.
4) Reliabilitas
lxiii
Instrumen dikatakan reliabel berarti dapat memberikan hasil yang relatif
sama pada saat dilakukan pengukuran lagi pada responden yang sama pada waktu
yang berlainan. Reliabilitas tes hasil belajar diuji dengan rumus KR-20 yaitu:
2
æ n öæç st - å pi q i
r11 = ç
÷
2
st
è n - 1 øçè
ö
÷
÷
ø
dengan:
r11
: indeks reliabilitas instrumen
n
: banyaknya butir instrumen
pi
: proporsi cacah subyek yang menjawab benar pada butir ke-i
qi
: 1 - pi, i: 1, 2, ..., n
st2
: variansi total (Budiyono, 2003: 69).
Kriteria reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (1998: 71) adalah:
0,00 £ r11 £ 0,20 reliabilitas sangat rendah
0,20 < r11 £ 0,40 reliabilitas rendah
0,40 < r11 £ 0,60 reliabilitas cukup
0,60 < r11 £ 0,80 reliabilitas tinggi
0,80 < r11 £ 1,00 reliabilitas sangat tinggi.
Dalam penelitian ini digunakan koefisien reliabilitas antara 0,60 < r11 £ 1,0.
10. Metode Angket
Menurut Budiyono (2003: 47), “metode angket adalah cara pengumpulan data
melalui pengajuan pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian, responden atau sumber
data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis”. Angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket berbentuk objektif dengan 5 alternatif jawaban. Metode
angket ini digunakan untuk mengetahui minat siswa pada matematika. Prosedur
pemberian skor berdasarkan tingkat minat siswa pada matematika, yaitu:
lxiv
1) Untuk pernyataan positif
i. Jawaban a dengan skor 5 menunjukkan minat paling tinggi pada pelajaran
matematika.
ii. Jawaban b dengan skor 4 menunjukkan
minat tinggi pada pelajaran
matematika.
iii. Jawaban c dengan skor 3 menunjukkan minat sedang pada pelajaran
matematika.
iv. Jawaban d dengan skor 2 menunjukkan minat rendah pada pelajaran
matematika.
v.
Jawaban e dengan skor 1 menunjukkan minat paling rendah pada pelajaran
matematika.
2) Untuk pernyataan negatif
i. Jawaban a dengan skor 1 menunjukkan minat paling rendah pada pelajaran
matematika.
ii. Jawaban b dengan skor 2 menunjukkan minat rendah pada pelajaran
matematika.
iii. Jawaban c dengan skor 3 menunjukkan minat sedang pada pelajaran
matematika.
iv. Jawaban d dengan skor 4 menunjukkan minat tinggi pada pelajaran matematika.
v. Jawaban e dengan skor 5 menunjukkan minat paling tinggi pada pelajaran
matematika.
Angket ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana minat siswa pada pelajaran
matematika. Angket ini terdiri dari 40 butir pertanyaan yang berisi tentang minat siswa
pada pelajaran matematika dengan 5 alternatif jawaban yang dijawab oleh siswa sesuai
lxv
dengan kondisi siswa yang sebenarnya. Angket tersebut dikatakan baik jika memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut.
a) Validitas Isi
Supaya angket respon siswa mempunyai validitas isi, maka harus
diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut.
(1) Butir-butir angket sudah sesuai dengan kisi-kisi angket.
(2) Kesesuaian kalimat dengan ejaan yang disempurnakan.
(3) Kalimat pada butir-butir angket mudah dipahami siswa (responden).
(4) Ketetapan dan kejelasan perumusan petunjuk pengisian angket.
Untuk menilai apakah instrumen angket minat tersebut mempunyai
validitas isi, penilaian ini dilakukan oleh para pakar atau validator (experts
judgment) dan semua kriteria disetujui minimal oleh dua validator dari tiga
validator yang ada.
b) Konsistensi Internal
Uji konsistensi internal yang digunakan dalam angket minat siswa pada
pelajaran matematika ini menggunakan rumus korelasi produk momen dari Karl
Pearson sebagai berikut:
rxy =
nå XY - (å X )(å Y )
(nå X 2 - (å X )2 )(nå Y 2 - (å Y )2 )
dengan:
rxy
: indeks konsistensi internal
n
: banyaknya subyek yang mengisi angket
X
: skor butir angket
Y
: skor total angket tiap siswa (Budiyono, 2003: 65).
lxvi
Indeks konsistensi internal suatu angket dapat bernilai positif, negatif atau
nol. Dalam penelitian ini indeks konsistensi internal yang digunakan adalah yang
bernilai positif.
Indeks konsistensi internal butir angket dikatakan:
o konsisten (valid), jika rxy ³ 0,3
o tidak konsisten (tidak valid), jika rxy < 0,3 (Budiyono, 2003: 65).
Dalam penelitian ini digunakan indeks konsistensi internal yang lebih dari atau
samadengan 0,3 atau rxy ³ 0,3. Jika indeks konsistensi internal
rxy < 0,3
maka butir angket itu tidak digunakan.
c) Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini, untuk uji reliabilitas angket digunakan rumus Alpha,
sebab skor butir angket bukan 1 dan 0. hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi
Arikunto (1998: 192) yang menyatakan bahwa, “rumus Alpha digunakan untuk
mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau
soal bentuk uraian”. Adapun rumus Alpha (Budiyono, 2003: 70) adalah sebagai
berikut:
2
æ n öæç å s i
r11 = ç
÷ 12
st
è n - 1 øçè
ö
÷
÷
ø
dengan :
r11
: indeks reliabilitas instrumen
n
: banyaknya butir instrumen
si2
: variansi butir ke - i, i = 1, 2, …, n
st2
: variansi skor total yang diperoleh subyek uji coba.
Kriteria reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (1998: 71) adalah:
0,00 £ r11 £ 0,20 reliabilitas sangat rendah
lxvii
0,20 < r11 £ 0,40 reliabilitas rendah
0,40 < r11 £ 0,60 reliabilitas cukup
0,60 < r11 £ 0,80 reliabilitas tinggi
0,80 < r11 £ 1,00 reliabilitas sangat tinggi
Dalam penelitian ini digunakan koefisien reliabilitas antara 0,60 < r11 £ 1,0.
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini
memiliki kemampuan awal yang sama. Dalam menguji keseimbangan kedua sampel
digunakan uji t. Data yang digunakan untuk menguji keseimbangan diambil dari
dokumentasi nilai ujian akhir sekolah (UAS) kelas IV Sekolah Dasar tahun ajaran
2008/2009 untuk mata pelajaran matematika pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Langkah-langkah sebagai berikut:
a. Hipotesis
Ho : m1 = m2 (kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan
awal sama)
H1 : m1 ¹ m2 (kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan
awal berbeda)
b. Taraf Signifikansi (α) = 0,05
c. Statistik uji yang digunakan:
t=
(X
sp
1
-X2
)
1
1
+
n1 n 2
~ t( n1 + n2 - 2 ) ; s p =
keterangan:
lxviii
(n1 - 1) s12 + (n 2 - 1) s 22
n1 + n 2 - 2
X 1 : mean dari sampel kelompok eksperimen
X 2 : mean dari sampel kelompok kontrol
sp
: deviasi baku dari kelas eksperimen dan kontrol (sampel)
s12 : variansi dari kelompok eksperimen
s 22
: variansi dari kelompok kontrol
n1
: ukuran kelompok eksperimen
n2
: ukuran kelompok kontrol
d. Daerah kritik (DK) ={ 뽐|뽐
e. Keputusan uji
뽐
atau 뽐
;
뽐
;
}
Ho ditolak jika thitung terletak di daerah kritik
f. Kesimpulan
i. Kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal sama jika
Ho diterima
ii. Kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal berbeda
jika Ho ditolak (Budiyono, 2000:157).
2. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji
homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi
normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors dengan
prosedur:
1) Hipotesis
Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
lxix
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Taraf Signifikansi ( a ) = 0,05
3) Statistik Uji
L = max F ( zi ) - S ( zi ) , dimana zi =
(X
i
-X
s
)
dengan:
F(zi) : P(Z £ zi); Z ~ N(0, 1)
S(zi) : proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh Z
Xi : skor responden
X : mean dari skor responden
s : deviasi baku dari skor responden
4) Daerah Kritik (DK) ={ L | L > L a ; n }; n adalah ukuran sampel
5) Keputusan Uji
Ho ditolak jika Lhitung terletak di daerah kritik
6) Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika Ho diterima
b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika Ho
ditolak (Budiyono, 2000: 171).
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi
yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett
dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur sebagai berikut:
1) Hipotesis
Ho : s 1 = s 2 = ... = s k (populasi-populasi homogen)
2
2
2
lxx
H1 : tidak semua variansi sama (populasi-populasi tidak homogen)
untuk i ¹ j; i: 1, 2 (k = 2 untuk baris); j: 1, 2, 3 (k = 3 untuk kolom)
2) Taraf Signifikansi ( a ) = 0,05
3) Statistik Uji
χ2=
2,303
( f log RKG c
k
åf
j =1
j
log sj2)
dengan:
k
: banyaknya sampel
f
: derajat kebebasan untuk RKG = N - k
N
: banyaknya seluruh nilai (ukuran)
fj
: derajat kebebasan untuk sj2 = nj - 1
j
: 1, 2, ..., k
nj
: cacah pengukuran pada sampel ke- j
RKG =
å SS
åf
sj =
j
2
SS j
j
(å X )
-
2
SS j = å X j
2
c = 1+
j
nj
fj
1 æç
1 1 ö÷
å
3(k - 1) çè
f j f ÷ø
4) Daerah Kritik (DK) = {χ2 | χ2 > χ2α; k –1}
5) Keputusan uji
H0 ditolak jika χ2 hitung terletak di daerah kritik
6) Kesimpulan
a) Populasi-populasi homogen jika H0 diterima
b) Populasi-populasi tidak homogen jika H0 ditolak
(Budiyono, 2000: 176).
3. Pengujian Hipotesis
lxxi
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak
sama, dengan pendekatan data sebagai berikut:
X ijk = m + a i + b j + (ab )ij + e ijk
dengan :
Xijk
: data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
m
: rerata dari seluruh data ( rerata besar, grand mean )
ai
: efek baris ke-i pada variabel terikat
bj
: efek kolom ke-j pada variabel terikat
(ab ) ij
: kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
e ijk
: deviasi data Xijk terhadap rataan populasinya ( mij ) yang berdistribusi normal
dengan rerata 0
i : 1, 2;
1 : pendekatan realistik
2 : pendekatan mekanistik
j : 1, 2, 3;
1 : minat tinggi pada pelajaran matematika
2 : minat sedang pada pelajaran matematika
3 : minat rendah pada pelajaran matematika
k : 1, 2, ..., nij; nij : cacah data amatan pada setiap sel ij.
Tabel 3. 2. Tata Letak Data
B
b1
b2
b3
Total
a1
AB11
AB12
AB13
A1
a2
AB21
AB22
AB23
A2
Total
B1
B2
B3
G
A
lxxii
Jumlah rataan pada baris ke-i adalah Ai, jumlah rataan pada kolom ke-j adalah Bj dan
rataan pada sel ij adalah ABij, sedangkan jumlah rataan semua sel adalah G,
a1 : pendekatan realistik
b1 : minat tinggi pada pelajaran matematika
a2 : pendekatan mekanistik
b2 : minat sedang pada pelajaran matematika
b3 : minat rendah pada pelajaran matematika.
Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan
sel tak sama, yaitu:
a. Hipotesis
1) H0A
: a i = 0 untuk setiap i = 1, 2 (tidak ada perbedaan efek antar baris
terhadap variabel terikat)
H1A
: paling sedikit ada satu a i yang tidak nol (ada perbedaan efek
antar
baris terhadap variabel terikat)
2) H0B
: b j = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak ada perbedaan efek antar kolom
terhadap variabel terikat)
H1B
: paling sedikit ada satu b j yang tidak nol (ada perbedaan efek antar
kolom terhadap variabel terikat)
3) H0AB
:
( ab )ij = 0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 ( tidak terdapat interaksi
baris dan kolom terhadap variabel terikat)
H1AB
: paling sedikit ada satu ( ab )ij yang tidak nol ( terdapat interaksi baris
dan kolom terhadap variabel terikat ).
b. Komputasi
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, untuk memudahkan perhitungan
didefinisikan besaran-besaran (1), (2), (3), (4) dan (5) sebagai berikut:
lxxiii
(1) =
(4) =
G2
;
pq
å
j
(2) =
å SS ij
;
(3) =
Bj
2
p
; (5) =
å AB
å
i
i, j
2
ij
i, j
dengan:
nij
: ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
: banyaknya data amatan pada sel ij
: frekuansi sel ij
n
h
N
: rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
:
ån
ij
pq
1
å
i , j nij
= banyaknya seluruh data amatan
i, j
SS ij
:
åX
2
ijk
k
æ
ö
ç å X ijk ÷
k
ø
-è
nij
2
: jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
AB ij
: rataan pada sel ij
Ai
:
å AB
ij
å AB
ij
= jumlah rataan pada kolom ke-j
å AB
ij
= jumlah rataan semua sel
= jumlah rataan pada baris ke-i
j
Bj
:
i
G
:
i, j
p
: banyak baris
q
: banyak kolom
lxxiv
2
Ai
;
q
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima jumlah kuadrat,
yaitu :
JKA
= n h {(3) - (1)}
JKB
= n h {( 4) - (1)}
JKAB = n h {(1) + (5) - (3) - ( 4)}
JKG
= (2)
JKT
= JKA + JKB + JKAB + JKG
dengan:
JKA adalah jumlah kuadrat baris
JKB adalah jumlah kuadrat kolom
JKAB adalah jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom
JKG adalah jumlah kuadrat galat
JKT adalah jumlah kuadrat total
Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah:
dkA = p – 1
dkT = N – 1
dkB = q – 1
dkG = N – pq
dkAB = (p – 1)(q – 1)
Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing diperoleh rerata
kuadrat berikut:
RKA =
JKA
dkA
RKAB =
RKB =
JKB
dkB
RKG =
JKAB
dkAB
JKG
dkG
c. Statistik Uji
Fa =
RKA
RKG
Fab =
lxxv
RKAB
RKG
Fb =
RKB
RKG
d. Taraf Siginifikansi ( a ) = 0,05
e. Daerah Kritik
1) Daerah kritik Fa adalah DK = {Fa Fa > Fa ; p -1, N - pq
2) Daerah kritik Fb adalah DK = {Fb Fb > Fa ; q -1, N - pq
}
}
3) Daerah kritik Fab adalah DK = {Fab Fab > Fa ; ( p -1)( q -1), N - pq
}
f. Keputusan Uji
H0 ditolak jika Fhitung terletak di daerah kritik
g. Rangkuman Analisis
Sumber
JK
dk
RK
Fhitung
Ftabel
Baris (A)
JKA
p-1
RKA
Fa
Ftabel
Kolom (B)
JKB
q-1
RKB
Fb
Ftabel
Interaksi (AB)
JKAB
(p-1)(q-1)
RKAB
Fab
Ftabel
Galat (G)
JKG
N - pq
RKG
-
-
Total
JKT
N-1
-
-
-
( Budiyono, 2000: 211-213).
4. Uji Komparasi Ganda
Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil analisis
variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Untuk uji lanjut setelah
analisis variansi digunakan metode Scheffe karena metode tersebut akan menghasilkan
beda rerata dengan tingkat signifikan yang kecil. Langkah-langkah dalam menggunakan
metode Scheffe sebagai berikut:
a. Mengidentifikasikan semua pasangan komparasi rerata
b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut
lxxvi
c. Menentukan taraf signifikansi ( a ) = 0,05
d. Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut
1) Komparasi rerata antar baris
Fi .- j . =
(X
i.
-X
)
2
j.
æ 1
1 ö÷
RKGç +
çn
÷
è i. n j . ø
dengan:
Fi.-j.
: nilai Fhit pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j
X i.
: rerata pada baris ke- i
X
: rerata pada baris ke- j
j.
RKG : rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
ni.
: ukuran sampel baris ke-i
nj.
: ukuran sampel baris ke-j
Daerah kritik untuk uji ini adalah DK = {F | F > ( p - 1)Fa ; p -1, N - pq
}
2) Komparasi rerata antar kolom
F.i-.j =
(X
.i
- X .j
)
2
æ 1
1 ö÷
RKGç +
çn
÷
è .i n. j ø
dengan:
F.i-.j
: nilai Fhit pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
X .i
: rerata pada kolom ke- i
X . j : rerata pada kolom ke- j
RKG : rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
n.i
: ukuran sampel kolom ke-i
lxxvii
n.j
: ukuran sampel kolom ke-j
Daerah kritik untuk uji adalah DK = {F F > (q - 1)Fa ; q -1, N - pq
}
3) Komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama
Fij - kj =
(X
ij
- X kj
)
2
æ1
1 ö÷
RKG ç +
çn
÷
è ij nkj ø
dengan:
Fij-kj
: nilai Fhit pada pembandingan sel ke-ij dan sel ke-kj
X ij
: rerata pada sel ij
X kj
: rerata pada sel kj
RKG : rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
nij
: ukuran sel ij
nik
: ukuran sel kj
{
Daerah kritik untuk uji adalah: Fij - kj Fij - kj > ( pq - 1)Fa ; pq -1, N - pq
}
4) Komparasi rerata antara sel pada baris yang sama
Fij - ik =
(X
ij
- X ik
)
2
æ1
1 ö÷
RKG ç +
çn
÷
è ij nik ø
dengan:
Fij-ik: nilai Fhit pada pembandingan sel ke-ij dan sel ke-ik
X ij
: rerata pada sel ij
X ik
: rerata pada sel ik
RKG : rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
nij
: ukuran sel ij
lxxviii
nik
: ukuran sel ik
{
Daerah kritik untuk uji adalah DK = Fij - ik Fij - ik > ( pq - 1)Fa ; pq -1, N - pq
}
e. Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasang komparasi rerata
Menyusun rangkuman analisis/ komparasi ganda (Budiyono,2000: 214-215).
lxxix
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Coba Instrumen
1. Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika
a. Uji Validitas Isi
Sebelum tes prestasi belajar matematika diberikan kepada siswa terlebih dahulu
dilakukan validitas isi melalui experts judgment yaitu penilaian yang dilakukan oleh para
ahli. Dalam hal ini dilakukan oleh Dr. Bambang Priyo Darminto, M.Kom, Drs. Abu
Syafik, M.Pd, dan Drs. Budiyono, M.Si, ketiganya adalah dosen Pendidikan Matematika
FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Hasil validitas isi menunjukan bahwa instrumen penelitian yang berupa tes
prestasi belajar matematika yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 35 butir soal telah
dipenuhi karena adanya kesesuaian antara kisi-kisi yang dibuat (Lampiran 6) dengan butir
soal yang dipakai (Lampiran 7). Tiga belas ítem kriteria validitas isi semua disetujui oleh
ketiga validator, yang berarti bahwa butir soal tes prestasi belajar matematika sebanyak
35 butir soal telah dipenuhi berdasarkan validitas isi.
Hasil penilaian validitas isi
selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 10. Berdasarkan uji validitas isi di atas
dinyatakan bahwa instrumen tes prestasi belajar matematika tersebut dinyatakan valid.
b. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai
artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Dalam penelitian ini soal mempunyai
tingkat kesukaran yang memadai jika 0,25 £ P £ 0,75, dimana P adalah indeks
kesukaran. Dengan kata lain dalam penelitian ini digunakan item soal yang termasuk
kategori sedang.
lxxx
Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran dari 35 item soal diperoleh 3 item
soal yang tidak memadai yaitu item soal nomor 3 mempunyai indeks kesukaran 0,803
termasuk kategori mudah, item soal nomor 12 mempunyai indeks kesukaran 0,225
termasuk kategori sukar dan item soal nomor 18 mempunyai indeks kesukaran 0,113
termasuk kategori sukar. Sedangkan item soal yang lain mempunyai tingkat kesukaran
yang memadai (kategori sedang). Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
15.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda masing-masing butir soal dilihat dari relasi antara skor butir-butir
tersebut dengan skor totalnya. Berdasarkan hasil uji coba 35 butir soal terhadap 71
responden terdapat 9 item soal mempunyai daya beda kurang dari 0,3 yaitu item soal
nomor 12 dengan indeks daya beda -0,004, item soal nomor 14 dengan indeks daya beda
0,076, item soal nomor 15 dengan indeks daya beda
-0,064, item soal nomor 18
dengan indeks daya beda -0,095, item soal nomor 24 dengan indeks daya beda 0,047,
item soal nomor 27 dengan indeks daya beda 0,063, item soal nomor 28 dengan indeks
daya beda 0,169, item soal nomor 32 dengan indeks daya beda 0,081 dan item soal
nomor 34 dengan indeks daya beda -0,145, sehingga sembilan item soal tersebut
dianggap tidak baik. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.
d. Butir Soal Yang Digunakan
Berdasarkan indeks kesukaran dan daya beda yang ditetapkan dari 35 item soal,
terdapat 10 item soal yang tidak dipakai (ditolak) yaitu soal nomor 3, 12,14, 15, 18, 24,
27, 28, 32 dan 34. Sehingga terpilih sebanyak 25 item soal tes prestasi belajar matematika
yang semuanya mewakili masing-masing indikator yang tertuang dalam kisi-kisi
lxxxi
penyusunan soal. Selanjutnya dari 25 item soal tersebut dicari indeks reliabilitasnya
apakah reliabel atau tidak.
e. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
satu kali tes. Teknik perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks reliabilitas
menggunakan Kuder Richardson KR-20. Hasil perhitungan dari 25 item soal tes prestasi
belajar matematika diperoleh indeks reliabilitas instrumen
sebesar 0,818. Ini
menunjukkan bahwa instrumen reliabel karena nilainya lebih besar dari 0,70. Perhitungan
selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 16.
2. Instrumen Angket Minat Siswa Terhadap Pelajaran Matematika
a. Uji Validitas Isi
Uji validitas isi untuk instrumen angket minat siswa terhadap pelajaran
matematika juga dilakukan oleh Dr. Bambang Priyo Darminto, M.Kom, Drs. Abu Syafik,
M. Pd dan Drs. Budiyono, M.Si, ketiganya adalah dosen Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Muhammadiyah Purworejo. Hasil validitas isi menunjukkan bahwa instrumen
penelitian yang berupa angket minat siswa terhadap pelajaran
matematika
yang
berbentuk objektif dengan 5 alternatif pilihan jawaban sebanyak 40 butir soal telah
dipenuhi karena adanya kesesuaian antara kisi-kisi yang dibuat (Lampiran 8) dengan butir
soal yang dipakai (Lampiran 9). Delapan item kriteria validitas isi semua disetujui oleh
ketiga validator, yang berarti bahwa butir pertanyaan angket minat siswa terhadap
pelajaran matematika sebanyak 40 butir pertanyaan telah dipenuhi berdasarkan validitas
isi. Hasil penilaian validitas isi selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 6. Setelah
dilakukan uji validitas isi, kemudian dilanjutkan uji coba angket minat siswa terhadap
lxxxii
pelajaran matematika. Uji coba dilakukan pada 71 siswa yang berasal dari SDN 1
Jlegiwinangun, SDN 2 Kutowinangun dan SDN Kaliputih.
b. Uji Konsistensi Internal
Uji konsistensi internal digunakan untuk mengetahui relasi antara skor butir pada
angket dengan skor totalnya. Berdasarkan hasil uji coba 40 butir pertanyaan pada angket
terhadap 71 responden, terdapat 8 item pertanyaan yang mempunyai indeks konsistensi
internal kurang dari 0,3 yaitu pertanyaan nomor 2 dengan indeks konsistensi internal
0,097, pertanyaan nomor 11 dengan indeks konsistensi internal 0,175, pertanyaan nomor
14 dengan indeks konsistensi internal 0,086, pertanyaan nomor 23 dengan indeks
konsistensi internal 0,033, pertanyaan nomor 30 dengan indeks konsistensi internal 0,083,
pertanyaan nomor 33 dengan indeks konsistensi internal 0,272, pertanyaan nomor 36
dengan indeks konsistensi internal 0,189 dan pertanyaan nomor 37 dengan indeks
konsistensi internal 0,023. Sehingga delapan item pertanyaan tersebut dianggap tidak
baik, perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.
Berdasarkan uji konsistensi internal yang diterapkan pada 40 item pertanyaan,
terdapat 8 item pertanyaan yang tidak dipakai (ditolak) yaitu pertanyaan nomor 2, 11, 14,
23, 30, 33, 36 dan 37. Sehingga terpilih sebanyak 32 item pertanyaan angket siswa
terhadap pelajaran matematika yang semuanya mewakili masing-masing indikator yang
tertuang dalam kisi-kisi penyusunan angket. Selanjutnya dari 32 item pertanyaan dalam
angket dicari indeks reliabilitasnya apakah reliabel atau tidak.
c. Uji Reliabilitas Angket
Uji reliabilitas angket dilakukan dengan metode satu kali tes. Teknik perhitungan
yang digunakan untuk menghitung indeks reliabilitas menggunakan rumus Alpha. Hasil
perhitungan diperoleh indeks reliabilitas instrumen
lxxxiii
sebesar 0,854. Ini menunjukkan
bahwa instrumen angket reliabel karena nilainya lebih besar dari 0,70. Perhitungan
selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 13.
B. Diskripsi Data
Diskripsi data yang disajikan adalah data skor minat siswa pada pelajaran
matematika dan data hasil tes prestasi belajar matematika siswa. Data skor minat siswa
pada pelajaran matematika diambil sebelum dilakukan penelitian, baik pada kelompok
eksperimen maupun pada kelompok kontrol. Sedangkan data hasil tes prestasi belajar
matematika siswa diambil setelah dilakukan eksperimen pembelajaran.
1. Data Skor Minat Siswa Pada Pelajaran Matematika
a. Data Skor Minat Siswa Kelompok Eksperimen
Data skor minat siswa pada pelajaran matematika untuk kelompok eksperimen
berasal dari 11 siswa kelas V SDN Pekunden, 20 siswa kelas V SDN 2 Karangsari dan 29
siswa kelas V SDN Mrinen. Dari 60 siswa untuk kelompok eksperimen diperoleh nilai
mean 117,5, median 116, skor maksimum 153, skor minimum 82 dan standar deviasi
16,09. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21.
b. Data Skor Minat Siswa Kelompok Kontrol
Data skor minat
siswa pada pelajaran matematika untuk kelompok kontrol
berasal dari 39 siswa kelas V SDN Tanjungsari, 15 siswa kelas V SDN 1 Triwarno dan 11
siswa kelas V SDN 2 Babadsari. Dari 65 siswa untuk kelompok kontrol diperoleh nilai
mean 118,98, median 119, skor maksimum 152, skor minimum 80 dan standar deviasi
17,07. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21.
c. Data Skor Minat Berdasarkan Kategori
Berdasarkan data skor minat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
selanjutnya akan dikategorikan dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Dari
hasil perhitungan kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh X = 118,27 dan s =
lxxxiv
16,56. Penentuan untuk kategori didasarkan pada ketentuan sebagai berikut: kelompok
tinggi xi > X + 1 s, kelompok sedang X - 1 s £ xi £ X + 1 s dan kelompok rendah xi
2
2
2
< X - 1 s. Sehingga untuk skor yang lebih dari 126,55 dikategorikan tinggi, untuk skor
2
yang lebih dari atau sama dengan 109,99 dan kurang dari atau sama dengan 126,55
dikategorikan sedang dan untuk skor kurang dari 109,99 dikategorikan rendah.
Berdasarkan data yang telah terkumpul diperoleh 46 siswa mempunyai skor
minat tinggi, 36 siswa mempunyai skor minat sedang dan 43 siswa mempunyai skor
minat rendah pada pelajaran matematika. Pada kelompok eksperimen terdapat 20 siswa
mempunyai skor minat tinggi, 19 siswa mempunyai skor minat sedang dan 21 siswa
mempunyai skor minat rendah. Untuk kelompok kontrol terdapat 26 siswa mempunyai
skor minat tinggi, 17 siswa mempunyai skor minat sedang dan 22 mempunyai skor minat
rendah.
2. Data Hasil Prestasi Belajar Matematika
a. Data Hasil Prestasi Belajar Matematika Kelompok Eksperimen
Data hasil prestasi belajar matematika siswa untuk kelompok eksperimen berasal
dari 11 siswa kelas V SDN Pekunden, 20 siswa kelas V SDN 2 Karangsari dan 29 siswa
kelas V SDN Mrinen. Dari 60 siswa untuk kelompok eksperimen diperoleh nilai mean
61,33, median 60, nilai maksimum 92, nilai minimum 32 dan standar deviasi 14,35.
Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23.
b. Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Kontrol
Data hasil prestasi belajar matematika siswa untuk kelompok kontrol berasal
dari 39 siswa kelas V SDN Tanjungsari, 15 siswa kelas V SDN 1 Triwarno dan 11 siswa
kelas V SDN 2 Babadsari. Dari 65 siswa untuk kelompok kontrol diperoleh nilai mean
lxxxv
54,46, median 56, nilai maksimum 88, nilai minimum 20 dan standar deviasi 18,41.
Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23.
Tabel 4.1 Diskripsi Data Hasil Prestasi Belajar Matematika
No.
Kelompok
Mean
Standar Deviasi
N
1.
Eksperimen
61,33
14,35
60
2.
Kontrol
54,46
18,41
65
3.
Minat siswa tinggi
72,96
10,05
46
4.
Minat Siswa Sedang
55,00
11,37
36
5.
Minat Siswa Rendah
43,81
12,89
43
C. Hasil Analisis Data
1. Uji Keseimbangan
Sebelum dilaksanakan penelitian dilakukan terlebih dahulu uji keseimbangan. Uji
keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian yang dikenai
pendekatan pembelajaran yaitu kelompok eksperimen (pembelajaran dengan pendekatan
realistik)
dan kelompok kontrol (pembelajaran dengan pendekatan mekanistik)
mempunyai kemampuan matematika yang sama. Hasil uji keseimbangan diperoleh nilai
uji t (tobs) sebesar 0,1035 dengan nilai tabel t0,025;123 sebesar 1,960, dengan DK =
{t t < -1,960 atau
t > 1,960} . Karena nilai tobs Ï DK maka H0 tidak ditolak, berarti
tidak terdapat perbedaan rerata antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Jadi antara siswa yang mendapatkan pendekatan pembelajaran realistik dengan
pendekatan pembelajaran mekanistik mempunyai kemampuan awal yang sama. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20.
2. Uji Prasyarat Analisis
lxxxvi
Sebelum data dianalisa menggunakan uji anava, terlebih dahulu data harus
memenuhi syarat uji normalitas dan uji homogenitas. Dalam penelitian ini uji normalitas
menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett.
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data variabel terikat yaitu hasil
prestasi belajar matematika yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
hasil prestasi belajar matematika dalam penelitian ini meliputi:
1) kelompok siswa dengan pendekatan pembelajaran realistik
2) kelompok siswa dengan pendekatan pembelajaran mekanistik
3) kelompok siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika
4) kelompok siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika
5) kelompok siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika
Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dengan tingkat signifikansi a = 0,05.
Rangkuman uji normalitas sebagai berikut:
Tabel 4.2 Rangkuman Uji Normalitas Data Hasil Prestasi Belajar Matematika
No
Kategori
Lhitung
n
Ltabel
Keputusan Uji
Ket
1.
Kel. eksperimen
0,0870
60
0,1144
H0 diterima
Normal
2.
Kel. kontrol
0,0728
65
0,1099
H0 diterima
Normal
3.
Kel. minat tinggi
0,1031
46
0,1306
H0 diterima
Normal
4.
Kel. minat sedang
0,0754
36
0,1477
H0 diterima
Normal
5.
Kel. minat rendah
0,0936
43
0,1351
H0 diterima
Normal
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24. Dari hasil analisis uji
normalitas hasil prestasi belajar matematika di atas, tampak bahwa nilai Lhitung untuk
setiap kelompok kurang dari Ltabel berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 menunjukkan
bahwa data prestasi belajar matematika kelompok eksperimen, kelompok kontrol,
maupun kelompok berdasarkan kategori berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
lxxxvii
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel random data hasil
prestasi belajar matematika kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai
variansi yang sama. Demikian juga apakah sampel random data hasil prestasi belajar
matematika kategori minat tinggi, sedang dan rendah mempunyai variansi yang sama.
Dalam penelitian ini uji homogenitas yang digunakan uji Bartlett dengan statistik
uji Chi Kuadrat dengan tingkat signifikansi a = 0,05. Rangkuman hasil penelitian untuk
uji homogenitas disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rangkuman Uji Homogenitas Variansi
Kelompok
c 2 obs
c 2 tabel
Keputusan
Kesimpulan
Eksperimen
dan kontrol
3,5531
3,841
H0 diterima
Kedua kelompok
mempunyai variansi
yang sama
Minat tinggi, sedang
dan rendah
2,5259
5,991
H0 diterima
Ketiga kelompok
mempunyai variansi
yang sama
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25.
Dari analisis uji homogenitas variansi hasil prestasi belajar matematika di atas,
tampak bahwa nilai c 2 obs untuk setiap kelompok kurang dari c 2 tabel berarti pada tingkat
signifikansi a = 0,05 menunjukkan bahwa sampel random data hasil prestasi belajar
matematika kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai variansi yang sama. Demikian
pula untuk sampel random data hasil prestasi belajar pada kategori minat tinggi, sedang
dan rendah pada pelajaran matematika juga mempunyai variansi yang sama.
3. Uji Hipotesis Penelitian
Hasil perhitungan uji hipotesis dengan analisis variansi dua jalan 2 x 3 dengan sel
tidak sama dan taraf signifikansi a = 0,05 disajikan pada tabel berikut:
lxxxviii
Tabel 4.4 Rangkuman Analisis Variansi
Sumber
JK
dk
RK
Fobs
Fa
Pendekatan
Pembelajaran (A)
2095,006
1
2095,006
18,274
3,92
H0 ditolak
18014,220
2
9007,110
78,566
3,07
H0 ditolak
278,433
2
139,217
1,214
Galat (G)
13642,576
119
114,643
Total
34030,235
124
Minat Siswa (B)
Interaksi (AB)
3,07
Keputusan
uji
H0 diterima
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa:
a. Pada efek utama A (pendekatan pembelajaran), harga statistik uji Fa = 18,274 dan Ftabel
= 3,92, ternyata Fa > Ftabel dengan demikian H0A ditolak. Hal ini berarti pada tingkat
signifikansi a = 0,05 terdapat perbedaan efektivitas pembelajaran antara pendekatan
realistik dan pendekatan mekanistik terhadap hasil prestasi belajar matematika siswa
kelas V semester 1 pada materi luas bangun datar.
b. Pada efek utama B (minat siswa pada pelajaran matematika), harga statistik uji
Fb = 78,566 dan Ftabel = 3,07, ternyata Fb > Ftabel dengan demikian H0B ditolak. Hal ini
berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 minat siswa yang tinggi, sedang dan rendah
pada pelajaran matematika memberikan efek/pengaruh yang berbeda terhadap hasil
prestasi belajar matematika siswa kelas V semester 1 pada materi luas bangun datar.
c. Pada efek interaksi AB (pendekatan pembelajaran dan minat siswa pada pelajaran
matematika), harga statistik uji Fab = 1,214 dan Ftabel = 3,07, ternyata Fab < Ftabel
dengan demikian H0AB diterima. Hal ini berarti pada tingkat signifikan a = 0,05 tidak
terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat siswa pada pelajaran
matematika terhadap hasil prestasi belajar matematika siswa kelas V semester 1 pada
lxxxix
materi luas bangun datar. Data mengenai analisis variansi dua jalan dengan sel tak
sama selengkapnya terdapat pada Lampiran 26.
4. Uji Komparasi Ganda
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh
bahwa H0A dan H0B ditolak, sehingga perlu dilakukan uji lanjut untuk melacak perbedaan
rerata khususnya pada efek utama B yaitu minat siswa pada pelajaran matematika. Dalam
penelitian ini uji lanjut menggunakan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Uji
komparasi ganda hanya dikenakan pada faktor kolom yang terdiri dari 3 kategori yaitu
minat siswa tinggi, sedang dan rendah pada pelajaran matematika, sedangkan pada faktor
baris tidak perlu dilakukan uji komparasi ganda karena hanya terdiri dari 2 kategori
sehingga cukup dengan melihat rataan marginalnya.
Sebelum melihat hasil komparasi rataan antar kolom, di bawah ini disajikan
rangkuman rataan antar sel lengkap dengan rataan marginalnya.
Tabel 4.5 Rangkuman Rataan Antar Sel dan Rataan Marginal
Pendekatan
Pembelajaran
Minat Siswa
Rataan
Tinggi
Sedang
Rendah
Marginal
Eksperimen
75,80
58,53
50,10
61,33
Kontrol
70,77
51,06
37,82
54,46
Rataan Marginal
72,96
55,00
43,81
Rangkuman hasil uji komparasi rataan antar kolom seperti tabel berikut:
Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
Komparasi
Fhitung
Fkritik
Keputusan Uji
µ.1 vs µ.2
60,224
6,14
H0 ditolak
µ.2 vs µ.3
20,066
6,14
H0 ditolak
µ.1 vs µ.3
166,711
6,14
H0 ditolak
keterangan:
xc
m.1 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok minat tinggi
m.2 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok minat sedang
m.3 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok minat rendah.
Berdasarkan hasil perhitungan uji komparasi rataan antar kolom, tampak bahwa
ketiga hipotesis nol ditolak. Ini berarti bahwa ketiga tingkatan minat siswa pada pelajaran
matematika memberi efek yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika siswa. Jadi
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata prestasi belajar matematika antara
siswa yang memiliki minat tinggi dengan siswa yang memiliki minat sedang atau rendah,
serta antara siswa yang memiliki minat sedang dengan rendah. Perhitungan uji komparasi
ganda selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dalam penelitian ini mengatakan bahwa ”pendekatan realistik
dapat menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik daripada
pendekatan mekanistik”. Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak
sama untuk efek utama faktor A (pendekatan pembelajaran) diperoleh harga statistik uji
Fa = 18,274 dan Ftabel = 3,92 ternyata Fa > Ftabel, sehingga Fa Î DK dengan demikian H0A
ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 terdapat perbedaan efektivitas
antara pendekatan realistik dan pendekatan mekanistik terhadap prestasi belajar
matematika siswa kelas V pada materi luas bangun datar.
Dilihat dari rataan marginalnya, rerata prestasi belajar matematika yang
menggunakan pendekatan realistik diperoleh 61,33, sedangkan rerata prestasi belajar
matematika dengan pendekatan mekanistik diperoleh 54,46. Tampak bahwa rerata
prestasi belajar matematika siswa dengan pendekatan realistik lebih tinggi daripada rerata
prestasi belajar matematika siswa dengan pendekatan mekanistik. Jadi dapat disimpulkan
xci
bahwa pendekatan realistik menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih
baik daripada pendekatan mekanistik pada siswa kelas V untuk materi luas bangun datar.
Hal ini sesuai dengan hipotesis teori.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua dalam penelitian ini mengatakan bahwa “prestasi belajar
matematika pada siswa yang memiliki minat tinggi lebih baik daripada siswa yang
memiliki minat sedang atau rendah, dan prestasi belajar matematika pada siswa yang
memiliki minat sedang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah”.
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan untuk sel tak sama pada efek utama faktor B
(minat siswa pada pelajaran matematika) diperoleh harga statistik uji Fb = 78,566 dan
Ftabel = 3,07, ternyata Fb > Ftabel sehingga Fb Î DK dengan demikian H0B ditolak. Hal ini
berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 terdapat perbedaan efek minat siswa pada
pelajaran matematika yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika siswa pada
materi luas bangun datar. Karena H0B ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut anava yaitu
uji komparasi ganda. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27.
Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 2 diperoleh bahwa F1-2 =
60,224 dan 2Ftabel = 6,14, ternyata F1-2 > 2Ftabel sehingga F1-2 Î DK dengan demikian H0
ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 siswa yang memiliki minat
tinggi pada pelajaran matematika secara signifikan prestasi belajar matematikanya
berbeda dengan siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika.
Berdasarkan hasil rataan marginal yang dapat dilihat pada Tabel 4.5, diperoleh
rerata prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat tinggi sebesar 73,29,
sedangkan rerata prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat sedang
sebesar 54,80. Ini menunjukkan bahwa rerata prestasi belajar matematika pada siswa
yang memiliki minat tinggi lebih baik daripada rerata prestasi belajar siswa yang
xcii
memiliki minat sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki minat
tinggi pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih
baik daripada siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika.
Pada uji komparasi ganda antara kolom 2 dan kolom 3 diperoleh bahwa F2-3 =
20,066 dan 2Ftabel = 6,14, ternyata F2-3 > 2Ftabel sehingga F2-3 Î DK dengan demikian H0
ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 siswa yang memiliki minat
sedang pada pelajaran matematika secara signifikan prestasi belajar matematikanya
berbeda dengan siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika.
Berdasarkan hasil rataan marginalnya, diperoleh
rerata prestasi belajar
matematika pada siswa yang memiliki minat sedang sebesar 54,80, sedangkan rerata
prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat rendah sebesar 43,96. Ini
menunjukkan bahwa rerata prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat
sedang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
minat rendah pada pelajaran matematika.
Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 3 diperoleh bahwa F1-3 =
166,711 dan 2Ftabel = 6,14, ternyata F1-3 > 2Ftabel sehingga F1-3 Î DK dengan demikian H0
ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 siswa yang memiliki minat
tinggi pada pelajaran matematika secara signifikan prestasi belajar matematikanya
berbeda dengan siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika.
Berdasarkan hasil rataan marginalnya, diperoleh
rerata prestasi belajar
matematika pada siswa yang memiliki minat tinggi sebesar 73,29, sedangkan rerata
prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat rendah sebesar 43,96. Ini
menunjukkan bahwa rerata prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat
xciii
tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
minat rendah pada pelajaran matematika.
Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki minat tinggi
pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada siswa yang memiliki minat sedang atau rendah. Demikian pula siswa yang
memiliki minat sedang pada pelajaran matematika mempunyai
prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran
matematika. Hal ini sesuai dengan hipotesis teori.
3. Hipotesis Ketiga Sampai Dengan Hipotesis Ketujuh
Hipotesis ketiga sampai dengan hipotesis ketujuh penelitian ini selengkapnya
terdapat pada bab II. Hipotesis ketiga dan keempat mengenai uji beda rataan antar sel
pada baris yang sama (ditinjau dari pendekatan pembelajaran). Sedangkan hipotesis
kelima, keenam dan ketujuh mengenai uji beda rataan antar sel pada kolom yang sama
(ditinjau dari minat siswa pada pelajaran matematika).
Berdasarkan hasil anava dua jalan dengan sel tak sama diperoleh harga statistik
uji Fab = 1,214 dan Ftabel = 3,07 ternyata Fab < Ftabel sehingga Fab Ï DK dengan demikian
H0AB diterima. Hal ini berarti pada tingkat signifikan a = 0,05 tidak terdapat interaksi
antara pendekatan pembelajaran dan minat siswa pada pelajaran matematika terhadap
prestasi belajar matematika siswa kelas V pada materi luas bangun datar. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap prestasi belajar
matematika siswa tidak tergantung oleh minat siswa pada pelajaran matematika. Dengan
kata lain perbedaan prestasi belajar matematika siswa antara pendekatan realistik dan
xciv
pendekatan mekanistik konsisten pada tiap-tiap kategori minat siswa dan prestasi belajar
matematika antara tiap-tiap kategori minat siswa konsisten pada pendekatan realistik dan
mekanistik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa karena H0AB diterima maka per-bandingan
rataan antar sel selalu konsisten pada hasil dari efek utama A dan efek utama B. Pada
pendekatan realistik, siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang atau rendah dan
siswa yang memiliki minat sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih
baik daripada siswa yang memiliki minat rendah. Hal ini dikarenakan secara umum
mengatakan demikian. Demikian pula pada pendekatan mekanistik, siswa yang memiliki
minat tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang
memiliki minat sedang atau rendah dan siswa yang memiliki minat sedang mempunyai
prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah.
Hal ini sesuai dengan hipotesis ketiga dan hipotesis keempat.
Pada siswa yang memiliki minat tinggi, pendekatan realistik memberikan prestasi
belajar matematika yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik. Karena secara
umum rataan prestasi belajar matematika siswa dengan pendekatan realistik lebih baik
daripada pendekatan mekanistik. Demikian pula halnya pada siswa yang memiliki minat
sedang dan rendah, pendekatan realistik memberikan prestasi belajar matematika yang
lebih baik daripada pendekatan mekanistik. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis kelima,
tetapi sesuai dengan hipotesis keenam dan ketujuh.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang perlu peneliti
kemukakan, ini dimaksudkan agar dalam penggunaan hasil penelitian tidak terdapat
persepsi yang salah. Keterbatasan-keterbatasan yang dimaksud berkaitan dengan
xcv
beberapa aspek yaitu subyek penelitian, pendekatan pembelajaran, pelaksana eksperimen
dan pengambilan data hasil belajar.
1. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD se-kecamatan Kutowinangun.
Pemilihan subyek penelitian dari tiap SD didasarkan atas peringkat UASBN SD sekecamatan kutowinangun tahun pelajaran 2008/ 2009, dan kemungkinan ada yang
lebih baik dari cara penentuan peringkat ini.
2. Pendekatan pembelajaran dalam penelitian ini terbatas pada pendekatan realistik dan
pendekatan mekanistik sehingga mengabaikan pendekatan pembelajaran yang lain.
Ada kemungkinan pendekatan pembelajaran lain dapat lebih meningkatkan prestasi
belajar matematika siswa pada materi luas bangun datar.
3. Dalam pelaksanaan pembelajaran untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, peneliti
hanya mampu mengajar pada lima SD yaitu tiga SD untuk kelas eksperimen dan dua
SD untuk kelas kontrol. Sedangkan satu SD kelas kontrol peneliti meminta bantuan
rekan guru untuk mengajar. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki
peneliti sehingga tidak dapat mengajar pada semua SD.
4. Selama pengerjaan soal tes uji coba instrumen maupun tes hasil belajar siswa ada
kemungkinan siswa bekerja sama karena keterbatasan tempat duduk, satu meja untuk
dua siswa dan siswa mengerjakan soal yang sama. Ini memungkinkan hasil tes uji coba
dan hasil tes belajar siswa kurang murni.
xcvi
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya analisis variansi serta
mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan di muka, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pendekatan realistik menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada pendekatan mekanistik untuk siswa kelas V SD pada materi luas
bangun datar.
2. Siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika mempunyai prestasi
belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang atau
rendah, dan siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika
mempunyai
prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang
memiliki minat rendah pada pelajaran matematika.
3. Ditinjau dari pendekatan pembelajaran, siswa yang memiliki minat lebih tinggi pada
pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada siswa yang memiliki minat lebih rendah pada tiap-tiap kategori pendekatan
pembelajaran.
4. Ditinjau dari minat siswa pada pelajaran matematika, pendekatan realistik
menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada
pendekatan mekanistik pada tiap-tiap kategori minat pada pelajaran matematika.
xcvii
B.
Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini,
maka penulis akan menyampaikan implikasi yang semoga berguna baik secara
teoritis maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
matematika.
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika
dengan menggunakan pendekatan realistik menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik. Hal ini dikarenakan
pembelajaran matematika menggunakan pendekatan realistik membuat siswa
lebih aktif dalam kegiatan belajar. Pendekatan realistik memberikan keleluasaan
siswa mengenai cara penyelesaian soal yang tidak harus tunggal dan menghargai
perbedaan pendapat antara siswa satu dengan siswa yang lain. Sehingga siswa
dapat menggali kemampuannya sendiri, siswa juga diarahkan untuk bekerja sama
dalam kelompok, terutama dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi
misalnya dalam materi luas bangun datar. Untuk itu pembelajaran matematika
dengan pendekatan realistik perlu diterapkan terutama pada materi luas bangun
datar.
Minat siswa pada pelajaran matematika termasuk salah satu faktor bagi
keberhasilan siswa dalam proses belajar matematika. Siswa yang memiliki minat
tinggi pada pelajaran matematika akan menghasilkan prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang dan rendah, serta
siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika akan menghasilkan
xcviii
prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat
rendah. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran
matematika lebih aktif dalam mencari penyelesain suatu masalah dan cenderung
lebih kritis daripada siswa yang memiliki minat sedang dan rendah. Dalam
pelajaran matematika, minat juga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
siswa, oleh karena itu setiap siswa mempunyai kesempatan untuk memperbaiki
dan meningkatkan minatnya.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan kualitas prestasi belajar matematika siswa.
Prestasi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan dengan memperhatikan
pendekatan pembelajaran dan minat siswa pada pelajaran matematika.
Pembelajaran dengan pendekatan realistik dapat dijadikan suatu alternatif apabila
guru dan calon guru matematika ingin melakukan proses pembelajaran
matematika. Selain itu dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa,
hendaknya guru memperhatikan pula faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran diantaranya adalah respons dan minat siswa dalam belajar
matematika yang dimiliki oleh masing-masing siswa serta kemajemukan dalam
kelas tersebut. Guru juga harus memperhatikan beberapa komponen yang
mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar matematika siswa diantaranya
aktivitas belajar, intelegensi, kemampuan awal, kedisiplinan siswa, bakat dan
motivasi siswa, kondisi sosial ekonomi siswa, latar belakang keluarga dan
lingkungan.
xcix
C.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, ada beberapa hal yang
perlu penulis sarankan, yaitu:
1. Bagi Pendidik
a. Dalam penyampaian materi pelajaran matematika, guru dan calon guru
bidang studi matematika perlu memperhatikan adanya pemilihan
pendekatan atau metode pembelajaran yang tepat yaitu sesuai dengan
materi yang akan dipelajari. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran
yang bisa diterapkan dalam pembelajaran matematika adalah pendekatan
realistik.
b. Dalam proses pembelajaran matematika perlu memperhatikan pentingnya
faktor internal dari diri siswa, salah satunya adalah minat siswa pada
pelajaran matematika. Semakin tinggi minat siswa pada pelajaran
matematika semakin baik pula prestasi belajar matematika yang akan
diperolehnya. Untuk itu guru perlu menumbuhkan, mengembangkan,
mengarahkan dan membimbing siswa agar memiliki minat yang tinggi
pada pelajaran matematika.
c. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru memperhatikan faktor minat
siswa pada pelajaran matematika, misalnya dengan cara memilih dan
menggunakan pendekatan atau metode pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan aktivitas siswa.
c
2. Bagi Siswa
a. Setiap
siswa
mempunyai
minat
yang
berbeda-beda
dan
dapat
dikembangkan. Oleh karena itu siswa dapat mengembangkan minat yang
dimilikinya salah satunya adalah dapat dikembangkan dalam kegiatan
pembelajaran.
b. Siswa hendaknya selalu berusaha untuk menumbuhkembangkan minatnya
pada pelajaran matematika, karena dengan memiliki minat tinggi pada
pelajaran matematika dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
siswa.
c. Siswa hendaknya dalam kegiatan pembelajaran lebih aktif, berani
mengungkapkan ide yang ada dalam pikirannya dan tidak mudah putus asa
dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam soal.
3. Bagi Peneliti lain
a. Dalam penelitian ini pendekatan pembelajaran ditinjau dari minat siswa
pada pelajaran matematika. Bagi para calon peneliti yang lain mungkin
dapat melakukan tinjauan dari sisi lain, misalnya gaya belajar,
karakteristik
cara berpikir,
motivasi,
aktivitas,
kreativitas
siswa,
intelegensi dan lain-lain agar dapat lebih mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa.
b. Hasil penelitian ini hanya terbatas pada materi luas bangun datar di tingkat
SD, sehingga mungkin bisa diterapkan pada materi matematika yang lain
dengan mempertimbangkan kesesuaiannya.
ci
Harapan penulis yang lain adalah apa yang diteliti dapat memberikan
manfaat dan sumbangan pemikiran bagi pendidik pada umumnya dan penulis
pada khususnya.
cii
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model
Pembelajaran. Dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com. Diakses tanggal 4
April 2009
Anas Sudijono. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Budiyono. 2000. Statistika Dasar Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press
Conny Semiawan. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar.
Jakarta: PT Indeks
Dewi Salma Prawiradilaga. 2008. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media
Group
Endang Purwaningsih. 2004. Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw & Peta Konsep
Terhadap Prestasi Belajar Fisika Dalam Materi Interferensi Cahaya Pada Lapisan
Tipis Ditinjau Dari Minat dan Intelegensi Siswa. Tesis. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret
Erman Suherman. Pendekatan Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi
Siswa. Dalam http://ermansuherman.wordpress.com. Diakses 3 Maret 2009
Gravemeijer. 1999, June. ”Context Problems in Realistic Mathematics Education: A
Calculus Course as an Example”. Journal of Educational Studies in Mathematics.
39(1). 111 – 129. Dalam http://proquest.umi.com/pqdweb. Diakses 6 Juli 2009
Herman Hudoyo. 1998. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud P2LPTK
I Ketut Darma. 2007, Desember. ”Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme
Terhadap Prestasi Belajar Matematika Terapan Pada Mahasiswa Politeknik Negeri
Bali Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi”. Jurnal Teknodik. Nomor 22 Tahun XI.
108 – 127
Ismail. 2003. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas
Karwono. Pendekatan Dalam Pembelajaran Matematika. Dalam http://karwono.
wordpress.com. Diakses tanggal 20 Mei 2009
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Moh Uzer Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ngalim Purwanto. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
ciii
Ngalim Purwanto. 2001. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Nursalam. Macam-Macam Minat. Dalam http://nursalam.wordpress.com. Diakses 12 Mei
2009
Oh Nam Kwon. 2008, May. ”Conceptualizing the Realistic Mathematics Education
Approach in the Teaching and Learning of Ordinary Differential Equations ”.
Journal for Research in Mathematics Education. 25(5). 443 – 471. Dalam
www.math.uoc.qr/~ictm2/proceedings. Diakses 6 Juli 2009
Pam Chermansky, Nancy Hepp. 2008, October. ”Playing the Way to Math Learning”.
Journal
of
Today’s
Catholic
Teacher.
42(2).
22.
Dalam
http://proquest.umi.com/pqdweb. Diakses 4 Juli 2009
Paul Suparno. 1996. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
Pentatito Gunowibowo. 2008. Efektivitas Pendekatan Realistik Dalam Meningkatkan
Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita dan Sikap Terhadap Matematika Ditinjau
Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas IV SD di Kecamatan Purworejo. Kabupaten
Purworejo. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Poerwadarminta. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Qym.
Pengertian Minat.Dalam http://qym7882.blogspot.com/2009/03/pengertianminat.html. Diakses 12 Mei 2009
Robert K. Sembiring, Sutarto Hadi & Maarten Dolk. 2008, December. ”Reforming
Mathematics Learning in Indonesian Classrooms Through RME”. ZDM The
International Journal on Mathematics Education. 40(6). 927 – 939. Dalam
http://www.springerlink.com. Diakses 6 November 2009
Ruseffendi. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya
Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito
Sahat Saragih. 2008. “Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Kemampuan
Berfikir Logis Siswa Sekeloh Menengah Pertama”. Jurnal Kependidikan. 32 (1). 4
– 11
Sartono. Konstruktivisme-Perubahan Konsepsi. Dalam http://pembelajaranguru.
wordpress.com. Diakses 20 Februari 2009
Siti Rohmi Yuliati. 2005, Maret. “Matematika SD yang Dikehendaki Oleh Guru, Murid
dan Orang Tua”. Jurnal Pendidikan. 6 (1). 65 – 81
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
civ
Sri Wulandari Danoebroto. 2008. “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Melalui Pendekatan PMRI dan Pelatihan Metakognitif”. Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan. Nomor 1 Tahun XI. 69 – 81
Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suprawoto. Paparan FGD Kebumen. Dalam http://www.slideshare.net/nasupra- woto.
Diakses 20 Februari 2009
Sutratinah Tirtonagoro. 2001. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya. Jakarta:
Bina Aksara
St. Suwarsono. 2001. Beberapa Permasalahan Yang Terkait Dengan Upaya
Implementasi Pendidikan Matematika Realistik di Indonesia. Makalah Pada
Seminar Nasional PMRI. Yogyakarta: 14 – 15 November 2001
Syamsu yusuf dan Juntika Nur Ihsan. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Treffers, A. 1991. Realistic Mathematics Education in The Netherlands 1980 – 1990.
Utrecht: CD – B Press Freudenthal Institute
Winkel, WS. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
Yansen Marpaung. 2003. Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Makalah Pada
Seminar Nasional Komperda Himpunan Matematika Indonesia Wilayah Jateng dan
DIY. Surakarta
Yenni B. Widjaja, André Heck. 2003. “How a Realistic Mathematics Education
Approach and Microcomputer-Based Laboratory Worked in Lessons on Graphing
at an Indonesian Junior High School”. Journal of Science and Mathematics
Education in Southeast Asia. 26(2). 1 – 51. Dalam http://staff.science.uva.nl.
Diakses 4 Juli 2009
Yohanes
Agus
Prayoga.
Pengembangan
Minat
Pada
Anak.
Dalam
http://nagasakti.mervpolis.com. Diakses 12 Mei 2009
cv
Download