EKSPERIMENTASI PENDEKATAN REALISTIK PADA PEMBELAJARAN LUAS BANGUN DATAR DITINJAU DARI MINAT TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN TESIS Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Pendidikan Matematika OLEH: TEGUH WIBOWO S850908022 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 EKSPERIMENTASI PENDEKATAN REALISTIK PADA PEMBELAJARAN LUAS BANGUN DATAR DITINJAU DARI MINAT TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN OLEH: TEGUH WIBOWO S850908022 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Pada tanggal : __________________ Pembimbing I Pembimbing II Dr. Mardiyana, M.Si. NIP 19660225 199302 1 002 Dr. Imam Sujadi, M.Si. NIP 19670915 200604 1 001 Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Dr. Mardiyana, M.Si. NIP 19660225 199302 1 002 ii EKSPERIMENTASI PENDEKATAN REALISTIK PADA PEMBELAJARAN LUAS BANGUN DATAR DITINJAU DARI MINAT TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN OLEH: TEGUH WIBOWO S850908022 Telah disetujui oleh Tim Penguji Pada tanggal : _______________ Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. ……………………… Sekretaris Dr. Riyadi, M.Si. ……………………… Angota Penguji 1. Dr. Mardiyana, M.Si. ……………………… 2. Dr. Imam Sujadi, M.Si. ……………………… Surakarta, Mei 2010 Mengetahui Direktur Pascasarjana UNS Ketua Prodi. Pendidikan Matematika Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. NIP 19570820 198503 1 004 Dr. Mardiyana, M.Si. NIP 19660225 199302 1 002 iii PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : TEGUH WIBOWO NIM : S850908022 Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul “EKSPERIMENTASI PENDEKATAN REALISTIK PADA PEMBELAJARAN LUAS BANGUN DATAR DITINJAU DARI MINAT TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN” adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya sendiri dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut. Surakarta, Mei 2010 Yang membuat pernyataan Teguh Wibowo iv MOTTO “Hidup ini tidak lain adalah ibadah” (QS. Adz Dzariyaat: 56) “ Tuntutlah ilmu dari ayunan hingga ke liang lahat “ (Hadist ) “Hiasilah hidup ini dengan kesabaran” (Penulis) v PERSEMBAHAN Karya yang tersusun dengan penuh kesungguhan hati ini Kupersembahkan kepada: © Ibu dan Bapakku Tercinta Atas ketulusan do’a, dukungan, perhatian, dorongan semangat dan motivasinya © Istriku tersayang Atas ketulusan doa, keikhlasan cinta dan kasih sayangnya © Nafidzul Amri As Tsabit anakku tercinta Atas keceriaannya yang selalu menemaniku © Sahabat terbaik P.Math PPs ’08 Atas kebersamaan, waktu yang telah terlewati bersama & kenangan yang tak terlupakan © Universitas Muhammadiyah Purworejo Atas keluangan waktu dan kesempatannya untuk menempuh study ini vi KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul “EKSPERIMENTASI PENDEKATAN REALISTIK PADA PEMBELAJARAN LUAS BANGUN DATAR DITINJAU DARI MINAT TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN”. Hambatan dan permasalahan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan penulisan tesis ini banyak ditemui oleh penulis, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak atas segala bentuk bantuannya yang telah meringankan penyelesaian penulisan tesis ini, terutama kepada: 1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menempuh studi di program Magister Pendidikan Matematika. 2. Drs. Mohammad Fakhrudin, M.Hum, Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberi ijin penulis untuk menempuh studi di Program Magister Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret. 3. Dr. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan petunjuk, saran dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis. Beliau juga Pembimbing I, yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesungguhan dan kesabaran hingga penyusunan tesis ini selesai. 4. Dr. Imam Sujadi, M.Si, Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesungguhan dan kesabaran hingga penyusunan tesis ini selesai. 5. Kepala SD Negeri Mrinen, Kepala SD Negeri 1 Pekunden, Kepala SD Negeri 2 Karangsari, Kepala SD Negeri Tanjungsari, Kepala SD Negeri 1 vii Triwarno dan Kepala SD Negeri 2 Babadsari yang telah memberikan ijin penelitian, serta Kepala SD Negeri Kaliputih, Kepala SD Negeri 2 Kutowinangun dan Kepala SD Negeri 1 Jlegiwinangun yang telah memberikan ijin untuk uji coba instrumen penelitian. 6. Ibu terkasih, Bapak terhormat, Kakak dan Adikku tercinta atas dukungan do’a, perhatian, dorongan semangat dan motivasi serta segala sesuatu yang telah diberikan selama ini. 7. Istri dan Anakku tercinta, terima kasih untuk semua atas ketulusan do’a, cinta, semangat, motivasi dan keluangan waktunya. 8. Sahabat terbaik P. Math PPs ’08 atas segala kebersamaan dan kenangan yang takkan terlupakan selama ini. Selamat berjuang dan semoga sukses. 9. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya. Surakarta, Penulis viii Mei 2010 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iv HALAMAN MOTTO .................................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi KATA PENGANTAR ................................................................................. vii DAFTAR ISI ................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii ABSTRAK ................................................................................................... xv ABSTRACT ................................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................. 4 C. Pemilihan Masalah ............................................................... 6 D. Pembatasan Masalah ............................................................ 6 E. Rumusan Masalah ................................................................ 7 F. Tujuan Penelitian .................................................................. 8 G. Manfaat Penelitian ................................................................ 9 BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 11 A. Tinjauan Pustaka .................................................................. 11 1. Prestasi Belajar Matematika ............................................ 11 2. Pendekatan Pembelajaran Matematika ............................. 14 3. Minat Siswa Pada Pelajaran Matematika ........................ 27 B. Penelitian Yang Relevan ...................................................... 34 C. Kerangka Berfikir ................................................................. 36 D. Hipotesis ............................................................................... 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 43 ix A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 43 1. Tempat Penelitian .......................................................... 43 2. Waktu Penelitian ........................................................... 43 B. Metode Penelitian ................................................................. 44 C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .......................... 45 1. Populasi Penelitian ........................................................ 45 2. Sampel Penelitian ........................................................... 45 3. Teknik Pengambilan Sampel ........................................... 45 Variabel Penelitian ................................................................ 46 a. Variabel Terikat .............................................................. 46 b. Variabel Bebas ............................................................... 47 Metode Pengumpulan Data ................................................... 48 1. Metode Dokumentasi .................................................... 48 2. Metode Tes .................................................................... 48 3. Metode Angket .............................................................. 52 Teknis Analisis Data ............................................................ 56 1. Uji Keseimbangan ......................................................... 56 2. Uji Prasyarat Analisis ..................................................... 57 3. Uji Hipotesis .................................................................. 60 4. Uji Komparasi Ganda .................................................... 65 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 69 D. E. F. A. Hasil Uji Coba Instrumen ..................................................... 69 1. Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika ................... 69 2. Instrumen Angket Minat Siswa Terhadap Pelajaran B. C. Matematika ...................................................................... 71 Diskripsi Data ........................................................................ 73 1. Data Skor Minat Siswa Pada Pelajaran Matematika ...... 73 2. Data Hasil Prestasi Belajar Matematika ....................... 75 Hasil Analisis Data ............................................................... 76 1. Uji Keseimbangan ......................................................... 76 2. Uji Prasyarat Analisis .................................................... 77 x 3. Uji Hipotesis Penelitian .................................................. 79 4. Uji Komparasi Ganda ..................................................... 80 Pembahasan Hasil Penelitian.................................................. 82 1. Hipotesis Pertama .......................................................... 82 2. Hipotesis Kedua ............................................................ 83 3. Hipotesis Ketiga Sampai Dengan Hipotesis Ketujuh ...... 86 Keterbatasan Penelitian ........................................................ 87 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .............................. 89 D. E. A. Kesimpulan ........................................................................... 89 B. Implikasi ............................................................................... 90 1. Implikasi Teoritis .......................................................... 90 2. Implikasi Praktis ............................................................ 91 Saran ..................................................................................... 92 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 95 C. LAMPIRAN-LAMPIRAN xi DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Tes .............................. 50 Tabel 3.2 Tata Letak Data ...................................................................... 61 Tabel 4.1 Diskripsi Data Hasil Prestasi Belajar Matematika ................ 76 Tabel 4.2 Rangkuman Uji Normalitas Data Hasil Prestasi Belajar Matematika ............................................................................ 77 Tabel 4.3 Rangkuman Uji Homogenitas Variansi ................................ 78 Tabel 4.4 Rangkuman Analisis Variansi ............................................... 79 Tabel 4.5 Rangkuman Rataan Antar Sel dan Rataan Marginal ............. 81 Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rataan Antar Kolom ........ 81 xii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan Realistik... 99 Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa (LKS) Pendekatan Realistik ................ 121 Lampiran 3 Tugas Kelompok ................................................................... 135 Lampiran 4 Tugas Individual ................................................................... 136 Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan Mekanistik ............................................................................ 138 Lampiran 6 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Matematika .......................... 161 Lampiran 7 Tes Prestasi Belajar Matematika (Uji Coba)......................... 162 Lampiran 8 Kisi-Kisi Angket Minat Siswa Terhadap Pelajaran Matematika............................................................................ Lampiran 9 168 Angket Minat Siswa Terhadap Pelajaran Matematika (Uji Coba) ............................................................................. 169 Lampiran 10 Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika ..................... 171 Lampiran 11 Validitas Isi Angket Minat Siswa Terhadap Pelajaran Matematika............................................................................ Lampiran 12 Konsistensi Internal Angket Minat Siswa Terhadap Pelajaran Matematika ............................................................ Lampiran 13 192 Angket Minat Siswa Terhadap Pelajaran Matematika (Setelah Uji Coba) ................................................................. Lampiran 15 186 Reliabilitas Angket Minat Siswa Terhadap Pelajaran Matematika............................................................................ Lampiran 14 180 196 Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda Tes Prestasi Belajar Matematika............................................................................ 198 Lampiran 16 Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Matematika........................ 202 Lampiran 17 Tes Prestasi Belajar Matematika (Setelah Uji Coba) ............ 206 Lampiran 18 Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Matematika ................ 211 Lampiran 19 Data Kemampuan Awal Siswa Pada Pelajaran Matematika . 213 Lampiran 20 Uji Keseimbangan ................................................................ 217 Lampiran 21 Skor Angket Minat Siswa Pada Pelajaran Matematika ....... 222 xiii Lampiran 22 Kelompok Siswa Bedasarkan Kategori ................................ 226 Lampiran 23 Data Prestasi Belajar Matematika Siswa ............................. 229 Lampiran 24 Uji Normalitas ...................................................................... 235 Lampiran 25 Uji Homogenitas .................................................................. 242 Lampiran 26 Uji Hipotesis ........................................................................ 244 Lampiran 27 Uji Komparasi Ganda ........................................................... 248 Lampiran 28 Tabel Distribusi t .................................................................. 249 Lampiran 29 Tabel Distribusi c 2 ............................................................. 250 Lampiran 30 Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors ........................................... 251 Lampiran 31 Tabel Distribusi F.................................................................. 252 Lampiran 32 Tabel Distribusi Normal ....................................................... 254 Lampiran 33 Surat Ijin Penelitian Dari UNS ............................................. 255 Lampiran 34 Surat Balikan dari UPTD Dikpora Kecamatan Kutowinangun ..................................................................... Lampiran 35 256 Data Peringkat SD Se Kecamatan Kutowinangun . ............. . 257 xiv ABSTRAK TEGUH WIBOWO. 2010. EKSPERIMENTASI PENDEKATAN REALISTIK PADA PEMBELAJARAN LUAS BANGUN DATAR DITINJAU DARI MINAT TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN. Tesis: Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) apakah pendekatan realistik dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik pada materi luas bangun datar, (2) apakah prestasi belajar matematika siswa yang memiliki minat lebih tinggi pada pelajaran matematika lebih baik daripada siswa yang memiliki minat lebih rendah pada pelajaran matematika pada materi luas bangun datar, (3) apakah prestasi belajar matematika siswa antara siswa yang diberi pendekatan realistik dan pendekatan mekanistik konsisten untuk tiap-tiap minat siswa pada pelajaran matematika, dan apakah prestasi belajar matematika siswa antara siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika, minat sedang pada pelajaran matematika dan minat rendah pada pelajaran matematika konsisten untuk tiap-tiap pendekatan pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain faktorial 2 × 3. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD se kecamatan Kutowinangun kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 36 SD. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara stratified cluster random sampling. Sampel dalam penelitian berjumlah 125 siswa yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah instrumen tes prestasi belajar matematika dan instrumen angket minat siswa pada pelajaran matematika. Instrumen tes dan angket diujicobakan sebelum digunakan untuk pengambilan data. Validitas instrumen tes dan angket dilakukan oleh validator, reliabilitas tes diuji dengan rumus KR-20 dan reliabilitas angket diuji dengan rumus Alpha. Uji prasyarat Analisis Variansi menggunakan uji Lilliefors untuk uji normalitas dan uji Barlett untuk uji homogenitas. Dengan α = 0,05 diperoleh sampel berasal dari populasi berdistribusi normal dan variansinya homogen. Uji hipotesis yang digunakan adalah ANAVA dua jalan dengan sel tak sama. Dengan α = 0,05 menunjukkan (1) Fa = 18,274 > 3,92 = Ftabel berarti terdapat perbedaan efektivitas antara pendekatan realistik dan pendekatan mekanistik terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi luas bangun datar. Dari rataan marginalnya, rerata prestasi belajar matematika yang menggunakan pendekatan realistik diperoleh 61,33, sedangkan rerata prestasi belajar matematika dengan pendekatan mekanistik diperoleh 54,46. Sehingga pendekatan realistik menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik pada materi luas bangun datar, (2) Fb = 78,566 > 3,07 = Ftabel ini berarti minat siswa yang tinggi, sedang dan rendah pada pelajaran matematika memberikan efek/pengaruh yang berbeda terhadap hasil xv prestasi belajar matematika siswa pada materi luas bangun datar. Sehingga perlu dilakukan uji lanjut anava yaitu uji komparasi ganda, (3) Fab = 1,214 < 3,07 = Ftabel berarti karakteristik perbedaan antara pendekatan realistik dan pendekatan mekanistik untuk setiap minat siswa pada pelajaran matematika sama. Ini berarti pendekatan realistik lebih baik daripada pendekatan mekanistik jika ditinjau pada masing-masing minat siswa pada pelajaran matematika. Dari hasil komparasi ganda antar kolom diperoleh bahwa (1) siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika, hal ini dikarenakan F1-2 = 60,224 > 6,14 = 2Ftabel sehingga H0 ditolak. Berdasarkan rataan marginalnya siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika, (2) siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika, hal ini dikarenakan F2-3 = 20,066 > 6,14 = 2Ftabel sehingga H0 ditolak. Berdasarkan rataan marginalnya siswa yang memiliki minat sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika, (3) siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika, hal ini dikarenakan F1-3 = 166,711 > 6,14 = 2Ftabel sehingga H0 ditolak. Berdasarkan rataan marginalnya siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika. xvi ABSTRACT WIBOWO, TEGUH. 2010. THE EXPERIMENT OF REALISTIC APPROACH ON THE AREA OF PLANES LEARNING VIEWED FROM STUDENTS’ INTEREST ON MATHEMATICS LESSON OF THE 5th GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOLS IN KUTOWINANGUN SUBDISTRICT, KEBUMEN REGENCY. Thesis: The Study Program of Mathematics Education, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta. The purposes of this research for know: (1) whether realistic approach can make a better achievement in learning mathematics than mechanistic approach on the area of planes terms, (2) whether the students’ achievement in learning mathematics of those who have more interest on mathematics lesson will be better than those who have less interest on it on the area of planes terms, (3) whether the students’ achievement in learning mathematics between realistic approach and mechanistic approach are consistent for every students’ interest on mathematics lesson, and whether the students’ achievement in learning mathematics between the students with high interest, medium interest and low interest on mathematics lesson are consistent for every learning approach. This research is a quasi experimental research with 2 x 3 factorial designs. The population in this observation are the 5th grade students of elementary schools in Kutowinangun, Kebumen in the school year of 2009/2010 consisting of 36 elementary schools. The technique to get the samples is done using stratified cluster random sampling. The total samples in this observation are 125 students consisting of experiment and control groups. The instruments used to collect the data are achievement test in learning mathematics and questionnaire for students’ interest on mathematics lesson. The test instrument and questionnaire are tested and tried before being used to get data. The validity of the test instrument and questionnaire instrument are done by a validator. The reliability of the test is tested using KR-20 formula, and the reliability of the questionnaire instruments is tested using Alpha formula. Analysis Variance of precondition test using Lilliefors test for normality test and Barlett test for homogeneity test. With α = 0.05 the samples which are gained come from normal distributed and homogeneous populations. Hypothesis test uses two ways ANOVA with different cell. With α = 0.05 that shows (1) Fa = 18.274 > 3.92 = Ftable means that there is a difference of effectivity between realistic approach and mechanistic approach to students’ achievement of mathematics learning on the area of planes terms. From on marginal average, the average of mathematics learning achievement using an realistic approach obtain 61.33, whereas the average of mathematics learning achievement using mechanistic approach obtain 54.46. Therefore realistic approach results a better achievement in mathematics learning than that of mechanistic approach on the area of planes terms, (2) Fb = 78.566 > 3.07 = Ftabel this means a high, middle and low students’ interest on mathematics lesson give different effect to achievement result in students mathematics learning on the area of planes terms. xvii Therefore, it is necessary to do the next anova test that is the double comparison test, (3) Fab = 1.214 < 3.07 = Ftable, it means that the difference of characteristic between realistic approach and mechanistic approach for every students’ interest on mathematics lesson is just the same. It means that realistic approach is better than mechanistic one if it is viewed based on each students’ interest on mathematics lesson. From the result of the double comparison between columns, it is found that (1) students with high interest on mathematics lesson have better achievement in learning mathematics than the students with medium interest on it, because F1-2 = 60.224 > 6.14 = 2Ftable with the result that push away H0. The based from marginal average students with high interest have better achievement in learning mathematics than the students with medium interest on mathematics lesson, (2) students with medium interest on mathematics lesson have better achievement in learning mathematics than the students with low interest on it, because F2-3 = 20.066 > 6.00 = 2Ftable with the result that push away H0. The based from marginal average students with medium interest have better achievement in learning mathematics than the students with low interest on mathematics lesson, (3) students with high interest on mathematics lesson have better achievement in learning mathematics than the students with low interest on it, because F1-3 = 166.711 > 6.14 = Ftable with the result that push away H0. The based from marginal average students with high interest have better achievement in learning mathematics than the students with low interest on mathematics lesson. xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran, termasuk pula di dalamnya usaha untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sampai saat ini memprioritaskan pendidikan dasar melalui wajib belajar 9 tahun terutama ditujukan pada jenjang sekolah dasar (SD). Hal ini disebabkan adanya kecenderungan di masyarakat yang menilai bahwa pendidikan di SD adalah jenjang yang paling mudah untuk ditangani. Padahal sebaliknya, justru pendidikan di SD adalah dasar dari pendidikan untuk jenjang selanjutnya. Ironisnya, masalah dan beban yang begitu berat tersebut kadangkala hanya dibebankan pada pundak guru yang mengajar di SD. Akibatnya kemampuan guru dalam mengajar di SD kurang berkembang secara maksimal. Dalam proses pembelajaran di SD, guru pada umumnya berorientasi pada teori belajar behaviorisme dengan pusat kegiatan pada guru. Apalagi guru SD merupakan guru kelas karena mengajar semua bidang studi kecuali pendidikan agama dan olahraga, sehingga tidak ada kesempatan guru untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran. Waktunya tersita hanya untuk mengajar semua mata pelajaran dan aktivitas keluarga di rumah. Sehingga muncullah istilah bahwa guru kelas SD itu “sakti”, karena guru kelas harus mengajar berbagai bidang studi termasuk matematika bahkan mengajar pula bahasa inggris. Wajar jika guru SD jarang sekali melakukan inovasi dalam pembelajaran karena harus menguasai semua materi berbagai mata pelajaran tersebut. Mana mungkin untuk xix melakukan inovasi dalam pembelajaran, untuk menguasai berbagai materi pelajaranpun masih kesulitan. Dari hasil penelitian Siti Rohmi Yuliati terhadap guru SD Negeri di DKI Jakarta disimpulkan bahwa sebanyak 11,81% guru menganggap mempelajari matematika sangat sulit (2005: 68). Kebanyakan guru SD bukan guru bidang studi tetapi guru lulusan D2 PGSD. Dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar, metode pembelajaran yang digunakan guru didominasi oleh penggunaan metode ceramah dan pemberian tugas. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Tim P4TK Matematika bahwa sebagian besar guru SD menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran, yaitu 70% dari responden (Sri Wulandari Danoebroto, 2008: 70). Kondisi pembelajaran seperti ini cenderung menggunakan pendekatan yang teoritis, memuat konsep-konsep abstrak dan rumusrumus yang diperkenalkan tanpa memperhatikan kandungan maknanya. Siswa cenderung pasif, akibatnya siswa sulit mengembangkan kemampuan intelektual dan motoriknya secara optimal. Siswa juga menerima pengetahuan dari guru tanpa ada kesempatan untuk mengelola sendiri pengetahuan yang diperolehnya, sehingga menurunkan daya kreativitas dan daya nalar terutama pada saat menghadapi permasalahan matematika yang belum dikenal sebelumnya. Disisi lain, pengelola pembelajaran terutama guru mengeluhkan kemampuan matematika siswa yang sangat rendah. Hasil penelitian Tim P4TK Matematika di beberapa sekolah dasar di Indonesia mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa SD mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah dan menerjemahkan soal kehidupan sehari-hari ke dalam pendekatan matematika (Sri Wulandari Danoebroto, 2008: 70). Temuan ini mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa SD di Indonesia masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika. xx Khusus kabupaten Kebumen, dilihat dari kinerja pendidikan dasarnya mempunyai kinerja yang cukup memprihatinkan. Kinerja pendidikan dasar di Kebumen berada pada peringkat ke-33 dari 38 kabupaten di Jawa Tengah (Suprawoto dalam http://www.slideshare.net/nasuprawoto.paparan-fgd-kebumen). Bahkan SDN I Kutosari yang merupakan peringkat tertinggi di Kebumen hanya peringkat ke-119 di Jawa Tengah. Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan dasar di Kebumen masih tergolong rendah dibanding kabupaten-kabupaten lain di Jawa Tengah. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar adalah faktor internal dan eksternal siswa (Ngalim Purwanto, 2003: 23). Faktor eksternal salah satunya adalah strategi atau pendekatan pembelajaran. Ketidaktepatan pendekatan pembelajaran di kelas kemungkinan menyebabkan prestasi belajar siswa rendah. Sedangkan faktor internal meliputi minat, bakat, kecerdasan dan motivasi. Selain kecerdasan, kemungkinan minat juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dari hasil wawancara dengan beberapa guru kelas V SD di kabupaten Kebumen diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran matematika siswa mengalami kesulitan pada materi pecahan, perbandingan dan skala, dan menentukan luas bangun datar dan volume bangun ruang. Pendekatan pembelajaran yang sering digunakan guru pada materi ini adalah pendekatan mekanistik, dengan pusat pembelajaran pada guru. Beberapa guru masih mengalami kesulitan bagaimana merancang pendekatan pembelajaran yang mudah dipahami siswa dan melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu diupayakan suatu strategi pembelajaran yang tepat, yaitu pendekatan pembelajaran yang mengedepankan aktivitas siswa. Bagaimanapun juga penguasaan materi dan konsep matematika pada siswa SD merupakan hal yang sangat penting, karena sebagai dasar untuk belajar matematika pada xxi jenjang selanjutnya. Sehingga terkait dengan rendahnya prestasi belajar matematika SD dalam menyelesaikan soal-soal matematika perlu diupayakan solusi pemecahannya. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah penelitian sebagai berikut. 1. Kebanyakan guru di SD adalah guru kelas bukan guru bidang studi. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan karena diajar oleh guru kelas. Terkait dengan hal ini dapat diteliti, apakah jika pengajarannya dilakukan oleh guru bidang studi matematika prestasi belajar siswa akan menjadi lebih baik. 2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan guru. Biasanya guru menggunakan pendekatan mekanistik dengan pusat pembelajaran pada guru. Terkait dengan hal ini dapat diteliti, apakah jika pendekatan pembelajarannya diubah prestasi belajar matematika siswa akan lebih baik. 3. Kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan oleh faktor internal dari dalam diri siswa. Faktor internal bisa meliputi minat, bakat, kecerdasan dan motivasi. Terkait dengan hal ini dapat dilakukan beberapa penelitian yang terkait dengan faktor internal. a. Apakah minat siswa yang tinggi pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang dan rendah. xxii b. Apakah siswa yang memiliki bakat dalam matematika mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang tidak mempunyai bakat dalam matematika. c. Apakah siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual atau kecerdasan kinestetik/motorik daripada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah. d. Apakah siswa yang memiliki motivasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi rendah. C. Pemilihan Masalah Karena keterbatasan peneliti, maka dalam penelitian ini berusaha mencoba menyelesaikan masalah nomor 2 dan nomor 3a dari keenam identifikasi masalah di atas. D. Pembatasan Masalah Berdasarkan pemilihan masalah, terdapat dua hal yang dipersoalkan. Hal pertama adalah pemilihan pendekatan pembelajaran. Apakah pendekatan pembelajaran ini memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pendekatan pembelajaran mekanistik. Kedua adalah pemilihan tentang faktor internal siswa, yaitu minat siswa pada pelajaran matematika. Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan benar dan terarah, dilakukan pembatasan-pembatasan sebagai berikut. xxiii 1. Ada dua pendekatan pembelajaran matematika yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan realistik untuk kelas eksperimen dan pendekatan mekanistik untuk kelas kontrol. 2. Minat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat siswa pada pelajaran matematika yang terbagi dalam minat tinggi, sedang dan rendah. 3. Penelitian dilakukan di kabupaten Kebumen yang dibatasi pada seluruh SD di kecamatan Kutowinangun kabupaten Kebumen. Penelitian dilakukan di kelas V SD pada tahun pelajaran 2009/2010 semester ganjil/gasal. 4. Prestasi belajar siswa yang dimaksud adalah prestasi belajar matematika siswa pada materi Luas Bangun Datar. Dari pembatasan masalah di atas maka penulis mengambil judul penelitian “Eksperimentasi Pendekatan Realistik Pada Pembelajaran Luas Bangun Datar Ditinjau Dari Minat Terhadap Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Se Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen”. E. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah pendekatan realistik menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dibanding dengan pendekatan mekanistik? 2. Apakah siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang dan rendah, dan apakah siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran xxiv matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah? 3. Manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara siswa yang mendapat pembelajaran pendekatan realistik atau pendekatan mekanistik pada kelompok siswa yang mempunyai minat tinggi? 4. Manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara siswa yang mendapat pembelajaran pendekatan realistik atau pendekatan mekanistik pada kelompok siswa yang mempunyai minat sedang? 5. Manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara siswa yang mendapat pembelajaran pendekatan realistik atau pendekatan mekanistik pada kelompok siswa yang mempunyai minat rendah? 6. Pada pendekatan realistik, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik antara siswa yang memiliki minat tinggi, sedang atau rendah? 7. Pada pendekatan mekanistik, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik antara siswa yang memiliki minat tinggi, sedang atau rendah? F. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah. 1. Untuk mengetahui apakah pendekatan realistik menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik. 2. Untuk mengetahui apakah siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang dan rendah, dan apakah siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah. xxv 3. Untuk mengetahui mana yang lebih baik prestasi belajar matematika antara siswa yang mendapat pembelajaran pendekatan realistik atau pendekatan mekanistik pada kelompok siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika. 4. Untuk mengetahui mana yang lebih baik prestasi belajar matematika antara siswa yang mendapat pembelajaran pendekatan realistik atau pendekatan mekanistik pada kelompok siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika. 5. Untuk mengetahui mana yang lebih baik prestasi belajar matematika antara siswa yang mendapat pembelajaran pendekatan realistik atau pendekatan mekanistik pada kelompok siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika. 6. Untuk mengetahui mana yang lebih baik prestasi belajar matematika antara siswa yang memiliki minat tinggi, sedang atau rendah pada pendekatan realistik. 7. Untuk mengetahui mana yang lebih baik prestasi belajar matematika antara siswa yang memiliki minat tinggi, sedang atau rendah pada pendekatan mekanistik. G. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut. 1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada teori belajar konstruktivisme, salah satunya adalah pendekatan matematika realistik. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para guru khususnya di SD dan juga guru pada umumnya dalam menentukan pendekatan pembelajaran matematika yang sesuai dengan materi ini. 3. Memberikan masukan bagi para guru untuk memperhatikan juga faktor internal dari dalam diri siswa terutama minat siswa pada matematika, sehingga guru dapat xxvi memilih pendekatan pembelajaran yang dapat memumbuhkan minat siswa pada pelajaran matematika. 4. Bagi siswa, dapat mengembangkan kemampuan pengetahuan masing-masing melalui pendekatan matematika realistik. 5. Sebagai bahan acuan dalam penelitian pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada teori belajar konstruktivisme dan minat di masa mendatang. xxvii BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Prestasi Belajar Matematika a. Prestasi Sering kita mendengar kata prestasi dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang telah menjuarai kejuaraan bulutangkis tingkat nasional misalnya, maka sering dikatakan orang tersebut memperoleh suatu prestasi di tingkat nasional. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan pengertian prestasi sebagai hasil yang telah dicapai (1997: 895). Dalam pengertian ini prestasi merupakan hasil dari sesuatu yang telah dilakukan atau dikerjakan oleh individu maupun kelompok. Sedangkan menurut Winkel (1996: 150), prestasi adalah bukti usaha yang sudah dicapai setelah melakukan sesuatu. Pengertian ini menegaskan bahwa prestasi merupakan hasil akhir setelah melakukan atau mengerjakan suatu usaha. Dari kedua pengertian di atas walaupun mempunyai susunan kata yang berbeda tetapi mempunyai makna yang sama, dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai setelah melakukan suatu usaha. b. Prestasi Belajar Sebelum mendefinisikan pengertian prestasi belajar terlebih dahulu akan didefinisikan pengertian belajar. Dalam pandangan konstruktivisme, belajar adalah perubahan konsepsi (Sartono dalam http://pembelajaranguru.wordpress.com). Belajar hanya akan terjadi apabila seseorang/siswa mengubah atau berkeinginan mengubah pikirannya. Dalam perubahan konsepsi, siswa dipandang sebagai pemroses informasi dan pemroses pengalaman, bukan sebagai tempat penampung pangalaman dan infomasi. Ini xxviii berarti, kemampuan siswa untuk belajar dan apa yang dipelajari siswa bergantung pada konsepsi yang terdapat dalam pengalaman tersebut. Menurut Bootzin, belajar adalah membangun (to construct) pengetahuan itu sendiri, setelah dipahami, dicerna dan merupakan perbuatan dari dalam diri seseorang (Conny Semiawan, 2008: 3). Sedangkan belajar menurut aliran Piaget adalah adaptasi yang holistik dan bermakna yang datang dari dalam diri seseorang terhadap situasi baru, sehingga mengalami perubahan yang relatif permanen (Conny Semiawan, 2008: 11). Berbeda dari para behavioristik, Piaget percaya bahwa harus ada kesiapan (readiness) dan kematangan (maturity) dari dalam diri seseorang sebelum perubahan tersebut terjadi. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses membangun pengetahuan secara holistik dan bermakna yang datang dari dalam diri seseorang terhadap situasi baru. Seseorang yang harus membangun pengetahuannya sendiri, dipahami dan dicerna sehingga akan mengalami perubahan pada diri seseorang tersebut. Kesiapan dan kematangan sangat diperlukan sebelum perubahan itu benar-benar terjadi. Keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga bergantung pada pengetahuan awal siswa. Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar tersebut di atas, prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar. Sutratinah Tirtonagoro (2001: 43) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar. Secara spesifik Poerwadarminta (1997: 784) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah penguasan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tersebut atau dengan nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan Slameto (1995: 23) mengemukakan bahwa “prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan xxix dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun hal yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dicapai oleh seseorang yang lazimnya dinyatakan dalam bentuk nilai setelah mengalami kegiatan belajar. Nilai ini dapat dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang telah dicapai seseorang. c. Prestasi Belajar Matematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 875) dinyatakan bahwa matematika adalah ilmu menghitung dengan menggunakan bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan. Sedangkan menurut Russeffendi (1991: 260) mengatakan bahwa “matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang di-definisikan, ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil”. Dalam matematika suatu dalil atau teorema dapat dibuktikan berdasarkan aksioma dan sifat-sifat yang mendasarinya. Sehingga dalam belajar matematika persyaratan tertentu harus dikuasai sebelum konsep selanjutnya dipelajari. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu mengenai bilangan dan ilmu tentang struktur yang terorganisasi dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma, sifat-sifat dan akhirnya ke dalil atau teorema. Menurut Herman Hudoyo (1998: 6), bahwa seseorang dikatakan belajar matematika bila dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, dimana tingkah laku itu dapat diamati yang diperoleh dengan adanya usaha orang tersebut. Dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa seseorang belajar jika pada diri orang tersebut xxx terjadi perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, seperti dari tidak tahu matematika menjadi tahu matematika, dan mampu menerapkan dalam kehidupan seharihari. Dari pengertian prestasi belajar dan pengertian matematika yang telah diuraikan di atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil pengusaan atau ketrampilan yang diperoleh seseorang (siswa) setelah proses belajar matematika yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka ataupun huruf. Bentuk-bentuk simbol, angka atau huruf mewakili suatu nilai yang diperoleh siswa dalam prestasi belajar matematika. Nilai inilah yang membedakan antara siswa satu dengan yang lain dalam hal prestasi belajar matematikanya. 2. Pendekatan Pembelajaran Matematika a. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses pembelajaran, di dalamnya mewadahi, meng-insiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu (http://akhmadsudrajat.wordpress.com). Dilihat dari pendekatannya, ter-dapat dua jenis pendekatan pembelajaran, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Istilah pendekatan dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan (Dewi Salma Prawiradilaga, 2008: 33). Uraian atau penjelasan me-nunjukkan bahwa suatu pendekatan pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi dan sistem. Tentu saja xxxi semua mengacu pada bagaimana penyelenggaraan proses belajar dapat berjalan dengan baik. Menurut Muhibbin Syah (2005: 139), pendekatan pembelajaran adalah suatu cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Cara atau strategi dalam hal ini berupa seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Sedangkan Ismail (2003: 8) mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan suatu jalan, cara atau kebijakan yang ditempuh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dari beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh guru atau siswa dalam menunjang efektivitas pembelajaran dan untuk mencapai tujuan pembelajaran materi tertentu. Pendekatan pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas proses pembelajaran. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) mengacu pada teori belajar konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme merupakan teori belajar yang menyatakan bahwa siswa sendirilah yang harus secara pribadi menemukan dan menerapkan informasi kompleks, membandingkan informasi baru dengan aturan-aturan lama dan memperbaiki aturan itu apabila tidak sesuai lagi. Menurut Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran seseorang melalui proses asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedang-kan akomodasi diartikan sebagai proses mental yang meliputi xxxii pembentukan skemata baru yang cocok dengan rangsangan baru atau memodifikasi skemata yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Paul Suparno: 1996: 61). Menurut pandangan konstruktivis, masuknya informasi baru ke dalam skemata melalui dua mekanisme yaitu asimilasi dan akomodasi. Pada proses asimilasi seseorang menggunakan struktur kognitif dan kemampuan yang sudah ada untuk beradaptasi dengan masalah atau informasi baru yang datang dari lingkungannya. Sedangkan proses akomodasi merupakan proses pembentukan skemata baru atau memodifikasi struktur yang ada supaya struktur kognitif tersebut dapat menyerap informasi baru yang sedang dihadapi. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksinya dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Esensi dari teori belajar konstruktivisme adalah ide. Karena itu harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Menurut konstruktivisme, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima atau transmisi pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Pengetahuan tidak dapat dipindah begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuan-nya berdasarkan struktur kognitif yang dimilikinya. Peranan guru dalam pembelajaran merupakan faktor penting untuk dapat memobilisasi segala faktor lain sehingga terjadi proses pembelajaran intensif, dinamis xxxiii dan optimal, bukan hanya sebagai penyaji pengetahuan jadi dan direct instruction (I Ketut Darma, 2007: 113). Ada beberapa pendekatan pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstrukstivisme. Salah satu ciri dari teori belajar ini adalah mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran atau berpusat pada siswa. Siswa secara aktif membangun pengetahuannya dan guru sebagai fasilitator siswa dalam membangun pengetahuan tersebut. Menurut Erman Suherman dalam http://ermansuherman.wordpress.com ada beberapa pendekatan pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme diantaranya. a. Pendekatan Cooperative Learning (CL) Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan me-manfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara kooperatif dapat melatih siswa dan membiasakannya untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi, komunikasi, sosialisasi, karena kooperatif adalah miniatur dari hidup ber-masyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi pendekatan pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender dan karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. b. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) xxxiv Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa. Sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif, nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi. c. Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freudenthal di Belanda dengan pola guided reinvention dalam mengkonstruksi konsep-aturan melalui proses mathematization, yaitu matematika horisontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan matematika vertikal (reorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matematika). RME dikenal di Indonesia sebagai pendekatan matematika realistik atau sering disebut pendekatan realistik saja. Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruktivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukaninformal dalam konteks melalui refleksi, informal ke formal), intertwinment (keterkaitanintekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan). Ada persamaan antara CTL dan RME yaitu mengaitkan proses pem-belajaran dalam konteks kehidupan sehari-hari. Menghubungkan materi pelajaran dengan konteks yang nyata sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya. Perbedaannya adalah CTL benar-benar diawali dengan konteks yang nyata (real), sedangkan RME dibangun dalam konsep yang realistik. Maksudnya adalah RME tidak harus selalu dikaitkan dengan dunia nyata, apabila konsep yang diberikan sudah dapat ditangkap siswa dan dapat xxxv dihubungkan dengan situasi yang real maka siswa sudah dapat dikatakan membangun pengetahuannya secara realistik. d. Pendekatan Problem Based Learning (PBL) Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Pendekatan pem-belajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator pendekatan pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interprestasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri. Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma). b. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistik Pendekatan matematika realistik atau sering disebut dengan pendekatan realistik berasal dari Realistic Mathematics Education (RME) yang merupakan pendekatan pembelajaran dalam pendidikan matematika. RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan siswa dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Menurut Pam Chermansky (2008: 22), ”when learning is creative and involves hands-on activities, students are apt to remember the concepts longer and have positive feelings about the study of mathematics”. Pam Chermansky berpendapat bahwa ketika belajar secara kreatif dan xxxvi melibatkan banyak aktivitas, siswa akan lebih mudah mengingat konsep dengan lebih lama dan memiliki perasaan yang positif tentang belajar matematika. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan “realistik”. Menurut Gravemeijer (1999: 111), ”context problems are defined as problems of which the problem situation is experientially real to the student”, suatu persoalan didefinisikan sebagai situasi masalah yang dialami secara nyata (realistik) oleh siswa. Realistik dalam hal ini dimaksudkan bisa mengacu pada realitas, tetapi dapat pula pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa. Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan konsep matematisasi. Ada dua jenis matematisasi yang diformulasikan oleh Treffers (1991: 106), yaitu matematisasi horisontal dan vertikal. Matematisasi horisontal meliputi pengidentifikasian, perumusan, penvisualisasi masalah dalam cara-cara yang berbeda, dan pentransformasian masalah dunia real ke masalah matematik. Sedangkan matematisasi vertikal meliputi representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian pendekatan matematik, penggunaan pen-dekatan-pendekatan yang berbeda, dan penggeneralisasian. Sebagai contoh matematisasi horisontal adalah bagaimana seorang siswa dapat menggambarkan bentuk atap rumahnya, misalkan berbentuk persegi panjang atau trapesium. Sedangkan matematisasi vertikal adalah bagaimana siswa dapat menemukan rumus luas daerah persegi panjang atau luas layang-layang, tentunya harus melalui matematisasi horisontal terlebih dahulu. Kedua jenis matematisasi ini perlu mendapat perhatian yang seimbang, karena pada dasarnya kedua matematisasi ini mempunyai nilai yang sama. xxxvii Matematika realistik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsepkonsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Pembelajaran matematika di kelas berorientasi pada karakteristik-karakteristik pendekatan realistik, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan mengaplikasikan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain. De lange dalam St. Suwarsono (2001: 4) mengemukakan bahwa terdapat lima karakteristik dalam pendekatan realistik. 1. Menggunakan konsteks nyata (real context) untuk dieksplorasi. 2. Menggunakan instrumen-instrumen vertikal seperti model-model, skema-skema, diagram-diagram atau simbol-simbol untuk menjadi jembatan antara level pemahaman yang satu ke level pemahaman berikutnya. 3. Menggunakan proses yang konstruktif dalam pembelajaran, dimana siswa mengkonstruksi sendiri proses penyelesaian soal atau masalah konstektual yang dihadapi, yang menjadi awal dari proses matematisasi selanjutnya. 4. Terdapat interaksi yang terus menerus antara siswa satu dengan siswa yang lain, interaksi antara siswa dengan guru mengenai proses konstruksi yang dilakukan oleh masing-masing siswa. 5. Terdapat banyak keterkaitan (intertwining) diantara berbagai bagian dari materi pelajaran. Jika dalam dalam pembelajaran kita mengabaikan dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada proses pemecahan masalah. Pendekatan realistik sebagai pendekatan baru dalam pembelajaran matematika memberikan banyak harapan bagi dunia pendidikan matematika di Indonesia. Tidak hanya di negara asalnya Belanda, RME mulai banyak diterapkan di negara-negara lain termasuk pula negara di Asia timur. Bahkan tidak hanya diterapkan di tingkat sekolah dasar, tetapi sudah mulai diterapkan di sekolah menengah dan pendidikan tinggi. Oh Nam Kwon dari Ewha Womans University Korea dalam penelitiannya yang berjudul ”conceptualizing the realistic mathematics education approach in the teaching and xxxviii learning of ordinary differential equations” mengatakan bahwa desain RME dapat berhasil di tingkat universitas untuk mata kuliah persamaan diferensial, yang tentu saja desain RME disesuaikan dengan tingkat universitas (Oh Nam Kwon, 2008: 443). Dari penelitian ini, ternyata RME dapat pula diterapkan di tingkat universitas dan tidak hanya diterapkan pada tingkat sekolah dasar atau sekolah menengah. Harapan terhadap pendekatan realistik muncul antara lain karena adanya ciriciri/karakteristik dari pendekatan realistik yang sangat atraktif dan memiliki beberapa keunggulan. St. Suwarsono (2001: 5) mengemukakan beberapa ke-unggulan pendekatan realistik diantaranya. 1. Pendekatan realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari. 2. Pendekatan realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa. 3. Pendekatan realistik memberikan keleluasaan bagi siswa mengenai cara penyelesaian soal yang tidak harus tunggal dan menghargai perbedaan jawaban antara siswa satu dengan siswa yang lain. 4. Pendekatan realistik menekankan pada proses pembelajaran bukan pada hasil. Sehingga proses pembelajaran menjadi sesuatu yang utama dan siswa berusaha menemukan sendiri konsep-konsep dalam matematika dengan bantuan pihak lain yang lebih tahu atau guru. 5. Pendekatan realistik memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai pendekatan pembelajaran lain seperti pemecahan masalah, pembelajaran kooperatif, diskusi dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan. Sehingga dengan pemaduan kelebihan dari berbagai pendekatan pembelajaran ini, keunggulan pendekatan realistik menjadi semakin tampak. 6. Proses pembelajaran topik-topik matematika dikerjakan secara me-nyeluruh, mendetail dan operasional, sejak dari pengembangan silabus sampai pengembangan didaktik di dalam kelas. Dilihat dari kelebihan-kelebihan yang ada pada pendekatan realistik, tentunya banyak pihak sependapat bahwa pendekatan realistik sangat baik untuk diimplementasikan di dalam kelas, termasuk sekolah-sekolah di Indonesia. c. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Mekanistik xxxix Ada dua jenis matematisasi yang diformulasikan oleh Treffers seperti dikemukakan di depan, yaitu matematisasi horisontal dan matematisasi vertikal. Dalam matematisasi horisontal, siswa belajar matematika dari soal-soal kontekstual, mencoba menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri, kemudian menyelesaikan soal tersebut. Dalam proses ini setiap siswa dapat menggunakan cara mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan siswa lain. Dalam matematisasi vertikal, siswa mulai dari soal-soal kontekstual, tetapi dalam jangka panjang siswa dapat menyusun prosedur tertentu yang dapat digunakan untuk menyesaikan soal sejenis secara langsung, tanpa bantuan konteks. Matematisasi horisontal bergerak dari dunia nyata ke dunia simbol, sedangkan matematisasi vertikal diarahkan pada pengembangan pengetahuan dan ketrampilan dalam dunia simbol. Berdasarkan matematisasi horisontal dan vertikal, suatu pendekatan pembelajaran matematika dapat dibedakan berdasarkan hadir atau tidaknya komponen matematisasi horisontal dan vertikal. Yansen Marpaung (2003: 6 – 9), mengemukakan bahwa berdasarkan hadir atau tidaknya komponen matematisasi horisontal dan vertikal, pendekatan pembelajaran matematika dikelompokkan dalam empat macam pendekatan pembelajaran yaitu. 1. Pendekatan mekanistik, yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada hafalan pengetahuan. Pendekatan ini tidak memberi perhatian pada proses tetapi pada produk, sehingga siswa cenderung menghafal pengetahuan dan rumus tanpa mengerti bagaimana rumus itu diperoleh dan mengapa rumus itu dapat dipakai untuk memperoleh solusi suatu masalah. Pada pendekatan mekanistik, matematisasi horisontal dan vertikal tidak diperhatikan. 2. Pendekatan empiristik, yaitu pendekatan yang memberi siswa kesempatan melakukan perhitungan dengan menggunakan benda konkret seperti lidi atau biji-bijian atau membuat diagram atau skema. Siswa diberi soal cerita dan dilatih mengubahnya menjadi suatu soal matematis dan siswa mengerjakan secara empiris. Pada pendekatan ini matematisasi horisontal dominan diguna-kan, sedangkan matematisasi vertikal kurang diperhatikan. 3. Pendekatan strukturalistik, yaitu pendekatan yang dimulai dengan mengenal-kan keteraturan dan membuat struktur. Siswa tidak diberi ruang untuk mulai dengan pendekatan informal dan umumnya pembelajaran dirancang sedemiki-an rupa sehingga siswa segera mungkin menggunakan struktur. Pada pendekat-an ini xl matematisasi vertikal dominan digunakan, tetapi matematisasi horisontal tidak diperhatikan. 4. Pendekatan realistik, yaitu pendekatan yang dimulai dengan memberikan kepada siswa masalah kontekstual atau realistik (masalah dari dunia nyata siswa atau yang dialami siswa atau dapat dibayangkan siswa) yang disajikan dalam bentuk soal cerita atau gambar atau dalam bahasa matematika. Siswa diberi kebebasan untuk menemukan cara tersendiri dalam menyesaikan soal. Pada pendekatan ini siswa dibimbing mengkonstruksi (menemukan) atau merekonstruksi (menemukan kembali) pengetahuan matematika. Pada pendekatan ini matematisasi horisontal dan vertikal diperhatikan dan diterapkan. Berdasarkan paparan di atas tampak bahwa pendekatan mekanistik kurang memperhatikan matematisasi horisontal dan vertikal. Dewasa ini pendekatan mekanistik dipandang memiliki kelemahan dan seringkali diidentikkan dengan pendekatan tradisional. Pendekatan mekanistik, merupakan pendekatan tradisional dan didasarkan pada apa yang diketahui dari pengalaman sendiri (diawali dari yang sederhana ke yang lebih kompleks), melalui pendekatan ini manusia dianggap sebagai mesin (Karwono dalam http://karwono.wordpress.com). Pen-dekatan mekanistik lebih menekankan pada drill, guru mengajar secara klasikal (siswa tidak dikelompokkan) dengan menggunakan metode ekspositori (ceramah dan drill). Pendekatan mekanistik cenderung membuat siswa pasif dalam proses pembelajaran, pendekatan ini lebih berpusat pada guru. Pasif yang dimaksud di-sini adalah siswa cenderung menerima informasi dari guru dalam bentuk jadi, tanpa aktif membangun informasi atau pengetahuan tersebut. Proses pembelajaran menggambarkan suatu kegiatan guru aktif mentransfer informasi dan memberikan tugas, sedangkan kegiatan siswa menyimak dan mengerjakan tugas yang diberikan guru. Dalam kegiatan belajar siswa cenderung menghafal materi atau rumus-rumus matematika, sehingga pembelajaran siswa kurang bermakna. Pentatito Gunowibowo (2008: 27), pembelajaran matematika dengan pen-dekatan mekanistik memiliki ciri-ciri. xli 1. Pembelajaran merupakan presentasi (ceramah) dan latihan (drill), aturan atau algoritma matematika aktivitasnya didominasi oleh guru serta tidak ada per-hatian pada refleksi. 2. Pembelajaran tidak menunjukkan adanya proses yang menghubungkan antara aktifitas siswa, terbatas pada konteks informal dengan aritmatika formal. 3. Pembelajaran berlangsung individual tidak ada kerja kelompok dan tidak ada interaksi antar siswa. 4. Bila soal cerita dihadapkan sebagai aplikasi maka soal cerita tersebut me-rupakan soal cerita penjumlahan murni biasa, tidak ada reproduksi bebas, tidak ada soal konflik, dan tidak ada soal dimana siswa harus menyediakan informasi sendiri. 5. Dalam pembelajaran, guru tidak mengaitkan antara materi ajar dengan ke-hidupan siswa, jadi tidak menggunakan bantuan alat peraga, model atau simbol yang sesuai. 3. Minat Siswa Pada Pelajaran Matematika a. Pengertian Minat Siswa Pada Pelajaran Matematika Selain faktor eksternal seperti pendekatan pembelajaran dapat mem-pengaruhi prestasi belajar, faktor internal dapat pula mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor internal terdiri dari faktor kognitif dan faktor nonkognitif siswa. Keberhasilan belajar sangat ditentukan oleh kemampuan kognitif tetapi juga faktor nonkognitif (antara lain motivasi, kreativitas, minat), bahkan faktor nonkognitif ikut mempengaruhi kinerja serta lingkungan, maupun perkembangan dirinya sendiri (Conny Semiawan, 2008: 12). Salah satu faktor nonkognitif yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah minat siswa pada suatu pelajaran. Minat (interest) adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin Syah, 2005: 136). Menurut Hilgar dalam Yohanes Agung Prayoga (http://nagasakti.mervpolis.com), minat adalah suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan menfokuskan diri pada sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas. Sedangkan Natawijaya dalam Qym (http://qym7882.blogspot.com), mendefinisikan minat sebagai suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan, dan kesenangan. Dari uraian di atas dapat diperoleh unsur-unsur minat diantaranya keinginan, kesenangan, perhatian, kemauan dan kepuasan. xlii Sedangkan pengertian matematika seperti telah dikemukakan di depan adalah ilmu mengenai bilangan dan ilmu tentang struktur yang terorganisasi dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma, sifat-sifat dan akhirnya ke dalil atau teorema. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep matematika dapat diawali secara induktif melalui peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Proses pembelajaran matematika di sekolah inilah yang dinamakan dengan pelajaran matematika. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat siswa pada pelajaran matematika adalah kecenderungan yang tinggi atau keinginan yang besar dari seorang siswa terhadap pelajaran matematika serta menfokuskannya pada pelajaran tersebut dengan perasaan senang. b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Menurut Moh Uzer Usman (2005: 22), kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat siswa pada mata pelajaran dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang, minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang memungkinkan melakukan sesuatu yang diminatinya khususnya jika mempunyai minat pada suatu mata pelajaran. Minat dapat berupa respon sangat menyukai terhadap sesuatu sampai ke-pada tidak suka terhadap sesuatu. Minat dapat mempermudah belajar apabila seseorang mempunyai minat yang besar terhadap suatu pelajaran tertentu sehingga akan bersemangat dalam belajarnya. Sebaliknya jika seorang siswa mempunyai minat rendah terhadap suatu pelajaran maka akan menyulitkan dirinya dalam mempelajari pelajaran xliii tersebut. Demikian pula halnya dalam pelajaran matematika, jika siswa mempunyai minat yang tinggi pada matematika kemungkinan akan mempermudah belajarnya dalam pelajaran matematika. Sebaliknya jika siswa mempunyai minat yang rendah pada matematika akan menyulitkan dirinya dalam belajar matematika. Minat dalam perkembangannya dipengaruhi adanya kemauan seseorang untuk menyesuaikan diri dan orang yang memiliki kemampuan penyesuaian diri memiliki minat yang stabil. Perkembangan minat juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan keturunan (Endang Purwaningsih, 2004: 66). Faktor lingkungan terutama berkaitan dengan lingkungan keluarga dan keadaan alam sekitar, sedangkan faktor keturunan berhubungan dengan keadaan fisik, biasanya berkaitan dengan kondisi jasmani seseorang. Dengan kata lain minat dalam perkembangannya dipengaruhi oleh faktor dari diri sendiri dalam kaitannya dengan lingkungan dan keturunan, dimana mereka berinteraksi dengan masyarakat. Proses perubahan minat secara umum terjadi sepanjang kehidupan manusia. Perubahan-perubahan minat dalam proses tersebut disebabkan oleh perubahan kemampuan intektual, pola kehidupan, perubahan tugas, tanggung jawab dan perubahan status. Sebagai contoh perubahan kemampuan intelektual pada seseorang seringkali memunculkan perubahan minat. Seseorang yang jarang berlatih menyelesaikan soal-soal matematika kemungkinan memiliki minat yang rendah pada pelajaran matematika, karena beranggapan soal-soal matematika sulit untuk diselesaikan. Tetapi dengan seiring berjalannya waktu, apabila sering berlatih menyelesaikan soal-soal matematika kemungkinan semakin mudah dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Sehingga minat terhadap pelajaran matematika akan semakin tinggi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mem-pengaruhi minat adalah. xliv 1. Faktor intelektual Faktor intelektual merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berminat tidaknya seseorang untuk mempelajari suatu pengetahuan. 2. Faktor psikologis Faktor psikologis adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu berhubungan dengan psikis. Faktor ini dapat mempengaruhi minat individu dimana setiap individu memiliki psikis yang berbeda-beda. 3. Faktor sosiologis Faktor sosiologis adalah faktor yang timbul dari luar diri individu yang terdiri dari lingkungan hidup dan lingkungan tak hidup. Contohnya jika lingkungan sekitar mengatakan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, maka kemungkinan individu tersebut dapat terpengaruh sehingga menyimpulkan pula bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. 4. Faktor fisiologis Faktor fisiologis berhubungan dengan kondisi jasmani seseorang. Apabila kondisi jasmani seseorang terganggu maka akan menyebabkan terganggunya kegiatan orang tersebut. c. Perwujudan Minat Siswa Pada Pelajaran Matematika Minat dianggap ikut mempengaruhi terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Menurut Muhibbin Syah (2005: 136), minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidangbidang studi tertentu. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Misalkan seorang siswa yang menaruh minat besar pada pelajaran matematika, siswa tersebut akan xlv memusatkan perhatian lebih banyak pada pelajaran matematika daripada pelajaran lainnya. Kemudian, karena pe-musatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Menurut Soesilowindradini dalam Qym (http://qym7882.blogspot.com), “suatu kegiatan yang dilakukan tidak sesuai minat akan menghasilkan prestasi yang kurang menyenangkan”. Dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat seseorang akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan motivasi. Purnama dalam Qym (http://qym7882.blogspot.com), menjabarkan karakteristik individu yang memiliki minat tinggi terhadap sesuatu yaitu: adanya perhatian yang besar, memiliki harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai kebanggaan, kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positif. Dalam pelajaran matematika karakteristik siswa yang memiliki minat pada pelajaran matematika dapat diukur melalui aspek-aspek: 1) mengetahui manfaat pelajaran, 2) mempunyai minat terhadap pelajaran matematika, 3) keberhasilan dalam pelajaran matematika, 4) sikap siswa selama proses pembelajaran, 5) tugas yang diberikan guru, 6) kesulitan mempelajari materi matematika, dan 7) kreativitas belajar matematikanya. Sedangkan perwujudan minat siswa pada pelajaran matematika dapat dilihat melalui ciri-ciri. 1. Senang dengan pelajaran matematika. 2. Mengetahui manfaat pelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari. 3. Merasa yakin dapat mengerjakan soal-soal matematika dengan benar. 4. Mempunyai kreativitas belajar matematika. 5. Sikap siswa selama proses pembelajaran matematika. 6. Keberhasilan dalam pelajaran matematika. xlvi 7. Mempunyai perhatian yang lebih terhadap pelajaran matematika. d. Pengukuran Minat Siswa Pada Pelajaran Matematika Minat tidak dibawa dari sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian, hal ini berarti minat seseorang dapat dipelajari dan diupayakan. Besar kecilnya minat seseorang terhadap suatu objek tertentu dapat ditimbulkan sesuai dengan dorongan dari dalam dirinya. Menurut Nursalam dalam http://nursalam.word-press.com, minat seseorang dapat digolongkan menjadi tiga yaitu. 1. Minat rendah Jika seseorang tidak menginginkan objek minat. 2. Minat sedang Jika seseorang menginginkan objek minat tetapi tidak dalam waktu segera. 3. Minat tinggi Jika seseorang sangat menginginkan objek minat dalam waktu segera. Siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika tidak menginginkan adanya pelajaran matematika. Siswa merasa takut atau gugup ketika mengikuti pelajaran matematika. Sedangkan siswa yang memiliki minat sedang pada matematika menginginkan pelajaran matematika tetapi tidak dalam waktu segera. Biasanya siswa merasa belum siap ketika mengikuti pelajaran matematika. Berbeda dengan siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika, disini siswa menginginkan segera mengikuti pelajaran matematika. Siswa merasa senang dengan pelajaran matematika dan siswa selalu siap ketika akan mengikuti pelajaran ini. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur minat siswa pada pelajaran matematika. Metode tersebut diantaranya: 1) metode observasi, 2) metode kuesioner (angket), 3) metode interview. Pengukuran minat dengan metode observasi dapat dilakukan dengan mengamati minat siswa dalam keadaan nyata, yang langsung xlvii ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi. Pencatatan hasil observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung. Pada metode kuesioner (angket) peneliti dapat memberikan suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh siswa yang terkait dengan minat siswa pada pelajaran matematika. Dengan metode ini peneliti dapat melakukan penyelidikan terhadap beberapa objek penelitian (siswa) sekaligus. Sedangkan metode interview dapat dilakukan untuk mengukur minat siswa pada pelajaran matematika dengan cara memperoleh informasi secara langsung dari siswa. Metode interview sering dikenal dengan metode wawancara. Pelaksanaan interview biasanya dilakukan dalam situasi formal sehingga percakapan dapat berlangsung dengan baik. Pada penelitian ini minat siswa pada pelajaran matematika diukur dengan menggunakan metode angket. B. Penelitian Yang Relevan I Ketut Darma (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh pendekatan pembelajaran konstruktivisme terhadap prestasi belajar matematika terapan pada mahasiswa politeknik negeri bali ditinjau dari motivasi berprestasi”. Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan rata-rata prestasi belajar matematika antara mahasiswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme dengan mahasiswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konvensional. Prestasi belajar matematika mahasiswa yang memiliki motivasi prestasi tinggi dalam pembelajaran konstruktivisme lebih baik daripada mahasiswa yang memiliki motivasi prestasi rendah. Sedangkan pada mahasiswa yang memiliki motivasi prestasi rendah, prestasi belajarnya lebih baik diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional daripada pendekatan pembelajaran konstruktivisme. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian I Ketut Darma adalah sama-sama menggunakan pendekatan pembelajaran xlviii yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme. Sedangkan perbedaannya adalah jika penelitian I Ketut Darma menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme secara umum, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik. Perbedaan yang lain adalah penelitian I Ketut Darma ditinjau dari motivasi ber-prestasi, sedangkan penelitian ini ditinjau dari minat siswa pada matematika. Sri Wulandari Danoebroto (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah melalui pendekatan PMRI dan pelatihan metakognitif”, hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa memecahkan masalah yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI dan pelatihan metakognitif lebih unggul dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian Sri Wulandari Danoebroto adalah sama-sama menggunakan pendekatan pembelajaran PMRI (RME atau realistik). Sedangkan perbedaannya adalah penelitian Sri Wuladari Danoebroto penggunaan pendekatan PMRI digabung dengan pelatihan metakognitif, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik tanpa pelatihan metakognitif. Sahat Saragih (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh pendekatan matematika realistik terhadap kemampuan berfikir logis siswa Sekolah Menengah Pertama”, hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang pembelajarannya dengan PMR secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemamampuan berfikir logis daripada pembelajaran matematika biasa. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian Sahat Saragih adalah sama-sama menggunakan pendekatan pembelajaran PMR (realistik). Sedangkan perbedaannya adalah penelitian Sahat Saragih ditinjau dari kemampuan awal matematika siswa, sedangkan penelitian ini ditinjau dari minat siswa pada matematika. xlix Yenni B. Widjaja, André Heck (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “How a realistic mathematics education approach and microcomputer based laboratory worked in lessons on graphing at an Indonesian junior high school”, hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas percobaan yang menggunakan pendekatan RME mempunyai kemajuan yang luar biasa dalam penampilan mereka pada aplikasi kinematika (waktu, jarak dan kecepatan). Hal ini dapat disebabkan karena terdapat kesesuaian antara materi pelajaran dengan pendekatan pembelajaran yang dipilih. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian Yenni B. Widjaja dan André Heck adalah sama-sama menggunakan pendekatan pem-belajaran RME atau pendekatan realistik. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian Yenni B. Widjaja dan André Heck menggunaan penelitian kualitatif, sedangkan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Robert K. Sembiring, Sutarto Hadi & Maarten Dolk (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Reforming mathematics learning in Indonesian classroom through RME”, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dan guru memberikan apresiasi yang positif pada proses pembelajaran dengan menggunakan RME, yaitu para siswa dan guru yang melaksanakan pembelajaran RME. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian Robert K. Sembiring, Sutarto Hadi & Maarten Dolk adalah sama-sama menggunakan pendekatan pembelajaran RME atau pendekatan realistik. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian Robert K. Sembiring, Sutarto Hadi & Maarten Dolk merupakan penelitian kualitatif sedangkan penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. C. Kerangka Berpikir Proses pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dengan siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Agar proses pembelajaran berlangsung menarik, maka guru harus pandai memilih strategi atau pendekatan pembelajaran yang sesuai. Tetapi dalam kenyataannya guru tidaklah mudah mendesain strategi atau pendekatan l pembelajaran yang membuat siswa aktif, kreatif dan inovatif (berpusat pada siswa). Guru seringkali hanya menerapkan pendekatan pembelajar-an yang pusat pada guru, guru sangat aktif sedangkan siswa cenderung pasif. Pendekatan pembelajaran ini biasanya dilakukan dengan metode ceramah, sedikit tanya jawab dan latihan atau pendekatan pembelajaran mekanistik. Demikian pula halnya pada mata pelajaran matematika, guru seringkali hanya menerapkan pendekatan pembelajaran mekanistik untuk tatap muka di kelas. Ciri umum pendekatan pembelajaran mekanistik adalah dimulai dengan penyampaian materi oleh guru (pengajaran langkah demi langkah), kemudian diberikan contoh-contoh latihan soal dan diakhiri dengan pemberian latihan-latihan soal atau latihan soal untuk dikerjakan di rumah. Pendekatan pembelajaran mekanistik cenderung membuat siswa pasif dan kurang kreatif selama proses pembelajaran. Kemampuan siswa kurang tergali dengan pendekatan pembelajaran ini. Guru lebih mendominasi proses pembelajar-an di kelas, sehingga pembelajaran lebih berpusat pada guru. Pada akhirnya siswa hanya mengikuti semua kemauan atau intruksi gurunya di kelas tanpa menelaah-nya terlebih dulu. Oleh karena itu, diperlukan solusi suatu pendekatan pembelajaran matematika yang dapat membuat siswa aktif, kreatif dan berani mengambil keputusan atau kesimpulan. Pendekatan pembelajaran yang mengedepankan aktifitas siswa dan berpusat pada siswa, bukan berpusat pada guru. Salah satunya adalah pendekatan matematika realistik, suatu pendekatan pembelajaran matematika yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme. Pendekatan realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan bahwa siswalah yang mengkonstruksi atau membangun pengetahuannya sendiri. Teori belajar konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik sebagai kunci dalam pembelajaran. Pengetahuan tidak dapat begitu saja ditransfer dari seorang guru ke siswa, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh siswa. Keaktifan siswa yang diwujudkan li dengan rasa ingin tahunya sangat berperan dalam mengembangkan pengetahuannya. Dalam situasi ini guru mengfungsikan dirinya sebagai fasilator, mediator dan motivator untuk membantu siswa mengkonstruksi pengetahuannya dan terlibat bersama-sama siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga diharapkan dengan penerapan pendekatan realistik dapat meningkatkan prestasi belajar matematika daripada pendekatan mekanistik. Keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran ditentukan pula oleh faktor internal dalam diri siswa terutama faktor nonkognitif, salah satunya adalah minat siswa pada pelajaran matematika. Semakin tinggi minat siswa, akan semakin tinggi pula rasa percaya diri siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan tidak banyak memikirkan kegagalan. Hal ini disebabkan siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika mempunyai motivasi belajar yang tinggi dengan pelajaran yang diminatinya. Kemampuan mereka dalam mengingat atau me-nyelesaikan soal-soal matematika lebih terasah daripada siswa yang memiliki minat sedang dan rendah. Sehingga dalam menerima materi pelajaran akan mudah diterima pada siswa yang memiliki minat tinggi. Dengan demikian, minat sangat menentukan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran matematika, baik dalam pendekatan realistik maupun pendekatan mekanistik. Sehingga siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika akan memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang dan rendah. Demikian pula siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika akan memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik dari-pada siswa yang memiliki minat rendah. Pada pendekatan realistik, siswa-siswa yang memiliki minat tinggi mampu beradaptasi dan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang atau rendah, demikian pula halnya pada pendekatan mekanistik. Hal ini disebabkan siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai kemampuan mengingat dan lii menyelesaikan soal-soal matematika yang lebih baik, karena mereka mempunyai semangat belajar yang tinggi dalam pelajaran yang diminatinya. Sehingga dalam berbagai pendekatan pembelajaran baik itu pen-dekatan realistik ataupun pendekatan mekanistik, siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai minat sedang atau rendah. Demikian halnya pada siswa yang memiliki minat sedang akan memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah. Jika ditinjau dari minat siswa pada pelajaran matematika, pada siswa yang memiliki minat tinggi, tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang diajar dengan pendekatan realistik maupun pendekatan mekanistik. Hal ini disebabkan pada siswa yang memiliki minat tinggi mereka dapat beradaptasi pada pendekatan realistik dan juga mampu beradaptasi dengan pendekatan mekanistik. Siswa yang memiliki minat tinggi tidak mengalami ke-sulitan dalam belajarnya walaupun mereka diajar dengan pendekatan mekanistik. Sehingga kemungkinan mereka mempunyai prestasi belajar matematika yang sama antara pendekatan mekanistik dan realistik. Pada siswa yang memiliki minat sedang, mereka mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik pada pendekatan realistik daripada pendekatan mekanistik. Hal ini disebabkan pada pendekatan realistik siswa-siswa yang memiliki minat sedang dapat mengembangkan kemampuan mereka disebabkan ciri pendekatan realistik yang membuat siswa aktif. Ini sangat berbeda ketika mereka diajar dengan menggunakan pendekatan mekanistik, yang membuat mereka pasif dan kurang dapat mengembangkan kemampuan yang mereka miliki. Sedangkan pada siswa yang memiliki minat rendah, kemungkinan mereka mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik pada pendekatan realistik liii daripada pendekatan mekanistik Hal ini dimungkinkan pada pendekatan realistik dapat menumbuhkan minat siswa agar lebih berminat lagi pada matematika. Selama ini pendekatan pembelajaran mekanistik membuat siswa bosan dan tertekan dalam belajar matematika, sehingga siswa menjadi tidak berminat pada matematika dan akhirnya siswa malas dalam belajar matematika. Hal ini sangat berbeda pada pendekatan realistik yang memberi kebebasan kepada siswa untuk menyelesaikan soal-soal matematika dengan cara mereka sendiri, siswa diberi kebebasan untuk menyelesaikan soal-soal matematika dengan inisiatif dan langkah mereka sendiri. Sehingga pendekatan realistik dapat menumbuhkan minat yang rendah pada matematika agar lebih menyukai pelajaran matematika. D. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. 1. Prestasi belajar matematika siswa yang mendapat pembelajaran pendekatan realistik lebih baik daripada yang mendapat pendekatan mekanistik. 2. Prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang dan rendah, dan prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat sedang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah. 3. Pada pendekatan realistik, siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang dan rendah, dan siswa yang memiliki minat sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah. 4. Pada pendekatan mekanistik, siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang dan liv rendah, dan siswa yang memiliki minat sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah. 5. Pada siswa yang memiliki minat tinggi, pendekatan realistik tidak memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik (tidak ada perbedaan prestasi belajar). 6. Pada siswa yang memiliki minat sedang, pendekatan realistik memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik. 7. Pada siswa yang memiliki minat rendah, pendekatan realistik memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik. lv BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada kelas V Sekolah Dasar se kecamatan Kutowinangun kabupaten Kebumen. Tempat penelitian ini adalah SD Negeri 1 Pekunden, SD Negeri 2 Karangsari, SD Negeri Mrinen, SD Negeri Tanjungsari, SD Negeri 1 Triwarno dan SD Negeri 2 Babadsari. Sedangkan uji coba instrumen dilaksanakan di SD Negeri 1 Jlegiwinangun, SD Negeri 2 Kutowinangun dan SD Negeri Kaliputih. 2. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian dibagi dalam tiga tahap yaitu: a. Tahap Persiapan 1. Bulan Juni 2009 : pengajuan judul tesis 2. Bulan Juli 2009 : pengajuan proposal tesis 3. Bulan Agustus 2009 : pengajuan instrumen penelitian b. Tahap Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2009. c. Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan 1. Bulan Januari 2010 : pengolahan data 2. Bulan Februari-Maret 2010 : penyusunan laporan B. Metode Penelitian lvi Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (quasi experimental) karena penelitian ini tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa variabel yang diteliti. Budiyono (2003: 82) mengatakan bahwa, tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pendekatan mekanistik sebagai kelas kontrol dan pendekatan realistik sebagai kelas eksperimen. Kedua kelas diasumsikan sama dalam semua segi dan hanya berbeda dalam pemberian pendekatan pembelajaran. Variabel bebas lain yang ikut mempengaruhi variabel terikat adalah minat siswa pada pelajaran matematika. Sebelum memulai perlakuan, terlebih dahulu dilakukan uji keseimbangan dengan menggunakan uji t. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak. Data yang digunakan untuk menguji keseimbangan adalah nilai ujian sekolah (UAS) kelas IV Sekolah Dasar tahun ajaran 2008/2009 untuk mata pelajaran matematika pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada akhir eksperimen, kedua kelas tersebut diukur dengan menggunakan alat ukur yang sama, yaitu soal-soal tes prestasi belajar matematika pada materi luas bangun datar semester 1 kelas V SD. C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Penelitian lvii Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD se kecamatan Kutowinangun kabupaten Kebumen tahun ajaran 2009/2010. Populasi berjumlah 36 SD yang terdiri dari 32 SD negeri dan 4 Madrasah Ibtidaiyah (MI). 2. Sampel Penelitian Sampel penelitian ini adalah sebagian siswa kelas V SD di kecamatan Kutowinangun. Sampel penelitian terdiri dari 6 SD dimana 3 SD sebagai kelas eksperimen dan 3 SD sebagai kelas kontrol. Tiap SD diambil masing-masing 1 kelas untuk dijadikan sampel penelitian. 3. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan stratified cluster random sampling yaitu dengan cara memandang peringkat dalam populasi dan mengelompokkannya dalam beberapa kelompok. Dalam hal ini sekolah akan diurutkan dari peringkat tertinggi sampai dengan peringkat terendah, kemudian dikelompokkan dalam satuan kelompok dan selanjutnya tiap sekolah diacak dengan undian. Sekolah akan dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan peringkat sekolah dasar di kecamatan Kutowinangun. Peringkat ini berdasarkan pada hasil UASBN tingkat SD tahun pelajaran 2008/2009 di kecamatan Kutowinangun. Kelompok pertama, SD dengan peringkat 1 sampai 12, kelompok kedua, SD dengan peringkat 13 sampai 24 dan kelompok ketiga, SD dengan peringkat 25 sampai 36. Kemudian dari tiap kelompok diambil secara acak masing-masing 1 sekolah untuk kelas eksperimen dan 1 sekolah untuk kelas kontrol. Dari peringkat 1 sampai 12 terpilih SD Negeri 1 Pekunden untuk kelas eksperimen dan SD Negeri Tanjungsari untuk kelas kontrol. Peringkat 13 sampai 24 terpilih SD Negeri 2 Karangsari sebagai kelas eksperimen dan SD Negeri 1 Triwarno sebagai kelas kontrol. Peringkat 25 sampai 36 terpilih SD Negeri Mrinen sebagai kelas eksperimen dan SD Negeri 2 Babadsari sebagai kelas kontrol. lviii D. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah: a. Variabel Terikat 1) Prestasi Belajar Matematika a) Definisi Operasional: prestasi belajar matematika adalah hasil pengusaan atau ketrampilan yang diperoleh seseorang (siswa) setelah proses belajar matematika yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka ataupun huruf. b) Skala Pengukuran: skala interval. c) Indikator: nilai tes prestasi belajar matematika siswa pada materi luas bangun datar. d) Simbol: AB b. Variabel Bebas 1) Pendekatan Pembelajaran a) Definisi Operasional: pendekatan pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh guru atau siswa dalam menunjang efektivitas pembelajaran dan untuk mencapai tujuan pembelajaran materi tertentu. b) Skala Pengukuran: skala nominal. c) Indikator: perlakuan terhadap kelas eksperimen menggunakan pendekatan realistik dan kelas kontrol dengan menggunakan pendekatan mekanistik. d) Simbol: A. 2) Minat Siswa pada Pelajaran Matematika a) Definisi Operasional: minat siswa pada pelajaran matematika adalah kecenderungan yang tinggi atau keinginan yang besar dari seorang siswa lix terhadap pelajaran matematika serta menfokuskannya pada pelajaran tersebut dengan perasaan senang. b) Skala Pengukuran: skala interval yang ditransformasikan ke dalam skala ordinal dengan kategori tinggi, sedang dan rendah. Untuk kategori tinggi : Xi > X + Untuk kategori sedang : X - Untuk kategori rendah : Xi < X - 1 s 2 1 1 s ≤ Xi ≤ X + s 2 2 1 s 2 dengan: s adalah standar deviasi X i adalah skor total siswa ke-i, dimana i = 1, 2, 3,…, n X adalah rerata dari seluruh skor total siswa. c) Indikator: Skor angket minat siswa pada pelajaran matematika. d) Simbol: B. E. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah sebagai berikut. 8. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yang digunakan pada penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang kemampuan awal siswa yang diambil dari nilai ujian akhir semester (UAS) kelas IV Sekolah Dasar tahun ajaran 2008/2009 untuk mata pelajaran matematika pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yang digunakan dalam menguji keseimbangan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. lx 9. Metode Tes Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai prestasi belajar matematika siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Untuk memperoleh data tentang prestasi belajar matematika dalam penelitan ini disusun instrumen tes prestasi belajar matematika pada materi luas bangun datar. Instrumen ini berupa tes objektif atau tes pilihan ganda yang berjumlah 35 soal dengan 4 alternatif pilihan jawaban (option). Instrumen ini harus memenuhi. 1) Validitas Isi Menurut Budiyono (2003: 58), suatu instrumen valid menurut validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi atau hal yang akan diukur. Pada kasus ini, validitas tidak dapat ditentukan dengan mengkolerasikannya dengan suatu kriteria, sebab tes itu sendiri adalah kriteria dari suatu kemampuan siswa. Untuk instrumen ini, supaya tes mempunyai validitas isi, harus diperhatikan hal-hal berikut. (1) Tes harus dapat mengukur sampai seberapa jauh tujuan pem-belajaran tercapai ditinjau dari materi yang telah diajarkan. (2) Penekanan materi yang akan diujikan harus seimbang dengan penekanan materi yang telah diajarkan. (3) Materi pelajaran untuk menjawab soal-soal ujian sudah pernah dipelajari dan dapat dipahami oleh testi (Budiyono, 2003: 69). Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi atau tidak, biasanya dilakukan melalui experts judgement (penelitian yang dilakukan oleh para pakar) dan semua kriteria penelaahan instrumen tes harus disetujui minimal oleh dua validator dari tiga validator yang ada. lxi 2) Tingkat Kesukaran Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadahi artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir soal digunakan rumus: P= B Js keterangan : P : Indeks kesukaran B : Banyak peserta tes yang menjawab item soal dengan benar Js : Jumlah seluruh peserta tes (Suharsimi Arikunto, 1998: 212). Penafsiran atas tingkat kesukaran (TK) soal/butir tes digunakan kriteria menurut Witherington dalam Anas Sudijono (2003: 374) sebagai berikut. Tabel 3.1 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Tes Besar TK Interpretasi TK < 0,25 Terlalu Sukar 0,25 ≤ TK ≤ 0,75 Cukup (Sedang) TK > 0,75 Terlalu Mudah Lebih lanjut Anas Sudijono menyatakan butir soal dikategorikan baik jika derajat kesukaran butir cukup (sedang). Oleh karena itu, untuk keperluan pengambilan data dalam penelitian ini digunakan butir-butir soal dengan kriteria cukup (sedang), yaitu dengan membuang butir-butir soal dengan kategori terlalu mudah dan terlalu sukar. 3) Daya Pembeda lxii Daya pembeda soal/butir tes ialah bagaimana kemampuan soal/butir itu membedakan siswa-siswa yang termasuk kelompok pandai dengan siswa-siswa yang termasuk kelompok kurang (Ngalim Purwanto, 2001: 120). Suatu butir soal mempunyai daya pembeda yang baik jika kelompok siswa yang pandai menjawab benar lebih banyak daripada kelompok siswa yang kurang pandai. Daya pembeda soal dapat dihitung dengan meng-gunakan rumus momen produk dari Karl Pearson: rxy = nå XY - (å X )(å Y ) (nå X 2 - (å X )2 )(nå Y 2 - (å Y )2 ) dengan: rxy : indeks daya pembeda item soal n : banyaknya subyek yang dikenai tes X : skor butir soal Y : skor total tiap siswa (Budiyono, 2003: 65). Daya pembeda soal dapat bernilai positif, negatif atau nol. Dalam penelitian ini daya pembeda soal yang digunakan adalah yang bernilai positif. Daya pembeda soal dikatakan: o memadai, jika rxy ³ 0,3 o tidak memadai, jika rxy < 0,3 (Budiyono, 2003: 65). Dalam penelitian ini digunakan indeks daya pembeda soal yang lebih dari atau samadengan 0,3 atau rxy ³ 0,3. Jika indeks daya pembeda soal rxy < 0,3 maka soal itu tidak digunakan. 4) Reliabilitas lxiii Instrumen dikatakan reliabel berarti dapat memberikan hasil yang relatif sama pada saat dilakukan pengukuran lagi pada responden yang sama pada waktu yang berlainan. Reliabilitas tes hasil belajar diuji dengan rumus KR-20 yaitu: 2 æ n öæç st - å pi q i r11 = ç ÷ 2 st è n - 1 øçè ö ÷ ÷ ø dengan: r11 : indeks reliabilitas instrumen n : banyaknya butir instrumen pi : proporsi cacah subyek yang menjawab benar pada butir ke-i qi : 1 - pi, i: 1, 2, ..., n st2 : variansi total (Budiyono, 2003: 69). Kriteria reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (1998: 71) adalah: 0,00 £ r11 £ 0,20 reliabilitas sangat rendah 0,20 < r11 £ 0,40 reliabilitas rendah 0,40 < r11 £ 0,60 reliabilitas cukup 0,60 < r11 £ 0,80 reliabilitas tinggi 0,80 < r11 £ 1,00 reliabilitas sangat tinggi. Dalam penelitian ini digunakan koefisien reliabilitas antara 0,60 < r11 £ 1,0. 10. Metode Angket Menurut Budiyono (2003: 47), “metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian, responden atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis”. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket berbentuk objektif dengan 5 alternatif jawaban. Metode angket ini digunakan untuk mengetahui minat siswa pada matematika. Prosedur pemberian skor berdasarkan tingkat minat siswa pada matematika, yaitu: lxiv 1) Untuk pernyataan positif i. Jawaban a dengan skor 5 menunjukkan minat paling tinggi pada pelajaran matematika. ii. Jawaban b dengan skor 4 menunjukkan minat tinggi pada pelajaran matematika. iii. Jawaban c dengan skor 3 menunjukkan minat sedang pada pelajaran matematika. iv. Jawaban d dengan skor 2 menunjukkan minat rendah pada pelajaran matematika. v. Jawaban e dengan skor 1 menunjukkan minat paling rendah pada pelajaran matematika. 2) Untuk pernyataan negatif i. Jawaban a dengan skor 1 menunjukkan minat paling rendah pada pelajaran matematika. ii. Jawaban b dengan skor 2 menunjukkan minat rendah pada pelajaran matematika. iii. Jawaban c dengan skor 3 menunjukkan minat sedang pada pelajaran matematika. iv. Jawaban d dengan skor 4 menunjukkan minat tinggi pada pelajaran matematika. v. Jawaban e dengan skor 5 menunjukkan minat paling tinggi pada pelajaran matematika. Angket ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana minat siswa pada pelajaran matematika. Angket ini terdiri dari 40 butir pertanyaan yang berisi tentang minat siswa pada pelajaran matematika dengan 5 alternatif jawaban yang dijawab oleh siswa sesuai lxv dengan kondisi siswa yang sebenarnya. Angket tersebut dikatakan baik jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut. a) Validitas Isi Supaya angket respon siswa mempunyai validitas isi, maka harus diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut. (1) Butir-butir angket sudah sesuai dengan kisi-kisi angket. (2) Kesesuaian kalimat dengan ejaan yang disempurnakan. (3) Kalimat pada butir-butir angket mudah dipahami siswa (responden). (4) Ketetapan dan kejelasan perumusan petunjuk pengisian angket. Untuk menilai apakah instrumen angket minat tersebut mempunyai validitas isi, penilaian ini dilakukan oleh para pakar atau validator (experts judgment) dan semua kriteria disetujui minimal oleh dua validator dari tiga validator yang ada. b) Konsistensi Internal Uji konsistensi internal yang digunakan dalam angket minat siswa pada pelajaran matematika ini menggunakan rumus korelasi produk momen dari Karl Pearson sebagai berikut: rxy = nå XY - (å X )(å Y ) (nå X 2 - (å X )2 )(nå Y 2 - (å Y )2 ) dengan: rxy : indeks konsistensi internal n : banyaknya subyek yang mengisi angket X : skor butir angket Y : skor total angket tiap siswa (Budiyono, 2003: 65). lxvi Indeks konsistensi internal suatu angket dapat bernilai positif, negatif atau nol. Dalam penelitian ini indeks konsistensi internal yang digunakan adalah yang bernilai positif. Indeks konsistensi internal butir angket dikatakan: o konsisten (valid), jika rxy ³ 0,3 o tidak konsisten (tidak valid), jika rxy < 0,3 (Budiyono, 2003: 65). Dalam penelitian ini digunakan indeks konsistensi internal yang lebih dari atau samadengan 0,3 atau rxy ³ 0,3. Jika indeks konsistensi internal rxy < 0,3 maka butir angket itu tidak digunakan. c) Uji Reliabilitas Dalam penelitian ini, untuk uji reliabilitas angket digunakan rumus Alpha, sebab skor butir angket bukan 1 dan 0. hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1998: 192) yang menyatakan bahwa, “rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian”. Adapun rumus Alpha (Budiyono, 2003: 70) adalah sebagai berikut: 2 æ n öæç å s i r11 = ç ÷ 12 st è n - 1 øçè ö ÷ ÷ ø dengan : r11 : indeks reliabilitas instrumen n : banyaknya butir instrumen si2 : variansi butir ke - i, i = 1, 2, …, n st2 : variansi skor total yang diperoleh subyek uji coba. Kriteria reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (1998: 71) adalah: 0,00 £ r11 £ 0,20 reliabilitas sangat rendah lxvii 0,20 < r11 £ 0,40 reliabilitas rendah 0,40 < r11 £ 0,60 reliabilitas cukup 0,60 < r11 £ 0,80 reliabilitas tinggi 0,80 < r11 £ 1,00 reliabilitas sangat tinggi Dalam penelitian ini digunakan koefisien reliabilitas antara 0,60 < r11 £ 1,0. F. Teknik Analisis Data 1. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini memiliki kemampuan awal yang sama. Dalam menguji keseimbangan kedua sampel digunakan uji t. Data yang digunakan untuk menguji keseimbangan diambil dari dokumentasi nilai ujian akhir sekolah (UAS) kelas IV Sekolah Dasar tahun ajaran 2008/2009 untuk mata pelajaran matematika pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Langkah-langkah sebagai berikut: a. Hipotesis Ho : m1 = m2 (kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal sama) H1 : m1 ¹ m2 (kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal berbeda) b. Taraf Signifikansi (α) = 0,05 c. Statistik uji yang digunakan: t= (X sp 1 -X2 ) 1 1 + n1 n 2 ~ t( n1 + n2 - 2 ) ; s p = keterangan: lxviii (n1 - 1) s12 + (n 2 - 1) s 22 n1 + n 2 - 2 X 1 : mean dari sampel kelompok eksperimen X 2 : mean dari sampel kelompok kontrol sp : deviasi baku dari kelas eksperimen dan kontrol (sampel) s12 : variansi dari kelompok eksperimen s 22 : variansi dari kelompok kontrol n1 : ukuran kelompok eksperimen n2 : ukuran kelompok kontrol d. Daerah kritik (DK) ={ 뽐|뽐 e. Keputusan uji 뽐 atau 뽐 ; 뽐 ; } Ho ditolak jika thitung terletak di daerah kritik f. Kesimpulan i. Kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal sama jika Ho diterima ii. Kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal berbeda jika Ho ditolak (Budiyono, 2000:157). 2. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors dengan prosedur: 1) Hipotesis Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal lxix H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2) Taraf Signifikansi ( a ) = 0,05 3) Statistik Uji L = max F ( zi ) - S ( zi ) , dimana zi = (X i -X s ) dengan: F(zi) : P(Z £ zi); Z ~ N(0, 1) S(zi) : proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh Z Xi : skor responden X : mean dari skor responden s : deviasi baku dari skor responden 4) Daerah Kritik (DK) ={ L | L > L a ; n }; n adalah ukuran sampel 5) Keputusan Uji Ho ditolak jika Lhitung terletak di daerah kritik 6) Kesimpulan a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika Ho diterima b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika Ho ditolak (Budiyono, 2000: 171). b. Uji Homogenitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur sebagai berikut: 1) Hipotesis Ho : s 1 = s 2 = ... = s k (populasi-populasi homogen) 2 2 2 lxx H1 : tidak semua variansi sama (populasi-populasi tidak homogen) untuk i ¹ j; i: 1, 2 (k = 2 untuk baris); j: 1, 2, 3 (k = 3 untuk kolom) 2) Taraf Signifikansi ( a ) = 0,05 3) Statistik Uji χ2= 2,303 ( f log RKG c k åf j =1 j log sj2) dengan: k : banyaknya sampel f : derajat kebebasan untuk RKG = N - k N : banyaknya seluruh nilai (ukuran) fj : derajat kebebasan untuk sj2 = nj - 1 j : 1, 2, ..., k nj : cacah pengukuran pada sampel ke- j RKG = å SS åf sj = j 2 SS j j (å X ) - 2 SS j = å X j 2 c = 1+ j nj fj 1 æç 1 1 ö÷ å 3(k - 1) çè f j f ÷ø 4) Daerah Kritik (DK) = {χ2 | χ2 > χ2α; k –1} 5) Keputusan uji H0 ditolak jika χ2 hitung terletak di daerah kritik 6) Kesimpulan a) Populasi-populasi homogen jika H0 diterima b) Populasi-populasi tidak homogen jika H0 ditolak (Budiyono, 2000: 176). 3. Pengujian Hipotesis lxxi Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, dengan pendekatan data sebagai berikut: X ijk = m + a i + b j + (ab )ij + e ijk dengan : Xijk : data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j m : rerata dari seluruh data ( rerata besar, grand mean ) ai : efek baris ke-i pada variabel terikat bj : efek kolom ke-j pada variabel terikat (ab ) ij : kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat e ijk : deviasi data Xijk terhadap rataan populasinya ( mij ) yang berdistribusi normal dengan rerata 0 i : 1, 2; 1 : pendekatan realistik 2 : pendekatan mekanistik j : 1, 2, 3; 1 : minat tinggi pada pelajaran matematika 2 : minat sedang pada pelajaran matematika 3 : minat rendah pada pelajaran matematika k : 1, 2, ..., nij; nij : cacah data amatan pada setiap sel ij. Tabel 3. 2. Tata Letak Data B b1 b2 b3 Total a1 AB11 AB12 AB13 A1 a2 AB21 AB22 AB23 A2 Total B1 B2 B3 G A lxxii Jumlah rataan pada baris ke-i adalah Ai, jumlah rataan pada kolom ke-j adalah Bj dan rataan pada sel ij adalah ABij, sedangkan jumlah rataan semua sel adalah G, a1 : pendekatan realistik b1 : minat tinggi pada pelajaran matematika a2 : pendekatan mekanistik b2 : minat sedang pada pelajaran matematika b3 : minat rendah pada pelajaran matematika. Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, yaitu: a. Hipotesis 1) H0A : a i = 0 untuk setiap i = 1, 2 (tidak ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat) H1A : paling sedikit ada satu a i yang tidak nol (ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat) 2) H0B : b j = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat) H1B : paling sedikit ada satu b j yang tidak nol (ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat) 3) H0AB : ( ab )ij = 0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 ( tidak terdapat interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat) H1AB : paling sedikit ada satu ( ab )ij yang tidak nol ( terdapat interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat ). b. Komputasi Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, untuk memudahkan perhitungan didefinisikan besaran-besaran (1), (2), (3), (4) dan (5) sebagai berikut: lxxiii (1) = (4) = G2 ; pq å j (2) = å SS ij ; (3) = Bj 2 p ; (5) = å AB å i i, j 2 ij i, j dengan: nij : ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j) : banyaknya data amatan pada sel ij : frekuansi sel ij n h N : rataan harmonik frekuensi seluruh sel = : ån ij pq 1 å i , j nij = banyaknya seluruh data amatan i, j SS ij : åX 2 ijk k æ ö ç å X ijk ÷ k ø -è nij 2 : jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij AB ij : rataan pada sel ij Ai : å AB ij å AB ij = jumlah rataan pada kolom ke-j å AB ij = jumlah rataan semua sel = jumlah rataan pada baris ke-i j Bj : i G : i, j p : banyak baris q : banyak kolom lxxiv 2 Ai ; q Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima jumlah kuadrat, yaitu : JKA = n h {(3) - (1)} JKB = n h {( 4) - (1)} JKAB = n h {(1) + (5) - (3) - ( 4)} JKG = (2) JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG dengan: JKA adalah jumlah kuadrat baris JKB adalah jumlah kuadrat kolom JKAB adalah jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom JKG adalah jumlah kuadrat galat JKT adalah jumlah kuadrat total Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah: dkA = p – 1 dkT = N – 1 dkB = q – 1 dkG = N – pq dkAB = (p – 1)(q – 1) Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing diperoleh rerata kuadrat berikut: RKA = JKA dkA RKAB = RKB = JKB dkB RKG = JKAB dkAB JKG dkG c. Statistik Uji Fa = RKA RKG Fab = lxxv RKAB RKG Fb = RKB RKG d. Taraf Siginifikansi ( a ) = 0,05 e. Daerah Kritik 1) Daerah kritik Fa adalah DK = {Fa Fa > Fa ; p -1, N - pq 2) Daerah kritik Fb adalah DK = {Fb Fb > Fa ; q -1, N - pq } } 3) Daerah kritik Fab adalah DK = {Fab Fab > Fa ; ( p -1)( q -1), N - pq } f. Keputusan Uji H0 ditolak jika Fhitung terletak di daerah kritik g. Rangkuman Analisis Sumber JK dk RK Fhitung Ftabel Baris (A) JKA p-1 RKA Fa Ftabel Kolom (B) JKB q-1 RKB Fb Ftabel Interaksi (AB) JKAB (p-1)(q-1) RKAB Fab Ftabel Galat (G) JKG N - pq RKG - - Total JKT N-1 - - - ( Budiyono, 2000: 211-213). 4. Uji Komparasi Ganda Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Untuk uji lanjut setelah analisis variansi digunakan metode Scheffe karena metode tersebut akan menghasilkan beda rerata dengan tingkat signifikan yang kecil. Langkah-langkah dalam menggunakan metode Scheffe sebagai berikut: a. Mengidentifikasikan semua pasangan komparasi rerata b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut lxxvi c. Menentukan taraf signifikansi ( a ) = 0,05 d. Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut 1) Komparasi rerata antar baris Fi .- j . = (X i. -X ) 2 j. æ 1 1 ö÷ RKGç + çn ÷ è i. n j . ø dengan: Fi.-j. : nilai Fhit pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j X i. : rerata pada baris ke- i X : rerata pada baris ke- j j. RKG : rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi ni. : ukuran sampel baris ke-i nj. : ukuran sampel baris ke-j Daerah kritik untuk uji ini adalah DK = {F | F > ( p - 1)Fa ; p -1, N - pq } 2) Komparasi rerata antar kolom F.i-.j = (X .i - X .j ) 2 æ 1 1 ö÷ RKGç + çn ÷ è .i n. j ø dengan: F.i-.j : nilai Fhit pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j X .i : rerata pada kolom ke- i X . j : rerata pada kolom ke- j RKG : rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi n.i : ukuran sampel kolom ke-i lxxvii n.j : ukuran sampel kolom ke-j Daerah kritik untuk uji adalah DK = {F F > (q - 1)Fa ; q -1, N - pq } 3) Komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama Fij - kj = (X ij - X kj ) 2 æ1 1 ö÷ RKG ç + çn ÷ è ij nkj ø dengan: Fij-kj : nilai Fhit pada pembandingan sel ke-ij dan sel ke-kj X ij : rerata pada sel ij X kj : rerata pada sel kj RKG : rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi nij : ukuran sel ij nik : ukuran sel kj { Daerah kritik untuk uji adalah: Fij - kj Fij - kj > ( pq - 1)Fa ; pq -1, N - pq } 4) Komparasi rerata antara sel pada baris yang sama Fij - ik = (X ij - X ik ) 2 æ1 1 ö÷ RKG ç + çn ÷ è ij nik ø dengan: Fij-ik: nilai Fhit pada pembandingan sel ke-ij dan sel ke-ik X ij : rerata pada sel ij X ik : rerata pada sel ik RKG : rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi nij : ukuran sel ij lxxviii nik : ukuran sel ik { Daerah kritik untuk uji adalah DK = Fij - ik Fij - ik > ( pq - 1)Fa ; pq -1, N - pq } e. Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasang komparasi rerata Menyusun rangkuman analisis/ komparasi ganda (Budiyono,2000: 214-215). lxxix BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Coba Instrumen 1. Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika a. Uji Validitas Isi Sebelum tes prestasi belajar matematika diberikan kepada siswa terlebih dahulu dilakukan validitas isi melalui experts judgment yaitu penilaian yang dilakukan oleh para ahli. Dalam hal ini dilakukan oleh Dr. Bambang Priyo Darminto, M.Kom, Drs. Abu Syafik, M.Pd, dan Drs. Budiyono, M.Si, ketiganya adalah dosen Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo. Hasil validitas isi menunjukan bahwa instrumen penelitian yang berupa tes prestasi belajar matematika yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 35 butir soal telah dipenuhi karena adanya kesesuaian antara kisi-kisi yang dibuat (Lampiran 6) dengan butir soal yang dipakai (Lampiran 7). Tiga belas ítem kriteria validitas isi semua disetujui oleh ketiga validator, yang berarti bahwa butir soal tes prestasi belajar matematika sebanyak 35 butir soal telah dipenuhi berdasarkan validitas isi. Hasil penilaian validitas isi selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 10. Berdasarkan uji validitas isi di atas dinyatakan bahwa instrumen tes prestasi belajar matematika tersebut dinyatakan valid. b. Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Dalam penelitian ini soal mempunyai tingkat kesukaran yang memadai jika 0,25 £ P £ 0,75, dimana P adalah indeks kesukaran. Dengan kata lain dalam penelitian ini digunakan item soal yang termasuk kategori sedang. lxxx Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran dari 35 item soal diperoleh 3 item soal yang tidak memadai yaitu item soal nomor 3 mempunyai indeks kesukaran 0,803 termasuk kategori mudah, item soal nomor 12 mempunyai indeks kesukaran 0,225 termasuk kategori sukar dan item soal nomor 18 mempunyai indeks kesukaran 0,113 termasuk kategori sukar. Sedangkan item soal yang lain mempunyai tingkat kesukaran yang memadai (kategori sedang). Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15. c. Daya Pembeda Daya pembeda masing-masing butir soal dilihat dari relasi antara skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Berdasarkan hasil uji coba 35 butir soal terhadap 71 responden terdapat 9 item soal mempunyai daya beda kurang dari 0,3 yaitu item soal nomor 12 dengan indeks daya beda -0,004, item soal nomor 14 dengan indeks daya beda 0,076, item soal nomor 15 dengan indeks daya beda -0,064, item soal nomor 18 dengan indeks daya beda -0,095, item soal nomor 24 dengan indeks daya beda 0,047, item soal nomor 27 dengan indeks daya beda 0,063, item soal nomor 28 dengan indeks daya beda 0,169, item soal nomor 32 dengan indeks daya beda 0,081 dan item soal nomor 34 dengan indeks daya beda -0,145, sehingga sembilan item soal tersebut dianggap tidak baik. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15. d. Butir Soal Yang Digunakan Berdasarkan indeks kesukaran dan daya beda yang ditetapkan dari 35 item soal, terdapat 10 item soal yang tidak dipakai (ditolak) yaitu soal nomor 3, 12,14, 15, 18, 24, 27, 28, 32 dan 34. Sehingga terpilih sebanyak 25 item soal tes prestasi belajar matematika yang semuanya mewakili masing-masing indikator yang tertuang dalam kisi-kisi lxxxi penyusunan soal. Selanjutnya dari 25 item soal tersebut dicari indeks reliabilitasnya apakah reliabel atau tidak. e. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode satu kali tes. Teknik perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks reliabilitas menggunakan Kuder Richardson KR-20. Hasil perhitungan dari 25 item soal tes prestasi belajar matematika diperoleh indeks reliabilitas instrumen sebesar 0,818. Ini menunjukkan bahwa instrumen reliabel karena nilainya lebih besar dari 0,70. Perhitungan selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 16. 2. Instrumen Angket Minat Siswa Terhadap Pelajaran Matematika a. Uji Validitas Isi Uji validitas isi untuk instrumen angket minat siswa terhadap pelajaran matematika juga dilakukan oleh Dr. Bambang Priyo Darminto, M.Kom, Drs. Abu Syafik, M. Pd dan Drs. Budiyono, M.Si, ketiganya adalah dosen Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo. Hasil validitas isi menunjukkan bahwa instrumen penelitian yang berupa angket minat siswa terhadap pelajaran matematika yang berbentuk objektif dengan 5 alternatif pilihan jawaban sebanyak 40 butir soal telah dipenuhi karena adanya kesesuaian antara kisi-kisi yang dibuat (Lampiran 8) dengan butir soal yang dipakai (Lampiran 9). Delapan item kriteria validitas isi semua disetujui oleh ketiga validator, yang berarti bahwa butir pertanyaan angket minat siswa terhadap pelajaran matematika sebanyak 40 butir pertanyaan telah dipenuhi berdasarkan validitas isi. Hasil penilaian validitas isi selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 6. Setelah dilakukan uji validitas isi, kemudian dilanjutkan uji coba angket minat siswa terhadap lxxxii pelajaran matematika. Uji coba dilakukan pada 71 siswa yang berasal dari SDN 1 Jlegiwinangun, SDN 2 Kutowinangun dan SDN Kaliputih. b. Uji Konsistensi Internal Uji konsistensi internal digunakan untuk mengetahui relasi antara skor butir pada angket dengan skor totalnya. Berdasarkan hasil uji coba 40 butir pertanyaan pada angket terhadap 71 responden, terdapat 8 item pertanyaan yang mempunyai indeks konsistensi internal kurang dari 0,3 yaitu pertanyaan nomor 2 dengan indeks konsistensi internal 0,097, pertanyaan nomor 11 dengan indeks konsistensi internal 0,175, pertanyaan nomor 14 dengan indeks konsistensi internal 0,086, pertanyaan nomor 23 dengan indeks konsistensi internal 0,033, pertanyaan nomor 30 dengan indeks konsistensi internal 0,083, pertanyaan nomor 33 dengan indeks konsistensi internal 0,272, pertanyaan nomor 36 dengan indeks konsistensi internal 0,189 dan pertanyaan nomor 37 dengan indeks konsistensi internal 0,023. Sehingga delapan item pertanyaan tersebut dianggap tidak baik, perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12. Berdasarkan uji konsistensi internal yang diterapkan pada 40 item pertanyaan, terdapat 8 item pertanyaan yang tidak dipakai (ditolak) yaitu pertanyaan nomor 2, 11, 14, 23, 30, 33, 36 dan 37. Sehingga terpilih sebanyak 32 item pertanyaan angket siswa terhadap pelajaran matematika yang semuanya mewakili masing-masing indikator yang tertuang dalam kisi-kisi penyusunan angket. Selanjutnya dari 32 item pertanyaan dalam angket dicari indeks reliabilitasnya apakah reliabel atau tidak. c. Uji Reliabilitas Angket Uji reliabilitas angket dilakukan dengan metode satu kali tes. Teknik perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks reliabilitas menggunakan rumus Alpha. Hasil perhitungan diperoleh indeks reliabilitas instrumen lxxxiii sebesar 0,854. Ini menunjukkan bahwa instrumen angket reliabel karena nilainya lebih besar dari 0,70. Perhitungan selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 13. B. Diskripsi Data Diskripsi data yang disajikan adalah data skor minat siswa pada pelajaran matematika dan data hasil tes prestasi belajar matematika siswa. Data skor minat siswa pada pelajaran matematika diambil sebelum dilakukan penelitian, baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol. Sedangkan data hasil tes prestasi belajar matematika siswa diambil setelah dilakukan eksperimen pembelajaran. 1. Data Skor Minat Siswa Pada Pelajaran Matematika a. Data Skor Minat Siswa Kelompok Eksperimen Data skor minat siswa pada pelajaran matematika untuk kelompok eksperimen berasal dari 11 siswa kelas V SDN Pekunden, 20 siswa kelas V SDN 2 Karangsari dan 29 siswa kelas V SDN Mrinen. Dari 60 siswa untuk kelompok eksperimen diperoleh nilai mean 117,5, median 116, skor maksimum 153, skor minimum 82 dan standar deviasi 16,09. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21. b. Data Skor Minat Siswa Kelompok Kontrol Data skor minat siswa pada pelajaran matematika untuk kelompok kontrol berasal dari 39 siswa kelas V SDN Tanjungsari, 15 siswa kelas V SDN 1 Triwarno dan 11 siswa kelas V SDN 2 Babadsari. Dari 65 siswa untuk kelompok kontrol diperoleh nilai mean 118,98, median 119, skor maksimum 152, skor minimum 80 dan standar deviasi 17,07. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21. c. Data Skor Minat Berdasarkan Kategori Berdasarkan data skor minat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol selanjutnya akan dikategorikan dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Dari hasil perhitungan kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh X = 118,27 dan s = lxxxiv 16,56. Penentuan untuk kategori didasarkan pada ketentuan sebagai berikut: kelompok tinggi xi > X + 1 s, kelompok sedang X - 1 s £ xi £ X + 1 s dan kelompok rendah xi 2 2 2 < X - 1 s. Sehingga untuk skor yang lebih dari 126,55 dikategorikan tinggi, untuk skor 2 yang lebih dari atau sama dengan 109,99 dan kurang dari atau sama dengan 126,55 dikategorikan sedang dan untuk skor kurang dari 109,99 dikategorikan rendah. Berdasarkan data yang telah terkumpul diperoleh 46 siswa mempunyai skor minat tinggi, 36 siswa mempunyai skor minat sedang dan 43 siswa mempunyai skor minat rendah pada pelajaran matematika. Pada kelompok eksperimen terdapat 20 siswa mempunyai skor minat tinggi, 19 siswa mempunyai skor minat sedang dan 21 siswa mempunyai skor minat rendah. Untuk kelompok kontrol terdapat 26 siswa mempunyai skor minat tinggi, 17 siswa mempunyai skor minat sedang dan 22 mempunyai skor minat rendah. 2. Data Hasil Prestasi Belajar Matematika a. Data Hasil Prestasi Belajar Matematika Kelompok Eksperimen Data hasil prestasi belajar matematika siswa untuk kelompok eksperimen berasal dari 11 siswa kelas V SDN Pekunden, 20 siswa kelas V SDN 2 Karangsari dan 29 siswa kelas V SDN Mrinen. Dari 60 siswa untuk kelompok eksperimen diperoleh nilai mean 61,33, median 60, nilai maksimum 92, nilai minimum 32 dan standar deviasi 14,35. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23. b. Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Kontrol Data hasil prestasi belajar matematika siswa untuk kelompok kontrol berasal dari 39 siswa kelas V SDN Tanjungsari, 15 siswa kelas V SDN 1 Triwarno dan 11 siswa kelas V SDN 2 Babadsari. Dari 65 siswa untuk kelompok kontrol diperoleh nilai mean lxxxv 54,46, median 56, nilai maksimum 88, nilai minimum 20 dan standar deviasi 18,41. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23. Tabel 4.1 Diskripsi Data Hasil Prestasi Belajar Matematika No. Kelompok Mean Standar Deviasi N 1. Eksperimen 61,33 14,35 60 2. Kontrol 54,46 18,41 65 3. Minat siswa tinggi 72,96 10,05 46 4. Minat Siswa Sedang 55,00 11,37 36 5. Minat Siswa Rendah 43,81 12,89 43 C. Hasil Analisis Data 1. Uji Keseimbangan Sebelum dilaksanakan penelitian dilakukan terlebih dahulu uji keseimbangan. Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian yang dikenai pendekatan pembelajaran yaitu kelompok eksperimen (pembelajaran dengan pendekatan realistik) dan kelompok kontrol (pembelajaran dengan pendekatan mekanistik) mempunyai kemampuan matematika yang sama. Hasil uji keseimbangan diperoleh nilai uji t (tobs) sebesar 0,1035 dengan nilai tabel t0,025;123 sebesar 1,960, dengan DK = {t t < -1,960 atau t > 1,960} . Karena nilai tobs Ï DK maka H0 tidak ditolak, berarti tidak terdapat perbedaan rerata antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Jadi antara siswa yang mendapatkan pendekatan pembelajaran realistik dengan pendekatan pembelajaran mekanistik mempunyai kemampuan awal yang sama. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20. 2. Uji Prasyarat Analisis lxxxvi Sebelum data dianalisa menggunakan uji anava, terlebih dahulu data harus memenuhi syarat uji normalitas dan uji homogenitas. Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. a. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data variabel terikat yaitu hasil prestasi belajar matematika yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas hasil prestasi belajar matematika dalam penelitian ini meliputi: 1) kelompok siswa dengan pendekatan pembelajaran realistik 2) kelompok siswa dengan pendekatan pembelajaran mekanistik 3) kelompok siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika 4) kelompok siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika 5) kelompok siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dengan tingkat signifikansi a = 0,05. Rangkuman uji normalitas sebagai berikut: Tabel 4.2 Rangkuman Uji Normalitas Data Hasil Prestasi Belajar Matematika No Kategori Lhitung n Ltabel Keputusan Uji Ket 1. Kel. eksperimen 0,0870 60 0,1144 H0 diterima Normal 2. Kel. kontrol 0,0728 65 0,1099 H0 diterima Normal 3. Kel. minat tinggi 0,1031 46 0,1306 H0 diterima Normal 4. Kel. minat sedang 0,0754 36 0,1477 H0 diterima Normal 5. Kel. minat rendah 0,0936 43 0,1351 H0 diterima Normal Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24. Dari hasil analisis uji normalitas hasil prestasi belajar matematika di atas, tampak bahwa nilai Lhitung untuk setiap kelompok kurang dari Ltabel berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 menunjukkan bahwa data prestasi belajar matematika kelompok eksperimen, kelompok kontrol, maupun kelompok berdasarkan kategori berasal dari populasi yang berdistribusi normal. lxxxvii b. Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel random data hasil prestasi belajar matematika kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai variansi yang sama. Demikian juga apakah sampel random data hasil prestasi belajar matematika kategori minat tinggi, sedang dan rendah mempunyai variansi yang sama. Dalam penelitian ini uji homogenitas yang digunakan uji Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat dengan tingkat signifikansi a = 0,05. Rangkuman hasil penelitian untuk uji homogenitas disajikan pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.3 Rangkuman Uji Homogenitas Variansi Kelompok c 2 obs c 2 tabel Keputusan Kesimpulan Eksperimen dan kontrol 3,5531 3,841 H0 diterima Kedua kelompok mempunyai variansi yang sama Minat tinggi, sedang dan rendah 2,5259 5,991 H0 diterima Ketiga kelompok mempunyai variansi yang sama Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25. Dari analisis uji homogenitas variansi hasil prestasi belajar matematika di atas, tampak bahwa nilai c 2 obs untuk setiap kelompok kurang dari c 2 tabel berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 menunjukkan bahwa sampel random data hasil prestasi belajar matematika kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai variansi yang sama. Demikian pula untuk sampel random data hasil prestasi belajar pada kategori minat tinggi, sedang dan rendah pada pelajaran matematika juga mempunyai variansi yang sama. 3. Uji Hipotesis Penelitian Hasil perhitungan uji hipotesis dengan analisis variansi dua jalan 2 x 3 dengan sel tidak sama dan taraf signifikansi a = 0,05 disajikan pada tabel berikut: lxxxviii Tabel 4.4 Rangkuman Analisis Variansi Sumber JK dk RK Fobs Fa Pendekatan Pembelajaran (A) 2095,006 1 2095,006 18,274 3,92 H0 ditolak 18014,220 2 9007,110 78,566 3,07 H0 ditolak 278,433 2 139,217 1,214 Galat (G) 13642,576 119 114,643 Total 34030,235 124 Minat Siswa (B) Interaksi (AB) 3,07 Keputusan uji H0 diterima Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa: a. Pada efek utama A (pendekatan pembelajaran), harga statistik uji Fa = 18,274 dan Ftabel = 3,92, ternyata Fa > Ftabel dengan demikian H0A ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 terdapat perbedaan efektivitas pembelajaran antara pendekatan realistik dan pendekatan mekanistik terhadap hasil prestasi belajar matematika siswa kelas V semester 1 pada materi luas bangun datar. b. Pada efek utama B (minat siswa pada pelajaran matematika), harga statistik uji Fb = 78,566 dan Ftabel = 3,07, ternyata Fb > Ftabel dengan demikian H0B ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 minat siswa yang tinggi, sedang dan rendah pada pelajaran matematika memberikan efek/pengaruh yang berbeda terhadap hasil prestasi belajar matematika siswa kelas V semester 1 pada materi luas bangun datar. c. Pada efek interaksi AB (pendekatan pembelajaran dan minat siswa pada pelajaran matematika), harga statistik uji Fab = 1,214 dan Ftabel = 3,07, ternyata Fab < Ftabel dengan demikian H0AB diterima. Hal ini berarti pada tingkat signifikan a = 0,05 tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat siswa pada pelajaran matematika terhadap hasil prestasi belajar matematika siswa kelas V semester 1 pada lxxxix materi luas bangun datar. Data mengenai analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama selengkapnya terdapat pada Lampiran 26. 4. Uji Komparasi Ganda Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh bahwa H0A dan H0B ditolak, sehingga perlu dilakukan uji lanjut untuk melacak perbedaan rerata khususnya pada efek utama B yaitu minat siswa pada pelajaran matematika. Dalam penelitian ini uji lanjut menggunakan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Uji komparasi ganda hanya dikenakan pada faktor kolom yang terdiri dari 3 kategori yaitu minat siswa tinggi, sedang dan rendah pada pelajaran matematika, sedangkan pada faktor baris tidak perlu dilakukan uji komparasi ganda karena hanya terdiri dari 2 kategori sehingga cukup dengan melihat rataan marginalnya. Sebelum melihat hasil komparasi rataan antar kolom, di bawah ini disajikan rangkuman rataan antar sel lengkap dengan rataan marginalnya. Tabel 4.5 Rangkuman Rataan Antar Sel dan Rataan Marginal Pendekatan Pembelajaran Minat Siswa Rataan Tinggi Sedang Rendah Marginal Eksperimen 75,80 58,53 50,10 61,33 Kontrol 70,77 51,06 37,82 54,46 Rataan Marginal 72,96 55,00 43,81 Rangkuman hasil uji komparasi rataan antar kolom seperti tabel berikut: Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom Komparasi Fhitung Fkritik Keputusan Uji µ.1 vs µ.2 60,224 6,14 H0 ditolak µ.2 vs µ.3 20,066 6,14 H0 ditolak µ.1 vs µ.3 166,711 6,14 H0 ditolak keterangan: xc m.1 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok minat tinggi m.2 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok minat sedang m.3 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok minat rendah. Berdasarkan hasil perhitungan uji komparasi rataan antar kolom, tampak bahwa ketiga hipotesis nol ditolak. Ini berarti bahwa ketiga tingkatan minat siswa pada pelajaran matematika memberi efek yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata prestasi belajar matematika antara siswa yang memiliki minat tinggi dengan siswa yang memiliki minat sedang atau rendah, serta antara siswa yang memiliki minat sedang dengan rendah. Perhitungan uji komparasi ganda selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27. D. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hipotesis Pertama Hipotesis pertama dalam penelitian ini mengatakan bahwa ”pendekatan realistik dapat menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik”. Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek utama faktor A (pendekatan pembelajaran) diperoleh harga statistik uji Fa = 18,274 dan Ftabel = 3,92 ternyata Fa > Ftabel, sehingga Fa Î DK dengan demikian H0A ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 terdapat perbedaan efektivitas antara pendekatan realistik dan pendekatan mekanistik terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas V pada materi luas bangun datar. Dilihat dari rataan marginalnya, rerata prestasi belajar matematika yang menggunakan pendekatan realistik diperoleh 61,33, sedangkan rerata prestasi belajar matematika dengan pendekatan mekanistik diperoleh 54,46. Tampak bahwa rerata prestasi belajar matematika siswa dengan pendekatan realistik lebih tinggi daripada rerata prestasi belajar matematika siswa dengan pendekatan mekanistik. Jadi dapat disimpulkan xci bahwa pendekatan realistik menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik pada siswa kelas V untuk materi luas bangun datar. Hal ini sesuai dengan hipotesis teori. 2. Hipotesis Kedua Hipotesis kedua dalam penelitian ini mengatakan bahwa “prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang atau rendah, dan prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat sedang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah”. Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan untuk sel tak sama pada efek utama faktor B (minat siswa pada pelajaran matematika) diperoleh harga statistik uji Fb = 78,566 dan Ftabel = 3,07, ternyata Fb > Ftabel sehingga Fb Î DK dengan demikian H0B ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 terdapat perbedaan efek minat siswa pada pelajaran matematika yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi luas bangun datar. Karena H0B ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut anava yaitu uji komparasi ganda. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27. Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 2 diperoleh bahwa F1-2 = 60,224 dan 2Ftabel = 6,14, ternyata F1-2 > 2Ftabel sehingga F1-2 Î DK dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika secara signifikan prestasi belajar matematikanya berbeda dengan siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika. Berdasarkan hasil rataan marginal yang dapat dilihat pada Tabel 4.5, diperoleh rerata prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat tinggi sebesar 73,29, sedangkan rerata prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat sedang sebesar 54,80. Ini menunjukkan bahwa rerata prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat tinggi lebih baik daripada rerata prestasi belajar siswa yang xcii memiliki minat sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika. Pada uji komparasi ganda antara kolom 2 dan kolom 3 diperoleh bahwa F2-3 = 20,066 dan 2Ftabel = 6,14, ternyata F2-3 > 2Ftabel sehingga F2-3 Î DK dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika secara signifikan prestasi belajar matematikanya berbeda dengan siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika. Berdasarkan hasil rataan marginalnya, diperoleh rerata prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat sedang sebesar 54,80, sedangkan rerata prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat rendah sebesar 43,96. Ini menunjukkan bahwa rerata prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat sedang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika. Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 3 diperoleh bahwa F1-3 = 166,711 dan 2Ftabel = 6,14, ternyata F1-3 > 2Ftabel sehingga F1-3 Î DK dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika secara signifikan prestasi belajar matematikanya berbeda dengan siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika. Berdasarkan hasil rataan marginalnya, diperoleh rerata prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat tinggi sebesar 73,29, sedangkan rerata prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat rendah sebesar 43,96. Ini menunjukkan bahwa rerata prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki minat xciii tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika. Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang atau rendah. Demikian pula siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan hipotesis teori. 3. Hipotesis Ketiga Sampai Dengan Hipotesis Ketujuh Hipotesis ketiga sampai dengan hipotesis ketujuh penelitian ini selengkapnya terdapat pada bab II. Hipotesis ketiga dan keempat mengenai uji beda rataan antar sel pada baris yang sama (ditinjau dari pendekatan pembelajaran). Sedangkan hipotesis kelima, keenam dan ketujuh mengenai uji beda rataan antar sel pada kolom yang sama (ditinjau dari minat siswa pada pelajaran matematika). Berdasarkan hasil anava dua jalan dengan sel tak sama diperoleh harga statistik uji Fab = 1,214 dan Ftabel = 3,07 ternyata Fab < Ftabel sehingga Fab Ï DK dengan demikian H0AB diterima. Hal ini berarti pada tingkat signifikan a = 0,05 tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat siswa pada pelajaran matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas V pada materi luas bangun datar. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa tidak tergantung oleh minat siswa pada pelajaran matematika. Dengan kata lain perbedaan prestasi belajar matematika siswa antara pendekatan realistik dan xciv pendekatan mekanistik konsisten pada tiap-tiap kategori minat siswa dan prestasi belajar matematika antara tiap-tiap kategori minat siswa konsisten pada pendekatan realistik dan mekanistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karena H0AB diterima maka per-bandingan rataan antar sel selalu konsisten pada hasil dari efek utama A dan efek utama B. Pada pendekatan realistik, siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang atau rendah dan siswa yang memiliki minat sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah. Hal ini dikarenakan secara umum mengatakan demikian. Demikian pula pada pendekatan mekanistik, siswa yang memiliki minat tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang atau rendah dan siswa yang memiliki minat sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah. Hal ini sesuai dengan hipotesis ketiga dan hipotesis keempat. Pada siswa yang memiliki minat tinggi, pendekatan realistik memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik. Karena secara umum rataan prestasi belajar matematika siswa dengan pendekatan realistik lebih baik daripada pendekatan mekanistik. Demikian pula halnya pada siswa yang memiliki minat sedang dan rendah, pendekatan realistik memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis kelima, tetapi sesuai dengan hipotesis keenam dan ketujuh. E. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang perlu peneliti kemukakan, ini dimaksudkan agar dalam penggunaan hasil penelitian tidak terdapat persepsi yang salah. Keterbatasan-keterbatasan yang dimaksud berkaitan dengan xcv beberapa aspek yaitu subyek penelitian, pendekatan pembelajaran, pelaksana eksperimen dan pengambilan data hasil belajar. 1. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD se-kecamatan Kutowinangun. Pemilihan subyek penelitian dari tiap SD didasarkan atas peringkat UASBN SD sekecamatan kutowinangun tahun pelajaran 2008/ 2009, dan kemungkinan ada yang lebih baik dari cara penentuan peringkat ini. 2. Pendekatan pembelajaran dalam penelitian ini terbatas pada pendekatan realistik dan pendekatan mekanistik sehingga mengabaikan pendekatan pembelajaran yang lain. Ada kemungkinan pendekatan pembelajaran lain dapat lebih meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada materi luas bangun datar. 3. Dalam pelaksanaan pembelajaran untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, peneliti hanya mampu mengajar pada lima SD yaitu tiga SD untuk kelas eksperimen dan dua SD untuk kelas kontrol. Sedangkan satu SD kelas kontrol peneliti meminta bantuan rekan guru untuk mengajar. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti sehingga tidak dapat mengajar pada semua SD. 4. Selama pengerjaan soal tes uji coba instrumen maupun tes hasil belajar siswa ada kemungkinan siswa bekerja sama karena keterbatasan tempat duduk, satu meja untuk dua siswa dan siswa mengerjakan soal yang sama. Ini memungkinkan hasil tes uji coba dan hasil tes belajar siswa kurang murni. xcvi BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya analisis variansi serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan di muka, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pendekatan realistik menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik untuk siswa kelas V SD pada materi luas bangun datar. 2. Siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang atau rendah, dan siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah pada pelajaran matematika. 3. Ditinjau dari pendekatan pembelajaran, siswa yang memiliki minat lebih tinggi pada pelajaran matematika mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat lebih rendah pada tiap-tiap kategori pendekatan pembelajaran. 4. Ditinjau dari minat siswa pada pelajaran matematika, pendekatan realistik menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik pada tiap-tiap kategori minat pada pelajaran matematika. xcvii B. Implikasi Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini, maka penulis akan menyampaikan implikasi yang semoga berguna baik secara teoritis maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika. 1. Implikasi Teoritis Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pendekatan mekanistik. Hal ini dikarenakan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan realistik membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar. Pendekatan realistik memberikan keleluasaan siswa mengenai cara penyelesaian soal yang tidak harus tunggal dan menghargai perbedaan pendapat antara siswa satu dengan siswa yang lain. Sehingga siswa dapat menggali kemampuannya sendiri, siswa juga diarahkan untuk bekerja sama dalam kelompok, terutama dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi misalnya dalam materi luas bangun datar. Untuk itu pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik perlu diterapkan terutama pada materi luas bangun datar. Minat siswa pada pelajaran matematika termasuk salah satu faktor bagi keberhasilan siswa dalam proses belajar matematika. Siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika akan menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat sedang dan rendah, serta siswa yang memiliki minat sedang pada pelajaran matematika akan menghasilkan xcviii prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat rendah. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika lebih aktif dalam mencari penyelesain suatu masalah dan cenderung lebih kritis daripada siswa yang memiliki minat sedang dan rendah. Dalam pelajaran matematika, minat juga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, oleh karena itu setiap siswa mempunyai kesempatan untuk memperbaiki dan meningkatkan minatnya. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan kualitas prestasi belajar matematika siswa. Prestasi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan dengan memperhatikan pendekatan pembelajaran dan minat siswa pada pelajaran matematika. Pembelajaran dengan pendekatan realistik dapat dijadikan suatu alternatif apabila guru dan calon guru matematika ingin melakukan proses pembelajaran matematika. Selain itu dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, hendaknya guru memperhatikan pula faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya adalah respons dan minat siswa dalam belajar matematika yang dimiliki oleh masing-masing siswa serta kemajemukan dalam kelas tersebut. Guru juga harus memperhatikan beberapa komponen yang mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar matematika siswa diantaranya aktivitas belajar, intelegensi, kemampuan awal, kedisiplinan siswa, bakat dan motivasi siswa, kondisi sosial ekonomi siswa, latar belakang keluarga dan lingkungan. xcix C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, ada beberapa hal yang perlu penulis sarankan, yaitu: 1. Bagi Pendidik a. Dalam penyampaian materi pelajaran matematika, guru dan calon guru bidang studi matematika perlu memperhatikan adanya pemilihan pendekatan atau metode pembelajaran yang tepat yaitu sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pembelajaran matematika adalah pendekatan realistik. b. Dalam proses pembelajaran matematika perlu memperhatikan pentingnya faktor internal dari diri siswa, salah satunya adalah minat siswa pada pelajaran matematika. Semakin tinggi minat siswa pada pelajaran matematika semakin baik pula prestasi belajar matematika yang akan diperolehnya. Untuk itu guru perlu menumbuhkan, mengembangkan, mengarahkan dan membimbing siswa agar memiliki minat yang tinggi pada pelajaran matematika. c. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru memperhatikan faktor minat siswa pada pelajaran matematika, misalnya dengan cara memilih dan menggunakan pendekatan atau metode pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa. c 2. Bagi Siswa a. Setiap siswa mempunyai minat yang berbeda-beda dan dapat dikembangkan. Oleh karena itu siswa dapat mengembangkan minat yang dimilikinya salah satunya adalah dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. b. Siswa hendaknya selalu berusaha untuk menumbuhkembangkan minatnya pada pelajaran matematika, karena dengan memiliki minat tinggi pada pelajaran matematika dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. c. Siswa hendaknya dalam kegiatan pembelajaran lebih aktif, berani mengungkapkan ide yang ada dalam pikirannya dan tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam soal. 3. Bagi Peneliti lain a. Dalam penelitian ini pendekatan pembelajaran ditinjau dari minat siswa pada pelajaran matematika. Bagi para calon peneliti yang lain mungkin dapat melakukan tinjauan dari sisi lain, misalnya gaya belajar, karakteristik cara berpikir, motivasi, aktivitas, kreativitas siswa, intelegensi dan lain-lain agar dapat lebih mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. b. Hasil penelitian ini hanya terbatas pada materi luas bangun datar di tingkat SD, sehingga mungkin bisa diterapkan pada materi matematika yang lain dengan mempertimbangkan kesesuaiannya. ci Harapan penulis yang lain adalah apa yang diteliti dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi pendidik pada umumnya dan penulis pada khususnya. cii DAFTAR PUSTAKA Akhmad Sudrajat. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran. Dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com. Diakses tanggal 4 April 2009 Anas Sudijono. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Budiyono. 2000. Statistika Dasar Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press Conny Semiawan. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks Dewi Salma Prawiradilaga. 2008. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group Endang Purwaningsih. 2004. Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw & Peta Konsep Terhadap Prestasi Belajar Fisika Dalam Materi Interferensi Cahaya Pada Lapisan Tipis Ditinjau Dari Minat dan Intelegensi Siswa. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Erman Suherman. Pendekatan Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa. Dalam http://ermansuherman.wordpress.com. Diakses 3 Maret 2009 Gravemeijer. 1999, June. ”Context Problems in Realistic Mathematics Education: A Calculus Course as an Example”. Journal of Educational Studies in Mathematics. 39(1). 111 – 129. Dalam http://proquest.umi.com/pqdweb. Diakses 6 Juli 2009 Herman Hudoyo. 1998. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud P2LPTK I Ketut Darma. 2007, Desember. ”Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme Terhadap Prestasi Belajar Matematika Terapan Pada Mahasiswa Politeknik Negeri Bali Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi”. Jurnal Teknodik. Nomor 22 Tahun XI. 108 – 127 Ismail. 2003. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Karwono. Pendekatan Dalam Pembelajaran Matematika. Dalam http://karwono. wordpress.com. Diakses tanggal 20 Mei 2009 Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya Moh Uzer Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Ngalim Purwanto. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya ciii Ngalim Purwanto. 2001. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Nursalam. Macam-Macam Minat. Dalam http://nursalam.wordpress.com. Diakses 12 Mei 2009 Oh Nam Kwon. 2008, May. ”Conceptualizing the Realistic Mathematics Education Approach in the Teaching and Learning of Ordinary Differential Equations ”. Journal for Research in Mathematics Education. 25(5). 443 – 471. Dalam www.math.uoc.qr/~ictm2/proceedings. Diakses 6 Juli 2009 Pam Chermansky, Nancy Hepp. 2008, October. ”Playing the Way to Math Learning”. Journal of Today’s Catholic Teacher. 42(2). 22. Dalam http://proquest.umi.com/pqdweb. Diakses 4 Juli 2009 Paul Suparno. 1996. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius Pentatito Gunowibowo. 2008. Efektivitas Pendekatan Realistik Dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita dan Sikap Terhadap Matematika Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas IV SD di Kecamatan Purworejo. Kabupaten Purworejo. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Poerwadarminta. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Qym. Pengertian Minat.Dalam http://qym7882.blogspot.com/2009/03/pengertianminat.html. Diakses 12 Mei 2009 Robert K. Sembiring, Sutarto Hadi & Maarten Dolk. 2008, December. ”Reforming Mathematics Learning in Indonesian Classrooms Through RME”. ZDM The International Journal on Mathematics Education. 40(6). 927 – 939. Dalam http://www.springerlink.com. Diakses 6 November 2009 Ruseffendi. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito Sahat Saragih. 2008. “Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Kemampuan Berfikir Logis Siswa Sekeloh Menengah Pertama”. Jurnal Kependidikan. 32 (1). 4 – 11 Sartono. Konstruktivisme-Perubahan Konsepsi. Dalam http://pembelajaranguru. wordpress.com. Diakses 20 Februari 2009 Siti Rohmi Yuliati. 2005, Maret. “Matematika SD yang Dikehendaki Oleh Guru, Murid dan Orang Tua”. Jurnal Pendidikan. 6 (1). 65 – 81 Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. civ Sri Wulandari Danoebroto. 2008. “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Pendekatan PMRI dan Pelatihan Metakognitif”. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Nomor 1 Tahun XI. 69 – 81 Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Suprawoto. Paparan FGD Kebumen. Dalam http://www.slideshare.net/nasupra- woto. Diakses 20 Februari 2009 Sutratinah Tirtonagoro. 2001. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bina Aksara St. Suwarsono. 2001. Beberapa Permasalahan Yang Terkait Dengan Upaya Implementasi Pendidikan Matematika Realistik di Indonesia. Makalah Pada Seminar Nasional PMRI. Yogyakarta: 14 – 15 November 2001 Syamsu yusuf dan Juntika Nur Ihsan. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya Treffers, A. 1991. Realistic Mathematics Education in The Netherlands 1980 – 1990. Utrecht: CD – B Press Freudenthal Institute Winkel, WS. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia. Yansen Marpaung. 2003. Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Makalah Pada Seminar Nasional Komperda Himpunan Matematika Indonesia Wilayah Jateng dan DIY. Surakarta Yenni B. Widjaja, André Heck. 2003. “How a Realistic Mathematics Education Approach and Microcomputer-Based Laboratory Worked in Lessons on Graphing at an Indonesian Junior High School”. Journal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia. 26(2). 1 – 51. Dalam http://staff.science.uva.nl. Diakses 4 Juli 2009 Yohanes Agus Prayoga. Pengembangan Minat Pada Anak. Dalam http://nagasakti.mervpolis.com. Diakses 12 Mei 2009 cv