Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

advertisement
II.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori-teori
2.1.1 Definisi Baitul Maal wat Tamwil
KBMT merupakan kependekan dari baitul maal wa tamwil atau dapat juga
ditulis dengan baitul maal wa baitul tamwil. Secara harfiah atau lughawi, baitul
maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha. Kedua pengertian
tersebut memiliki makna yang berbeda dan dampak yang berbeda pula. baitul
maal dengan segala konsekuensinya merupakan lembaga sosial yang berdampak
pada tidak adanya profit atau keuntungan duniawi atau material di dalamnya.
Sedangkan baitul tamwil merupakan lembaga bisnis yang karenanya harus dapat
berjalan sesuai prinsip bisnis yakni efektif dan efisien (Azis, 2006).
Sedangkan pengertian KBMT menurut Ridwan (2006) adalah organisasi
bisnis yang juga berperan sebagai lembaga sosial. Sebagai lembaga sosial, baitul
maal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan lembaga amil zakat (LAZ) atau
badan amil zakat milik pemerintah, oleh karenanya, baitul maal ini harus
didorong untuk mampu berperan secara professional menjadi LAZ yang mapan.
Fungsi tersebut paling tidak meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infaq,
sedekah, wakaf dan sumber-sumber dana sosial yang lain, serta upaya penyaluran
zakat kepada golongan yang paling berhak sesuai dengan ketentuan asnabiah
(fakir, miskin, amil/pengumpul zakat, mualaf, budak yang akan dibebaskan, orang
yang berhutang, dan orang yang dalam perjalanan, serta orang yang berjuang di
jalan Allah).
Sedangkan Rodoni (2008) mendefinisikan KBMT sebagai sebuah lembaga
ekonomi kerakyatan yang berusaha membangun kegiatan produktif dan investasi
dalam rangka menumbuhkambangkan dan meningkatkan kegiatan ekonomi
pengusaha kecil berdasarkan prinsip syariah dan koperasi.
2.1.2 Karakteristik UMKM
UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM mendefinisikan UMKM sebagai:
a. Usaha mikro memiliki kekayaan paling banyak Rp. 50.000.000 atau hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000
b. Usaha kecil memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 50.000.000 sampai
Rp 500.000.000 atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Rp 300.000.000
sampai Rp 2.500.000.000
c. Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 500.000.000
sampai
Rp
10.000.000.000
atau
hasil
penjualan
lebih
besar
dari
Rp 2.500.000.000 sampai Rp 50.000.000.000
2.1.3 Sistem Pembiayaan Bank Syariah
Pembiayaan atau financing, adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan
(Muhammad, 2005)
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi
menjadi dua hal (Antonio, 2001) :
1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha
produksi, perdagangan, maupun investasi.
2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Sedangkan menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi
menjadi dua hal. Pembagiannya adalah sebagai berikut (Antonio, 2001) :
1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan :
a. peningkatan produksi, baik secara kuantitatif (jumlah hasil produksi),
maupun secara kualitatif (peningkatan kualitas/mutu hasil produksi), b. untuk
keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal
(capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
2.1.4 Jenis-jenis Pembiayaan
Jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva
produktif dan aktiva tidak produktif (Muhammad, 2005) yaitu :
1. Jenis aktiva produktif pada bank syari‟ah, dialokasikan dalam bentuk
pembiayaan sebagai berikut :
a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip
ini meliputi :
1.
Pembiayaan Mudharabah
Adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk
melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara
kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
2.
Pembiayaan Musyarakah
Adalah perjanjian di antara para pemilik dana/modal untuk mencampurkan
dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan di antara pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya, misalnya pembiayaan modal kerja dan pembiayaan
ekspor.
b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Untuk jenis pembiayaan dengan
prinsip ini meliputi :
1.
Pembiayaan Murabahah
Perjanjian jual beli antara bank dan nasabah dimana bank syari‟ah
membeli barang yang diperlukan oleh nasabah kemudian menjualnya
kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah
dengan margin yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.
2.
Pembiayaan Salam
Adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syaratsyarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu. Pembiayaan Salam
dilakukan untuk produk-produk pertanian.
3.
Pembiayaan Istishna
Adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
dan penjual. Pembiayaan Istishna dilakukan untuk produk-produk
infrastruktur.
c. Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis pembiayaan ini diklasifikasikan
menjadi pembiayaan :
1.
Pembiayaan Ijarah
Adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu
melalui pembayaran sewa.
2.
Pembiayaan Ijarah Muntahiya Biltamlik/Wa Iqtina
Yaitu perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan
perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa
kepada pihak penyewa.
d. Surat berharga syariah
Adalah surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim
diperdagangkan di pasar uang dan/atau pasar modal antara lain wesel, obligasi
syariah, sertifikat dana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip
syariah.
e. Penempatan
Adalah penanaman dana bank syariah pada bank syariah lainnya dan/atau bank
perkreditan syariah antara lain dalam bentuk giro, dan/atau tabungan wadi‟ah,
deposito berjangka dan/atau tabungan mudharabah, pembiayaan yang
diberikan, Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank (sertifikat IMA) atau
bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah.
f. Penyertaan modal
Adalah penanaman dana bank syariah dalam bentuk saham pada perusahaan
yang bergerak di bidang keuangan syariah, termasuk penanaman dana dalam
bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity
option) atau jenis transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat
bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang
bergerak di bidang keuangan syariah.
g. Penyertaan modal sementara
Adalah penyertaan modal bank syariah dalam perusahaan untuk mengatasi
kegagalan pembiayaan dan/atau piutang (dept to equity swap) sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan bank Indonesia yang berlaku, termasuk dalam surat
utang konvesi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity option) atau jenis
transaksi tertentu yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki
saham pada perusahaan nasabah.
h. Transaksi rekening administratif
Adalah komitmen dan kontingensi (off balance sheet) berdasarkan prinsip
syariah yang terdiri atas bank garansi, akseptasi/endosemen, irrevocable Letter
of credit (L/C) yang masih berjalan, akseptasi wesel impor atas L/C, dan
garansi lain berdasarkan prinsip syariah.
i. Sertifikat Wadi‟ah Bank Syariah (SWBI)
Adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana
berjangka pendek dengan prinsip syariah.
2. Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan aktivitas pembiayaan adalah
berbentuk pinjaman yang disebut dengan :
1. Pinjaman Qardh
Adalah penyediaan dana dan/atau tagihan antara bank syariah dengan pihak
peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran
sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu.
2.1.5 Siklus Pembiayaan
Siklus pembiayaan yang dimulai sejak pengajuan permohonan pembiayaan
hingga akhirnya disetujui, dicairkan, diawasi, dan pelunasan pembiayaan, secara
grafis dapat digambarkan seperti pada gambar 2.1 berikut (Dendawijaya, 2005).
Pembiayaan
bermasalah
Permohonan
pembiayaan
Tambahan
pembiayaan
Pelunasan
pembiayaan
Analisis
pembiayaan
Perjanjian
pembiayaan
Pengawasan
pembiayaan
Pencairan
pembiayaan
Gambar 2.1 Siklus Pembiayaan
2.1.6 Permohonan Pembiayaan
Permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah kepada bank,
umumnya dilakukan dengan menyampaikan dokumen-dokumen sebagai berikut
(Dendawijaya, 2005) :
1.
Surat permohonan resmi
2.
Akte pendirian perusahaan
3.
Penjelasan singkat tentang rencana proyek
4.
Laporan kelayakan proyek
5.
Laporan keuangan perusahaan
6.
Informasi lain yang diminta bank seperti NPWP, keterangan domosili
perusahaan, izin proyek, rekening perusahaan pada beberapa bank.
2.1.7 Kelayakan Pemberian Pembiayaan
Menurut Pasal 8 UU No.7 Tahun 1992, disebutkan tentang prinsip-prinsip
pemberian kredit yang berbunyi,
Dalam memberikan kredit, bank umum wajib mempunyai keyakinan atas
kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutang pembayaran
bunga dan angsuran dengan tertib dan tepat waktu sesuai dengan yang
diperjanjikan.
Baik bank konvensional maupun bank syariah dalam memberikan
pembiayaan kepada debitur berupaya menjaga agar investasinya aman dan
menguntungkan. Untuk itu bank menerapkan prinsip-prinsip dalam menilai calon
debiturnya yaitu sebagai berikut (Wibowo dan Widodo, 2005):
a. Character, adalah penilaian watak debitur terutama mengenai itikad baik,
kejujuran, sifat, dan kepribadiannya.
b. Capacity, adalah penilaian terhadap calon nasabah dalam hal kemampuan
memenuhi kewajiban yang telah disepakati.
c. Capital, adalah modal yang dimiliki oleh debitur sendiri.
d. Collateral, adalah nilai barang jaminan yang diberikan oleh debitur yang
sepadan dengan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank
e. Condition, adalah kondisi dunia usaha, prospek ekonomi, dan kepastian.
2.1.8 Pelunasan Fasilitas Pembiayaan
Pelunasan pembiayaan adalah dipenuhinya semua kewajiban utang
nasabah terhadap bank yang berakibat hapusnya ikatan perjanjian pembiayaan
(Suyatno et al, 2007). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelunasan
pembiayaan diantaranya adalah perhitungan semua kewajiban utang nasabah
harus segera diselesaikan sampai dengan tanggal pelunasan. Kewajiban yang
harus diselesaikan adalah utang pokok, utang bunga/bagi hasil, denda-denda jika
ada serta biaya administrasi yang diperlukan.
2.1.9 Pembiayaan Bermasalah
Perkembangan pemberian pembiayaan yang paling tidak menguntungkan
bagi pihak bank adalah apabila pembiayaan yang diberikannya ternyata menjadi
pembiayaan bermasalah. Beberapa pengertian mengenai kategori kolektibilitas
pembiayaan berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia adalah sebagai
berikut (Dendawijaya, 2005) :
1. Pembiayaan
lancar,
pembiayaan
yang
tidak
mengalami
pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga/bagi hasil.
penundaan
2. Pembiayaan kurang lancar, pembiayaan yang pengembalian pokok pinjaman
dan pembayaran bunga/bagi hasilnya telah mengalami penundaan selama 3
bulan dari waktu yang diperjanjikan.
3. Pembiayaan diragukan, pembiayaan yang pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunga/bagi hasilnya telah mengalami penundaan selama 6 bulan
atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan.
4. Pembiayaan macet, pembiayaan yang pengembalian pokok pinjaman dan
bunga/bagi hasilnya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak
jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan.
2.1.10 Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah
Dalam rangka mencegah terulangnya pembiayaan macet, dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Diantaranya adalah (Untung, 2005) :
a. Memonitor dengan baik pemenuhan nasabah atas semua persyaratan
pembiayaan kredit yang disepakati bersama antara debitur dengan bank.
b. Memonitor dengan baik pemenuhan nasabah/debitur atas angsurannya sesuai
dengan yang diperjanjikan
c. Memonitor perkembangan usaha dan keuangan nasabah termasuk kemampuan
likuiditas dan pemenuhan kewajiban debitur kepada pihak lain selain bank
semisal suplier, langganan dan sebagainya.
Monitoring perlu dilakukan karena dapat memberikan peringatan dini
apabila nasabah mulai menunjukkan gejala mengalami kesulitan dalam memenuhi
kewajiban kepada bank atau pihak ke tiga. Selain itu dengan monitoring
diharapkan akan dapat melakukan tindakan untuk mencegah timbulnya
pembiayaan bermasalah pada waktu yang cepat dan tepat.
Dalam usaha mengatasi timbulnya pembiayaan bermasalah, pihak bank
dapat melakukan beberapa tindakan penyelamatan sebagai berikut (Dendawijaya,
2005):
1. Resceduling, penjadwalan kembali sebagian atau seluruh kewajiban debitur.
Misalnya angsuran pokok pinjaman yang semula dijadwalkan akan selesai
dalam jangka waktu 4 bulan diubah jadwalnya sedemikian rupa sehingga
pelunasan pembiayaan akan memakan waktu 5 bulan.
2. Reconditioning,
merupakan usaha pihak
bank untuk
menyelamatkan
pembiayaan kredit yang diberikannya dengan cara mengubah sebagian atau
seluruh kondisi (persyaratan) yang semula disepakati bersama pihak debitur
dan dituangkan dalam perjanjian kredit pembiayaan.
3. Restructuring, adalah usaha penyelamatan kredit pembiayaan yang terpaksa
harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang
mendasari pemberian kredit pembiayaan.
4. Kombinasi dari no. 1, 2 dan 3
5. Eksekusi. Jika semua usaha penyelamatan seperti diuraikan di atas sudah
dicoba, namun nasabah masih juga tidak mampu memenuhi kewajibannya
terhadap bank, maka jalan terakhir adalah bank melakukan eksekusi melalui
berbagai cara di antaranya menyerahkan kewajiban kepada Badan Urusan
Piutang Negara atau menyerahkan perkara ke pengadilan negeri.
2.1.11 Mekanisme Perputaran Dana KBMT
Proses funding
Pendiri
proses financing
SPK,SP,SW,SS
MK,MI,KO
RAT
Jasa,basil,SHU
Basil,fee,margin
Lembaga
pemodal
perangsang
SPK,SP,SW,SS
Jasa,basil,SHU
PENGURUS
SPK,wadi‟ah
titipan
OS,MMt,MMq
Basil
SHU,bonus
anggota
Anggota
Pokusma
Calon
anggota
(pemanfaat
dana dari
KBMT)
SPK,SP,SW,SS
FC,VC
PENGELOLA
Jasa,basil,SHU
kinerja
Investasi
penempatan
dana
Biaya
operasi
Sumber : Ridwan (2006)
Gambar 2.2 Mekanisme Perputaran Dana KBMT
SPK (Simpanan pokok khusus) merupakan modal awal untuk mendirikan
KBMT. Jumlah kepemilikan SPK tidak dibatasi, namun jumlah kepemilikan tidak
mempengaruhi hak suara dalam rapat. Dana ini umumnya ditarik dari aghniya,
supaya dapat mempercepat proses pendirian KBMT dan lebih cepat meningkatkan
permodalan KBMT. SP (Simpanan pokok) merupakan simpanan yang menjadi
bukti keanggotaan di KBMT. Besarnya SP setiap anggota sama dan
pembayarannya dapat diangsur sesuai dengan ketentuan KBMT. Anggota yang
sudah melunasi SP dicatat sebagai anggota penuh, dengan segala hak dan
kewajibannya, sedang yang belum melunasi SP dicatat sebagai calon anggota.
Nilai SP dapat disesuaikan dengan target market masing-masing KBMT.
SW (Simpanan wajib) merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh
setiap anggota KBMT sesuai dengan periode waktu yang telah ditetapkan misal
harian, mingguan, bulanan, lapanan, dan lain-lain. Penetapan periode pembayaran
dapat disesuaikan dengan kesanggupan anggota dengan mempertimbangkan
pendapatan anggota. Ketiga jenis sumber dana tersebut (SPK,SP,SW) dibukukan
dalam rekening modal KBMT. SS (Simpanan sukarela) merupakan simpanan atau
titipan anggota dan calon anggota kepada KBMT. Bisa dalam bentuk tabungan,
deposito atau bentuk-bentuk lain yang sah. Atas simpanan ini, KBMT
membukukannya ke dalam rekening hutang.
Jasa merupakan produk KBMT (karena memang sebagai usaha jasa
keuangan). Anggota yang telah memenuhi persyaratan dapat memperoleh
pelayanan jasa keuangan yang ada di KBMT. Basil/ bagi hasil merupakan
sejumlah imbalan yang dibayarkan karena seseorang telah memanfaatkan jasa di
KBMT.
SHU (Sisa hasil usaha atau laba) merupakan sisa pendapatan KBMT
setelah dikurangi dengan biaya-biaya selama satu tahun. Laba SHU ini akan
dibagikan kepada seluruh anggota setiap tutup buku sebanding dengan jasanya
kepada KBMT. Wadi‟ah
merupakan titipan umum yang ada di KBMT dan
umumnya yang disimpan dalam produk ini dana sosial seperti zakat, infak, dan
lain-lain. Bonus
merupakan imbalan yang diberikan oleh KBMT kepada
penyimpan dalam bentuk wadi‟ah. MI (Modal Investasi) merupakan pembiayaan
yang diberikan oleh KBMT baik kepada anggota maupun calon anggota yang
diperuntukkan pemenuhan kebutuhan investasi seperti pembelian tanah, mesin,
dan lain-lain.
MK (Modal Kerja) merupakan pembiayaan yang diberikan oleh KBMT
baik kepada anggota maupun calon anggota yang diperuntukkan pemenuhan
kebutuhan modal kerja seperti barang dagangan, bahan baku, dan lain-lain. KO/
konsumtif merupakan pembiayaan yang diberikan oleh KBMT baik kepada
anggota maupun calon anggota yang diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan
konsumtifnya seperti pembelian perabot rumah tangga, kendaraan tidak untuk
usaha, dll. Fee merupakan imbalan jasa yang harus dibayarkan oleh anggota yang
memanfaatkan jasa di KBMT dalam produk hiwalah, kafalah, wahalah,dan lainlain.
Margin merupakan keuntungan dari pembiayaan jual beli antara KBMT
dengan anggota melalui produk murabahah, salam, dan istisna’. OS/Obligasi
Syariah merupakan bentuk surat berharga bagi hasil dengan jangka waktu yang
panjang. Obligasi syariah merupakan alternatif penempatan dana yang perspektif.
MMt (mudharabah mutlaqah) merupakan bentuk penempatan atau pembiayaan
yang tidak ada ikatan khusus baik dalam jenis usaha, tempat, waktu dan lain-lain.
MMq (mudharabah muqayyadah) merupakan bentuk penempatan dana
atau pembiayaan yang di dalamnya terdapat aturan khusus seperti pembatasan
jenis usaha, waktu, tempat, dll. FC (fix cost) merupakan biaya tetap yang harus
dikeluarkan oleh KBMT meskipun produksi menurun atau biaya yang tetap harus
dibayarkan dan tidak terpengaruh dengan omzet penjualan maupun volume
produksi. VC (variable cost) merupakan kebalikan dari FC. Yakni sejumlah biaya
yang hanya akan dikeluarkan sebanding dengan tingkat produksi maupun
penjualan.
2.2
Penelitian Terdahulu
Aryati (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Permintaan
dan Efektifitas Pembiayaan Usaha Kecil Pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah
KBMT Khidmatul Ummah, Kecamatan Cibungbulang, Bogor” menyatakan bahwa
pembiayaan yang diberikan dipengaruhi secara nyata oleh skala usaha, lama
menjadi nasabah, dan jenis usaha. Sedangkan biaya peminjaman serta agunan
tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan pembiayaan. Adapun besarnya
pendapatan nasabah setelah melakukan pembiayaan mengalami peningkatan.
Akan tetapi dampak pembiayaan terhadap keuntungan nasabah tidak berpengaruh
secara nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa peranan pembiayaan belum
menunjukkan pengaruh yang besar dalam meningkatkan keuntungan usaha
nasabah yang mengindikasikan bahwa pengelolaan pembiayaan untuk dana usaha
belum terlaksana dengan baik yang dimungkinkan dari banyak pengaruh baik
internal maupun eksternal.
Hidayat
(2004)
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
“Efektifitas
Pembiayaan Pola Bagi Hasil Pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Hubbul
Wathon, Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat “ menyatakan
bahwa diantara faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan pembiayaan oleh
nasabah KBMT Hubbul Wathon adalah nisbah bagi hasil, pendapatan keluarga,
pengalaman usaha, frekuensi pinjaman, besar tunggakan, jangka waktu angsuran,
jumlah tanggungan keluarga dan tingkat pendidikan. Namun diantara faktor-faktor
tersebut, faktor besar tunggakan dan jangka waktu angsuran berpengaruh secara
nyata. Nasabah dalam hal ini benar-benar merasakan manfaat dari pembiayaan
yang diberikan oleh BMT. Nasabah merasakan kemudahan dalam pengajuan
pembiayaan. mulai dari prosedur, persyaratan, jangka waktu realisasinya yang
relatif cepat, biaya administrasi yang kecil, serta karakteristik petugas BMT yang
ramah dan terbuka. Akan tetapi dampak dari pembiayaan yang diberikan oleh
BMT tidak sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga efektifitas pembiayaan
yang telah dilakukan oleh BMT dirasa belum sepenuhnya tercapai dibuktikan
dengan frekuensi pinjaman yang rendah serta tunggakan pembiayaan yang
semakin meningkat.
2.3
Kerangka Pemikiran
Diantara faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan pembiayaan
adalah nisbah, pendapatan usaha, pengalaman usaha, frekuensi pinjaman, besar
tunggakan, jangka waktu angsuran, jumlah tanggungan keluarga, tingkat
pendidikan dan besar angsuran. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi nasabah
untuk mengajukan pembiayaan kepada KBMT. Dalam menyalurkan dananya
dalam bentuk pembiayaan atau financing, KBMT memberikan beberapa
persyaratan kepada nasabah selayaknya bank-bank umum namun lebih ringan dan
memudahkan. Setelah pembiayaan diberikan kepada nasabah maka nasabah
memiliki kewajiban untuk mengembalikan pembiayaan tersebut baik pokok dan
bagi hasil atau nisbahnya. Dalam pengembalian pembiayaan ini ada nasabah yang
mengembalikannya dengan lancar dan ada yang tidak, yang akhirnya
menimbulkan
adanya
pembiayaan
bermasalah.
Bagi
nasabah
yang
mengembalikan pembiayaan dengan lancar, diduga pembiayaan tersebut
memberikan dampak tersendiri terhadap usaha nasabah tersebut baik dari segi
pendapatan, kondisi usaha, kesejahteraan keluarga ataupun kepemilikan aset.
Sedangkan pembiayaan bermasalah yang menimpa nasabah KBMT akan
berpengaruh terhadap permodalan dari KBMT.
Semua kegiatan dari KBMT mulai dari pengumpulan dana, penyaluran
dana dan penanggulangan pembiayaan yang bermasalah akhirnya bermuara pada
evaluasi KBMT itu sendiri. Evaluasi ini diharapkan oleh KBMT akan dapat
meningkatkan kinerja, pelayanan, dan segala macam hal yang bertujuan untuk
memajukan KBMT. Secara grafis kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
dilihat pada gambar 2.3 berikut ini.
Penghimpunan dana
pada KBMT
Dana simpanan
masyarakat
Faktor yang
mempengaruhi besarnya
pengambilan pembiayaan
- nisbah
- pendapatan
- pengalaman usaha
- frrekuensi pinjaman
- besar tunggakan
- jangka waktu angsuran
- jumlah keluarga
- tingkat pendidikan
- besar angsuran
Respon pengembalian
pembiayaan oleh nasabah
- Pembiayaan lancar
- Pembiayaan kurang lancar
- Pembiayaan dalam perhatian khusus
- Pembiayaan diragukan
- Pembiayaan macet
Penyaluran
dana
(pembiayaan)
Kelancaran pengembalian
pembiayaan
Evaluasi
Peningkatan kinerja,
pelayanan, aset, dll
Keterangan :
= lingkup permasalahan
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
2.4
Hipotesis Penelitian
Dari perumusan masalah dan tujuan penelitian yang pertama dapat
dihipotesiskan bahwa :
1. Nisbah berpengaruh positif terhadap besarnya pengambilan pembiayaan
karena bagi hasil dihitung dari pendapatan nasabah, sementara nasabah
dengan pendapatan yang besar cenderung mengambil pembiayaan dalam
jumlah yang besar pula.
2. Pendapatan usaha keluarga berhubungan positif dengan besarnya pengambilan
pembiayaan. Karena semakin besar pendapatan keluarga yang didapat maka
akan semakin besar pula kemampuan nasabah tersebut dalam
membayar
angsuran.
3. Pengalaman usaha nasabah berhubungan positif dengan besarnya pengambilan
pembiayaan. Semakin lama pengalaman usaha nasabah, maka akan semakin
matang
nasabah tersebut dalam mengatur keuangannya sehingga nasabah
tersebut akan faham betul menentukan besarnya penarikan pembiayaan dan
mampu mengelolanya dengan baik.
4. Frekuensi pinjaman berhubungan positif dengan besarnya pengambilan
pembiayaan. Semakin besar frekuensi pinjaman maka akan semakin besar
juga kepercayaan KBMT terhadap nasabah. Sehingga peluang nasabah
tersebut untuk menaikkan jumlah pinjamannya akan semakin luas.
5. Jangka waktu angsuran berhubungan positif dengan besarnya pengambilan
pembiayaan. Jika jangka waktu angsuran yang ditetapkan lama, maka akan
memudahkan bagi nasabah dalam angsurannya, sehingga dapat mendorong
nasabah untuk kembali mengambil pembiayaan karena pembiayaan tersebut
dirasakan mudah oleh mereka.
6. Besar
angsuran
berhubungan
negatif dengan
besarnya
pengambilan
pembiayaan. Semakin besar jumlah angsuran yang harus dibayarkan maka
semakin kecil peluang nasabah untuk mengambil pembiayaan.
7. Jumlah
tanggungan keluarga
berhubungan
negatif
dengan
besarnya
pengambilan pembiayaan karena jumlah tanggungan tersebut berkorelasi
dengan pendapatan nasabah yang dibelanjakan untuk kebutuhan keluarganya.
Jumlah tanggungan keluarga yang banyak akan mempengaruhi kemampuan
nasabah dalam membayar angsurannya.
8. Tingkat pendidikan berhubungan positif dengan besarnya pengambilan
pembiayaan. Tingkat pendidikan nasabah akan mempengaruhi kemampuan
nasabah tersebut dalam memahami prosedur-prosedur pembiayaan serta
administrasi.
Download