BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Papua merupakan salah satu pulau besar di Indonesia yang terletak di wilayah timur Indonesia. Pulau ini mempunyai banyak kekayaan alam, mulai dari tanaman, hewan, laut, lingkungan dan masih banyak lainnya. Dewasa ini gencar dilakukan pembangunan fisik guna memfasilitasi potensi yang ada. Pembangunan yang dilakukan diantaranya jalan, jembatan, bangunan huni, bendungan, dan prasarana penunjang lainnya. Kelancaran pembangunan sangat ditentukan oleh kondisi alam seperti ketersediaan material dan tanah dasar. Tanah merupakan elemen penting karena merupakan dasar suatu bangunan berdiri, sedangkan pembangunan tidak dapat berjalan jika material yang diperlukan tidak tersedia. Secara garis besar terdapat dua jenis tanah yaitu tanah berpasir dan lempung, masing-masing jenis tanah memiliki karakteristik yang berbeda. Tanah berpasir mempunyai kekuatan dasar yang tinggi dan kemampuan meloloskan air yang baik. Tanah lempung mempunyai tingkat kembang susut yang tinggi serta daya dukung yang rendah. Kekuatan tanah lempung sangat dipengaruhi oleh kadar air, kadar air yang tinggi menyebabkan penurunan kekuatan tanah. Gambar 1.1 menunjukkan kondisi eksisting di Papua khususnya di distrik Waropko, Kabupaten Boven Digul didominasi oleh tanah merah. Tanah merah termasuk dalam tanah lempung sehingga tidak memiliki kualitas yang prima, kondisi ini diperburuk dengan ketidaksediaan batuan di daerah tersebut. Kedua bahan tersebut sangat penting dalam pembangunan, khususnya pembangunan jalan yang sedang gencar di Papua saat ini. Perbaikan tanah dapat dilakukan dengan stabilisasi, salah satu cara stabilisasi yaitu mencampurkan tanah menggunakan bahan tambah seperti semen, kapur, abu vulkanik atau bahan lain yang diharapkan dapat memperbaiki karakteristik tanah tersebut. 1 2 Gambar 1.1 Kondisi eksisting lapisan fondasi atas jalan berupa tanah merah Pemilihan bahan tambah harus mempertimbangkan karakteristik tanah dasar sehingga tepat guna. Aspek ekonomis juga tidak boleh ditinggalkan dalam penentuan metode perbaikan tanah. Bahan tambah yang memungkinkan untuk digunakan adalah semen karena mudah untuk didapatkan. Campuran tanah dan semen nantinya akan berfungsi sebagai bahan pengganti batuan pada lapis perkerasan. Selain penggunaan semen, digunakan aditif lainya berupa serbuk untuk mereduksi penambahan semen, karena penggunakaan semen yang berlebihan mengakibatkan tanah bersifat getas. Pengurangan jumlah semen juga menekan biaya yang diperlukan. Evaluasi perubahan setelah tanah dicampur semen atau setelah proses stabilisasi dapat dilakukan dengan pengujian CBR (California Bearing Ratio) dan pengujian UCS (Unconfined Compression Strength). Hasil dari kedua pengujian ini akan mereprentasikan penambahan kekuatan tanah yang sudah distabilisasi. 1.2 Rumusan Masalah Kondisi tanah di lapangan menunjukkan tanah berjenis lempung dengan karakteristik kekuatan tanah yang rendah, nilai pengembangan yang tinggi serta 3 sifat tanah yang rentan terhadap perubahan kadar air sehingga diperlukan rekayasa bahan untuk mendapatkan perkerasan jalan dengan kondisi yang layak. Penelitian ini bertujuan untuk mencari variasi campuran tanah dengan semen dan bahan serbuk aditif sehingga dapat menggantikan fungsi batuan yang sukar didapatkan di Papua. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui karakteristik tanah merah Papua. 2. Mengetahui karakteristik tanah merah Papua terhadap penambahan variasi semen dan bahan aditif serbuk. 3. Mendapatkan komposisi penambahan variasi semen dan bahan aditif serbuk sebagai bahan lapis fondasi atas jalan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan alternatif perbaikan tanah dengan penambahan semen dan bahan aditif serbuk untuk bahan tambah dalam proses stabilisasi yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan tanah khususnya tanah merah. Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat diketahui peningkatan nilai kekuatan dari CBR soaked dan UCS, sehingga dapat menjadi referensi untuk perancangan perbaikan tanah khususnya peruntukan lapis fondasi atas jalan di Papua yang efektif dan efisien. 1.5 Batasan Masalah Mempertimbangkan faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari penelitian, maka diperlukan batasan studi dalam penelitian ini. Beberapa batasan penelitian sebagai berikut. 1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Balai Geoteknik Jalan dan Jembatan, Puslitbang Bandung. 4 2. Material yang digunakan berasal dari distrik Waropko, kabupaten Boven Digul, Papua. Contoh tanah asli dalam keadaan terganggu (disturbed) dan tanah pada kedalaman 15 – 20 cm. 3. Bahan stabiliasi yang digunakan yakni semen jenis PCC merk Tiga Roda yang diperoleh dari toko bahan dan bangunan di Bandung. 4. Bahan aditif serbuk berupa Calcium Choliride Dihydrate yang digunakan dengan merek dagang NovoCrete yang diperoleh dari PT. Bumikharisma Lininusa, Jakarta. 5. Presentase semen untuk tanah lempung berkisar 6% hingga 20 %. Optimalisasi dan efisiensi penggunaan kadar semen diantara kadar 10% semen. Variasi penambahan kadar semen ditentukan sebesar 7%, 10%, 13% dari berat kering tanah lempung, sedangkan penambahan bahan aditif serbuk ditentukan sebesar 1,5% dari berat kering semen. 6. Parameter yang digunakan yaitu nilai CBR (California Bearing Ratio) soaked dan nilai UCS (Unconfined Compression Strength), dengan lama pemeraman 7 dan 14 hari. 7. Air yang digunakan diambil dari saluran air bersih di Laboratorium Balai Geoteknik Jalan dan Jembatan, Puslitbang Bandung. 1.6 Keaslian Penelitian Penelitian tentang tanah lempung dengan menggunakan bahan tambah telah banyak dilakukan, salah satunya yang dilakukan oleh Ruktiningsih (2002), yang mengambil judul “Kajian Pra-Stabilisasi Menggunakan Kapur Terhadap Stabilisasi Tanah Lempung dengan Semen”. Penelitian ini mencoba menstabilisasi tanah lempung dengan menggunakan semen. Akan tetapi sebelum melakukan hal tersebut dilakukan tahapan pra-stabilisasi terlebih dahulu, dengan menambahkan kapur untuk meningkatkan kekuatan awal tanah, dan untuk mereduksi penggunaan semen yang berlebihan. Pengujian utama yang dilakukan berupa pengujian CBR soaked dan swelling yang dilakukan pada lempung illite yang telah dipra-stabilisasi selama 7 hari menggunakan kapur padam (1%, 2% dan 3%) kemudian distabilisasi dengan kadar semen 6%, 8% dan 10%. Pengujian perbaikan tanah menggunakan pemadatan Standar Proctor, 5 tanah asli setelah dipra-stabilisasi dengan 3% kapur padam selama 7 hari kemudian dilakukan stabilisasi dengan 10% semen, swelling akan turun menjadi 1,97 % dan nilai CBR soaked naik menjadi 70,8%. Adapun penelitian yang dilakukan oleh PT. Bumikharisma Lininusa (2010), mencampurkan tanah dengan semen dan NovoCrete dengan variasi 6%, 8%, 10% dan 12% semen + 2% NovoCrete dengan lama pemeraman 3, 7 dan 14 hari. Setelah dilakukan penelitian serta percobaan terhadap variasi tambahan dilihat kenaikan perubahan yang terjadi pada tiap karakteristik tanah dan kekuatan tanah pada pengujian CBR dan UCS. Penelitian ini mencoba menggunakan tanah lempung merah yang ditabilisasi menggunakan Portland cement dengan menambahkan aditif serbuk berupa NovoCrete. Variasi semen yang digunakan yaitu 7%, 10% dan 13% dari berat kering tanah serta variasi kadar aditif serbuk yang digunakan 1,5% dari berat kering semen. Pengujian dilakukan menggunakan pemadatan modifikasi dan dilanjutkan pengujian CBR soaked dengan masa pemeraman 7 hari dan 14 hari serta pengujian UCS dengan masa pemeraman 7 hari dan 14 hari.