Kanker Usus Besar, Hindari dengan Deteksi Dini

advertisement
Kanker Usus Besar, Hindari dengan Deteksi Dini
15 Oktober 2010 KANKER kolorektal menjadi salah satu penyakit yang perjalanannya lambat. Diperkirakan butuh
waktu untuk terbentuknya kanker kolorektal itu adalah 15 hingga 20 tahun.
“Apabila seseorang terekspos dalam waktu lama dan tidak melakukan hal-hal yang melindungi, seperti
mencegah, hindari rokok, tidak makan berlebihan, olahraga, dan sebagainya, maka jadilah kanker,” tandas ahli
kanker dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI), DR dr Aru Wisaksono Sudono SpPD KHOM.
Dijelaskan Aru, hampir sama dengan kanker yang lain, kanker kolorektal memerlukan waktu yang lama untuk
berkembang, sekitar 10 hingga 25 tahun. Hal itu disebabkan oleh sebuah pertumbuhan yang tidak terkendali akibat
pajanan (exposure) bahan-bahan karsinogenik di lingkungan. Dalam keadaan awalnya akan di ”koreksi”
atau di ”eliminasi” oleh sistem surveilans dan “repair” tubuh. Bila sel tubuh terkena terus
menerus, biasanya dalam jangka waktu lama, maka lama-kelamaan badan akan kalah dan kerusakan dengan
pertumbuhan “ngaco” itu akan merajalela, maka jadilah kanker.
Karena itu, masyarakat dianjurkan melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan darah yang ada dalam tinja dan
kolonoskopi karena kecuali sebenarnya ada waktu untuk mencegah, pemeriksaan cermat dapat menghindari kanker
stadium tinggi. ”Deteksi dini kanker kolon dianjurkan kepada mereka yang telah menginjak usia 50
tahun,” ucap dokter spesialis penyakit dalam (internis) sekaligus konsultan kanker, Dr Ronald Hukom SpPD
KHOM.
Namun, Ronald menyarankan bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga pernah terkena kanker ovarium, kolon,
dan kanker paru, disarankan melakukan deteksi dini sebelum usia 50 tahun. Jadi, sebaiknya deteksi dini dilakukan sejak
usia 40 tahun bagi yang memang memiliki riwayat kanker tersebut dalam keluarganya. Satu cara yang sederhana
adalah dengan secara berkala memeriksakan kotoran atau feses, mencari darah samar yang dapat menandakan
kehadiran kanker tersebut di usus besar.
”Untuk mereka yang berumur 50 tahun, dianjurkan untuk menjalani kolonoskopi dan diulang setiap sepuluh
tahun,” sarannya.
Bagi mereka yang telah mengalami gejala, seperti perdarahan pada saat buang air besar dan tertutupnya jalan usus
atau penyumbatan, deteksi dini sangat disarankan. Untuk menangani kanker usus besar, terapi bedah merupakan cara
yang utama dan paling efektif, utamanya bila dilakukan pada penyakit yang masih terlokalisir.
Tetapi apabila sudah terjadi metastasis (penyebaran), penanganan menjadi lebih sulit. Dengan berkembangnya
kemoterapi dan radioterapi pada saat ini, memungkinkan penderita stadium lanjut atau pada kasus kekambuhan untuk
menjalani terapi adjuvan. Terapi adjuvan adalah kemoterapi yang diberikan setelah tindakan operasi pada pasien
kanker stadium III guna membunuh sisa-sisa sel kanker.
“Biasanya berupa infus obat sitostatika (antikanker) dengan berbagai kombinasi, kadang-kadang dicampur
dengan tablet atau oral tertentu,” ucap Ronald.
Sesuai dengan keadaan tumor pada saat ditemukan, kanker kolorektal dibagi menjadi 4 stadium atau tahapan,
berdasarkan kedalaman lokasi di usus, terkena atau tidaknya kelenjar getah bening di luar usus besar, dan apakah
sudah ada penyebaran di lokasi jauh seperti hati dan paru (metastasis). Stadium-stadium atau stadia tersebut
mempunyai angka harapan hidup yang berbeda serta modalitas terapi yang berbeda pula.
Kanker kolorektal berjalan lambat dan dikhawatirkan akan menimpa siapa saja secara tibatiba dengan keadaan yang
sudah kronis. Untuk itu, hindari faktor risiko, jaga kesehatan, tanamkan gaya hidup sehat menjadi tindakan yang sangat
dianjurkan untuk menghindari penyakit ini.
http://rs-triadipa.com - rs-triadipa.com
Powered by Mambo
Generated:3 November, 2017, 23:23
Download