BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Initial Public Offerings (IPO) merupakan peristiwa yang penting bagi perusahaan, dalam hal ini perusahaan menawarkan saham pada publik untuk yang pertama kali. Dengan melakukan IPO atau go public, perusahaan akan mendapatkan tambahan dana yang dapat dipergunakan untuk pengembangan usahanya. Pada saat melakukan penawaran saham perdana (IPO), perusahaan harus menyediakan prospektus yang berisi informasi keuangan dan non keuangan. Informasi keuangan atau akuntansi terdiri dari neraca (balance sheet), laporan laba rugi (income statement), laporan arus kas (cash flow statement), dan penjelasan atas laporan keuangan (notes of financial statement). Sedangkan informasi non keuangan berisi informasi mengenai underwriter, auditor independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, prosentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan, dan informasi lain yang mendukung. Informasi akuntansi berguna bagi investor dan kreditur (dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan) untuk menilai suatu perusahaan dan untuk mengambil keputusan investasi. Informasi akuntansi yang tidak valid dapat menyebabkan investor salah mengambil keputusan dan salah menanamkan dana. Bagi investor, informasi akuntansi merupakan data yang vital dalam melakukan analisis saham untuk memprediksi prospek earning di masa yang akan datang. Dengan demikian laporan keuangan sangat penting bagi investor, karena melalui 1 2 media inilah investor memahami keadaan emiten di masa lalu sebelum membuat keputusan yang akan diambilnya. Selama ini jarang ada media yang meliput kondisi suatu perusahaan selama tiga tahun terakhir sebelum perusahaan tersebut go public, sehingga investor cenderung menyandarkan diri kepada prospektus untuk mengetahui informasi dan menilai perusahaan yang go public tersebut. Sedikitnya informasi yang tersedia menyebabkan investor cenderung menyandarkan diri pada informasi yang dicantumkan dalam prospektus. Minimnya informasi yang tersedia di pasar tersebut dan memotivasi manajer melaporkan informasi yang menguntungkan dengan mempercantik laporan keuangannya (fashioning accounting reports) dengan melakukan rekayasa laporan keuangan sehingga dapat meningkatkan penerimaan melalui pengaturan tingkat laba yang dilaporkan (manajemen laba). Di Indonesia manajemen laba dikenal juga dengan istilah earnings management. Manajemen laba adalah intervensi langsung manajer dalam proses pelaporan keuangan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat tertentu, baik bagi manajer maupun perusahaan. Manajemen laba diduga muncul atau dilakukan oleh manajer atau para pembuat laporan keuangan dalam proses pelaporan keuangan suatu organisasi karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan. Manajemen laba menjadi menarik untuk diteliti karena dapat memberikan gambaran akan perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu perioda tertentu, yaitu adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk mengatur data keuangan yang dilaporkan. Perlu dicatat 3 disini bahwa manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih cenderung dikaitkan dengan pemilihan metoda akuntansi untuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting regulations. Dalam hubungan dengan penawaran saham perdana (Initial Public Offerings), manajemen laba dilakukan oleh perusahaan yang akan go public dengan harapan agar saham yang ditawarkan dapat diserap oleh pasar, sebab semakin tinggi harga yang ditawarkan dapat diserap oleh pasar semakin tinggi pula penerimaan mereka. Tingginya tingkat keuntungan yang dicapai merupakan indikasi keberhasilan usaha suatu perusahaan dan menjadi faktor tingkat penting yang dipertimbangkan oleh investor untuk memutuskan menanamkan investasinya atau tidak. Manajemen laba pada seputar penawaran saham perdana (IPO) dengan menaikkan laba (income increasing) merupakan fenomena yang logis sebab manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding pihak lain (asimetri informasi). Kesuperioran tersebut mendorong dan memotivasi manajer untuk melakukan manajemen laba dengan cara income increasing discretionary accruals dalam laporan keuangannya, baik pada perioda sebelum dan sesudah IPO. Penggunaan accruals ini dapat dilakukan dengan cara menggeser pendapatan masa depan menjadi pendapatan masa sekarang dan biaya sekarang menjadi biaya masa depan, sehingga laba pada perioda sekitar IPO dilaporkan lebih tinggi dari yang seharusnya. Akibatnya, akan terjadi penurunan laba dan kinerja perusahaan pada perioda sesudah IPO. 4 Penelitian terdahulu telah melaporkan keberadaan fenomena manajemen laba sebagai suatu wujud dari pencapaian keuntungan bagi perusahaan. Uniknya, fenomena tersebut tidak selamanya terbukti, walaupun secara teoritis memungkinkan bagi manajer untuk memanipulasi laba yang dilaporkan. Beberapa penelitian dengan topik dan obyek yang sama justru menemukan hasil yang tidak sama. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian lanjutan perlu dilakukan sebagai upaya untuk menguji validitas eksternal penelitian terdahulu. Bukti-bukti empiris tentang adanya manajemen laba antara lain ditunjukkan oleh Healy (1985), Ayres (1986), DeAngelo (1988), Jones (1991), Friedlan (1994), Neill, et. al. (1995), Teoh, et. al. (1998), dan Rangan (1998). Sementara itu, penelitian-penelitian yang tidak menemukan adanya bukti adanya manajemen laba atau terbukti tetapi lemah antara lain adalah DeAngelo (1986), Liberty dan Zimmerman (1986), dan Aharony, et. al (1993). Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaannya terletak pada jumlah sampel, tahun penelitian, dan menggunakan pendekatan model DeAngelo. Selain itu peneliti tidak hanya meneliti keberadaan atau ketiadaan manajemen laba, tetapi juga meneliti hubungan antara manajemen laba di sekitar IPO dengan kinerja operasional perusahaan pada perioda sesudah IPO. Mengacu pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menulis dan meneliti tentang “Manajemen Laba pada Perioda Sebelum dan Sesudah Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta: Analisis dengan Model DeAngelo”. 5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah 1. Apakah perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dengan cara income increasing discretionary accruals dalam laporan keuangan pada satu perioda sebelum dan sesudah IPO? 2. Apakah semakin besar tingkat income increasing discretionary accruals semakin rendah perubahan kinerja operasional perusahaan pada perioda sesudah IPO dibandingkan sesudah IPO? 1.3. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: 1.3.1. Perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2002. Alasan tahun 1994 tidak ikut disertakan karena sebelum tahun 1995, perusahaan tidak diwajibkan menyajikan laporan arus kas (laporan arus kas sangat penting karena untuk mendapatkan angka total akrual suatu perusahaan pada suatu perioda pelaporan). Sedangkan tahun 2003 tidak dapat diikutsertakan karena data pada tahun 2004 yang digunakan untuk menguji hipotesis belum tersedia. 1.3.2. Perusahaan yang digunakan dalam sampel adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta kecuali perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam kelompok industri property, real estate dan building construction, dan kelompok industri finance. Hal tersebut dikarenakan 6 bahwa perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam industri-industri tersebut memiliki struktur keuangan dan model pelaporan keuangan yang berbeda dengan perusahaan dalam kelompok industri yang lain terutama dalam hal pelaporan rugi laba dan komponen-komponen yang dilaporkan dalam laporan arus kas. 1.3.3. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebanyak 88 perusahaan dan memiliki data yang lengkap yang diperlukan dalam penelitian. 1.3.4. Perioda pengamatan yang digunakan adalah satu perioda sebelum IPO dan satu perioda sesudah IPO. 1.3.5. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang diperoleh dari Indonesian Security Market Database (ISMD) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 1.3.6. Manajemen laba akan dideteksi dengan menggunakan persamaan model DeAngelo. 1.4. Tujuan Penelitian Penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk menguji secara statistis bahwa perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dengan cara income increasing discretionary accruals dalam laporan keuangan pada satu perioda sebelum dan sesudah IPO. 2. Untuk menganalisis bahwa terdapat hubungan antara manajemen laba di sekitar IPO dengan kinerja operasional perusahaan. 7 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Instansi Pemerintah Sebagai masukan untuk melengkapi dan memberikan suatu bukti empiris mengenai keberadaan atau ketiadaan unsur manajemen laba pada laporan keuangan perusahaan go public yang melakukan IPO di pasar modal Indonesia. 1.5.2. Bagi Investor dan Calon Investor Sebagai informasi bagi investor dengan memberikan gambaran mengenai manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Efek Jakarta, sehingga investor dapat lebih hati-hati dalam membuat keputusan investasi. 1.5.3. Bagi Penulis Dapat memperluas dan menambah wawasan baru mengenai manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Efek Jakarta, sekaligus melengkapi hasil penelitian sebelumnya.