pangan dan ekonomi makro - Suyatno, Ir., MKes

advertisement
Oleh: Ir. Suyatno, MKes
By
Office
: Suyatno, Ir. MKes
: Dept. of Public Health Nutrition, Faculty of Public Health
Diponegoro University, Semarang
Contact : 081-22815730 / 024-70251915
Blog
: suyatno.blog.undip.ac.id
Sejarah Perkembangan Ilmu
Ekonomi
•
•
•
Setelah tahun 1776 dengan diterbitkannya sebuah buku oleh Adam Smith
yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of the Nation
atau sering disingkat dengan the Wealth of the Nation atau negara
kesejahteraan
Menurutnya, kesejahteraan dapat dicapai dengan tanpa campur tangan
(intervensi) dari pemerintah dan alokasi sumber daya yang ada diserahkan
pada mekanisme pasar (market mechanism) atau (invisible hand)
Adam Smith ini dikenal dengan Kelompok Klasik. Tradisi dari kaum klasik
inilah yang menjadi dasar perkembangan ilmu ekonomi mikro
(microeconomics).
2
•
Pada tahun 1930-an berupa depresi besar (great
depression) yang melanda dunia melahirkan
ekonom baru yaitu John Meynard Keynes dengan
bukunya General Theory of Employment, Interest
and Money cikal bakal dari teori ekonomi
makro.
•
Jika kelompok klasik mendasarkan pada
bekerjanya mekanisme pasar persaingan maka
kelompok Keynesian menganggap perlu campur
tangan dalam kegiatan perekonomian (public
goods and services)
3
Klasik
Keynes
a. Tidak perlu campur tangan
pemerintah dalam kegiatan
perekonomian
a. Perlu adanya campur tangan
pemerintah dalam kegiatan
perekonomian
b. Kalaupun ada campur tangan
pemerintah, maka kegiatan
pemerintah hanya dibatasi pada:
b. Campur tangan ini bertujuan
untuk mengatasi penyakit
ekonomi yaitu:
1. pertahanan dan keamanan
1. pengangguran
2. hukum dan peradilan
2. pertumbuhan ekonomi
3. penyediaan prasarana umum yang
tidak Dapat disediakan oleh
swasta
3. inflasi
4
Pengertian Ekonomi Mikro
dan Ekonomi Makro
Ekonomi Mikro mengupas ilmu ekonomi dari sudut pandang
‘kepentingan unit-unit ekonomi terkecil’
Misalnya membahas :
• perilaku rumah tangga konsumen
• perilaku rumah tangga produsen
• dan perilaku pasar secara individual
Ekonomi Makro mengupas perilaku perekonomian sebagai suatu
‘keseluruhan’ (agregat) dan mengabaikan masalah-masalah yang
dihadapi oleh unit-unit individu.
Perbedaan Ekonomi Mikro dengan
Ekonomi Makro
•
Analisis bersifat bagian-bagian / unit
terkecil
• Titik berat analisis :
» cara mewujudkan efisiensi
» cara mencapai kepuasan
• Cakupan permasalahan :
∆ teori produksi
∆ biaya produksi
∆ perilaku konsumen
∆ perilaku produsen
∆ struktur pasar
∆ teori konsumsi
∆ teori distribusi
∆ elastisitas
∆ penawaran seorang konsumen
∆ penawaran seorang produsen
•
•
Analisis bersifat menyeluruh (agregat)
Titik berat analisis :
» faktor yg menentukan tingkat kegiatan
ekonomi suatu negara
» Masalah-masalah utama perekonomian
» Peran pemerintah mengatasi masalah
ekonomi
• Cakupan permasalahan :
∆ Pendapatan Nasional
∆ pertumbuhan ekonomi
∆ inflasi
∆ kebijakan ekonomi pemerintah
∆ Neraca Pembayaran
∆ pengangguran
∆ Pendapatan per kapita
∆ permintaan seluruh konsumen
∆ penawaran seluruh produsen
BLN
I N V E S T A S I
Investasi di
Luar Negeri
TA
PENYUSU
Produk
Domestik
Bruto
Produk
Domestik
Netto
N
Tabungan
kotor
usaha
Upah
Produk Sewa
Domestik Dividen Income
Paja
k
Pajak
Pajak
Netto Pen
Pembelian-pembelian oleh pemerintah
Konsumsi
Pembayaran hutang
K o n s u m7 s i
Tabun
gan
Perora
ngan
Faktor makro ekonomi
Beberapa statistik ekonomi yang
penting
• Gross Domestic Product (GDP) : ukuran total
produksi barang dan jasa dari ekonomi (negara).
– GDP yang tumbuh pesat menunjukkan ekonomi yang
bertumbuh sehingga penjualan perusahaan bisa meningkat baik untuk saham
• Employment : tingkat pengangguran (unemployment
rate)
– Unemployment rate yang rendah berarti ekonomi beroperasi
pada kapasitas penuh, sehingga pertumbuhan ekonomi
berikutnya bisa menyebabkan inflasi (faktor produksi naik
harganya)
9
Beberapa statistik ekonomi yang
penting
• Inflasi : kenaikan harga yang umum. Inflasi yang tinggi
berarti ekonomi mengalami ‘overheating’, sehingga bisa
menyebabkan BI menaikkan suku bunga.
– Ada trade off antara unemployment dan inflasi
• Suku bunga : suku bunga menurunkan PV dari arus kas
yang diterima di masa depan menurunkan nilai
saham.
– Dampak kenaikan suku bunga paling besar pada perusahaan
yang menjual high-priced consumer durables, misal mobil dan
rumah yang biasanya didanai dengan kredit.
10
Beberapa statistik ekonomi yang
penting
• Defisit budget : perbedaan antara belanja dan
pendapatan pemerintah.
– Budget defisit bisa ditujukan untuk mendorong ekonomi.
– Budget defisit yang sangat besar harus ditutup dengan
meminjam, sehingga bisa menaikkan suku bunga efek
crowding out, yaitu pinjaman pemerintah membatasi
pinjaman dari sektor swasta.
• Sentimen : kepercayaan konsumen (consumer
confidence). Jika consumer confidence tinggi maka ia
lebih mungkin membeli big ticket item (barang-barang
mahal, seperti mobil, rumah).
11
Contoh:
ASUMSI EKONOMI MAKRO 2009
No
RAPBN
1.
Produk Domestik Bruto (triliun)
2.
Dok
Tambahan
Kesep.
Panggar
Skenario
Baru
5.296,3
5.296,3
5.909,4
5.339,3
Pertumbuhan Ekonomi (%)
6,2
6,2
6,3
6,1
3.
Inflasi (%)
6,5
6,5
6,2
7,0
4.
Suku Bunga SBI-3 Bulan (%)
8,5
8,5
8,0
8,5
5.
Nilai Tukar (Rp/US$)
9.100
9.100
9.150
9.300
6.
Harga Minyak (US$/barel)
130,0
100,0
95,0
95,0
7.
Lifting (juta barel per hari)
0,950
0,950
0,950
0,950
8.
Volume Konsumsi BBM bersubsidi (juta
kl)
38,9
36,8
36,8
36,8
9.
Volume Konversi Minyak Tanah ke LPG
(juta kl)
4,0
4,0
4,0
4,0
12
Contoh:
RINGKASAN APBN 2008-2009 (Triliun Rp)
2008
APBN-P
2008
A. Pendapatan Negara dan Hibah
I.
II.
II.
Usulan
Perubahan
962.5
959.5
633.8
1,022.6
1,021.6
726.3
1,027.4
1,026.5
734.2
1,032.3
1,031.4
735.2
a.l. PPh Migas
2.
Penerimaan Negara Bukan Pajak
PNBP Migas
SDA Migas
Laba Pertamina
PNBP Lainnya dari DMO
Hibah
53.6
282.8
208.2
182.9
16.0
9.2
2.9
62.1
325.7
248.3
219.1
18.6
10.7
3.0
65.7
295.4
233.8
203.1
21.2
9.5
0.9
65.1
292.3
225.4
195.0
21.2
9.2
0.9
66.1
296.1
229.2
198.7
21.2
9.3
0.9
989.5
697.1
290.0
407.0
94.8
234.4
126.8
60.3
9.3
292.4
33.6
179.5
1,023.7
730.1
266.4
463.8
95.5
282.8
147.6
76.0
1.0
293.6
34.2
179.5
1,122.2
818.2
312.6
505.6
110.3
227.2
101.4
60.4
10.0
46.2
303.9
37.1
183.4
1,119.2
802.6
310.9
491.7
109.9
207.8
89.4
52.2
17.3
45.2
305.6
37.1
183.5
1,102.7
793.5
310.6
482.8
103.3
212.0
93.7
53.6
15.0
41.1
306.9
37.7
184.1
-
-
-
11.0
8.7
2.3
-
Belanja Pemerintah Pusat
A. Belanja K/L
B. Belanja Non K/L
a.l Pembayaran Bunga Utang
Subsidi
a.l i. BBM (Pertamina)
ii. Listrik (PLN)
Cadangan Risiko Fiskal
Tambahan Anggaran Pendidikan
Transfer Ke Daerah
a.l.
- DBH Migas
Dana Alokasi Umum
C. Surplus/Defisit Anggaran (A - B)
% defisit thd PDB
D. Pembiayaan (I + II)
II.
Kesepakatan
Panggar
RAPBN
895.0
892.0
609.2
III. Tambahan Belanja
a.l Rupiah Murni
I.
Outlook
Penerimaan Dalam Negeri
1.
Penerimaan Perpajakan
B. Belanja Negara
I.
2009
Pembiayaan Dalam Negeri
1.
Perbankan dalam negeri
2.
Non-perbankan dalam negeri
a.l. Surat Berharga Negara (neto)
Pembiayaan Luar negeri (neto)
1.
Penarikan Pinjaman LN (bruto)
a.l. Pinjaman Program
2.
Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN
Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan
(94.5)
(61.2)
(99.6)
(91.8)
(70.4)
(2.1)
94.5
107.6
(11.7)
119.3
117.8
(13.1)
48.1
26.4
(61.3)
(1.3)
63.3
78.2
(11.7)
89.9
91.7
(14.9)
47.1
25.3
(62.0)
(1.88)
99.6
110.7
9.8
100.9
112.5
(11.1)
48.5
23.7
(59.6)
(1.73)
91.8
102.2
11.5
90.7
103.5
(10.5)
49.5
23.8
(60.0)
(1.32)
70.4
79.4
16.7
62.8
73.3
(9.1)
51.9
26.2
(61.0)
(0.0)
2.1
(0.0)
-
0.0
13
Kebijakan Penerimaan Perpajakan 2009
RAPBN
Pajak Penghasilan
364.4
- PPh Migas
65.7
- PPh Non-Migas
298.7
Pajak pertambahan nilai
245.4
Pajak bumi dan bangunan
28.9
BPHTB
7.3
Pajak lainnya
4.3
Total
650.3
Kesepakatan
Panggar
365.7
65.1
300.7
249.5
28.9
7.8
4.3
656.2
Usulan
Perubahan
366.8
66.1
300.7
249.5
28.9
7.8
4.3
657.3
Amandemen UU Perpajakan (UU PPh, UU PPN, dan perubahan
Penghasilan Tidak Kena Pajak)
Intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan
Fasilitas PPh untuk Investasi Modal pada Sektor Bisnis Tertentu dan/atau
Daerah Tertentu.
14
Kebijakan Kepabeanan dan Cukai 2009
RAPBN
Cukai
Bea masuk
Bea Keluar
Total
47.5
19.2
9.3
76.0
Kesepakatan
Panggar
49.5
19.2
9.3
78.0
Usulan
perubahan
49.5
19.2
9.3
78.0
Reformasi birokrasi dan penyempurnaan organisasi dengan
pembentukan kantor modern cukai (kantor pelayanan madya cukai)
di Malang, Kediri dan Kudus
Jalur prioritas dan jalur MITA
Pengembangan otomasi sistem pelayanan kepabeanan
Pemberian fasilitas keringanan dan pembebasan di bidang impor
Implementasi INSW tahap III dan Asean Single Window (ASW)
15
Kebijakan
PNBP 2009
RAPBN
a. Penerimaan SDA
i. SDA Migas
- Minyak bumi
- Gas Bumi
ii. Non Migas
- Pertambangan umum
- Kehutanan
- Perikanan
b. Bagian Laba BUMN
i. Pertamina
ii. Non Pertamina
c. PNBP Lainnya
d. Pendapatan BLU
Total
212,6
203,1
159,3
43,7
9,5
7,0
2,4
0,2
33,0
21,2
11,8
44,0
5,8
295,4
Kesepakatan Usulan
Panggar
Baru
206,4
210,0
195,0
198,7
150,5
153,2
44,5
45,4
11,4
11,4
8,7
8,7
2,5
2,5
0,2
0,2
33,0
33,0
21,2
21,2
11,8
11,8
47,4
47,6
5,4
5,4
292,3
296,1
Penerimaan Migas
Peningkatan koordinasi di antara
pembuat keputusan terkait Migas
(Departemen Keuangan, Dep.
ESDM, BP Migas)
Penerimaan NonMigas
Peningkatan produksi
pertambangan (antara lain
batubara dan timah)
Review Draft Peraturan di bidang
Investasi dan Kontrak terkait
sumber daya energi dan mineral.
Revitalisasi sektor kehutanan,
terutama industri kehutanan
Rehabilitasi dan Konversi Hutan
Memperketat pengumpulan PNBP
pada K/L
Implementasi Pay out Ratio di
BUMN
1616
KEBIJAKAN UMUM BELANJA NEGARA,
2009
Mendukung Prioritas RKP 2009:
Peningkatan pelayanan dasar dan pembangunan perdesaan.
Percepatan pertumbuhan yang berkualitas dengan memperkuat
daya tahan ekonomi yang didukung oleh pembangunan pertanian,
infrastruktur, dan energi.
Peningkatan upaya anti korupsi, reformasi birokrasi, serta
pemantapan demokrasi, pertahanan dan keamanan dalam negeri.
Mendukung sasaran Pembangunan tahun 2009, yaitu :
Kenaikan pertumbuhan ekonomi (6,0% - 6,4%)
Pengurangan Kemiskinan (12% -14%)
Pengurangan Pengangguran (7,0% - 8,0%)
17
PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN
Adam Smith :
Kegagalan
Invisible Hand
In Efficiency
Monopoli
Externalities
Public Goods
Intervensi
Pemerintah
Contoh-contoh
•
Hukum & peraturan anti
monopoli, anti polusi,dst
Pertahanan, RS,
Listrik,air,dst
Intervensi Pasar
Subsidi
Dilengkapi oleh pemikiran2 lanjut ( John Maynard Keyness, dst )
In Equality
Ketidakadilan
pendapatan &
kesejahteraan
Instability
Inflasi
Pengangguran
Pertumbuhan
lambat
Program2
bantuan sosial
Pajak progresif terhadap
pendapatan & kemewahan
Redistribusi
Income
Menstabilkan lwat
policy2 makro
ekonomi
18
Kebijakan moneter ( jumlah
uang beredar, tingkat bunga )
Kebijakan Fiskal ( pajak,
program pengeluaran
pemerintah)
PERLUNYA PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN
Kegagalan
Invisible Hand
In Efficiency
Monopoli
Externalities
Public Goods
In Equality
Ketidakadilan
pendapatan &
kesejahteraan
Instability
Inflasi
Pengangguran
Pertumbuhan
lambat
Intervensi
Pemerintah
Contoh-contoh
•
Hukum & peraturan anti
monopoli, anti polusi,dst
Pertahanan, RS,
Listrik,air,dst
Intervensi Pasar
Subsidi
Program2
bantuan sosial
Pajak progresif terhadap
pendapatan & kemewahan
Redistribusi
Income
Menstabilkan lewat
policy2 makro
ekonomi
Kebijakan moneter ( jumlah
uang beredar, tingkat bunga )
Kebijakan Fiskal ( pajak,
program pengeluaran
pemerintah)
Program2 keberpihakan pem. pd gol. Ekonomi lemah
Pencabutan subsidi minyak tanah & penggantiannya menjadi kompor LPG
19
Tujuan Ekonomi Makro
1.
Output
1.
Besarnya
Kecepatan Tumbuhnya
2. Employment
Instrument Ekonomi Makro
Pengendalian jumlah uang
beredar. Khususnya yang
berkaitan dengan tingkat
bunga bank
3. Foreign Economics
4. Foreign Balance
Pengeluaran Pemerintah
Perpajakan
2. Kebijaksanaan Moneter
Penyerapan tenaga
kerja >>
Pengangguran <<<
3. Kestabilan Harga
Kebijaksanaan Fiskal
Trade Policies
Exchange Rate Intervention
4. Income Policies
Keseimbangan Ekspor
impor
Kestabilan nilai tukar
mata uang (asing)
20
Tingkat upah
PH
Masalah Makro yang dihadapi
Pemerintah (Indonesia)
PENGANGGURAN
• Ketenagakerjaan di Indonesia merupakan masalah klasik
• Di satu sisi kelebihan angkatan kerja dan di sisi lain kesulitan mencari
tenaga kerja yang trampil dan produktif
• Pengangguran menjadi beban tenaga kerja produktif
• Bila tingkat ketergantungan semakin besar akan berdampak persoalan
sosial, politik, dan meningkatnya kriminalitas.
• Tingkat produksi menurun, pertumbuhan ekonomi melambat dan
tingkat kesejahteraan masyarakat turun.
INFLASI
(Menurunnya nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing)
Pengendalian inflasi penting agar tidak tinggi dan dalam kondisi stabil
Inflasi yang tinggi berdampak :
•
Pendapatan Riil masy. terus turun sehingga standar hidup turun
Inflasi yang tidak stabil berdampak :
• Kondisi yang tidak pasti (uncertainty) bagi dunia usaha dalam
mengambil keputusan.
Pengalaman menunjukkan inflasi yang tidak stabil mengakibatkan masy. kesulitan dlm
berkonsumsi, berinvestasi, dan berproduksi. Akibat selanjutnya ‘menurunkan
pertumbuhan ekonomi’
Jika tingkat inflasi dalam negeri lebih tinggi dari negara lain, dampaknya:
•
Tingkat suku bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif dan memberikan
tekanan pada nilai mata uang dalam negeri
Inflasi
• adalah suatu proses meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus-menerus (kontinu).
• merupakan proses menurunnya nilai mata uang
secara kontinu.
• Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat
harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan
inflasi.
• Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala
dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Inflasi ada tiga golongan, yaitu
• Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di
bawah angka 10% setahun
• inflasi sedang antara 10%—30% setahun;
• inflasi berat antara 30%—100% setahun;
• hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila
kenaikan harga berada di atas 100% setahun
Inflasi dapat disebabkan
oleh:
1. Inflasi tarikan permintaan (Ingg: demand pull
inflation):
– terjadi akibat adanya permintaan total yang
berlebihan sehingga terjadi perubahan pada
tingkat harga.
– Bertambahnya permintaan terhadap barang dan
jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan
terhadap faktor-faktor produksi.
– Meningkatnya permintaan terhadap faktor
produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor
produksi meningkat.
2. Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation):
– terjadi akibat meningkatnya biaya produksi
(input) sehingga mengakibatkan harga produkproduk (output) yang dihasilkan ikut naik
NERACA PEMBAYARAN
INTERNASIONAL (NPI)
Yang menjadi sorotan dalam NPI adalah ‘Neraca Transaksi Berjalan’ (current
account), yaitu merupakan gabungan antara Neraca Perdagangan (ekspor –
impor) dan Neraca Jasa yang mencakup jasa faktor produksi dan jasa non
faktor produksi
Neraca Pembayaran dapt DEFISIT jika ?
Neraca Pembayaran dapat SURPLUS jika ?
KURS
( Nilai Tukar Mata Uang )
Seperti halnya inflasi, kestabilan kurs sangat penting
Jika kurs tidak stabil akan mengganggu roda perekonomian negara, hal ini
dikarenakan pelaku ekonomi kesulitan dalam mengambil keputusan
ekonominya.
Coba ingat peristiwa krismon (krisis moneter) tahun 1997
Th 1997 -> US $ 1 = Rp4.650,- => US $ 1 = Rp8.025,Th 1998 -> US $ 1 = Rp7.100,- => US $ 1 = Rp9.595,Th 2001 -> US $ 1 = Rp10.400,Th 2009 -> US $ 1 = Rp 11.000,Coba hitung: jika pada tahun 1997 perusahaan mempunyai hutang
US $ 100.000 yang jatuh tempo tahun 2009, berapa rupiah yang harus dia
bayarkan? Dan hitung selisihnya.
Sistem Nilai Tukar
1. Sistem nilai tukar dari mengambang terkendali (managed
floating)
2. Sistem mengambang bebas (free floating)
3. Sistem nilai tukar tetap (fix rate)
• Sistem free floating rawan dengan berita dan spekulan.
Rupiah pun sempat berada di posisi 15.000 per satu dolar AS.
• sistem nilai tukar yang mengambang rawan akan spekulasi
dan membutuhkan intervensi otoritas moneter untuk
menstabilkan rupiah yang tentu saja menggunakan devisa.
• Namun demikian, sistem nilai tukar mengambang pada sisi
lain memberi keuntungan terhadap ekspor
• Sistem nilai tukar tetap butuh cadangan devisa besar untuk
menjaga
Pertumbuhan Ekonomi
dapat diartikan suatu keadaan perekonomian yang
menunjukkan adanya kenaikan (pertumbuhan) PDB
(Produk Domestik Bruto)
Pemerintah berusaha menciptakan iklim perekonomian
yang prospektif untuk memacu pertumbuhan
perekonomian, tetapi banyak masalah yang
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi tidak optimal,
diantaranya kombinasi produksi yang terbatas. Misalnya
ingin menciptakan swa-sembada beras tetapi tidak
didukung dengan produksi komoditas pengganti beras,
akibatnya selalu kekurangan produksi beras
Perbedaan antara GNP dan GDP
•
•
Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional
Bruto (PNB) merupakan jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan oleh penduduk warga negara suatu negara, baik
yang berada di dalam negeri maupun yang ada di luar
negeri
Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik
Bruto (PDB) merupakan jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan oleh seluruh penduduk yang berada di dalam
wilayah hukum suatu Negara
32
KETIMPANGAN PENDAPATAN
Seperti syair lagu
“yang kaya makin kaya….,
yang miskin makin miskin …”
Tanya kenapa hal ini terjadi ?
Sistem distribusi pendapatan dari si kaya kepada si
miskin tidak baik. Dengan cara apa pendistribusiannya?
Pajak
subsidi
Gambar 1.1 Diagram Alir Melingkar Kegiatan
Ekonomi (circular flow diagram)
Pasar Produk
Penerimaan
Pengeluaran
Uang
Barang dan Jasa
Perusahaan
Rumah Tangga
Sumberdaya
Uang
Pendapatan
Pasar Faktor Produksi
Biaya
Halaman 34
Arus Lingkar Penghasilan dan
Pengeluaran Dalam perekonomian
Penawaran
Penerimaan Perusahaan
Permintaan
Biaya Hidup
Pasar Produk
Uang
Barang & Jasa
Rumah Tangga
Perusahaan
Tanah, Tenaga Kerja, Modal
Uang (Sewa, upah, bunga)
Biaya Produksi
Permintaan
Pasar Faktor Produksi
Pendapatan Konsumen
Penawaran
Arus barang dan Jasa serta Faktor
Produksi dari RT ke Perusahaan
Menjual Faktor Produksi (1)
Memberikan Balas jasa (2)
Rumah Tangga
Perusahaan
Membeli Barang & jasa (3)
Menyerahkan Barang & Jasa (4)
Tabungan
Investasi
Kebijakan Moneter
Pajak
Kebijakan Fiskal
Pengeluaran
Permintaan
KEBIJAKAN PEMERINTAH
DALAM MENGATASI MASALAH PEREKONOMIAN
KEBIJAKAN FISKAL
KEBIJAKAN MONETER
KEBIJAKAN NON-FISKAL & NON-MONETER
Kebijakan moneter dan fiskal
• Pengelola ekonomi (Menteri Keuangan dan
Bank Indonesia) bisa mempengaruhi ekonomi
melalui
– Kebijakan fiskal (dilakukan oleh Menkeu)
– Kebijakan moneter (dilakukan oleh BI).
38
KEBIJAKAN FISKAL
Yaitu kebijakan pemerintah yang dilakukan dengan cara
mengubah penerimaan dan pengeluaran negara
Kebijakan ini diambil untuk menstabilkan ekonomi,
memperluas kesempatan kerja, mempertinggi
pertumbuhan ekonomi, dan keadilan dalam pemerataan
pendapatan
Caranya dengan : menambah atau mengurangi ?
PAJAK dan SUBSIDI
Kebijakan fiskal
• Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat
pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara
melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak)
pemerintah.
• Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang
bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara
mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar.
• Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan
pajak.
• Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran
pemerintah dapat mempengaruhi variabel-variabel berikut:
– Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
– Pola persebaran sumber daya
– Distribusi pendapatan
Kebijakan fiskal
• Kebijakan fiskal : pembelanjaan pemerintah dibandingkan
dengan penerimaan pajak dari pemerintah.
• Defisit fiskal : pembelanjaan dari pemerintah > penerimaan
pajak
– Memberikan stimulus ke ekonomi karena meningkatkan permintaan
barang dan jasa
• Surplus fiskal : pembelanjaan dari pemerintah < penerimaan
pajak
– Bersifat kontraksi terhadap ekonomi karena pemerintah mengurangi
permintaan swasta lebih banyak (melalui pajak) daripada membeli
barang dari ekonomi.
• Defisit yang berlebihan bisa bersifat “crowding out”, karena
financing defisit fiskal bisa bersaing dengan swasta dalam
pasar hutang.
41
Kebijakan Fiskal
Adalah kebijakan ekonomi makro yang implementasinya melalui penyusunan
“anggaran” pemerintah (APBN di Indonesia).
Secara garis besar terdiri 3 pos utama pada sisi pengeluaran “anggaran”;
1. Belanja barang dan jasa (G),
2. Gaji pegawai (W),
3. Transfer payment/subsisi (Tr).
Sedangkan pada sisi pendapatan terdiri 4 pos yang penting, yaitu:
1. Penerimaan pajak (Tx),
2. Kredit likuiditas bank sentral (U),
3. Pinjaman/obligasi dalam negeri (B),
4. Pinjaman/hutang luar negeri (F)
Masing-masing pos mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap
perekonomian.
“Anggaran” Pemerintah
•
Pengeluaran total “anggaran” (APBN di Indonesia) selalu sama dengan
penerimaan totalnya. Dalam pengertian akuntansi ini “Anggaran” selalu
seimbang (anggaran berimbang). Dalam pengertian ekonomi “anggaran” bisa
defisit, surplus atau berimbang.
•
Ada tiga pengertian yang berbeda mengenai arti defisit, surplus dan
“anggaran” berimbang.
1. Penerimaan pajak (Tx) dapat menutup seluruh pengeluaran (G + W +
Tr), apabila G + W + Tr > Tx maka “anggaran” defisit dan bila G + W +
Tr < Tx maka “anggaran” surplus selanjutnya G + W + Tr = Tx maka
“anggaran” berimbang.
2. Defisit “anggaran” apabila G + W + Tr > Tx + B, surplus “anggaran”
apabila G + W + R < T + B dan berimbang bila G + W + R = T + B.
3. “Anggaran” defisit bilamana U > 0, “anggaran” surplus bila U < 0 dan
berimbang bila U = 0. pada pengertian ini menunjukkan ada tidaknya
pencetakan uang baru untuk membiayai “Anggaran”.
KEBIJAKAN FISKAL 2009
• Pengendalian defisit untuk antisipasi dampak krisis keuangan
global
• Amandemen UU Perpajakan (UU PPh dan UU PPN)
• Pengendalian subsidi BBM dan subsidi Listrik
• Reformulasi dana perimbangan dengan memperhitungkan
berbagai subsidi (subsidi energi dan beberapa subsidi non energi)
sebagai salah satu variabel Penerimaan Dalam Negeri (PDN)
neto dalam memperhitungkan Dana Alokasi Umum (DAU)
• Amandemen UU PDRD (Pajak Daerah dan Retribusi Daerah)
• Peningkatan Belanja K/L untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi 6,0 % – 6,4 % dan angka kemiskinan 12,0% - 12,4%.
44
KEBIJAKAN MONETER
• Kebijakan yang diambil oleh Bank Sentral untuk
MENAMBAH atau MENGURANGI jumlah uang
yang beredar di masyarakat
• 7-annya :
1.
2.
3.
4.
menjaga stabilitas ekonomi
menjaga stabilitas harga
meningkatkan kesempatan kerja
memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran
Kebijakan moneter
• Kebijakan moneter : manipulasi dari supply uang
untuk mempengaruhi ekonomi makro.
– Kenaikan supply uang bisa menurunkan suku bunga
sehingga mendorong investasi dan konsumsi
• Namun kenaikan supply uang yang berkelanjutan bisa
menyebabkan inflasi, yang menyebabkan bunga harus
naik.
46
Kebijakan moneter
• Caranya dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
Kebijakan Pasar Terbuka (Open Market Policy)
Kebijakan Diskonto (Discount Policy)
Kebijakan Cadangan Kas (Cash Ratio Policy)
Kebijakan Kredit Selektif
dan kebijakan lain yang dipandang paling sesuai dengan
keadaan
• Beberapa alat kebijakan moneter BI :
1.
2.
3.
4.
BI rate
Open market operation
Giro wajib minimum
Lender of last resort (BLBI)
47
KEBIJAKAN LAIN
• Selain dari kedua kebijakan di atas, pemerintah dapat
melakukan kebijakan :
a. Mengendalikan tuntutan kenaikan pendapatan
b. mendorong peningkatan efisiensi
c. mengembangkan infra struktur
d. mengeluarkan peraturan yang mendukung
pertumbuhan ekonomi yang lebih kondusif
Subsidi 2008 - 2009
2008
APBN-P
2008
- Subsidi
a. Subsidi Energi
- BBM (Pertamina)
- Listrik (PLN)
b. Subsidi Non Energi
- Pangan (Perum Bulog)
- Subsidi Pupuk
- Benih
- PSO
- Kredit Program
- Subsidi Bahan Baku Kedelai
- Subsidi Minyak Goreng (OP)
- Subsidi Pajak
Real sd % thd
23 Sep APBN-P
2009
Outlook
% thd
APBN-P
RAPBN
Kesepakatan Usulan
Panggar Perubahan
234,4
159,1
67,9
282,8
120,6
227,2
207,8
212,0
187,1
126,8
60,3
47,3
8,6
7,8
1,0
1,7
2,1
0,5
0,5
25,0
136,4
91,8
44,6
22,7
5,6
4,0
0,2
0,4
0,7
0,1
11,7
72,9
72,4
74,0
48,0
64,9
51,3
18,2
23,6
32,1
28,0
46,6
223,7
147,6
76,0
59,1
12,0
15,2
1,0
1,7
3,2
0,5
0,5
25,0
119,5
116,4
126,1
124,9
139,2
194,4
100,0
100,0
148,7
100,0
100,0
100,0
161,8
101,4
60,4
65,4
12,9
18,6
1,4
1,7
4,8
26,0
141,7
89,4
52,2
66,1
12,9
18,6
1,4
1,7
4,8
26,8
147,3
93,7
53,6
64,6
12,9
18,6
1,4
1,7
4,8
25,3
Kebijakan Subsidi BBM
•
Asumsi :
– Harga ICP US$95/barel (RAPBN : US$100/barel)
– Konsumsi BBM menjadi 36,8 juta KL plus 4 juta KL setara LPG. Proyeksi 2008
diperkirakan antara 39 – 40 juta KL
•
Parameter : efisiensi Pertamina melalui pengurangan biaya distribusi dan margin
(alpha 8%)
•
Kebijakan :
Pengurangan konsumsi BBM bersubsidi melalui :
• Percepatan program konversi Mitan ke LPG
• Pengendalian konsumsi BBM bersubsidi melalui kebijakan fiskal dan non fiskal
• Pemanfaatan energi alternatif (batubara, gas, panas bumi, air dan bahan bakar nabati)
Alternatif kebijakan pengendalian/capping subsidi BBM dalam RUU APBN 2009 :
• Besaran subsidi BBM sesuai dengan UU APBN dengan toleransi alokasi maksimum sampai
harga ICP US$130
• Dampak neto perubahan harga minyak terhadap APBN tidak menambah defisit APBN menggunakan realokasi cadangan risiko fiskal
• Rasio harga BBM bersubsidi antara domestik dan internasional dijaga konstan pada tingkat
tertentu
50
Kebijakan Subsidi Listrik
• Asumsi :
– Penggunaan bahan bakar non BBM (Fuel mix) pembangkit PLN :
•
•
•
•
BBM 31,824,8%
Batubara 37,840,5%
Gas Alam 19,223,8%
Hidro 8,27,8%)
– Konsumsi/penjualan listrik 136,0 juta MWh
• Parameter : susut jaringan PLN turun dari 2008 : 11,2%, menjadi 10,4%
tahun 2009
• Kebijakan :
– Penurunan biaya pembelian (alpha) BBM dari Pertamina dan badan usaha
lain
– Penerapan TDL sesuai harga keekonomian secara otomatis (berubah dari
kebijakan insentif dan disinsentif) untuk pelanggan rumah tangga 6.600
kVA ke atas
– Perluasan penerapan kebijakan tarif insentif dan disinsentif
– Penerapan diversifikasi tarif regional selain Batam dan Tarakan
51
Kebijakan Subsidi Non Energi
• Subsidi Pupuk Rp18,6 T
– HET tetap
– Panja Asumsi minta Pemerintah untuk mengkaji tradeoff subsidi
pupuk menjadi subsidi langsung
• Subsidi Raskin Rp12,9 T
– Target 19,1 juta RTS dengan alokasi 15kg/bulan untuk 12 bulan
dan harga jual Rp1.600/kg
• Subsidi Pajak
– Untuk investasi (Migas & Panas Bumi)
– Untuk PPN Minyak Goreng
52
Problem Pokok Perekonomian suatu Negara
1. Standard Hidup yang rendah ( Low Level Standard of Living)
2. Pertumbuhan Penduduk
3. Keterbatasan / Kurang Cukup Tersedianyanya Lapangan Kerja
4. Problem Infrastruktur Lingkaran Kemiskinan dan Kemunduran
Penerimaan Pem.
rendah
Infrastruktur terbatas / buruk
Tak ada Investasi utk Infrastruktur
Tingkat Upah Rendah
Konsumsi Rendah
Profit Rendah
Lap Kerja Terbatas
Motivasi Rendah
Produktivitas Rendah
53
MENGAPA INVESTASI ?
Investasi Naik
Kesempatan
Kerja Naik
Iklim Usaha cerah
Kesempatan mendapat
Income Naik
Konsumsi
Naik
Tabungan
Naik
54
PASAR SAHAM
Faktor penentu harga saham
Sentimen
Likuiditas
Fundamental
55
Faktor penentu harga saham
• Dalam jangka pendek, sentimen investor berperan
paling besar
– Pada saat investor merasa optimistis pada pasar, tanpa
perubahan fundamental dan likuiditas yang signifikan-pun
pasar bisa berubah banyak
• Aliran dana masuk ke pasar adalah penentu utama
kinerja saham dalam jangka menengah (bisa sampai
beberapa tahun).
• Faktor fundamental perusahaan menjadi penentu harga
saham dalam jangka panjang.
• Menentukan rekomendasi berdasarkan horizon investor
penting.
56
Likuiditas berpengaruh ke harga
saham
• Banyaknya uang yang beredar di dunia/ di suatu negara
bisa menyebabkan kenaikan harga saham.
• Kondisi likuiditas yang berlebih di suatu pasar, misal
karena banyaknya aliran uang yang masuk, bisa
berdampak ke harga saham yang membubung
– Contoh : kasus di Indonesia pada tahun 1996 dan awal 1997 ;
dan 2003 sampai sekarang.
– Bisa menimbulkan bubble : valuation suatu aset yang terlalu
tinggi yang bisa terkoreksi di masa depan.
57
Surat Utang Negara (SUN)
• Adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan
utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing
yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh
Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa
berlakunya.
• SUN digunakan oleh pemerintah antara lain untuk
membiayai defisit APBN serta menutup kekurangan kas
jangka pendek dalam satu tahun anggaran.
• Merupakan hutang bersumber dari dalam negeri
• Nilai Bersih Maksimal Surat Berharga Negara adalah
tambahan atas jumlah Surat Berharga Negara yang
telah beredar dalam satu tahun anggaran, yang
merupakan selisih antara jumlah Surat Berharga
Negara yang akan diterbitkan dengan jumlah Surat
Berharga Negara yang jatuh tempo dan/atau yang
dibeli kembali oleh Pemerintah.
• Surat Berharga Negara adalah Surat Utang Negara
dan SBSN
• Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau surat
berharga negara berbasis syariah merup diversifikasi
SBN
Kebijakan Ekonomi Makro
Perlindungan Ketersediaan Pangan
Pendahuluan
• Esensi dari kebijakan pemerintah di bidang pangan
adalah sebuah bentuk campur tangan terhadap sistem
ekonomi pasar.
• Tujuan dari kebijakan pemerintah adalah untuk
melindungi:
– produsen pangan
– konsumen pangan
– mencapai swasembada produk tertentu dll
• Tidak terbatas negara berkembang, pada negara maju
dengan alasan tertentu yang bersifat politis juga
menerapkan: government food policy)
Perangkat Kebijakan melindungi
Produsen
•
•
•
•
•
•
kebijakan harga beli minimum.
memberi Kredit (tertutama faktor produksi)
subsidi ekspor
pembatasan penawaran (kuota produksi)
kebijakan perdagangan internasional
kebijakan produksi dan pemasaran (koperasi, TRI,
trade center dll)
Perangkat kebijakan melindungi
konsumen
•
•
•
•
•
kebijakan harga eceran tertinggi (HET)
bantuan pangan langsung yang mempengaruhi
sisi suplai (spt: beras JPS, jatah beras PNS,
dsb)
subsidi import, agar sisi suplai dlm negeri
meningkat (spt: import beras, gula saat
krisis)
operasi pasar, (misal: melalui OPK beras pada
saat harga meningkat, melarang penimbunan)
embargo ekspor (misalnya: dilakukan pada
saat harga CPO dunia tinggi) .
Instrumen Kebijakan Pemerintah
Secara Garis Besar dibedakan menjadi 3,
yaitu:
•
Kebijakan Harga:
•
•
•
Kebijakan Subsidi:
•
•
•
Floor Price (sekarang disebut dengan
HPP=Harga Pembelian Pemerintah)
Ceiling Price (HET=Harga Eceran Tertinggi)
Subsidi Faktor Produksi
Subsidi harga pangan
Kebijakan Pajak:
•
•
•
Pajak impor
Pajak Ekspor
Pajak penjualan dll.
Kotersediaan di
Rumahtangga
Kebijakan:
Ceiling Price
Subsidi,
bantuan dll
Pendapatan
Harga pangan
Daya beli
Ketersediaan
Di Tk Pasar
distribuasi:
pajak
Subsidi dll
Pajak
Subsidi dll
Impor
Ketersediaan
Di Tk Negara
(Supply)
Ekspor
Pajak
Subsidi dll
Floor Price
Subsidi dll
Produksi
Download