analisis laporan keuangan untuk menilai kinerja pada kelompok

advertisement
PENGARUH DIVIDEND PER SHARE DAN RETURN ON
EQUITY TERHADAP HARGA SAHAM
Studi pada lima perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007
(terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam
Menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Pada
Fakultas Bisnis Dan Manajemen Universitas Widyatama
Disusun Oleh:
NAMA
:
Denny
NRP
:
0202047
FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
Terakreditasi (Accredited)- Peringkat “A”
SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor : 010/BAN-PT/AK-X/S1/V/2002
Tanggal 19 Maret 2007
2008
PENGARUH DIVIDEND PER SHARE DAN RETURN ON
EQUITY TERHADAP HARGA SAHAM
Studi pada lima perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007
(terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam
Menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Pada
Fakultas Bisnis Dan Manajemen Universitas Widyatama
Disusun Oleh :
NAMA :
Denny
NRP
0202047
:
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Lasmanah, S.E., M.Si.
Mengetahui,
Dekan Fakultas Bisnis dan
Ketua Program Studi Bisnis dan
Manajemen
Manajemen
Sri Astuti Pratniningsih, S.E, M.A.
DR. H. Tendi Haruman, S.E., M.M.
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama
: DENNY
NRP
: 02.02.047
Tempat Tanggal Lahir
: Purwakarta, 28 April 1984
Menyatakan dengan ini bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh
Dividend per Share dan Return on Equity Terhadap Harga Saham
Perusahaan yang Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode
2002-2007”, merupakan hasil pekerjaan saya sendiri. Apabila terbukti
skripsi ini bukan merupakan pekerjaan saya sendiri, saya bersedia
menerima segala sanksi yang telah ditetapkan. Demikian skripsi ini dibuat
sebagaimana mestinya dan benar adanya.
Bandung, 26 September 2008
Penulis,
Denny
ABSTRAK
Harga minyak yang terus melambung tinggi menyebabkan harga si emas
hitam ini terus naik. Negara-negara yang bergantung dari minyak berupaya untuk
mengganti sumbernya dengan energi yang lain. Dengan pergantian tersebut, harga
komoditas pertambangan seperti batubara, gas alam, dan lainnya menjadi naik.
Sehingga terjadi lonjakan pendapatan pada perusahaan pertambangan. Dengan
semakin baik kinerja perusahaan secara otomatis akan meningkatkan pemberian
dividen kepada para pemegang sahamnya. Dengan pemberian dividen yang
meningkat maka harga saham akan naik. Namun kenyataannya harga saham tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena harga saham perusahaan sering
berfluktuasi dari waktu ke waktu. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
menuangkan dalam skripsi ini dengan judul “Pengaruh dividend per share dan
return on equity terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dalam
sektor pertambangan periode 2002-2007”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan
verifikatif. Metode deskriptif bertujuan untuk melakukan pengujian gambaran
yang cukup jelas mengenai objek. Metode verifikatif bertujuan untuk menguji
hipotesis, yaitu pengaruh variabel X (dalam penelitian ini adalah dividend per
share dan return on equity) terhadap variabel Y (dalam hal ini adalah harga
saham). Untuk pengujian hipotesis menggunakan uji t dan uji F. Uji t digunakan
untuk menguji hipotesis secara parsial, sedangkan uji F digunakan untuk menguji
hipotesis secara simultan. Analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan
regresi linier sederhana, regresi linier berganda, korelasi dan determinasi yang
dilakukan melalui program SPSS v.15
Hasil penelitian diperoleh variabel dividend per share memiliki hubungan
positif dan signifikan dengan harga saham. Adapun tingkat keeratan hubungan
sebesar 0,695 yang berarti hubungan dividend per share dengan harga saham
adalah kuat. Pengujian hipotesis, menunjukkan terdapat pengaruh secara parsial
antara variabel dividend per share terhadap harga saham. Hal ini ditunjukkan dari
nilai thitung yang berada di daerah penolakan Ho dan uji signifikansi yang di bawah
nilai alpha. Hasil penelitian diperoleh variabel return on equity memiliki
hubungan positif dan signifikan dengan harga saham. Adapun tingkat keeratan
hubungan sebesar 0,645 yang berarti hubungan return on equity dengan harga
saham adalah kuat. Pengujian hipotesis, menunjukkan terdapat pengaruh secara
parsial antara variabel return on equity terhadap harga saham. Hal ini ditunjukkan
dari nilai thitung yang berada di daerah penolakan Ho dan uji signifikansi yang di
bawah nilai alpha. Hasil penelitian diperoleh variabel dividend per share dan
return on equity secara simultan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan
harga saham. Adapun tingkat keeratan hubungan sebesar 0,805 yang berarti
hubungan dividend per share dan return on equity secara simultan dengan harga
saham adalah sangat kuat. Pengujian hipotesis, menunjukkan terdapat pengaruh
secara simultan antara variabel dividend per share dan return on equity terhadap
harga saham. Hal ini ditunjukkan dari nilai Fhitung yang berada di daerah penolakan
Ho dan uji signifikansi yang di bawah nilai alpha.
KATA PENGANTAR
Bismilahirrahmannirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala
rahmat dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Pengaruh Dividend per Share dan Return on Equity Terhadap
Harga Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam Sektor Pertambangan
Periode 2002-2007”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen pada Fakultas Bisnis
dan Manajeman di Universitas Widyatama.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dalam pembuatannya masih terdapat
kekurangan yang jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran dan disamping itu penulis berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan dengan rasa hormat dan ucapan terima
kasih kepada :
1.
Ibu Lasmanah, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu,
membimbing, mengarahkan serta meluangkan waktunya bagi penulis sampai
dengan selesainya skripsi ini.
2.
Kedua Orangtua penulis, Mamah dan Bapak tercinta. Terima kasih untuk doa,
motivasi, dorongan, dan hal-hal positif yang telah diberikan kepada penulis.
Terima kasih Mah, Pa...
3.
Ibu Prof. Dr. Hj. Koesbandijah Abdoelkadir, M.S., Ak., selaku Ketua
Yayasan Universitas Widyatama.
4.
Bpk Dr. H. Mame S. Sutoko, Ir., D.E.A., selaku Rektor Universitas
Widyatama.
5.
Ibu Sri Astuti Pratminingsih, S.E., M.A., selaku Dekan Fakultas Bisnis dan
Manajemen Universitas Widyatama.
6.
Bpk Nugroho Julistiadi S.E., M.M., Phd , selaku Pembantu Dekan Fakultas
Bisnis dan Manajemen Univesitas Widyatama.
7.
Bpk H. Dr. Tendi Haruman, S.E., M.M., selaku Ketua Program Studi
Manajemen S1 dan D3 Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas
Widyatama.
8.
Bpk Iwan Ridwansyah, S.E., selaku Sekretaris Program Studi Manajemen S1
Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama.
9.
Seluruh Staf Pengajar Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas
Widyatama.
10. Seluruh Staf Administrasi dan Staf Perpustakaan serta seluruh Karyawan
Universitas Widyatama.
11. Pimpinan Pojok Bursa Efek Universitas Sangga Buana.
12. Kakak dan Adik penulis yang selalu memberikan dorongan dan motivasi.
13. Keluarga besar Bapak Acep Kundrat. Ibu dan Bapak terima kasih buat
segalanya.
14. Teman curhat, berkelahi, dan segalanya bagi penulis. Terima kasih Asti
Martha Aulia SE. Dukungan dan doa sangat berarti bagi penulis.
15. Teman seperjuangan penulis, Raymond. Terima kasih buat belajar
barengnya, buat diskusinya, buat sarannya dan buat dukungannya.
16. Teman-teman kelas B Manajemen, teman-teman di ECOMODA FC, BTP
FC, Futsal Iber FC, Timnas Widyatama, Futsal Widyatama, teman-teman
Manajemen dan Akuntansi lainnya, Unit Bola, Smansa, Kostan Sangkuriang,
komunitas futsal Bandung, teman-teman di Cikampek, Purwakarta dan
Bandung serta teman-teman yang penulis kenal.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Bandung, 26 September 2008
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam perusahaan, fungsi keuangan menempati posisi yang sangat penting
yang akan mempengaruhi perkembangan perusahaan. Adapun fungsi keuangan
dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan, yaitu kegiatan mencari dana dan
kegiatan menggunakan dana. Kegiatan mencari dana harus dilakukan secara
efisien oleh pihak manajemen terutama bagian keuangan. Manajer keuangan harus
mencari dana yang diperlukan dengan pengorbanan biaya yang minimal dan
syarat-syarat yang paling menguntungkan. Oleh karena itu, manajer keuangan
harus mempertimbangkan dengan cermat sifat dan biaya dari masing-masing
sumber dana yang akan dipilih.
Pada prinsipnya pemenuhan kebutuhan dana operasional dan investasi
perusahaan dapat disediakan dari dua sumber, yaitu sumber pendanaan yang
berasal dari dalam perusahaan (modal intern) dan sumber pendanaan yang berasal
dari luar perusahaan (modal ekstern). Sumber pendanaan yang berasal dari dalam
perusahaan antara lain terdiri dari modal sendiri dan laba yang ditahan. Sedangkan
sumber pendanaan yang berasal dari luar perusahaan, antara lain melalui
pinjaman, baik jangka panjang ataupun jangka pendek dan melalui penerbitan
saham dan obligasi.
Perusahaan yang membutuhkan modal investasi atau dana operasional
cenderung memilih sumber pendanaan yang disediakan oleh pasar, yaitu melalui
penerbitan saham perusahaan. Pemilihan alternatif ini dikarenakan untuk
menghindarkan kemungkinan resiko kondisi debt equity ratio yang terlalu tinggi
jika menggunakan pinjaman sehingga membuat cost of capital perusahaan tidak
lagi minimal.
Dalam penerbitan saham dan obligasi, diperlukan suatu tempat untuk
memfasilitasi itu semua, maka keberadaan pasar modal sangat penting. Pasar
modal berfungsi sebagai lembaga perantara antara pihak yang membutuhkan dana
dengan pihak yang memiliki kelebihan dana. Di samping itu pasar modal dapat
mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena pihak investor dapat
memilih alternatif investasi yang memberikan tingkat keuntungan (return) yang
optimal.
Pendapatan yang diperoleh oleh seorang investor apabila mereka
menanamkan modalnya pada suatu perusahaan ataupun membeli saham
perusahaan terdiri dari dua macam, yaitu:
1) Laba karena selisih harga jual dan harga beli saham (capital gain)
2) Dividen (pembagian laba perusahaan)
Capital gain diperoleh ketika harga jual saham lebih tinggi dari harga beli
saham tersebut. Sedangkan dividen adalah bagian keuntungan yang diperoleh
perusahaan yang dibagikan kepada investor berdasarkan laba operasi ataupun
menurut kebijakan perusahaan tersebut. Kebijakan dividen tersebut akan
menetapkan berapa besar bagian laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen
kepada para pemegang saham dan berapa besar bagian dari laba bersih itu yang
akan ditahan kembali (retained earning).
Untuk memperoleh pendapatan yang diinginkan, maka seorang investor
perlu melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan sebelum membuat
keputusan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Salah satu
kinerja perusahaan yang dinilai adalah dari aspek keuangan perusahaan. Dan
kinerja keuangan ini dapat diketahui dari laporan keuangan yang dipublikasikan
oleh perusahaan.
Informasi kondisi perusahaan yang ingin diketahui dan dinilai oleh pihak
investor adalah terutama mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
pertumbuhan laba yang cukup stabil sehingga memberikan keuntungan kepada
para investor. Salah satu kinerja keuangan yang banyak dianalisis oleh investor
adalah tingkat profitabilitas perusahaan, karena hal ini berkaitan erat dengan
tingkat keuntungan yang diharapkan investor dalam kepemilikan sahamnya di
perusahaan tersebut.
Menurut Dewi Astuti (2004;36),
“Para
investor
dan
kreditur
sangat
berkepentingan
dalam
mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini
maupun di masa yang akan datang.”
Banyak terdapat rasio keuangan yang dapat menunjukkan tingkat kinerja
suatu perusahaan, di antaranya adalah dividend per share (DPS) dan return on
equity (ROE). Dividend per share dipilih dengan pertimbangan, semakin besar
tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dividen per lembar saham
bagi pemilik, maka akan memberikan koreksi yang positif terhadap harga saham
perusahaan yang berimbas pada indeks harga saham. Hal ini akan mempengaruhi
investor dalam membuat keputusannya di pasar modal. Pendapatan bagi
pemegang saham di lihat dari pembagian dividen. Pendapatan dividen diukur dari
besarnya dividend per share. Dividend per share adalah salah satu indikator
keuangan yang banyak diperhatikan oleh para investor dalam pertimbangan
berinvestasi dalam sebuah perusahaan karena dividend per share menghitung
seberapa besar dividen yang akan diterima oleh investor pada setiap lembar
saham yang dimiliki, dengan alasan inilah dividend per share dipilih menjadi
salah satu variabel dalam penelitian ini.
Adapun alasan pemilihan variabel return on equity dalam penelitian ini
karena return on equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
laba yang dihasilkan dari investasi pemegang saham, dengan demikian return on
equity yang tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk
memberikan pendapatan bagi para pemegang sahamnya. Tingkat pengembalian
yang tinggi ini memiliki kemungkinan pendapatan yang dibayarkan sebagai
dividen kepada pemegang saham pun akan semakin besar. Oleh karena itu, bagi
investor yang berkepentingan akan menunjukkan perhatian kepada keuntungan
yang akan diperoleh perusahaan dan prospeknya di masa depan.
Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada
perusahaan yang bergerak dalam sektor pertambangan. Seperti yang kita ketahui,
kinerja perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan dapat dikatakan
baik. Hal ini dikarenakan perusahaan mengalami peningkatan penjualan yang
berakibat pada peningkatan laba bersih yang cukup signifikan. Peningkatan
penjualan diakibatkan dari semakin meningkatnya harga jual komoditas seperti
batubara, timah, tembaga, nikel, gas alam dan lainnya dimana komoditas seperti
batubara digunakan sebagai energi alternatif pengganti minyak bumi yang
dikhawatirkan cadangannya semakin menipis.
Menurut Sunarsip, Ekonom Kepala The Indonesia Economic Intelligence
dalam jurnalnya yang berjudul “Memperkuat Kinerja Perusahaan Pertambangan”,
dalam situs Bisnis Indonesia.com, saat ini sektor pertambangan (migas dan
nonmigas) dinilai sebagai sektor yang paling bergairah. Penilaian ini memang
tidak keliru. Tingginya harga minyak dunia dan komoditas pertambangan lainnya
turut membentuk citra ini. Tingginya harga komoditas pertambangan ini tentunya
dapat mendongkrak kinerja sektor pertambangan. Euforianya pun sudah terlihat.
Kini, saham-saham dari emiten sektor pertambangan menjadi incaran para
investor yang berburu gain.
Secara mikro, kinerja perusahaan yang tergabung di sektor pertambangan
memang mengalami lonjakan besar. Setidaknya ini dapat dilihat dari pencapaian
laba perusahaan. Pada 2007, kinerja keuangan perusahaan yang bergerak di sektor
pertambangan (BUMN dan swasta) umumnya meningkat dratis dibandingkan
dengan 2006. Dengan perkembangan tersebut, memang pantas bila harga saham
dari para emiten pertambangan mengalami lonjakan. Namun, perlu dilihat
seberapa besar pengaruh faktor fundamental dan sentimen telah membentuk harga
saham tersebut. Berdasarkan pengamatan penulis, faktor sentimen masih cukup
besar mempengaruhi harga saham sektor pertambangan kita, terkait dengan harga
komoditas pertambangan di pasar global. Bank Indonesia telah melansir laporan
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2008. Menarik menganalisis
kinerja NPI dengan kinerja sektor pertambangan kita. Ini mengingat, kinerja
sektor eksternal kita selama 2007-2008 ini tidak lepas dari pengaruh faktor harga
minyak.
Dari sisi volume, ekspor pertambangan pada 2007 juga mengalami
kenaikan 7,8% atau mencapai 245 juta ton. Kenaikan volume ekspor
pertambangan ini terjadi pada komoditas nikel (tumbuh 103,7%), aluminium
(65,5%)dan batubara (7,9%). Namun, kinerja yang diperoleh pada 2007 ini tidak
berlanjut pada triwulan I 2008. Di tengah tingginya harga komoditas dunia, nilai
ekspor sektor pertambangan pada triwulan I 2008 hanya mencapai US$5,5 miliar
(pangsa 20,7%), atau hanya tumbuh 1,5%. Pertumbuhan ini sangat rendah karena
komoditas unggulan seperti tembaga dan batubara, tumbuh negatif masing-masing
27,2%, dan 1,3%. Hanya ekspor komoditas timah (tumbuh 288,5%) dan nikel
(10,3%) yang tumbuh cukup tinggi, terutama didorong oleh tingginya volume
ekspor.
Dengan laba bersih yang meningkat, maka kemampuan perusahaan untuk
memberikan dividen kepada para pemegang sahamnya akan jauh lebih besar. Hal
tersebut berdampak pula pada kemampuan perusahaan yang tinggi untuk
memberikan keuntungan kepada pemegang sahamnya atas modal yang telah
ditanamkannya (modal sendiri). Dengan semakin meningkatnya dividen yang
diberikan kepada pemegang saham, maka saham perusahaan yang bersangkutan
akan diburu oleh para investor, sehingga mengakibatkan harga saham akan naik.
Dengan permintaan yang semakin tinggi namun yang tersedia di pasar terbatas
maka harga saham akan naik dengan sendirinya. Tetapi pada kenyataannya harga
saham tidak selalu meningkat. Bahkan harga saham sering berfluktuasi dari waktu
ke waktu. Hal tersebut dapat dilihat dari sumber yang disediakan oleh
yahoo.finance di mana dapat dilihat bahwa harga saham perusahaan sering
berfluktuasi.
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
suatu penelitian perkembangan dividend per share dan return on equity serta
dampaknya terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dalam sektor
pertambangan dengan judul penelitian “Pengaruh dividend per share dan return
on equity terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dalam sektor
pertambangan periode 2002-2007.”
1.2
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang penelitian di atas maka masalah yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan dividend per share dan return on equity perusahaan
yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007
2. Bagaimana perkembangan harga saham perusahaan yang tergabung dalam
sektor pertambangan periode 2002-2007
3. Bagaimana pengaruh dividend per share dan return on equity secara parsial
maupun simultan terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dalam
sektor pertambangan periode 2002-2007
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penyusunan penelitian ini adalah dalam rangka memperoleh
data dan informasi mengenai dividend per share dan return on equity untuk diolah
sekaligus dianalisis serta menghitung pengaruh terhadap harga saham, sedangkan
yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis perkembangan dividend per share dan return on equity pada
perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007
2. Menganalisis perkembangan harga saham perusahaan yang tergabung dalam
sektor pertambangan periode 2002-2007
3. Menganalisis perkembangan dividend per share dan return on equity secara
parsial maupun simultan terhadap harga saham perusahaan yang tergabung
dalam sektor pertambangan periode 2002-2007
1.4
Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
pihak-pihak sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan yang menjadi
unit analisis, semoga hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan dan peningkatan
kinerja keuangan perusahaan, sehingga dapat meningkatkan harga saham
2. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk lebih
memahami bagaimana cara menganalisis dan memecahkan masalah-masalah
yang nyata melalui teori yang didapatkan dalam bangku kuliah
3. Bagi Universitas dan rekan-rekan mahasiswa, khususnya mahasiswa yang
memilih konsentrasi manajemen keuangan, dapat memperoleh tambahan
pengetahuan mengenai pengaruh dividend per share dan return on equity
terhadap harga saham perusahaan
4. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu sudut
pandang baru dalam menilai keadaan perusahaan dalam hubungannya dengan
keputusan memilih saham perusahaan di pasar modal
1.5
Kerangka Pemikiran
Kondisi keuangan suatu perusahaan merupakan faktor yang penting untuk
berinvestasi dalam saham. Kondisi keuangan perusahaan yang baik memberikan
laba yang tinggi bagi perusahaan. Laba yang tinggi akan membawa dampak
positif, investor akan tertarik untuk membeli saham perusahaan karena termotivasi
untuk mendapatkan dividen dari perusahaan yang bersangkutan. Sesuai dengan
hukum permintaan dan penawaran, maka harga saham akan naik seiring dengan
banyaknya permintaan. Perubahan harga saham ini akan memberikan keuntungan
yang tinggi kepada para pemegang sahamnya.
Investor membutuhkan informasi-informasi keuangan dalam melakukan
analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan sebelum memutuskan untuk
berinvestasi. Salah satu sumber informasi yang dapat dipergunakan oleh investor
dalam mengambil keputusan investasi adalah laporan keuangan.
Laporan keuangan memuat berbagai macam gambaran dari suatu
perusahaan emiten mengenai kondisi performa dan prospek perusahaan tersebut di
masa yang akan datang. Sehingga investor dapat menggunakan berbagai macam
analisis untuk menilai kinerja perusahaan emiten, membandingkannya dengan
perusahaan-perusahaan emiten sejenis sekaligus dapat memutuskan untuk
membeli, menjual atau tetap mempertahankan modalnya dalam kepemilikan
saham tertentu.
Informasi yang berasal dari perusahaan emiten yang pada umumnya
disediakan bagi para pelaku pasar modal dan dipublikasikan dalam bentuk laporan
keuangan adalah terdiri dari neraca, laporan rugi-laba, laporan perubahan modal
dan arus kas. Publikasi laporan keuangan ini sangat penting, seperti yang
diungkapkan oleh:
Rico Lesmana dan Rudy Surjanto (2003;3),
“Tujuan utama dari laporan keuangan adalah menyediakan
informasi-informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam mengambil
keputusan secara ekonomi.”
Hasil analisis finansial yang diperoleh dari laporan keuangan tersebut akan
digunakan oleh para investor untuk mengambil keputusan dalam menentukan
saham mana yang akan dibeli, dijual, atau dipertahankan.
Seperti yang telah dikemukakan dalam latar belakang penelitian,
pendapatan yang diperoleh oleh seorang investor yang menanamkan modalnya
pada suatu perusahaan ataupun membeli saham perusahaan, salah satunya adalah
dividen. Dividen merupakan bagian keuntungan bersih setelah pajak yang
dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
Karena dividen merupakan salah satu potensi keuntungan dari investasi melalui
saham, maka pihak manajemen memperhatikan kebijakan dividen yang akan
diterapkan dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan modalnya
dalam bentuk kepemilikan saham.
Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;253),
“Kebijakan dividen (dividen policy) merupakan keputusan apakah
laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk
menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan
datang.”
Sedangkan menurut Ross, Westerfield dan Jaffe (2002;460),
“Clearly, investors prefer higher dividend to lower dividend at any single
date if the dividend level is held constant every other date. In other
words, if the dividend per share for each other date is held constant, the
stock price will rise.”
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa dividen merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap harga saham. Pembayaran dividen selalu diikuti
dengan kenaikan harga saham, sedangkan penurunan dividen akan diikuti dengan
penurunan harga saham. Dan ini menunjukkan bahwa investor secara keseluruhan
lebih menyukai pembayaran dividen.
Selain melihat dividen per saham, para investor biasanya juga melihat
tingkat profitabilitas perusahaan, hal ini berkaitan erat dengan tingkat keuntungan
atau pendapatan yang diharapkan investor dari kepemilikan saham. Investor
sangat perlu untuk mengetahui secara baik tingkat profitabilitas perusahaan agar
investor dapat memperoleh pendapatan di masa yang akan datang.
Profitabilitas menurut Dewi Astuti (2004;36),
“Kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Satusatunya ukuran profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih.
Para investor dan kreditur sangat berkepentingan dalam mengevaluasi
kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun di masa
mendatang.”
Sedangkan menurut Agus Sartono (2001;122),
“Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun
modal sendiri.”
Kemudian menurut Gibson (2001;285),
“Profitabilitas is the relationship between revenue and cost generated by
using the firm assets-both current and fixed in productivity activity.”
Rasio profitabilitas sendiri memiliki beberapa jenis penilaian yang
penggunaannya tergantung pada keputusan investor di dalam melakukan
perhitungan. Salah satunya adalah rasio pengembalian atas ekuitas saham biasa.
Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam
memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham dan
menekankan
pada
hasil
pendapatan
sehubungan
dengan
jumlah
yang
diinvestasikan. Adapun rasio ini terkenal pula dengan sebutan return on equity
(ROE). Analisis ini sering digunakan oleh para investor karena di dalamnya
mencerminkan kemungkinan tingkat laba yang akan diperoleh pemegang saham.
Return on equity dapat dicari dengan pendapatan setelah pajak dibagi dengan total
modal sendiri. Return on equity digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan
yang dihasilkan dari investasi yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Rasio ini
sangat umum digunakan oleh para investor karena rasio ini mencerminkan
kemungkinan laba yang dapat diperoleh pemegang saham, karena pemegang
saham berarti sebagai pemilik dari perusahaan. Dengan demikian return on equity
yang tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki peluang untuk memberikan
pendapatan yang besar bagi para pemegang saham.
Menurut Susan Irawati (2006;61),
“Return on equity adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari
modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut.”
Sedangkan menurut Martono dan Agus Harjito (2007;60),
“Return on equity (ROE) atau yang sering disebut dengan rentabilitas
modal sendiri dimaksudkan untuk mengukur seberapa banyak
keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri.”
Dengan demikian return on equity dapat dirumuskan menurut Gitman
(2003;145),
ROE = Net Profit After Tax / Stockholder’s Equity x 100%
Return on equity yang tinggi dapat diartikan bahwa perusahaan akan
memberikan peluang tingkat pengembalian atau pendapatan yang cukup besar
bagi para investor. Tingkat pengembalian yang tinggi memiliki kemungkinan
pendapatan yang diharapkan oleh investor akan naik pula dan hal ini akan
berdampak pada peningkatan harga saham. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
return on equity akan mempengaruhi harga saham.
Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2007;317),
“Jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat,
harga saham akan meningkat dengan kata lain profitabilitas akan
meningkatkan harga saham.”
Sedangkan menurut Heru Tjaraka (2008) dalam jurnalnya yang berjudul
“Analisis-analisis fundamental yang berpengaruh terhadap harga saham”,
dalam situs www.google.com, mengemukakan bahwa,
“Return on equity sangat mempengaruhi harga saham perusahaan
yang bersangkutan di samping faktor-faktor yang lain seperti earning
per share, debt equity ratio dan lain-lain.”
Berlakunya hukum permintaan dan penawaran akan mempengaruhi harga
saham. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan perekonomian, kondisi pasar dan
industri. Semakin banyak permintaan, maka semakin tinggi harga saham tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan apabila suatu perusahaan mampu
memberikan dividen yang cukup tinggi dan menunjukkan tingkat profitabilitas,
dalam hal ini return on equity yang cukup baik, maka investor akan lebih tertarik
dengan saham perusahaan yang bersangkutan. Semakin banyak investor yang
membeli saham, maka harga saham tersebut akan naik.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menggambarkannya dengan
bentuk skema pemikiran sebagai berikut:
Gambar 1.1
Skema Kerangka Pemikiran
Perusahaan
Laporan Keuangan
Neraca
Aktiva
Kewajiban
Modal Pinjaman
Laporan Laba/Rugi
Modal
Pendapatan
Laba
Modal Sendiri
Dividen
ROE
Keterangan :
Variabel yang diteliti
=
Variabel yang tidak diteliti =
Biaya
Harga Saham
Retained Earning
Dari kerangka pemikiran di atas dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai
berikut:
1. Terdapat pengaruh dari dividend per share dan return on equity secara
simultan terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan periode
2002-2007
2. Terdapat pengaruh secara parsial dari dividend per share terhadap harga
saham perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 20022007
3. Terdapat pengaruh secara parsial dari return on equity terhadap harga saham
pada perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 20022007
1.6
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan penelitian
ini adalah metode deskriptif dan metode verifikatif.
Menurut Moch. Nazir (2003;4),
“Metode
deskriptif
adalah
suatu
metode
yang
berusaha
menyimpulkan, menyajikan serta menganalisis data agar cukup
jelas.”
Sedangkan menurut Marzuki (2002;7),
“Metode verifikatif adalah suatu metode yang digunakan untuk
menguji kebenaran suatu pengetahuan.”
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode statistik secara parsial
(uji t) yaitu menggunakan analisis regresi linier sederhana, koefisien korelasi, dan
koefisien determinasi. Sedangkan untuk menguji hipotesis secara simultan
digunakan uji F. Selanjutnya nilai pengujian yang diperoleh dibandingkan dengan
tabel distribusi t dan F.
1.7
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data secara langsung di
Internet atau dengan mengunjungi pusat referensi pasar modal di Universitas
Sangga Buana. Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian dari bulan
Juni sampai dengan bulan September 2008.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan
yang sangat penting di samping fungsi operasional lainnya seperti manajemen
pemasaran, manajemen operasi, manajemen sumber daya manusia, dan lain
sebagainya.
Menurut Susan Irawati (2006;1),
“Manajemen keuangan adalah suatu proses dalam pengaturan
aktivitas atau kegiatan keuangan dalam suatu organisasi, dimana di
dalamnya termasuk kegiatan planning, analisis dan pengendalian
terhadap kegiatan keuangan yang biasanya dilakukan oleh manajer.”
Sedangkan menurut Sutrisno (2003;3),
“Manajemen keuangan adalah semua aktivitas perusahaan yang
berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan
dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan
mengalokasikan dana tersebut secara efisien.”
Penerapan proses manajemen dalam bidang keuangan ini tentunya disertai
dengan tujuan tertentu, yaitu agar berbagai aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya sehingga manajemen dapat
memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan dan dapat meminimalkan biaya
guna pengambilan keputusan yang efektif dan efisien.
2.2
Laporan Keuangan
Informasi mengenai perusahaan merupakan unsur yang penting bagi
investor untuk membuat keputusan investasi, karena informasi tersebut
memberikan gambaran suatu perusahaan baik mengenai kondisi performa dan
prospek dimasa yang akan datang. Informasi yang berasal dari perusahaan emiten
yang umum tersedia bagi para pelaku pasar dan dipublikasikan adalah laporan
keuangan.
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada hakikatnya merupakan hasil dari proses akuntansi
yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan dengan menyajikan laporan-laporan
periodik berisi data keuangan yang akan digunakan oleh pihak manajemen,
investor, kreditur, dan pihak-pihak lain di luar perusahaan yang berkepentingan
sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan-keputusan
ekonomi. Informasi yang tertuang di dalam laporan keuangan adalah mengenai
kekuatan finansial dan kinerja perusahaan pada saat tahun yang berlaku.
Yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah suatu daftar yang
menggambarkan posisi keuangan pada suatu saat tertentu dan suatu daftar yang
menggambarkan hasil operasi suatu perusahaan pada periode tertentu ditambah
dengan laporan keuangan lainnya, biasanya digunakan bermacam-macam
lampiran untuk menambah data yang sudah ada dalam laporan keuangan itu.
Daftar-daftar itu biasanya dianggap sebagai bagian dari laporan keuangan.
Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;51),
“Laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan
suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.”
Sedangkan menurut Slamet Sugiri (2001;15),
”Laporan keuangan hasil akhir dari proses akuntansi, laporan
keuangan menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan oleh pelbagai pihak (misal: pemilik dan kreditur). Laporan
keuangan yang utama terdiri dari laporan rugi-laba, laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas.”
Kemudian menurut Munawir (2004;2),
”Laporan Keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihakpihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan
tersebut.”
Dari kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
yang pertama terdiri dari neraca dan perhitungan rugi-laba, sedangkan laporan
keuangan lainnya merupakan laporan pelengkap yang sifatnya membantu untuk
memperoleh penjelasan lebih lanjut seperti laporan perubahan modal dan laporan
arus kas. Selain itu, laporan keuangan berisi informasi mengenai posisi keuangan
perusahaan yang dapat digunakan untuk melihat kinerja perusahaan.
Bagi investor yang melakukan analisis perusahaan, informasi laporan
keuangan yang dipublikasikan merupakan salah satu jenis informasi yang paling
mudah dan murah didapatkan dibanding dengan alternatif informasi lainnya. Di
samping itu, informasi laporan keuangan akuntansi sudah cukup menggambarkan
kepada kita sejauhmana perkembangan kondisi perusahaan selama ini dan apa
saja yang telah dicapainya.
Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2005;24),
”Laporan keuangan yang utama bagi perusahaan perseorangan
adalah
laporan
laba-rugi,
laporan
ekuitas
pemilik
(laporan
perubahan modal), neraca, dan laporan arus kas.”
Berdasarkan pernyataan di atas maka laporan keuangan yang paling utama
bagi perusahaan perseorangan adalah neraca, laporan rugi-laba, laporan perubahan
ekuitas pemilik, dan laporan arus kas. Apabila terdapat laporan yang lain maka itu
hanya sebagai laporan tambahan.
2.2.2 Tujuan dan Pemakai Laporan Keuangan
Hasil akhir dari suatu proses pencatatan keuangan di antaranya adalah
laporan keuangan. Laporan keuangan ini merupakan pencerminan dari prestasi
manajemen perusahaan pada satu periode tertentu. Pada dasarnya laporan
keuangan dimaksudkan untuk menyediakan informasi keuangan untuk digunakan
oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Menurut IAI (2004;4), tujuan laporan keuangan ada tiga yaitu:
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin
dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara
umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan
tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan.
3. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilaksanakan manajemen
(stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
Sedangkan para pemakai laporan keuangan menurut Dwi Prastowo dan Rifka
Julianty (2005;3-5),
1. Investor
Investor sangat berkepentingan terhadap risiko yang ada dan hasil
pengembangan dari investasi yang dilakukannya.
2. Kreditur
Kreditur membutuhkan informasi untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunga dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
3. Pemasok dan kreditur lainnya
Pemasok dan kreditur tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka
untuk memutuskan apakah jumlah terhutang akan dibayar pada saat jatuh
tempo.
4. Shareholders
Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai kemajuan
perusahaan, pembagian keuntungan, dan penambahan modal berikutnya.
5. Pelanggan
Pelanggan berkepentingan terhadap informasi mengenai kelangsungan hidup
perusahaan, terutama apabila terlibat dengan perusahaan lain.
6. Pemerintah
Pemerintah berkepentingan terhadap alokasi sumber daya dan oleh karenanya
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan.
7. Karyawan
Karyawan memerlukan informasi untuk melakukan penilaian atas kemampuan
perusahaan dalam memberikan balas jasa.
8. Masyarakat
Laporan keuangan membantu masyarakat dengan menyediakan informasi
kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta
aktivitasnya.
2.2.3 Manfaat Laporan Keuangan
Manfaat dari laporan keuangan itu sendiri terletak pada interpretasi
masing-masing pemakainya. Pemakai dalam konteks ini adalah pihak-pihak yang
berkepentingan.
Umumnya
secara
ekonomis
terhadap
perusahaan
yang
mengeluarkan laporan keuangan yang bersangkutan.
Manfaat internal dari hasil interpretasi laporan keuangan di antaranya
adalah laporan tingkat kesehatan keuangan perusahaan, kondisi keuangan
perusahaan dibandingkan dengan perusahaan pesaing, efektifitas manajemen
dalam pengoperasian perusahaan tersebut, sedangkan secara eksternal dari hasil
interpretasi laporan keuangan di antaranya adalah bagi investor sebagai laporan
untuk menanamkan atau menarik modalnya pada perusahaan, bagi kreditur untuk
membantu pengambilan keputusan dan dalam hal pemberian pinjaman kepada
perusahaan dan sebagainya.
Secara luas manfaat pokok dari laporan keuangan adalah memberikan
informasi mengenai tingkat kesehatan keuangan perusahaan yang mengeluarkan
laporan keuangan, dari hasil analisis tersebut diketahui potensi-potensi dan
kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan sehingga pihak-pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan dapat mempergunakannya sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
2.2.4 Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang paling
penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan
keputusan ekonomi. Laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk
pengambilan keputusan ekonomi apabila dengan informasi keuangan tersebut
dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan
mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses perbandingan, evaluasi
dan analisis trend akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin terjadi di
masa yang akan datang. Disinilah arti penting suatu analisis laporan keuangan.
2.2.4.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah penelaahan dengan mempelajari
hubungan-hubungan atau tendensi-tendensi untuk menentukan posisi keuangan
dan hasil operasional serta perkembangan perusahaan menurut laporan keuangan
yang disajikan oleh perusahaan yang bersangkutan. Menurut Aliminsyah dan
Padji MA (2005;166), analisis laporan keuangan adalah:
”Mencari hubungan yang ada antara suatu angka dalam laporan
keuangan dengan angka lain agar dapat diperoleh gambaran yang
lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan.”
Sedangkan menurut Dewi Astuti (2004;29),
”Analisis laporan keuangan adalah segala sesuatu yang menyangkut
penggunaan informasi akuntansi untuk membuat keputusan bisnis
dan investasi.”
Kemudian menurut Brigham dan Houston (2004;100),
”Financial statement analysis generally begins with asset of financial
ratios designed to reveal a companies strength and weakness as
compared with the other companies in the same industry had to show
weather it’s financial position has been improving or deriorating
overtime .”
Artinya, analisis laporan keuangan pada umumnya dimulai dari aktiva rasio
keuangan yang dibuat untuk menyatakan kekuatan dan kelemahan perusahaan
yang dibandingkan dengan perusahaan sejenis dalam industri yang sama dimana
ditunjukkan dalam posisi keuangan yang sama dalam waktu yang sama .
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan
keuangan adalah membedah dan menguraikan pos-pos laporan keuangan untuk
mencari hubungan antara unsur-unsur dalam laporan keuangan agar dapat
diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha
perusahaan sehingga informasi tersebut dapat di gunakan dalam membuat
keputusan bisnis dan investasi.
2.2.4.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Tujuan analisis laporan keuangan adalah menggunakan data historis
akuntansi untuk membantu memprediksi bagaimana kinerja perusahaan di masa
mendatang. Hal ini merupakan hal terpenting dari suatu analisis laporan
keuangan. Investor pada prinsipnya sangat memperhatikan tingkat profitabilitas
perusahaan yang akan dapat menjamin tingkat keuntungan yang akan diperoleh.
Sedangkan dari sudut manajemen, analisa laporan keuangan berguna sebagai cara
untuk mengantisipasi keadaan dimasa mendatang.
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2005;57),
”Tujuan dari analisis laporan keuangan adalah mengurangi
ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni,
terkaan, dan intuisi. Mengurangi dan mempersempit lingkup
ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada setiap proses
pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah berarti
mengurangi
kebutuhan
akan
penggunaan
pertimbanganpertimbangan melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan
sistematis
dalam
menggunakan
pertimbangan-pertimbangan
tersebut.”
Sedangkan menurut Harahap (2004;195-197), tujuan analisis laporan keuangan
adalah:
1. Dapat memberikan informasi yang lebih dalam daripada yang terdapat dari
laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata dari suatu
laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan.
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya
dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern
laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari
luar perusahaan.
5. Mengetahui
sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-
model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi dan
peningkatan.
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.
Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan
merupakan tujuan analisa laporan keuangan juga antara lain:
a. Dapat menilai prestasi perusahaan
b. Dapat memproyeksi keuangan perusahaan
c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek
waktu tertentu:
1) Posisi keuangan (asset, neraca, dan modal)
2) Hasil usaha perusahaan (hasil dan biaya)
3) Likuiditas
4) Solvabilitas
5) Aktivitas
6) Rentabilitas dan profitabilitas
7) Indikator pasar modal
d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu
e. Melihat komposisi struktur keuangan dan arus kas
7. Dapat menentukan peringkat perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah
dikenal dalam dunia bisnis.
8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan
periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik
posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.
10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa
yang akan datang.
Dengan menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan maka akan
diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan
perusahaan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Dari
semua tujuan tersebut, tujuan yang terpenting dari analisis laporan keuangan
adalah untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan
murni, terkaan, dan intuisi serta mengurangi dan mempersempit lingkup
ketidakpastian pada setiap proses pengambilan keputusan.
2.2.5 Analisis Rasio Keuangan
Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis
keuangan memerlukan beberapa tolok ukur. Tolok ukur yang sering dipakai
adalah analisis rasio keuangan, yang menghubungkan dua data keuangan yang
satu dengan yang lainnya.
Menurut Harahap (2004;297),
”Analisis rasio keuangan adalah angka yang diperoleh hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya
yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).”
Sedangkan menurut Susan Irawati (2006;22),
”Rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis dalam bidang
manejemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisikondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu, ataupun
hasil-hasil usaha dari suatu perusahaan pada setiap periode tertentu
dengan jalan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari
laporan keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun rugilaba.”
Dari definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa analisis rasio
keuangan merupakan suatu teknik dalam manajemen keuangan yaitu dengan
membandingkan dua buah variabel yang dapat diambil dari neraca ataupun dari
laporan rugi-laba.
2.2.6 Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik dalam menganalisa
laporan keuangan yang banyak digunakan untuk menilai kinerja perusahaan
karena penggunaannya yang relatif mudah.
Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2007;70),pengelompokkan
rasio keuangan menurut tujuan pengukuran, yaitu:
1. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
2. Rasio Leverage, yaitu rasio yang mengukur sejauhmana perusahaan dibiayai
oleh hutang.
3. Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang dimaksudkan untuk mengukur tingkat
efektifitas pemanfaatan sumber daya perusahaan.
4. Rasio Profitabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan ukuran tingkat efektifitas
manajemen seperti ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan
dari pendapatan investasi.
5. Rasio Pertumbuhan, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam mempertahankan posisi ekonomi di tengah pertumbuhan ekonomi dan
sektor usaha.
6. Rasio Penilaian, yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen
dalam menciptakan nilai pasar usaha di atas biaya investasi.
2.2.6.1 Rasio Profitabilitas
Salah satu rasio yang digunakan dalam menganalisa kinerja keuangan dari
suatu perusahaan adalah rasio profitabilitas.
Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;59),
“Rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis rasio yang menunjukkan
laba dalam hubungannya dengan penjualan dan rasio yang
menunjukkan laba dalam hubungannya dengan investasi.”
Rasio profitabilitas merupakan hal yang sangat penting, tidak hanya bagi
manajemen sebagai alat ukur kinerja perusahaan, tetapi juga bagi investor dan
kreditur. Kedua rasio ini merupakan efektifitas keseluruhan dari operasi
perusahaan.
Menurut Agus Sartono (2001;122),
”Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal
sendiri.”
Sedangkan menurut Dewi Astuti (2004;36),
”Profitabilitas adalah suatu kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Satu-satunya ukuran profitabilitas yang paling
penting adalah laba bersih. Para investor dan kreditur sangat
berkepentingan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan
menghasilkan laba saat ini maupun di masa mendatang.”
Dengan demikian bagi investor sangat berkepentingan dengan analisa
profitabilitas ini, karena memuat informasi mengenai tingkat keuntungan yang
akan diterimanya.
Menurut Susan Irawati (2006;58), untuk mengukur rasio profitabilitas
digunakan rasio-rasio sebagai berikut:
1. Net Profit Margin (NPM)
2. Gross Profit Margin (GPM)
3. Operating Profit Margin (OPM)
4. Operating Ratio (OR)
5. Return on Assets (ROA)
6. Return on Equity (ROE)
7. Earning per Share (EPS)
8. Return on Investment (ROI)
Dalam penelitian ini yang penulis teliti lebih lanjut adalah mengenai
analisis return on equity (ROE), karena ini berkaitan langsung dengan investasi
dari pemegang saham, sehingga dapat mencerminkan pendapatan yang diterima
oleh pemegang saham.
2.3 Return on Equity
2.3.1 Pengertian Return on Equity
Rentabilitas modal sendiri dalam hal ini adalah pengembalian atas ekuitas
saham biasa digunakan untuk mengukur tingkat laba yang dihasilkan dari
investasi pemegang saham. Investor memandang bahwa return on equity
merupakan indikator profitabilitas yang penting, karena return on equity
merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam rangka
melakukan tugasnya yakni menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi para
pemilik modal.
Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2007;74),
“Return on equity merupakan rasio untuk mengukur seberapa banyak
keuntungan (laba) yang menjadi hak pemilik modal sendiri.”
Sedangkan menurut Susan Irawati (2006;61),
“Return on equity atau yang sering disebut dengan rate of return on
net worth, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri
yang digunakan oleh perusahaan tersebut.”
Kemudian menurut Ross, Westerfield, dan Jaffe (2002;37),
“Return on equity is defined as net income (after interest and taxes)
dividend by average common stockholders equity.”
Artinya, return on equity adalah laba bersih yang dibagi (setelah bunga dan pajak)
dengan rata-rata modal sendiri.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan, bahwa return on equity
adalah rasio yang digunakan oleh para investor untuk melihat sejauhmana
perusahaan dapat memberikan keuntungan di masa yang akan datang. Atau
dengan kata lain, dengan return on equity yang tinggi, perusahaan memiliki
peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi para pemegang saham.
Dalam hal ini akan berdampak pada peningkatan harga saham.
2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Return on Equity
Banyak hal yang mempengaruhi return on equity berfluktuasi yaitu karena
berbagai faktor yang terjadi, baik itu dalam perusahaan sendiri ataupun karena
faktor dari luar perusahaan.
Menurut Agus Sartono (2001;124),
“Return on equity atau return on net worth dipengaruhi oleh besar
kecilnya hutang perusahaan. Apabila proporsi hutang makin besar
maka rasio ini akan makin besar pula.
Dari pernyataan di atas maka faktor yang mempengaruhi tingkat return on
equity salah satunya adalah tingkat hutang perusahaan. Tingkat hutang perusahaan
yang tinggi maka rasio pengembalian akan tinggi pula. Ini dikarenakan
kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan yang besar kepada para
pemegang saham. Karena alasan dana yang tersedia cukup besar yaitu dana dari
pinjaman pihak luar, maka perusahaan mampu memberikan keuntungan yang
tinggi bagi para pemegang saham.
2.3.3 Faktor yang Menentukan Return on Equity
Faktor yang menentukan return on equity besar atau kecil sangat
bergantung pada kinerja perusahaan itu sendiri. Kinerja perusahaan yang baik
akan memberikan tingkat return on equity yang baik dan atau sebaliknya.
Menurut Susan Irawati (2006;61),
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak / Total Modal Sendiri x 100%
Dari rumus di atas maka dapat dikatakan bahwa faktor yang menentukan
tingkat return on equity adalah jumlah laba bersih setelah pajak dan jumlah total
modal sendiri. Jika jumlah laba bersih yang didapat perusahaan tinggi sementara
jumlah total modal sendiri perusahaan rendah maka tingkat return on equity akan
tinggi. Namun sebaliknya apabila jumlah laba bersih yang didapat perusahaan
rendah sementara jumlah total modal sendiri perusahaan tinggi maka tingkat
return on equity akan rendah.
Menurut Sri Hasnawati (2006) dalam jurnalnya yang berjudul “Penilaian
saham, memahami cara-cara berinvestasi di pasar modal”, dalam situs
www.google.com mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang menentukan
tingkat return on equity, yaitu:
1. Tax (Pajak)
Semakin tinggi pajak yang diberikan oleh perusahaan maka return on equity
akan rendah. Hal ini dikarenakan kas perusahaan yang lebih besar (banyak)
digunakan untuk pembayaran pajak.
2. Profit Margin
Semakin tinggi profit margin yang didapat, maka return on equity akan
semakin tinggi karena tingkat penjualan yang tinggi menunjukkan tingkat
keuntungan yang didapat yang dengan sendirinya jika laba besar maka tingkat
return on equity akan tinggi pula.
3. Asset Turnover
Semakin efisien (tinggi) tingkat perputaran aktiva maka semakin efisien kas
perusahaan sehingga tingkat return on equity akan tinggi pula. Hal ini
dikarenakan kas perusahaan dapat dihemat sehingga kas perusahaan tetap
stabil yang berakibat pada tingkat return on equity pun akan tinggi.
4. Financial Leverage
Semakin tinggi tingkat financial leverage maka semakin rendah tingkat return
on equity. Hal ini dikarenakan dengan semakin tinggi tingkat financial
leverage maka semakin banyak hutang yang digunakan sehingga kas
perusahaan lebih banyak untuk membayar hutang.
2.4 Dividen
2.4.1 Pengertian Dividen
Investasi dalam bentuk saham akan memberikan dua jenis keuntungan
kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital gain. Capital gain
diperoleh dari selisih harga jual dan beli saham. Sedangkan dividen adalah
pembagian keuntungan perusahaan.
Menurut Tangkilisan dan Hessel (2003;227),
“Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada para
pemegang saham (pemilik modal sendiri, equity).”
Sedangkan menurut Rusdin (2006;73),
”Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan
kepada pemegang saham.”
Kemudian menurut Watson dan Head (2004;178),
”A dividend is a cash payment made on a quarterly or semi-annual basis
by company to its shareholders. It is a distribution of after tax profit.”
Artinya, dividen adalah pembayaran tunai kepada para pemegang saham yang
dibuat oleh perusahaan yang dilakukan per empat bulan sekali atau setengah tahun
sekali. Dan ini termasuk penyaluran keuntungan perusahaan dari laba setelah
pajak.
Sehingga dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dividen adalah
bagian keuntungan bersih setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham.
Karena dividen merupakan salah satu potensi keuntungan dari investasi melalui
saham, maka pihak manajemen perusahaan perlu memperhatikan kebijakan
dividen yang akan diterapkan dalam rangka menarik minat investor untuk
menanamkan modalnya dalam perusahaan dalam bentuk kepemilikan saham.
2.4.2 Jenis-Jenis Dividen
Terdapat beberapa jenis dividen yang dapat dibayarkan kepada para
pemegang saham, tergantung pada posisi dan kemampuan perusahaan yang
bersangkutan. Berikut ini adalah jenis-jenis dividen menurut Brigham dan
Houston (2004;95):
1. Cash Dividend (Dividen tunai)
Cash dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Pada
umumnya cash dividend lebih disukai oleh para pemegang saham dan lebih
sering dipakai perseroan jika dibandingkan dengan jenis dividen yang lain.
2. Stock Dividend (Dividen saham)
Stock dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham, bukan
dalam bentuk uang tunai. Pembayaran stock dividend juga harus disarankan
adanya laba atau surplus yang tersedia, jangan adanya pembayaran dividen
saham ini maka jumlah saham yang beredar meningkat, namun pembayaran
dividen saham ini tidak akan merubah posisi likuiditas perusahaan karena
yang dibayarkan oleh perusahaan bukan merupakan bagian dari arus kas
perusahaan.
3. Property Dividend (Dividen barang)
Property dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk barang
(aktiva selain kas). Property dividend yang dibagikan ini haruslah merupakan
barang yang dapat dibagi-bagi atau bagian-bagian yang homogen serta
penyerahannya kepada pemegang saham tidak akan mengganggu kontinuitas
perusahaan.
4. Scrip Dividend
Scrip dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk surat (scrip)
janji hutang. Perseroan akan membayar sejumlah tertentu dan pada waktu
tertentu, sesuai dengan yang tercantum dalam scrip tersebut. Pembayaran
dalam bentuk ini akan menyebabkan perseroan mempunyai hutang jangka
pendek kepada pemegang scrip.
5. Liquidating Dividend
Liqidating dividend adalah dividen yang dibagikan berdasarkan pengurangan
modal perusahaan, bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.
2.4.3 Kebijakan Dividen
2.4.3.1 Pengertian Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan untuk menginvestasikan
kembali laba yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan atau untuk
membagikannya kepada pemegang saham (investor).
Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;253),
“Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah
laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk
menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan
datang.”
Sedangkan menurut Sutrisno (2003;303),
“Kebijakan dividen adalah memutuskan apakah laba yang diperoleh
oleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi
sebagian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk
laba ditahan.”
Kemudian menurut Gitman (2003;553),
“Dividend policy is the firm’s plan action to be followed whenever
dividend decision must be made.”
Artinya, kebijakan dividen adalah kegiatan rencana perusahaan untuk membuat
keputusan apakah dividen akan dibagikan atau tidak.
Dari pengertian kebijakan dividen tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa kebijakan dividen adalah suatu keputusan untuk menginvestasi kembali
laba yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan atau untuk membagikannya
kepada para pemegang saham.
2.4.3.2 Teori Kebijakan Dividen
Teori kebijakan dividen menjelaskan bagaimana sifat dari dividen yang
dibagikan kepada pemegang saham. Teori dari Kebijakan dividen ini akan
mempengaruhi harga saham.
Menurut Ridwan Sundjaja dan Inge Barlian (2003;383-387), ada tiga
teori yang membahas tentang kebijakan dividen dan berpengaruh terhadap harga
saham. Ketiga teori tersebut adalah:
a. Teori Residu Dividen
Teori ini menjelaskan bahwa investor lebih senang apabila perusahaan
menahan keuntungannya untuk diinvestasikan kembali daripada jika
keuntungan itu dibayarkan berupa dividen di mana re-investasi akan
menghasilkan lebih banyak dibandingkan saham-saham lain yang risikonya
kira-kira seimbang.
b. Teori Irrelevansi Dividen
Teori ini menjelaskan bahwa kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh
kemampuan
perusahaan
untuk
mendapatkan
keuntungan
dari
asset
perusahaan.
c. Teori Relevansi Dividen
Teori ini menjelaskan bahwa investor umumnya menghindari risiko dan
dividen yang diterima sekarang mempunyai risiko yang lebih kecil daripada
dividen yang diterima di masa yang akan datang.
2.4.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen yang diambil perusahaan, sangat bergantung pada
berbagai faktor yang terjadi, baik itu yang terjadi di dalam perusahaan maupun
yang terjadi di luar perusahaan.
Menurut
Agus
Sartono
(2001;292-295),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kebijakan dividen ada lima yaitu:
1. Kebutuhan dana perusahaan
Kebutuhan dana perusahaan merupakan faktor yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan kebijakan dividen karena posisi kas perusahaan harus
diperhatikan.
2. Likuiditas perusahaan
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak
kebijakan dividen karena dividen merupakan kas keluar bagi perusahaan,
maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan
akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
3. Kemampuan meminjam
Perusahaan yang memiliki kemampuan meminjam lebih besar akan memiliki
kemampuan untuk membayar dividen yang lebih besar pula.
4. Keadaan pemegang saham
Jika keadaan pemegang saham lebih besar berorientasi pada capital gain,
maka dividend payout akan rendah, sehingga memungkinkan perusahaan
untuk menahan laba untuk investasi yang profitable.
5. Stabilitas dividen
Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada
dividend payout ratio yang tinggi.
2.4.3.4 Jenis-Jenis Kebijakan Dividen
Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash dividend
yang diberikan kepada pemegang saham. Adapun bentuk kebijakan tersebut
menurut Sutrisno (2003;305-307), ada empat yaitu:
1. Kebijakan pemberian dividen yang stabil
Yaitu dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu
tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi.
2. Kebijakan dividen yang meningkat
Yaitu perusahaan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan
jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.
3. Kebijakan dividen dengan rasio yang konstan
Yaitu perusahaan memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba
yang diperoleh perusahaan.
4. Kebijakan dividen reguler yang rendah ditambah ekstra
Yaitu perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang
dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen.
2.5
Saham
2.5.1 Pengertian Saham
Saham merupakan salah satu efek yang diperdagangkan di pasar modal.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa si pemilik kertas
adalah pemilik perusahaan penerbit kertas tersebut. Dengan demikian jika seorang
investor membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik atau pemegang saham
perusahaan yang bersangkutan.
Saham adalah tanda bukti kepemilikan atau keikutsertaan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan terbuka. Bagi perusahaan yang bersangkutan, hasil
yang diterima dari penjualan saham-sahamnya akan tetap tertanam di dalam
perusahaan tersebut selama hidupnya, meskipun bagi pemegang saham itu sendiri
bukanlah merupakan penanaman yang permanen, karena setiap waktu pemegang
saham dapat menjual sahamnya.
Menurut Ardiyos (2001;244),
“Saham adalah bagian dari modal sendiri di dalam perseroan dan
bukti kepemilikannya disebut saham.”
Sedangkan menurut Rusdin (2006;68),
“Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan atas
suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas
penghasilan dan aktiva perusahaan.”
Saham memberikan indikasi kepemilikan atas perusahaan sehingga para
pemegang saham berhak pula menentukan arah kebijakan perusahaan melalui
rapat umum pemegang saham. Besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham
adalah sebesar jumlah saham yang dimiliki apabila perusahaan itu bangkrut.
2.5.2 Jenis-Jenis Saham
Saham yang beredar di masyarakat terdapat dalam berbagai jenis. Adapun
maksud dari pembagian ini adalah hanya untuk membedakan dari karakteristik
saham itu sendiri. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;367-368), saham
dapat dibedakan menjadi:
1. Berdasarkan cara pengalihannya
a. Saham atas unjuk (Bearer stock)
Di atas sertifikat ini tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan
saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau
memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang.
Pemilik saham atas unjuk ini harus berhati-hati membawa dan
menyimpannya, karena jika saham tersebut hilang, maka pemilik tidak
dapat meminta gantinya.
b. Saham atas nama (Registered stock)
Di atas sertifikat saham dituliskan nama pemiliknya. Cara peralihan
dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam
buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. Jika
saham tersebut hilang, pemilik dapat meminta gantinya.
2. Berdasarkan manfaatnya
a. Saham biasa (Common stock)
Saham biasa selalu ada dalam struktur modal saham. Jenis-jenis saham
biasa antara lain: saham biasa unggulan, saham biasa yang tumbuh, saham
biasa yang stabil, dan lain-lain.
b. Saham preferen (Prefered stock)
Saham preferen terdiri dari beberapa jenis, antara lain: saham preferen
kumulatif, saham preferen bukan kumulatif, dan lain-lain.
Kelebihan saham biasa adalah kemampuannya memberikan keuntungan
yang cukup besar, bergantung kepada perkembangan perusahaan yang
bersangkutan. Di samping mendapatkan penghasilan dari dividen, pemilik saham
biasanya juga memperoleh keuntungan dari capital gain. Adapun karakteristik
saham biasa yaitu:
1. Saham biasa tidak menjanjikan pendapatan yang bersifat tetap dan pasti.
Pendapatan investasi saham dapat berupa dividen dan capital gain.
Pembayaran dividen kepada investor bergantung pada kebutuhan manajemen
perusahaan yang menyangkut kondisi dan rencana perusahaan di masa yang
akan datang.
2. Pemilik saham biasa mempunyai hak untuk mengikuti rapat umum pemegang
saham yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu
perusahaan. Hak suara yang dimiliki pemegang saham adalah sebanding
dengan jumlah saham yang dimilikinya. Dengan demikian setiap pembelian
saham dapat berperan untuk menentukan masa depan perusahaan.
3. Saham biasa tidak memiliki masa jatuh tempo tertentu. Dengan demikian
emiten tidak perlu berkewajiban untuk membayar kembali harga pembelian
saham yang telah diterbitkannya. Berbeda dengan obligasi, perusahaan
memiliki kewajiban unutk mengembalikan baik itu berupa bunga atau
nominalnya.
2.5.3 Harga Saham
2.5.3.1 Pengertian Harga Saham
Karena saham-saham itu diperdagangkan di pasar modal, maka
dibutuhkan suatu sistem penilaian sebagai tolok ukur baik buruknya saham
tersebut dengan pasar saham.
Menurut Rusdin (2006;68), harga pasar saham adalah:
“Harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, jika bursa
sudah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga
penutupannya.”
Sedangkan menurut Van Horne dan Wachowicz (2000;5), menyatakan bahwa:
“The market value price serves as a barometer or business performance
it indicates how well management is doing in behalf of its stockholders.
Management is under continuous review stockholders who are
dissatisfied with management performance may sell their stock and
invest in other company. This action, if than by other dissatisfied
stockholders will put downward pressured on market price per share.”
Artinya, nilai harga pasar mencerminkan petunjuk atau kinerja bisnis yang
menandakan bagaimana manajemen telah bekerja dengan baik. Apabila
manajemen tidak bekerja dengan baik, maka para pemegang saham akan menjual
saham mereka dan menginvestasikan pada perusahaan lain. Apabila para
pemegang saham merasa kecewa, maka harga pasar per lembar dengan sendirinya
akan turun.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa harga pasar saham
yang terbentuk di pasar ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Jika
penawaran akan saham tinggi, maka harga saham tersebut akan naik.
2.5.3.2 Nilai Saham
Dalam praktik perdagangan saham, nilai saham dibedakan menurut cara
pengalihan dan manfaat yang diperoleh bagi pemegang saham. Menurut Rusdin
(2006;68), nilai saham terbagi atas tiga jenis yaitu:
1. Nilai Nominal (Nilai pari)
Merupakan nilai yang tercantum dalam sertifikat saham yang bersangkutan, di
Indonesia saham yang diterbitkan harus memiliki nilai nominal dan untuk satu
jenis saham yang sama pada suatu perusahaan harus memiliki satu jenis nilai
nominal.
2. Nilai Dasar
Pada prinsip harga dasar saham ditentukan dari harga perdana saat saham
tersebut diterbitkan, harga dasar ini akan berubah sejalan dengan dilakukannya
berbagai tindakan emiten yang berhubungan dengan saham, antara lain: Right
issue, Stock split, waran, dll.
3. Nilai Pasar
Merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, jika bursa
sudah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga penutupannya.
Sedangkan menurut Mustopo Ali Sasongko (2008) dalam jurnalnya yang
berjudul ”Analisa penilaian saham”, dalam situs www.WealthIndonesia.com,
mengemukakan bahwa ada beberapa jenis nilai saham, yaitu:
1. Nilai Nominal
Merupakan nilai per lembar saham yang berkaitan dengan hukum
2. Nilai Buku
Merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan
3. Nilai Pasar
Merupakan harga saham di bursa efek
4. Nilai Intrinsik
Merupakan nilai sebenarnya dari saham
Dari pernyataan di atas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu nilai saham
terdiri dari beberapa jenis yaitu nilai nominal, nilai dasar, nilai buku, nilai pasar
dan nilai intrinsik. Nilai nominal saham tertera pada saham itu sendiri. Nilai dasar
saham adalah harga pertama kali saham diperjualbelikan di pasar perdana. Nilai
buku yaitu harga saham menurut catatan perusahaan. Nilai pasar saham terjadi
ketika penutupan pasar bursa. Sedangkan nilai intrinsik yaitu nilai sebenarnya dari
saham.
2.5.3.3 Jenis-Jenis Harga Saham
Harga saham ditentukan oleh harga yang terjadi pada saat saham tersebut
pertama kali diterbitkan perusahaan yang melakukan IPO (initial public offering)
yaitu di pasar perdana dan pada saat saham tersebut diperjualbelikan di pasar
sekunder.
Menurut Rusdin (2006;109-114),
”Harga saham ada dua yaitu ketika pertama kali di jual yaitu pada
saat perusahaan melakukan IPO (initial public offering) dan yang
kedua yaitu pada saat di jual di pasar sekunder (lantai bursa).”
Sedangkan menurut Dev Group on Research (2008) dalam jurnalnya yang
berjudul ”Indeks saham dan obligasi”, dalam situs www.infovesta.com
mengemukakan bahwa ada beberapa jenis harga saham, yaitu:
1. Harga saham sektoral
Yaitu harga saham yang tergabung dalam sektor-sektor tertentu yang ada di
BEI
2. Harga saham gabungan
Yaitu harga saham semua perusahaan yang terdaftar di BEI
3. Harga saham individual
Yaitu harga saham dari masing-masing saham terhadap harga dasarnya
4. Harga saham LQ-45
Yaitu harga saham dengan 45 saham unggulan yaitu terlikuiditas tinggi dan
kapitalisasi pasar yang tinggi
5. Harga saham JII
Yaitu harga saham perusahaan menurut syariat islam
6. Harga saham kompas 100
Yaitu harga saham perusahaan yang tergabung dalam 100 besar perusahaan
pilihan menurut harian suratkabar kompas
Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat diambil kesimpulan yaitu
harga saham terjadi ketika pertama kali perusahaan melakukan initial public
offering, dimana harga saham ditetapkan oleh perusahaan. Dan yang kedua harga
yang terjadi ketika di pasar sekunder yang terjadi karena kekuatan pasar yaitu
permintaan dan penawaran saham tersebut. Sedangkan pada saat saham tersebut
diperjualbelikan di lantai bursa maka harga saham tersebut dapat bermacammacam sesuai dengan jenis saham dari perusahaan tersebut.
2.5.3.4 Faktor yang Menentukan Perubahan Harga Saham
Faktor yang menentukan perubahan harga saham adalah karena jumlah
permintaan dan penawaran akan saham yang terjadi di pasar bursa. Seperti yang
dikemukakan oleh Martono dan Agus Harjito (2007;373),
”Harga saham sebagai komoditas perdagangan, tentu dipengaruhi
oleh penawaran dan permintaan. Pada gilirannya, permintaan dan
penawaran merupakan manifestasi dari kondisi psikologi pemodal.”
Sedangkan menurut Ali Arifin (2004;116-125),
”Faktor yang menentukan perubahan harga saham yaitu kondisi
fundamental emiten, permintaan dan penawaran, tingkat suku bunga,
valuta asing, dana asing, indeks harga saham gabungan, dan rumors.”
Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu faktorfaktor yang menentukan perubahan harga saham sangat beragam. Namun yang
paling utama adalah kekuatan pasar itu sendiri yaitu permintaan dan penawaran
akan saham itu sendiri. Sesuai dengan hukum ekonomi, semakin tinggi
permintaan akan saham tersebut maka harga saham akan naik.
2.6
Pengaruh Dividend per Share dan Return on Equity Terhadap Harga
Saham
Untuk mencapai keuntungan yang diharapkan, perusahaan membutuhkan
dana untuk membiayai kegiatan perusahaan dan dana tersebut dapat diperoleh di
pasar modal. Keuntungan dari penjualan saham dapat ditentukan berdasarkan
tingkat profitabilitas yang dinilai dengan dividend per share dan return on equity
yang dapat dilihat dari hasil publikasi laporan keuangan sebuah perusahaan.
Laporan tersebut selanjutnya dapat menjadi sumber informasi bagi investor untuk
membeli saham. Dengan adanya transaksi saham yang dilakukan oleh investor
dapat menentukan fluktuasi harga pasar saham.
Sebagaimana dikemukakan oleh Van Horne dan Wachowicz (2000;317),
“The objective of a company must be create value its stockholder. Value
is represented by a market price of a company’s common stock, which in
turn is a function of a firm investment, financing, and dividend
decision.”
Artinya, bahwa tujuan suatu perusahaan adalah menciptakan nilai harga saham
pemegang saham. Nilai diwakili oleh harga pasar saham biasa suatu perusahaan,
yang pada gilirannya merupakan suatu fungsi dari investasi perusahaan, keputusan
pembiayaan dan dividen.
Adapun pendapat lain dari Martono dan Agus Harjito (2007;317),
mengatakan bahwa:
“Ketiga keputusan keuangan (keputusan investasi, pendanaan, dan
dividen) diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk
mendapatkan laba. Laba yang diperoleh, diharapkan mampu
meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada makin tingginya
harga saham, sehingga kemakmuran para pemegang saham dengan
sendirinya makin bertambah.”
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa jika nilai suatu perusahaan
yang diukur dengan harga saham dapat meningkat maka akan meningkatkan
investasi, pembiayaan dan dividen perusahaan. Untuk meningkatkan harga saham
suatu perusahaan, maka manajemen perusahaan harus dapat meningkatkan kinerja
perusahaan, salah satunya adalah faktor profitabilitas yang dapat diukur dengan
beberapa rasio seperti dividend per share dan return on equity.
2.6.1 Pengaruh Dividend per Share Terhadap Harga Saham
Ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas yang
akan berpengaruh pada harga saham suatu perusahaan dapat diukur dengan
dividend per share. Adapun pendapat yang dikemukakan oleh Ross, Westerfield,
dan Jaffe (2002;460), mengatakan bahwa:
“Clearly, investors prefer higher dividend to lower dividend at any single
date if the dividend level is held constant every other date. In other
words, if the dividend per share for each other date is held constant, the
stock price will rise.”
Artinya, bahwa investor lebih menyukai dividen yang tinggi daripada dividen
yang rendah pada saat waktu yang sama atau pada saat waktu yang berbeda.
Apabila dividen per lembar stabil (tetap sama), maka harga saham akan naik.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa dividen merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap harga saham. Pembayaran dividen selalu diikuti
dengan kenaikan saham, sedangkan penurunan dividen akan diikuti dengan
penurunan harga saham dan ini menunjukkan bahwa investor secara keseluruhan
lebih menyukai pembayaran dividen daripada capital gain.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham seperti yang
dikemukakan oleh Weston dan Brigham (2002;26), yang berpendapat bahwa
harga saham perusahaan tergantung pada faktor-faktor berikut:
1. Proyeksi laba per saham
2. Saat diperolehnya laba
3. Tingkat risiko dari proyeksi laba
4. Proporsi utang perusahaan
5. Kebijakan pembagian dividen
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa dividen merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap harga saham. Dan hal ini ditunjukkan dengan
kenyataan bahwa investor lebih tertarik dengan dividen.
2.6.2 Pengaruh Return on Equity Terhadap Harga Saham
Jika suatu perusahaan mempunyai masa depan yang baik dan dapat
memberikan profitabilitas bagi para investor maka transaksi saham perusahaan
mengalami kenaikan dan tingkat harga saham perusahaan akan mengikuti laju
perkembangan dan kondisi perusahaan tersebut.
Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2007;317),
“Jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat,
harga saham akan meningkat dengan kata lain profitabilitas akan
meningkatkan harga saham.”
Sedangkan menurut Heru Tjaraka (2008) dalam jurnalnya yang berjudul
“Analisis-analisis fundamental yang berpengaruh terhadap harga saham”,
dalam situs www.google.com mengemukakan bahwa,
“Return on equity sangat mempengaruhi harga saham perusahaan
yang bersangkutan di samping faktor-faktor yang lain seperti earning
per share, debt equity ratio dan lain-lain.”
Dari kutipan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keberhasilan seorang
manajer dalam menjalankan operasi perusahaan melalui kebijakan-kebijakan yang
ditetapkan dapat dilihat dari keberhasilannya dalam memaksimalkan kekayaan
pemilik. Dengan demikian biasanya seorang investor akan memilih perusahaan
yang dapat memaksimalkan nilai pasar kekayaannya melalui harga saham yang
tinggi dan kemampuan perusahaan memberikan keuntungan berupa return on
equity yang akan mempengaruhi harga saham perusahaan.
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian terhadap perusahaan
go-public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia khususnya yang tergabung
dalam sektor pertambangan. Adapun objek penelitian yang akan diteliti adalah
mengenai dividend per share dan return on equity yang terdapat dalam laporan
keuangan. Untuk periode laporan keuangan ini, penulis menggunakan laporan
keuangan periode tahun 2002 sampai dengan 2007.
3.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
Sebelum menganalisis, berikut ini adalah gambaran umum perusahaan
yang akan diteliti, yang menyajikan sejarah singkat perusahaan
1. PT Aneka Tambang, Tbk
PT Aneka Tambang, Tbk adalah pemimpin perusahaan pertambangan dan
mineral di Indonesia. Perusahaan didirikan sejak 5 Juli 1968 yang merupakan
gabungan (merger) dari tujuh perusahaan yaitu PT Nikel Indonesia, PN
Tambang Bauksit Indonesia, PN Logam Mulia, BPU Perusahaan-Perusahaan
Tambang Umum Negara, Proyek Pertambangan Intan Martapura, PN
Tambang Emas Cikotok, dan Proyek Emas Logas, Pakan Baru. Tanggal 21
Mei 1975, menurut Keputusan Departemen Kehakiman Republik Indonesia,
status perusahaan berubah dari semula Perusahaan Negara (PN) kemudian
menjadi perusahaan Terbatas (PT). Selama 30 tahun pengoperasian
perusahaan, Aneka Tambang, Tbk telah membuktikan pencapaian yang
signifikan. Tahun demi tahun, perusahaan secara terus-menerus melakukan
pengembangan-pengembangan mulai dari segi operasi yang dimulai dari
pengembangan operasi perusahaan ataupun dari pengembangan segi
keuangan, hubungan masyarakat dan sumber daya manusia.
2. PT Bumi Resources, Tbk
Bumi Resources, Tbk telah hadir di Indonesia dan beroperasi sejak tahun 1973
dengan nama PT Bumi Modern, Tbk. Fokus bisnis perusahaan yang utama
dan pertama pada saat itu adalah industri perhotelan dan pariwisata.
Perusahaan mempunyai hotel bintang lima yang berlokasi di Surabaya dengan
luas tanah sekitar 1,3 hektar. Pengoperasian hotel tersebut menjadi komersial
dilakukan sejak tahun 1979. Tahun 1994, perusahaan telah memiliki kurang
lebih dari 12 apartemen untuk komunitas bisnis, di mana kepemilikan dari
apartemen tersebut lebih banyak dimiliki oleh kalangan dari luar negeri.
Tahun 2000, manajemen perusahaan memutuskan untuk beralih fokus operasi
perusahaan dari yang semula industri perhotelan dan pariwisata kemudian
menjadi bisnis industri gas alam dan minyak di mana menurut manajemen
perusahaan menawarkan prospek yang lebih cerah. Perpindahan fokus operasi
ini akan mendorong perusahaan untuk lebih mempunyai posisi yang
kompetitif.
3. PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk
PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk telah beroperasi sejak tanggal 2
Maret 1981 di Tanjung Enim dengan nama perusahaan untuk pertama kali
yaitu Tambang Batubara Bukit Asam. Pertambangan yang dilakukan telah
beroperasi sejak tahun 1919 di bawah Pemerintah Belanda saat itu. Kemudian
pada tahun 1942 diambil alih oleh Pemerintah Jepang, dan tahun 1945 (pada
saat kemerdekaan Republik Indonesia) diambil alih oleh Pemerintah
Indonesia, yang kemudian perusahaan dinasionalisasikan oleh pemerintah
Indonesia.
Tanggal
30
Oktober
1990,
pemerintah
menggabungkan
pengoperasian Perusahaan Umum (Perum) Tambang Batubara di Sawah
Lunto dengan Tambang Batubara Bukit asam. Sejak tahun 1983, perusahaan
dengan pemerintah sepakat untuk fokus pengembangan perusahaan hanya
kepada batubara.
4. PT Tambang Timah, Tbk
PT Tambang Timah, Tbk adalah penggabungan dari 3 perusahaan
pertambangan milik Pemerintah Belanda dengan wilayah pengoperasian yaitu
di Indonesia. Area operasi perusahaan terletak di Kepulauan Bangka,
Kepulauan Riau, dan beberapa wilayah di Sumatera. Tahun 2000 perusahaan
menargetkan untuk menjadi perusahaan yang memproduksi komoditas
beragam. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan memulai dengan
pertambangan di Natal, Sumatera Utara dan Kalimantan dengan investasi awal
kurang lebih Rp 100 milyar. Tahun 1997 Perusahaan memenangkan tender
yang dilakukan pemerintah untuk ekplorasi emas dan batubara di Sumatera,
Kalimantan dan Jawa Timur. Untuk mendukung kegiatan perusahaan tersebut,
maka perusahaan membentuk anak perusahaan yaitu PT Timah Investment
Mineral, PT Kutaraja Tembaga Raya dan PT DOK dan Perkapalan Air
Kantung. Tahun 1998, Rapat Umum Pemegang Saham memutuskan untuk
mengakuisisi PT Berau Coal dan PT Kaltim Prime Coal dan Tambang Emas
Okiral dan menjadikan Tambang timah sebagai induk perusahaan dimana
segala tanggungjawab yang utama untuk perencanaan jangka panjang dan
keseluruhan operasi dari anak perusahaan tersebut berada di Induk
perusahaan.
5. PT Perusahaan Gas Negara, Tbk
PT Perusahaan Gas Negara, Tbk telah beroperasi sejak tahun 1965.
Perusahaan secara terus-menerus melakukan pendistribusian gas alam melalui
pipa-pipa gas yang menghubungkan pemasok dengan pasar. Pada tahun ini,
perusahaan telah membangun pipa untuk distribusi gas kurang lebih sepanjang
4.140 km yang meliputi enam distribusi utama di mana pembangunan ini
ditujukan untuk melayani kepentingan industri, perdagangan, dan sektor
rumah tangga. Perusahaan juga melakukan ekspansi pangsa pasar baru untuk
wilayah domestik dan regional dengan membangun jaringan pipa gas yang
baru. Untuk wilayah Jawa Barat telah terhubungkan untuk pendistribusian gas
sepanjang 636 km. Bahkan di masa yang akan datang, perusahaan berencana
membangun jaringan pipa baru yang menghubungkan Kalimantan dan Jawa
yaitu sepanjang 1.220 km.
3.2
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dan metode verifikatif.
Menurut Sugiyono (2006;11),
“Metode
deskriptif
adalah
penelitian
yang
dilakukan
untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.”
Sedangkan menurut Marzuki (2002;7),
“Metode verifikatif adalah suatu metode yang digunakan untuk
menguji kebenaran suatu pengetahuan.”
Tujuan metode verifikatif ini adalah dimana penulis melakukan pengujian
hipotesis yang dianalisis dengan metode statistik secara parsial dengan
menggunakan uji t. Sedangkan untuk menguji hipotesis secara simultan digunakan
uji F, selanjutnya nilai pengujian yang diperoleh dibandingkan dengan tabel
distribusi t dan F.
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data berupa informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Misalnya data
company profile, laporan keuangan yang dipublikasikan, dan harga saham.
Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam angka-angka yang menunjukkan
nilai terhadap besaran atau variabel yang diwakilinya. Sebagian data bersifat
kualitatif yaitu data yang bukan berbentuk angka. Sumber data dalam penelitian
ini merupakan data sekunder dimana data telah tersedia di laporan keuangan yang
terdapat dalam Indonesian Capital Market Directory, BEI, Pojok Bursa, Website.
Informasi-informasi ini diperoleh melalui penelitian ke perpustakaan, yaitu
dengan membaca dan mengkaji buku-buku, koran, jurnal, dan membuka berbagai
situs internet yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Untuk melengkapi dan menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data dan informasi sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan (Field research)
Yaitu penelitian untuk mendapatkan data dari unit analisis yang akan diteliti
dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dengan mengunjungi
pusat referensi pasar modal Pojok Bursa Universitas Sangga Buana (USB).
2. Riset Kepustakaan (Library research)
Yaitu penelitian yang mempelajari literatur, buku-buku, dan media lain yang
mempunyai kaitan langsung dengan masalah yang akan diteliti. Penelitian ini
dimaksudkan untuk mendapatkan teori yang mendukung masalah dalam
penulisan skripsi ini.
3.2.3 Operasionalisasi Variabel
Untuk menguji hipotesis, variabel-variabel yang akan diteliti perlu
diberikan batasan-batasan dan ditentukan indikator-indikatornya. Adapun variabel
-variabel tersebut terdiri dari dua variabel independen dan satu variabel dependen,
yaitu:
1. Variabel independen, yaitu variabel bebas yang keberadaannya tidak
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain, antara lain:
a. Dividend per share (DPS) sebagai variabel independen kesatu (
1
)
Dividend per share merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kepastian dari modal yang ditanamkannya, yakni berupa
dividen.
b. Return on equity (ROE) sebagai variabel independen kedua (
2
)
Return on equity merupakan rasio untuk mengukur seberapa banyak
keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri.
2. Variabel dependen yaitu variabel tidak bebas yang keberadaannya dipengaruhi
oleh variabel-variabel lain. Variabel dependen yang digunakan adalah harga
saham sebagai variabel (Y). Harga saham dalam penelitian ini adalah rata-rata
harga saham pada saat closing price.
Adapun operasionalisasi variabel-variabel tersebut ke dalam dimensidimensi dan indikator-indikatornya sebagai berikut:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Varia
Konsep
bel
Variabel
Indikator
Formula
Ukur
Skala
an
Divide
Nilai
yang Perkembangan
nd per
menunjukkan
Share
jumlah
(DPS)
yang dibayarkan
dividend
per
DPS
Perse
DPS t DPS t 1
x100%
ntase
DPS t 1
uang share
Rasio
(%)
kepada
pemegang
saham
Return
Pengembalian
on
atas
Equity
saham
(ROE)
yang digunakan
Perkembangan
ROE
ekuitas return on equity
ROE t ROE t 1
Perse
x100%
ROE t 1
ntase
biasa
Rasio
(%)
untuk mengukur
tingkat laba yang
dihasilkan
dari
investasi
pemegang
saham
Harga
Pasar
Rata-rata harga Perkembangan
saham
pada harga saham
Saham saat
Perse
Po
closing
price.
Sumber : Data yang tersedia diolah kembali oleh penulis
Pt
Pt
Pt
1
1
x100 %
ntase
(%)
Rasio
3.2.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah perusahaan-perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2002-2007. Jumlah perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 19 perusahaan
dimana metode yang digunakan untuk pengambilan sampel yaitu dengan metode
purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2002-2007.
2. Kelengkapan data dari perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2002-2007
Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah sampel yang diteliti sebanyak
lima perusahaan yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
No
Perusahaan
Kode
1
PT Aneka Tambang, Tbk
ANTM
2
PT Bumi Resources, Tbk
BUMI
3
PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk
PTBA
4
PT Tambang Timah, Tbk
TINS
5
PT Perusahaan Gas Negara, Tbk
PGAS
Sumber: Indonesian Capital Market Directory
3.2.5 Metode Analisis Data Statistik
Metode analisis yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan
memperhitungkan nilai dan perkembangan dividend per share, return on equity,
dan harga saham. Tahap-tahap analisis data statistik sebagai berikut:
1. Analisis terhadap dividend per share
2. Analisis terhadap return on equity
3. Analisis terhadap harga saham
Data tersebut di atas dapat diketahui melalui laporan keuangan yang
dikeluarkan oleh emiten yang tergolong ke dalam kelompok sektor pertambangan
periode 2002-2007 yang terdapat di Indonesian Capital Market Directory dan
untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel di atas, maka digunakan
analisis regresi, koefisien korelasi, koefisien determinasi dan pengujian hipotesis
dengan menggunakan software SPSS v.15. Setelah dianalisis kemudian ditarik
kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari perhitungan di atas.
3.2.6 Analisis Statistik
Untuk menguji analisis yang digunakan, dilakukan pengujian secara
verifikatif untuk menghitung apakah terdapat pengaruh dari dividend per share
dan return on equity terhadap harga saham.
3.2.6.1 Uji Normalitas Data
Distribusi
normal
memegang
peranan
penting
dalam
statistik
inferensial,yaitu sebagai model distribusi peluang (probability distribution).
Paling sedikit, ada tiga alasan yang melandasi pentingnya distribusi normal dalam
statistik inferensial (Furqon, 2008;124).
1. Distribusi normal merupakan model yang baik untuk mendekati frekuensi
distribusi fenomenal alam dan sosial jika sampelnya besar. Populasi berbagai
perilaku dan karakteristik alam dan sosial yang berskala interval dan rasio
umumnya diasumsikan berdistribusi normal.
2. Ada hubungan yang kuat antara besarnya sampel dengan distribusi rata-rata
yang diperoleh dari sampel-sampel acak yang diambil dari suatu populasi
yang sama. Semakin besar sampel, distribusi rata-rata sampel semakin
mendekati distribusi normal. Lebih jauh central limit theorm menyatakan
bahwa distribusi rata-rata yang diperoleh dari sampel yang besar (banyak)
cenderung normal (walaupun populasi dari mana sampel itu diambil tidak
normal).
3. Distribusi normal memberikan penghampiran (aproksimasi) yang baik
terhadap distribusi teoritis lainnya yang pada umumnya lebih sulit digunakan.
Untuk memodelkan distribusi peluang ukuran yang digunakan adalah dengan
menggunakan P-Plot yang dapat ditampilkan dengan menggunakan software
SPSS v.15, dimana jika titik-titik yang menunjukkan sampel dekat dengan
garis, maka dapat dikatakan bahwa data tersebut adalah normal.
3.2.6.2 Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi ini digunakan untuk memperkirakan nilai dari variabel
tidak bebas (Y) pada nilai variabel bebas (X) tertentu, sehingga dapat diketahui
berapa besar pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Setiap perubahan
variabel bebas (X) akan diimbangi dengan perubahan variabel tidak bebas (Y).
adapun persamaan garis regresi linier sederhana adalah sebagai berikut:
a bx e
Dimana:
a
= Intercept (konstanta)
b
= Koefisien arah garis linier yang menunjukkan satu satuan X terhadap
perubahan Y
Y
= Variabel yang mewakili harga saham sebagai variabel tidak bebas
X
= Variabel yang mewakili dividend per share dan return on equity sebagai
variabel bebas
e
= Error term
Nilai “a” dapat diperoleh dengan rumus:
2
a
n
2
2
Sedangkan nilai “b” dapat diperoleh dengan rumus:
b
n
n
2
2
3.2.6.3 Analisis Koefisien Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk menentukan suatu besaran yang
menyatakan bagaimana kuatnya hubungan suatu variabel yang satu dan variabel
yang lain dengan tidak mempersoalkan apakah suatu variabel tertentu tergantung
kepada variabel lain. Ukuran statistik yang biasa digunakan untuk skala
pengukuran data yang berbentuk rasio dan hipotesis yang digunakan bersifat
asosiatif atau hubungan adalah koefisien korelasi least square, yaitu:
n
r
n
2
2
2
2
n
Dibawah ini merupakan tabel pedoman untuk memberikan interpretasi
terhadap koefisien korelasi
Tabel 3.3
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat kuat
Sumber : Sugiyono (Metode penelitian bisnis, 2006;183)
3.2.6.4 Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi
sebelumnya telah dicari. Analisis koefisien determinasi digunakan untuk melihat
seberapa besar variabel dividend per share (
1
) dan return on equity (
2
)
berpengaruh terhadap variabel harga saham (Y). Besarnya koefisien determinasi
terletak antara 0 dan 1 atau 0% sampai dengan 100%. Sebaliknya jika r2 = 0,
model tidak menjelaskan sedikit pun pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Kecocokan model dikatakan lebih baik jika r2 semakin dekat dengan 1. Jadi
r2
untuk batas nilai koefisien determinasi adalah 0
1 dapat dihitung dengan
dasar mengkuadratkan nilai koefisien korelasi (r). Adapun formula koefisien
determinasi yaitu:
kd
r 2 *100%
Dimana:
kd
= Koefisien determinasi
r
= Koefisien korelasi
3.2.6.5 Pengujian Hipotesis (Uji t)
Pengujian dilakukan dengan uji statistik t dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Menentukan hipotesis statistik
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau
tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel bebas atau independen
(dividend per share dan return on equity) dengan variabel tidak bebas atau
variabel dependen (harga saham).
Apabila hipotesis penelitian tersebut dinyatakan ke dalam hipotesis statistik
sebagai berikut:
1) Hipotesis pertama
H01 : rx1y = 0;
menunjukkan variabel
(dividend per share) tidak
1
berpengaruh terhadap variabel Y (harga saham)
H01 : rx1y 0;
menunjukkan
variabel
1
(dividend
per
share)
berpengaruh terhadap variabel Y (harga saham)
2) Hipotesis kedua
02
:r
2
0 ; menunjukkan variabel
2
(return on equity) tidak
berpengaruh terhadap variabel Y (harga saham)
02
:r
2
0 ; menunjukkan variabel
2
(return on equity) berpengaruh
terhadap variabel Y (harga saham)
b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar 5% (
0,05 )
c. Mengambil kesimpulan
-ttabel
thitung
ttabel, maka Ho diterima dan Ha tolak
Gambar 3.1
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji t)
Daerah
Penolakan Ho
Daerah
Penerimaan Ho
Daerah
Penolakan Ho
Tabel (1/2
df)
3.2.6.6 Analisis Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Pengujian secara simultan digunakan untuk mengetahui nilai yang
memberikan kuatnya pengaruh atau hubungan dua variabel atau lebih secara
bersama-sama.
1.
Analisis Regresi Linier Berganda
Teknik regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan
fungsional antara variabel dependen dihubungkan dengan dua atau lebih variabel
independen. Rumus dari regresi linier berganda sebagai berikut:
a b1
1
b2
2
e
Dimana:
Y
= Harga saham
1
= Dividend per share
2
= Return on equity
a
= Konstanta
b1
= Koefisien korelasi dividend per share
b2
= Koefisien korelasi return on equity
e
= Error term
Dalam pengujian regresi linier berganda, untuk memperoleh penelitian
yang akurat diperlukan pengujian dengan asumsi klasik, yaitu:
a. Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang
diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang
(seperti dalam data cross sectional). Masalah ini timbul karena residual tidak
bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi. Pertama, uji DurbinWatson (DW test). Kedua, uji Lagrange Multiplier (LM) yaitu statistik
Breusch-Godfrey. Ketiga, uji autokorelasi dengan statistik Q yaitu Box Pearce
dan Ljung Box. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan cara yang
pertama, yaitu uji Durbin-Watson (DW test). Keputusan ada tidaknya
autokorelasi adalah dengan ketentuan sebagai berikut:
1,65 < DW < 2,35 (Tidak autokorelasi)
1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 (Tidak dapat disimpulkan)
DW < 1,21 atau DW > 2,79 (Terjadi autokorelasi)
Jika dalam penelitian ini tidak terbebas dari masalah autokorelasi, maka cara
yang dapat dilakukan adalah:
1) Mengubah bentuk fungsional atau mentransformasikan variabel-variabel
yang dalam model menjadi bentuk yang disebut first difference. Selain itu
dapat dilakukan dengan memperbanyak data. Apabila data yang digunakan
semakin besar, maka standar error cenderung turun
2) Mempertimbangkan Generalized Least Squares, Auto Regressive (AR)
atau Auto Regressive Integrated Moving Average (Arima)
b. Multikolinieritas
Multikolinieritas memiliki arti antara variabel bebas yang satu dengan variabel
bebas yang lain dalam model regresi terjadi hubungan yang mendekati
sempurna. Multikolinieritas hampir selalu ada dalam model persamaan regresi
yang menggunakan lebih dari dua variabel. Pengujian ini ditujukan untuk
lebih mengetahui adanya hubungan yang sempurna antar variabel. Salah satu
cara untuk mendeteksi adanya multikolinieritas adalah dengan melihat Matriks
koefisien korelasi Pearson.
Menurut Cornellius Trihendradi (2005;212),
”Jika nilai korelasi Pearson lebih dari 0,8 maka terjadi multikolinieritas,
dan apabila nilai korelasi Pearson kurang dari 0,8 maka tidak terjadi
multikolinieritas, sehingga model tersebut layak untuk digunakan.”
Jika terdapat korelasi yang sempurna diantara sesama variabel-variabel bebas
sehingga nilai koefisien korelasi diantara sesama variabel bebas ini sama
dengan satu maka konsekuensinya adalah:
1) Koefisien korelasi menjadi tidak bisa ditaksir
2) Nilai standard error setiap koefisen korelasi regresi menjadi tidak
terhingga
3) Probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar
Beberapa cara untuk mengatasi adanya multikolinieritas yaitu dengan
menggunakan koutsouiamis dengan melakukan langkah berikut:
1) Melakukan regresi variabel terikat atas setiap variabel bebas yang
terkandung dalam suatu model regresi yang sedang diuji.
2) Kemudian dari hasil regresi ini dipilih salah satu model regresi yang
secara apriori dan statis paling meyakinkan. Model regresi yang dipilih
disebut regresi elementar (elementary regression).
3) Selanjutnya variabel-variabel bebas yang lain dimasukkan satu per satu
untuk diregresikan terhadap variabel terikat yang ditentukan. Dari hasil
regresi dapat dilihat nilai koefisien regresi standard error dan R 2 .
Berdasarkan variabel-variabel bebas yang dimasukkan dalam percobaan
dapat diklasifikasikan sebagai variabel yang berguna (usefull), tidak
berguna (superfluous), dan merusak hasil (detrimental).
2.
Analisis Koefisien Korelasi Ganda
Analisis korelasi ganda merupakan angka yang menunjukkan arah dan
kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih secara bersama-sama dengan
variabel yang lain. Adapun rumus korelasi ganda untuk dua variabel independen
sebagai berikut:
b1
R
1
1, 2
b2
2
2
Tanda (+) dan (-) yang terdapat dalam koefisien korelasi menunjukkan
adanya arah hubungan antara dua variabel tersebut. Tanda (-) menunjukkan
hubungan yang berlawanan arah, yang artinya jika satu variabel naik, maka
variabel yang lainnya turun. Sedangkan tanda (+) menunjukkan hubungan yang
searah, yang artinya jika satu variabel naik, maka variabel yang lainnya naik.
Tabel 3.4
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat kuat
Sumber : Sugiyono (Metode penelitian bisnis, 2006;183)
3.
Analisis Koefisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar
variabel dividend per share (
1
) dan return on equity (
2
) berpengaruh terhadap
variabel harga saham (Y). Besarnya koefisien determinasi terletak antara 0 dan 1
atau 0% sampai dengan 100%. Sebaliknya jika r2 = 0, model tidak menjelaskan
sedikit pun pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Kecocokan model dikatakan
lebih baik jika r2 semakin dekat dengan 1. Jadi untuk batas nilai koefisien
determinasi adalah 0
r2
1 dapat dihitung dengan dasar mengkuadratkan nilai
koefisien korelasi (r) dengan rumus sebagai berikut:
kd
r 2 *100%
Dimana:
kd
= Koefisien determinasi
r
= Koefisien korelasi
4.
Uji Signifikansi F (Simultan)
Uji signifikansi F bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh variabel
1
dan
2
secara simultan terhadap variabel Y signifikan. Pengujian dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis statistik
1
: R1
R2
0 ; menunjukkan variabel
1
(dividend per share) dan
2
(return on equity) tidak berpengaruh secara simultan
terhadap variabel Y (harga saham)
1
: R1
R2
0 ; menunjukkan kedua variabel X1 dan X2 (dividend per
share dan return on equity) berpengaruh secara simultan
terhadap variabel Y (harga saham)
b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar
5% atau 0,05
c. Mengambil kesimpulan
Fhitung
Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
Gambar 3.2
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji F)
Daerah
Penerimaan Ho
Daerah
Penolakan Ho
F tabel (a, k, df = n-k-1)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Perkembangan Dividend per Share dan Return on Equity Perusahaan
yang Tergabung Dalam Sektor Pertambangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2007
Sebelum membahas pengaruh dividend per share dan return on equity
terhadap harga saham, terlebih dahulu akan dibahas perkembangan dividend per
share, return on equity dan harga saham perusahaan yang tergabung dalam sektor
pertambangan periode tahun 2002-2007.
4.1.1 Perkembangan Dividend per Share Perusahaan yang Tergabung
Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007
Dividend per share dapat didefinisikan sebagai bagian pendapatan setelah
pajak yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividend per share yang tinggi
diyakini akan dapat meningkatkan harga pasar saham perusahaan. Dividend per
share dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut:
Dividends paid to common stockholders
DPS
=
Common shares outstanding
Dividend per share yang digunakan dalam penelitian ini, penulis ambil
dari laporan keuangan sehingga tidak perlu lagi dilakukan perhitungan dengan
menggunakan rumus di atas. Adapun perkembangan dividend per share pada lima
perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007 dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1
Perkembangan Dividend per Share Perusahaan yang Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007
No
Emiten
1
Nilai dan Perkembangan Dividend per Share
2002
2003
ANTM
47
34
2
BUMI
-
3
PTBA
4
5
%
2003
2004
-0,28
34
39
2,5
1
2,5
63
58
-0,08
TINS
25
68
PGAS
-
Jumlah
%
2004
2005
%
2005
2006
%
2006
2007
%
0,15
39
128
2,28
128
150
0,17
150
326
1,17
-
-1
-
5
1
5
10
1
10
33
2,3
58
86
0,48
86
87
0,01
87
101
0,16
101
105
0,04
1,72
68
68
-
68
162
1,38
162
1
-0,99
1
207
206
60
1
60
2
-0,97
2
51
24,5
51
105
1,06
105
208
0,98
135
222,5
3,36
222,5
195
-1,34
195
433
29,17
433
367
1,4
367
879
210,5
Rata-rata
27
44,5
0,67
44,5
39
-0,27
39
86,8
5,8
86,8
73,4
0,28
73,4
175,8
42,1
Tertinggi
63
68
1,72
68
86
0,48
86
162
24,5
162
150
1,06
150
326
206
Terendah
25
2,5
-0,28
2,5
2
-1
2
5
0,01
5
1
-0,99
1
33
0,98
Sumber : Data yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat pada tahun 2002, rata-rata dividend
per share dari kelima perusahaan pertambangan sebesar Rp 27 per lembar.
Dividend per share tertinggi pada tahun 2002 adalah PT Tambang Batubara Bukit
Asam, Tbk dengan Rp 63 per lembar. Pada tahun ini, perusahaan memperoleh
laba bersih sebesar Rp 177,955 milyar. Perusahaan berada pada urutan kedua
dengan laba tertinggi untuk tahun 2002 dan laba tertinggi diperoleh PT
Perusahaan Gas Negara, Tbk sebesar Rp 1.115,714 milyar. Adapun dividend per
share terendah diberikan oleh PT Tambang Timah, Tbk yaitu sebesar Rp 25 per
lembar. Laba bersih yang diperoleh perusahaan pada tahun 2002 sebesar Rp
13,431 milyar dan perusahaan berada pada posisi terakhir dengan laba bersih
terendah dibandingkan perusahaan pertambangan lainnya. PT Bumi Resources,
Tbk dan PT Perusahaan Gas Negara, Tbk pada tahun yang sama tidak
memberikan dividend per share.
Untuk tahun 2003, rata-rata dividend per share dari kelima perusahaan
pertambangan sebesar Rp 44,5 per lembar. Dividend per share tertinggi diberikan
oleh PT Tambang Timah, Tbk sebesar Rp 68 per lembar. Laba bersih perusahaan
meningkat sebesar 469% sehingga menjadi Rp 76,372 milyar. Perusahaan pada
tahun sebelumnya merupakan perusahaan dengan tingkat pemberian dividend per
share terendah bila dibandingkan dengan perusahaan lain. Namun untuk tahun
2003, perusahaan memberikan dividend per share yang cukup tinggi dikarenakan
kenaikan laba bersih yang cukup besar. Adapun perusahaan dengan tingkat
dividend per share terendah untuk tahun 2003 adalah PT Bumi Resources, Tbk
dengan Rp 2,5 per lembar. Laba bersih PT Bumi Resources, Tbk untuk tahun
2003 adalah Rp 107,565 milyar naik sebesar 18% dari semula Rp 91,100 milyar.
Perusahaan berada pada urutan keempat dalam hal pencapaian laba tahun 2003.
Laba tertinggi pada tahun ini adalah PT Perusahaan Gas Negara, Tbk dengan Rp
509,481 milyar. Perusahaan mengalami penurunan laba bersih sebesar 54%.
Pada periode 2002-2003, perkembangan dividend per share dapat
dikatakan relatif tidak berfluktuasi signifikan. Hal ini dikarenakan pada periode
ini kelima perusahaan pertambangan tersebut memberikan dividend per share
yang hampir sama yaitu kurang dari Rp 100 per lembar sehingga perkembangan
pun tidak jauh berbeda. Namun pada perusahaan seperti PT Tambang Timah, Tbk,
PT Bumi Resources, Tbk dan PT Perusahaan Gas Negara, Tbk pada periode ini,
mereka mengalami kenaikan dalam hal pemberian dividend per share. Kenaikan
terbesar dialami oleh PT Tambang Timah, Tbk dengan kenaikan sebesar 172%.
Dari semula pemberian dividend per share hanya Rp 25 per lembar pada tahun
2002 menjadi Rp 62 per lembar untuk tahun 2003. Adapun PT Bumi Resources,
Tbk dan PT Perusahaan Gas Negara, Tbk mengalami kenaikan dividend per share
sebesar 100% karena kedua perusahaan pada tahun sebelumnya tidak memberikan
dividend per share. Sementara penurunan tingkat dividend per share terjadi pada
PT Aneka Tambang, Tbk dan PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk dengan
penurunan masing-masing sebesar 28% dan 8% pada periode 2002-2003.
Tahun 2004, rata-rata dividend per share dari kelima perusahaan sebesar
Rp 39 per lembar. Adapun PT Bumi Resources, Tbk dalam tahun ini tidak
memberikan dividend per share kepada para pemegang sahamnya. PT Tambang
Batubara Bukit Asam, Tbk memberikan dividend per share Rp 86 per lembar,
tertinggi dibanding perusahaan lain. Pada tahun ini perusahaan memperoleh laba
bersih sebesar Rp 419,802 milyar naik sekitar 99,5% dari semula tahun 2003
mencapai Rp 210,390 milyar yang menjadikan laba tertinggi kedua tahun 2004.
Sementara laba tertinggi diperoleh PT Perusahaan Gas Negara, Tbk sebesar Rp
474,338 milyar. Namun jika dilihat dari pertumbuhan laba bersih, maka PT
Batubara Bukit Asam, Tbk menjadi nomor satu dibanding PT Perusahaan Gas
Negara, Tbk. Sementara untuk dividend per share terendah diberikan oleh PT
Perusahaan Gas Negara, Tbk dengan Rp 2 per lembar. Perusahaan memutuskan
untuk membagikan dividend per share dengan jumlah kecil karena keuntungan
perusahaan yang terus menurun dari tahun ke tahun. Walaupun perusahaan
memperoleh laba tertinggi pada tahun ini dibanding dengan perusahaan
pertambangan lain namun tetap tidak mengubah keputusan pemilik perusahaan
untuk memberikan dividend per share yang kecil.
Untuk periode 2003-2004, relatif sama dengan periode 2002-2003. Pada
periode ini, kelima perusahaan pertambangan memberikan dividend per share
yang relatif tidak jauh berbeda. Kenaikan hanya terjadi pada PT Aneka Tambang,
Tbk dan PT Batubara Bukit Asam, Tbk yaitu masing-masing sebesar 15% dan
48%. Adapun perusahaan lainnya, seperti PT Bumi Resources, Tbk mengalami
penurunan pemberian dividend per share sebesar 100% dan PT Perusahaan Gas
Negara, Tbk sebesar 97%. PT Tambang Timah, Tbk pada periode ini memberikan
dividend per share yang sama dari tahun 2003 sampai tahun 2004 yaitu sebesar
Rp 68, sehingga kenaikan hanya 0%.
Untuk tahun 2005 rata-rata dividend per share kelima perusahaan
pertambangan adalah sebesar Rp 86,6 per lembar. Untuk dividend per share
tertinggi diberikan oleh PT Tambang Timah, Tbk dengan dividend per share
sebesar Rp 162 per lembar. Sedangkan dividend per share terendah diberikan oleh
PT Bumi Resources, Tbk dengan Rp 5 per lembar. Pada tahun sebelumnya PT
Bumi Resources, Tbk tidak memberikan dividend per share, tetapi untuk tahun
2005, perusahaan memutuskan untuk memberikan dividend per share. Tahun
2005, laba bersih terendah ditempati oleh PT Tambang Timah, Tbk dengan Rp
107,499 milyar. Perusahaan mengalami penurunan laba bersih sebesar 39,5% dari
tahun sebelumnya. Walaupun perusahaan memperoleh laba bersih yang rendah
namun tidak menyebabkan perusahaan untuk tidak mampu membagikan dividend
per share. Hal tersebut dapat dilihat bahwa manajemen perusahaan memutuskan
untuk memberikan dividend per share paling tinggi diantara perusahaan
pertambangan lainnya. Perolehan laba bersih tertinggi tahun 2005 ditempati oleh
PT Perusahaan Gas Negara, Tbk dengan Rp 862,013 milyar. Laba perusahaan
meningkat 82% dari tahun sebelumnya yang semula Rp 474,338 milyar.
Periode 2004-2005 terjadi lonjakan yaitu ketika PT Perusahaan Gas
Negara, Tbk memberikan dividend per share untuk tahun 2005 sebesar Rp 51 dari
semula pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp 2 per lembar. Akibat dari pemberian
dividend per share yang tinggi ini menjadikan terjadinya perkembangan dividend
per share sekitar 2450%. Selain itu pada periode ini, kelima perusahaan
pertambangan mengalami kenaikan dalam hal pemberian dividend per share.
Adapun kenaikan PT Aneka Tambang, Tbk sebesar 228%, PT Bumi Resources,
Tbk sebesar 100%, PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk sebesar 1% dan PT
Tambang Timah, Tbk sebesar 138%.
Untuk tahun 2006, rata-rata pemberian dividend per share dari kelima
perusahaan pertambangan adalah Rp 73,4 per lembar. Untuk dividend per share
tertinggi diberikan oleh PT Aneka Tambang, Tbk dengan Rp 150 per lembar. Hal
tersebut sangat wajar mengingat pada tahun ini, PT Aneka Tambang, Tbk
memperoleh laba yang sangat signifikan yaitu sebesar Rp 1.552,77 milyar, naik
84% dari tahun sebelumnya dimana laba bersih yang diperoleh sebesar Rp
807,936 milyar. Pada tahun ini juga laba bersih tertinggi diperoleh PT Perusahaan
Gas Negara, Tbk dengan laba bersih Rp 1.892,705 milyar yang menjadikan
perusahaan menempati urutan kedua dalam hal pembagian dividend per share
tertinggi yaitu Rp 105 per lembar. Sedangkan tingkat dividend per share terendah
diberikan oleh PT Tambang Timah, Tbk dengan Rp 1 per lembar. Untuk PT
Tambang Timah, Tbk, perusahaan pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2005
adalah pemberi dividend per share tertinggi dibandingkan dengan perusahaan
lainnya. Namun untuk tahun 2006 perusahaan hanya memberikan dividend per
share Rp 1 per lembar sehingga menjadikan perusahaan dengan tingkat terendah
dalam hal pemberian dividend per share kepada para pemegang sahamnya. Pada
tahun ini perusahaan hanya memperoleh laba bersih sebesar Rp 208,147 milyar.
Sangat berbeda jauh bila dibandingkan dengan pencapaian laba bersih perusahaan
pertambangan lain.
Untuk
periode
2005-2006,
perkembangan
kelima
perusahaan
pertambangan dapat dikatakan relatif stabil yaitu terjadi kenaikan pada PT Aneka
Tambang, PT Bumi Resources, Tbk, PT Batubara Bukit Asam, Tbk dan PT
Perusahaan Gas Negara, Tbk. Tetapi PT Tambang Timah, Tbk mengalami
penurunan perkembangan dividend per share yang cukup signifikan. Hal ini
dikarenakan pada tahun 2005 perusahaan memberikan dividend per share sebesar
Rp 162 per lembar tetapi pada tahun 2006 perusahaan hanya memberikan
dividend per share sebesar Rp 1 per lembar sehingga terjadi penurunan sebesar
990%.
Untuk tahun 2007, rata-rata jumlah pemberian dividend per share untuk
kelima perusahaan pertambangan sebesar Rp 175,8 per lembar. Perusahaan
dengan tingkat pemberian dividend per share tertinggi adalah PT Aneka
Tambang, Tbk dengan Rp 326 per lembar. Perusahaan tahun ini memperoleh laba
tertinggi diantara perusahaan pertambangan lainnya yaitu sebesar Rp 5.132,460
milyar. Kenaikan laba bersih mencapai 230% dari tahun sebelumnya yaitu Rp
1.552,777 milyar. Adapun tingkat pemberian dividend per share terendah
diberikan oleh PT Bumi Resources, Tbk dengan Rp 33 per lembar. Dari segi laba
bersih yang diperoleh, PT Bumi Resources, Tbk memperoleh laba bersih yang
cukup kecil bila dibandingkan dengan perusahaan pertambangan lainnya. Adapun
tahun 2007, PT Aneka Tambang, Tbk telah dua tahun berturut-turut yaitu tahun
2006 dan 2007 memberikan dividend per share tertinggi. Hal tersebut
dikarenakan pencapaian laba bersih yang sangat tinggi. Dan untuk PT Bumi
Resources, Tbk, selama dua tahun berturut-turut yaitu tahun 2006 dan 2007
menjadi perusahaan dengan tingkat pemberian dividend per share terendah.
Periode 2006-2007 terjadi lonjakan yang sangat signifikan. Hal ini
dikarenakan PT Tambang Timah, Tbk memberikan dividend per share yang
cukup tinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 207 dari semula Rp 1 per lembar
pada tahun 2006. Akibatnya terjadi lonjakan perkembangan dividend per share
sebesar 2060%. Akibat harga timah yang cukup tinggi menjadikan perusahaan
memperoleh laba bersih yang tinggi yang mengakibatkan kenaikan pula dalam hal
pemberian dividend per share.
Dari uraian di atas, maka perkembangan tingkat dividend per share dapat
digambarkan pada grafik sebagai berikut :
Gambar 4.1
Grafik Perkembangan Dividend per Share Perusahaan yang
Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007
250
200
1 ANTM
150
2 BUMI
100
3 PTBA
4 TINS
50
5 PGAS
0
2002-2003 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007
-50
Sumber : Data yang telah diolah
Berdasarkan gambar grafik tersebut, dapat dilihat pada periode 2002-2003,
umumnya perusahaan memberikan dividend per share yang tidak jauh berbeda.
Hal tersebut dikarenakan laju pertumbuhan laba yang masih kecil pada periode
tersebut. Pada periode 2003-2004, umumnya perusahaan memberikan dividend
per share yang tidak terlalu besar sehingga kenaikan tidak terlalu signifikan.
Periode selanjutnya yaitu 2004-2005, terjadi lonjakan ketika PT perusahaan Gas
Negara, Tbk memberikan dividend per share yang cukup tinggi yaitu sebesar Rp
51 dari semula Rp 1 per lembar sehingga tampak pada gambar, titik perusahaan
tersebut menempati titik paling maksimal. Periode 2005-2006 perusahaan
pertambangan umumnya memberikan dividend per share yang stabil, dimana
dapat terlihat kenaikan dari tahun sebelumnya. Periode 2006-2007, perusahaan
memberikan dividend per share yang lebih tinggi sehingga semua perusahaan
mengalami kenaikan terutama PT Tambang Timah, Tbk.
4.1.2 Perkembangan Return on Equity Perusahaan yang Tergabung Dalam
Sektor Pertambangan Periode 2002-2007
Return on equity yaitu perbandingan laba setelah dikurangi bunga modal
pinjaman dan pajak dengan modal sendiri yang dipergunakan untuk menghasilkan
laba tersebut. Artinya, profit modal sendiri dapat digunakan untuk mengukur
efisiensi penggunaan modal sendiri yang dioperasionalkan dalam perusahaan.
Return on equity dapat diperoleh melalui formula sebagai berikut:
EAT
ROE
=
x 100%
Equity
Return on equity yang digunakan dalam penelitian ini, penulis ambil dari
laporan keuangan sehingga tidak perlu lagi dilakukan perhitungan dengan
menggunakan rumus di atas. Adapun perkembangan return on equity pada lima
perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007 dapat
dilihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2
Perkembangan Return on Equity Perusahaan yang Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007
No
Emiten
1
Nilai dan Perkembangan Return on Equity
2002
2003
%
2003
2004
%
2004
2005
%
2005
2006
%
2006
2007
%
ANTM
11%
13%
0,18
13%
33%
1,54
33%
28%
-0,15
28%
36%
0,28
36%
59%
0,64
2
BUMI
12%
13%
0,08
13%
83%
5,38
83%
52%
-0,37
52%
62%
0,19
62%
70%
0,13
3
PTBA
13%
15%
0,15
15%
25%
0,66
25%
23%
-0,08
23%
21%
-0,08
21%
27%
0,28
4
TINS
1%
3%
2
3%
12%
3
12%
7%
-0,42
7%
12%
0,71
12%
53%
3,42
5
PGAS
50%
16%
-0,68
16%
15%
-0,06
15%
21%
0,04
21%
34%
0,62
34%
25%
0,26
Jumlah
87%
60%
1,73
60%
168%
10,52
168%
131%
-0,62
131%
165%
1,72
165%
234%
4,73
Rata-rata
17,4%
12%
0,35
12%
33,6%
2,10
33,6% 26,2%
-0,12
26,2%
33%
0,34
33%
46,8%
0,95
Tertinggi
50%
16%
2
16%
83%
5,38
83%
52%
0,4
52%
62%
0,71
62%
70%
3,42
Terendah
1%
3%
-0,68
3%
12%
-0,06
12%
7%
-0,42
7%
12%
-0,08
12%
25%
0,13
Sumber : Data yang telah diolah
Pada tabel 4.2 diatas dapat dilihat untuk tahun 2002 rata-rata return on
equity kelima perusahaan pertambangan sebesar 17,4%. Tingkat return on equity
tertinggi dimiliki oleh PT Perusahaan Gas Negara, Tbk dengan tingkat return on
equity sebesar 50%. Pada tahun ini, perusahaan memiliki jumlah modal sendiri
yang paling besar diantara perusahaan yang lainnya yaitu sebesar Rp 2.248,295
milyar. Dengan modal sendiri yang besar dan laba yang paling besar pada tahun
2002, menjadikan PT Perusahaan Gas Negara, Tbk memberikan return on equity
yang paling tinggi. Adapun return on equity terendah pada tahun 2002 adalah PT
Tambang Timah, Tbk dengan 1%. Perusahaan pada tahun ini memiliki modal
sendiri sebesar Rp 1.318,722 milyar. Adapun untuk laba yang diperoleh,
perusahaan pada tahun yang sama mendapatkan laba yang rendah bila
dibandingkan dengan perusahaan lain.
Untuk tahun 2003, rata-rata tingkat return on equity sebesar 12%.
Perusahaan pertambangan dengan return on equity tertinggi pada tahun 2003
adalah PT Perusahaan Gas Negara, Tbk dengan 16%. Perusahaan pada tahun ini
memiliki jumlah modal sendiri sebesar Rp 3.261,967 milyar yang menjadikan
perusahaan sebagai modal sendiri tertinggi serta dengan laba bersih yang tertinggi
pada saat yang sama. Perusahaan pertambangan dengan return on equity terendah
tahun 2003 adalah PT Tambang Timah, Tbk dengan 3%. Untuk kedua kalinya
perusahaan memberikan return on equity yang rendah. Hal tersebut dikarenakan
laba bersih yang diperoleh perusahaan adalah terendah dibandingkan dengan
perusahaan lainnya.
Pada periode 2002-2003, umumnya perusahaan mengalami tingkat
pertumbuhan return on equity. Pertumbuhan terbesar dialami oleh PT Tambang
Timah, Tbk. Walaupun perusahaan memberikan return on equity paling kecil
namun perkembangan return on equity perusahaan adalah yang tertinggi. Pada
periode ini, PT Tambang Timah, Tbk berada pada titik paling maksimal karena
pada periode ini perusahaan mengalami kenaikan return on equity yang tertinggi
yaitu sebesar 200%. Hal ini dikarenakan laba bersih dari penjualan yang mereka
peroleh cukup besar. Sedangkan modal sendiri yang ada dalam perusahaan sangat
kecil. Sedangkan penurunan tingkat return on equity terjadi pada PT Perusahaan
Gas Negara, Tbk dengan penurunan sebesar 68%. Penurunan diakibatkan adanya
pengurangan jumlah modal sendiri yang disetorkan para pemilik perusahaan.
Tahun 2004, rata-rata tingkat return on equity untuk kelima perusahaan
pertambangan adalah 33,6%. PT Bumi Resources, Tbk memiliki tingkat return on
equity tertinggi yaitu sebesar 83% dibandingkan perusahaan pertambangan
lainnya. PT Bumi Resources, Tbk pada tahun ini memperoleh peningkatan yang
cukup besar yaitu ketika jumlah modal sendiri yang disetorkan bertambah dari
semula Rp 801,761 milyar menjadi Rp 1.453,430 milyar dengan kenaikan sebesar
81%, yang menjadikan perusahaan tertinggi dalam hal tingkat return on equity.
Sedangkan return on equity terendah dimiliki oleh PT Tambang Timah, Tbk
dengan 12%. Dan untuk ketiga kalinya perusahaan memberikan return on equity
terendah bila dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Untuk tahun ini,
perusahaan hanya menambah modal sendiri sebesar Rp 1.509,260 milyar dari
semula Rp 1.392,565 milyar naik 8%.
Periode
2003-2004,
kelima
perusahaan
pertambangan
memiliki
perkembangan return on equity yang berbeda. Secara umum pada periode ini
kelima perusahaan pertambangan tersebut mengalami kenaikan tingkat return on
equity dari periode sebelumnya. Hal ini dikarenakan kenaikan laba bersih
perusahaan serta jumlah modal yang disetorkan pemilik perusahaan terbilang
kecil. Namun PT Perusahaan Gas Negara, Tbk pada periode ini tetap mengalami
penurunan dalam hal tingkat return on equity. Penurunan terjadi tidak terlalu
signifikan yaitu hanya 6%. Pada periode ini, PT Bumi Resources, Tbk mengalami
kenaikan return on equity yang tertinggi, yaitu sekitar 538% sehingga tampak dari
grafik tersebut menempati titik paling maksimal. Adapun PT Tambang Timah,
Tbk menempati posisi kedua sebagai perusahaan dengan tingkat kenaikan return
on equity terbesar di samping PT Bumi Resources, Tbk.
Untuk tahun 2005, rata-rata return on equity sebesar 26,2%. Adapun
perusahaan dengan tingkat return on equity tertinggi dimiliki oleh PT Bumi
Resources, Tbk dengan 52%. Perusahaan pada tahun ini mampu mendapatkan
keuntungan yang tinggi sehingga memiliki kemampuan untuk memberikan return
on equity yang tinggi pula dan tambahan modal sendiri yang disetorkan membuat
return on equity semakin tinggi. Adapun perusahaan dengan tingkat return on
equity terendah pada tahun 2005 adalah PT Tambang Timah, Tbk sebesar 7%.
Pada tahun ini perusahaan hanya menambah modal sendiri sebesar Rp 24,770
milyar. Hal tersebut sangat berbeda jauh dengan perusahaan lain dimana mereka
menambah modal sendiri sangat besar.
Periode
2004-2005,
umumnya
kelima
perusahaan
pertambangan
mengalami penurunan tingkat return on equity. Penurunan terbesar terjadi pada
PT Tambang Timah, Tbk dengan penurunan sebesar 42%. Adapun penurunan
terbesar kedua yaitu PT Bumi Resources, Tbk dengan 37%. Tetapi pada periode
ini terjadi kenaikan pada PT Perusahaan Gas Negara, Tbk sebesar 4%. Kenaikan
tersebut walaupun sangat tipis namun dibandingkan dengan perusahaan
pertambangan lain yang mengalami penurunan tingkat return on equity pada
periode ini tentu lebih baik. Bagi PT Perusahaan Gas Negara, Tbk hal ini sangat
berarti karena setelah dua periode berturut-turut mereka mengalami penurunan
tingkat return on equity.
Untuk tahun 2006, rata-rata return on equity sebesar 33%. Perusahaan
dengan tingkat return on equity tertinggi dimiliki oleh PT Bumi Resources, Tbk
dengan besar 62%. Untuk kedua kalinya perusahaan mampu memberikan return
on equity yang tinggi dikarenakan pemilik perusahaan menambah modal sendiri
yang ada di perusahaan sehingga modal sendiri bertambah besar dari yang semula
Rp 2.353,460 milyar menjadi Rp 3.599,460 milyar. Untuk perusahaan dengan
return on equity terendah dimiliki oleh PT Tambang Timah, Tbk dengan 12%.
Adapun yang menjadi penyebab karena perusahaan hanya menambah modal
sendiri sangat kecil sehingga kinerja perusahaan tidak berkembang dengan baik.
Periode selanjutnya yaitu 2005-2006, kelima perusahaan mengalami
kenaikan perkembangan return on equity yang sangat kecil sehingga tampak pada
grafik, rata-rata perusahaan tersebut memiliki tingkat return on equity di bawah
100%. Adapun kenaikan return on equity terbesar dialami oleh PT Tambang
Timah, Tbk dengan kenaikan sebesar 71%. Kenaikan terbesar kedua yaitu PT
Perusahaan Gas Negara, Tbk dengan 62%. Penurunan return on equity terjadi
pada PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk dengan 8%.
Tahun 2007, rata-rata return on equity untuk kelima perusahaan
pertambangan adalah 46,8%. Perusahaan pertambangan dengan tingkat return on
equity tertinggi adalah PT Bumi Resources, Tbk dengan return on equity sebesar
70%. Kenaikan modal sendiri menjadi penyebab kinerja perusahaan semakin baik.
Dengan penambahan modal sendiri sebesar Rp 7.620,150 menjadikan perusahaan
sebagai perusahaan dengan jumlah modal sendiri tertinggi diantara perusahaan
yang lain dengan kenaikan sebesar 212%. Adapun perusahaan dengan tingkat
return on equity terendah yaitu PT Perusahaan Gas Negara, Tbk dengan 25%.
Perusahaan hanya menambah modal sendiri sebesar Rp 731,945 milyar
Untuk periode periode 2006-2007, dapat dilihat bahwa umumnya kelima
perusahaan pertambangan tersebut mengalami kenaikan tingkat return on equity
sehingga tidak ada yang berada pada titik minus (penurunan return on equity). PT
Tambang Timah, Tbk berada pada titik maksimal pada periode ini karena pada
sebelumnya yaitu tahun 2006 perusahaan memiliki tingkat return on equity yang
sangat kecil namun pada tahun 2007 mengalami lonjakan yang sangat signifikan
yaitu sebesar 342%. Kenaikan return on equity paling kecil pada periode ini
terjadi pada PT Bumi Resources, Tbk yaitu dengan 13%.
Dari uraian di atas, maka perkembangan tingkat return on equity dapat
digambarkan pada grafik sebagai berikut :
Gambar 4.2
Grafik Perkembangan Return on Equity Perusahaan yang Tergabung
Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007
6
5
4
1 ANTM
2 BUMI
3
3 PTBA
2
4 TINS
5 PGAS
1
0
2002-2003 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007
-1
Sumber : Data yang telah diolah
Dari gambar 4.2 dapat terlihat perkembangan return on equity, dimana
pada periode 2002-2003 terjadi perkembangan yang berbeda untuk setiap
perusahaan. Adapun kenaikan tertinggi dialami oleh PT Tambang Timah, Tbk.
Periode 2003-2004, umumnya perusahaan mengalami kenaikan return on equity
dikarenakan penambahan modal sendiri dan laba yang diperoleh. Periode 20042005, perusahaan secara keseluruhan berada pada situasi penurunan tingkat return
on equity, hanya PT perusahaan Gas Negara, Tbk yang mengalami kenaikan.
Periode selanjutnya 2005-2006, terjadi kenaikan return on equity dikarenakan
penambahan modal sendiri yang dilakukan perusahaan. Periode terakhir yaitu
2006-2007, terjadi kenaikan dari periode sebelumnya dimana kenaikan tertinggi
dialami oleh PT Tambang Timah, Tbk.
4.2
Perkembangan Harga Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam
Sektor Pertambangan Periode 2002-2007
Harga pasar saham adalah harga rata-rata saham pada saat closing price.
Harga saham yang penulis gunakan dalam penelitian ini, diambil dari sumber
Indonesian Capital Market Directory dimana harga saham yang tertera adalah
harga saham perbulan. Kemudian harga saham tersebut di jumlah per bulan
selama setahun setelah itu dibagi dengan 12. Pada tabel 4.3 dapat dilihat rata-rata
harga
pasar
pertambangan.
saham
kelima
perusahaan
yang
tergabung
dalam
sektor
Tabel 4.3
Perkembangan Harga Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007
No
Emiten
1
Nilai dan Perkembangan Harga Saham
2002
2003
%
2003
2004
%
2004
2005
%
2005
2006
%
2006
2007
%
ANTM
810
975
0,20
975
1590
0,63
1590
2460
0,55
2460
4890
0,99
4890
7630
0,56
2
BUMI
30
120
3
120
620
4,17
620
809
0,30
809
816
0,01
816
2800
2,43
3
PTBA
600
675
0,13
675
910
0,35
910
1645
0,81
1645
3000
0,82
3000
6370
1,12
4
TINS
510
1020
1
1020
2120
1,08
2120
1960
-0,07
1960
2160
0,10
2160
14650
5,78
5
PGAS
-
1550
1
1550
1400
-0,06
1400
3850
1,75
3850
11200
1,90
11200
11300
0,08
Jumlah
1950
4340
5,33
4340
6640
6,17
6640
10724
3,34
10724
22066
3,82
22066
42750
9,97
Rata-rata
390
868
1,07
868
1328
1,23
1328
2144
0,67
2144
4413
0,76
4413
8550
2
Tertinggi
810
1550
3
1550
2120
4,17
2120
3850
1,75
3850
11200
1,90
11200
14650
5,78
Terendah
30
120
0,20
120
620
-0,06
620
809
-0,07
809
816
0,01
816
2800
0,08
Sumber : Data yang telah diolah
Pada tabel 4.3 dapat dilihat, bahwa perkembangan harga saham pada
perusahaaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007
mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Hal tersebut diakibatkan karena faktor
eksternal dan internal perusahaan. Faktor eksternal diantaranya inflasi, suku
bunga, rumors, krisis global dan lain-lain. Adapun faktor internal perusahaan
yaitu kinerja perusahaan itu sendiri ataupun karena faktor psikologis dari para
pemegang saham ketika mereka menjual saham perusahaan pertambangan
tersebut.
Rata-rata harga saham perusahaan pertambangan pada tahun 2002 adalah
Rp 390. Tahun 2002 harga saham tertinggi dimiliki oleh PT Aneka Tambang, Tbk
dengan harga saham sekitar Rp 810. Faktor yang menyebabkan harga saham
perusahaan tinggi adalah tingkat dividend per share yang tinggi dan return on
equity yang tinggi. Akibatnya para investor banyak yang berinvestasi pada saham
perusahaan. Adapun perusahaan dengan harga saham terendah untuk tahun 2002
adalah PT Bumi Resources, Tbk dengan harga saham yaitu Rp 30. Untuk tahun
2002, PT Bumi Resources, Tbk tidak memberikan dividend per share kepada para
pemegang sahamnya. Hal tersebut yang membuat investor tidak tertarik untuk
membeli saham perusahaan ini, sehingga harga saham pun jatuh. Padahal tingkat
return on equity yang diberikan perusahaan cukup tinggi.
Adapun pada tahun 2003 rata-rata harga saham sebesar Rp 868. Tahun
2003, perusahaan dengan harga saham tertinggi adalah PT Perusahaan Gas
Negara, Tbk dengan harga saham sekitar Rp 1550. Dengan tingkat dividend per
share yang tinggi dan return on equity tertinggi pada tahun 2003, menjadikan
saham PT Perusahaan Gas Negara, Tbk sangat menarik bagi investor. Sehingga
pada akhirnya investor pun tertarik untuk membeli saham perusahaan ini.
Sedangkan harga saham terendah pada tahun 2003 yaitu PT Bumi Resources, Tbk
dengan harga Rp 120. Perusahaan pada tahun ini memberikan dividend per share
yang rendah yang menyebabkan saham perusahaan tidak menarik untuk investor.
Pada periode 2002-2003 PT Tambang Timah, Tbk dan PT Perusahaan Gas
Negara, Tbk memiliki tingkat kenaikan yang sama yaitu 100%. Sedangkan PT
Batubara Bukit Asam, Tbk dan PT Aneka Tambang, Tbk tidak jauh berbeda
dengan kenaikan sebesar 13% dan 20%. Sedangkan kenaikan terbesar dialami
oleh PT Bumi Resources, Tbk dengan kenaikan sebesar 300%. Kenaikan sebesar
300% terjadi ketika harga saham yang semula Rp 30 menjadi Rp 120. Kenaikan
tersebut dikarenakan kinerja perusahaan yang cukup baik dan banyaknya investor
yang membeli saham perusahaan.
Tahun 2004 rata-rata harga saham sebesar Rp 1328. Tahun 2004,
perusahaan pertambangan dengan harga saham tertinggi adalah PT Tambang
Timah, Tbk dengan harga saham yaitu Rp 2120. Untuk perusahaan dengan harga
saham terendah pada tahun 2004 adalah PT Bumi Resources, Tbk. Harga saham
PT Tambang Timah melonjak tajam karena pembagian dividend per share yang
cukup besar yang mengakibatkan munculnya sentimen positif dari para pemegang
sahamnya dan para investor lain. Adapun PT Bumi Resources, Tbk pada tahun
2004 tidak memberikan dividend per share sehingga muncul sentimen negatif dari
para pemegang saham perusahaan atau investor lainnya. Saham perusahaan tidak
lagi menarik karena tidak ada pemberian dividend per share kepada para
pemegang sahamnya.
Pada periode 2003-2004, PT Bumi Resources, Tbk membuktikan dengan
kinerja perusahaan yang semakin baik yang dapat dilihat dari kenaikan penjualan
pada tahun 2004 yang berasal dari kenaikan penjualan batu bara. Kinerja tersebut
tercermin dari naiknya harga saham perusahaan. Kenaikan yang cukup besar yaitu
417% dari semula harga saham hanya Rp 120 menjadi Rp 620. Kenaikan cukup
besar terjadi juga pada PT Tambang Timah, Tbk dengan 108%. Sedangkan
perusahaan pertambangan lainnya kenaikan hanya berkisar di antara 35% sampai
dengan 63%. Perusahaan yang mengalami penurunan harga saham adalah PT
Perusahaan Gas Negara, Tbk dengan penurunan sebesar 6%. Penurunan harga
saham dikarenakan penjualan sebagian saham perusahaan yang dilakukan oleh
investor dan para pemegang saham dikarenakan kinerja perusahaan yang relatif
stabil.
Untuk tahun 2005, rata-rata harga saham kelima perusahaan Rp 2144.
Harga saham tertinggi dimiliki oleh PT Perusahaan Gas Negara, Tbk. Harga
saham perusahaan naik tajam karena faktor harga jual gas alam di pasaran
internasional yang tinggi yang mengakibatkan tingkat laba bersih yang diperoleh
perusahaan ikut naik. Dengan laba bersih yang tinggi dapat dikatakan perusahaan
tersebut berkinerja baik sehingga para investor tertarik untuk membeli saham
perusahaan tersebut. Akibatnya harga saham perusahaan naik cukup tinggi. Harga
saham terendah pada tahun 2005 adalah PT Bumi Resources, Tbk dengan harga
saham Rp 809. Harga saham perusahaan tidak berfluktuasi terlalu tinggi,
dikarenakan pemberian dividend per share yang kecil dibandingkan dengan
perusahaan pertambangan lainnya. Dengan dividend per share yang kecil, investor
tidak lagi tertarik dengan saham perusahaan tersebut.
Untuk periode 2004-2005, PT Perusahaan Gas Negara, Tbk mampu
memperbaiki kinerja perusahaan dengan memperbaiki keseluruhan aktivitas
operasi perusahaan sehingga kinerja perusahaan semakin baik. Dan dapat dilihat
dari harga saham yang naik 175%. Manajemen melakukan evaluasi menyeluruh
terhadap perusahaan agar perusahaan dapat memberikan hasil yang optimum bagi
para pemegang sahamnya. Penurunan harga saham dialami oleh PT Tambang
Timah, Tbk sebesar 7%. Sedangkan perusahaan pertambangan lainnya mengalami
kenaikan berkisar 3% sampai dengan 81%.
Tahun 2006, rata-rata harga saham kelima perusahaan pertambangan
sebesar Rp 4413. Pada tahun ini perusahaan pertambangan mengalami
pertumbuhan laba yang signifikan. Harga berbagai komoditas di pasaran
internasional naik dengan cepat seperti batubara, gas alam, tembaga, nikel serta
berbagai komoditas pertambangan lainnya. Harga saham perusahaan pun naik
tajam dengan peningkatan hampir 2%. Kenaikan harga saham tertinggi dialami
oleh PT Perusahaan Gas Negara, Tbk yaitu sekitar 190%. Kenaikan harga saham
ini dipicu oleh harga gas alam di pasaran internasional yang tinggi dan stabil serta
jumlah pasokan gas alam yang terbatas. Kenaikan terendah harga saham pada
tahun 2006 adalah PT Bumi Resources, Tbk. Dengan kenaikan harga batubara
seharusnya laba bersih perusahaan akan naik, karena dengan naiknya laba harga
saham perusahaan akan naik. Laba naik maka saham perusahaan akan diburu oleh
para investor karena investor beranggapan apabila laba naik maka kinerja
perusahaan tersebut sangat baik. Tetapi pada kenyataannya harga saham
perusahaan naik sangat tipis yaitu hanya 1%. Tingkat pemberian dividend per
share yang kecil mengakibatkan harga saham turun karena tidak menarik lagi bagi
investor untuk membeli saham tersebut.
Periode 2005-2006, harga saham PT Perusahaan Gas Negara, Tbk terus
mengalami kenaikan. Kenaikan yang terjadi sebesar 190%. Harga saham
perusahaan yang semula Rp 3850 berubah menjadi Rp 11200. Harga saham
melonjak karena persediaan saham perusahaan yang terbatas di pasaran sedangkan
permintaan terhadap saham perusahaan semakin banyak. Akibatnya harga saham
naik cukup signifikan. Saham perusahaan terus dicari oleh investor karena
investor melihat adanya perbaikan yang menyeluruh yang dilakukan manajemen
sehingga hasilnya dapat dilihat yaitu berupa kenaikan laba bersih dan peningkatan
penjualan. Perusahaan pertambangan lain pada periode ini hanya mengalami
kenaikan berkisar 1% sampai 99%.
Untuk tahun 2007 rata-rata harga saham perusahaan pertambangan sebesar
Rp 8550. Adapun harga saham tertinggi yaitu PT Perusahaan Gas Negara, Tbk
dengan Rp 11300. Dalam dua tahun berturut-turut, harga saham PT Perusahaan
Gas Negara, Tbk tertinggi dibandingkan dengan perusahaan pertambangan
lainnya. Tingkat dividend per share yang tinggi dan return on equity yang tinggi
pula mengakibatkan harga saham perusahaan naik walau kenaikan dari tahun
sebelumnya cukup tipis yaitu berkisar 8%. Apabila PT Perusahaan Gas Negara,
Tbk menempati perusahaan dengan harga saham tertinggi maka PT Bumi
Resources, Tbk menempati posisi sebagai perusahaan dengan harga saham
terendah untuk tahun 2007. Perusahaan tersebut menempati posisi sebagai
perusahaan dengan harga saham terendah dua tahun berturut-turut. Tetapi jika
dilihat dari kenaikan maka harga saham PT Bumi Resources, Tbk menempati
posisi kedua dengan kenaikan sangat signifikan yaitu 248% di bawah PT
Tambang Timah, Tbk dengan kenaikan sebesar 578%. Periode 2006-2007,
umumnya perusahaan mengalami kenaikan harga saham. Kenaikan diakibatkan
karena harga komoditas pertambangan yang semakin mahal sehingga laba
perusahaan bertambah yang berakibat pada munculnya sentimen positif dari para
investor. Kenaikan tertinggi pada periode ini dialami oleh PT Tambang Timah,
Tbk sebesar 578% dari semula harga saham perusahaan Rp 2160 menjadi Rp
14650. Adapun kenaikan terendah dialami oleh PT Perusahaan Gas Negara, Tbk
dengan 8%.
Dari uraian di atas, maka perkembangan harga saham dapat digambarkan
pada grafik sebagai berikut :
Gambar 4.3
Grafik Perkembangan Harga Saham Perusahaan yang Tergabung
Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007
7
6
5
1 ANTM
4
2 BUMI
3
3 PTBA
4 TINS
2
5 PGAS
1
0
-1
2002-2003 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007
Sumber : Data yang telah diolah
Dari gambar 4.3 di atas dapat dilihat perkembangan harga saham
perusahaan pertambangan periode 2002-2007. Pada periode 2002-2003 secara
umum perusahaan mengalami kenaikan harga saham, perusahaan dengan
kenaikan terbesar adalah PT Bumi Resources, Tbk. Periode 2003-2004 secara
umum perusahaan mengalami kenaikan harga saham. Hanya PT Perusahaan Gas
Negara, Tbk pada periode ini yang mengalami penurunan harga saham. Periode
2004-2005, harga saham perusahaan cenderung naik. Namun PT Bumi Resources,
Tbk mengalami penurunan harga saham. Periode 2005-2006, umumnya harga
saham perusahaan naik hanya harga saham PT Bumi Resources, Tbk yang
kembali menurun. Periode terakhir, 2006-2007, harga saham cenderung
berfluktuasi.
4.3
Pengaruh Dividend per Share dan Return on Equity Secara Parsial
Maupun Simultan Terhadap Harga Saham Perusahaan yang
Tergabung Dalam Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2002-2007
Untuk mengetahui apakah secara statistik terdapat hubungan atau
pengaruh antara dividend per share dan return on equity terhadap harga saham
maka harus dilakukan pengujian statistik baik secara parsial maupun simultan.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji normalitas data, regresi linier
sederhana, regresi berganda, koefisien korelasi, koefisien determinasi serta
pengujian hipotesis baik uji t maupun uji F.
4.3.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan dengan mengamati sebaran titik varian dari
masing-masing variabel yaitu dividend per share, return on equity dan harga
saham atas normal P-Plot of Regression Standar Residual. Grafik normal P-Plot
of Regression Standar Residual menunjukkan tingkat normal atau tidaknya data
terhadap suatu penelitian. Untuk melihat normalitas data pada masing-masing
variabel penelitian yaitu variabel dividend per share, return on equity dan harga
saham dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.4
Diagram Distribusi Normal Dividend per Share Perusahaan yang
Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007
Normal P-P Plot of dividend per share
1.0
0.8
Expected Cum Prob
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Transforms: natural log
Pada gambar di atas maka dapat dipastikan data variabel dividend per
share berdistribusi normal. Hal tersebut dapat dilihat dari sebaran titik varian yang
mendekati garis tengah. Jika titik sebaran mendekati garis tengah maka data
tersebut berdistribusi normal. Selanjutnya pada gambar 4.5 adalah gambar
diagram disribusi normal untuk variabel return on equity.
Gambar 4.5
Diagram Distribusi Normal Return on Equity Perusahaan yang
Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007
Normal P-P Plot of return on equity
1.0
0.8
Expected Cum Prob
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Transforms: natural log
Pada gambar di atas maka dapat dipastikan data variabel return on equity
berdistribusi normal. Hal tersebut dapat dilihat dari sebaran titik varian yang
mendekati garis tengah. Jika titik sebaran mendekati garis tengah maka data
tersebut berdistribusi normal. Selanjutnya pada gambar 4.6 adalah gambar
diagram disribusi normal untuk variabel harga saham.
Gambar 4.6
Diagram Distribusi Normal Harga Saham Perusahaan yang
Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007
Normal P-P Plot of harga saham
1.0
0.8
Expected Cum Prob
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Transforms: natural log
Pada gambar di atas maka dapat dipastikan data variabel harga saham
berdistribusi normal. Hal tersebut dapat dilihat dari sebaran titik varian yang
mendekati garis tengah. Jika titik sebaran mendekati garis tengah maka data
tersebut berdistribusi normal. Pada pembahasan selanjutnya akan dibahas
pengaruh dividend per share dan return on equity terhadap harga saham secara
parsial.
4.3.2 Pengaruh Dividend per Share dan Return on Equity Secara Parsial
Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam Sektor
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20022007
Untuk dapat mengetahui pengaruh masing-masing antara dividend per
share dan return on equity terhadap harga saham, maka perlu menganalisisnya
terlebih dahulu secara parsial.
4.3.2.1 Pengaruh Dividend per Share Secara Parsial Terhadap Harga Saham
Perusahaan yang Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode
2002-2007
Untuk mengetahui pengaruh dividend per share terhadap harga saham
maka diperlukan pengujian statistik secara parsial sebagai berikut:
1. Regresi Linier Sederhana
Untuk lebih mengetahui hubungan dividend per share terhadap harga
saham maka dilakukan pengujian regresi linier sederhana. Di bawah ini adalah
tabel pengujian variabel dividend per share terhadap harga saham.
Tabel 4.4
Regresi Linier Sederhana Dividend per Share Terhadap Harga Saham
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Dividend per Share
,914
,024
Std. Error
,213
,005
Standardized
Coefficients
Beta
,695
t
B
4,293
4,631
Sig.
Std. Error
,000
,000
a Dependent Variable: Harga Saham
Dari tabel di atas diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut:
Y = 0,914 + 0,024 X1
Dari persamaan di atas maka dapat dijelaskan bahwa konstanta sebesar
0,914 menyatakan bahwa jika tidak ada perubahan dividend per share maka harga
sahamnya adalah 0,914. Nilai koefisien regresi dari dividend per share bertanda
positif sebesar 0,024. Hal ini mengandung arti bahwa kenaikan variabel dividend
per share sebesar satu unit akan meningkatkan harga saham sebesar 0,024 unit.
2. Koefisien Korelasi
Agar dapat mengetahui keeratan hubungan antara dividend per share
dengan harga saham maka akan diukur dengan koefisien korelasi. Berdasarkan
pengolahan data dengan menggunakan program SPSS v.15, maka diperoleh hasil
koefisien korelasi sebagai berikut:
Tabel 4.5
Koefisien Korelasi Dividend per Share Terhadap Harga Saham
Correlations
Dividend per Share
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Harga Saham
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Dividend
per Share
1
Harga Saham
25
,695(**)
,695(**)
,000
25
1
,000
25
25
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa besarnya koefisien korelasi adalah
sebesar 0,695 yang berada antara 0,60 - 0,799, yang artinya dividend per share
memiliki hubungan yang kuat terhadap harga saham.
3. Koefisien Determinasi
Untuk melihat seberapa besar variabel dividend per share berpengaruh
terhadap variabel harga saham maka dihitung dengan menggunakan koefisien
determinasi. Besarnya koefisien determinasi dapat ditentukan dari besarnya
koefisien korelasi (r). Besarnya koefisien determinasi (r 2 ) adalah kuadrat
besarnya koefisien korelasi (r), yaitu:
kd = r2 * 100%
kd = (0,695)2 * 100%
kd = 0,483025 * 100%
kd = 48,3%
Besarnya koefisien determinasi adalah sebesar 48,3%, artinya dapat
dikatakan bahwa pengaruh dividend per share terhadap harga saham hanya
sebesar 48,3% sedangkan sisanya yaitu 51,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4. Pengujian Hipotesis (Uji t)
Agar dapat mengetahui apakah terdapat pengaruh antara dividend per
share terhadap harga saham maka perlu dilakukan pengujian hipotesis. Langkahlangkah pengujian hipotesis sebagai berikut:
d. Merumuskan hipotesis nol
01
:r
1
0 ; menunjukkan variabel dividend per share (X1) tidak
berpengaruh terhadap harga saham (Y)
01
:r
1
0 ; menunjukkan variabel dividend per share (X1) berpengaruh
terhadap variabel harga saham (Y)
e. Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi yang diambil untuk penelitian ini adalah 5% atau 0,05
dengan uji 2 pihak sehingga diperoleh nilai t tabel sebesar 2,069. Adapun nilai t
hitung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.6
Pengujian Hipotesis (Uji t)
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Standardized
Coefficients
(Constant)
,914
Std. Error
,213
Dividend per Share
,024
,005
Beta
,695
t
Sig.
B
4,293
Std. Error
,000
4,631
,000
a Dependent Variable: Harga Saham
f.
Kesimpulan
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan -ttabel
4,631
thitung
ttabel (2,069
2,069), maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel dividend
per share berpengaruh positif terhadap harga saham. Sedangkan dalam pengujian
tingkat signifikansi, terdapat hubungan yang signifikan antara dividend per share
terhadap harga saham karena dalam penelitian diperoleh hasil tingkat uji
signifikansi dibawah tingkat alpha (0,00 < 0,05). Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis, maka penerimaan dan penolakan Ho dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 4.7
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji t)
Daerah
Penerimaan Ho
Daerah
Penolakan Ho
-4,631
-2,069
Daerah
Penolakan Ho
2,069
4,631
4.3.2.2 Pengaruh Return on Equity Secara Parsial Terhadap Harga Saham
Perusahaan yang Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode
2002-2007
Untuk mengetahui pengaruh return on equity terhadap harga saham maka
diperlukan pengujian statistik secara parsial sebagai berikut:
1. Regresi Linier Sederhana
Untuk lebih mengetahui hubungan return on equity terhadap harga saham
maka dilakukan pengujian regresi linier sederhana. Di bawah ini adalah tabel
pengujian variabel return on equity dan harga saham.
Tabel 4.7
Regresi Linier Sederhana Return on Equity Terhadap Harga Saham
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Return on Equity
Standardized
Coefficients
,682
Std. Error
,248
,653
,162
Beta
,645
t
Sig.
B
2,749
Std. Error
,011
4,043
,001
a Dependent Variable: Harga Saham
Dari tabel di atas diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut:
Y = 0,682 + 0,653 X2
Dari persamaan di atas maka dapat dijelaskan bahwa konstanta sebesar
0,682 menyatakan bahwa jika tidak ada perubahan return on equity maka harga
sahamnya adalah 0,682. Nilai koefisien regresi dari return on equity bertanda
positif sebesar 0,653. Hal ini mengandung arti bahwa kenaikan variabel return on
equity sebesar satu unit akan meningkatkan harga saham sebesar 0,653 unit.
2.
Koefisien Korelasi
Agar dapat mengetahui keeratan hubungan antara return on equity dengan
harga saham maka akan diukur dengan koefisien korelasi. Berdasarkan
pengolahan data dengan menggunakan program SPSS v.15, maka diperoleh hasil
koefisien korelasi sebagai berikut:
Tabel 4.8
Koefisien Korelasi Return on Equity Terhadap Harga Saham
Correlations
Harga Saham
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Return on Equity
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Harga Saham
1
Return on Equity
,645(**)
,001
25
,645(**)
,001
25
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
25
1
25
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa besarnya koefisien korelasi adalah
sebesar 0,645 yang berada antara 0,60 - 0,799, yang artinya return on equity
memiliki hubungan yang kuat terhadap harga saham.
3. Koefisien Determinasi
Untuk melihat seberapa besar variabel return on equity berpengaruh
terhadap variabel harga saham maka dihitung dengan menggunakan koefisien
determinasi. Besarnya koefisien determinasi dapat ditentukan dari besarnya
koefisien korelasi (r). Besarnya koefisien determinasi (r 2 ) adalah kuadrat
besarnya koefisien korelasi (r), yaitu:
kd = r2 * 100%
kd = (0,645)2 * 100%
kd = 0,416025 * 100%
kd = 41,6%
Besarnya koefisien determinasi adalah sebesar 41,6%, artinya dapat
dikatakan bahwa pengaruh return on equity terhadap harga saham hanya sebesar
41,6% sedangkan sisanya yaitu 58,4% adalah pengaruh dari faktor-faktor lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4. Pengujian Hipotesis (Uji t)
Agar dapat mengetahui apakah terdapat pengaruh antara return on equity
terhadap harga saham maka perlu dilakukan pengujian hipotesis. Langkahlangkah pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
a.
Merumuskan hipotesis nol
02
:r
2
0 ; menunjukkan variabel return on equity
(X2) tidak
berpengaruh terhadap harga saham (Y)
02
:r
2
0 ; menunjukkan variabel return on equity (X2) berpengaruh
terhadap variabel harga saham (Y)
b.
Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi yang diambil untuk penelitian ini adalah 5% atau 0,05
dengan uji 2 pihak, sehingga diperoleh nilai t tabel sebesar 2,069. Adapun nilai t
hitung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.9
Pengujian Hipotesis (Uji t)
Coefficients(a)
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
1
(Constant)
Return on Equity
,682
Std. Error
,248
,653
,162
t
Beta
,645
B
2,749
Sig.
Std.
Error
,011
4,043
,001
a Dependent Variable: Harga Saham
c.
Kesimpulan
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan -ttabel
4,043
thitung
ttabel (-2,069
2,069) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel return on
equity berpengaruh positif terhadap harga saham. Sedangkan dalam pengujian
tingkat signifikansi, terdapat hubungan yang signifikan antara return on equity
terhadap harga saham karena dalam penelitian diperoleh hasil tingkat uji
signifikansi dibawah tingkat alpha (0,00 < 0,05). Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis, maka penerimaan dan penolakan Ho dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 4.8
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji t)
Daerah
Penerimaan Ho
Daerah
Penolakan Ho
-4,043
-2,069
Daerah
Penolakan Ho
2,069
4,043
4.3.3 Pengaruh Dividend per Share dan Return on Equity Secara Simultan
Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam Sektor
Pertambangan Periode 2002-2007
Untuk dapat mengetahui pengaruh dividend per share dan return on equity
terhadap harga saham secara simultan, maka kita perlu menganalisisnya dengan
melakukan uji statistika secara simultan yaitu dengan regresi linier berganda,
koefisien korelasi berganda, koefisien determinasi dan pengujian hipotesis (uji F).
4.3.3.1 Uji Asumsi Klasik
Agar memperoleh penelitian yang akurat maka dilakukan uji asumsi klasik
sebagai berikut:
1. Auto korelasi
Auto korelasi digunakan untuk melihat apakah ada pengaruh dari variabelvariabel dalam modelnya melalui selang waktu. Ukuran dalam pengujian
autokorelasi adalah sebagai berikut:
1,65 < DW < 2,35 (Tidak autokorelasi)
1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 (Tidak dapat disimpulkan)
DW < 1,21 atau DW > 2,79 (Terjadi autokorelasi)
Untuk mengetahui terdapat autokorelasi atau tidak pada variabel dividend per
share dan return on equity terhadap harga saham dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.10
Autokorelasi Dividend per Share dan Return on Equity
Terhadap Harga Saham
Model Summary(b)
Model
1
R
Adjusted R
Square
R Square
,805(a)
,647
Std. Error of
the Estimate
,615
Durbin-Watson
,87380
1,897
a Predictors: (Constant), dividend per share, return on equity
b Dependent Variable: harga saham
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson (D-W)
sebesar 1,897 yang berada 1,65 < DW < 2,35 yang artinya tidak terjadi
autokorelasi.
2. Multikolinieritas
Uji multikolinieritas ditujukan untuk lebih mengetahui adanya hubungan
yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel independen dari
model regresi. Caranya dengan melihat tolerance value dari variance inflation
fantor (VIF). Bila nilai tolerance value < 0,1 atau VIF untuk variabel bebas >10,
maka terjadi multikolinieritas.
Tabel 4.11
Multikolinieritas Dividend per Share dan Return on Equity
Terhadap Harga Saham
M
o
d
e
l
1 (Constant)
return on equity
dividend per share
Standardiz
Unstandardized
ed
Coefficients
Coefficients
Std.
B
Error
Beta
,652
,197
t
Toleran
ce
3,307
Sig.
VIF
,003
Collinearity
Statistics
Std.
B
Error
,449
,139
,442
3,222
,004
,850
1,176
,018
,005
,522
3,802
,001
,850
1,176
Coefficients(a) a Dependent Variable: harga saham
Dari hasil perhitungan pada tabel diatas, di dapat hasil tolerance value di
atas 0,1 dan VIF di bawah 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinieritas di antara variabel bebas.
4.3.3.2 Regresi Linier Berganda
Teknik regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan
fungsional antara variabel dependen yang dihubungkan dengan dua atau lebih
variabel independen. Setelah melakukan uji asumsi klasik selanjutnya adalah
dengan melakukan pengujian regresi linier berganda. Untuk lebih jelasnya sebagai
berikut:
Tabel 4.12
Regresi Linier Berganda Dividend per Share dan Return on Equity
Terhadap Harga Saham
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Standardized
Coefficients
(Constant)
Return on Equity
,653
,448
Std. Error
,197
,139
Dividend per Share
,018
,005
Beta
t
Sig.
,442
B
3,320
3,225
Std. Error
,003
,004
,524
3,820
,001
a Dependent Variable: Harga Saham
Dari tabel di atas diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut:
Y = 0,653 + 0,018 X1 + 0,448 X2
Dari persamaan di atas maka dapat dijelaskan bahwa konstanta sebesar
0,653 menyatakan bahwa jika tidak ada perubahan dividend per share dan return
on equity maka harga sahamnya adalah 0,653. Penjelasan berikutnya yaitu
dividend per share memiliki koefisien korelasi regresi bertanda positif sebesar
0,018. Hal ini mengandung arti bahwa perubahan variabel dividend per share
sebesar satu unit akan meningkatkan harga saham sebesar 0,142 unit. Sedangkan
untuk return on equity memiliki koefisien korelasi regresi bertanda positif sebesar
0,448. Hal ini mengandung arti bahwa perubahan variabel return on equity
sebesar satu unit akan meningkatkan harga saham sebesar 0,084 unit.
4.3.3.3 Koefisien Korelasi Berganda
Korelasi ganda merupakan angka yang menunjukkan arah kuat hubungan
antara dua variabel secara bersama-sama atau lebih dengan variabel yang lain.
Hubungan korelasi secara simultan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.13
Koefisien Korelasi Berganda dan Koefisien Determinasi Dividend per
Share dan Return on Equity Terhadap Harga Saham
Model Summary
Model
1
R
R Square
,805(a)
Adjusted R
Square
,649
Std. Error of the Estimate
,617
,87219
a Predictors: (Constant), Dividend per Share, Return on Equity
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa besarnya koefisien korelasi ganda
adalah sebesar 0,805 yang berada antara 0,80 - 1,000 yang artinya dividend per
share dan return on equity secara simultan memiliki hubungan yang sangat kuat
terhadap harga saham.
4.3.3.4 Koefisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar
variabel dividend per share dan return on equity berpengaruh terhadap variabel
harga saham. Untuk koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.13 yaitu
sebesar 0,649 atau 64,9%, artinya dapat dikatakan bahwa pengaruh dividend per
share dan return on equity secara simultan terhadap harga saham sebesar 64,9%
sedangkan sisanya yaitu 35,1% adalah pengaruh dari faktor-faktor lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
4.3.3.5 Pengujian Hipotesis (Uji F)
Agar dapat mengetahui apakah terdapat pengaruh antara dividend per
share dan return on equity terhadap harga saham secara simultan maka perlu
dilakukan pengujian hipotesis. Langkah-langkah pengujian hipotesis adalah
sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis nol
1
: R1
R2
0 ; menunjukkan variabel
1
(dividend per share) dan
2
(return on equity) tidak berpengaruh secara simultan
terhadap variabel Y (harga saham)
1
: R1
R2
0 ; menunjukkan kedua variabel X1 dan X2 (dividend per share
dan return on equity) berpengaruh secara simultan terhadap
variabel Y (harga saham)
b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar
5% atau 0,05
Tingkat signifikansi yang diambil untuk penelitian ini adalah 5% atau 0,05
dengan uji 2 pihak, sehingga diperoleh nilai F tabel sebesar 3,44. Adapun nilai F
hitung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.14
Pengujian Hipotesis (Uji F)
ANOVA(b)
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
30,889
df
2
Mean Square
15,444
16,736
22
,761
47,624
24
F
20,302
Sig.
,000(a)
a Predictors: (Constant), Dividend per Share, Return on Equity
b Dependent Variable: Harga Saham
c. Kesimpulan
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan Fhitung > Ftabel (20,302 > 3,44),
maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel dividend per share dan
return on equity berpengaruh positif terhadap harga saham. Sedangkan dalam
pengujian tingkat signifikansi, terdapat hubungan yang signifikan antara dividend
per share dan return on equity terhadap harga saham karena dalam penelitian
diperoleh hasil tingkat uji signifikansi dibawah tingkat alpha (0,00 < 0,05).
Berdasarkan uji hipotesis dapat digambarkan daerah penolakan dan penerimaan
Ho sebagai berikut :
Gambar 4.9
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji F)
Daerah
Penerimaan Ho
Daerah
Penolakan Ho
3,44
20,302
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan yang telah
dilakukan pada bab IV maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Perkembangan dividend per share dan return on equity dari lima perusahaan
yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007.
a.
Perkembangan dividend per share
Dapat disimpulkan bahwa dividend per share pada lima perusahaan yang
tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007 cenderung
berfluktuasi. Hal ini disebabkan oleh naik turunnya laba bersih sehingga
berpengaruh terhadap pembagian dividend per share.
b.
Perkembangan return on equity
Dapat disimpulkan bahwa return on equity pada lima perusahaan yang
tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007 cenderung
berfluktuasi. Hal ini disebabkan karena peningkatan rata-rata laba bersih
lebih kecil dari peningkatan jumlah modal sendiri.
2.
Perkembangan harga saham lima perusahaan yang tergabung dalam sektor
pertambangan periode 2002-2007.
Dapat disimpulkan bahwa harga saham lima perusahaan yang tergabung
dalam sektor pertambangan periode 2002-2007 cenderung meningkat.
Kenaikan ini disebabkan karena meningkatnya faktor-faktor pada perusahaan
yang tergabung dalam sektor pertambangan, seperti kinerja perusahaan yang
baik yaitu dengan peningkatan laba bersih yang signifikan sehingga para
investor tertarik untuk membeli saham perusahaan pertambangan dikarenakan
kemampuan perusahaan untuk memberikan dividend per share dan return on
equity yang maksimal.
3.
Pengaruh dividend per share dan return on equity secara parsial maupun
secara simultan terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dalam
sektor pertambangan periode 2002-2007.
a. Hasil penelitian diperoleh bahwa variabel dividend per share memiliki
hubungan positif dan signifikan dengan harga saham. Adapun tingkat
keeratan hubungan sebesar 0,695 yang berarti hubungan dividend per
share dengan harga saham adalah kuat. Hasil pengujian hipotesis,
menunjukkan terdapat pengaruh secara parsial antara variabel dividend per
share terhadap harga saham. Hal ini ditunjukkan dari nilai t hitung yang
berada di daerah penolakan Ho serta dalam uji tingkat signifikansi yang di
bawah nilai alpha.
b. Hasil penelitian diperoleh bahwa variabel return on equity memiliki
hubungan positif dan signifikan dengan harga saham. Adapun tingkat
keeratan hubungan sebesar 0,645 yang berarti hubungan return on equity
dengan harga saham adalah kuat. Hasil pengujian hipotesis, menunjukkan
terdapat pengaruh secara parsial antara variabel return on equity terhadap
harga saham. Hal ini ditunjukkan dari nilai t hitung yang berada di daerah
penolakan Ho serta dalam uji tingkat signifikansi yang di bawah nilai
alpha.
c. Hasil penelitian diperoleh bahwa variabel dividend per share dan return on
equity secara simultan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan
harga saham. Adapun tingkat keeratan hubungan sebesar 0,805 yang
berarti hubungan dividend per share dan return on equity secara simultan
dengan harga saham adalah sangat kuat. Hasil pengujian hipotesis,
menunjukkan terdapat pengaruh secara simultan antara variabel dividend
per share dan return on equity terhadap harga saham. Hal ini ditunjukkan
dari nilai Fhitung yang berada di daerah penolakan Ho serta dalam uji
tingkat signifikansi yang di bawah nilai alpha.
5.2
Saran
Dengan melihat hasil penelitian pada bab IV maka penulis memberikan
saran yang mungkin akan berguna baik untuk investor maupun pihak-pihak lain.
Saran-saran tersebut sebagai berikut :
1.
Dalam hal memilih saham, sebaiknya investor melakukan analisis terlebih
dahulu seperti melakukan analisis fundamental perusahaan (analisis internal
perusahaan) yaitu salah satunya dengan melakukan analisis terhadap tingkat
dividend per share dan return on equity, karena berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan adanya pengaruh terhadap harga saham.
2.
Bagi peneliti lain dapat meneliti variabel-variabel lain seperti emiten dari
sektor lainnya yang berbeda dengan jumlah data yang lebih banyak agar
memberikan hasil yang lebih baik.
3.
Bagi manajemen perusahaan, sebaiknya lebih meningkatkan kinerja
perusahaan karena dengan kinerja yang semakin baik maka investor akan
tertarik untuk membeli saham perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sartono., 2001, Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi), Edisi
Keempat, Yogyakarta, BPFE
Ali Arifin., 2004, Membaca Saham, Yogyakarta, Andi
Aliminsyah dan Padji MA., 2005, Kamus Istilah Akuntansi, Cetakan Kedua,
Bandung, CV. Yrama Widya
Ardiyos., 2001, Kamus Ekonomi, Cetakan Pertama, Jakarta, Citra Harta Prima
Brigham, Eugene F. and Houston, Joel., 2004, Fundamentals of Financial
Management, Tenth Edition, Thomson South Western
Cornelius Trihendradi., 2005, Analisis Data Statistik, Yogyakarta, Andi
Dev Group on Research., 2008, Indeks Saham dan Obligasi, dalam situs
www.google.com
Dewi Astuti., 2004, Manajemen Keuangan Perusahaan, Cetakan Ketiga,
Jakarta, Ghalia Indonesia
Dwi Prastowo dan Rifka Julianty., 2005, Analisis Laporan Keuangan (Konsep
dan Aplikasi), Edisi kedua, Yogyakarta, UPP AMP YKPN
Furqon., 2008, Metodologi Untuk Penelitian Bisnis, Bandung, Alfabeta
Gibson, Charles H., 2001, Financial Reporting Analysis, 8th ed, South Western
College Publishing
Gitman, Lawrence J., 2003, Principles of Management Finance, Tenth Edition,
Addison Wesley, Boston
Heru Tjaraka., 2008, Analisis-analisis Fundamental yang Berpengaruh
Terhadap Harga Saham, dalam situs www.google.com
Ikatan Akuntan Indonesia., 2004, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta,
Salemba Empat
Martono dan Agus Harjito., 2007, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama,
Cetakan Keenam, Yogyakarta, Ekonisia
Marzuki., 2002, Metodologi Riset, Yogyakarta, PT Prasetya Widya Pratama
Moch. Nazir., 2003, Metode Penelitian, Jakarta , Ghalia Indonesia
Munawir., 2004, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keemapt, Cetakan
Ketigabelas, Yogyakarta, Liberty
Mustopo Ali Sasongko., 2008, Analisa Penilaian Saham, dalam situs
www.WealthIndonesia.com
Rico Lesmana dan Rudi Surjanto., 2003, Financial Performance Analyzing,
Jakarta, Elex Media komputindo
Riduwan., 2008, Dasar-Dasar Statistika, Cetakan Keenam, Bandung, Alfabeta
Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian., 2003, Manajemen Keuangan, Edisi
Keempat, Jakarta, Literata Lintas Media
Ross, Westerfield, Jaffe., 2002, Corporate Finance, 5th, Mc Graw-Hill
Rusdin., 2006, Pasar Modal, Cetakan Kesatu, Bandung, Alfabeta
Slamet Sugiri., 2001, Sistem Pengawasan Manajemen, Yogyakarta, UPP AMP
YKPN
Sofyan Syafri Harahap., 2004, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan,
Cetakan Keempat, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti., 2007, Manajemen Keuangan, Edisi Kelima,
UPP AMP YKPN
Sugiyono., 2006, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Keenam, Bandung, Alfabeta
Sunarsip., 2008, Memperkuat Kinerja Perusahaan Pertambangan, dalam situs
www.google.com
Sri Hasnawati., 2006, Penilaian Saham, Memahami Cara-cara Berinvestasi di
Pasar Modal, dalam situs www.google.com
Susan Irawati., 2006, Manajemen Keuangan, Cetakan Kesatu, Bandung, Pustaka
Sutrisno., 2003, Manajemen Keuangan, Cetakan Ketiga, Yogyakarta, Ekonisia
Tangkilisan dan Nogi Hessel., 2003, Manajemen Keuangan Bagi Analisis
Kredit Perbankan, Yogyakarta, Balairuna dan Co
Van Horne, James. and Wachowicz, John M., 2000, Published Under The
Financial Times, Twelfth Edition, Madrid, Spain
Warren, Carl S., Reeve, James M., Fess, Philip E., 2005, Accounting (Edisi
Bahasa Indonesia), Edisi Ke 21, Jakarta, Salemba Empat
Watson, Denzil. and Head, Anthony., 2004, Corporate Reporting Analysis, 8th
ed, South Western College Publishing
Weston, J Fred. and Brigham, F Eugene., 2002, Essentials Of Managerial
Finance, The Dryden Press
www.google.com
www.infovesta.com
www.WealthIndonesia.com
TABEL DISTRIBUSI NILAI t
0.50
dk
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
40
60
120
∞
0.25
1.000
0.816
0.765
0.741
0.727
0.718
0.711
0.706
0.703
0.700
0.697
0.695
0.692
0.691
0.690
0.689
0.688
0.688
0.687
0.687
0.686
0.686
0.685
0.685
0.684
0.684
0.684
0.683
0.683
0.683
0.681
0.679
0.677
674.000
α untuk uji dua pihak (two tail test)
0.20
0.10
0.05
α untuk uji satu pihak (one tail test)
0.10
0.05
0.03
3.078
6.314
12.706
1.886
2.920
4.303
1.638
2.353
3.182
1.533
2.132
2.776
1.476
2.015
2.571
1.440
1.943
2.447
1.415
1.895
2.365
1.397
1.860
2.306
1.383
1.833
2.262
1.372
1.812
2.228
1.363
1.796
2.201
1.356
1.782
2.179
1.350
1.771
2.160
1.345
1.761
2.145
1.341
1.753
2.131
1.337
1.746
2.120
1.333
1.740
2.110
1.330
1.734
2.101
1.328
1.729
2.093
1.325
1.725
2.086
1.323
1.721
2.080
1.321
1.717
2.074
1.319
1.714
2.069
1.318
1.711
2.064
1.316
1.708
2.060
1.315
1.706
2.056
1.314
1.703
2.052
1.313
1.701
2.048
1.311
1.699
2.045
1.310
1.697
2.042
1.303
1.684
2.021
1.296
1.671
2.000
1.289
1.658
1.980
1.282
1.645
1.960
0.02
0.01
0.01
31.821
6.965
4.541
3.747
3.365
3.143
2.998
2.896
2.821
2.764
2.718
2.681
2.650
2.624
2.602
2.583
2.567
2.552
2.539
2.528
2.518
2.508
2.500
2.492
2.485
2.479
2.473
2.467
2.462
2.457
2.423
2.390
2.358
2.326
0.01
63.657
9.925
5.841
4.604
4.032
3.707
3.499
3.355
3.250
3.169
3.106
3.055
3.012
2.977
2.947
2.921
2.898
2.878
2.861
2.845
2.831
2.819
2.807
2.797
2.787
2.779
2.771
2.763
2.756
2.750
2.704
2.660
2.617
2.576
TABEL DISTRIBUSI NILAI F
dk Penyebut
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
161
18.51
10.13
7.71
6.61
5.99
5.59
5.32
5.12
4.96
4.84
4.75
4.67
4.60
4.54
untuk α = 0.05
dk Pembilang
2
3
200
216
19.00
19.16
9.55
9.28
6.94
6.59
5.79
5.41
5.14
4.76
4.74
4.35
4.46
4.07
4.26
3.86
4.10
3.71
3.98
3.59
3.88
3.49
3.80
3.41
3.74
3.34
3.68
3.29
4
225
19.25
9.12
6.39
5.19
4.53
4.14
3.84
3.63
3.48
3.36
3.26
3.18
3.11
3.06
5
230
19.30
9.01
6.26
5.05
4.39
3.97
3.69
3.48
3.33
3.20
3.11
3.02
2.96
2.90
Download