Devisa Bersama Dibentuk Sri Mulyani: ADB Menghadapi Tantangan Baru KPS: 07-05-07 Kyoto, Sabtu - Menteri keuangan negara-negara Asia setuju untuk membuat cadangan devisa bersama. Pemikiran untuk membuat cadangan devisa bersama tersebut didorong oleh keinginan untuk mengatur kestabilan nilai tukar di negara Asia dalam rangka menghindari terjadinya kembali krisis ekonomi. "Risiko-risiko yang kita hadapi sekarang tidak lebih kecil dibandingkan dengan 10 tahun lalu. Volatilitas dari aliran dana dan ukuran dari aliran tersebut yang keluar masuk dari satu negara ke negara lain bahkan lebih besar dari 10 tahun lalu. Oleh sebab itu, kami berpendapat perlu jalan keluar yang dilakukan secara regional," kata Menteri Keuangan Thailand yang juga Ketua ASEAN + China, Jepang, Korea Selatan (ASEAN+3) Chalongphob Sussangkarn dalam pertemuan tambahan dari Pertemuan Tahunan Bank Pembangunan Asia (ADB), Sabtu (5/5) di Kyoto, Jepang. Dia mengatakan, ASEAN+3 akan mengadakan studi lebih lanjut mengenai berapa besar cadangan devisa yang akan dikumpulkan, siapa yang akan mengatur cadangan devisa tersebut, dan bagaimana dana dari cadangan devisa tersebut digelontorkan saat ada negara yang mengalami krisis cadangan devisa. "Kami merencanakan untuk membuat badan khusus yang akan mengatur cadangan devisa bersama tersebut," katanya. Sebelumnya, Menteri Keuangan Korea Selatan Kwon O-kyu kepada Reuters mengatakan, negara yang akan menjadi anggota dari cadangan devisa bersama tersebut akan tetap mengatur cadangan devisanya masing-masing melalui bank sentralnya di negaranya sendirisendiri. Cadangan devisa di negara-negara Asia saat ini telah mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan setelah krisis keuangan 10 tahun lalu. Saat ini total cadangan devisa di negara Asia, termasuk China dan Jepang, mencapai 3,1 triliun dollar AS. Jumlah tersebut mengambil porsi dua pertiga dari cadangan devisa dunia. Dalam pertemuan ASEAN+3 tersebut juga disetujui pengembangan pasar obligasi domestik, termasuk membuat instrumen surat utang yang baru untuk pembiayaan infrastruktur, di mana obligasi bisa diterbitkan di beberapa negara dengan dokumen dan izin yang sama. ADB hadapi dilema Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati, seusai berbicara dalam diskusi panel mengenai masa depan ADB, mengatakan, ADB tengah menghadapi dilema yang cukup kompleks, bahkan bisa bertabrakan dengan lembaga keuangan internasional lainnya, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF). "ADB menghadap tantangan yang cukup sulit dan kompleks. Di satu sisi harus tetap melakukan fungsi tradisional, yakni memberikan pinjaman terhadap proyek-proyek pengentasan kemiskinan, sementara di sisi lain adalah kebutuhan untuk masuk pada sektor keuangan," kata Sri Mulyani. Kawasan Asia saat ini telah berkembang sangat pesat. Banyak negara yang telah meningkat statusnya dari berpendapatan rendah menjadi berpendapatan menengah. Akan tetapi, angka kemiskinan di banyak negara Asia tetap tinggi, seperti di Indonesia. "Kondisi demikian, ditambah dengan meningkatnya kecenderungan untuk membangun kerja sama regional, membuat ADB yang dikenal sebagai agen pembangunan dengan perhatian pada proyek-proyek pembangunan mulai beralih pada persoalan finansial. Perubahan status menjadi negara berpendapatan menengah melahirkan kebutuhan akan integrasi keuangan," katanya. (Reuters/Antara/TAV)