EduChemia (Jurnal Kimia dan Pendidikan) Vol.1, No.2, Juli 2016 e-ISSN 2502-4787 UJI KUALITATIF DAN KUANTITATIF EKSTRAK Sargassum sp. DAN Gracilaria sp. SEBAGAI INHIBITOR BIO-KOROSI PADA BAJA KARBON Isriyanti Affifah1, Fida Madayanti Warganegara2, Bunbun Bundjali3 1 Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jl. Raya Ciwaru No. 25 Serang-Banten, Indonesia 2 Laboratorium Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia 3 Laboratorium Kimia Fisika dan Material, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Band ung, Bandung, Indonesia E-mail : [email protected] m Abstract: Corrosion is a process of metal oxidation by air or electrolyte which the air or electrolyte will be reduced, so that the process of corrosion is an electrochemical process. In the previous study is known that corrosion caused by microorganisms oxidizing iron (Thiobacillus ferooxidans) has a significant role towards the economic losses for industry. Biofilm on metal surface caused by microorganism can alter the electrochemical characteristics of the metal surface and can induce the occurrence of corrosion. To overcome these problems, extraction of Sargassum sp. and Gracilaria sp. that is suspected as an antimicrobial agent is used in this study. Yield of exctraction macroalgal using methanolchloroform (1:1) as solvent was 44,5% for Sargassum sp and 36,5% for Gracilaria sp. Those extract was tested to inhibit the growth of Thiobacillus ferooxidans qualitatively (visible) and quantitatively (weight-loss method). Through the growth curve is known that T. ferooxidans was able to grow until day 7 and had a stationary phase on day 8. Analysis of weight-loss method is performed using a coupon with a surface area of 3,6 cm2 . The analysis showed that extract of Gracilaria have antibacterial activity against the growth of T. ferooxidans 29.3% more effective then commercial biocide. Keyword: anti corrosion; bioactivity; macroalgae; T. ferooxidans Abstrak: Korosi atau perkaratan logam merupakan proses oksidasi suatu logam dengan udara atau elektrolit. Udara atau elektrolit tersebut akan mengalami reduksi, sehingga proses korosi merupakan proses elektrokimia. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa korosi yang disebabkan mikroorganisme pengoksidasi besi (Thiobacillus ferooxidans) memiliki peranan yang cukup signifikan terhadap kerugian ekonomi bagi industri. Lapisan biofilm yang dihasilkan mikroorganisme pada permukaan logam dapat mengubah karakteristik elektrokimia permukaan logam tersebut dan dapat menginduksi terjadinya korosi. Untuk mengatasi masalah tersebut, pada penelitian ini dilakukan ekstraksi Sargassum sp. dan Gracilaria sp. yang diduga efektif menginhibisi pertumbuhan mikroba pengoksidasi besi (Thibacillus ferooxidans) yang biasanya terdapat di bangunan bawah laut. Hasil ekstraksi Sargassum sp. dan Gracilaria sp. menggunakan pelarut metanol-kloroform (1:1) memberikan yield terhadap berat basah sebesar 44,5% dan 36,5%. Ekstrak tersebut diuji bioaktivitasnya terhadap pertumbuhan T. ferooxidans secara kualitatif (kasat mata) dan kuantitatif (metode weight-loss). Melalui kurva pertumbuhan diketahui bahwa T. ferooxidans 110 111 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 Affifah, Warganegara, dan Bundjali mampu tumbuh sampai hari ke-7 dan mengalami fasa stasioner pada hari ke-8. Analisis metode weight-loss dilakukan menggunakan coupon dengan luas permukaan 3,6 cm2 . Hasil analisis menunjukkan bahwa ekstrak Gracilaria sp mampu menginhibisi 29,3% lebih efektif daripada biocide komersial. Kata kunci : anti korosi; bioaktivitas; makroalga; T. ferooxidans PENDAHULUAN Korosi bahan, adalah akibat kerusakan berinteraksi logam dengan bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Korosi atau perkaratan Faktor dari lingkungan meliputi beberapa logam merupakan proses oksidasi logam faktor, yaitu gas terlarut, temperatur, pH, dengan udara bakteri, dan padatan terlarut. dimana udara lingkungannya. atau elektrolit atau elektrolit lainnya, akan Korosi yang terjadi pada mengami reduksi, sehingga proses korosi berbeda-beda merupakan proses elektrokimia (Akhadi penyebab terjadinya korosi tersebut. Ada 2000). Korosi dapat terjadi oleh air yang beberapa tipe korosi yang terjadi pada mengandung garam, karena logam akan logam (Halimatuddahliana 2003), yaitu: bereaksi 1. Uniform Corrosion secara elektrokimia dalam bergantung logam pada faktor larutan garam (elektrolit). Proses korosi Korosi pada permukaan logam yang logam akuatik berbentuk pengikisan permukaan logam dalam larutan (mengandung air) merupakan reaksi secara merata sehingga ketebalan logam elektrokimia yang meliputi proses berkurang perpindahan massa muatan. Bila dan perpindahan suatu logam dicelupkan dalam larutan elektrolit, terjadi dua lokasi yang disebut anoda dan katoda. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi dan pada katoda terjadi reaksi reduksi. sebagai akibat permukaan terkonversi oleh produk karat. 2. Pitting Corrosion Korosi yang berbentuk lubang-lubang pada permukaan logam karena hancurnya film dari proteksi logam yang disebabkan oleh laju korosi yang berbeda antara satu Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, tempat dengan tempat yang lainnya pada permukaan logam tersebut. yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur 3. Stress Corrosion Cracking Korosi berbentuk retak-retak yang tidak mudah dilihat, terbentuk di permukaan e-ISSN 2502-4787 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Ekstrak Sargassum sp. 112 logam sampai bagian dalam logam. berbagai jenis inhibitor yang dikenal, dan Korosi tipe ini banyak terjadi pada logam diklasifikasikan yang ini dasarnya, reaksi yang dihambat, serta disebabkan oleh kombinasi dari tegangan mekanisme inhibisinya (Priandani 2001). tarik Inhibitor menurut bahan dasarnya: mendapat dan tekanan. lingkungan Hal yang korosif sehingga struktur logam melemah. berdasarkan Inhibitor Organik: bahan Menghambat 4. Errosion Corrosion korosi dengan Korosi yang terjadi akibat terhambatnya kimiawi pada pembentukan melalui ikatan disebabkan oleh kecepatan alir fluida Inhibitor ini yang tinggi, misalnya abrasi pasir, organik. Contohnya adalah : gugus film pelindung yang cara teradsorpsi permukaan logam, logam-heteroatom. terbuat dari bahan amin, tio, fosfo, dan eter. Gugus amin 5. Galvanic Corrosion Korosi yang biasa dipakai di sistem boiler. terjadi karena hubungan antara disambung dan dua terdapat logam terdapat yang Inhibitor Anorganik: Inhibitor yang terbuat perbedaan dari mineral-mineral yang tidak mengadung unsur karbon dalam potensial antara keduanya. senyawanya (bahan anorganik). 6. Crevice Corrosion Material dasar dari inhibitor inorganic Korosi yang terjadi di sela-sela gasket, ini adalah nitrit, kromat, silikat dan sambungan bertindih, sekrup-sekrup atau posfat. kelingan yang terbentuk oleh kotoran- Inhibitor menurut reaksi yang dihambat: kotoran endapan atau timbul dari produk- Inhibitor katodik produk karat. Inhibitor katodik menghambat reaksi 7. Selective Leaching reduksi. Korosi ini berhubungan dengan lepasnya teradsorpsi suatu elemen dari campuran logam. sehingga mengurangi hidrogen menuju permukaan elektroda. Dengan berkurangnya akses hidrogen Inhibitor korosi adalah zat yang bila ditambahkan ke dalam suatu lingkungan, secara sinambung atau berkala, dapat menurunkan laju korosi logam. Pemakaian inhibitor korosi adalah salah satu upaya untuk mencegah korosi. Ada Molekul di ion organik netral permukaan logam, akses yang ion menuju permukaan elektroda, maka hydrogen overvoltage akan meningkat, sehingga menghambat reaksi evolusi hidrogen yang berakibat menurunkan e-ISSN 2502-4787 113 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 laju korosi. dibedakan inhibitor Inhibitor Affifah, Warganegara, dan Bundjali katodik menjadi inhibitor racun, presipitasi katodik, yang membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam. (4) Inhibitor menghilangkan komponen yang agresif dari lingkungannya. Inhibitor Anodik Inhibitor Anodik inhibitor Korosi merupakan suatu fenomena reaksi oksidasi. alam yang tidak dapat dihindari. Masalah adalah menghambat membentuk ini akan terus terjadi, baik pada bangunan lapisan pasif pada permukaan logam di darat maupun di laut. Pada penelitian agar logam tersebut tidak teroksidasi. sebelumnya diketahui bahwa 70% korosi Inhibitor campuran yang terjadi pada pipa di laut adalah Campuran dari inhibitor katodik dan akibat pertumbuhan mikroba (Bazes, A anodik. dkk. 2009). Mikroba tersebut merupakan Inhibitor tersebut dan oxygen scavenger. peristiwa adsorpsi dari produk korosi Adapun ini biasanya mekanisme kerja inhibitor mikroba pereduksi sulfat dan dapat dibedakan sebagai berikut: pengoksidasi besi yang menempel dan (1) Inhibitor teradsorpsi pada permukaan tumbuh pada bangunan di bawah laut dan logam dan membentuk suatu lapisan memproduksi asam tipis Aktivitas mikroorganisme menginduksi terjadinya dengan molekul ketebalan beberapa inhibitor. Lapisan ini tidak (Priandani 2001). dapat korosi dan dapat dilihat oleh mata biasa, namun menyebabkan kerugian ekonomi serius dapat bagi industri (Li, Songmei dkk. 2008). menghambat penyerangan Saat lingkungan terhadap logamnya. (2) Melalui pengaruh lingkungan pH) menyebabkan mengendap (misal inhibitor dapat dan selanjutnya mikroorganisme permukaan mengadsorpsi material, ekstraseluler yang bakteri (seperti polimer disekresikan oleh polisakarida teradsopsi pada permukaan logam ekstraseluler) akan menyebabkan bakteri serta melidunginya terhadap korosi. tersebut dan hasil metabolitnya berikatan Endapan yang terjadi cukup banyak, dengan substrat dan membentuk lapisan sehingga lapisan yang terjadi dapat biofilm (Li, Songmei dkk. 2008). Lapisan teramati oleh mata. biofilm yang dihasilkan mikroorganisme (3) Inhibitor logamnya, lebih dulu mengkorosi dan menghasilkan suatu zat kimia yang kemudian melalui pada permukaan logam dapat mengubah karakteristik elektrokimia permukaan logam tersebut dan dapat menginduksi e-ISSN 2502-4787 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Ekstrak Sargassum sp. 114 terjadinya korosi. Untuk mengatasi Keragaman jenis makroalga masalah tersebut, telah dilakukan studi kandungan mengenai tergantung dari berasal dari logam berat, booster biocide geografis, musim, dan temperatur dan inhibitor anorganik untuk mencegah (Manivannan dkk. 2008). Kandungan biokorosi tersebut. antibakteri biokimia antara lain karbohidrat, protein, tersebut memiliki toksisitas yang tinggi lipid bervariasi tergantung jenis spesies, sehingga tidak ramah lingkungan (Bazes letak geografis, dan cuaca (Nelson dkk. A dkk. 2009). 2002). senyawa Makroalga Indonesia antibakteri Namun, dalam jenis bervariasi spesies, lokasi bahasa Rumput laut merupakan salah satu sering disebut rumput laut, sumber devisa negara dan pendapatan merupakan atau yang biokimianya dan gangang multiseluler yang bagi masyarakat pesisir. Selama ini termasuk divisi Thallophyta. Berbeda rumput laut dimanfaatkan untuk berbagai dengan tanaman tingkat keperluan batang dan memiliki daun fungsi tinggi, pada yang akar, rumput laut sama. Bentuk (salad, antara lain untuk agar-agar), makanan makanan pertanian hewan, (pupuk, hidroponik, 14 rumput laut beragam, ada yang bulat, akuaponik), serta bahan baku di bidang pipih, tabung atau seperti ranting dahan. kesehatan, medis, dan kosmetik (Lee dkk. Habitat makroalga antara lain laut, air 2008). Selain itu, pada dekade terakhir ini payau, tanah, dan tambak. telah dilakukan beberapa studi mengenai Rumput laut berperan penting dalam ekosistemnya karena berfotosintesis. kemampuannya anti bakteri, anti jamur, anti inflamasi dan Selain mengandung anti laut mengandung menunjukkan klorofil, rumput beberapa pigmen lain seperti pigmen merah, kemampuan ekstrak makroalga sebagai cokelat, bahwa terbaru makroalga dari genus Sargassum sp. memiliki aktivitas sebagai anti biofouling (Bazes, A dkk, Berdasarkan pigmen yang dikandungnya, 2009). Hal ini merupakan suatu nilai alga istimewa bagi makroalga itu sendiri di menjadi biru Penelitian kehijauan. atau dan oksidan. ganggang empat Rhodophyceae Phaeophyceae Chlorophyceae dikelompokkan kelas, (alga merah), (alga (alga cokelat), hijau), Cyanophyceae (alga biru-hijau). e-ISSN 2502-4787 yaitu dan bidang industri farmasi dan kedokteran. Namun, pemanfaatan Indonesia masih rumput belum laut optimal di dan masih terbatas pada industri makanan. Untuk itu perlu dilakukannya usaha 115 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 pemanfaatan ekstrak rumput Affifah, Warganegara, dan Bundjali laut di ini diawali dengan ekstraksi rumput laut berbagai bidang mengingat melimpahnya secara fisik (maserasi) dengan pelarut ketersediaan rumput laut di Indonesia. metanol. Ekstraksi menggunakan soxhlet Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan studi antibakteri ramah makroalga Gracilaria mengenai lingkungan menginhibisi yang minyak terekstrak. Selanjutnya dalam ditambahkan MgSO4 anhidrat (Merck) sp. dan untuk menarik sisa air yang ada dalam diduga efektif (Sargassum sp.) senyawa dilakukan selama 4 jam sampai semua pertumbuhan ekstrak lipid. Pelarut diuapkan mikroba menggunakan alat destilasi pada suhu pengoksidasi besi yang biasanya terdapat pelarut. Semua ekstrak yang dihasilkan di pipa bawah laut. disimpan pada suhu -20°C. METODE Kultivasi Bakteri ferrooxidans Penelitian ini dilakukan Laboratorium Biokimia Kimia Institut di Program Studi Teknologi Bandung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut Sargassum sp. dan Gracilaria sp. yang diperoleh dari Pantai Sayang kultur Heulang Pameungpeuk Thiobacillus ferooxidans Garut, yang diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi ITB dan bahan kimia yang diperoleh dari gudang bahan Program Studi Kimia ITB. Peralatan yang digunakan Thiobacillus dalam penelitian ini diperoleh dari gudang alat Bakteri diperoleh Thiobacillus dari koleksi ferrooxidans Laboratorium Mikrobiologi SITH ITB dalam bentuk cair. Bakteri ini lalu diremajakan dengan komposisi media : K 2 HPO 4 0,04%; MgSO 4 7H2 O 0,04%; (NH4 )2 SO4 0,04%, FeSO 4 7H2 O 3,34%, H2 SO4 2M 0,4% (agar 3% untuk media padat) dalam pelarut aquades. Media di adjust menggunakan NaOH 2M sampai pH 2,53. Bakteri ini tumbuh optimal dalam keadaan gelap (tidak terkena cahaya) dalam waktu 3 hari, ditandai dengan Laboratorium Biokimia ITB. berubahnya warna media menjadi warna jingga pekat. Ekstraksi makroalga Ekstraksi rumput laut menggunakan soxhlet dengan dilakukan Uji Kualitatif Ekstrak Makroalga pelarut kloroform p.a (Merck) dan metanol p.a (Merck) dengan perbandingan 1:1. Proses Uji kualitatif dilakukan pada media padat dalam cawan petri dengan paku e-ISSN 2502-4787 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Ekstrak Sargassum sp. 116 sebagai sumber besi. Sebanyak 10µL 50 bakteri di spread ke dalam media padat kondisi cuaca mendung, suhu air laut ± cawan petri yang sudah mengandung 26°C dan pH 6. Pada saat sampling, masing-masing 10µL ekstrak alga dalam kelimpahan Sargassum sp. lebih banyak berbagai fraksi. dibandingkan Pengamatan dilakukan cm dari permukaan laut dengan dengan kelimpahan secara kasat mata terhadap banyaknya Gracilaria sp.. Hal ini dikarenakan di korosi yang terdapat pada paku besi pantai tersebut. terumbu karang banyak sebagai Uji Kuantitatif Ekstrak Makroalga dan Penentuan Laju Inhibisi Korosi Uji kuantitatif dilakukan pada media cair dengan menggunakan coupon besi Sayang Heulang dengan ini terdapat jumlah tempat yang tumbuhnya Sargassum sp., sedangkan Gracilaria sp. menggunakan tumbuhnya pasir yang sebagai dasar jumlahnya relatif sedikit. 2 dengan luas permukaan 3,6 cm . Pada awalnya ditentukan nilai dosis optimum untuk menginhibisi pertumbuhan T. Ekstraksi Sargassum sp. dan Gracillaria sp. ferooxidans melalui variasi konsentrasi Ekstraksi makroalga dilakukan ekstrak pada selang waktu yang sama. dengan menggunakan pelarut kloroform Selanjutnya methanol dengan dosis tersebut, yang memiliki tingkat ditentukan laju inhibisi korosi dengan kepolaran yang sesuai dengan tingkat variasi ekstrak kepolaran asam palmitat (Gambar 1) makroalga terhadap korosi pada coupon yang diduga memiliki aktivitas anti bio- ditentukan melalui metode pengurangan korosi (Bazes, dkk,. 2009). hari. Laju inhibisi berat sampel (weight loss). O HASIL DAN PEMBAHASAN HO Kelimpahan Rumput Laut Sampel rumput pantai Sayang Garut laut diambil dari Heulang, Pameungpeuk Gambar 1. Struktur Asam Palmitat mewakili dua kelas makroalga Hasil ekstraksi soxhlet menunjukkan yaitu Gracilaria sp.. (Rhodophyta) dan adanya dua fasa baik pada Sargassum sp. Sargassum maupun Gracilaria sp (Tabel 1). sp.. (Phaeophyta). Sampel diambil di pagi hari pada kedalaman 20- e-ISSN 2502-4787 117 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 Affifah, Warganegara, dan Bundjali Tabel 1. Yield Ekstraksi Makroalga Terhadap Berat Basah % (w/w) Yield (% ) Hasil ekstraksi soxhlet Yield (% ) Fasa Fasa Fasa Hasil Makroalga Klorofom Metanol Air Destilasi Fasa Metanol Gracilaria 70 25 5 36,5 sp. Sargassum 15 82 3 44,5 sp. Kultivasi Bakteri ferrooxidans Bakteri bakteri ditumbuhkan memiliki nilai Thiobacillus kultivasi pada media padat, dapat diketahui bahwa koloni tunggal dari T. ferooxidans membentuk koloni satu sama lain dan berwarna putih bening. ferrooxidans asidofilik obligat, sehingga selama proses kultivasi, bakteri ini Fe2+ menjadi Fe3+ (Gambar 2). Melalui Thiobacillus Thiobacillus merupakan mendapatkan energinya melalui oksidasi dalam pH media 2,5-3. ferrooxidans yang Gambar 2 Hasil Kultivasi Thiobacillus ferrooxidans pada Media Cair. Blanko media (kiri), media + T. ferooxidans (kanan) Bakteri Berikut memperoleh peremajaan adalah gambar Thiobacillus hasil ferrooxidans sumber nitrogen dari ammonium sulfat pada media padat cawan petri (Gambar yang ditambahkan sebanyak 0,04% ke 3). dalam media dan sumber energi dari FeSO 4 7H2 O (Lazaroff 1962). Waktu optimal pertumbuhannya adalah 72 jam dengan aerasi yang cukup baik. Selama pertumbuhannya, bakteri ini diinkubasi pada suhu shaker ruang dengan kecepatan 150 rpm dan ditutupi kantong plastik warna hitam untuk mencegah adanya adanya cahaya yang masuk. Pertumbuhan Thiobacillus ferrooxidans pada media cair ditandai dengan berubahnya warna medium menjadi kuning karat (Hazra dkk. 2004). Hal ini dikarenakan bakteri ini Gambar 3. Hasil Kultivasi Thiobacillus ferrooxidans pada Media Padat Masa hidup T. ferooxidans dapat diketahui dengan cara membuat kurva pertumbuhan T. ferooxidans yang diinkubasi pada shaker suhu ruang 150 e-ISSN 2502-4787 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Ekstrak Sargassum sp. 118 rpm dengan mengukur Optical ekstrak memiliki daya inhibisi yang lebih Density (OD) pada panjang gelombang besar daripada fasa kloroform. Hal ini 600 nm. Melalui kurva tersebut dapat dilihat diketahui ditimbulkan bahwa T. nilai ferooxidans dari jumlah pada Media paku yang korosi yang dalam media mengalami fasa lag selama tiga hari tersebut. mengandung sedangkan fasa log berlangsung sampai ekstrak dalam fasa metanol memberikan hari ke-7. Fasa saturated berlangsung efek korosif yang lebih rendah daripada singkat yaitu pada hari ke-8 & 9. Bakteri media dengan ekstrak fasa kloroform. ini mulai mengalami kematian sel pada hari ke-10. Berikut adalah kurva pertumbuhan T. ferooxidans (Gambar 4). Gambar 4. Kurva Pertumbuhan Thiobacillus ferrooxidans Uji Kualitatif dan Kuantitatif Ekstrak Makroalga Terhadap Bakteri T. ferooxidans A B C D E F Gambar 5. Uji Kualitatif pada media padat. (A) media + bakteri + paku, (B) media + bakteri + paku+ methanol, (C) media + bakteri + paku + ekstrak Sargassum fasa methanol, (D) media + bakteri + paku + ekstrak Sargassum fasa kloroform, (E) media + bakteri + paku + ekstrak Gracilaria fasa kloroform, (F) media + bakteri + paku + ekstrak Gracilaria fasa metanol Uji kualitatif dilakukan pada media padat yang berisi paku dengan enam kondisi berbeda berdasarkan ekstrak yang diperoleh. variasi (Gambar 5). Media tanpa ekstrak digunakan sebagai blanko sedangkan methanol digunakan hasil uji kualitatif dapat diketahui bahwa fasa metanol dari kedua e-ISSN 2502-4787 dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri tertentu (Selvin dkk. 2004). Oleh karena itu, pada uji ini dilakukan pula uji media + metanol yang berfungsi sebagai kontrol. Melalui Pada penelitian sebelumnya, metanol sebagai kontrol. Namun, ternyata korosi yang ditimbulkan pada media dengan metanol lebih banyak 119 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 Affifah, Warganegara, dan Bundjali daripada korosi yang ditimbulkan pada pengaruh kedua ekstrak dalam fasa metanol. Hal korosi ini suatu bahwa media yang digunakan merupakan senyawa lain dalam ekstrak fasa metanol media asam yang memiliki pH ~2,5 - 3. yang mampu menginhibisi pertumbuhan Pada kondisi ini tentu ada sebagian kecil bakteri dari coupon menunjukkan sehingga bahwa ada Thiobacillus korosi yang ferooxidans ditimbulkannya lebih sedikit. lingkungan yang kondisi ini (media) ditimbulkan, mengingat yang terkorosi sehingga digunakan sebagai faktor koreksi dalam penelitian Selanjutnya dilakukan uji kuantitatif terhadap ini. Kondisi kedua adalah media berisi T. ferooxidans pada media cair dengan fraksi aktif dan coupon yang berperan tersebut. Uji dilakukan dengan 5 kondisi kontrol berbeda. (Gambar 6). besarnya korosi yang ditimbulkan oleh sehingga dapat sebagai diketahui bakteri pengoksidasi tersebut, sedangkan kondisi ketiga dan keempat adalah kondisi media yang berisi T. ferooxidans, coupon dan ekstrak makroalga. Kondisi kelima adalah kondisi dimana ekstrak makroalga Hari pertama digantikan oleh biocide komersial. Biocide ini digunakan sebagai pembanding efektivitas makroalga tersebut biokorosi. dari ekstrak sebagai inhibitor Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada hari pertama, Hari kelima diketahui bahwa media tanpa ekstrak Gambar 6. Uji Kuantitatif Thiobacillus ferrooxidans dalam Media Padat 1.Media+coupon, 2.Media+coupon+T. ferooxidans, 3. Media+coupon+T. ferooxidans+ekstrak Gracilaria, 4. Media+coupon+T. ferooxidans+ekstrak Sargassum, 5.Media+coupon+T. ferooxidans+Biocide berwarna kuning jingga sedangkan media lainnya pada media yang hanya berisi coupon. Hal ini dilakukan untuk kuning pucat sama dengan warna blanko (media + coupon). Hal ini mengindikasikan bahwa bakteri T. ferooxidans signifikan Pada kondisi pertama, dilakukan uji berwarna memberikan terhadap korosi pada tahap ferooxidans ini efek terjadinya yang proses awal. Bakteri T. memperoleh energi mengetahui e-ISSN 2502-4787 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Ekstrak Sargassum sp. 120 melalui reaksi oksidasi Fe2+ menjadi lebih kecil dibandingkan dengan media Fe3+. tanpa ekstrak. Reaksi yang terjadi adalah sebagai Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Kuantitatif setelah 5 hari berikut. Fe2+ Anoda : Fe + 2e- Katoda : 2H+ + 2e- H2 Sampel Reaksi yang dikatalisis T. ferooxidans: 4Fe2+ + 2e- 4Fe3+ 4H+ + O2 + 4e- 2H2 O Fe3+ + 3H2 O Fe(OH)3 + 3H+ Reaksi metabolisme T. ferooxidans : 4ADP+ 4ADP 4 ATP 4ADP + O2 + 4H+ 2H2 O + 4ADP+ Pengurangan Berat coupon (g) Media + coupon (lingkungan) 0,0103 Media+ T. ferooxidans+ coupon 0,0122 Media+ T. ferooxidans+ coupon 0,0112 + ekstrak Gracillaria sp. 10µL Media+ T. ferooxidans+ coupon 0,00845 + ekstrak Gracillaria sp. 100µL Media+ T. ferooxidans+ coupon 0,0535 + ekstrak Sargassum sp. 10µL Media+ T. ferooxidans+ coupon 0,0110 + ekstrak Sargassum sp. 100µL Media+ T. ferooxidans+ coupon 0,0093 + Biocide 10µL 4ADP+ + H 4ADP + H+ Efisiensi Pada hari ke-5 semua media inhibisi ditentukan melalui perhitungan sebagai berikut. menunjukkan warna kuning jingga yang menunjukkan telah terjadi proses korosi pada semua media. Untuk mengetahui pengaruh penambahan Sargassum terhadap sp. dan korosi ekstrak Gracilaria yang kg0 = laju korosi tanpa inhibitor (mg/m2 hari) kg = laju korosi dengan inhibitor (mg/m2 hari) sp. Melalui perhitungan di atas, ditimbulkan, diketahui bahwa efisiensi inhibisi ekstrak dilakukan uji kuantitatif dalam media cair Gracilaria sp 10µL dan 100 µL dalam 10 melalui metode weight-loss. Data hasil ml media berturut-turut adalah 8, 2% dan pengamatan setelah lima hari disajikan 30, 74%. Sedangkan ekstrak Sargassum pada Tabel 2. sp 10µL dan 100 µL berturut-turut adalah Tabel 2 menjelaskan bahwa kedua ekstrak makroalga dengan konsentrasi -338, 52% dan 9, 84%. Biocide 10µL memberikan efisiensi inhibisi sebesar 100 µL dalam 10 ml media memberikan 23,77%. Ekstrak Gracilaria sp memiliki efek signifikan nilai inhibisi yang lebih besar daripada dibanding dengan konsentrasi 10 µL. Hal ekstrak Sargassum sp pada konsentrasi ini dilihat dari pengurangan berat yang yang sama. Namun, dengan konsentrasi inhibisi yang e-ISSN 2502-4787 cukup 121 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 Affifah, Warganegara, dan Bundjali 10 kali lipatnya, ekstrak Gracilaria sp tersebut mampu menginhibisi 29,3% lebih efektif menggunakan daripada biocide komersial. Dari hasil setelah diinkubasi. Lapisan pasif tersebut tersebut dapat melindungi logam dari serangan dapat penambahan disimpulkan bahwa konsentrasi makroalga dapat ekstrak meningkatkan laju inhibisi. lingkungan korosi. yang corrosion, berbentuk terjadi yaitu merupakan korosi yang lubang-lubang pada susah cairan yang Namun mengalami Korosi pitting yang dihilangkan penghapus dapat karat menyebabkan kelemahannya, korosi logam terlebih dahulu sebelum terbentuk lapisan pasif tersebut, sehingga terdapat pengurangan berat yang cukup memberikan pengaruh pada permukaan logam karena hancurnya film kerugiaan ekonomi akibat korosi. dari proteksi logam. Hal ini terlihat dari Namun, pada ekstrak Gracilaria sp, tidak adanya lubang-lubang kecil pada coupon terdapat lapisan pasif berwarna merah yang terkorosi (Gambar 7). keunguan tersebut. mekanisme inhibisi Gracilaria sp, Kemungkinan pada ekstrak adalah melalui pembentukan suatu lapisan tipis tak kasat mata dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. KESIMPULAN Ekstrak makroalga Gracilaria sp. dan Sargassum sp. memiliki potensi sebagai agen anti korosi yang disebabkan oleh Gambar 7. Permukaan Logam yang terkorosi pertumbuhan bakteri T. ferooxidans . Dilihat Dilihat ekstrak dari mekanisme inhibisinya, makroalga inhibisinya, Sargassum sp menginhibisi dengan membentuk lapisan menginhibisi dengan membentuk lapisan pasif di permukaan logam, sedangkan pasif di permukaan logam. Hal ini terlihat mekanisme dari Gracilaria adanya bata suatu Sargassum ekstrak mekanisme sp merah makroalga dari lapisan keemasan berwarna pada logam inhibisi sp. pada melalui ekstrak pembentukan suatu lapisan tipis tak kasat mata. e-ISSN 2502-4787 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Ekstrak Sargassum sp. 122 DAFTAR RUJUKAN Akhadi, M. 2000, Korosi pada Alat Elektronika. Elektro Indonesia, Tahun VI, no. 32, hh.32. Inoculum Formulation of Thiobacillus sp.p. Jurnal Tanah dan Lingkungan, vol. 9, no. 2, hh. 71-76. Bazes, A., Silkina, A., Douzenel, P., Fay, Indriani, H, dan E. Suminarsih 2004, F., Kervarec, N., Morin, D., Berge, Rumput Laut, PT. Penebar Swadaya, JP., Bogor, IPTEKnet, Sentra Informasi Bourgougnon, Investigation of N. the 2009, antifouling constituents from the brown alga Sargassum Fensholt, muticum Journal of IPTEK, BPPT, Jakarta. Isa, I. 2004, Bioleaching of Heavy Metals (Yendo) from Sediments Using Thiobacillus Applied ferrooxidans, JBP, vol. 6, no. 2, hh. Phycology, vol. 21, no. 4, hh. 395403. 59-62. Lazaroff, N. 1962, Sulfate Requirement Cetrullo, S., Tantini, B., Flamigni, F., For Iron Oxidation By Thiobacillus Pazzini, C., Facchini, A., Stefanelli, ferrooxidans, C., Research Council, hh. 78-83. Caldarera, 2012, CM., Pignatti, C. Antiapoptotic Antiautophagic and Effects of British Columbia Lee, B. 2008, Seaweed Potential as a marine vegetable and Eicosapentaenoic Acid in Cardiac Opportunities, Myoblasts Exposed to Palmitic Acid. no.08/009, ISSN 1440-6845, hh.3-19. Nutrients, vol. 4, hh. 78-90. Korosi, Program Publication Li, Songmei., Zhang, Yuanyuang., Liu, Dalimunthe, Indra S. 2004, Kimia dari Inhibitor RIRDC other Studi Jianhua., Yu, Mei. 2008, Corrosion Behavior of Steel A3 Influenced by Teknik Kimia, Universitas Sumatera Thiobacillus Utara. Physico-Chimica Sinica, vol. 24, no. Halimatuddahliana 2003, Pencegahan Korosi Dan Scale Pada Proses Produksi Minyak Studi Teknik Bumi, Program Kimia, Universitas Sumatera Utara Hazra, F., Isolation, dan Carriers e-ISSN 2502-4787 E. Selection 2004,. and Acta 9, hh. 1553-1557. Liu, Jianhua., Liang, Xin., Li, Songmei. 2007, Corrosion Behavior of Steel A3 Exposed Ferooxidans, Widyati, Ferooxidans, to Journal Thiobacillus Material Science and Technology, vol. 24, no. 5, hh. 766-770. 123 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 Manivannan, K., Thirumaran, Affifah, Warganegara, dan Bundjali G., Pronk, J.T., Bruyn, C De., Bos, P., and Karthikai, G.E., Hemalatha, A. and Kuenen, Anantharaman, Growth of Thiobacillus ferrooxidans, P. Biochemical 2008, Composition of J.G. Applied 1992, And Anaerobic Environmental Seaweeds from Mandapam Coastal Microbiology, vol. 58, no. 7, hh. Regions along Southeast Coast of 2227-2230. India, American-Eurasian Journal of Botany, vol. 1, no. 2, hh. 32-37. Molecular Genetics of Thiobacillus Nelson, M., Phleger, C. F., Nichols, P.D., 2002, Seasonal Lipid Composition in Macroalgae of the Rawling, DE and Kusano, T. 1994, ferrooxidan, Microbiological Reviews, vol. 58, no. 1, hh. 39-55. Northeastern Purwadi, Stevani O. 2012, Karakterisasi Pacific Ocean, Botanica Marina vol. Komponen Rumput Laut Gracilaria 45, hh. 58-65. sp. Tesis, Program Studi Kimia. ITB. Nowaczyk, K., Juszczak, A., Domka, F., Siepaket, J. 1998, Thiobacillus in the The Use of Ferrooxidans Process Leaching, of Polish J and Antifouling Bacteria substances Chalcopyrite Holothuria Journal of Environmental Studies, vol. 7, No. 5, hh. 307-312. Lipton, activity A.P. 2004. of bioactive extracted from scabra. Hydrobiologia 513, hh. 251-253. Tsuyoshisugio,. Domatsu, C., Tano, T., Imai, K. 1984, Role of Ferrous Ions Priandani, M. 2001, Studi Pengaruh Inhibitor Selvin, Formaldehid Terhadap in Synthetic Leaching Cobaltous of Sulfide Thiobacillus Korosi Baja Karbon ASTM A 283 ferrooxidans, American Society for oleh Bakteri Pereduksi Sulfat (SRB) Microbiology, vol. 48, no. 3, hh. 461- di dalam Air Laut, Master Thesis, 467. Program Khusus Rekayasa Korosi, Program Pertambangan, Bandung. Studi Institut Wiraswati, Hesti L. 2011, Isolasi dan Rekayasa Identifikasi Lipid dari Rumput Laut Teknologi untuk Produksi Biodiesel, Tesis, Program Studi Kimia, ITB. e-ISSN 2502-4787