STENOSIS MITRAL I. PENDAHULUAN Secara defenisi, stenosis mitral dapat diartikan sebagai blok aliran darah pada tingkat katup mitral, akibat adanya perubahan struktur dari katup mitral yang menyebabkan tidak membukanya katup mitral secara sempurna pada saat diastolik.(20) Oleh karena itu, mitral stenosis dikarakteristikkan sebagai adanya restriksi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri oleh karena penyempitan pada katup mitral. Stenosis mitral merupakan defek katup mitral yang didapatkan, biasanya adalah sebagai konsekuensi dari penyakit jantung rematik, meskipun kasus stenosis mitral kongenital kadang-kadang ditemui. (19) Sejumlah keadaan dapat menstimulasi timbulnya mitral stenosis yang fisiologis, seperti kalsifikasi melingkar yang berat pada nonrheumatic mitral, endokarditis infektif dengan vegetasi yang besar, miksoma atrium kiri, serta thrombus pada katup. .( 3) Stenosis katup mitral biasanya terjadi puluhan tahun setelah episode penyakit jantung reumatik akut. Keadaan yang akut kemudian menimbulkan pembentukan beberapa fokus inflamasi (badan aschoff, infiltrat mononuklear perivaskular) dalam endokardium dan miokardium. Vegetasi kecil di sepanjang perbatasan katup juga dapat ditemukan. Seiring waktu, katup menjadi menebal, kaku, dan memendek yang kemudian berakhir pada timbulnya stenosis mitral. Kerusakan yang progresif dari katup mitral sampai saat ini masih belum jelas, apakah disebabkan oleh kerusakan hemodinamik dari katup yang telah mengalami stenosis sebelumnya ataukah karena murni dari inflamasi kronik. .(3) II. INSIDEN Pada stenosis mitral, gejala pada umumnya mulai timbul di masa-masa umur dekade ke empat, tapi pada beberapa negara berkembang, dapat ditemukan pada umur yang lebih muda dengan gejala-gejala yang sudah berat dan mengganggu aktivitas. Gejala prinsip dari stenosis mitral adalah dispnea dan edema paru yang dapat dipicu oleh berbagai aktivitas. Aktivitas tersebut dapat berupa suatu keadaan demam, anemia, 1 takikardi paroksismal, pada saat kehamilan, pada saat melakukan hubungan badan dan lain-lain. (6) Dari semua penyakit jantung valvular, stenosis mitral lah yang paling sering ditemukan, yaitu ± 40% dari seluruh penyakit jantung reumatik, dan menyerang wanita lebih banyak daripada pria. (7) III.EPIDEMIOLOGI A. Frekuensi Stenosis mitral merupakan kasus yang sudah jarang ditemukan dalam praktek sehari-hari terutama di luar negeri. Sebagaimana diketahui, stenosis mitral paling sering disebabkan oleh penyakit jantung reumatik yang menggambarkan tingkat sosial ekonomi yang rendah. Oleh karena itu prevalensi dari penyakit jantung reumatik lebih tinggi pada negara berkembang dibandingkan pada Amerika Serikat.(3) Di Indonesia, beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa revalensi penyakit jantung rematik berkisar 0,3 sampai 0,8 per 1.000 anak sekolah. (9) B. Jenis Kelamin dan Usia Prevalensi Umumnya mitral stenosis didapatkan lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki. 2/3 dari pasien dengan demam reumatik berjenis kelamin perempuan, 25 % diantaranya kemudian menderita stenosis mitral dan 40 % lainnya kemudian menderita gabungan stenosis mitral dan regurgitasi mitral (3,7,15,22) Onset gejala pada mitral stenosis pada umumnya terjadi antara dekade ketiga maupun pada dekade keempat dari umur penderita, yakni biasanya pada umur 40 sampai pada umur 50 tahun. (3) IV. ETIOLOGI Terdapat beberapa keadaan yang dapat menyebabkan stenosi mitral, yakni : • Penyakit jantung reumatik oleh karena auto imun. • Stenosis mitral fungsional oleh kalsifikasi yang berat pada katup mitral. • Kongenital, miksoma, thrombus, lesi endokarditis yang besar • Valvulitis atau inifltrasi Demam reumatik merupakan penyebab tersering timbulnya stenosis mitral. Penyebab lainnya jarang ditemukan terutama kelainan congenital. Penyebab 2 Kongenital sangat jarang ditemukan sebagai suatu etiologi dari stenosis mitral dan biasanya hanya didapatkan pada bayi. (18,22) V. ANATOMI Jantung merupakan organ muskular berongga yang bentuknya sesdikit mirip piramid dan terletak dalam pericardium di mediastinum. Pada basisnya, jantung dihubungkan denga pembuluh-pembuluh darah besar tetapi berada dalam keadaan bebas dalam pericardium. Jantung mempunyai tiga permukaan : facies sternocostalis (anterior), facies diapragmatica (inferior), dan basis cordis (posterior). Jantung juga mempunyai apex, yang arahnya ke bawah, depan dan kiri. (21) Facies sternocostalis terutama dibentuk oleh atrium kanan dan ventrikel kanan, yang satu sama lain dipisahkan oleh sulcus atrioventriculare yang terletak vertikal. Pinggir kanannya yang dibentuk oleh atrium dan pinggir kirinya dibentuk oleh ventrikel kiri dan sebagian auricular kiri. Ventrikel kanan dipisahkan dari ventrikel kiri sulcus interventricularis anterior. Facies diaphragmatica jantung terutama dibentuk oleh ventrikel kanan dan kiri yang dipisahkan oleh sulcus interventricularis posterior. Permukaan inferior atrium kanan, di mana vena cava inferior bermuara, juga membentuk sebagian facies diaphragmatica. (21) Basis cordis atau facies posterior terutama dibentuk oleh arium kiri, di mana brmuara empat vena pulmonalis. Atrium kanan, dalam arti yang lebih sedikit juga membentuk permukaan ini. (21) Apex cordis, dibentuk oleh ventrikel kiri, arahnya ke bawah, depan dan kiri. Apex cordis terletak setinggi spatium intercostalis VI, 3,5 inci dari garis tengah. Pada daerah apex, denyut apex biasanya dapat dilihat dan dipalpasi pada orang hidup. Jantung dibagi oleh septa vertical dalam empat ruang yakni atrium kanan dan kiri dan ventrikel kanan dan kiri. Atrium kanan terletak anterior terhadap atrium kiri dan ventrikel kanan terletak anterior terhadap ventrikel kiri (21) Ventrikel kiri berhubungan dengan atrium kiri melalui ostium atrioventriculare kiri dan berhubungan dengan aorta melalui ostium aortae. Dinding ventrikel kiri tiga kali lebih tebal dibandingkan dinding ventrikel kanan. Hal ini berhubungan dengan beban kerja dari kedua ventrikel tersebut. Pada potongan melintang, ventrikel kiri berbentuk sirkular, ventrikel kanan berbentuk bulan sabit karena penonjolan septrum interventriculare ke dalam rongga ventrikel kanan. Terdapat trabeculae carneae yang 3 berkembang cukup baik, dua muskulus papillaris yang besar, tetapi tidak terdapat moderator band. Bagian ventrikel di bawah ostium aortae dinamakan vestibulum aortae.. Katup mitral terdapat pada ostium atrioventricularis kiri. (21) Gambar 01 : Jantung dan Pembuluh Darah Dikutip dari kepustakaan 5 Katup mitral melindungi ostium atrioventriculare. Ia terdiri atas dua cuspis, satu cuspis anterior dan satu cuspis posterior, yang strukturnya sama dengan katup tricuspidalis. Cuspis anterior lebih besar dan terletak antara ostium atrioventriculare dan aortae. (21) Gambar 02: Katup Mitral Dikutip dari kepustakaan 14 4 Bagian-bagian dari katup mitral terdiri dari annulus, dua daun katup, korda tendinea, dan otot papilaris. Annulus adalah cincin , berbentuk seperti huruf “D” dengan garis lurus yang meliputi annulus anterior dan bagian yang melengkung meliputi annulus posterior. Katup mitral anterior menempel ke bagian lurus dari annulus,yang hanya mencakup sekitar sepertiga luas total dari annulus, tetapi dapat menutupi lebih besar ruangan daripada katup mitral posterior. Katup mitral posterior menempel pada bagian yang melengkung dari annulus. Katup mitral didukung oleh korda tendinae yang menempel pada otot papiler pada dinding lateral ventrikel kiri. Suatu kelainan dari pergerakan ataupun dilatasi dari dinding ventrikel kiri dapat mengubah kekuatan tarikan dari korda tendinae yang kemudian dapat menimbulkan suatu disfungsi pada katup.(12) VI. PATOFISIOLOGI Penyakit reuma atau infeksi oleh coccus, menimbulkan parut yang dapat menyempitkan orifisium katup mitral. Penyempitan yang berat dengan diameter 1 cm atau kurang, menyebabkan hambatan bagi darah yang mengalir dari paru melalui venavena pulmonalis. Vena-vena ini melebar karena bertambah isinya dan tampak pada foto sebagai pembuluh darah lebar dan pendek di atas hilus dengan arah ke atas. Selain bertambahnya isi vena-vena ini, tekanan atrium kiri dan vena pulmonalis juga bertambah tinggi sehingga menyebabkan tekanan di dalam sirkularis paru juga bertambah tinggi. Keadaan ini disebut hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh bendungan pada vena. (17) Selain menyebabkan hambatan bagi darah yang mengalir dari paru melalui venavena, stenosis mitralis juga menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri selama fase diastolik ventrikel. Untuk mengisi ventrikel dengan adekuat dan mempertahankan curah jantung, atrium kiri harus menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melampaui katup yang menyempit. Oleh karena itu, terjadi peningkatan perbedaan tekanan antara kedua ruang tersebut. Dalam keadaan normal perbedaan tekanan tersebut minimal. (16) Pada orang dewasa normal orifisium katup mitral adalah 4 sampai 6 cm2 . dengan adanya obstruksi yang signifikan, misalnya, jika orifisium kurang lebih kurang dari 2 cm2 , darah dapat mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri hanya jika didorong oleh gradient tekanan atrioventrikel kiri yang meningkat secara abnormal, tanda 5 hemodinamik stenosis mitralis. Jika lubang katup mitral berkurang sampai 1 cm2 , tekanan atrium kiri kurang lebih 25 mmHg diperlukan untuk mempertahankan curah jantung yang mormal. Tekanan atrium kiri yang meningkat, selanjutnya meningkatkan tekanan vena dan kapiler pulmonalis, yang mengurangi daya kembang paru dan menyebabkan dispnea pada waktru pengerahan tenaga. Serangan pertama dispnea biasanya dicetuskan oleh kejadian klinis yang meningkatkan kecepatan aliran darah melalui orifisium mitral, yang selanjutnya meningkatkan kecepatan aliran arah melalui orifisium mitral, yang selanjutnya mengakibatkan elevasi tekanan atrium kiri. Dengan tujuan untuk menilai beratnya obstruksi, penting untuk mengukur gradient tekanan transvalvuler maupun kecepatan aliran. Yang terakhir tergantung tidak hanya pada curah jantung tapi juga denyut jantung. Kenaikan denyut jantung memperpendek diastolic secara proporsional lebih daripada sistolik dan mengurangi waktu yang tersedia untuk aliran yang melalui katup mitral.oleh karena itu, pada setiap tingkat curah jantung tertentu, takikardia menambah tekanan gradient transvalvuler dan selanjutnya meningkatkan tekanan atrium kiri. (7) Stenosis mitral juga dapat mengakibatkan pekerjaan ventrikel kanan menjadi bertambah berat oleh karena adanya hipertensi pulmonal. Hipertensi pulmonal akan memberikan beban kerja yang lebih daripada beban kerja normalnya. Otot ventrikel kanan kemudian akan mengalami hipertrofi. Kemudian Lama-kelamaan hipertrofi ini akan diikuti oleh dilatasi dari ventrikel kanan. Dilatasi ventrikel kanan ini akan tampak pada foto jantung pada posisi lateral dan pada posisi PA. Vaskular paru, baik yang arterial ataupun yang venous tampak bertambah melebar. Pembesaran ventrikel kanan ini lama kelamaan akan dapat mempengaruhi fungsi dari katup tricuspid. Katup ini kemudian akan mengalami insufisiensi. Kalau ventrikel kanan mengalami kegagalan, maka darah yang mengalir ke paru berkurang. Dialtasi ventrikel kanan akan bertambah, sehingga kemungkinan terjadinya insufisiensi katup tricuspid semakin besar pula. (17) Ventrikel kiri biasanya tidak mengalami banyak perubahan. Pada keadaan stenosis mitral yang berat, ventrikel kiri dapat menjadi kecil, begitu pula aorta, karena kekurangan volum darah. Pembuluh darah paru bertambah terutama di daerah supreahilar kanan. Vena-vena tampak sebagai pembuluh darah yang pendek, lebar, di hilus kanan-kiri bagian atas. (17) 6 VII. DIAGNOSIS A. Gambaran Klinik Setengah dari penderita yang terdiagnosis memiliki riwayat / ingat pernah mengalami demam reumatik dimasa kanak-kanak. Stenosis mitral simtomatik terjadi dalam beberapa tahun pada masyarakat yang tertinggal, namum bisa terjadi dalam beberapa dekade di negara barat. Biasanya terdapat dispnea saat aktivitas yang progresif dengan onset bertahap, akibat gagal jantung kronis, pada usia 40-50 tahun. Gejala yang mendadak dan berat timbul saat terjadinya fibrilasi atrium. Stenosis mitral yang disertai fibrilasi atrium merupakan penyebab potensial untuk terjadinya tromboemboli sistemik dan emboliini kadang-kadang merupakan manifestasi pertama dari penyakit. (2) Biasanya penampakan umum masih normal, tetapi pada pasien stenosis mitral yang berat, akiabat curah jantung yang rendah dan adanya vasokonstriksi, pasien dapat memperlihatkan wajah mitral. Tandanya ialah sedikit sianosis dan adanya bercakbercak keunguan di pipi pasien. Keadaan umum pasien sangat dipengaruhi oleh komplikasi seperti dekompensasi jantung, emboli otak dan lain-lain. Apeks biasanya normal, tetapi kadang-kadang sulit ditemukan, kecuali pada posisi tertentu (lateral dekubitus). Vibrilasi pada saat palpasi dapat dirasakan akibat bunyi jantung pertama yang mengeras, dan dapat diraba adanya diastolic thrill.(20) Auskultasi merupakan pemeriksaan fisis yang paling penting pada pasien stenosis mitral. Kelainan bunyi yang ditemukan dapat berupa bunyi jantung pertama yang mengeras yang terjadi apabila katup mitral masih dapat bergerak serta belum mengalami suatu kalsifikasi, opening snap yang terdengar pada apeks atau parasternal kiri, bising diastolik atau rumbling yang merupakan bising dengan intensitas rendah yang dapat terdengar jelas pada daerah apeks serta biasanya bersifat decresendo, bunyi jantung P2 yang mengeras, serta bising graham steel. (20) B. Gambaran Radiologi Diagnosis pasti dapat ditegakkan melalui ultrasonsografi jantung atau dalam hal ini adalah Echocadiografi, yang juga dapat digunakan untuk memantau kemajuan dari penyakit. Kecepatan aliran darah selama diastol yang melalui katup mitral dapat diukur dengan adanya penanda Doppler. Pada orang normal, kecepatan yang didapatkan mula-mula tinggi, kemudian akan menurun cepat dengan berlangsungnya 7 fase diastol. Sedangkan pada stenosis mitral, terdapat penurunan kecepatan yang lebih lambat, dan beratnya suatu stenosis mitral dapat diperkirakan dari tingkat penurunan kecepatan pada penanda Doppler. Diagnosis hipertensi pulmonal seringkali dapat ditegakkan dengan pengukuran penanda Doppler pada darah yang mengalir kembali melalui katup tricuspid. Begitu pula halnya dengan diagnosis dan pemantauan regurgitasi mitral serta penyakit katup aorta yang mungkin didapatkan sebagai suatu penyerta. Pada pemeriksaan EKG, dapat ditemukan adanya suatu pembesaran dari atrium kiri. Foto toraks bisa memperlihatkan pembesaran atrium kiri. (2) 1. Foto Thorax Hal-hal yang terlihat pada pemeriksaan radiologis adalah: 1. Left atrial appendage dan atrium kiri membesar 2. Vena pulmonal menonjol, terutama terlihat pada basis jantung 3. Lapangan paru memperlihatkan tanda-tanda bendungan, kadang-kadang terlihat garis pada septrum intersitisial pada daerah sinus kostofrenikus.(20) Gambar 03 : Foto Thorax PA – Mitral stenosis Dikutip dari : Kepustakaan 8 Pada contoh foto Thorax PA diatas, didapatkan ukuran jantung adalah normal, tetapi left atrial appendage menonjol. Cabang utama arteri pulmonalis berada di luar batas kirinya, menunjukkan adanya hipertensi pulmonal. Pembesaran arteri paru-paru kiri (LPA) dan arteri pulmonalis kanan (RPA) hanya ringan. Fisura horisontal terlihat, 8 menunjukkan adanya pengumpulan cairan edema pada fisura horizontal tersebut. knob aorta juga terlihat baik. (8) 2. CT Scan CT scan biasanya menggambarkan kalsifikasi pada atrium kiri yang membesar pada stenosis mitral. Dapat terlihat pada dinding atrium atau mungkin muncul sebagai thrombus yang melekat pada dinding atrium. Apabila terdapat kalsifikasi pada atrium, biasanya dihubungkan dengan stenosis mitral. Adanya kalsifikasi biasanya dianggap sebagai prognosis yang buruk.(19) Gambar 04 : CT Axial Dikutip dari Kepustakaan : 1 Pada Foto axial diatas, didapatkan adanya gambaran suatu trombus pada atrium kiri, seperti yang ditunjukkan pada tanda panah putih pada sebelah kiri foto CT Axial diatas. Pada foto diatas juga adanya suatu kalsifikasi pada katup mitral yang ditunjukkan oleh tanda panah putih pada sebelah kiri foto CT Axial diatas..(1) 3. CT Angiography Area pada suatu katup mitral dapat langsung diukur dengan CT angiografi. Pengukuran tersebut dapat dilakukan selama pada fase diastol awal. Pengukuran tersebut dapat memberikan suatu reproduktifitas serta korelasi yang baik, terutama dengan adanya temuan echocardiographic transesophageal.(10) Biasanya, suatu katup mitral stenosis akan muncul dengan gambaan beupa bentuk seperti corong, yang kemudian disertai dengan adanya suatu penebalan serta adanya kalsifikasi yang dapat ditemukan pada daun katup mitral tersebut. Temuan lain yang dapat ditemukan adalah adanya suatu pembesaran atrium kiri, adanya 9 pembentukan suatu trombus, adanya edema paru, serta timbulnya suatu hipertrofi pada ventrikel kanan. (10) Gambar 05: CT Angiografi axial-Mitral stenosis Dikutip dari : Kepustakaan 10 Pada foto CT Angiografi diatas, tampak dilatasi atrium kiri (*), dan katup mitral berbentuk corong (tanda panah) dan penebalan irregular dari katup mitral. (10) 4. MRI MRI memberikan penggambaran area katup mitral dengan kualitas gambar yang baik dan juga memberikan informasi mengenai struktur dan fungsi dari katup. (4) Gambar 06 : MRI Dikuti dari kepustakaan : 4 Foto diatas merupakan foto MRI. Gambar diastolic pada pasien menunjukkan lubang orrificium yang kecil (e). Pada foto didapatkan area orrificium sebesar 0,6 cm2, yang menunjukkan stenosis mitral yang berat (f).(4) 10 C. EKG Pemeriksaan elektrokardiografi pada stenosis mitral mempunyai beberapa aspek: • Membantu menegakkan diagnosis stenosis mitral • Adanya perubahan pada EKG tidak merupakan suatu indicator akan beratnya perubaan hemodinamik • Dapat mendeteksi kondisi lain di samping adanya stenosis mitral Adanya dilatasi atrium kiri, pada EKG dapat terlihat berupa P mitral, yaitu gelombang P yang lebar dengan notch di lead II dan prominen gelombang P negative pada lead VI. Hipertrofi ventrikel kanan pada EKG dapat terlihat terutama apabila tekanan sistolik pada arteri pulmonal lebih dari 70 mmHg. Hipertrofi ventrikel kanan ini bisanya disertai dengan ratio RS lebih dari 1 pada lead VI. Aksis QRS pada frontal plane kadang-kadang dipakai sebagai peregangan untuk menentukan tahanan vascular pada paru dengan stenosis mitral murni. (20) Gambar 07 : Ekokardiografi Dikuti dari Kepustakaan 11 Pada gambar EKG diatas, terdapat abnormalitas pada atrium kiri yakni bifasik P pada V1 dengan komponen negatif yang luas dan gelombang P yang lebar seta gelombang R yang tinggi pada V1 dengan aksis vertikal QRS (sekitar + 800). Gelombang T yang tinggi pada V1 menunjukkan hipertrofi dari ventrikel kanan. Kombinasi gambaran tersebut terdapat pada penyakit katup mitral rematik dengan stenosis mitral yang berat. 11 D. ECG Karekteristik ekokardiografi 2D yang ditemukan pada stenosis mitral adalah penebalan dan berkurangnya gerakan pada daun katup anterior dan posterior dari katup mitral. Pada stenosis mitral yang lanjut, kalsifikasi terjadi pada daun katup dan jaringan subvalvular termasuk korda tendinae dan otot-otot papiler. Daun katup anterior memberikan gambaran honey stick appearance.(19) Gambar 08 : Mitral Stenosis pada Echocardiography 2D Dikuti dari kepustakaan 11 Stenosis mitral pada umumnya mudah ditegakkan diagnosisnya dengan adanya suatu perekaman ekokardiografi M mode. Akan tetapi, pemeriksaan ini tidak dapat digunakan untuk menduga derajat dari suatu stenosis mitral. Gambar 09 : M-mode klasik-stenosis mitral Dikutip dari : Kepustakaan 13 12 Pada contoh gambaran ekokardiografi M mode diatas tampak E-F slope mengecil, penebalan katup.(13) VIII. a. DIAGNOSIS BANDING Miksoma Atrium Gejala dan tanda serupa dapat ditemukan pada miksoma atrium, yaitu suata tumor jinak. Miksoma atrium ini biasanya ditemukan pada atrium kiri yang melekat ke septum interatrial yang tumbuh cukup besar untuk menghambat aliran darah diastolic di katup mitral. Tumor ini menyebabkan sesak nafas episodic atau progresif dan kadang-kadang demam, penurunan berat badan dan peningkatan laju endap darah. Diagnosis ditegakkan dengan ultrasonografi jantung. Biasanya sembuh dengan tindakan bedah segara. (2) b. Regurgitasi Mitral Regurgitasi mitral yang signifikan mungkin disertai dengan adanya bising diastolik yang menonjol pada apeks, akan tetapi bising ini mulai agak lambat dibandingkan pada pasien dengan stenosis mitral, seringkali terdapat tanda pasti pembesaran ventrikel kiri pada pemeriksaan fisis, roentgenograi, dan elektrokardiografi. Selain itu, bising pansistolik apical paling tidak dengan dugaan regurgitasi yang signifikan. (7) c. Regurgitasi Aorta Bising middiastolik apikal yang menyertai regurgitasi aorta mungkin akan dikelirukan dengan stenosis mitral. Akan tetapi, pada pasien dengan regurgitasi aorta, tidak adanya opening snap atau penekanan presistolik jika terdapat irama sinus menunjukkan tidak adanya stenosis mitral. (7) d. Defek Septum Atrium Defek septum atrium juga mungkin dikelirukan dengan stenosis mitral. Pada kedua kondisi seringkali terdapat tanda klinis, elektrokardiografi, dan roentgenografik pembesaran ventrikel kanan dan penekanan vaskularitas paru. S2 yang terpisa dan melebar pada defek septum atrium mungkin dibingungkan dengan opening snap mitral, dan bising aliran diastolic melalui katup tricuspid mungkin dikelirukan dengan bising diastolic mitral. Akan teapi, tidak adanya pembesaran pada atrium kiri serta tidak adanya garis Kerley B dan didapati terpecahnya S2 yang menetap akan lebih 13 mendukung terhadap adanya suatu defek septum atrial daripada stenosis mitral. (7) e. Kor Triatrium Kor triatrium adalah malformasi congenital yang jarang yang terdiri dari cincin fibrosa dalam atrium kiri. Hal ini mengakibatkan elevasi tekanan vena pulmonali, kapiler, dan arteri pulmonalis. Lesi ini dapat diketahui segera dengan cara angiografi atrium kiri. (7) IX. TERAPI a. Terapi medis dengan diuretic, digoksin dan warfarin. Terapi digunakan untuk mempertahankan fungsi selama beberapa decade. Pengobatan ini digunakan sebagai tahap awal. Satu-saturnya indikasi bedah adalah bila gejala tidak mampu dikendalikan dengan obat-obatan b. Tindakan bedah ada dua : 1. Valvatomi mitral: pada sebgagian kasus bisa dilakukan secara perkutan, menggunakan balon, atau torakotomi. 2. Penggantiuan katup mitral: merupakan tindakan yang sering dilakaukan . biasanya digunakan katup mekanik karena telah ada indikasi pemberian warfarin akibat fibrilasi atrium. (2) X. KOMPLIKASI a. Fibrilasi Atrium Fibrilasi atrium ditemukan antara 40-50% pada kasus stenosis mitral yang simtomatis, walaupun ternyata hanya sedikit hubungannya antara fibrilasi atrium dengan beratnya suatu stenosis mitral. Mekanisme timbulnya suatu fibrilasi atrium saat ini belum diketahui secara jelas. Adanya peningkatan tekanan pada atrium kiri yang lama akan cenderung menimbulkan suatu hipertrofi serta dialtasi atrium kiri yang kemudian perubahan struktur ini diduga dapat merubah keadaan elektrofisiologi yang terdapat pada atrium kiri yang merupakan suatu faktror predisposisi untuk menimbulkan adanya suatu aritmia atrium. (20) b. Emboli Sistemik Emboli sistemik merupakan komplikasi yan gserius pada stenosis mitral. Lebih 90% emboli sistemik berat berasal dari jantung dan penyakit 14 jantung reumatik. Pasien penyakit jantung reumatik yang mengalami embolisasi terutama terjadi pada pasien dengan kerusakan katup mitral dan stenosis mitral. Diduga 9-20 % pasien penyakit jantung reumatik yang menyerang katup mitral mengalami embolisasi. Sekitar dua pertiga pasien stenosis mitral dengan komplikasi emboli. Mortalitas akibat adanya suatu emboli serebri sekitar 50%, sedangkan mortalitas dari keseluruhan diduga sekitar 15%. (20) c. Hipertensi Pulmonal dan Dekompensasi Jantung. Hiperensi pulmonal dan dekompensasi jantung merupakan keadaan lanjut akibat perubahan hemodinamik yang timbul karena stenosis mitral, dimana mekanisme adaptasi fisiologis sudah dilampaui. (20) d. Endokarditis. Endokarditis sangat jarang erjadi pada stenosis mitral murni. Kelainan ini cenderung lebih sering timbul pada stenosis mitral ringan dibandingkan dengan stenosis mitral berat. (20) XI. PROGNOSIS Prognosisnya bervariasi. Kelainan yang terjadi mungkin ringan, tanpa gejala, atau mungkin lebih parah dan akhirnya membatasi aktivitas sehari-hari. Komplikasi bisa berat atau mengancam kehidupan. Stenosis mitral biasanya dikontrol dengan pengobatan dan ditingkatkan dengan valvuloplasty atau operasi.(11) 15 DAFTAR PUSTAKA 1. Ahuja,A.T. et all. Mitral Stenosis. In : Case Studies in Medical Imaging. Cambridge University Press. UK. 2006. Page : 53. 2. Davey,P. Penyakit Katup Mitral. Dalam : At A Glance Medicine. Penerbit Erlangga. Jakarta. 2006. Hal : 154-5. 3. Dima,C. Mitral Stenosis. Available at http://emedicine.medscape.com/article/155724-overview accessed (2012-11). 4. Djavidan,B. et all. Planimetry of Mitral Valve Stenosis by Magnetic Resonance Imaging. In : Journal of The American College of Cardiology. Elsevier. 2005. Page : 2050-3. 5. Faiz, O. and Moffat.D. Thorax. In : Anatomy At A Glance. Blackwell Science Ltd. 2002. Page : 18. 6. Fauci. A.S., et all. “Valvular Hearth Disease” in ebook Harrison’s Manual Of Medicine. 17th Edition. The McGraw-Hill Companes. 2009. Page : 678. 7. Fauci.A.S., et all. Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Dalam : Harrison PrinsipPrinsil Ilmu Penyakit Dalam. Volume 3. Edisi 13. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2000. Hal: 1185-9. 8. Francis.J. Mitral Stenosis-X-Ray Chest PA View. Available at http://cardiophile.org/2009/08/mitral-stenosis-x-ray-chest-pa-view accessed (20-12-11). 16 9. Kisworo.B. Demam Rematik. Available at http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09DemamRematik116.pdf/09Dem amRematik116.html accessed (21-12-11). 10. Manning.M.A., et all. CT Angiography Of The Cardiac Valves : Normal, Diseased, and Postoperative. Available at http://radiographics.rsna.org/content/29/5/1393.full accessed (20-1211). 11. Meddline Plus. Mitral Stenosis. Available at http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000175.htm accessed (20-12-11). 12. Morris.M.F. and Philip A.A. Anatomic Consideration. In : Advance Imaging In Valve Mitral Disease. US Cardiology. 2011. Page : 1. 13. _______. Mitral Stenosis. Available at http://rwjms1.umdnj.edu/shindler/ms.html accessed (20-12-11). 14. Netter.F.H. Heart. In : Interactive Atlas Of Human Anatomy. Saunders. 2002. Page : 422. 15. Paulman.P.M, et all. Cardiovascular Problems. In : Taylor’s 10-Minute Diagnosis Manual : Symptoms and Signs In The Time-Limited. 2nd Editon. Lippincott Williams & Wilkins. 2007. Page : 133. 16. Price.S.A and Wilson.L.M. Penyakit Katup Jantung. Dalam : Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Buku 2. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995. Hal : 616 17. Rasad.S. Sistem Kardiovaskuler. Dalam : Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2005. Hal : 175. 17 18. Sabatine. M.S. Valvular Heart Disease. In : Pocket Medicine. Third Edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2008. Page : 20. 19. Singh.V.N. Imagin In Mitral Stenosis. Available at http://emedicine.medscape.com/article/349898-overview accessed (2012-11). 20. Sjaifoellah Noer H.M., dkk. Penyakit Katup Mitral. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 1996. Hal : 1035-40. 21. Snell .R.S. Cavitas Thoracis. Dalam : Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Bagian I. Edisi 3. Penerbit Buku Kedoktean EGC. 1992. Hal : 107-14. 22. Sutherland. J.A. Valvular Heart Disease. In : The Little Black Book Of Cardiovascular. 2nd Editon. Jones and Bartlett Publishers. 2007. Page: 174 18