Tugas Mata Kuliah Usulan Penelitian

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang mempunyai permasalahan
dalam mengelola tata ruang. Permasalahan-permasalahan tata ruang tersebut juga
timbul karena penduduk Indonesia yang semakin meningkat dan kebutuhan lahan
juga semakin meningkat terutama di Kota Bekasi. Harga lahan yang semakin
meningkat pada wilayah Provinsi DKI Jakarta membuat kota-kota disekitarnya
(kota satelit) menjadi pilihan untuk dijadikan tempat tinggal. Kota satelit adalah
kota yang mengelilingi satu kota dimana terjadi perkembangan wilayah dan
adanya interaksi keruangan antara satu kota dan kota-kota satelitnya. Kota-kota
satelit yang mengelilingi Provinsi DKI Jakarta terdiri dari empat kota yang
disebut dengan wilayah Jabodetabek. Empat kota tersebut terdiri dari Kota Bogor,
Kota Depok, Kota Tangerang, dan Kota Bekasi.
Kota Bekasi merupakan kota satelit Provinsi DKI Jakarta yang cukup
dekat dengan wilayah Provinsi DKI Jakarta dengan luas wilayah yang cukup
tinggi dibandingkan kota-kota satelit lainnya yaitu 210,49 km2. Menurut Badan
Pusat Statistik Kota Bekasi, jumlah penduduk Kota Bekasi meningkat dari tahun
2009 hingga tahun 2012. Jumlah penduduk Kota Bekasi tahun 2009 mencapai
2.319.518 jiwa dan tahun 2012 mencapai 2.523.032 jiwa. Laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi akan berdampak pada kebutuhan lahan permukiman yang
tinggi sehingga banyak permukiman di Kota Bekasi yang dibangun tidak
berdasarkan kondisi lingkungan yang baik.
Kota Bekasi adalah daerah favorit untuk perumahan. Jaringan tol JakartaCikampek dan tol Lingkar Luar Jakarta sampai Cikunir serta jaringan KRD/KRL
adalah magnet yang sangat kuat untuk konversi lahan terbuka, sawah situ dan
rawa menjadi daerah permukiman seperti yang tampak pada citra Kota Bekasi
pada Gambar 1.1. Kali Bekasi yang mengalirkan air bersih untuk persawahan
menjadi sumber bencana banjir tahunan. (LAPAN, 2007)
1
Kota Bekasi mempunyai konversi
lahan yang cukup signifikan pada
tahun 1992 hingga 2006 seperti pada
Gambar 1.1. yang ditandai oleh
(A)
adanya
penggunaan
ladang/tegalan/sawah
pada
lahan
tahun
1992 di bagian utara dan mulai
adanya permukiman di bagian utara
dan selatan pada tahun 2002. Adanya
sedikit
penggunaan
ladang/tegalan/sawah
di
lahan
bagian
tenggara pada tahun 2002. Gambar
1.1. menunjukkan bahwa adanya
(B)
keseluruhan
penggunaan
lahan
permukiman
pada
2006
tahun
sehingga pada wilayah Kota Bekasi
yang
ada
pada
Gambar
1.1.
mempunyai konversi lahan yang
cukup signifikan.
(C)
Gambar 1.1. Konversi Lahan Kota Bekasi (A) Citra Landsat-5 TM (Perekaman
Tahun 1992), (B) Citra Landsat-7 ETM (Perekaman Tahun 2002), dan (C) Citra
SPOT-4 (Perekaman Tahun 2006)
2
Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan
mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa,
dan perlu dibina serta dikembangkan demi kelangsungan dan peningkatan
kehidupan dan penghidupan masyarakat (UU No. 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman). Untuk itu, pentingnya pembangunan permukiman
dengan kondisi yang sesuai ekologi.
Banyaknya permukiman di Kota Bekasi dibangun tidak berdasarkan
kondisi lingkungan yang baik salah satunya karena Kota Bekasi merupakan salah
satu daerah yang rawan terhadap bencana banjir hingga menyebabkan korban
jiwa.
Tabel 1.1. Kejadian Banjir di Kota Bekasi
No.
1.
Tanggal
12 Januari
2014
Jam
Bujur
16:00 106,997
Lintang
-6,24903
2.
17 April
2013
20:00 106,968
-6,30338
3.
4 Februari
2013
23:00 106,972
-6,30481
Lokasi
Kecamatan
Bekasi Timur,
Bekasi Utara,
Bekasi Barat,
Bekasi Selatan,
Jatiasih, dan
Rawa Lumbu
Kecamatan
Jatiasih
Perumahan
Pondok Gede
Permai, Villa Jati
Rasa, dan Villa
Nusa Indah
Korban
14.069
KK /
51.662
jiwa
terdampak
Kerugian
Masih
dalam
pendataan
212 KK /
600 jiwa
terdampak
1 orang
meninggal
dunia, 100
jiwa
mengungsi
2 RW
terrendam
Masih
dalam
pendataan
Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Banjir-banjir tersebut umumnya disebabkan oleh kondisi lereng Kota
Bekasi yang berupa dataran dan curah hujan yang tinggi di beberapa wilayah.
Selain seringnya terjadi banjir, Kota Bekasi mempunyai beberapa permasalahan
permukiman lainnya seperti adanya permukiman kumuh. Semakin banyaknya
penduduk dan semakin terbatasnya lahan sehingga perlu adanya pembangunan
permukiman ke arah vertikal (rumah susun) untuk mengurangi permukiman
kumuh di Kota Bekasi.
3
Penginderaan jauh mempunyai berbagai variasi dari teknik yang
dikembangkan untuk perolehan dan analisis dari suatu informasi tentang
kebumian. Informasi tersebut berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan
atau dipancarkan dari permukaan bumi (Lindgren, 1985 dalam Sutanto, 1992).
Kelebihan penginderaan jauh adalah dapat mencakup wilayah yang luas dengan
berbagai macam skala, dapat mengkaji informasi multitemporal (dengan berbagai
variasi waktu), mengurangi biaya karena tidak perlu melakukan pengamatan
keseluruhan objek di lapangan, dan dapat menggunakan berbagai macam
spektrum gelombang dengan fungsi yang berbeda-beda dari setiap spektrum
gelombang.
Penginderaan jauh juga dapat digunakan salah satunya adalah untuk
ekstraksi informasi permukiman seperti kesesuaian lahan permukiman, kepadatan
permukiman, kesehatan permukiman, dan pola permukiman dengan perekaman
yang berbeda-beda dan cakupan wilayah yang berbeda-beda. Untuk ekstraksi
informasi permukiman biasanya dapat menggunakan citra penginderaan jauh yang
diperoleh dari satelit Quickbird dengan kedetilan informasi yang tinggi dan
resolusi yang tinggi. Akan tetapi, citra penginderaan jauh yang diperoleh dari
satelit Quickbird cukup mahal untuk diperoleh sehingga perlu adanya citra
penginderaan jauh yang lebih murah dan mudah untuk diperoleh dan dilakukan
pengolahan citra yaitu citra penginderaan jauh yang diperoleh dari satelit Landsat
8. Untuk kajian permukiman pada Landsat 8, perlu adanya metode transformasi
Brovey agar citra Landsat 8 mempunyai resolusi spasial yang cukup tinggi
sehingga dapat dimanfaatkan untuk kajian permukiman.
Teknologi penginderaan jauh dapat menjadi salah satu teknologi yang
perlu dikembangkan untuk memperoleh informasi kondisi fisik lahan dari suatu
wilayah. Kondisi fisik lahan tertentu mempengaruhi seberapa tingkat kecocokan
untuk pemanfaatan lahan tertentu sehingga perlunya penginderaan jauh untuk
perolehan informasi parameter-parameter kesesuaian lahan permukiman seperti
penggunaan lahan, bentuklahan, dan hidrologi. Bentuklahan tertentu seperti
dataran banjir tidak sesuai untuk pemanfaatan lahan permukiman. Kondisi
4
hidrologi seperti adanya drainase yang dapat mengalirkan air sehingga
mengurangi dampak bencana banjir.
Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh tidak terlepas dari pemanfaatan
Sistem Informasi Geografi (SIG). SIG adalah salah satu teknologi perolehan
informasi kebumian berbasis software. Kelebihan dari SIG adalah adanya tabel
atribut yang dapat menampilkan berbagai informasi dari suatu wilayah dan dapat
menggabungkan beberapa data atribut tersebut sehingga dapat menilai potensi dan
kelemahan dari suatu wilayah. SIG juga dapat digunakan untuk mengukur luas
wilayah dan jarak antar wilayah. Untuk itu, perlu adanya SIG yang dapat
digunakan untuk menggabungkan parameter-parameter dari kesesuaian lahan
permukiman di Kota Bekasi.
Analisis data spasial terdiri dari beberapa jenis salah satunya adalah
metode Weight of Evidence. Metode Weight of Evidence adalah metode untuk
mengetahui faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap kesesuaian lahan.
Analisis data spasial untuk pengambilan keputusan kesesuaian lahan selama ini
menggunakan berbagai metode seperti metode penghambat maksimum, metode
parametrik dengan pemberian angka nilai untuk masing-masing faktor dan
sebagainya (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011).
Weight of Evidence selama ini dimanfaatkan untuk beberapa aplikasi
seperti pemetaan potensi mineral, pemetaan habitat satwa liar, simulasi perubahan
penggunaan lahan, pemilihan variabel untuk analisis perubahan tutupan lahan,
pemodelan kesesuaian habitat prediktif, analisis faktor-faktor alam dan manusia
yang berkontribusi terhadap kebakaran liar, kerentanan konsentrasi nitrat tinggi
dalam akuifer, pemetaan kerentanan longsor, pemodelan pola spasial kebakaran
liar, dan prediksi pola spasial masa pertumbuhan perkotaan di wilayah
metropolitan (Thapa, 2012). Dalam penelitian ini, weight of evidence akan
digunakan untuk analisis kesesuaian lahan potensial untuk permukiman Kota
Bekasi.
5
1.2. Perumusan Masalah
Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk di Kota Bekasi dapat
mempengaruhi tingkat kebutuhan lahan permukiman. Meningkatnya kebutuhan
lahan permukiman di Kota Bekasi dapat menyebabkan pembangunan permukiman
yang tidak berdasarkan kondisi lingkungan yang baik. Akibatnya banyak lahan
yang tidak sesuai jika dimanfaatkan untuk permukiman. Selain itu, banyaknya
sungai di Kota Bekasi baik sungai kecil maupun besar dapat menyebabkan
bencana banjir sehingga permukiman mengalami kerusakan.
Adanya teknologi penginderaan jauh yang mempunyai kemampuan untuk
perolehan informasi kebumian dengan berbagai macam resolusi, cakupan,
multitemporal, dan variasi spektrum gelombang dan sistem informasi geografi
yang mempunyai kemampuan untuk mengukur, mengolah, analisis informasiinformasi spasial, dan menyajikan peta dengan tampilan visual yang baik dapat
dimanfaatkan untuk perolehan informasi parameter-parameter kesesuaian lahan
permukiman. Landsat 8 merupakan citra satelit yang cukup baru sehingga baik
digunakan untuk perolehan informasi kebumian yang terbaru. Landsat 8
mempunyai 11 variasi spektrum gelombang salah satunya saluran pankromatik
yang baik digunakan untuk kajian permukiman. Landsat 8 dapat dilakukan
penajaman spasial dengan metode transformasi Brovey agar meningkatkan
resolusi spasial citra. Pemanfaatan Landsat 8 ini perlu diuji seberapa besar
kemampuannya dalam mengekstraksi parameter-parameter kesesuaian lahan
permukiman khususnya di Kota Bekasi.
Kesesuaian lahan permukiman mempunyai berbagai variasi metode salah
satunya adalah metode skoring dan matching. Ada berbagai macam metode
pemodelan spasial seperti spatial autocorrelation, fuzzy logic, cellular automata,
weight of evidence, markov chain, dan agent based model. Salah satu metode
pemodelan spasial yaitu weight of evidence belum pernah digunakan untuk
analisis kesesuaian lahan permukiman di Kota Bekasi. Untuk itu, perlu dilakukan
penelitian metode weight of evidence untuk analisis kesesuaian lahan permukiman
di Kota Bekasi.
6
Berdasarkan perumusan permasalahan tersebut, dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai acuan dalam pemecahan permasalahan yaitu:
1. Bagaimana kemampuan citra Landsat 8 untuk mengekstraksi parameterparameter kesesuaian lahan permukiman di Kota Bekasi?
2. Apakah metode Weight of Evidence dapat dilakukan untuk menentukan
kesesuaian lahan permukiman di Kota Bekasi?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menguji kemampuan citra Landsat 8 dalam mengekstraksi parameterparameter kesesuaian lahan.
2. Mengetahui kesesuaian lahan permukiman di Kota Bekasi dengan
menggunakan metode Weight of Evidence.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan secara ilmiah maupun
praktis. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Kegunaan ilmiah : Untuk pengembangan ilmu penginderaan jauh dan
sistem informasi geografi dapat diterapkan berbagai macam kajian
khususnya untuk kajian kesesuaian lahan permukiman.
2. Kegunaan praktis : Untuk masyarakat, pemerintah, dan pengembang
perumahan
agar
dapat
mengetahui
informasi
kesesuaian
lahan
permukiman.
7
Download