Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Email : [email protected] Pendahuluan • Pasien gagal ginjal kronis adalah salah satu kondisi pasien yang paling kompleks dalam praktek psikiatri konsultasi liaison. • Faktor psikologis pada pasien dengan kondisi gagal ginjal kronis juga sangat terpengaruh. – Perjalanan penyakit yang panjang – Ketidakmampuan pasien dan – Perasaan tidak nyaman bergantung dengan mesin hemodialisis • Secara global terdapat 200 kasus gangguan ginjal per sejuta penduduk. • 8 juta di antaranya berada dalam tahap gagal ginjal kronis. • Terdapat hubungan antara mengalami gagal ginjal dengan timbulnya gangguan psikiatri pada pasien. Kasus 1 • Pasien laki-laki usia 48 tahun diagnosis gagal ginjal kronis dengan rencana hemodialisis keesokan harinya. • Pasien tampak gelisah, psikomotornya aktif cenderung agresif, serta tampak kebingungan. • Saat datang menemui pasien, pasien sedang dikekang oleh ikatan kain karena sangat gelisah. • Pemeriksaaan status mental mengkonfirmasi adanya gangguan dalam memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian. • Diagnosis delirium pada kondisi medis umum ditegakkan. • Terapi Haloperidol injeksi intra vena 2,5 mg. • Sejam kemudian, observasi lanjutan memperlihatkan kondisi pasien sudah lebih tenang Kasus 2 • Pasien laki-laki,48 tahun dengan gagal ginjal kronis sudah 2 tahun menjalani hemodialisis teratur selama 2 kali seminggu. • Setahun belakangan ini pasien seringkali sulit mengendalikan dietnya. Aturan diet dari dokternya tidak pernah dituruti. Makanan sumber kaya Kalium (K) seperti kentang dimakan oleh pasien tanpa pembatasan. • Pasien juga tidak mau mengurangi asupan cairannya padahal berkemihnya sudah sedikit hanya sekitar 500 cc perhari. • Pemeriksaan menghasilkan suatu diagnosis Gangguan Depresi. • Pasien mengatakan lebih baik segera mati daripada merepotkan banyak orang. Kasus 3 • Pasien laki-laki 56 tahun dengan kondisi gagal ginjal akut dan baru saja menjalani hemodialisis yang pertama kali. • Sekitar 2 jam setelah hemodialisis selesai, pasien mulai bicara kacau, tidak koheren dan gelisah. • Pasien tampak ingin selalu bangun dari tempat tidurnya karena merasa tidak betah lama-lama duduk. Psikomotor tampak agitasi yang jelas. • Pemeriksaan laboratorium saat ini menunjukkan kadar ureum, kreatinin dan nitrogen urea darah dalam kondisi normal. • Tidak terdapat riwayat kondisi seperti ini di masa lalu dan tidak ada riwayat gangguan psikiatri lainnya. • Diagnosis saat pasien diperiksa adalah sindroma disequlibrium. • Lorazepam 0,5mg untuk meredakan agitasinya. • Dua puluh empat jam setelah kondisi terakhir saat diperiksa, pasien sudah tampak baik kembali, tidak terdapat gejala sisa. Delirium (1) • Delirium dikaitkan dengan kegagalan ginjal dalam mengeluarkan metabolit beracun • Delirium : kadar ureum dalam darah yang meningkat (uremia), anemia dan hiperparatiroidisme. • Status mental : kesulitan konsentrasi, gangguan intelejensia sampai kebingungan yang nyata disertai kelesuan • Hal yang paling penting adalah membedakannya dengan demensia dialisis atau dengan demensia yang terjadi sebelum kondisi gangguan ginjal terjadi. • Deteksi dini gangguan kognitif dengan Mini Mental State Examination (MMSE) bisa dilakukan rutin pada pasien-pasien gangguan ginjal apalagi yang berusia lanjut Delirium (2) • Biasanya dengan hemodialisis kondisi gangguan kognitifnya akan kembali normal seperti sedia kala, namun ada kalanya beberapa kondisi menetap. • Penggunaan antipsikotik dosis kecil dan atau anticemas seringkali berguna untuk mengatasi gejala-gejala delirium. • Hal yang perlu diingat pengobatan ini bersifat sementara sampai gangguan dasarnya diobati. Depresi • Gangguan kejiwaan yang paling banyak ditemukan pada pasien gagal ginjal. • Prevalensi populasi umum 1,1%-15% pada lakilaki & 1,8%-23% pada wanita, namun pada pasien hemodialisis prevalensinya sekitar 20%30% bahkan bisa mencapai 47%. • Gejala depresi seringkali bertumpang tindih dengan gejala pasien gagal ginjal yang mengalami uremia seperti iritabilitas, gangguan kognitif, encefalopati, akibat pengobatan atau akibat hemodialisis yang kurang maksimal (Cukor et al.2007) Depresi (2) • Pendekatan psikodinamik pada gangguan depresi : kondisi yang berhubungan dengan hilangnya sesuatu di dalam diri manusia • Kenyataan tidak bisa lepas dari hemodialisis sepanjang hidupnya. • Kehilangan kebebasan, pekerjaan dan kemandirian • Tindakan bunuh diri pada pasien gagal ginjal kronis yang mengalami hemodialisis di Amerika Serikat bisa mencapai 500 kali lebih banyak daripada populasi umum. Sindrom Disequilibrium • Sering terjadi pada pasien selama atau segera setelah proses hemodialisis • Koreksi berlebihan dari keadaan azotemia : ketidakseimbangan osmotik dan perubahan pH darah yang cepat. • Edema serebral : sakit kepala, mual, keram otot, iritabilitas, agitasi, perasaan mengantuk dan kadang kejang. Bisa gejala psikosis • Terjadi 3 s.d. 4 jam setelah hemodialisis namun bisa juga terjadi 8-48 jam setelah prosedur itu dilakukan. Demensia Dialisis/ Ensefalopati Dialisis (1) • Sindroma yang fatal dan progresif. • Jarang terjadi dan biasanya terjadi pada pasien yang sudah menjalani dialisis paling sedikit satu tahun. • Gangguan bicara (gagap), disartria, disfasia dan akhirnya tidak bisa bicara sama sekali. • Semakin lama kondisi ini semakin berat sampai berkembang menjadi mioklonus fokal maupun menyeluruh, kejang fokal atau umum, perubahan kepribadian, waham dan halusinasi Demensia Dialisis/ Ensefalopati Dialisis (2) • Keracunan alumunium yang berasal dari cairan dialisis dan garam alumunium yang digunakan untuk mengatur level fosfat serum. • Pada awalnya kondisi ini dapat kembali baik namun jika dibiarkan dapat menjadi progresif sampai dengan periode 1-15 bulan ke depan setelah gejala awal. • Kematian biasanya terjadi dalam rentang 612 bulan setelah permulaan gejala Psikofarmakologi Pada Pasien Dialisis • Kebanyakan obat psikotropik dimetabolisme di hati • Pemakaian obat ini pada gagal ginjal yang memerlukan hemodialisis tidak perlu penyesuaian dosis • Pada kenyataannya di dalam praktek pasien gangguan ginjal sering mengalami efek yang tidak dikehendaki. • Hal ini disebabkan karena perubahan farmakokinetik (distribusi obat tubuh, ikatan protein dan metabolismenya) Psikofarmakologi Pada Pasien Dialisis • Pengobatan dengan obat-obat psikotropika tidak dapat menggantikan konseling dan psikoterapi • Penanganan delirium pada kondisi apapun adalah mengenali penyebab deliriumnya. • Pengobatan delirium :dosis rendah haloperidol untuk menghilangkan gejala kegelisahan psikomotor dan gejala psikosis • Haloperidol karena didetoksifikasi di hati maka cocok untuk kondisi pasien dengan gangguan ginjal Faktor Psikososial Emosi • Perasaan takut adalah ungkapan emosi pasien gagal ginjal yang paling sering diungkapkan. • Pasien sering merasa takut akan masa depan yang akan dihadapi dan perasaan marah yang berhubungan dengan pertanyaan mengapa hal tersebut terjadi pada dirinya. • Ketakutan dan perasaan berduka juga kerap datang karena harus tergantung seumur hidup dengan alat cuci ginjal. • Seringkali afeksi emosional ini ditujukan kepada sekeliling seperti pasangan, karyawan dan staf di rumah sakit. Harga Diri • Kehilangan kontrol akan dirinya. • Perlu waktu panjang untuk beradaptasi • Perubahan peran adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. • Perasaan menjadi beban keluarga akan menjadi masalah buat individu ini. • Pasien sering kali merasa dirinya “berubah”. • Adanya kateter yang menempel misalnya pada pasien dengan dialisis peritoneal, lesi di kulit, nafas berbau ureum dan perut yang membuncit membuat percaya diri dan citra diri pasien terpengaruh. Gaya Hidup • Perubahan diet dan pembatasan air akan membuat pasien berupaya untuk melakukan perubahan pola makannya. • Keharusan untuk kontrol atau melakukan dialisis di rumah sakit juga akan membuat keseharian pasien berubah. • Terkadang karena adanya komplikasi pasien harus berhenti bekerja dan diam di rumah. • Perlu mendapatkan dorongan untuk pasien agar lebih mudah beradaptasi. Fungsi Seksual • Fungsi seksual pada pasien yang mengalami gagal ginjal akan sering terpengaruh : • Faktor organik ( perubahan hormonal atau karena insufisiensi vaskuler pada kasus gagal ginjal dengan diabetes), • Psikososial (perubahan harga diri,citra diri dan perasaan tidak menarik lagi) • Fisik (distensi perut, perasaan tidak nyaman dan keluhan-keluhan fisik akibat uremmia). INTERVENSI PSIKOSOSIAL Implikasi Keperawatan • Gagal ginjal kronis mempunyai karakteristik penurunan kondisi yang cepat. • Bantuan keperawatan harus berusaha memfasilitasi penyesuaian perubahan akibat sakit yang dialami. • Perawat juga perlu memperbaiki interaksi sosial dan gaya hidup dengan mencegah kondisi sakit yang lebih jauh, mengontrol gejala dan menjadikan hemodialisis menjadi bagian dari kehidupan normal sehari-hari. • Pengetahuan pasien yang baik tentang penyakit yang dideritanya akan mengurangi kecemasan pasien. Penilaian Kondisi • Menentukan kebutuhan pasien • Mengidentifikasi masalah yang menjadi potensial untuk timbul • Mengumpulkan informasi untuk rencana pengobatan • Informasi berguna : – – – – – – – gaya hidup pola kehidupan sehari-hari kekuatan kepribadian dan minat cara adaptasi sehari-hari pengertian akan penyakit saat ini persepsi terhadap pengobatan yang diberikan tekanan hidup/perubahan belakangan ini dan beberapa masalah yang terkait dengan penyakit Membesarkan Hati • Membuat pasien mampu menerima tanggung jawab akan kesehatan dan kebahagiaan serta mampu mengisi tanggung jawab mereka di keluarga dan masyarakat. • Petugas kesehatan dapat membesarkan hati pasien untuk menerima keterbatasan pribadi akibat kondisi sakit dan pengobatannya. • Kondisi-kondisi seperti ini bisa memberikan persesi positif dan pengertian di antara pasien dan petugas kesehatan. • Penilaian, edukasi, motivasi, pemberian dukungan, membesarkan hati, mengajarkan cara membantu diri sendiri dan memonitor diri sendiri peningkatan kepatuhan pasien dan pasien mampu hidup dengan kondisi kronis yang dialaminya • Kelompok suportif seperti latihan fisik bersama, program edukasi bersama atau kegiatan bersama • Hubungan kebersamaan dengan orang yang senasib dan adanya penghargaan sosial serta apresiasi dari rekan senasib isolasi pasien terhadap lingkungan berkurang PERAN KELUARGA • Keluarga tidak boleh dikesampingkan dalam proses penanganan pasien. • Perubahan pola kehidupan keluarga mungkin diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasien. • Pasien dan keluarga dibantu untuk menceritakan perasaan mereka • Perasaan bersalah, kesedihan dan kehilangan sering terjadi pada pasangan pasien. • Edukasi dan informasi yang adekuat bagi pasien dan keluarga tentang penyakit yang dialami dan perjalanan penyakit akan sangat penting Kesimpulan • Pasien dengan gagal ginjal kronis sering mengalami gangguan psikiatrik terkait dengan kondisi medis umumnya. • Dokter perlu memahami fisiologi dan psikopatologi dari timbulnya gangguan psikiatrik pada pasien gagal ginjal kronis. • Gangguan psikiatrik seperti delirium, depresi, kecemasan dan sindrom disequilibrium sering dialami oleh pasien dengan gagal ginjal kronis. • Penanganan dan penatalaksanaan yang menyeluruh adalah lebih baik untuk pasien