www.hukumonline.com RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR ............. TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN/KEDOKTERAN GIGI I. UMUM Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Dokter/dokter gigi sebagai salah satu komponen utama pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan. Landasan utama bagi dokter/dokter gigi untuk dapat melakukan tindakan medik terhadap orang lain adalah kompetensi yang dimiliki yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Pengetahuan yang dimilikinya harus terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Dokter/dokter gigi dengan perangkat keilmuan yang dimilikinya mempunyai karakteristik yang khas. Kekhasannya ini terlihat dari pembenaran yang diberikan oleh hukum yaitu diperkenankannya melakukan intervensi medis terhadap tubuh manusia dalam upaya memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan. Intervensi medis terhadap tubuh manusia yang dilakukan bukan oleh dokter/dokter gigi dapat digolongkan kepada tindakan pidana. Berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap tenaga medik, maraknya tuntutan hukum yang diajukan masyarakat dewasa ini seringkali diidentikkan dengan kegagalan upaya penyembuhan yang dilakukan dokter/dokter gigi, dan sebaliknya apabila tindakan medik yang dilakukan dapat berhasil, dianggap berlebihan, pada hal tenaga medik dengan perangkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya hanya berupaya untuk menyembuhkan, dan kegagalan penerapan ilmu medik tidak selalu identik dengan kegagalan dalam tindakan. Berbagai upaya hukum yang dilakukan dalam memberikan perlindungan menyeluruh kepada dokter/dokter gigi pemberi pelayanan maupun masyarakat sebagai penerima pelayanan telah banyak dilakukan, akan tetapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat cepat tidak seimbang dengan perkembangan hukum. Perangkat hukum yang mengatur penyelenggaraan praktik dokter/dokter gigi selama ini masih didominasi oleh kebutuhan formil dan kepentingan pemerintah, sedangkan porsi profesi masih sangat kurang. Oleh karena itu untuk menjembatani kepentingan kedua belah pihak serta untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan objektif seorang dokter/dokter gigi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat diperlukan adanya pembentukan lembaga Konsil Kedokteran yang terkait dengan peningkatan kemampuan dokter/dokter gigi dalam pelaksanaan praktik kedokteran. Disamping itu peran dari berbagai lembaga profesi/asosiasi pendidikan yang ada saat ini juga perlu diberdayakan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter/dokter gigi. Dalam menjalankan fungsinya Konsil Kedokteran bertugas menetapkan kebijakan umum tentang pendidikan, penelitian dan pelayanan kedokteran; memberikan saran penyempurnaan terhadap keputusan lembaga-lembaga di bawah konsil sesuai dengan www.hukumonline.com www.hukumonline.com kebijakan yang telah ditetapkan;menserasikan berbagai ketentuan yang terkait dengan pendidikan, pelatihan dan pelayanan kedokteran/kedokteran gigi;memberikan masukan terhadap Pemerintah tentang kebijaksanaan dan penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan pelayanan kedokteran/kedokteran gigi. Dalam rangka memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum, untuk meningkatkan, mengarahkan dan memberi landasan hukum serta menata kembali berbagai perangkat hukum yang mengatur penyelenggaraan praktik dokter/dokter gigi agar dapat berjalan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka praktik kedokteran/kedokteran gigi perlu diatur dalam suatu Undang-undang. Dalam Undang-undang ini diatur: 1. Azas dan tujuan penyelenggaraan praktik kedokteran yang menjadi landasan yang didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, dan perlindungan serta keselamatan pasien; 2. Standar kompetensi dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran yang didasarkan pada keilmuan yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan kedokteran dan kedokteran gigi; 3. Penapisan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dilaksanakan dalam pemberian pelayanan kepada pasien yang dilaksanakan oleh Komite IPTEK Kedokteran yang dibentuk untuk tugas tersebut; 4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kedokteran/kedokteran gigi yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan praktik kedokteran; 5. Registrasi dokter/dokter gigi serta Ijin Praktik; 6. Ketentuan Penyelenggaraan Praktik Kedokteran yang meliputi persyaratan dan kewajiban yang harus dipenuhi dalam menjalankan praktik; 7. Pembentukan dan pengukuhan lembaga yang terkait dengan penyelenggaraan praktik kedokteran; 8. Pembinaan dan pengawasan serta pengaturan ketentuan pidana terhadap pelanggaran ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 Cukup jelas Angka 2 Cukup jelas Angka 3 Cukup jelas Angka 4 Cukup jelas Angka 5 Cukup jelas Angka 6 Cukup jelas Angka 7 Cukup jelas Angka 8 Cukup jelas www.hukumonline.com www.hukumonline.com Angka 9 Cukup jelas Angka 10 Cukup jelas Angka 11 Cukup jelas Angka 12 Cukup jelas Angka 13 Cukup jelas Angka 14 Cukup jelas Angka 15 Cukup jelas Angka 16 Cukup jelas Pasal 2 Penyelenggaraan praktik kedokteran/kedokteran gigi harus memperhatikan berbagai azas yang memberikan landasan dalam pelaksanaannya yaitu: a. Azas nilai ilmiah yang berarti bahwa praktik kedokteran/kedokteran gigi harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dalam pendidikan maupun pengalaman serta etika profesi. b. Azas manfaat berarti bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat; c. Azas keadilan berarti penyelenggaraan praktik kedokteran/kedokteran gigi harus mampu memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada setiap orang dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat serta pelayanan yang bermutu. d. Azas perlindungan dan keselamatan penerima pelayanan kesehatan berarti bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran/kedokteran gigi tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata tetapi harus mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan dengan tetap memperhatikan keselamatan pasien; Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Pendidikan profesi kedokteran atau kedokteran gigi adalah kelanjutan pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada kesiapan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap keprofesian kedokteran atau kedokteran gigi. Pendidikan profesi pada bidang kedokteran dan kedokteran gigi terdiri atas pendidikan profesi dokter atau dokter gigi, dokter spesialis atau dokter gigi spesialis serta dokter spesialis konsulen atau dokter gigi spesialis konsulen. Pendidikan profesi jenjang dokter dan dokter gigi tidak www.hukumonline.com www.hukumonline.com dipisahkan dari pendidikan akademik dan diselenggarakan oleh perguruan tinggi, namun kurikulumnya disusun bersama kolegium ilmu kedokteran atau kolegium ilmu kedokteran gigi dengan kewenangan dari Konsil Kedokteran Indonesia / Konsil Kedokteran Gigi Indonesia. Ayat (3) Dalam ayat ini yang dimaksud dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia adalah suatu lembaga yang dibentuk oleh para Dekan Fakultas Kedokteran dan Dekan Fakultas Kedokteran Gigi yang berfungsi memberikan pertimbangan dalam rangka memberdayakan dan menjamin kualitas pendidikan dokter/dokter gigi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi. Ayat (4) Cukup jelas Pasal 5 Ayat (1) Koordinasi dan konsultasi yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah dalam rangka menghimpun aspirasi dan pemikiran serta adanya kesepakatan dan kesamaan persepsi dalam penyusunan Standar Pendidikan Kedokteran/Kedokteran Gigi. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 6 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pendidikan kedokteran berkelanjutan adalah pendidikan tambahan yang dilaksanakan dalam rangka peningkatan pengetahuan yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kedokteran gigi. Ayat (2) Yang dimaksud dengan organisasi profesi kedokteran/kedokteran gigi adalah wadah yang menghimpun profesi dokter/dokter gigi di Indonesia. Pasal 7 Ayat (1) Yang dimaksudkan dengan penapisan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran baru dalam ayat ini adalah penapisan terhadap penemuan baru dalam ilmu dan teknologi kedokteran yang akan diterapkan dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, agar masyarakat memperoleh perlindungan dari aspek teknis kesehatan. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas www.hukumonline.com www.hukumonline.com Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8) Cukup jelas Ayat (9) Cukup jelas Ayat (10) Cukup jelas Ayat (11) Cukup jelas Ayat (12) Cukup jelas Pasal 8 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Yang dimaksud dengan ethical clearence adalah pernyataan persetujuan dari Komite Etis Penelitian bahwa sebuah protokol penelitian telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Pasal 9 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Sumpah jabatan diucapkan di depan anggota komite registrasi. Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8) Cukup jelas Ayat (9) Cukup jelas Ayat (10) Cukup jelas Ayat (11) www.hukumonline.com www.hukumonline.com Cukup jelas Ayat (12) Cukup jelas Ayat (13) Cukup jelas Ayat (14) Cukup jelas Pasal 10 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 11 Ayat (1) Yang dimaksud dengan Surat Tanda Registrasi Sementara adalah bukti tertulis sebagai persetujuan sementara yang diberikan oleh badan registrasi nasional agar dokter/dokter gigi yang bersangkutan dapat menjalankan atau mengikuti pendidikan atau praktik kedokteran di Indonesia. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 12 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pendidikan dan pelatihan dalam ayat ini adalah pendidikan atau pelatihan untuk memperoleh kompetensi sebagai dokter/dokter gigi, dokter spesialis atau keahlian tertentu. Pemberian Surat Tanda Registrasi Bersyarat dimaksudkan sebagai perlindungan kepada peserta didik atau dokter/dokter gigi yang bersangkutan dalam melakukan tindakan medik. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 13 Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas www.hukumonline.com www.hukumonline.com Huruf d Cukup jelas Pasal 14 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Imbalan jasa yang dimaksud dalam ayat ini adalah imbalan yang diperoleh dari pasien atas jasa yang diberikan dokter/dokter gigi. Dalam hubungan ini dokter/dokter gigi tetap harus menjalankan fungsi sosial dengan memperhatikan kebutuhan pelayanan kesehatan pasien dan kemampuan ekonomis. Ayat (3) Penambahan dan pengurangan wewenang dimaksudkan untuk penyesuaian terhadap perkembangan ilmu dan teknologi yang dapat dipersyaratkan dalam rangka registrasi. Pasal 15 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pejabat dalam ayat ini adalah pejabat yang berwenang untuk mengeluarkan Surat Izin Praktik. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 18 Ayat (1) Pemasangan papan nama praktik kedokteran dimaksudkan untuk dapat diketahui masyarakat tentang adanya praktik kedokteran yang diselenggarakan dokter/dokter gigi. Ayat (2) Kewajiban membuat daftar dokter/dokter gigi yang berpraktik dimaksudkan sebagai informasi kepada masyarakat untuk memilih tentang jenis pelayanan yang diberikan beserta jenis tenaga dokter/dokter yang ada pada sarana tersebut. Pasal 19 Ayat (1) Pemberitahuan yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah sebagai informasi kepada masyarakat sehingga masyarakat yang memerlukan pertolongan atau pertolongan darurat segera dapat mengambil alternatif pilihan ke tempat praktik dokter/dokter gigi lain. Ayat (2) www.hukumonline.com www.hukumonline.com Cukup jelas Pasal 20 Dalam penyelenggaraan praktik kedokteran, dokter/dokter gigi hanya terikat pada upaya maksimal untuk mencapai tujuan namun tidak menjanjikan suatu hasil konkrit. Ukuran maksimal dimaksud didasarkan pada pelaksanaan standar profesi dan standar prosedur lainnya yang telah ditetapkan. Ukuran keberhasilan dalam mencapai tujuan upaya kesehatan tidak hanya tergantung pada tindakan medik semata, namun harus pula didukung oleh kerjasama yang baik dari pasien dalam mencapai tujuan kesehatan misalnya dengan memberikan informasi yang jujur tentang keluhannya. Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Ayat (1) Yang dimaksud dengan standar pelayanan adalah pedoman yang harus diikuti oleh dokter/dokter gigi dalam memberikan pelayanan kesehatan di sarana kesehatan. Standar pelayanan dimaksud adalah standar pelayanan yang didasarkan pada keilmuan maupun pengalaman yang diperoleh selama menjalankan praktik serta standar prosedur yang sudah ditetapkan untuk tiap jenis dan tingkatan sarana pelayanan kesehatan. Unsurunsur yang terkandung dalam standar pelayanan tersebut meliputi kehati-hatian, ilmu medis, proporsionalitas, tujuan dan kemampuan rata-rata dari dokter/dokter gigi dalam kategori yang sama. Sedangkan yang dimaksud dengan standar operasional prosedur adalah langkah-langkah yang harus dilakukan pada setiap tindakan dalam pemberian pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 23 Ayat (1) Yang dimaksud dengan persetujuan dalam ayat ini adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas suatu tindakan medis yang akan dilakukan setelah terlebih dahulu mendapat penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien. Ayat (2) Yang dimaksud dengan penjelasan dalam ayat ini adalah informasi yang adekuat tentang perlunya dilakukan tindakan medik serta kemungkinan risiko yang dapat timbul dari tindakan medik tersebut atau risiko bila tidak dilakukan tindakan medik, serta alternatif tindakan lain. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Persetujuan lisan dalam ayat ini adalah persetujuan yang diberikan dalam bentuk ucapan setuju atau bentuk gerakan mangganggukan kepala yang diartikan sebagai ucapan setuju dan sebagainya. Ayat (5) Yang dimaksud dengan tindakan medik berisiko tinggi adalah seperti tindakan bedah, pemasangan implan atau tindakan invasif Iainnya. www.hukumonline.com www.hukumonline.com Pada prinsipnya yang berhak menanda tangani persetujuan atau penolakan tindakan medik adalah pasien yang bersangkutan namun apabila pasien yang bersangkutan berada di bawah pengampuan (under curatele) persetujuan atau penolakan tindakan medik dapat diberikan oleh keluarga terdekat yaitu suami/isteri, ayah/ibu kandung, anakanak kandung atau saudara-saudara kandung. Dalam keadaan gawat darurat untuk menyelamatkan jiwa pasien tidak diperlukan persetujuan, namun setelah pasien sadar atau dalam kondisi yang sudah memungkinkan segera diberikan penjelasan dan dibuat persetujuan (zaakwarneming). Ayat (6) Cukup jelas Pasal 24 Ayat (1) Yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Ayat (2) Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis bekas penulisan tidak boleh dihapus dengan cara apapun. Perubahan catatan atau kesalahan dalam rekam medis hanya dapat dilakukan dengan pencoretan dan dibubuhi paraf petugas yang bersangkutan. Ayat (3) Yang dimaksud dengan petugas dalam ayat ini adalah dokter/dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien. Apabila dalam pencatatan rekam medis menggunakan teknologi informasi elektronik kewajiban membubuhi tanda tangan diganti dengan penggunaan Personal Identity Number (PIN). Pasal 25 Ayat (1) Yang dimaksud dengan dokumen rekam medis adalah kumpulan berkas rekam medis, sedangkan yang dimaksud dengan isi rekam medis adalah catatan-catatan yang termuat dalam dokumen rekam medis berupa identitas pasien, anamnese, diagnosis dan tindakan/pengobatan yang telah diberikan. Bila pasien membutuhkan dokumen rekam medis, dokter/dokter gigi dapat memberikan resume atau disalin sesuai aslinya. Ayat (2) Pencatatan rekam medis yang menggunakan teknologi informasi elektronik dijaga dengan menggunakan password. Untuk akses terhadap rekam medis hanya dapat dilakukan oleh dokter/dokter gigi dan tenaga kesehatan terkait yang menangani pasien tersebut. Ayat (3) Cukup jelas Pasal 26 Ayat (1) Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran dalam ayat (1) ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh dokter/dokter gigi pada waktu atau selama melakukan praktik kedokteran, termasuk dalam pengertian ini adalah mahasiswa kedokteran. Ayat (2) www.hukumonline.com www.hukumonline.com Dalam hal terjadi benturan kepentingan, dokter/dokter gigi terhadap memiliki hak menolak untuk memberikan keterangan (verschoningsrecht) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 27 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 28 Huruf a Angka 1 Lihat penjelasan Pasal 22 ayat (1). Angka 2 Cukup jelas Angka 3 Cukup jelas Angka 4 Cukup jelas Angka 5 Cukup jelas Huruf b Angka 1 Lihat penjelasan Pasal 22 ayat (1). Angka 2 Pada dasarnya dokter/dokter gigi berhak melakukan tindakan medis sesuai dengan kompetensi dan keahlian yang dimilikinya, namun apabila dalam kondisi yang tidak memenuhi standar profesi dan tidak didukung oleh peralatan yang memenuhi standar dan atau persyaratan untuk melakukan tindakan tersebut, maka dokter/dokter gigi wajib merujuknya kepada dokter/dokter gigi atau sarana kesehatan yang lain yang memenuhi persyaratan. Kewajiban ini dimaksudkan sebagai upaya pemberian perlindungan kepada pasien. Angka 3 Lihat penjelasan Pasal 26 ayat (1). Angka 4 Pengecualian dalam hal ini adalah kondisi yang mengharuskan diambilnya suatu tindakan medik segera yang diyakini oleh dokter/dokter gigi pada saat itu tidak ada orang lain yang mampu untuk mengambil tindakan penyelamatan. Angka 5 Cukup jelas www.hukumonline.com www.hukumonline.com Pasal 29 Cukup jelas Pasal 30 Ayat (1) Pembinaan yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah pembinaan yang dilaksanakan oleh organisasi profesi dalam rangka mengarahkan anggotanya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kedokteran gigi serta kebutuhan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 31 Ayat (1) Yang dimaksud dengan penegakan disiplin dalam ayat ini adalah penegakan aturanaturan dan atau ketentuan penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh dokter/dokter. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan lain adalah tenaga kesehatan yang terkait langsung dengan penyelenggaraan praktik kedokteran seperti bidan, perawat, sedangkan ahli hukum kesehatan adalah ahli hukum yang memiliki pengetahuan dan keahlian di bidang hukum kesehatan. Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8) Pada waktu pengambilan sumpah/janji diucapkan kata-kata tertentu sesuai dengan agamanya masing-masing, misalnya untuk penganut islam "Demi Allah" sebelum lafal sumpah, dan untuk agama Kristen/katolik kata "Kiranya Tuhan Akan Menolong Saya" sesudah lafal sumpah. Ayat (9) Cukup jelas Ayat (10) Cukup jelas Ayat (11) Yang dimaksud dengan pendapatan yang sah adalah pendapat yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan Komite Disiplin yang diperbolehkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan yang dimaksudkan dengan sumber lain adalah bantuan-bantuan yang diperoleh dari berbagai pihak maupun bantuan luar negeri. Ayat (12) www.hukumonline.com www.hukumonline.com Cukup jelas Ayat (13) Cukup jelas Ayat (14) Cukup jelas Pasal 32 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 33 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 34 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Pelimpahan penanganan kasus dapat dilakukan apabila dalam pemeriksaan Komite Disiplin memutuskan bahwa pelanggaran yang diputuskan adalah pelanggaran etik, maka Komite Disiplin dapat meneruskan pada organisasi profesi masing-masing untuk selesaikan. Ayat (3) Cukup jelas Pasal 35 Cukup jelas Pasal 36 Cukup jelas Pasal 37 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) www.hukumonline.com www.hukumonline.com Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Pasal 38 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 39 Cukup jelas Pasal 40 Cukup jelas Pasal 41 Ayat (1) Yang dimaksud dengan setiap orang adalah pasien atau keluarga pasien yang merasa dirugikan atau atasan langsung dokter/dokter gigi yang bersangkutan atau pejabat kesehatan, sedangkan yang dimaksud dengan badan adalah sarana kesehatan di mana dokter/dokter gigi yang bersangkutan melakukan praktik kedokteran atau organisasi profesi bagi dokter/dokter gigi yang bersangkutan. Ayat (2) Huruf a Perumusan ini lazim disebut "malpraktik medik" yaitu suatu bentuk tindakan yang dilakukan misalnya tindakan operasi yang sangat tidak professional, sehingga pasien meninggal dunia atau menimbulkan cacad. Huruf b Yang dimaksud dengan tidak melakukan misalnya pasien yang dirawat di Rumah Sakit tidak diikuti perkembangan penyakitnya atau tidak diperiksa, dan akhirnya meninggal. Huruf c Cukup jelas Pasal 42 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas www.hukumonline.com www.hukumonline.com Ayat (3) Cukup jelas Pasal 43 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 44 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8) Cukup jelas Ayat (9) Cukup jelas Ayat (10) Cukup jelas Ayat (11) Pada waktu pengambilan sumpah/janji diucapkan kata-kata tertentu sesuai dengan agamanya masing-masing, misalnya untuk penganut Islam "Demi Allah" sebelum lafal sumpah, dan untuk agama Kristen/katolik kata "Kiranya Tuhan Akan Menolong Saya" sesudah lafal sumpah. Ayat (12) Cukup jelas Ayat (13) Cukup jelas Ayat (14) Cukup jelas Ayat (15) Cukup jelas Pasal 45 www.hukumonline.com www.hukumonline.com Cukup jelas Pasal 46 Cukup jelas Pasal 47 Cukup jelas Pasal 48 Cukup jelas Pasal 49 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 50 Cukup jelas Pasal 51 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 52 Cukup jelas Pasal 53 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 54 Cukup jelas Pasal 55 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas www.hukumonline.com www.hukumonline.com Pasal 56 Cukup jelas Pasal 57 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ............. www.hukumonline.com