Pemikiran Politik Soetan Sjahrir

advertisement
Jurnal Dinamika Politik|Vol.1|No.2|Oktober 2012
Cut Junianty Syahra
ISSN: 2302-1470
Pemikiran Politik Soetan Sjahrir
Pemikiran Politik Soetan Sjahrir
CUT JUNIANTY SYAHRA
Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan,
Jl. Dr. Sofyan No.1 Medan, 20155, Telepon: 061-8220760, Email: [email protected]
Diterima tanggal 28 Agustus 2012/Disetujui tanggal 29 September 2012
This is study about the analysis of the political thought of Soetan Sjahrir. The focus discusses
about what causes Soetan Sjahrir reject the ideology of communism and fascism. The finding of
this study is there are three important things to be the main cause why Soetan Sjahrir opposing the
ideology of communism and fascism. First, in the ideology of communism contains the suppressions
of the value of human freedom, either in political, social, and economic in the name of class
struggle. Second, in the ideology of fascism contained the values that assume that a certain race is
better than the other race. Third, because Soetan Sjahrir was an adherent of the ideology of
democratic socialism that upholds human values, social justice and based on the principle of
people sovereignty. The method that used is descriptive-qualitative method that intends to describe
an event in more detail.
Key Word: Communism, fascism, democratic socialism.
tunggal Soekarno-Hatta dalam memimpin
revolusi Indonesia, seringkali membuat orang
melupakan sosok Sjahrir yang berada di
belakang kedua tokoh tersebut. Padahal ia
merupakan salah satu tokoh sentral dalam
perjuangan
menegakkan
kemerdekaan
Indonesia. Dia memilih cara elegan dalam
menghalau penjajah, yakni melalui diplomasi,
cara yang pada waktu itu ditentang oleh
tokoh
revolusi
lainnya
yang
lebih
mengutamakan perjuangan fisik.
Pendahuluan
Kemerdekaan yang telah diperoleh oleh
bangsa Indonesia bukan sebagai pemberian
dari penjajah, akan tetapi sebagai hasil dari
perjuangan panjang dan berat yang telah
dilalui dalam kurun waktu yang cukup lama.
Proklamasi 17 Agustus 1945 bukanlah hasil
akhir dari perjuangan itu, akan tetapi awal
perjuangan baru dalam membangun tatanan
berbangsa
dan
bernegara.
Untuk
mempertahankan
kemerdekaan
dan
mengupayakan
kedaulatan
dilakukan
perjuangan fisik dan nonfisik.
Persetujuan Linggarjati sering dianggap
sebagai salah satu kegagalan Sjahrir dalam
mempertahankan
kedaulatan
negara
Indonesia. Sjahrir sering disalahkan karena
perundingan ini dianggap merugikan pihak
Indonesia.
Akan
tetapi,
sebenarnya
persetujuan Linggarjati telah menjadi batu
loncatan bagi negara Indonesia untuk
mencapai kemerdekaan. Dan sebenarnya
Mengingat kembali sejarah berdirinya dan
perjuangan untuk mendirikan bangsa
Indonesia, tentu tidak akan terlepas dari
ingatan mengenai istilah Founding Fathers
bangsa Indonesia yaitu Soekarno, Hatta, Tan
Malaka, dan Soetan Sjahrir. Ketenaran dwi
31
Jurnal Dinamika Politik|Vol.1|No.2|Oktober 2012
Cut Junianty Syahra
kemenangan atas perjanjian ini sendiri
merupakan jalan bagi Indonesia untuk
menunjukkan masalah Indonesia bagi dunia
internasional. Dalam persetujuan Linggarjati,
Republik Indonesia untuk pertama kalinya
diakui secara de facto, sehingga hal ini
merupakan alasan bagi beberapa negara
untuk mengakui keberadaan Indonesia.
ISSN: 2302-1470
Pemikiran Politik Soetan Sjahrir
menindas kebebasan perorangan yang
dianggap tidak berarti dalam berhadapan
dengan totalitas besar bernama negara
maupun diktator proletariat. Sehingga di
dalam pergulatan di politik internasional ia
merealisasikannya dengan menolak untuk
berpihak pada dua totalitas besar yang pada
waktu itu sedang terjadi perang dunia ke dua
yaitu antara blok politik dan blok keamanan
yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan
Inggris berhadapan dengan blok kiri yang
dipimpin oleh Uni Soviet.
Tujuan perjuangan Sjahrir sebagai seorang
pemikir dari revolusi nasional adalah
mencapai kemerdekaan, dan kemerdekaan
adalah jembatan untuk mencapai tujuan, yaitu
kerakyatan, kemanusiaan, kebebasan dari
kemelaratan, tekanan dan penghisapan,
keadilan, pembebasan bangsa dari ancaman
sisa-sisa feodalisme dan pendewasaan
bangsa. Tujuan tersebut dapat ia wujudkan
sewaktu menjadi Perdana Menteri yaitu satu
negara Indonesia yang merdeka, demokratis,
berkerakyatan, memberi pendidikan politik
pada rakyat tentang hak dan tanggung jawab
membela kemerdekaan dan menegakkan
demokrasi.
Sjahrir tidak terombang-ambing dalam
berbagai aliran pemikiran, karena dia tetap
berpegang pada satu fokus utama untuk
menguji berbagai pandangan dan pendapat
yang
dihadapinya.
Cita-cita
tentang
kebebasan dan kemandirian manusia inilah
yang rupanya telah mendorong Sjahrir
memilih
sosialisme
sebagai
paham
politiknya, yang kemudian pada tahun 1948
dijadikan dasar bagi partai politik yang
didirikannya yaitu Partai Sosialis Indonesia
(PSI).
Sjahrir sangat konsisten dengan ideologinya
yang anti fasisme dan anti militer.
Pandangannya yang antifasisme itu sangat
jelas terwujud secara konsisten dalam
pemikiran-pemikirannya
dan
tindakantindakannya menjelang dan selama pengisian
kemerdekaan Indonesia. Pada saat pergerakan
kebangsaan Soetan Sjahrir sama sekali tidak
bersedia untuk bekerja sama dengan Jepang
dan menentang orang-orang pergerakan
kemerdekaan Indonesia yang bekerja sama
dengan Jepang. Kerja sama dengan Jepang
berarti menurunkan derajat bangsa Indonesia
menurutnya.
Menurut Sjahrir sosialisme dibutuhkan untuk
melaksanakan revolusi sosial di Indonesia
untuk mengakhiri feodalisme dan menghapus
fasisme, setelah tercapainya kemerdekaan
nasional. Revolusi sosial ini dilakukan agar
feodalisme lama tidak akan hidup dan
berkembang lagi setelah berakhirnya
kekuasaan kolonial, tatkala para pemimpin
kemungkinan
dapat
tergoda
untuk
mempergunakan kekuaaan untuk tetap
membelenggu rakyatnya dalam kebodohan
dan ketergantungan seperti halnya feodal
lama. Maka sosial-demokrasi pada Sjahrir
pada tempat pertama berarti sosialisme
kerakyatan yang perlu berlandaskan kepada
pengertian bahwa sosialisme adalah suatu
cara memperjuangkan kemerdekaan dan
kedewasaan manusia yaitu, bebas dari
penindasan dan penghisapan serta penghinaan
oleh manusia terhadap manusia. Perjuangan
sosialis haruslah perjuangan untuk kerakyatan
di segala bidang. Sosialisme harus
berpegangan kepada azas kerakyatan, jika
Kecemasannya terhadap totalitarianisme
kanan yaitu fasisme tidak lebih besar atau
lebih kecil dari sikap awasnya terhadap
totalitarianisme kiri yaitu komunisme.1
Baginya baik dari totalitarianisme selalu
1
H. Rosihan Anwar, Sutan Sjahrir: Demokrat
Sejati, Pejuang Kemanusiaan, True Democrat,
Fighter For Humanity 1909-1966, (Jakarta:
Kompas, 2010), hal. 11.
32
Jurnal Dinamika Politik|Vol.1|No.2|Oktober 2012
Cut Junianty Syahra
tidak sama saja dengan tidak berjiwa
manusia.2
ISSN: 2302-1470
Pemikiran Politik Soetan Sjahrir
kerakyatan. Dengan demikian melalui
prinsip-prinsip dalam ideologi sosialisme
kerakyatan yang dianut, jelaslah Sjahrir
menyatakan penolakannya terhadap ideologi
komunisme yang pada pasca kemerdekaan
pernah dicoba untuk diterapkan di Indonesia
oleh PKI (Partai Komunis Indonesia, serta
ideologi fasisme yang pernah dicoba oleh
Jepang untuk diterapkan di Indonesia. Ada
beberapa hal yang merupakan penyebab
mengapa
Sjahrir
menolak
ideologi
komunisme dan fasisme.
Tujuan yang seperti merupakan tujuan umum
semua kelompok politik kiri, maka Sjahrir
berusaha membedakan dirinya dan partai
yang ia dirikan dari kelompok-kelompok lain
yang juga mengklaim dirinya melaksanakan
politik kiri. Terhadap golongan komunis
Sjahrir menolak penggunaan kekerasan dan
menolak pula pengertian diktatur proletariat
sebagaimana dikonsepsikan oleh Lenin dan
dipraktekkan oleh Stalin.3 Yaitu bahwa
diktatur proletariat berarti pemerintahan yang
dijalankan oleh sebuah partai tunggal yaitu
partai komunis yang berhak memaksakan
seluruh ketaatan rakyat kepada negara. Bagi
Soetan Sjahrir, pemerintahan Komunisme
tidak menghargai kemanusiaan sehingga
dapat
dikatakan
bahwa
Komunisme
mengingkari semangat Sosialisme. Studi ini
membahas tentang apa yang menyebabkan
Soetan Sjahrir menolak ideologi komunisme
dan fasisme.
Pertama, di dalam ideologi komunisme
terdapat penindasan terhadap nilai kebebasan
manusia baik dalam bidang politik, sosial,
maupun ekonomi dengan mengatasnamakan
perjuangan kelas. Sjahrir melihat komunisme
yang dibangun di Rusia oleh pemerintahan
Stalin mengandung unsur atas teori
Machiavelli. Pemerintahan komunisme Stalin
telah mengarah menjadi sebuah negara yang
totaliter. Mereka dengan mengatasnamakan
perjuangan
kelas
untuk
membentuk
masyarakat sosialis seperti yang ditulis oleh
Marx, namun perjuangan kelas tersebut
bukan hanya perlawanan terhadap eksistensi
kaum borjuis saja, namun juga merupakan
bentuk penindasan secara tidak langsung
kepada kaum proletar atas sikap otoriter
pemimpin
diktatur
proletariat
yang
seharusnya menjadi pengayom untuk
membentuk masyarakat tanpa kelas dimana
tidak ada lagi kelas borjuis yang menindas
kelas proletar.
Metode
Penelitian ini bersifat deskriptif-kualitatif.
Pengumpulan data dengan teknik penelitian
analisis isi. Analisis data menggunakan
analisis kualitatif.
Pemikiran Politik Soetan Sjahrir
Soetan Sjahrir adalah seorang tokoh pendiri
utama Partai Sosialis Indonesia yang
memberikan banyak sumbangan dalam
berbagai bentuk pemikiran politik berkaitan
dengan perumusan dan pencapaian tujuan
bangsa Indonesia pada tahun 1945-1965.
Sebagai seorang tokoh yang tindakan dan
pemikirannya sangat berpengaruh kepada
bentuk kenegaraan Republik Indonesia pada
masa tersebut, maka Sjahrir meletakkan
ideologinya kepada ideologi sosialisme
“Dengan mendasarkan tindakan-tindakan mereka
atas dalil perjuangan kelas yang tidak mengenal
ampun dan kediktatoran proletar sebagai jalan-jalan
yang tidak dapat dielakkan untuk menyusun suatu
masyarakat sosialis, mereka dengan jalan kekerasan
dan paksaan telah memperoleh kedudukan seperti
yang sekarang terjadi di negeri-negeri komunis.
Keadaan yang sebenarnya sampai pada tingkatan
tertentu telah dibuka oleh pengaukan-pengakuan
pemimpin-pemimpin komunis di Uni Soviet pada
kongres ke-20 dari Partai Komunis Uni Soviet.”4
2
P Y Nur Indo, Pemikiran Politik Soetan Sjahrir
dan Partai Sosialis Indonesia tentang Sosialisme
Demokratis. (Bandung: Inisiatif Warga, 2009),
hal. 91.
3
H. Rosihan Anwar, op.cit., hal. 19.
4
Soetan
Sjahrir,
Sosialisme
Indonesia
Pembangunan, (Jakarta: Leppenas, 1982), hal. 15.
33
Jurnal Dinamika Politik|Vol.1|No.2|Oktober 2012
Cut Junianty Syahra
Sjahrir mengawali pandangannya mengenai
Komunisme adalah berdasarkan apa yang ia
lihat atas apa yang terjadi pada kaum proletar
di Rusia pada saat Lenin menjadikan Rusia
sebagai negara komunis. Lenin menjadi
bapak pencetus sistem partai tunggal yaitu
Partai Komunis. Sedangkan Stalin adalah
eksekutor atas teori-teori Lenin namun Stalin
mempraktekannya dengan jalan yang lebih
kejam dan bengis. Kamp konsentrasi yang
dibangun oleh Stalin telah membunuh
berjuta-juta rakyat Rusia.
terhadap fasisme adalah sebuah paham
kemasyarakatan yang mengancam harkat dan
martabat kemanusiaan.
Menurut J.D. Legge, pandangan Soetan
Sjahrir yang anti fasisme ini terutama
terbentuk ketika menjadi mahasiswa di
Belanda. Soetan Sjahrir sangat menikmati
kesempatan
untuk
bergaul
dengan
mahasiswa/i lain berdasarkan persamaan
derajat. Persahabatan yang terbentuk
didasarkan kepada simpati atau persamaan
wawasan tanpa dikekang oleh rintanganrintangan rasial.7 Menurut Sjahrir bentuk
yang paling buruk dari fasisme adalah
perbedaan ras yang berada di dalam tanah
jajahan. Ras penjajah dianggap lebih tinggi
dibandingkan dengan ras
yang dijajah.
Unkapan perbedaan ras tersebut di tanah
jajahan dapat berupa ras yang dijajah
merupakan hamba bagi penjajah.8
Sjahrir juga memandang bahwa komunisme
telah berubah menjadi sebuah tindak
kejahatan bukan lagi merupakan tindakan
revolusioner sosialis. Hasil yang tidak dapat
dielakkan ialah hilangnya hati nurani dan
sikap kebanyakan orang komunis untuk
mengejar tujuannya dengan jalan apa saja.5
Bagi Sjahrir pada akhirnya ajaran Leninisme
dan Stalinisme telah menjadikan manusia
yang manusia asing, aneh dan memiliki rasa
untuk tidak saling mempercayai satu sama
lain, jauh dari sikap sopan santun, kejujuran
dan kejernihan jiwa pada umumnya.
Komunisme yang merupakan bentuk dari
totalitarianisme kiri telah menimbulkan
sentralisme kekuasaan di dalam sebuah partai
tunggal dan menjadikan pimpinan partai
bertindak sebagai seorang diktator. Sehingga
sangat kecil kemungkinan untuk melihat
adanya sisi demokratis dari pemerintahan
yang dibangun di dalam alam komunisme.
Fasisme
merupakan
ajaran
yang
membedakan atas manusia yang satu dengan
yang lain. Dengan ajaran ini akan timbul
perasaan bahwa manusia itu tidak sama. Ada
golongan yang kuat dan ada golongan yang
lemah. Golongan yang kuat adalah golongan
yang akan memimpin golongan yang lemah.
Dan golongan yang lemah harus mengikuti
perintah atas pemimpin yang berasal dari
yang kuat. Sehingga menyebabkan golongan
yang lemah sepenuhnya berada dibawah
kontrol dan perintah oleh pemimpinnya.
Tidak ada kebebasan untuk berpikir dan
bertindak berdasarkan keinginan pribadi,
sehingga kebebasan atas manusia sebagai
makhluk individu pun dicabut. Paham
fasisme yang selanjutnya akan menghasilkan
pemerintahan yang totaliter merupakan
sebuah
kekhawatiran
Sjahrir
atas
pemerintahan bangsa Indonesia.
Kedua, di dalam ideologi fasisme terkandung
nilai-nilai yang menganggap bahwa suatu ras
tertentu lebih baik daripada ras lain. Dalam
konteks kemanusiaan, manusia yang satu
sejajar dengan yang lainnya, pada dasarnya
tidak ada manusia yang lebih tinggi tingkat
kemanusiaannya dengan yang lainnya.6
Karena manusia pada dasarnya adalah sama
maka akan dengan demikian akan timbul pula
mengenai tuntutan terhadap kesederajatan
manusia. Sjahrir memberikan pengertian
5
6
ISSN: 2302-1470
Pemikiran Politik Soetan Sjahrir
“Ia
sangat
mengkhawatirkan
apa
yang
dinamakannya „warisan feodal‟ tradisional yang
terdapat di sekian banyak daerah Indonesia, serta
pengaruh pemerintahan Belanda dan Jepang, akan
mengakibatkan terlalu banyak penduduk Indonesia
7
Ibid, hal. 19.
P. Y. Nur Indro, op.cit., hal. 49.
8
34
Ibid, hal. 81.
Ibid, hal. 82.
Jurnal Dinamika Politik|Vol.1|No.2|Oktober 2012
Cut Junianty Syahra
akan pasrah belaka terhadap kekuasaan. Ia pun
khawatir sekali terlalu banyak pemimpin serta
pemimpin gadungan yang menyalahgunakan
keadaan ini.
Pengharapannya agar suatu Indonesia merdeka
jangan sampai mengalami pemerintahan otoriter
merupakan pertimbangan utama yang mendorong
serangan yang dilancarkannya terhadap sistem satu
partai bentuk pertama di Republik Indonesia, serta
usahanya yang berhasil gemilang mengadakan
sistem multi partai atau partai banyak.”9
ISSN: 2302-1470
Pemikiran Politik Soetan Sjahrir
Jepang untuk dimusuhi, bangsa Sekutu, bangsa
Belanda, bangsa Indo (bangsa kita sendiri), Ambon
Menado, kedua-duanya bangsa kita sendiri,
Tionghoa, pamong praja; maksudnya tak lain,
seluruh dunia boleh dibenci asalkan jangan
membenci Jepang.”10
Ketiga, karena Soetan Sjahrir adalah seorang
penganut ideologi sosialisme kerakyatan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
keadilan sosial dan berazaskan prinsip
kedaulatan rakyat. Sosialisme kerakyatan
adalah suatu sistem kehidupan rakyat yang
dilandasi oleh demokrasi, keadilan sosial dan
pemerataan kesejahteraan yang dibangun oleh
rasa kebersamaan, kebebasan, kemanusiaan,
keterbukaan dan semangat persatuan.
Pandangannya
mengenai
penolakannya
terhadap fasisme terwujud dalam sikapnya
yang konsisten menolak untuk bekerja sama
dengan Jepang sedangkan pada saat itu
Soekarno dan Hatta memilih untuk bekerja
sama dengan Jepang dalam penyusunan
rencana untuk kemerdekaan Indonesia.
Sjahrir lebih memilih jalur „bawah tanah‟
dalam pergerakan untuk menyiapkan
kemerdekaan Indonesia. Ia dengan tegas
mengecam pejuang-pejuang pergerakan
kemerdekaan Indonesia yang bekerja sama
dengan Jepang.
Sosialisme dalam hal ini sangat bertentangan
dengan ajaran bahwa sosialisme yang berniat
menjadi wali atas kemanusiaan seperti yang
diperintahkan oleh kaum Stalinis dan Leninis.
Serta
penekanan
konsep
kerakyatan
disesuaikan oleh Sjahrir terhadap kondisi dan
latar belakang bangsa Indonesia.
Baginya perjuangan kemerdekaan Indonesia
yang berdasarkan atas kerja sama dengan
Jepang akan menyebabkan masuknya
pengaruh
fasis
terhadap
perjuangan
kemerdekaan
Indonesia
tersebut.
Menurutnya, nasionalisme yang dibangun
oleh pejuang-pejuang kemerdekaan Indonesia
dalam usahanya untuk membangun sebuah
bangsa yang merdeka adalah nasionalisme
yang sempit diakibatkan pengaruh Fasisme
Jepang. Paham fasisme Jepang yang
mempropagandakan kebencian atas bangsa
lain diatas bangsanya sendiri yaitu Jepang
dijabarkan Sjahrir dalam tulisannya di
Perjuangan Kita.
Sosialisme yang ideal menurut Sjahrir adalah
suatu keadaan dimana masyarakat berada
dalam tingkatan yang sama dalam artian
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh
masyarakat baik dalam bentuk keamanan dan
kesempatan untuk mengakses sumber-sumber
kesejahteraan. Sehingga Sjahrir mengatakan
bahwa hal tersebut dapat diwujudkan dengan
jalan kerakyatan dan melalui lembaga
parlementer.
“Menurut jalan pikiran ini sosialisme hendaknya,
sebagaimana yang dicita-citakan, merupakan suatu
tingkatan dalam perkembangan masyarakat di mana
telah diwujudkan keamanan pribadi yang sebesarbesarnya, keadilan sosial dan kesempatan yang
sama buat setiap orang untuk hidup dan untuk
berkembang. Bagaimana gambaran masyarakat
yang demikian tidak dapat diramalkan sebelumnya.
Hal itu bagaimanapun juga harus dicapai dengan
perubahan sebagian dan lagi pula dengan jalan
kerakyatan dan jalan parlementer sebagaimana
halnya dengan negara kemakmuran.”11
“Dengan tidak sadar, biasanya jiwanya terpengaruh
juga oleh propaganda Jepang itu dan tingkah
lakunya, hingga cara ia berfikir, adalah kerapkali
mencontoh-contoh Jepang. Kegiatan jiwanya,
terutama terlihat sebagai kebencian kepada bangsabangsa asing, yaitu sebenarnya yang ditujukan oleh
9
H. Rosihan Anwar, Mengenang Sjahrir –
Seorang Negarawan dan Tokoh Pejuang
Kemerdekaan Yang Tersisih dan Terlupakan,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal.
375.
10
11
35
P.Y. Nur Indro, op.cit., hal. 171.
Soetan Sjahrir, op.cit., hal. 14.
Jurnal Dinamika Politik|Vol.1|No.2|Oktober 2012
Cut Junianty Syahra
Sosialisme yang diperjuangkan oleh Sjahrir
adalah sosialisme yang menjadi musuh bagi
penindasan dan penghisapan nilai-nilai
kemanusiaan seperti yang telah dijalankan
oleh Stalin bertahun-tahun terhadap buruh
dan
tani
dengan
mengatasnamakan
penghilangan jejak golongan kapitalis dan
feodalis.
ISSN: 2302-1470
Pemikiran Politik Soetan Sjahrir
dengan pekerja. Namun, dalam cara-cara
mewujudkan tujuan tersebut dalam paham
sosialisme kerakyatan berbeda dengan
komunisme yang mentolerir bentuk-bentuk
anti kemanusiaan yang menurut mereka
hanya bersifat sementara sampai terciptanya
masyarakat yang sosialis.
Penutup
Kata
„kerakyatan‟
dalam
sosialisme
kerakyatan yang dijelaskan oleh Sjahrir
adalah sebagai pelengkap makna sosialisme
yang berarti sebuah penghayatan bahwa
sosialisme yang dipahami dalam sosialisme
kerakyatakan
berpegang
teguh
dan
menjunjung tinggi azas persamaan derajat
manusia. Sehingga sosialisme kerakyatan
tidak seperti sosialisme ala Stalin yang
mengatakan bahwa terdapat golongan
manusia yang mempunyai hak istimewa atas
golongan lain. Serta ajaran bahwa golongan
yang paling berani dalam menjalankan
revolusi sosialis berhak meletakkan dirinya
sebagai wali kaum buruh memiliki kekuasaan
atas kaum buruh dan manusia selamanya.
Sjahrir adalah salah satu dari founding fathers
Indonesia yang meletakkan ideologinya
kepada ideologi sosialisme kerakyatan
sebagai
bentuk
konsistensi
terhadap
penolakannya terhadap ideologi komunisme
dan fasisme. Terdapat tiga hal penting yang
menyebabkan Sjahrir menolak kedua ideologi
tersebut, antara lain, pertama, di dalam
ideologi komunisme terdapat penindasan
terhadap nilai kebebasan manusia baik dalam
bidang politik, sosial, maupun ekonomi
dengan mengatasnamakan perjuangan kelas.
Kedua, di dalam ideologi fasisme terkandung
nilai-nilai yang menganggap bahwa suatu ras
tertentu lebih baik daripada ras lain. Ketiga,
karena Soetan Sjahrir adalah seorang
penganut ideologi sosialisme kerakyatan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
keadilan sosial dan berazaskan prinsip
kedaulatan rakyat.
“Bagi kita perkataan „kerakyatan‟ sebagai
pelengkap pengertian sosialisme kita, tidaklah lain
dari suatu penghayatan dan penegasan bahwa
sosialisme yang seperti kita pahami itu, selamanya
berpegangan pada dan menjunjung tinggi dasar dan
azas persamaan derajat manusia, sehingga kita
menolak ajaran yang mengatakan bahwa
segolongan kecil manusia boleh merasa dan berlaku
sebagai golongan yang istimewa kedudukan serta
haknya, asal saja mereka menamakan dirinya Kaum
Komunis Stalinis. Kita menolak pula ajaran yang
membenarkan bahwa segolongan kecil yang
menganggap diri mereka paling berani dan paling
pandai serta ahli dalam melaksanakan revolusi
sosialis, mengangkat dirinya sendiri menjadi wali
dari kaum buruh dan akhirnya wali dan penguasa
dari seluruh manusia yang hidup di bawah
kekuasaan dunia mereka.”12
Daftar Pustaka
Anwar, H. Rosihan. 2010. Mengenang Sjahrir –
Seorang Negarawan dan Tokoh Pejuang
Kemerdekaan Yang Tersisih dan
Terlupakan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
_________. 2010. Sutan Sjahrir – Demokrat
Sejati, Pejuang Kemanusiaan, True
Demokrat, Fighter For Humanity.
Jakarta: Kompas Media Nusantara.
Indro, P Y Nur. 2009. Pemikiran Politik Soetan
Sjahrir Dan Partai Sosialis Indonesia
tentang
Sosialisme
Demokratis.
Bandung: Inisiatif Warga.
Sjahrir, Soetan. 1982. Sosialime Indonesia
Pembangunan. Jakarta: Leppenas.
Sosialisme kerakyatan juga dalam tujuannya
hampir
memiliki
kesamaan
dengan
masyarakat
komunis
yatitu
ingin
mewujudkan masyarakat yang modern dan
menjalankan industrialisasi atas dasar
pembagian hasil yang adil antara perusahaan
12
Ibid, hal. 91.
36
Download