BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

advertisement
BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.770, 2015
BNN. Lembaga Rehabilitasi Medis. Rehabilitasi
Sosial.
Pemerintah/Pemda.
Masyarakat.
Kemampuan. Peningkatan. Tata Cara.
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
NOMOR 4 TAHUN 2015
TENTANG
TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA
REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL
YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/
PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,
Menimbang : a.
bahwa berdasarkan pasal 70 huruf d Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Badan
Narkotika Nasional memiliki tugas meningkatkan
kemampuan
lembaga
rehabilitasi
medis
dan
rehabilitasi sosial pecandu narkotika, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat;
b.
bahwa dalam rangka efisiensi dan efektifitas
pemberian peningkatan kemampuan terhadap lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial milik
pemerintah dan masyarakat, perlu menyusun tata
cara peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial;
c.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Kepala Badan Narkotika
www.peraturan.go.id
2015, No.770
2
Nasional tentang Tata Cara Peningkatan Kemampuan
Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial
Yang Diselenggarakan oleh Pemerintah/Pemerintah
Daerah Maupun Masyarakat;
Mengingat
: 1.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3671);
2.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);
5.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5062);
6.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
7.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang
Pelaksanaan
Wajib
Lapor
Pecandu
Narkotika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5211);
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
www.peraturan.go.id
3
2013 Nomor 103, Tambahan
Republik Indonesia Nomor 5243);
2015, No.770
Lembaran
Negara
10. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Badan Narkotika Nasional;
11. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
12. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun
2010
tentang
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah;
13. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Perubahan ke 4 atas Peraturan Presiden Nomor 54
tahun
2010
tentang
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2415 Tahun 2011
tentang Rehabilitasi Medis Bagi Pecandu dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 825);
15. Peraturan Menteri Sosial Nomor 03 Tahun 2012
tentang Standar Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban
Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Dan Zat
Adiktif Lainnya;
16. Peraturan Menteri Sosial Nomor 26 Tahun 2012
tentang
Standar
Rehabilitasi
Sosial
Korban
Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Dan Zat
Adiktif Lainnya (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 1218);
17. Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
113/PMK/05/2012 tentang Perjalanan Dalam Negeri
Bagi Pejabat Negara dan Pegawai Tidak Tetap (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 678);
18. Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
190/PMK/05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran
Dalam Rangka Pembayaran Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 1191);
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan
Narkotika (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 352);
www.peraturan.go.id
2015, No.770
4
20. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 11
Tahun 2014 tentang Tata Cara Penanganan Tersangka
Dan/Atau Terdakwa Pecandu Narkotika Dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga
Rehabilitasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 844);
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2014
tentang Perubahan Penggolongan Narkotika (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 415);
22. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 16
Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Narkotika Nasional (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2085);
23. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika
Nasional Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 493);
24. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 421 Tahun 2010
tentang Standar Terapi dan Rehabilitasi Gangguan
Penggunaan Napza;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN
LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI
SOSIAL
YANG
DISELENGGARAKAN
OLEH
PEMERINTAH/PEMERINTAH
DAERAH
MAUPUN
MASYARAKAT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala ini yang dimaksud dengan:
1.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman,
baik sintetis
maupun semisintetis,
yang
dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
2.
Rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan terapi secara terpadu
untuk membebaskan Pecandu Narkotika dari ketergantungan
Narkotika.
www.peraturan.go.id
5
2015, No.770
3.
Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara
terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu
Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam
kehidupan bermasyarakat.
4.
Pascarehabilitasi adalah bagian dari rehabilitasi sosial berupa
pembinaan lanjut dalam bentuk pendampingan, peningkatan
ketrampilan dan dukungan produktivitas agar mampu menjaga
kepulihan serta beradaptasi dengan lingkungan sosial dan mandiri.
5.
Penyalah Guna adalah adalah orang yang menggunakan Narkotika
tanpa hak atau melawan hukum.
6.
Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau
menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan
pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis.
7.
Korban Penyalahgunaan Narkotika adalah seseorang yang tidak
sengaja menggunakan Narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu,
dipaksa, dan/atau diancam untuk menggunakan Narkotika.
8.
Peningkatan kemampuan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan seperti upaya memberikan penguatan, dorongan, atau
fasilitasi kepada lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemerintah daerah maupun
masyarakat agar terjaga keberlangsungannya.
9.
Penguatan adalah proses memberikan bantuan berupa pembinaan
dan peningkatan program kepada lembaga rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah/ pemerintah
daerah maupun masyarakat.
10. Dorongan adalah serangkaian kegiatan dalam bentuk komunikasi,
informasi, dan edukasi dalam rangka memotivasi lembaga rehabilitasi
medis
dan
rehabilitasi
sosial
yang
diselenggarakan
oleh
pemerintah/pemerintah daerah maupun masyarakat.
11. Fasilitasi adalah proses dalam memberikan kemudahan terhadap
lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang dikelola
pemerintah/pemerintah daerah maupun masyarakat dalam bentuk
pemberian rekomendasi dan upaya mengadvokasi pihak terkait dalam
pemberian ijin.
12. Rehabilitasi rawat inap merupakan proses perawatan terhadap klien
dimana klien diinapkan di lembaga rehabilitasi dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan rencana terapi untuk memulihkan kondisi fisik
dan psikisnya akibat penyalahgunaan Narkotika.
13. Rehabilitasi rawat jalan merupakan proses perawatan terhadap klien
dimana klien datang berkunjung ke lembaga rehabilitasi medis dan
www.peraturan.go.id
2015, No.770
6
rehabilitasi sosial sesuai jadwal dalam kurun waktu tertentu
berdasarkan rencana terapi untuk memulihkan kondisi fisik dan
psikisnya akibat penyalahgunaan Narkotika.
14. Lembaga rehabilitasi medis adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
melaksanakan
rehabilitasi
medis
bagi
Pecandu
Korban
Penyalahgunaan Narkotika dan Penyalah Guna Narkotika yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
15. Lembaga rehabilitasi sosial adalah tempat atau panti yang
melaksanakan
rehabilitasi
sosial
bagi
Pecandu
Korban
Penyalahgunaan dan Penyalah Guna Narkotika yang ditetapkan oleh
Menteri Sosial.
16. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah
Presiden
Republik
Indonesia
yang
memegang
kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
17. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
18. Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya disingkat BNN adalah
Lembaga Pemerintah Non Kementerian, berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden yang mempunyai tugas di bidang
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkotika.
Pasal 2
Maksud dan Tujuan peraturan ini adalah:
1.
Maksud peraturan ini adalah memberikan pedoman bagi lingkungan
BNN dalam peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemerintah
daerah maupun masyarakat dan pedoman bagi lembaga dalam
menerima peningkatan kemampuan.
2.
Tujuan peraturan ini adalah agar pelaksanaan peningkatan
kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial oleh
pemerintah/pemerintah
daerah
maupun
masyarakat
dapat
diselenggarakan secara efektif dan efisien serta akuntabel.
BAB II
KEGIATAN DAN PROSES
PENINGKATAN KEMAMPUAN
Pasal 3
Peningkatan kemampuan yang dapat diberikan oleh BNN diantaranya
sebagai berikut:
www.peraturan.go.id
2015, No.770
7
a.
penguatan lembaga;
b.
dorongan lembaga; dan
c.
fasilitasi lembaga.
Pasal 4
(1) Kegiatan penguatan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, diantaranya sebagai
berikut :
a.
pembinaan dan bimbingan teknis;
b.
peningkatan keterampilan
Manusia (SDM);
c.
peningkatan kapasitas lembaga;
d.
magang;
e.
peningkatan mutu layanan;
f.
peningkatan sarana dan prasarana; dan
g.
pemberian dukungan layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi.
atau
kompetensi
Sumber
Daya
(2) Pemberian dukungan layanan rehabilitasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf g meliputi
a.
rawat inap; dan
b.
rawat jalan.
(3) Pemberian
dukungan
layanan pascarehabilitasi
dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi:
sebagaimana
a.
layanan pendampingan;
b.
layanan bimbingan pengembangan diri;
c.
terapi kelompok; dan
d.
kelompok dukungan keluarga (family support group).
Pasal 5
Kegiatan dorongan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, diantaranya sebagai
berikut :
a.
seminar;
b.
koordinasi antar pemangku kepentingan;
c.
semiloka atau lokakarya;
d.
dukungan asistensi/konselor adiksi; dan
e.
pemberian motivasi penyediaan dan pengembangan program layanan.
www.peraturan.go.id
2015, No.770
8
Pasal 6
Kegiatan fasilitasi lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf c, diantaranya sebagai
berikut:
a.
pemberian rekomendasi dalam pengurusan ijin penyelenggaraan
rehabilitasi; dan
b.
mediasi antar pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan terkait
rehabilitasi.
Pasal 7
Peningkatan kemampuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilakukan
melalui proses :
a.
persiapan;
b.
pelaksanaan;
c.
pembiayaan;
d.
pelaporan; dan
e.
monitoring dan evaluasi.
Pasal 8
(1) Persiapan sebagaimana dimaksud dalam
dilaksanakan dalam bentuk antara lain:
pasal
7
huruf
a
a.
kegiatan pemetaan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial;
b.
penandatanganan perjanjian kerjasama; dan
c.
penerbitan keputusan oleh Kepala BNN;
(2) Pemetaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a.
lokasi lembaga;
b.
legalitas formal;
c.
layanan yang tersedia;
d.
sumber daya manusia;
e.
sarana dan prasarana; dan
f.
anggaran.
(3) Pemetaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan
cara wawancara, observasi, kajian laporan dan/atau pengisian
kuesioner.
(4) Hasil pemetaan berupa kesimpulan kebutuhan dan kondisi lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang akan memperoleh
www.peraturan.go.id
2015, No.770
9
peningkatan kemampuan
kondisi lembaga.
berdasarkan
prioritas
kebutuhan
dan
Pasal 9
(1) Legalitas formal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf
b merupakan keabsahan perizinan dalam penyelenggaraan rehabilitasi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Legalitas formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi lembaga
rehabilitasi milik pemerintah/pemerintah daerah antara lain :
a.
penetapan dari kementerian yang membidangi urusan kesehatan
untuk penyelenggaraan rehabilitasi medis; dan
b.
penetapan dari kementerian yang membidangi urusan sosial
dalam hal penyelenggaraan rehabilitasi sosial.
(3) Legalitas formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi lembaga
rehabilitasi milik masyarakat meliputi:
a.
akte notaris;
b.
ijin operasional dari dinas/instansi terkait;
c.
penetapan dari kementerian yang membidangi urusan kesehatan
untuk penyelenggaraan rehabilitasi medis; dan/atau
d.
penetapan dari kementerian yang membidangi urusan sosial
dalam hal penyelenggaraan rehabilitasi sosial.
Pasal 10
Penandatanganan Perjanjian Kerjasama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) huruf b ditandatangani oleh Deputi Rehabilitasi BNN dan
pimpinan lembaga rehabilitasi.
Pasal 11
Penerbitan Keputusan Kepala BNN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) huruf c ditandatangani oleh Kepala BNN atau Deputi Rehabilitasi
BNN yang menerima pendelegasian wewenang dari Kepala BNN.
Pasal 12
(1) Lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang dapat
memperoleh peningkatan kemampuan adalah yang diselenggarakan
oleh:
a.
pemerintah/pemerintah daerah; dan/atau
b.
masyarakat.
(2) Lembaga
rehabilitasi
yang
diselenggarakan
oleh
pemerintah/pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, antara lain:
www.peraturan.go.id
2015, No.770
10
a.
Rumah Sakit Umum;
b.
Rumah Sakit Khusus meliputi Rumah Sakit Jiwa dan Rumah
Sakit Ketergantungan Obat;
c.
Puskesmas;
d.
Klinik;
e.
Panti rehabilitasi;
f.
Balai atau loka rehabilitasi; dan/atau
g.
Lembaga Pemasyarakatan.
(3) Lembaga rehabilitasi yang diselenggarakan oleh masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, antara lain:
a.
Lembaga rehabilitasi sosial;
b.
Rumah sakit swasta; dan
c.
Klinik swasta;
Pasal 13
(1) Pemberian peningkatan kemampuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat dapat pula dilakukan pada lembaga milik pemerintah
yang difungsikan sebagai tempat rehabilitasi sosial, antara lain :
a.
Resimen Induk Militer Komando Daerah Militer;
b.
Sekolah Polisi Negara;
c.
Komando Pendidikan Angkatan Laut; dan
d.
Balai Pemasyarakatan.
(2) Lembaga milik pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pula lembaga yang dimiliki oleh pemerintah daerah yaitu
Balai Latihan Kerja.
(3) Lembaga milik pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) wajib mendapatkan persetujuan dari Kementerian yang
membidangi urusan sosial setelah memperoleh rekomendasi dari BNN.
Pasal 14
(1) Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi yang diselenggarakan
oleh pemerintah/pemerintah daerah dilaksanakan oleh Direktorat
Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah BNN, Bidang
Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Seksi Rehabilitasi
Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.
(2) Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi yang diselenggarakan
oleh masyarakat dilaksanakan oleh Direktorat Penguatan Lembaga
Rehabilitasi
Komponen
Masyarakat
BNN
dan
Direktorat
Pascarehabilitasi BNN, Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
www.peraturan.go.id
2015, No.770
11
Provinsi dan Seksi
Kabupaten/Kota.
Rehabilitasi
Badan
Narkotika
Nasional
(3) Penyelenggaraan rehabilitasi pada lembaga milik pemerintah/
pemerintah daerah yang difungsikan sebagai tempat rehabilitasi sosial
dilaksanakan oleh Deputi Bidang Rehabilitasi BNN.
Pasal 15
(1) Layanan rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)
dan layanan pascarehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat
(3)
dilakukan
oleh
lembaga
rehabilitasi
milik
pemerintah/pemerintah daerah maupun masyarakat.
(2) Dalam hal klien telah menjalani layanan rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial pada suatu lembaga dan diperlukan perawatan
dalam bentuk lainnya dapat dilanjutkan pada lembaga yang sama
atau dilakukan rujukan pada lembaga lain yang menyediakan layanan
yang dibutuhkan oleh klien.
Pasal 16
(1) Lembaga
rehabilitasi
milik
pemerintah/pemerintah
daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf a sampai
dengan huruf f melaksanakan penyusunan rencana layanan
rehabilitasi.
(2) Lembaga rehabilitasi milik pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat huruf g melaksanakan penyusunan rencana layanan
rehabilitasi bersama dengan Direktorat Penguatan Lembaga
Rehabilitasi Instansi Pemerintah BNN.
(3) Lembaga milik pemerintah yang difungsikan sebagai tempat
rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dan
milik pemerintah/pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (2) melaksanakan penyusunan rencana layanan
rehabilitasi bersama dengan Deputi Bidang Rehabilitasi BNN.
(4) Lembaga rehabilitasi milik masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (3) melaksanakan penyusunan rencana layanan
rehabilitasi.
Pasal 17
(1) Lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial melaksanakan
pencatatan penyelenggaraan rehabilitasi sesuai peraturan perundangundangan.
(2) Lembaga milik pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat huruf g dan lembaga milik pemerintah/pemerintah daerah yang
difungsikan sebagai tempat rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud
Pasal 13 ayat (1) dan ayat melaksanakan pencatatan sesuai pedoman
yang diterbitkan BNN.
www.peraturan.go.id
2015, No.770
12
BAB III
PELAPORAN
Pasal 18
(1) Lembaga rehabilitasi yang menerima peningkatan kemampuan wajib
melakukan pelaporan sebagai berikut:
a.
pelaporan pelaksanaan kegiatan; dan
b.
pelaporan keuangan.
(2) Pelaporan pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a termasuk laporan rekapitulasi klien yang memperoleh layanan
rehabilitasi dan pascarehabilitasi.
(3) Laporan rekapitulasi klien sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikirimkan kepada BNN Kabupaten/Kota atau BNN Provinsi sesuai
ruang lingkup domisili lembaga rehabilitasi.
(4) BNN Kabupaten/Kota wajib meneruskan laporan rekapitulasi klien
yang diterimanya kepada BNN Provinsi.
(5) BNN Kabupaten/Kota dan BNN Provinsi wajib meneruskan laporan
rekapitulasi klien yang diterimanya kepada BNN.
(6) Laporan rekapitulasi klien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk
lembaga milik pemerintah/pemerintah daerah yang difungsikan
sebagai tempat rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (1) dan ayat (2) dikirimkan langsung kepada BNN.
(7) Format laporan rekapitulasi klien terdapat dalam lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Kepala ini.
Pasal 19
(1) Laporan keuangan terkait dukungan pembiayaan layanan rehabilitasi
dan pascarehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat
huruf b dilaksanakan secara berkala yang diatur lebih lanjut dalam
lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan
Peraturan Kepala ini.
(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikirimkan
kepada BNN.
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 20
BNN, BNN Provinsi, dan BNN Kabupaten/Kota melakukan monitoring dan
evaluasi secara berjenjang terhadap program dan kegiatan yang
berhubungan dengan peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi.
www.peraturan.go.id
2015, No.770
13
Pasal 21
Monitoring dan evaluasi peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi
meliputi:
a.
pemantauan pelaksanaan rehabilitasi;
b.
pengumpulan data rekapitulasi klien;
c.
identifikasi dan
administratif;
d.
identifikasi dan inventarisasi solusi masalah yang dapat dilakukan;
dan
e.
evaluasi pelaksanaan
rehabilitasi.
inventarisasi
upaya
permasalahan
peningkatan
teknis
kemampuan
maupun
lembaga
Pasal 22
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi, BNN, BNN Provinsi, dan BNN
Kabupaten/Kota harus berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga,
Pemerintah Daerah atau Pemilik lembaga terkait sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing.
Pasal 23
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi peningkatan kemampuan lembaga
rehabilitasi tercantum dalam lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dengan Peraturan Kepala ini.
BAB V
PEMBIAYAAN
Pasal 24
Pembiayaan peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi yang diberikan
oleh Badan Narkotika Nasional dibebankan pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 25
(1) Dukungan layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat dapat diwujudkan dalam bentuk
antara lain:
a.
pembiayaan rehabilitasi rawat inap;
b.
pembiayaan rehabilitasi rawat jalan;
c.
pembiayaan program pendampingan;
d.
pembiayaan program pengembangan diri;
e.
pembiayaan terapi kelompok; dan
www.peraturan.go.id
2015, No.770
f.
14
pembiayaan kelompok dukungan keluarga (family support group).
(2) Pembiayaan layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi sebagaimana
dimaksud ayat (1) hanya dapat diberikan pada klien yang belum
memperoleh pembiayaan dari pihak lain, kecuali dilakukan pada
periode perawatan yang berbeda.
(3) Besaran dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud ayat (1)
mengacu pada Satuan Biaya Khusus dan/atau Satuan Biaya
Masukan yang berlaku pada tahun berjalan yang disahkan oleh
Menteri Keuangan atau pola tarif yang disahkan oleh pemilik/ ketua
lembaga.
(4) Rincian besaran dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) tercantum dalam lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Kepala ini.
(5) Pembiayaan layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara swakelola berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
(6) Pembiayaan layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dilakukan melalui mekanisme sebagaimana
tercantum dalam lampiran V yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Kepala ini.
(7) Dalam hal dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) tidak memenuhi pola tarif resmi lembaga rehabilitasi yang
memperoleh dukungan peningkatan kemampuan dari BNN, maka
lembaga tersebut dapat membebankan selisih pembiayaan pada
pasien dan/atau keluarganya.
(8) Dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
termasuk pembiayaan apabila klien membutuhkan rujukan pada
lembaga lain terkait dengan komplikasi fisik dan/atau komplikasi
kejiwaannya.
BAB VI
LAIN-LAIN
Pasal 26
Lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang memberikan
layanan rehabilitasi dan belum memenuhi persyaratan legalitas formal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 diberikan jangka waktu paling lama
satu tahun untuk mengurus persyaratan tersebut dalam tahun anggaran
berjalan.
www.peraturan.go.id
15
2015, No.770
BAB VII
PENUTUP
Pasal 27
Peraturan Kepala BNN ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Kepala ini dengan penempatan dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan diJakarta
pada tanggal 31 Maret 2015
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,
ANANG ISKANDAR
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 25 Mei 2015
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
www.peraturan.go.id
2015, No.770
16
LAMPIAN I
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
NOMOR 4 TAHUN 2015
TENTANG
TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA
REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL
YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/
PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT
FORMAT LAPORAN REKAPITULASI KLIEN REHABILITASI
LAPORAN KEPADA BNN / BNNP / BNN KAB/KOTA
REKAPITULASI DATA KLIEN YANG DILAYANI
BULAN ………………………………. 2015
LEMBAGA ………………………………..
IDENTITAS KLIEN
NO.
(INISIAL / NO ID /
RM)
JENIS
KELAMIN
L
P
USIA
PEMAKAIAN ZAT 1
TAHUN TERAKHIR
JENIS
ZAT
CARA
PAKAI
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,
ANANG ISKANDAR
www.peraturan.go.id
2015, No.770
17
LAMPIAN II
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
NOMOR 4 TAHUN 2015
TENTANG
TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA
REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL
YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/
PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT
LAPORAN TERKAIT DUKUNGAN PEMBIAYAAN REHABILITASI
1. Lembaga rehabilitasi yang menerima dukungan wajib mengirimkan laporan
kegiatan
secara
periodik
setiap
bulan
yang
dilampiri
bukti
pertanggungjawaban keuangan atas penerimaan dukungan kepada Direktorat
terkait.
2. Laporan pada bulan berjalan selambat-lambatnya diterima pada minggu
pertama bulan berikutnya (contoh: layanan bulan April diterima pada minggu
pertama bulan Mei).
3. Laporan lengkap (bukti pertanggungjawaban) dikirim ke BNN dengan alamat
Deputi Bidang Rehabilitasi U.P. Direktorat Terkait, lantai 4 gedung Badan
Narkotika Nasional, Jl. MT. Haryono No 11 Cawang, Jakarta Timur, Kode Pos
13630.
4. Laporan rekapitulasi klien juga ditembuskan ke BNNP/BNNK/Kota dan dinas
terkait pada wilayah masing-masing.
5. Apabila
batas
waktu
penyampaian
laporan
berakhir
(akhir
tahun),
lembagatidak dapat mengajukan klaim atas layanan rehabilitasi yang telah
dilaksanakan.
6. Regulasi frekuensi laporan pada lembaga rehabilitasi milik pemerintah:
a. Pelaporan mingguan: merupakan data klien yang mendapat layanan
rehabilitasi dalam kurun waktu satu minggu. Dikirim setiap Kamis.
b. Pelaporan bulanan: merupakan laporan kegiatan layanan yang dilakukan
selama satu bulan sebagai hasil pencatatan dan pengolahan data klien
selama satu bulan. Dikirim setiap tanggal 30.
c. Pelaporan tiga bulanan
www.peraturan.go.id
2015, No.770
18
d. Pelaporan tahunan. Dikirim pada tanggal 20 bulan Desember tahun
berjalan.
7. Regulasi frekuensi laporan pada lembaga rehabilitasi milik masyarakat:
a. Laporan bulanan: berisi rekapitulasi klien.
b. Laporan dikirimkan ke Kepala BNNKab/Kota, ditembuskan ke Kepala
BNNP dan Deputi Rehabilitasi BNN.
c. Laporan tahunan: berisi ringkasan program dan kegiatan layanan,
rekapitulasi klien, dan beberapa foto kegiatan yang dikirim ke Deputi
Rehabilitasi
BNN
melalui Direktur
Penguatan
Lembaga Rehabilitasi
Komponen Masyarakat.
8. Regulasi frekuensi laporan pada layanan pascarehabilitasi:
a. Laporan bulanan: berisi rekapitulasi klien, kegiatan dan dokumentasi
layanan. Laporan dikirimkan ke Deputi Rehabilitasi BNN melalui Direktur
Pascarehabilitasi, untuk layanan di Rumah Damping dan Pascarehabilitasi
Bapas ditembuskan ke Kepala BNNP/BNNK/Kab.
b. Laporan tahunan: berisi ringkasan program layanan, rekapitulasi klien,
dan beberapa foto kegiatan dikirim ke Deputi Rehabilitasi BNN melalui
Direktur Pascarehabilitasi.
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,
ANANG ISKANDAR
www.peraturan.go.id
2015, No.770
19
LAMPIAN III
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
NOMOR 4 TAHUN 2015
TENTANG
TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA
REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL
YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/
PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT
PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI
PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI
1. Kegiatan
monitoring
kemampuan
dan
lembaga
evaluasi
terhadap
rehabilitasi
pelaksanaan
dan
peningkatan
penyelenggara
pascarehabilitasidilaksanakan secara berkala. Bentuk kegiatan monitoring
dan evaluasi berupa :
a. kunjungan lapangan;
b. monitoring dilakukan terhadap penyelenggaraan rehabilitasi; dan
c. evaluasi terhadap pemanfaatan dukungan penguatan yang diberikan
kepada penyelenggara rehabilitasi untuk mengetahui ketepatan sasaran
selama
menjalankan
program
rehabilitasi
dan/atau
program
pascarehabilitasi.
2. Selain monitoring dan evaluasi tersebut, juga dilakukan pengawasan oleh
BNN dan berkoordinasi dengan Kementerian, Kantor Wilayah dan Dinas
terkait.
Bentuk pengawasan yang dilakukan berupa:
a. Pengawasan internal yang dilaksanakan oleh tim verifikator yang
bertanggung jawab melakukan verifikasi atas pemberian peningkatan
kemampuan pada lembaga rehabilitasi
b. Pengawasan eksternal dilakukan oleh BNN secara berkala.
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,
ANANG ISKANDAR
www.peraturan.go.id
2015, No.770
20
LAMPIAN IV
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
NOMOR 4 TAHUN 2015
TENTANG
TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA
REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL
YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/
PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT
RINCIAN BESARAN DUKUNGAN PEMBIAYAAN
LAYANAN REHABILITASI DAN PASCAREHABILITASI
1. DUKUNGAN PEMBIAYAAN REHABILITASI RAWAT INAP
1.1.
Milik Instansi Pemerintah Berbasis Rehabilitasi Medis dan Sosial
Lama perawatan yang dapat ditagihkan
maksimum 3 (tiga) bulan rawatan.
Tindakan / Kegiatan
pada
layanan
ini
adalah
Alokasi Tindakan &
Besaran Biaya
A.Tim Asesmen Terpadu (TAT)
1) Biaya asesmen (maksimal 6 orang)
2) Transport petugas asesmen per
orang
(maksimal 6 orang)
3) Transport lokal pengantaran
tersangka ke TAT
(per orang)
4) Transport Pengantaran ke lembaga
rehabilitasi
(per orang)
6 x Rp.
450.000,6
x Rp.
900.000,-
75.000 = Rp.
150.000
= Rp.
Rp. 150.000,Rp. 150.000,-
5) Terapi simtomatik (per orang)
Rp.
50.000,6) Pemeriksaan urin dengan rapid
Rp. 100.000,test (per orang)
7) Biaya verifikasi (per orang)
Rp.
50.000,8) Honor petugas administrasi
Rp. 450.000,(orang/bulan)
9) Pertemuan Pembahasan Kasus (per
Rp.1.000.000,bulan)
10) ATK (per bulan)
Rp. 750.000,11) Honor ketua tim (per bulan)
Rp. 500.000,-
www.peraturan.go.id
21
2015, No.770
B.Rehabilitasi Proses Hukum
1. Berbasis pelayanan rumah sakit maksimal sebesar Rp.
13.500.000,- (selama 3 bulan) dengan rincian:
2 x Rp 75.000 = Rp.
a. Asesmen maksimal 2 kali
150.000,b. Paket rawat inap kelas 3 (tiga)
sesuai pola tarif rumah sakit
Rp 10.500.000,(maksimal Rp.10.500.000)
c. Obat-obatan maksimal
Rp 1.650.000,d. Pemeriksaan urin dengan rapid test 3 x Rp. 100.000 = Rp.
maksimal 3 kali
300.000,e. Pemeriksaan laboratorium dan
penunjang lain (maksimal Rp
Rp.
900.000,900.000)
2. Berbasis panti dalam satu periode perawatan (selama 3 bulan)
sebesar Rp. 13.500.000,- dengan rincian per bulan:
a. Pemeliharaanfisik sebesar Rp2.570.000,- terdiri dari:
1) Permakanan 3 x sehari @ Rp
Rp 1.500.000,50.000,00 x
30 hr & snack
2) Pemeriksaan urin dengan rapid
Rp
250.000,test
3) Pembelian sabun mandi, pasta
gigi, shampoo, sabun cuci,
Rp
250.000,pembalut, handuk
4) Transport Rujukan ke
Rp
220.000,RS/Puskesmas
5) Pakaian (pakaian harian, pak.
dalam, perlengkapan ibadah,
Rp
350.000,handuk, sandal)
b. Biaya rehabilitasi sosial sebesar Rp 1.930.000,- terdiri dari:
1) Honor Tim Asesmen rehabilitasi
Rp
250.000,social
2) Honor Konseling
Rp
250.000,3) Pembahasan Kasus (1 kali
Rp
100.000,seminggu)
4) Case Record (dilaksanakan
Rp
100.000,setiap hari)
5) Honor Terapi psikososial (4 kali
Rp
250.000,seminggu)
6) Terapi kelompok (4 kali
Rp
250.000,seminggu)
7) Pengisian waktu luang
Rp
35.000,(musik/rekreasi)
8) Home visit, kunjungan peksos
ke tempat tinggal klien (1 kali
Rp
220.000,sebulan)
www.peraturan.go.id
2015, No.770
22
9) Honor pembimbing fisik (olah
raga, dll) setiap hari
10)
Honor pembimbing
mental/rohani (bimbingan
keagamaan, ceramah) setiap
hari
11)
Honor pembimbing
vokasional
12)
ATK
13)
Bahan keterampilan
Rp
75.000,-
Rp
100.000,-
Rp
100.000,-
Rp
50.000,-
Rp
150.000,-
1.2. Milik Masyarakat / Swasta Berbasis Rehabilitasi Medis
Biaya yang dapat diklaim maksimum sebesar Rp 3.500.000 yang terdiri
dari beberapa tindakan antara lain:
1. Asesmen
2. Konseling
3. Pemeriksaan kesehatan
4. Obat-obatan
5. Kamar perawatan
6. Penggandaan dan penjilidan
Besaran biaya disesuaikan dengan pola tarif resmi Rumah Sakit/Klinik
Swasta fasilitas pelayanan kesehatan tersebut untuk kelas terendah yang
melakukan klaim.
Lamanya perawatan disesuaikan dengan rencana terapi berdasarkan hasil
asesmen.
1.3.
Milik Masyarakat / Swasta Berbasis Rehabilitasi Sosial
Lama perawatan rehabilitasi rawat inap yang dapat ditagihkan adalah
maksimum 3 (tiga) bulan rawatan.
Alokasi Tindakan &
Tindakan / Kegiatan
Besaran Biaya
1) Asesmen
1 kali
x Rp 75.000 = Rp
75.000
2) Konseling
4 kali
x Rp 50.000 = Rp
200.000
www.peraturan.go.id
2015, No.770
23
3) Pemeriksaan kesehatan
4) Kamar
perawatan
1 paket x Rp 300.000 = Rp
(1
bulan)
1.4.
300.000
Rp. 2.400.000
6) Penggandaan dan penjilidan
Rp.
JUMLAH
Rp. 3.000.000
25.000
Lembaga Milik Pemerintah Yang Difungsikan Sebagai Tempat
Rehabilitasi Sosial
Lama perawatan yang dapat ditagihkan
maksimum 3 (tiga) bulan rawatan.
pada
layanan
ini
adalah
A. Lembaga Pemasyarakatan / Rumah Tahanan
Tindakan / Kegiatan
Alokasi Tindakan &
Besaran Biaya
a. MPE (Medical, Physical Evaluation)
1)
Obat-obatan simtomatik
1 x Rp. 100.000 = Rp.
100.000,-
2)
Pemeriksaan Kesehatan
1
x Rp.
100.000,-
100.000 = Rp.
3)
Konseling Individu
1
x Rp.
100.000,-
100.000 = Rp.
4)
KIE
1
x Rp.
100.000,-
100.000 = Rp.
5)
Pembahasan Kasus
1
x Rp.
100.000,-
100.000 = Rp.
b. Primary :
1) Konseling Individu
4
x Rp.
200.000,-
50.000
= Rp.
2) Konseling Kelompok
4
x Rp.
200.000,-
50.000
= Rp.
3) Seminar
4
x Rp.
100.000,-
25.000
= Rp.
4) Terapi Kelompok
4
x Rp.
100.000,-
25.000
= Rp.
5) Terapi Keluarga
2
x Rp.
50.000,-
25.000
= Rp.
www.peraturan.go.id
2015, No.770
24
6) SNA (Saturday Night Activity)
6
x Rp.
150.000,-
25.000
= Rp.
7) Spiritualitas
6
x Rp.
150.000,-
25.000
= Rp.
1) Vokasional
2
x Rp.
50.000,-
25.000
= Rp.
2) Seminar Pencegahan
Kekambuhan (Relaps
Prevention)
3) Terapi Keluarga/FSG (Family
Support Group)
2 x Rp. 25.000 = Rp.
50.000,1
x Rp.
50.000,-
50.000
= Rp.
4) SNA (Saturday Night Activity)
2
x Rp.
50.000,-
25.000
= Rp.
5) Rujukan
2
x Rp.
50.000,-
25.000
= Rp.
d. Rujukan
2
x Rp. 225.000
450.000,-
= Rp.
e. Snack
90 x Rp.
25.000
Rp.2.250.000,-
c. Re-Entry :
=
B. Sekolah Polisi Negara / Resimen Induk Infantri Komando Daerah
Militer atau Lembaga Pendidikan TNI lainnya
Alokasi Tindakan &
Tindakan / Kegiatan
Besaran Biaya
1) Makan untuk 3 bulan @ Rp. 50.000
90 x Rp. 50.000 = Rp.
4.500.000,-
2) Asesmen Lanjutan (awal & akhir
program) maksimal 2 kali
2 x Rp. 100.000 = Rp.
200.000,-
3) Pemeriksaan urin narkoba
maksimal 2 kali
2 x Rp. 100.000 =Rp.
200.000,-
4) Pemeriksaan Kesehatan maksimal 3
kali
3 x Rp. 100.000 = Rp.
300.000,-
5) Kaos dan perlengkapan pribadi
klien
Rp.
6) Obat-obat simtomatik
3 x Rp. 100.000 = Rp.
300.000,-
650.000,-
www.peraturan.go.id
2015, No.770
25
7) Program Rehabilitasi
MPE (Medical, Physical Evaluation)
a) Konseling Individu maksimal 2
kali
2 x Rp. 50.000 = Rp.
100.000,-
b) Konseling Kelompok maksimal 1
kali
2
x Rp.
50.000,-
25.000
= Rp.
c) KIE Kesehatan maksimal 1 kali
2
x Rp.
50.000,-
25.000
= Rp.
d) Pembahasan Kasus maksimal 1
kali
1
x Rp.
25.000,-
25.000
= Rp.
e) Bimbingan Rohani maksimal 1
kali
1 x Rp. 25.000 = Rp.
25.000,-
Program Inti
a) Konseling Individu maksimal 4
kali
4 x Rp. 50.000 = Rp.
200.000,-
b) Konseling Kelompok maksimal 4
kali
4 x Rp. 25.000 = Rp.
100.000,-
c) Edukasi/Seminar maksimal 4 kali
4 x Rp.
100.000,-
25.000
= Rp.
d) Terapi Kelompok maksimal 4 kali
4 x Rp.
100.000,-
25.000
= Rp.
e) Terapi Keluarga/FSG (Family
Support Group) maksimal 1 kali
1 x Rp. 25.000 = Rp.
25.000,-
f) SNA (Saturday Night Activity)
maksimal 4 kali
4 x Rp. 25.000 = Rp.
100.000,-
g) Rekreasional maksimal 1 kali
1 x Rp. 25.000 = Rp.
25.000,-
h) Bimbingan Rohani maksimal 1
kali
1 x Rp. 25.000 = Rp.
25.000,-
Persiapan pasca rehabilitasi selama
2 minggu
a) Vokasional maksimal 2 kali
2 x Rp. 25.000 = Rp.
50.000,-
b) Seminar Pencegahan
Kekambuhan
maksimal 2 kali
2 x Rp. 25.000 = Rp.
50.000,-
www.peraturan.go.id
2015, No.770
26
c) Terapi Keluarga/FSG (Family
Support Group) maksimal 1 kali
1 x Rp. 25.000 = Rp.
25.000,-
d) SNA (Saturday Night Activity)
1 x Rp. 25.000 = Rp.
25.000,-
e) Bimbingan Rohani
1 x Rp. 25.000 = Rp.
25.000,-
8) Rujukan
a) Rujukan Penyakit Penyerta
maksimal 1 kali
1 x Rp. 150.000 = Rp.
150.000,-
b) Rujukan mengantar ke BNNP
(dikembalikan ke Dayamas) atau
Pasca Rehabilitasi melalui BNNP
(rawat inap/ rawat jalan) jika
selesai program maksimal 1 kali
1 x Rp. 100.000 = Rp.
100.000,-
2. DUKUNGAN PEMBIAYAAN RAWAT JALAN
2.1. Milik Instansi Pemerintah Berbasis Rehabilitasi Medis
Lama perawatan yang dapat ditagihkan pada layanan ini adalah
maksimum 12 (dua belas) kali pertemuan.
Tindakan / Kegiatan
1) Pemeriksaan kesehatan
2) Asesmen
3) Konseling
4) Terapi Kelompok
5) Pemeriksaan urin (rapid
test)
6) Transport Rujukan
7) ATK
Alokasi Tindakan &
Besaran Biaya
1kali x Rp. 175.000 = Rp.
175.000,1 kalix Rp. 75.000 =Rp.
75.000,8 kali x Rp. 50.000 =Rp.
400.000,2 kalix Rp. 75.000 = Rp.
150.000,2 kali x Rp. 100.000 = Rp.
200.000,Rp. 100.000,Rp. 100.000,-
www.peraturan.go.id
2015, No.770
27
2.2. Milik Masyarakat / Swasta Berbasis Rehabilitasi Medis
Biaya yang dapat diklaim maksimum sebesar Rp 1.000.000 yang terdiri
dari beberapa tindakan antara lain :
1) Asesmen
2) Konseling
3) Obat-obatan
4) Pemeriksaan Kesehatan
5) Penggandaan dan penjilidan
Besaran biaya disesuaikan dengan pola tarif resmi Rumah Sakit/Klinik
Swasta fasilitas pelayanan kesehatan tersebut yang melakukan klaim.
Lamanya perawatan disesuaikan dengan rencana terapi berdasarkan
hasil asesmen.
2.3. Milik Masyarakat / Swasta Berbasis Rehabilitasi Sosial
Lama perawatan yang dapat ditagihkan pada layanan ini adalah
maksimum 10 (sepuluh) kali pertemuan.
Alokasi Tindakan &
Tindakan / Kegiatan
Besaran Biaya
1) Assesmen
1 kali
75.000
x
Rp
2) Konseling
8 kali
x
400.000
Rp
3) Pemeriksaan kesehatan
1 paket x
300.000
Rp
4) Penggandaan dan
penjilidan
Rp.
Jumlah
Rp. 800.000
75.000
= Rp
50.000
300.000
= Rp
= Rp
25.000
3. DUKUNGAN PEMBIAYAAN PASCAREHABILITASI
3.1. Layanan Pendampingan
Tindakan / Kegiatan
Alokasi
Biaya
Tindakan
&
Besaran
A. Penerimaan
a.Pemeriksaan urin (rapid test)
1 kl x 100.000
100.000
= Rp.
www.peraturan.go.id
2015, No.770
28
50.000
= Rp.
a. PJ. Program
1 org x 1 bln x
450.000
450.000 = Rp.
b. Petugas Administrasi
1 org x 1 bln
Rp.1.700.000
x1.700.000
=
c. Pendamping
1 org x 1 bln
Rp.2.100.000
x2.100.000
=
d. Juru masak
1 org x 1 bln
Rp.1.700.000
x1.700.000
=
b.
1 pkt x
50.000
Rekam medis
B. Dukungan Operasional
1) Honor operasional
2) Belanja Bahan
a. Bahan makanan
1 org x 50hr x 30.000
1.500.000
= Rp.
b. Obat-obatan
1 pkt x 500.000
500.000
= Rp.
c. Sertifikat
1 org x 25.000
25.000
= Rp.
d.
Bahan
Tangga
e.
Vokasional
Op.Rumah 1 pkt x 5.000.000
5.000.000
= Rp.
Pelatihan 1 pkt x 3.000.000
3.000.000
= Rp.
Bahan
3) Belanja Barang Persediaan
lainnya
a. Pemeriksaan Urin
2 kl x 100.000
dengan
200.000
rapid test
b. Komp.Supplies
= Rp.
1 pkt x 1.000.000
1.000.000
= Rp.
1 org x 150.000
150.000
= Rp.
4) Belanja Perjalanan Dinas
Transport lokal kepulangan
Residen
5) Belanja Jasa Profesi
a. Instruktur
1 org x 1 kl x 300.000
300.000
b. Rujukan/konsultasi
1 kl x 125.000
125.000
= Rp.
= Rp.
www.peraturan.go.id
2015, No.770
29
3.2. Layanan Bimbingan Kelompok, Pengembangan Diri dan Terapi
Keluarga di BNNP/BNNK/Kab atau Balai Pemasyarakatan (Bapas)
Tindakan / Kegiatan
Alokasi
Biaya
Tindakan
&
Besaran
Penerimaan
Rekam medis
1 org x 50.000
50.000
= Rp.
Dukungan Operasional
1) Honor operasional
a. PJ. Program
1 org x 1 bln x
450.000
450.000 = Rp.
b. Pendamping
1 org x 1 bln
Rp.2.100.000
x2.100.000
=
2) Belanja Bahan
a. Sertifikat
1 org x 25.000
25.000
= Rp.
3) Belanja Barang Persediaan
Lainnya
a. Pemeriksaan urin dengan 3 kl x 100.000
rapidtest
300.000
= Rp.
4) Belanja Jasa Profesi
a. Instruktur
1 org x 1 kl x 300.000
300.000
= Rp.
b. Rujukan/konsultasi
1 kl x 125.000
125.000
= Rp.
 Konsumsi
1 org x 14.000
14.000
= Rp.
 Transport peserta
1 org x
50.000
= Rp.
 Honor fasilitator
1 org x 1jam x 300.000
300.000
= Rp.
 Transport fasilitator
1 kl
x 150.000
150.000
= Rp.
5) Kegiatan
a. Grup terapi
b.
50.000
Seminar Pengembangan
diri
www.peraturan.go.id
2015, No.770
c.
(FSG)
30
 Konsumsi
1 org x 14.000
14.000
= Rp.
 Transport peserta
1 org x
50.000
= Rp.
 Honor fasilitator
1 org x 1jam x 300.000
300.000
= Rp.
 Transport fasilitator
1 kl
x 150.000
150.000
= Rp.
 Konsumsi
1 org x 14.000
14.000
= Rp.
 Transport peserta
1 org x
50.000
= Rp.
 Honor fasilitator
1 org x 1 jam x 300.000
300.000
= Rp.
 Transport fasilitator
1 kl
x 150.000
150.000
= Rp.
50.000
Family Support Group
50.000
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,
ANANG ISKANDAR
www.peraturan.go.id
2015, No.770
31
LAMPIAN V
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
NOMOR 4 TAHUN 2015
TENTANG
TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA
REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL
YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/
PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT
MEKANISME PEMBIAYAAN
DUKUNGAN REHABILITASI DAN PASCAREHABILITASI
1. Penagihan dapat diajukan setiap bulan kepada masing-masing Direktorat
dengan batas waktu klaim terakhir bulan Desember tahun berjalan.
2. Lembaga rehabilitasi milikpemerintah dan lembaga lainmilikpemerintah yang
difungsikan
sebagai
tempatrehabilitasi
sosial,
pengiriman
kelengkapan
administrasi dan berkas tagihan ditujukan kepada Direktorat Penguatan
Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah (Dit. PLRIP).
3. Lembaga rehabilitasi milik masyarakat dan swasta,pengiriman kelengkapan
administrasi dan berkas tagihan ditujukan kepada Direktorat Penguatan
Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat (Dit. PLRKM).
4. Lembaga
administrasi
penyelenggara
dan
pascarehabilitasi,pengiriman
berkas
tagihan
ditujukan
kelengkapan
kepada
Direktorat
Pascarehabilitasi (Dit. Pascarehabilitasi).
5. Penagihanakan dibayarkan jika administrasi penagihan yang diajukan telah
di verifikasi oleh Tim Verifikator.
6. Tim verifikator melampirkan surat hasil verifikasi yang telah disetujui oleh
Pejabat Pembuat Komitmen.
7. Pembayaran tagihan akan dilakukan oleh :
a.
Bendahara pengeluaran pembantu (BPP)
Dit. PLRIP untuk lembaga
rehabilitasi milik pemerintah dan lembaga lain milik pemerintah yang
difungsikan sebagai tempat rehabilitasi sosial melalui transfer ke
rekening atas nama Tim Asesmen Rehabilitasi atau bendahara
penyelenggara rehabilitasi.
www.peraturan.go.id
2015, No.770
b.
32
Bendahara pengeluaran pembantu (BPP) Dit. PLRKM untuk lembaga
komponen masyarakat dan swasta melalui transfer ke rekening atas
nama lembaga rehabilitasi yang bersangkutan.
c.
Bendahara pengeluaran pembantu (BPP) Dit. Pascarehabilitasi untuk
lembaga penyelenggara pascarehabilitasi melalui transfer ke rekening
atas nama lembaga penyelenggara pascarehabilitasi yang bersangkutan.
8. Bukti pembayaran penagihan (SP2D/copy transfer) yang telah dibayarkan
akan dikirimkan oleh Direktorat terkait kepada penyelenggara rehabilitasi
dan pascarehabilitasi melalui fax atau email.
9. Alur Pembiayaan:
Penyelenggara
rehabilitasi
Kelengkapan
administrasi
Ditujukan
ke
Deputi
Bidang
Rehabilitasi U.P.
Direktorat terkait*
setiap awal bulan
thn berjalan
Proses Pembayaran oleh Bendahara
Direktorat Terkait* ditujukan ke
rekening bank instansi/lembaga/
penyelenggara pascarehabilitasi
Verifikasi
oleh
tim
verifikator
Persetujuan pembayaran
oleh Pejabat Pembuat
Komitmen dan di ketahui
oleh Direktur Direktorat
Terkait
8. Dokumen Administrasi sesuai dengan Lampiran II mengenai Laporan
Terkait Dukungan Pembiayaan Rehabilitasi.
9. Berkas Pertanggungjawaban untuk Lembaga Milik Pemerintah
a. Layanan berbasis rehabilitasi rawat jalan
1)
Asli surat permohonan pengajuan penagihan.
2)
Rekapitulasi rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan
yang dilakukan.
3) Halaman depan rekening Tim Asesmen Rehabilitasi;
4) Satu lembar kwitansi yang menyebutkan dan melampirkan bukti
rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan:
www.peraturan.go.id
33
2015, No.770
a) asesmen;
b) konseling;
c) terapi kelompok meliputi psikososial, vokasional, olah raga,
bimbingan rohani, FSG, dll;
d) ATK;
e) penggandaan berkas atau laporan;
f) pemeriksaan medis (bila ada);
g) transport rujukan (bila ada);
h) pembelian alat tes urin narkoba;
5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.
b. Layanan berbasis rehabilitasi rawat inap dalam proses hukum
1) Asli surat permohonan pengajuan penagihan.
2) Rekapitulasi rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang
dilakukan.
3) Halaman depan rekening Tim Asesmen Rehabilitasi.
4) Satu lembar Kwitansi yang menyebutkan dan melampirkan bukti
rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan:
a) asesmen;
b) ATK;
c) bahan keterampilan;
d) konseling;
e) terapi kelompok meliputi psikososial, vokasional, olah raga,
bimbingan rohani, FSG dll;
f) pemeriksaan kesehatan;
g) fotokopi resep;
h) rapid test urin narkoba;
i) pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain;
j) transport rujukan (jika ada);
k) UPK (kebutuhan pribadi residen sehari-hari meliputi handuk,
toilet kit, dll); dan
l) Case conference (pembahasan kasus).
www.peraturan.go.id
2015, No.770
34
5) Kamar Perawatan (kelas yang paling rendah): satu lembar Kwitansi
yang menjelaskan jumlah hari periode perawatan dan harga satuan
kamar perawatan/hari (jika dilaksanakan di Rumah Sakit).
6) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.
c. Layanan berbasis rehabilitasi rawat inap di SPN/Rindam
1) Asli surat permohonan pengajuan penagihan.
2) Rekapitulasi rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang
dilakukan
3) Halaman depan rekening Tim Asesmen Rehabilitasi.
4) Satu lembar Kwitansi yang menyebutkan dan melampirkan bukti
rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan:
a) asesmen;
b) biaya makan dan snack;
c) bahan keterampilan;
d) konseling;
e) terapi kelompok meliputi psikososial, vokasional, olah raga,
bimbingan rohani, FSG;
f) pemeriksaan kesehatan;
g) fotocopy resep;
h) rapid test urin narkoba;
i) pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain;
j) transport rujukan (jika ada);
k) UPK (kebutuhan pribadi residen sehari-hari meliputi handuk,
toilet kit, dll); dan
l) case conference (pembahasan kasus).
5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.
d. Layanan berbasis rehabilitasi rawat inap di Lapas/Rutan
1) Asli surat permohonan pengajuan penagihan.
2) Rekapitulasi rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang
dilakukan.
3) Halaman depan rekening Tim Asesmen Rehabilitasi.
www.peraturan.go.id
2015, No.770
35
4) Satu lembar Kwitansi yang menyebutkan dan melampirkan bukti
rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan:
a) asesmen;
b) snack;
c) bahan keterampilan;
d) konseling;
e) seminar kekambuhan;
f) terapi kelompok meliputi psikososial, vokasional, olah raga,
bimbingan rohani, FSG dll;
g) pemeriksaan kesehatan;
h) fotocopy resep;
i) rapid test urin narkoba;
j) pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain;
k) transport rujukan (jika ada);
l) UPK (kebutuhan pribadi residen sehari-hari meliputi handuk,
toilet kit, dll); dan
m) case conference (pembahasan kasus).
5) Surat PernyataanTanggung Jawab Mutlak.
12. Berkas Pertanggungjawaban untuk Lembaga Rehabilitasi Milik Masyarakat
/ Swasta
a. Berbasis Rehabilitasi Medis Rawat Inap:
1) Surat Permohonan pengajuan tagihan
2) Satu lembar kwitansi yang menyebutkan rincian jumlah biaya atas
tindakan atau kegiatan yang dilakukan:
a) asesmen;
b) konseling;
c) pemeriksaan kesehatan (termasuk tes urine jika di perlukan);
d) obat-obatan; dan
e) kamar perawatan
3) Lampiran atas kwitansi yang distempel Rumah Sakit/Klinik Swasta:
a) fotokopiresume asesmen;
b) fotokopi resume hasil konseling per pertemuan;
c) fotokopi lembar pemeriksaan
pemeriksaan kesehatan; dan
kesehatan
dan
resume
hasil
d) fotokopi resep obat dan rincian pembelian obat
www.peraturan.go.id
2015, No.770
36
4) Kwitansi tanda terima biaya penggandaan dan penjilidan, disertai satu
lembar faktur/nota fotokopi/penggandaan dan penjilidan berkas
administasi pertanggung jawaban keuangan atau laporan.
5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.
b.
Milik Masyarakat / Swasta Berbasis Rehabilitasi SosialRawat Inap:
1) Surat permohonan pengajuan tagihan
2) Satu lembar kwitansi yang menyebutkan rincian jumlah biaya atas
tindakan atau kegiatan yang dilakukan:
a) asesmen;
b) konseling;
c) pemeriksaan kesehatan (termasuk tes urine jika diperlukan);
d) kamar perawatan; dan
e) penggandaan dan penjilidan.
3) Lampiran atas kwitansi yang di stempel lembaga:
a) fotokopi resume asesmen;
b) fotokopi resume hasil konseling per pertemuan;dan
c) fotokopi
lembar
pemeriksaan
pemeriksaan kesehatan;
kesehatan
danresume
hasil
4) Faktur/nota fotokopi/penggandaan dan penjilidan berkas administasi
pertanggungjawaban keuangan atau laporan.
5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.
c. Milik Masyarakat /Swasta Berbasis Rehabilitasi Medis Rawat Jalan :
1) Surat permohonan pengajuan tagihan
2) Satu lembar kwitansi yang menyebutkan rincian jumlah biaya atas
tindakan atau kegiatan yang dilakukan:
a) asesmen;
b) konseling;
c) obat-obatan;dan
d) pemeriksaan kesehatan (termasuk tes urine jika diperlukan);
3) Lampiran atas kwitansi yang di stempel Rumah Sakit/Klinik Swasta:
a) fotocopy resume asesmen;
b) fotocopy resume hasil konseling per pertemuan;
c) fotocopy resep obat dan rincian pembelian obat; dan
www.peraturan.go.id
2015, No.770
37
d) fotocopy lembar pemeriksaan kesehatandan hasil pemeriksaan
kesehatan;
4) Kwitansi tanda terima biaya penggandaan dan penjilidan, disertai satu
lembar faktur/nota fotokopi/penggandaan dan penjilidan berkas
administasi pertanggung jawaban keuangan atau laporan.
5) Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.
d. Milik Masyarakat/Swasta Berbasis Rehabilitasi Sosial Rawat Jalan :
1)
Surat permohonan pengajuan penagihan
2)
Satu lembar kwitansi yang menyebutkan rincian jumlah biaya atas
tindakan atau kegiatan yang dilakukan:
a) asesmen;
b) konseling;
c) pemeriksaan kesehatan (termasuk tes urine jika diperlukan)dan;
d) penggandaan dan penjilidan
3)
Lampiran atas kwitansi yang di stempel lembaga:
a)
fotokopiresume asesmen;
b)
fotokopiresume hasil konselingper pertemuan;dan
c) fotokopilembar
pemeriksaan
pemeriksaan kesehatan;
kesehatandan
resume
hasil
4) Faktur/nota fotokopi/penggandaan dan penjilidan berkas administasi
pertanggung jawaban keuangan atau laporan.
5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.
13. Berkas Pertanggungjawaban untuk Penyelenggara Pascarehabilitasi
a. Layanan Pascarehabilitasi Rumah Damping
1)
Faktur/nota bahan makanan per tahap (diatas 1 juta, menggunakan
materai sesuai ketentuan berlaku);
2)
Faktur/nota
bahan
operasional
per
tahap
(diatas
1
juta,
menggunakan materai sesuai ketentuan berlaku);
3)
4)
Faktur/nota bahan pelatihan
operasional kegiatan;
Nominatif honor pendamping;
vokasional,
bahan
pendukung
5)
Nominatif honor instruktur pelatihan layanan Pascarehabilitasi;
www.peraturan.go.id
2015, No.770
6)
38
Kwitansi dan fotokopi resume pemeriksaan medis (bila ada) dan
fotokopi surat rujukan (bila ada);
7)
Kwitansi pembelian rapid test urin narkoba;
8)
Nominatif transport lokal kepulangan klien Pascarehabilitasi ;
9)
Kwitansi biaya sewa rumah (bila ada);
10) Pelaporan : Faktur/nota Pembelian Alat Tulis Kantor atau faktur/nota
fotokopi/penggandaan berkas atau laporan;
11) Daftar absensi klien per tahap selama dalam layanan;
12) Resume dan catatan perkembangan klien.
b. Layanan Pascarehabilitasi BNNP/BNNK/Kab dan Balai Pemasyarakatan
(Bapas)
1)
Nominatif honor pendamping;
2)
Nominatif honor instruktur pelatihan layanan pascarehabilitasi;
3)
Kwitansi dan fotocopy resume pemeriksaan medis (bila ada) dan
fotocopy surat rujukan (bila ada);
4)
Kwitansi pembelian Rapid test urin narkoba;
5)
Pelaporan : Faktur/nota Pembelian Alat Tulis Kantor atau faktur/nota
foto copy/penggandaan berkas atau laporan;
6)
Daftar absensi klien;
7)
Resume dan catatan perkembangan klien.
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,
ANANG ISKANDAR
www.peraturan.go.id
Download