Bank Berjanji Turunkan Bunga Kredit Ryan Kiryanto, Ekonom Bank BNI. Jumat, 9 Januari 2009 JAKARTA (Suara Karya): Pascapenurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sebesar 50 basis poin menjadi 8,75 persen, perbankan berjanji akan meresponsnya dengan menurunkan bunga kredit seperti yang diinginkan sektor riil. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk Kostaman Thayib, Corporate Bank CIMBNiaga Chaterina Hadiman, dan Ekonom Bank BNI Ryan Kiryanto mengungkapkan hal itu, kemarin, di Jakarta. Sementara itu, pemerintah juga meminta BI agar terus menurunkan BI Rate. Kostaman mengatakan, penurunan BI Rate berpotensi memberikan kelonggaran terhadap likuiditas bank yang belakangan cenderung ketat. "Hal ini merupakan sinyal kepada masyarakat bahwa perbankan akan menurunkan tingkat suku bunganya, baik bunga dana maupun bunga kredit," katanya, di Jakarta, Kamis. Namun, katanya, penurunan bunga kredit tidak dilakukan serentak oleh perbankan nasional karena tergantung pada kondisi masing-masing bank. "Penurunan suku bunga bank akan terhambat oleh likuiditas bank yang tidak merata dan tingkat loan to deposit ratio atau LDR bank yang tinggi. Perbankan akan mengatasi lebih dulu masalah likuiditas yang tidak merata dan LDR yang tinggi itu," ujarnya. Menurut Kostaman, perbankan saat ini masih menawarkan suku bunga dana tinggi di pasar, akibat masih ketatnya permintaan kredit dari nasabah. Nasabah masih berhati-hati dalam mengajukan kredit ke bank, karena bunga yang tinggi menimbulkan masalah bagi nasabah yang khawatir tidak bisa membayar pinjaman kreditnya. "Sedangkan perbankan mengajukan bunga kredit yang tinggi untuk mendukung biaya operasional yang semakin besar," ujarnya. Dia mengatakan, saat ini sebenarnya tak ada alasan bagi perbankan untuk tak menurunkan tingkat bunga kredit karena kondisi ekonomi yang mulai menunjukkan sinyal positif bagi bank. "Suku bunga bank sudah mencapai puncaknya sehingga tidak ada kemungkinan untuk naik lagi," tuturnya. Mengenai hal ini, Corporate Banking PT Bank CIMB-Niaga Chaterina Hadiman membenarkan. Menurut dia, tingkat suku bunga bank telah mencapai puncaknya sehingga tak ada lagi ruang untuk naik. Karena itu, harapan masyarakat agar bunga kredit perbankan bisa turun, bukan lagi hal yang tak mungkin. "Ekspektasi masyarakat bahwa tingkat suku bunga dana dan bunga kredit akan bergerak turun, bisa saja terpenuhi," ujarnya. Hanya saja, kata dia, kapan waktu yang tepat untuk menurunkan bunga kredit, perbankan sendiri yang bisa menjawabnya. "Perbankan kemungkinan merespons tidak dalam waktu yang cepat, karena berbagai masalah yang ada harus dapat diatasi berkaitan dengan likuiditas yang tidak merata," katanya. Selain itu, pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan mengimbas ekonomi nasional juga merupakan faktor yang menahan tingkat suku bunga turun. Menurut Kostaman, penurunan suku bunga lebih dulu harus dilakukan oleh bankbank pemerintah yang diikuti bank swasta besar. Ini untuk mendorong ekonomi nasional agar tumbuh lebih baik. Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengungkapkan, penurunan BI Rate sebesar 50 basis poin dari 9,25 persen menjadi 8,75 persen seharusnya segera diikuti dengan penurunan suku bunga kredit perbankan sehingga bisa mendorong pergerakan sektor riil. "Langkah BI menurunkan BI Rate 50 basis poin menjadi sentimen positif bagi sektor perbankan karena akan diikuti penurunan suku bunga simpanan rupiah dan suku bunga kredit," kata Ryan Kiryanto. Di sisi lain, pemerintah berharap penurunan BI Rate bisa terus berlanjut sebagai bagian dari stimulus ekonomi di sektor investasi. "Saya rasa dengan penurunan kemarin kita berharap inflasi masih akan terus bisa ditekan ke bawah tahun ini. Maka penurunan tingkat suku bunga untuk menstimulasi investasi itu masih bisa meningkat," ujar Menteri Keuangan sekaligus Plt Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati, kemarin. Selain itu, Sri Mulyani mengatakan, perbankan nasional memang perlu melakukan konsolidasi sehingga perbankan dapat menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi di 2009 melalui kucuran kreditnya. "Jadi, kalau pertumbuhan ekonomi (2009) sebesar 4,5%-5,5%, maka growth kredit 20-25%. Kemarin (2008) dengan suku bunga 9% saja (kredit) bisa growth 37%. Jadi, tidak hanya growth yang memengaruhi. Kalau suku bunga turun tetapi likuiditas maupun prospek ekonomi menimbulkan risiko, biasanya bank juga akan lebih hati-hati," ujarnya. (Devita/Nunun)