BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Balai Besar Latihan Kerja Industri BBLKI Serang adalah Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPTP) di bidang pelatihan tenaga kerja yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jendral Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (DITJEN BINALATTAS), yang bersifat mandiri yang melaksanakan tugas teknis operasional dan atau tugas teknis penunjang di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan. Tugas teknis operasional adalah tugas untuk melaksanakan kegiatan teknis yang secara langsung berhubungna dengan pelayanan masyarakat. Tugas teknis penunjang adalah tugas untuk melaksanakan kegiatan teknis yang pada prinsipnya dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Kementerian Ketenagakerjaan. Sedangkan tugas dan fungsi Balai Besar Latihan Kerja Industri meneurut Pasal 76 dari Peraturan Menteri tersebut adalah sebagai berikut: Balai Besar Latihan Kerja Industri mempunyai tugas melaksanakan pelatihan, peningkatan produktivitas, uji kompetensi, sertifikasi, konsultasi dan kerjasama dan pemberdayaan lembaga pelatihan. Fungsi organisasi dituangkan dalam Pasal 77 yaitu sebagai berikut yang dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76, Balai Besar Latihan Kerja Industri menyelenggarakan fungsi: a. Penyusunan rencana program dan anggaran, pengembangan program dan produktivitas, uji kompetensi dan sertifikasi pelatihan kerja industry. b. Penyelenggaraan program pelatihan dan produktivitas, uji kompetensi, sertifikasi, pengembangan program dan konsultasi pelatihan kerja industri. c. Pelaksanaan koordinasi dan evaluasi pelatihan kerja serta uji kompetensi, sertifikasi, pemasaran dan kerjasama kelembagaan serta pelaporan. d. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Besra Latihan Kerja Industri. 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.1.2 Pengertian Kinerja Terminologi kinerja dalam bahasa Inggris dipadankan dengan istilah performance, yang menurut The Scribner-Bantam English terbitan Amerika Serikat dan Canada dalam Rivai & Basri (2005) berasal dari akar kata to perform dengan beberapa entries yaitu: a. Melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute) b. Memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar (to discharge or fulfill, as vow) c. Melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute orcomplete anunderstaking) dan d. Melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is expected of a person machine). Dalam (Mahsun, 2009) kinerja adalah suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Oleh karena itu penting sebuah kinerja untuk dapat diukur. Bernardin & Russel (2002) memberikan pengertian tentang kinerja sebagai berikut performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during time period. Prestasi atau kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu. Pengertian kinerja juga dikemukakan oleh Simanjuntak (2005) yang mengemukakan kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut. Dessler (2009) berpendapat bahwa kinerja (prestasi kerja) karyawan adalah prestasi aktual karyawan dibandingkan dengan prestasi yang diharapkan dari 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ karyawan. Prestasi kerja yang diharapkan adalah prestasi standar yang disusun sebagai acuan sehingga dapat melihat kinerja karyawan sesuai dengan posisinya dibandingkan dengan standar yang dibuat. Selain itu dapat juga dilihat kinerja dari karyawan tersebut terhadap karyawan lainnya. Berdasarkan beberapa pendapat tentang kinerja dan prestasi kerja dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja maupun prestasi kerja mengandung substansi pencapaian hasil kerja oleh seseorang. Dengan demikian bahwa kinerja maupun prestasi kerja merupakan cerminan hasil yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang. Kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga (institutional performance) atau kinerja perusahaan (corporate performance) terdapat hubungan yang erat. Dengan perkataan lain bila kinerja karyawan (individual performance) baik maka kemungkinan besar kinerja perusahaan (corporate performance) juga baik. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan Dan Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Dalam Mulyadi (2009) penilaian kinerja didefinisikan sebagai penentu secara periodic efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dioprasikan oleh sumber daya manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi. Definisi pengukuran kinerja diatas tidak jauh berbeda maknanya dimana pengukuran kinerja merupakan metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan dan berperan sebagai alat komunikasi dan manajemen untuk memperbaiki kinerja organisasi. 2.1.3 Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan personilnya berdasarkan standar dan kriteria 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001). Menurut Harvey (2001) penilaian kinerja merupakan proses pengukuran sampai sejauh mana manajemen mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan atau seberapa baik seseorang melakukan pekerjaan yang ditugaskan. Penilaian kinerja dapat juga diartikan sebagai penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan personelnya, berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena organisasi pada dasarnya dioperasikan oleh sumber daya manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi. Proses penilaian kinerja diawali dengan menentukan tujuan spesifik dari penilaian. Kemudian dilanjutkan dengan analisa pekerjaan untuk mengetahui apa yang sebenarnya diharapkan oleh manajemen dalam melaksanakan tugas mereka. Pada akhir periode, penilai mengukur kinerja dan mengevaluasinya. Selanjutnya dibandingkan dengan kinerja kerja standar, kemudian mendiskusikan dan mengkomunikasikan hasil penilaian, yang dilanjutkan dengan perencanaan program peningkatan kinerja dan implementasinya. Sedangkan yang dimaksud dengan ukuran kinerja (yang disebut juga dengan ukuran produktivitas) adalah suatu sistem yang digunakan untuk memonitor dua unsur penting dari hubungan input (sumber-sumber yang dipakai) dengan output (hasil yang diperoleh). Ukuran kinerja biasanya diterapkan pada kegiatan perusahaan selama jangka waktu tertentu dengan penekanan pada pusat pertanggungjawaban dalam organisasi. Untuk mengevaluasi kinerja, perusahaan dapat menggunakan berbagai macam ukuran yang berbeda untuk perencanaan pengendalian dan pengukuran fungsi manajemen yang lainnya. Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh perusahaan kinerja ini (hal ini dengan melakukan pengukuran juga menjelaskan fungsi dari pengukuran-pengukuran kinerja yang bisa dilakukan), yaitu diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Pedoman bagi perusahaan untuk menyusun rencana dan melaksanakan berbagai macam program kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan 2. Alat kendali kegiatan perusahaan 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3. Alat kendali perilaku pekerja dalam perusahaan 4. Instrumen manajemen strategis perusahaan (Bakhtiar, 2005). 2.1.4 Konsep Balanced Scorecard Balanced Scorecard terdiri dari dua suku kata yaitu kartu scorecard yang diartikan sebagai nilai dan balanced yaitu berimbang, maksudnya adalah kartu nilai untuk mengukur kinerja yang dibandingkan dengan kinerja yang direncanakan, serta dapat digunakan sebgai evaluasi. Serta berimbang (balanced) artinya kinerja diukur serta berimbang dari dua aspek : keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Karena itu jika kartu skor digunakan untuk merencanakan scor yang hendak diwujudkan dimas depan, maka harus mempertimbangkan keseimbangan antara pencapaian kinerja keuangan dan non keuangan, kinerja jangka pendek dan jangka panjang, serta antara kinerja bersifat internal dan kinerja eksternal. Konsep balanced scorecard pertama kali dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton (2000) dalam bukunya yang berjudul Translating Strategi Into Action: The Balanced Scorecard merupakan salah satu metode pengukuran dan manajemen performance untuk faktor internal dan eksternal dari suatu perusahaan. Saat ini, kebanyakan perusahaan masih menggunakan pengukuran financial sebagai acuan pengukuran kinerja perusahaan, sehingga manajer tidak mengetahui sampai seberapa jauh pengaruh yang ditimbulkan akibat strategi yang mereka terapkan. Metode balanced scorecard melengkapi manajemen dengan framework yang mentranslasikan visi dan strategi ke dalam sistem pengukuran yang terintegrasi, yaitu: financial perspective, customer perspective, internal bisnis process perspective, dan learning and growth perspective. Empat perspective di dalam balanced scorecard menyatakan adanya saling keterkaitan untuk dapat menggambarkan strategi yang dimiliki perusahaan (Moses, et al. 2001). 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Balanced scorecard adalah suatu kerangka kerja baru untuk mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan. Dengan semakin banyaknya balanced scorecard diterapkan di berbagai perusahaan maka dapat dilihat bahwa balanced scorecard dapat digunakan untuk: 1. Mengklasifikasikan dan menghasilkan consensus mengenai strategi. 2. Mengkomunikasikan strategi ke seluruh perusahaan. 3. Menyelaraskan berbagai tujuan departemen dan pribadi dengan strategi perusahaan. 4. Mengaitkan berbagai tujuan strategis dengan sasaran jangka panjang dan anggaran tahunan. 5. Mengidentifikasikan dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis. 6. Melaksanakan peninjauan ulang strategis secara periodik dan sistematik. 7. Mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk mempelajari dan memperbaiki strategi (Kaplan dan Norton, 2000). Gambar 2.1 Balanced Scorecard sebagai suatu Kerangka Kerja Tindakan Strategis Sumber: Kaplan & Norton, 2000 2.1.5 Keunggulan Balanced Scorecard Keunggulan pendekatan balance scorecard dalam sistem perencanaan strategik adalah mampu menghasilkan rencana strategis yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Mulyadi, 2005) : 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1. Komprehensif Balanced scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam perencanaan strategik, dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif keuangan, meluas ke tiga perspektif yang lain: customer, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan perspektif rencana strategik ke perspektif nonkeuangan tersebut menghasilkan manfaat berikut ini: a. Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berkesinambungan b. Memampukan organisasi untuk memasuki lingkungan lingkungan bisnis yang komplek 2. Koheren Balanced scorecard mewajibkan personal untuk membangun hubungan sebab akibat (causal relationship) di antara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan dalam perencanaan strategik. 3. Berimbang Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan berkesinambungan. 4. Terukur Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem tersebut. 2.1.6 Perspektif Dalam Balanced Scorecard A. Perspektif Finansial Pembentukan sebuah balanced scorecard seharusnya akan mendorong unit bisnis untuk mengaitkan tujuan finansial dengan strategi korporasi. Tujuan finansial menjadi fokus tujuan dan ukuran di semua scorecard lainnya. Setiap ukuran terpilih harus merupakan bagian dari hubungan sebab akibat yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja keuangan. Tujuan dari ukuran keuangan harus memainkan peran ganda, menentukan kinerja keuangan yang diharapkan dari strategi, dan menjadi sasaran akhir tujuan dan ukuran perspektif scorecard lainnya. Untuk menyederhanakan tujuan keuangan, diberikan identifikasi tiga tahap (Kaplan & Norton, 2000) 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1. Bertumbuh (growth) Perusahaan yang sedang bertumbuh berada pada awal siklus hidup perusahaan. Mereka menghasilkan produk dan jasa yang memiliki potensi pertumbuhan. Untuk memanfaatkan potensi ini, mereka harus melibatkan sumber daya yang cukup banyak untuk mengembangkan dan meningkatkan berbagai produk dan jasa baru, membangun dan memperluas fasilitas produksi, membangun kemampuan operasi menanamkan investasi dalam sistem, infrastruktur dan mendukung terciptanya jaringan hubungan global distribusi dan yang memelihara akan serta mengembangkan hubungan yang erat dengan pelanggan. Tujuan keuangan dalam tahap ini adalah persentase tingkat pertumbuhan pendapatan, dan tingkat pertumbuhan penjualan di berbagai pasar sasaran, kelompok pelanggan dan wilayah. 2. Bertahan (sustain) Sebagian besar unit bisnis dalam sebuah perusahaan mungkin berada pada tahap bertahan, situasi dimana unit bisnis masih memiliki daya tarik bagi pernanaman investasi ulang, tetapi diharapkan mampu menghasilkan pengembalian modal yang cukup tinggi. Unit bisnis seperti ini diharapkan mampu mempertahankan pangsa pasar yang dimiliki dan secara bertahap tumbuh tahun demi tahun. Kebanyakan unit bisnis ditahap ini akan menetapkan tujuan keuangan yang terkait dengan profitabilitas seperti laba operasi atau marjin kotor. Selain itu dapat dipakai ukuran yang lain seperti tingkat pengembalian investasi, tingkat pengembalian modal dan nilai tambah ekonomis. 3. Menuai (harvest) Sebagian unit bisnis mencapai tahap kedewasaan dalam siklus hidupnya, tahap dimana perusahaan ingin ’’menuai’’ investasi yang dibuat pada dua tahap sebelumnya.Tujuan utamanya adalah memaksimalkan arus kas kembali ke korporasi.Tujuan keuangan keseluruhan untuk bisnis pada tahap ini adalah arus kas operasi (sebelum depresiasi) dan penghematan berbagai kebutuhan modal kerja. 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ B. Perspektif Pelanggan / Customer Dalam perspektif ini, perusahaan perlu melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasukinya. Pelanggan merupakan aset yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan perusahaan, mengingat semakin ketatnya persaingan dalam mempertahankan pelanggan lama dan merebut pelanggan yang baru. Sedangkan segmen pasar merupakan sumber yang akan menjadi komponen penghasilan tujuan penghasilan perusahaan. Perspektif pelanggan juga memungkinkan perusahaan melakukan identifikasi dan pengukuran secara eksplisit, proposisi nilai yang akan diberikan kepada pelanggan dan pasar sasaran. Setelah mengidentifikasi dan mensasari segmen pasar, unit bisnis perusahaan dapat menetapkan tujuan dan ukuran untuk segmen sasaran tersebut. Kaplan dan Norton menemukan bahwa perusahaan memilih dua kelompok ukuran yakni kelompok ukuran utama dan kelompok ukuran di luar utama. Kelompok ukuran pelanggan utama pada umumnya sama untuk semua jenis perusahaan. Kelompok ukuran ini terdiri dari ukuran: pangsa pasar, retensi pelanggan, akusisi pelanggan, kepuasan pelanggan dan profitabilitas pelanggan. Pangsa Pasar Akuisisi Pelanggan Profitabilitas Pelanggan Retensi Kepuasan Pelanggan Gambar 2.2 Perspektif Pelanggan Sumber: Kaplan & Norton, 2000 Penjelasan untuk masing-masing ukuran utama pada perspektif pelanggan adalah sebagai berikut: 1. Pangsa pasar Menggambarkan proporsi bisnis yang dijual oleh sebuah unit bisnis di pasar 15 http://digilib.mercubuana.ac.id/ tertentu (dalam bentuk jumlah pelanggan, uang yang dibelanjakan atau volume satuan yang terjual). 2. Akusisi pelanggan Mengukur dalam bentuk relatif untuk absolut, keberhasilan unit bisnis menarik atau memenangkan pelanggan baru. 3. Kepuasan pelanggan Menilai tingkat kepuasan atas kriteria kinerja tertentu di dalam proporsi nilai. 4. Retensi pelanggan Cara untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar dalam segmen pelanggan sasaran yang diawali dengan mempertahankan pelanggan yang ada di segmen tersebut. 5. Profitabilitas pelanggan Mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pelanggan atau segmen tertentu setelah menghitung berbagai pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tersebut (Kaplan dan Norton, 2000). C. Perspektif Proses Bisnis Internal Dalam perspektif proses bisnis internal, para manajer mengidentifikasi berbagai proses internal yang sangat penting untuk mencapai tujuan pelanggan dan pemegang saham. Perusahaan biasanya mengembangkan tujuan dan ukuranukuran untuk perspektif ini setelah merumuskan tujuan dan ukuran untuk perspektif pelanggan. Urutan ini memungkinkan perusahaan memfokuskan pengukuran proses bisnis internal kepada proses yang akan mendorong tercapainya tujuan yang ditetapkan untuk pelanggan dan para pemegang saham. Dalam balanced scorecard, tujuan dan ukuran perspektif proses bisnis internal diturunkan dari strategi eksplisit yang ditujukan untuk memenuhi harapan para pemegang saham dan pelanggan sasaran. Proses bertahap dari atas ke bawah biasanya akan mengungkapkansegenap proses bisnis baru yang harus dikuasai dengan baik oleh sebuah perusahaan. Penetapan tujuan dan ukuran bagi proses ini hanya dapat diturunkan atas ke bawah yang menerjemahkan strategi ke dalam tujuan operasional. Melalui 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ prosedur semacam itu, para manajer mengidentifikasi, untuk perspektif proses bisnis intenal, prosedur baru yang akan menghasilkan kinerja yang istimewa bagi pelanggan dan pemegang saham. Setiap bisnis memiliki rangkaian proses tertentu untuk menciptakan nilai bagi pelanggan dan memberikan hasil finansial yang baik. Model rantai nilai generik memberi suatu template yang dapat disesuaikan oleh setiap perusahaan dalam mempersiapkan perspektif setiap bisnis internal. Model ini terdiri dari tiga proses bisnis utama, yaitu (Kaplan dan Norton, 2000): 1. Inovasi Dalam proses inovasi, unit bisnis meneliti kebutuhan pelanggan yang sedang berkembang atau masih tersembunyi, dan kemudian menciptakan produk atau jasa yang akan memenuhi kebutuhan tersebut. 2. Operasi Proses operasi merupakan tempat dimana produk dan jasa diproduksi dan disampaikan kepada pelanggan. Proses ini secara historis telah menjadi fokus sebagian besar sistem pengukuran kinerja perusahaan. 3. Layanan purna jual Layanan purna jual merupakan layanan kepada pelanggan setelah perusahaan menjual atau menyampaikan produk dan jasa kepada pelanggan. Gambar 2.3 Model Rantai Nilai Generik Sumber: Kaplan & Norton, 2000 D. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Perspektif keempat dan terakhir dari balanced scorecard adalah mengembangkan tujuan dan ukuran yang mendorong pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan. 17 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Tujuan dari perspektif ini adalah menyediakan infrastruktur yang memungkinkan tujuan ambisius dalam tiga perspektif lainnya dapat dicapai. Tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif scorecard yang pertama. Dalam perspektif ini ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan yaitu: kapabilitas karyawan, kapabilitas sistem informasi dan motivasi, pemberdayaan, dan keselarasan. Menurut Kaplan dan Norton, ada tiga ukuran utama yang berlaku umum. Ketiga ukuran ini kemudian ditambah juga juga dengan factor pendorong yang dapat disesuaikan dengan situasi tertentu. Tiga ukuran tersebut adalah: 1. Kepuasan pekerja 2. Retensi pekerja 3. Produktivitas pekerja Ukuran inti Hasil Retensi Pekerja Produktifitas Pekerja Kepuasan Pekerja Faktor yang mempengaruhi Kompetensi Staff Infrastruktur Teknologi Iklim untuk bertindak Gambar 2.4 Kerangka Kerja Ukuran Pembelajaran dan Pertumbuhan Sumber: Kaplan & Norton, 2000 Dalam pengukuran ini, tujuan kepuasan pekerja umumnya dipandang sebagai pendorong kedua pendorong lainnya, retensi pekerja dan produktivitas pekerja (Kaplan dan Norton, 2000). 18 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.1.7 Analytical Hierarchy Process (AHP) AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut: 1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. A. Kelebihan dan Kelemahan AHP Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan kelemahan dalam system analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah: 1. Kesatuan (Unity) AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami. 2. Kompleksitas (Complexity) AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif. 3. Saling ketergantungan (Inter Dependence) AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan linier. 19 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring) AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa. 5. Pengukuran (Measurement) AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas. 6. Konsistensi (Consistency) AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas. 7. Sintesis (Synthesis) AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif. 8. Trade Off AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka. 9. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus) AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian yang berbeda. 10. Pengulangan Proses (Process Repetition) AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan. Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut: 1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru. 2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk 20 http://digilib.mercubuana.ac.id/ B. Prinsip Dasar AHP Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami, yaitu: 1. Dekomposisi (membuat hierarki). Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-bagian secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus. Dalam bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level alternatif. Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen, di mana elemen-elemen tersebut bisa dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Perbandingan penilaian atau pertimbangan (comparative judgment/Penilaian criteria dan altenatif. Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen. Penilaian menghasilkan skala penilaian yang berupa angka-angka. Perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan menghasilkan prioritas. 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Gambar 2.5 merupakan contoh dari sebuah hirarki (Suryadi dan Ramdani, 2008). Tujuan Memilih Sekolah Kriteria PBM Alternatif LP Sekolah A KS PK Sekolah B KUA Sekolah C Gambar 2.5 Hirarki Tujuan Proses Pemilihan Sekolah Sumber: Suryadi dan Ramdani, 2008 Keterangan : PBM : Proses belajar mengajar LP : Lingkungan sekolah KS : Kehidupan secara umum PK : Pendidikan kejuruan KUA : Kualifikasi yang diminta sekolah KM : Mutu pendidikan musik 22 http://digilib.mercubuana.ac.id/ KM Tabel 2.1. Skala Penilaian Perbandingan Pasangan Intensitas Keterangan Kepentingan Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen 1 mempunyai pengaruh yang sama besar Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada 3 elemen yang lainnya, Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya Elemen yang satu lebih penting daripada yang 5 lainnya, Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada 7 elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek. Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, 9 Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan2,4,6,8 pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan Sumber: Ramdani dan Kadarsih, 1998 2. Sintesa Prioritas/menentukan prioritas Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise Comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif kriteria bisa disesuaikan dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. 3. Konsistensi Logis Konsistensi memiliki dua makna, pertama obyek-obyek yang serupa bisa dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua menyangkut tingkat hubungan antar obyek yang didasarkan pada criteria tertentu. 23 http://digilib.mercubuana.ac.id/ C. Aplikasi AHP Beberapa contoh aplikasi AHP adalah sebagai berikut: Membuat suatu set alternatif, perencanaan,menentukan prioritas, memilih kebijakan terbaik setelah menemukan satu set alternatif, alokasi sumber daya, menentukan kebutuhan/persyaratan, memprediksi outcome, merancang sistem, mengukur performa, memastikan stabilitas sistem, optimasi, penyelesaian konflik. D. Prosedur AHP Pada dasarnya prosedur atau langkah-langkah dalam metode AHP meliputi (Kusrini, 2007): 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan hierarki adalah dengan menetapkan tujuan yang merupakan sasaran system secara keseluruhan pada level teratas. 2. Menentukan prioritas elemen a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai criteria yang diberikan b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya. 3. Sintesis Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah : a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yag bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata. 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4. Mengukur Konsistensi Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah : a. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua dan seterusnya. b. Jumlahkan setiap baris. c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan d. Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut λ maks Hitung Consistency index (CI) dengan rumus CI = (λ maks-n)/n-1 Di mana n = banyaknya elemen 5. Hitung rasio konsistensi/consistency Ratio (CR) dengan rumus CR = CI/IRC Di mana : CR = Concistency Ratio CI = Consystency Indeks I RC = Indeks random consistency 6. Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10% maka penilaian data judgement harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CR/IR) kurang atau sama dengan 0,1, maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Daftar indeks random konsistensi (IR) bisa dilihat dalam Tabel 2.2 25 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Tabel 2.2. Daftar Indeks Random Konsistensi Ukuran Matriks Nilai IR 1,2 0.00 3 0.58 4 0.90 5 1.12 6 1.24 7 1.32 8 1.41 9 1.45 10 1.49 11 1.51 12 1.48 13 1.56 14 1.57 15 1.59 Sumber: Kusrini, 2007 2.2 Kajian Penelitian Terdahulu Dalam kajian rujukan penelitian terdahulu, dipakai tiga jurnal nasional dan dua belas jurnal internasional. Kelima belas jurnal tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini, terdiri dari judul penelitian terdahulu, metode yang dipakai oleh peneliti, nama peneliti dan tahun jurnal dipublikasikan serta hasil yang dicapai dari penelitian yang dilakukan. Tabelnya disusun berdasarkan tahun jurnal dipublikasikan. 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ No Tabel 2.3. Jurnal Internasional Kajian Penelitian Terdahulu Penulis Tujuan Variabel Metode Hasil (Tahun) Penelitian 1 Behrouzi, et al, (2014) 2 Brown, (2012) 3 4 Untuk memberikan wawasan tentang penggunaan BSC di sector kesehatan Untuk mengevaluasi penggunaan BSC di sector nirlaba,khususny a di lembaga pendidikan tinggi. . Perspektif kinerja, Indikator kinerja BSC, KPI Dibutuhkan KPI untuk mencapai tujuan strategis yang diharapkan Perspektif kinerja dan peluang dan tantangan pelaksanaan kerangka BSC BSC, KPI DaunorienÄ—, et al, (2011) Untuk mengintegrasi pembangunan berkelanjutan kedalam Balanced Scorecard Perspektif masyarakat dan kepuasan karyawan BSC Durkacova, et al, (2012) Untuk menganalisis hubungan antara empat perspektif Balanced Scorecard Perspektif keuangan dan non keuangan Kerangka BSC adalah strategi yang baik dalam system manajemen untuk menjelaskan dan menerjemahkan visi dan misi ke dalam strategi Transformasi Balanced Scorecard ke dalam pembangunan berkelanjutan disarankan untuk memasukkan dan memperkenalka n dua indeks tambahan, yaitu perspektif masyarakat dan kepuasan karyawan. Perusahaan yang beroperasi di bisnis yang cepat berubah iklim harus perhatikan keuangan dan non indikator kinerja keuangan, yang dapat ditentukan oleh Balanced Scorecard 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ BSC,KPI No Tabel 2.3. Jurnal Internasional Kajian Penelitian Terdahulu (lanjutan) Penulis Tujuan Variabel Metode Hasil (Tahun) Penelitian 5 Weerasoriya (2013) Untuk mengukur kinerja di universitas 6 Bezdrob, et al, (2012) 7 Ahmad, et al, (2012) 8 Khan, et al, (2012) 9 Rompho (2011) 10 Ratnasin gam (2009) Keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan Keuangan,Pro ses Bisnis, Kinerja Bisnis BSC BSC dapat meningkatkan kinerja Untuk merancang dan menguji model pengukuran kinerja yang berdasarkan metode Balanced Scorecard Untuk Perspektif mengetahui keuangan dan tingkat non keuangan kesadaran profesional perbankan dengan Balanced Scorecard dan kegunaan dalam praktek profesional BSC Dengan BSC dapat menentukan model yang praktis untuk mengukur kinerja manajemen BSC Untuk menguji: status dan penggunaan ukuran finansial dan nonkeuangan, dan Balanced Scorecard di perusahaanperusahaan di Bangladesh Untuk memastikan kegagalan penerapan Balanced Scorecard di UKM Untuk menguji peran metodologi Perspektif keuangan dan non keuangan BSC Harus adanya perspektif mengenai tanggung jawab sosial perusahaan untuk membuat Balanced Scorecard menjadi ukuran kinerja yang Komprehensif Banyak perusahaan yang mengukur kinerja dari factor finansialnya Indikator kinerja BSC Keuangan, pelanggan, proses bisnis BSC 28 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Dapat diketahui penyebab kegagalan penerapan Balanced Scorecard di UKM Dapat diketahui peranan metodologi No Tabel 2.3. Jurnal Internasional Kajian Penelitian Terdahulu (lanjutan) Penulis Tujuan Variabel Metode Hasil (Tahun) Penelitian Balanced Scorecard di kualitas layanan web internal, pembelajaran dan pertumbuhan 11 Bratic (2010) Untuk memberikan wawasan tentang instrument penting pada BSC Perspektif keuangan dan non keuangan BSC, KPI 12 Dechow (2012) Untuk memberikan wawasan tentang penggunaan BSC pada manager Perspektif keuangan dan non keuangan BSC 13 Prasetiyatno et al, (2011) Untuk mengukur kinerja di perusahaan dengan metode BSC Keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan BSC, AHP 14 Budiarti (2010) Untuk mengukur kinerja dan alat pengendali sistem manajemen strategis Keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan BSC 29 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Balance Scorecard di dalam penggunaan dan kualitas layanan web Penerapan manajemen Balance Scorecard dapat membantu sistem manajemn peningkatan mutu Penerapan manajemen Balance Scorecards dapat membantu para manager dalam menerjemahkan mewujudkan konsep. Kinerja perusahaan secara keseluruhan dengan menggunakan metode Balanced Scorecard selalu tetap konsisten dan stabil yang berarti kriteria kinerja perusahaan adalah baik Balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen yang menjabarkan visi dan No 15 Tabel 2.3. Jurnal Internasional Kajian Penelitian Terdahulu (lanjutan) Penulis Tujuan Variabel Metode Hasil (Tahun) Penelitian Herlina, et al, (2014) Untuk mendukung tercapainya international recognition bagi ITS Surabaya Keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan BSC, KPI strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolok ukur. Dapat dilakukan perubahan visi dan misi eksisting, UPT Perpustakaan ITS juga merumuskan strategi yang dilanjutkan dengan penetapan obyektif. 2.3 Kerangka Pemikiran Fenomena yang terjadi di BBLKI Serang saat ini adalah pengukuran atau penilaian kinerja yang diukur dari sisi finansial. Metode Balance Scorecard digunakan untuk merefleksikan pemikiran baru dalam era kompetitif dan efektivitas perusahaan melalui empat perspektif yang menjadi komponen utama, dan selanjutnya akan dilakukan pengukuran terhadap masing-masing perspektif tersebut dengan beberapa alat ukur yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan baik untuk kategori keuangan maupun non keuangan. Empat perspektif dalam Balance Scorecard yang digunakan sebagai alat ukur terhadap kinerja organisasi adalah sebagai berikut: 1. Perspektif Keuangan, merumuskan tujuan finansial yang ingin dicapai organisasi di masa datang dan dijadikan dasar bagi ketiga perspektif lain dalam menentukan tujuan dan ukurannya. Untuk mengetahui kinerja BBLKI Serang berdasarkan aspek keuangan ini akan digunakan model pengukuran terhadap kinerja keuangan yang didasarkan pada realisasi 30 http://digilib.mercubuana.ac.id/ penyerapan anggaran tahun 2014. Dimana kinerja keuangan diukur dengan melakukan analisa menggunakan data sekunder, yaitu bersumber dari hasil laporan pencapaian keuangan pada laporan tahunan dan didukung dengan data laporan akuntabilitas keuangan instansi pemerintah (LAKIP) sesuai dengan instruksi dari Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Pengukuran, (2000) serta penetapan kinerja yang ada di BBLKI Serang sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2015 tentang Organisasi dan tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Pelatihan Kerja yaitu : a. Pelatihan berbasis kompetensi. b. Pemagangan yang sesuai dengan kebutuhan kerja. c. Tenaga pelatihan yang kompeten. 2. Perspektif Pelanggan, mengidentifikasikan pelanggan dan segmen pasar dimana perusahaan akan bersaing, yang bertujuan untuk pemuasan kebutuhan pelanggan. Pada prinsipnya pelanggan merupakan komponen yang akan menentukan tujuan dari pada institusi. Kinerja pelanggan ini merupakan indikator pembuka, jadi jika peserta pelatihan tidak puas mereka akan memberi tahukan rasa tidak puas tersebut kepada calon peserta pelatihan. Tentunya kinerja yang buruk pada kinerja pelanggan ini akan menurunkan jumlah peserta pelatihan dimasa depan meskipun pada saat ini kondisi keuangan terlihat baik. Sebaliknya kinerja pelanggan yang baik akan meningkatkan jumlah peserta pelatihan dimasa depan. Data yang digunakan adalah : a. Meningkatnya pangsa pasar b. Data persentase peserta pelatihan yang keluar 3. Perspektif Proses Bisnis Internal, mengidentifikasikan proses-proses yang penting bagi organisasi untuk melayani pelanggan (perspektif pelanggan) dan pemilik organisasi (perspektif keuangan). Untuk menilai kinerja bisnis internal ini digunakan sejumlah data yang menggambarkan makna dari perspektif bisnis internal. Data yang digunakan adalah : a. Jumlah peserta pelatihan yang bersertifikat kompeten b. Jumlah peserta pelatihan yang lulus 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/ c. Rasio instruktur dan peserta pelatihan 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan, menggambarkan kemampuan organisasi untuk menciptakan pertumbuhan jangka panjang dengan menyiapkan infrastruktur bagi ketiga perspektif lainnya agar tujuan dari perspektif-perspektif pertumbuhan dan tersebut tercapai. pembelajaran ini Untuk digunakan menilai Kinerja indikator tingkat kemampuan pegawai (instruktur dan staf). Data yang digunakan adalah : a. Jumlah instruktur dan staf yang melanjutkan studi b. Jumlah kursus dan pelatihan yang diikuti karyawan c. Jumlah seminar dan workshop yang diikuti instruktur Dalam Balance Scorecard, keempat perspektif tersebut menjadi salah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga merupakan indikator pengukuran kinerja yang saling melengkapi. Penelitian berlanjut dengan mencari item-item penilaian kinerja apa saja yang dapat dijadikan sebagai KPI dalam pengukuran kinerja dengan menggunakan konsep Balanced Scorecard yang meliputi empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, serta perspektif proses bisnis internal. Dalam Proses ini ditunjang oleh penelitianpenelitian terdahulu dan juga oleh teori-teori yang mendukung KPI kinerja. Dalam Mengidentifikasi item-item penilaian kinerja, metode yang dipakai adalah metode Balanced Scorecard. Balanced Scorecard membantu proses pengidentifikasian kriteria dan sub kriteria penilaian yang bisa dijadikan KPI kinerja BBLKI. Setelah semua item-item penilaian ada, maka proses pengukuran dan pembobotan mulai dihitung. Setiap perspektif yang ada semua diukur kinerjanya. Dalam pengukuran dan pembobotan ini, perhitungannya memakai metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Sampai akhirnya perancangan pengukuran kinerja BBLKI diketahui. Alur kerangka pemikirannya, dapat dilihat dalam Gambar 2.6 32 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Alur Kerangka Pemikiran Kinerja BBLKI Serang (hanya berfokus pada sisi finansial saja ) Visi dan Misi BBLKI Serang Teori dasar yang mendukung KPI Kinerja menggunakan BSC Perspektif Keuangan Sasaran Strategis (Strategi Map) Penelitian terdahulu Perspektif Pelanggan Perspektif Proses Bisnis Internal Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Key Performance Indicator (KPI) AHP Pembobotan Perancangan pengukuran kinerja Gambar 2.6 Alur Kerangka Pemikiran Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data diolah) 33 http://digilib.mercubuana.ac.id/