BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu model

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu model pembangunan ekonomi di era globalisasi adalah maju
pesatnya pasar modal di suatu negara. Pasar Modal sebagai alternatif pendanaan
bagi pengembangan dunia usaha mempunyai peranan strategis dalam rangka
pelaksanaan pembangunan nasional, juga berfungsi sebagai salah satu sarana
investasi bagi pemodal yang mempunyai kelebihan dana. Perkembangan pasar
modal di Indonesia saat ini berjalan amat pesat, sehingga diharapkan dapat
bersaing secara sehat dan menyejajarkan diri dengan pasar modal negara lain di
dunia.2 Banyak perusahaan memanfaatkan pasar modal untuk memenuhi
kebutuhan akan dananya. Keadaan ini memberi kesempatan kepada para pihak
investor untuk dapat melakukan portofolio investasi modalnya dengan tingkat
keuntungan yang bervariasi sesuai dengan pilihan investasi yang diminatinya.3
Ada beberapa pilihan investasi yang ditawarkan saat ini, yang diterbitkan
dan diperdagangkan di pasar modal, misalnya: saham, saham prefern, obligasi,
obligasi konversi, right, waran, reksadana, kontrak berjangka indeks saham, surat
utang negara, instrument syariah (obligasi dan reksadana syariah).4
Pasar Modal sebagai suatu kegiatan dalam penawaran umum dan
perdagangan efek modal dari perusahaan publik adalah salah satu lembaga
2
Abdul Manan, Aspek Hukum dalam Penyelanggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah
Indonesia, (Jakarta: Penerbit Perdana Media Grup, 2009), hal 7.
3
Sumantoro, Pengantar Tentang Pasar Modal Di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1990), hal. 14.
4
Tjiptono Darmadji Dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal Indonesia, Pendekatan
Tanya Jawab, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), hal. 6.
10 Universitas Sumatera Utara
pembiayaan atau wadah untuk mencari dana bagi perusahaan dan alternatif sarana
investasi bagi masyarakat (investor).5
Peranan pasar modal ini pada suatu negara dapat dilihat dari lima aspek,
yaitu6 :
1.
Sebagai fasilitas untuk melakukan investasi antara pembeli dengan penjual
untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan.
2.
Pasar Modal memberikan kesempatan kepada investor untuk memperoleh
hasil yang diharapkan.
3.
Pasar Modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali
saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.
4.
Pasar
Modal
menciptakan
kesempatan
kepada
masyarakat
untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.
5.
Pasar Modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
Di negara manapun, perkembangan pasar modal tidak terlepas dari tindak
kejahatan. Oleh karena itu, sektor hukum pasar modal senantiasa di harapakan
berkembang pesat mampu mempersempit peluang tindak kejahatan. Pada
dasarnya peraturan perundang-undangan pasar modal (securities act) mengatur
keterbukaan
informasi
material,
mencegah
pemberian
informasi
yang
menyesatkan, serta melarang adanya kejahatan yang bersifat penipuan atau
kecurangan dalam transaksi perdagangan efek. Namun begitu, peraturan tidak
dihasilkan demi memenuhi standar kesempurnaan saja, tetapi juga yang lebih
5
Bismar Nasution, Beberapa Aspek Hukum Pasar Modal dalam Transaksi Saham,
Disampaikan pada Pelatihan Corparate Lawyer VLPSH – HILC, Jakarta 24 Mei 2000, hal. 1.
6
Karim syah, “Perlunya Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Pasar Modal
Berdasarkan Prinsip Syariah”, Makalah Tidak Dipublikasikan
11 Universitas Sumatera Utara
penting adalah penegakkan hukum (law enforcement) yang harus mengandung
keadilan (justice enforcement) dalam rangka menciptakan pasar modal yang
tangguh, modern, efisien, dan teratur.7 Oleh karenanya, peraturan perundangundangan di bidang pasar modal secara akomodatif sudah selayaknya mengacu
pada prinsip-prinsip peraturan dan praktik yang berlaku di dunia pasar modal
internasional.
Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor
terpenting dalam ikut membangun perekonomian nasional, terbukti telah banyak
industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal ini sebagai
media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi
keuangannya. Secara faktual, pasar modal telah menjadi financial nerve centre
(saraf finansial dunia) pada dunia ekonomi modern dewasa ini, bahkan
perekonomian modern tidak akan mungkin bisa eksis tanpa adanya pasar modal
yang tangguh dan berdaya saing global serta terorganisir dengan baik.
Salah satu faktor bagi terciptanya pasar modal Indonesia yang tangguh dan
berdaya saing global dimaksud adalah dengan tersedianya fasilitas dan instrument
pasar modal Indonesia yang mampu bersaing dengan pasar modal negara-negara
lain. Sehubungan dengan itu, ditengah kemerosotan tingkat pertumbuhan ekonomi
nasional, yang juga berimbas ke sektor pasar modal selaku subsistem dari
perekonomian nasional Indonesia, kini industri pasar modal Indonesia mulai
7
Op. Cit., hal. 8
12 Universitas Sumatera Utara
melirik pengembangan penerapan prinsip-prinsip syariah Islam sebagai alternatif
instrument investasi dalam kegiatan pasar modal di Indonesia.8
Pemberlakuan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
merupakan landasan kukuh dan kepastian hukum bagi semua pihak terkait dalam
melakukan kegiatan di bidang pasar modal. Pembutan peraturan pelaksana oleh
Bapepam didasarkan pada Undang-Undang Pasar Modal, kebutuhan, dan respons
terhadap perkembangan pasar modal. Perkembangan atau tren saat ini adalah
adanya kecenderungan terintegrasinya pasar modal di dunia yang mengharuskan
Indonesia untuk menyesuaikan diri. Perkembangan itu menyebabkan Indonesia
harus merevisi dan membuat peraturan perundang-undangan yang sesuai.
Perkembangan pasar modal dan peraturan adalah dua realitas yang harus seiring
sejalan dengan pasar modal dunia.9
Kalangan pengembang pasar modal menyadari potensi penghimpun dana
umat Islam. Cukup besar dan perlu di investasikan di tempat yang benar. Dalam
rangka itu, Bapepam meluncurkan Pasar Modal Syariah pada tanggal 14-15 Maret
2003 sekaligus melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of
Understanding) dengan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI). Dewan Syariah Nasional juga melakukan penandatanganan Nota
Kesepahaman dengan PT Danareksa Investment Management yang selanjutnya
membentuk Jakarta Islamic Index (JII) untuk kepentingan investasi syariah.10
Bangkitnya ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini menjadi fenomena yang
menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk Indonesia yang mayoritas
8
www.babepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/studi_pm_syariah.pdf.
Loc. Cit., hal. 9
10
Op. Cit., hal. 9
9
13 Universitas Sumatera Utara
beragama Islam. Praktek kegiatan ekonomi konvensional, khususnya dalam
kegiatan pasar modal yang mengandung unsur spekulasi sebagai salah satu
komponennya nampaknya masih menjadi hambatan psikologis bagi umat Islam
untuk turut aktif dalam kegiatan investasi terutama di bidang pasar modal.11
Sesuai dengan perkembangan kebutuhan akan produk investasi yang
memberikan kepastian hukum, kehadiran investasi syariah sangat ditunggu oleh
banyak investor di Indonesia. Selama ini investasi pada pasar modal
(konvensional) adalah obligasi yang dikeluarkan perusahaan (emiten) sebagai
surat berharga jangka panjang. Obligasi ini bersifat utang dengan memberikan
tingkat bunga (kupon) kepada investor (pemegang obligasi) pada waktu tertentu,
serta melunasi utang pokok pada saat jatuh tempo. Bentuk investasi ini dirasakan
belum mampu memenuhi kebutuhan sebagian investor di Indonesia. Atas dasar
itu, praktisi pasar modal di Indonesia berkeinginan kuat untuk meluncurkan
produk investasi obligasi berdasarkan konsep syariah. Adapun konsep ini
mempunyai prinsip memberikan penghasilan bagi investor. Penghasilan ini
berasal dari bagi hasil usaha tersebut.12
Obligasi syariah adalah salah satu instrumen investasi syariah yang
mampu mengembangkan pasar modal syariah. Dari sisi pasar modal, penerbitan
obligasi syariah muncul sehubungan dengan berkembangnya institusi-institusi
keuangan syariah, seperti asuransi syariah, dana pensiun syariah, dan reksa dana
syariah yang membutuhkan alternatif penempatan investasi.
11
12
Abdul Manan, Op. Cit., (Jakarta: Kencana, 2009), hal : 9
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Obligasi Dan Sukuk (Jakarta: Sinar Grafika,2009), hal.
126
14 Universitas Sumatera Utara
Investor obligasi syariah tidak hanya berasal dari institusi-institusi syariah
saja, tetapi juga investor konvensional. Produk syariah dapat digunakan siapa pun,
sesuai falsafah syariah yang sudah seharusnya memberi manfaat (maslahat)
kepada seluruh semesta alam. Investor konvensional akan tetap bisa berpartisipasi
dalam obligasi syariah, jika dipertimbangkan bisa memberi keuntungan
kompetitif, sesuai profil resikonya, dan juga likuid. Sementara obligasi
konvensional, investor base-nya justru terbatas karena investor syariah tidak bisa
ikut ambil bagian di dalamnya.13
Obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional. Semenjak ada
konvergensi pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrumen-instrumen yang
punya komponen bunga (interest-bearing instrument) ini keluar dari daftar
investasi halal. Karena itu, dimunculkan alternatif yang dinamakan obligasi
syariah.14
Obligasi syariah yang juga dikenal dengan sukuk yang merupakan efek
syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili
bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas kepemilikan aset
berwujud tertentu, nilai manfaat dan jasa aset proyek tertentu atau aktivitas
investasi tertentu.15
Obligasi syariah di nilai prospektif, namun perkembangannya masih
terhambat dalam masalah teknis dan pemahaman masyarakat tentang obligasi
syariah. Sosialisasi yang belum cukup dan masyarakat yang belum begitu terbiasa
13
http://64.203.71.11/kompas-cetak/0306/04/finansial/347914.htm
Ibid., hal.127
15
Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), hal.
14
141.
15 Universitas Sumatera Utara
dengan sistem bagi hasil maupun sistem syariah lainnya, sehingga masyarakat
masih berpandangan bahwa obligasi syariah dan obligasi konvensional adalah
sama, maka diperlukan pemahaman yang benar tentang obligasi syariah.16
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka yang
menjadi pokok permasalahan adalah:
a. Bagaimanakah pengaturan tentang obligasi syariah di Indonesia?
b. Bagaimanakah bentuk – bentuk pelaksanaan perjanjian (akad) dalam
mekanisme investasi melalui obligasi syariah?
c. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap investor dalam obligasi syariah?
C. Tujuan dan Manfaat Peneilitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan obligasi syariah di Indonesia
2. Untuk menjelaskan bagaimana bentuk pelaksanaan dari perjanjian (akad)
dalam mekanisme investasi melalui obligasi syariah.
3. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap investor dalam
investasi melalui obligasi syariah.
Selain dari tujuan di atas, penulisan skripsi ini juga memberikan manfaat
antara lain:
a. Secara Teoritis
16
http://www.scribd.com/doc/33958897/Makalah-Obligasi-Syariah-mudharabah
16 Universitas Sumatera Utara
Secara teoritis, pembahasan terhadap masalah ini akan memberikan
pandangan dan pemahaman baru tentang obligasi syariah yang dapat
dijadikan alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang menginginkan
memperoleh return investasi dari sumber yang bersih dan dapat
dipertanggungjawabkan secara syariah.
a. Secara Praktis
Secara praktis, pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
para pembaca terutama bagi para pihak yang terlibat dalam obligasi
syariah dan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang perlindungan
hukum terhadap investor sebagai investor dalam obligasi syariah.
D. Keaslian Penulis
Aspek hukum obligasi syariah sebagai instrument pasar modal syariah
yang diangkat menjadi judul skripsi ini merupakan hasil karya Penulis sendiri dan
belum pernah ditulis sebelumnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Dilihat dari permasalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini,
maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan karya asli dengan melihat
dasar – dasar yang telah ada baik melalui literatur yang diperoleh dari
perpustakaan dan dari media massa, baik media cetak maupun media elektronik,
yang dituangkan dalam skripsi ini. Bila ternyata suatu saat nanti terdapat judul
yang sama dengan skripsi ini, setelah skripsi ini dibuat, maka akan
dipertanggungjawabkan sepenuhnya.
E. Tinjauan Kepustakaan
17 Universitas Sumatera Utara
Istilah investasi berasal dari bahasa latin, yaitu investire (memakai),
sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan investment. Istilah hukum
investasi berasal dari terjemahan bahasa Inggris yaitu invesment of law. Dalam
peraturan perundang-undangan tidak ditemukan pengertian hukum investasi dan
untuk mengetahui arti dari hukum tersebut, maka harus dicari dari berbagai
pandangan para ahli dan kamus hukum.
Para ahli dalam bidang investasi memiliki pandangan yang berbeda
mengenai konsep teoritis tentang investasi. Menurut Fitzgeral, investasi adalah
aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang
dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang dan dengan barang
modal akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang.17 Dalam
defenisi ini, investasi dikontruksikan sebagai sebuah kegiatan untuk menarik
sumber dana yang digunakan untuk pemberian barang modal dan barang modal
itu akan menghasilkan produk baru.
Menurut Kamaruddin Ahmad, investasi adalah menempatkan uang atau
dana harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang
atau dana tersebut.18 Dalam defenisi ini, investasi difokuskan pada penempatan
uang atau dana dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan sebagaimana yang
diharapkan.19
A.
Abdurrahman,
mengemukakan
bahwa
investment
(investasi)
mempunyai dua makna, yakni : (1) Investasi berarti pembelian saham, obligasi
dan benda-benda tidak bergerak, setelah diadakan analisis akan menjamin modal
17
Abdul Manan, Op. Cit., (Jakarta: Kencana, 2009) hal. 183
Ibid.
19
Ibid.
18
18 Universitas Sumatera Utara
yang dilekatkan dan memberikan hasil memuaskan. Faktor-faktor tersebut yang
membedakan investasi dengan spekulasi. (2) Dalam teori ekonomi, investasi
berarti pembelian alat produksi (termasuk di dalamnya benda-benda untuk dijual)
dengan modal berupa uang.20
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan, yang
dimaksud dengan investasi berarti : (1) penanaman uang atau modal di suatu
perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan; dan (2) jumlah
uang atau modal yang ditanam. Dari pengertian investasi ini, tampak ada
perbedaan istilah dengan penanaman modal. Pada hakikatnya kedua istilah
tersebut mempunyai arti yang sama.21
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
dikemukakan bahwa penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan penanaman
modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing
untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.22
Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada
vinancial asset dan investasi pada real asset, Investasi pada financial asset di
lakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper,
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan lainnya. Investasi juga dapat dilakukan
di pasar Modal, misalnya berupa saham, obligasi, warrant, obsi, dan yang lainnya.
Sedangkan investasi pada real asset dapat dilakukan dengan pembelian aset
20
Ibid., hal 184
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995) Ed. ke-4, hal.386
22
Abdul Manan., Op. Cit., hal.185
21
19 Universitas Sumatera Utara
produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, perkebunan, dan yang
lainnya.23
Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa investasi dan
penanaman modal adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau badan
hukum, menyisihkan sebagian pendapatannya agar dapat digunakan untuk
melakukan suatu usaha dengan harapan pada suatu waktu tertentu akan
mendapatkan hasil.24
Hampir setiap hari kata “investasi” diperbincangkan banyak orang, tetapi
sebenarnya yang dimaksud dengan istilah tersebut adalah “Method of purchasing
asset in order to gain profit in the form of reasonably predictable income
(deviden, interest, or rentals) andlor apperciation over the long term”.25
Sejumlah hasil penanaman modal dalam jumlah tertentu yang sangat ditentukan
oleh kemamapuan dalam memprediksikan masa depan, memprediksikan masa
depan inilah yang kemudian membedakan istilah “investasi” dan “spekulasi”.26
Investasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Investasi
secara tidak langsung dapat dilakukan melalui pasar modal.
Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.27
23
http://www.google.co.id/url?q=http://bukhariibra.wordpress.com/makalahkita/tantangan-investasi-syariah-di-pasar-modal
24
Ibid.
25
Ibid.
26
Ibid.
27
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 1 Butir 13.
20 Universitas Sumatera Utara
Menurut Peraturan Bapepam : Obligasi adalah sertifikat yang berisi
kontrak antara investor dan perusahaan yang menyatakan bahwa investor atau
pemegang obligasi telah meminjamkan sejumlah uang kepada perusahaan.
Perusahaan yang menerbitkan obligasi mempunyai kewajiban untuk membayar
bunga secara reguler sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan serta
pokok pinjaman pada saat jatuh tempo.28
Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, efek
adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.29
Keputusan Presiden RI Nomor : 775/KMK 001/1982 menyebutkan bahwa
obligasi adalah jenis efek berupa surat pengakuan utang atas pinjaman uang dari
masyarakat dalam bentuk tertentu, untuk jangka waktu sekurang-kurangnya tiga
tahun dengan menjanjikan imbalan bunga yang jumlah serta saat pembayarannya
telah ditentukan terlebih dahulu oleh emiten (Badan Pelaksana Pasar Modal).30
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa obligasi adalah surat utang
yang dikeluarkan oleh emiten (bisa berupa badan hukum atau perusahaan, bisa
juga dari pemerintah) yang memerlukan dana untuk kebutuhan operasional
maupun ekspansi dalam mengajukan investasi yang dilaksanakan.31
Menurut
Pasal
1
Butir
34
Keputusan
Menteri
Keuangan
No.
1548/KMK.013/1990 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri
28
Bapepam bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
30
Keputusan Presiden RI Nomor : 775/KMK 001/1982
31
Abdul Manan, Op. Cit., hal.118.
29
21 Universitas Sumatera Utara
Keuangan No. 1199/KMK.010/1991, obligasi adalah bukti utang dari emiten yang
mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok
pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo, sekurang-kurangnya 3 tahun
sejak tanggal emisi.32
Dengan demikian, secara umum pada hakikatnya obligasi adalah surat
tagihan utang atas beban tanggungan pihak yang menerbitkan atau mengeluarkan
obligasi. Obligasi dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
dimasukkan ke dalam pengertian efek.33
Obligasi syariah atau sukuk adalah surat berharga sebagai instrumen
investasi yang diterbitkan berdasarkan suatu transaksi atau akad syariah yang
mendasarinya (underlying transaction), yang dapat berupa ijarah (sewa),
mudarabah (bagi hasil), musyarakah, atau yang lain.34
Prinsip-prinsip syariah di pasar modal adalah prinsip-prinsip hukum Islam
dalam kegiatan di bidang pasar modal berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), baik fatwa DSN-MUI yang ditetapkan
dalam peraturan Bapepam dan Lembaga Keuangan lain yang didasarkan pada
fatwa DSN-MUI.35
Pernyataan
Kesesuaian
Syariah
adalah
pernyataan
tertulis
yang
dikeluarkan oleh DSN-MUI terhadap suatu efek syariah bahwa efek tersebut
sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.36
32
Adrian Sutedi, Op. Cit., (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 2
Ibid.
34
Abdul Manan, Op. Cit., hal. 141
35
Log..Cit., hal. 113
36
Tim Penulis Dewan Syariah Nasional MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah
Nasional, Ed. Kedua, (Jakarta: Intermasa, 2003), hal. 272
33
22 Universitas Sumatera Utara
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 32/DSNMUI/IX/2002, obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi
syariah yang mewajibkan emiten untuk membayarkan pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo.37
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan
dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Dengan demikian, penelitian
yang menganalisa hukum yang tertulis.38
2. Data dan Sumber Data
Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah
bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.
Bahan hukum primer, yaitu bahan – bahan hukum yang mengikat dan
terdiri Undang – Undang Dasar 1945, Undang – Undang, Peraturan Pemerintah,
Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Peraturan Daerah, bahan – bahan hukum
yang tidak dikodifikasi dan jurisprudensi.
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti RUU, hasil – hasil penelitian atau
pendapat pakar hukum.
37
Ketentuan Umum Butir 3 Fatwa DSN-MUI No. 32/DSN-MUI/IX/2002 Tentang
Obligasi Syariah
38
Soerjono Soekonto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada, 2007), hal. 33.
23 Universitas Sumatera Utara
Bahan tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus
(hukum), ensiklopedia.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
penelitian hukum normatif dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library
Reseach).
Penulis menggunakan suatu penelitian kepustakaan/library research.
Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan
atau disebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan
cara meneliti bahan pustaka yang disebut dengan data sekunder, berupa perundang
– undangan, karya ilmiah para ahli, sejumlah buku – buku, artikel – artikel baik
dari surat kabar, majalah maupun media elektronik yang semua itu dimaksudkan
untuk memperoleh data – data atau bahan – bahan yang bersifat teoritis yang
dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian.
4. Analisis Data
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini termasuk ke
dalam tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya
merupakan kegiatan untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang
dibahas. Analisa data dilakukan dengan:39
a. Mengumpulkan bahan – bahan hukum yang relevan dengan permasalahan
yang diteliti.
39
Amiruddin Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), hal.45.
24 Universitas Sumatera Utara
b. Memilih kaidah – kaidah hukum/ doktrin yang sesuai dengan penelitian.
c. Mensistematisasikan kaidah – kaidah hukum, azas atau pasal atau doktrin
yang ada.
d. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif kualitatif.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan menjadi salah satu metode yang dipakai dalam
melakukan penulisan skripsi ini, hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam
menyusun serta mempermudah pembaca untuk memahami dan mengerti isi dari
skripsi ini. Keseluruhan skripsi ini meliputi 5 (lima) bab yang secara garis besar
isi bab–bab diuraikan sebagi berikut:
BAB PERTAMA :
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,
tinjauan kepustakaan, metode penulisan serta sistematika
penulisan.
BAB KEDUA :
PENGATURAN
OBLIGASI
SYARIAH
DI
INDONESIA
Dalam bab ini akan diuraikan tentang sejarah obligasi
syariah, pengertian obligasi syariah, jenis dan peringkat
obligasi, pengaturan obligasi syariah.
25 Universitas Sumatera Utara
BAB KETIGA
:
BENTUK – BENTUK PELAKSANAAN PERJANJIAN
(AKAD)
DALAM
MEKANISME
INVESTASI
MELALUI OBLIGASI SYARIAH.
Dalam bab ini akan diuraikan tentang para pihak dalam
obligasi syariah, hak dan kewajiban para pihak dalam
obligasi syariah, penerapan prinsip syariah dalam
pengelolaan
obligasi
syariah,
bentuk
pelaksanaan
perjanjian (akad) dalam mekanisme investasi melalui
obligasi syariah.
BAB KEEMPAT :
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR
DALAM OBLIGASI SYARIAH
Dalam bab ini akan diuraikan tentang perlindungan
hukum terhadap investor dalam investasi melalui obligasi
syariah dan Peran Dewan Syariah.
BAB KELIMA
:
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai kesimpulan yang
merupakan
dikemukakan
jawaban
serta
dari
permasalahan
saran–saran
atas
yang
jawaban
permasalahan tersebut.
26 Universitas Sumatera Utara
Download