BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian akuntansi pemerintah, tujuan dan karakterisktiknya
1. Pengertian akuntansi pemerintah
Pengertian akuntansi pemerintah menurut Jones yg diterjemahkan oleh
Revrisond Baswir (1995:7) adalah:
Akuntansi pemerintah (termasuk didalamnya akuntansi untuk lembagalembaga yang tidak bertujuan mencari laba lainnya), adalah bidang akuntansi
yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga yang tidak
bertujuan mencari laba. Walaupun lembaga pemerintahan senantiasa berukuran
besar, namun sebagaimana perusahaan, ia tergolong sebagai lembaga mikro.
Sehingga akuntansi pemerintah digolongkan juga sebagai akuntansi mikro.
Perbedaan utama antara akuntansi pemerintah dengan akuntansi
perusahaan terletak pada fungsinya. Fungsi utama akuntansi pemerintah biasanya
ditekankan pada pencatatan, pelaksanaan anggaran negara serta pelaporan
realisasinya. Karena fungsinya yang demikian itu, maka akuntansi pemerintahan
kadang-kadang juga disebut sebagai akuntansi anggaran. Perlu ditambahkan,
sebagaimana didalam akuntansi perusahaan, didalam akuntansi pemerintah juga
terdapat unsur akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.
Sedangkan sifat khas lembaga pemerintahan menurut Edward S. Lyn yang
diterjemahkan oleh Revirsond Baswir (1998:11) adalah sebagai berikut:
a. Keinginan mengejar laba tidak inklusif didalam usaha dan kegiatannya
b. Ia tidak memilliki secara pribadi akan tetapi secara kolektif oleh seluruh
warga Negara dan pemilikan ini tidak dibuktikan oleh adanya pemilikan
saham yang dapat diperjualbelikan atau diperdagangkan; dan
c. Sumbangan masyarakat terhadap pemerintahan seperti pajak tidak ada
hubungan secara langsun dengan jasa yang diterima masyarakat dari
pemerintah demikian pula sebaliknya.
Sebagaimana akuntansi perusahaan, kegiatan akuntansi pemerintah juga
meliputi pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penafisran
transaksi-transaksi keuangan suatu lembaga pemerintahan.
Sehingga tidak
mengherankan bila berbagai prinsip akuntansi, terminology dan bentuk laporan
akuntansi perusahaan ditemui juga dalam akuntansi pemerintah.
2. Tujuan akuntansi pemerintah
Menurut Karhi Nisjar (1998:6-7), tujuan akuntansi pemerintah yaitu:
1) Pertanggungjawaban
2) Manajerial
3) Pengawasan
Berikut ini akan dibicarakan masing-masing tujan diatas:
1) Pertanggungjawaban (accountability and stewardship)
Tujuan akutansi pemerintah adalah memberikan informasi yang lengkap,
cermat, dalam waktu yang tepat, yang berguna bagi pihak yang bertanggung
jawab, serta yang berkaitan dengan operasi unit-unit pemerintahan.
Fungsi pertanggungjawaban seperti disebutkan diatas oleh Patricia
Douglas dalam bukunya “Governmental and nonprofit accounting, theory and
practices” yang dikutip oleh Karhi Nisjar (1998:6), mengandung implikasi:
a.
Providing information about decision and action taken during the course
b.
Having external parties review the information
c.
Taking corrective where necessary
Jadi fungsi pertanggungjawaban mengandung arti yang lebih luas daripada
sekedar ketaatan terhadap peraturan, tetapi juga keharusan bertindak bijaksana
dalam penggunaan sumber-sumber daya.
Tujuan pertanggungjawaban ini adalah yang utama karena terdapat
ketentuan bahwa tiap orang atau badan yang mengelola keuangan negara harus
memberikan pertanggung jawaban atau perhitungan. Contoh perhitungan
anggaran yang dibuat oleh biro keuangan dari tiap bagian anggaran
(departemen/lembaga). Tujuan pertanggungjawabn ini juga disebut dengan tujuan
konstitusional karena tercantum dalam UUD 1945 pasal 23 ayat (5) yang
berbunyi: “untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan
suatu badan pemeriksa keuangan yg peraturannya ditetapkan oleh Undangundang. Hasil pemeriksaan ini diberitahukan kepada DPR “.
2) Manajerial
Akuntansi pemerintahan juga harus menyediakan info yang diperlukan
untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan
kebijaksanaan dan pengambilan keputusan serta penilaian kinerja pemerintah.
Tujuan manajerial ini perlu dikembangkan agar organisasi pemerintah
tingkat atas dan menengah dapat mengandalkan informasi keuangan atas
pelaksanaan yang lalu untuk membuat keputusan ataupun untuk penysusunan
perencanaan masa yang akan datang.
3)
Pengawasan
Akuntansi pemerintahan juga harus memungkinkan terselenggaranya
pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif dan efisien. Hal ini
seperti juga disebut dalam buku “A manual for government accounting” dari
United Nation Organization (PBB) yang dikutip oleh Karhi Nisjar (1998:7)
“accounting system must be maintained in a way that will facilitate audit by
external reciesw authorities and readily funish the information needed for
executive audit”.
3. Karakteristik Akuntansi Pemerintahan
Menurut
Revrisond
Baswir
(1995:11),
karakteristik
akuntansi
pemerintahan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Karena keinginan laba tidak inklusif di dalam usaha dan kegiatan lembaga
pemerintahan, maka dalam akuntansi pemerintah pencatatan rugi laba
tidak perlu dilakukan,
2. Karena lembaga pemerintahan tidak memiliki secara pribadi sebagaimana
halnya perusahaan, maka dalam akuntasi pemerintahan pencatatan
pemilikan pribadi juga tidak perlu dilakukan,
3. Karena sistem akuntansi pemerintahan suatu negara sangat dipengaruhi
oleh sistem pemerintah negara yang bersangkutan, maka bentuk akuntansi
pemerintahan berbeda antara satu negara dengan negara yang lain
tergantung pada sistem pemerintahannya; dan
4. Karena fungsi akuntansi pemerintahan adalah untuk mencatat, mengolonggolongkan, meringkas dan melaporkan realisasi pelaksanaan anggran suatu
negara maka penyelenggaraan akuntansi pemerintahan tidak bisa
dipisahkan dari mekanisme pengurusan keuangan dan sistem anggara tiaptiap negara.
Karakteristik tersebut diatas yang membedakan antara akuntansi
pemerintahan dan akuntansi perusahaan. Disamping itu, perlu diketahui pula
karena penyelenggaraan akuntansi pemerintahan senantiasa harus tunduk pada
hukum, undang-undang dan ketentuan yang mengatur mekanisme pengelolaan
keuangan dan sistem anggaran yang diberlakukan oleh suatu negara maka hal ini
tentu pula memberi corak tesendiri thd keragaman praktik akutansi pemerintahan.
Karakteristik lain yang disebutkan oleh Indra Bastian (2006:3-4), bisa
dibuatkan tabel seperti dibawah ini:
2.1 Tabel karakteristik akuntansi pemerintah
Tujuan
Untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap, baik dalam
kebutuhan dasar, dan kebutuhan lainnya baik jasmani maupun
rohani
Aktivitas
Pelayanan publik (public services) seperti dalam bidang
pendidikan, kesehatan, keamanan, penegakan hukum, transportasi
publik, dan penyediaan pangan.
Sumber
Berasal dari dana masyarakat yang berwujud pajak dan retribusi,
Pembiayaan
laba perusahaan Negara, pinjaman pemerintah, serta pendapatan
lain-lain yang sah dan tidak bertentangan dengan perundangan
yang berlaku.
Pola
Bertanggung
jawab
kepada
masyarakat
melalui
lembaga
Pertanggung- perwakilan masyarakat seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
jawaban
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD)
Kultur
Bersifat birokratis, formal, dan berjenjang.
Organisasi
Penyusunan
Dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan program,
Anggaran
penurunan program public dalam anggaran dipublikasikan untuk
dikritisi dan didiskusikan oleh masyarakat. Dan, akhirnya,
disahkan oleh wakil masyarakat di DPR, DPD, dan DPRD.
Stakeholder
Dapat dirinci sebagai masyarakat Indonesia, para pegawai
organisasi,
para kreditor,
para investor,
lembaga-lembaga
internasional termasuk lembaga Donor Internasional (seperti Bank
dunia (World Bank), International Monetery Fund (IMF), Asian
Development bank (ADB), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
United Nation Development Program (UNDP), USAID, dan
pemerintah luar negeri.
Sumber: Indra Bastian (2006), Sistem Akuntansi Sektor Publik.
B. Anggaran dan Anggaran Negara, Sistem Anggaran, Fungsi Anggaran
dan Siklus Penyusunan Anggaran
1.
Pengertian Anggaran dan Anggaran Negara
Tujuan umum atau sasaran adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh setiap
organisasi. Tujuan atau sasaran tersebut oleh manajemen melalui proses
perencanaan. Manajemen melakukan perencanaan dengan cara menetapkan apa
yang ingin dicapainya, yaitu dengan menentukan sasaran jangka panjang dan
sasaran jangka pendek. Dalam hal ini, manajemen harus dapat memprediksi
keadaan ekonomi, sosial, dan politik di lingkungan organisasi tersebut beroperasi.
Demikian pula mengenai sumber daya yang dimiliki seperti dana yang tersedia,
tenaga kerja yang ada dan fasilitas lainnya. Faktor-faktor tersebut akan
mempengaruhi dalam menetapkan suatu rencana. Umumnya setiap tingkat
manajemen menetapkan pula rencana sesuai dengan tujuan umum organisasi yang
ingin dicapai. Perencanaan ini biasanya didukung dengan rencana biaya yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan serta sumber pembiayaan yang
diperlukan. Rencana-rencana keuangan tersebut dinamakan anggaran atau budget
dan anggaran untuk negara atau anggaran negara.
Mengenai anggaran negara, John F. Due memberikan definisinya yang
dikutip oleh Muhammad Gade (1993:41) adalah sebagai berikut:
A budget, in the general sense of the term, is a financial plan for a specified period
of time. A government budget, therefor, is a statement of proposed expenditures
and expected revenues for the coming period, together with data of actual
expenditures and revenues for current and the past period.
Anggaran adalah suatu rencana keuangan yang ditetapkan untuk suatu
periode tertentu. Anggaran pemerintah merupakan suatu ikhtisar taksiran
pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan di masa yang akan datang, dengan
data pengeluaran dan penerimaan yang sebeneranya pada periode yang sedang
berjalan dan periode yg telah lalu.
Dari pengertian anggaran negara diatas dapat dilihat betapa besarnya
rencana penerimaan dan pengeluaran pemerintah untuk suatu periode di masa
depan juga data mengenai penerimaan dan pengeluaran pemerintah di masa lalu.
Sehingga melalui anggaran negara dapat diketahui tercapai atau tidaknya
kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah di masa lalu serta maju atau
mundurnya kebijakan yang hendak dicapai pemerintah di masa yang akan datang.
Dari uraian pengertian anggaran negara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
fungsi dari anggaran negara yaitu:
a. Sebagai pedoman bagi pemerintah dalam mengelola negara untuk periode
yang akan datang
b. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah. Hal ini karena anggaran negara harus mendapat
pengesahan dari lembaga perwakilan rakyat sebelum dijalankan
c. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kemampuan pemerintah
di dalam melaksanakan kebijakannya tersebut, karena pada akhirnya setiap
anggaran negara harus dipertanggungjawabkan pelaksanaanya oleh
pemerintah kepada lembaga permusyawaratan rakyat.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa anggaran negara berfungsi
sebagai pedoman bagi pelaksanaan kebijakan pemerintah, dan berfungsi sebagai
alat pengawas bagi masyarakat untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi
dari pelaksaan kebijakan pemerintah tersebut.
2.
Sistem-sistem Anggaran
Setiap negara menggunakan sistem anggaran yang berbeda-beda yang
akan menimbulkan perbedaan baik dalam orientasi penekanannya maupun
perbedaan dalam sistem akuntansinya. Walaupun demikian, dalam setiap sistem
anggaran hamipr selalu terdapat tiga aspek yaitu aspek perencanaan, aspek
pengelolaan dan aspek pelaksanaan, serta aspek pertanggungjawaban. Menurut
Revrisond Baswir (1998:27-31) dikenal adanya tiga sistem anggaran yaitu:
A. Sistem anggaran tradisional
Sistem anggaran trandisional (line-item budgeting system), dikenal juga
sebagai sistem anggaran berdasarkan obyek pengeluaran. Titik berat perhatian
pada sistem anggaran ini terletak pada segi pelaksanaan dan pengawasan
anggarannya. Dari segi pelaksanaanya, yang terpenting adalah besarnya hak tiaptiap lembaga negara sesuai dengan obyek pengeluarananya masing-masing.
Pembelanjaan pengeluaran negara oleh tiap lembaga negara diharapkan
sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku. Namun demikian perhatian
terhadap hasil akhir dari pembelanjaan negara itu boleh dikatakan sedikit sekali.
Sehingga, selama pembelanjaan pengeluaran itu dianggap sesuai dengan peraturan
dan prosedur yang berlaku, pembelanjaan pengeluaran itu dapat dibenarkan.
Sedangkan dari segi pengawasannya, yang terpenting adalah kebenaran bukti
transaksi dan kewajaran laporan. Laporan biasanya dibuat berdasarkan metode
tata buku tunggal yang bersifat dasar tunai. Sehingga yang terungkap melalui
laporan hanyalah sekedar realisasi pelaksanaan anggaran, sedangkan prestasi yang
dicapai dibalik realisasi pengeluaran cenderung terabaikan.
Dengan karakteristik demikian maka dalam sistem anggaran tradisional
terdapat kecenderungan pada tiap-tiap departemen/lembaga negara untuk
membuat daftar rencana pengeluaran dengan jumlah yang dibesar-besarkan.
Dengan keyakinan bahwa jumlah itu pasti akan dikurangi oleh pihak yang
berwenang untuk mensahkannya. Sebaliknya, rencana penerimaan biasanya dibuat
dengan jumlah sekecil-kecilnya agar realisasinya kelak tidak menjadi beban bagi
departemen/lembaga negara yang bersangkutan. Sehingga secara singkat dapat
disimpulkan bahwa sistem anggaran tradisional pada dasarnya lebih menekankan
perhatiannya pada administrasi saja, yaitu yang antara lain meliputi:
a. Penyusunan anggaran, yaitu pembuatan perkiraan penerimaan dan
pengeluaraan negara sesuai dengan masing-masing jenisnya;
b. Pengesahan oleh lembaga yang berwenang
c. Pembelanjaan, yaitu pelaksanaan anggaran yang ditandai dengan
diajukannya SPM (surat perintah membayar) kepada negara melalui kantor
pembayaran
d. Pembuatan laporan, yaitu pencatatan realisasi penerimaan dan pengeluaran
oleh bendaharawan didalam pembukuannya
e. Pertanggungjawaban kas, yaitu pertanggungjawaban realisasi pengeluaran.
B. Sistem anggaran kinerja
Sistem anggaran kinerja (performance budgeting system) merupakan
penyempurnaan dari sistem anggaran tradisional yang menitikberatkan pada segi
manajemen anggaran, yaitu dengan memperhatikan baik segi ekonomi dan
keuangan pelaksanaan anggaran maupun hasil fisik yang dicapainya.
Disamping itu, dalam sistem anggaran kinerja ini juga diperhatikan fungsi
dari masing-masing lembaga serta pengelompokan kegiatannya. Sedangkan
orientasi lebih dititikberatkan pada segi pengendalian anggaran serta efisiensi
pelaksanaan setiap kegiatan.
Misalnya untuk menilai efisiensi pelaksanaan setiap kegiatan, maka
prosedur anggaran ini dikaitkan secara ketat dengan sistem akuntansi, terutama
sistem akuntansi biayanya. Sehingga dari setiap pengeluaran dapat ditentukan
besarnya prestasi yang harus dicapai dalam sistem anggaran kinerja, harus terlebih
dahulu dirumuskan secara jelas, setelah itu barulah jumlah biayanya ditetapkan.
Walaupun sistem anggaran kinerja ini jauh lebih baik daripada sistem
anggaran tradisional, namun penerapannya masih sangat terbatas. Hal ini
disebabkan oleh:
1. Terbatasnya tenaga ahli dalam bidang anggaran dan akuntansi yang
dimiliki oleh pemerintah;
2. Kegiatan dan jasa pemerintah umumnya tidak dapat segera diukur dalam
pengertian per unit input, output, ataupun biaya per unit;
3. Klasifikasi rekening pemerintah pada umumnya dibuat berdasarkan
klasifikasi akuntansi biaya, yang menyebabkan proses pengolahan data
menjadi sangat sulit atau bahkan menjadi tidak mungkin.
C. Sistem anggaran program
Sebagaimana sistem anggaran kinerja, sistem anggaran program (planning
programming budgeting system) ini diprakarsai oleh Amerika Serikat. Sistem
anggaran ini mulai diterapkan pada tahun 1965. Sebagaimana penyempurnaan
dari sistem anggaran kinerja, tidak berarti sistem anggaran program jauh lebih
rumit. Dibandingkan dengan sistem anggaran tradisional dan sistem anggaran
kinerja, maka sistem anggaran program ini terletak diantara keduanya.
Oleh karena itulah titik berat perhatian pada sistem anggaran program ini
tidak lagi terletak pada segi pengendalian anggaran, melainkan pada segi
persiapan anggaran. Dalam tahap persiapan inilah, semua implikasi positif dan
negatif dari segi persiapan anggaran. Dalam tahap persiapan inilah, semua
implikasi positif dan negatif dari setiap keputusan yang telah didapat akan
diambil, dipertimbangkan secara matang. Sehingga diharapkan rencana serta
program yang disusun, benar merupakan rencana dan program yang paling baik.
Dalam sistem anggaran program ini pemisahan anggaran ke dalam dua
komponen penerimaan dan pengeluaran, tidak lagi dilakukan. Pemisahaan dalam
sistem anggaran ini dilakukan berdasarkan pendekatan program. Hal ini tidak
hanya menuntut diterapkannya sistem akuntansi pemerintahan yang baik, tetapi
juga analisa biaya manfaat dan sistem informasi manajemen yang baik.
3. Fungsi Anggaran
Dalam ruang lingkup akuntansi, anggaran berada dalam lingkup akuntansi
manajemen. Beberapa fungsi anggaran dalam manajemen organisasi sektor publik
adalah :
1. Anggaran sebagai alat perencanaan
Dengan adanya anggaran, organisasi tahu apa yang harus dilakukan dan ke
arah mana kebijakan akan dibuat.
2. Anggaran sebagai alat pengendalian
Dengan adanya anggaran, organisasi sektor publik dapat menghindari
adanya pengeluaran yang terlalu besar atau adanya penggunaan dana yang tidak
semestinya.
3. Anggaran sebagai alat kebijakan
Melalui anggaran, organisasi sektor publik dapat menentukan arah atas
kebijakan tertentu. Contohnya adalah apa yang dilakukan pemerintah dalam hal
kebijakan fiskal, apakah memberlakukan kebijakan fiskal ketat atau longgar
dengan mengatur besarnya pengeluaran yang direncanakan.
4. Anggaran sebagai alat politik
Dalam organisasi sektor publik, komitmen pengelola dalam melaksanakan
program-program yang telah dijanjikan dapat dilihat melalui anggaran.
5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi
Melalui dokumen anggaran yang komprehensif, sebuah bagian, unit kerja,
atau
kementerian yang merupakan suborganisasi dapat mengetahui apa yang
harus dilakukan dan juga apa yang akan dilakukan oleh bagian/unit kerja lainnya.
6. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja
Anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi patokan apakah suatu
bagian/unit kerja telah memenuhi target, baik berupa terlaksananya aktivitas
maupun terpenuhinya efisiensi biaya.
7. Anggaran sebagai alat motivasi
Anggaran dapat digunakan sebagai alat komunikasi dengan menjadikan
nilai-nilai nominal yang tercantum sebagai target pencapaian. Dengan catatan
anggaran akan menjadi alat motivasi yang baik jika memenuhi sifat “menantang
tetapi masih mungkin untuk dicapai”. Maksudnya adalah suatu anggaran
hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan
terlalu rendah sehingga terlalu mudah dicapai.
4.
Siklus Penyusunan Anggaran
Dalam proses penyusunannya, anggaran pemerintah mengikuti sebuah
siklus seperti bagan dibawah ini :
Bagan 2.1. Siklus Penyusunan Anggaran
Penyusunan
Rencana Anggaran
Pelaporan dan
Audit
Persetujuan
Legislatif
Pelaksanaan
Anggaran
Sumber: Data yang telah diolah
1. Penyusunan Rencana Anggaran
Tahapan penyusunan anggaran adalah tahapan pertama dari proses
penganggaran. Pada tahapan ini, biasanya rencana anggaran disusun oleh pihak
eksekutif yang nantinya akan melaksanakan anggaran tersebut. Anggaran yang
disusun dalam tahapan ini dimaksudkan untuk dilaksanakan pada periode
anggaran berikutnya. Oleh sebab itu, jadwal waktu yang disediakan untuk
penyusunan anggaran harus dibuat sedemikian rupa sehingga anggaran
diperkirakan akan siap dilaksanakan sebelum periode anggaran berikutnya
dimulai.
2. Persetujuan Legislatif
Anggaran diajukan ke lembaga legislatif untuk mendapatkan persetujuan.
Dalam hal ini, lembaga legislatif terutama komite anggaran akan mengadakan
pembahasan guna memperoleh pertimbangan-pertimbangan untuk menyetujui
atau menolak anggaran tersebut. Selain itu, akan diadakan juga dengar pendapat
sebelum nantinya lembaga legislatif menyetujui atau menolaknya.
3. Pelaksanaan Anggaran
Pada tahapan ini, anggaran yang telah disetujui pada tahapan sebelumnya
mulai dilaksanakan oleh pihak eksekutif organisasi atau pelaksana anggaran
lainnya. Sehubungan dengan anggaran yang disetujui pada umumnya berlaku
untuk satu tahun anggaran, maka untuk memperjelas dan mempermudah
pelaksanannya perlu dilakukan langkah pengalokasian yang dikenal sebagai
allotments dan apportionments.
Dengan demikian, dalam melaksanakan anggaran diperlukan juga sikap
kehati-hatian agar organisasi tidak begitu saja melaksanakan seluruh anggaran
belanja kegiatan pada awal-awal tahun anggaran meskipun hal tersebut telah
disetujui sebeumnya. Hal tersebut perlu diperhatikan untuk mengantisipasi
kemungkinan tidak tercapainya penerimaan sumber daya yang telah dianggarkan
dalam anggaran pendapatan. Dengan kata lain, organisasi harus memperhatikan
arus keluar dan masuknya sumber daya dalam pelaksanaan anggaran apabila tidak
ingin menghadapi kesulitan pemenuhan kewajiban untuk membiayai kegiatannya.
4. Pelaporan dan Audit
Tahap dari proses penganggaran adalah menyangkut masalah pelaporan
dan audit atas anggaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini, realisasi
anggaran akan dilaporkan dan diperbandingkan secara periodik dengan anggaran
yang telah disetujui sebelumnya. Adanya perbedaan antara anggaran dan realisasi
harus dijelaskan penyebabnya. Laporan tersebut kemudian diaudit untuk
memastikan bahwa laporan telah dibuat secara benar. Laporan anggaran dan hasil
audit atas laporan tersebut merupakan bahan informasi dalam penyusunan
anggaran untuk periode anggaran berikutnya. Oleh sebab itu, rangkaian proses
penganggaran yang dimulai sejak tahap penyusunan hingga pelaporan dan audit
anggaran pada akhirnya akan membentuk suatu siklus anggaran.
C. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Setiap tahun pemerintah menghimpun dan membelanjakan dana triliunan
rupiah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Istilah anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN) yang dipakai di Indonesia secara formal
mengacu pada anggaran pendapatan dan belanja pemerintah pusat, tidak termasuk
anggaran pendapatan dan belanja pemerintah daerah (APBD) dan BUMN.
Penyusunan anggaran negara merupakan rangkaian aktivitas yang melibatkan
banyak pihak, termasuk semua kementerian dan lembaga serta Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR). Peran DPR dalam proses penyusunan APBN dalam dua tahun
terakhir ini telah menjadikan proses penyusunan APBN lebih demokratis,
transparan, objektif dan lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Sesuai dengan UUD 1945, APBN harus diwujudkan dalam bentuk
undang-undang. Dalam hal ini, presiden berkewajiban menyusun dan mengajukan
Rancangan APBN (RAPBN) kepada DPR. RAPBN tersebut memuat asumsi
umum yang mendasari penyusunan APBN, perkiraan penerimaan, pengeluaran,
transfer, defisit/surplus, dan pembiayaan defisit serta kebijaksanaan pemerintah.
Selain itu juga dimuat perkiraan terperinci mengenai pengeluaran dan penerimaan
kementerian/lembaga, proyek, data aktual, proyeksi perekonomian dan informasi
terkait lainnya. Semuanya dituangkan dalam Nota Keuangan yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari RUU APBN yang disampaikan kepada DPR.
APBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran yang ditampung
dalam satu rekening Bendaharawan Umum Negara (rekening BUN) di bank
sentral, yaitu Bank Indonesia (BI). Pada dasarnya, semua penerimaan dan
pengeluaran pemerintah harus dimasukkan dalam rekening tersebut. Sebagai
pengecualian, pemerintah membuka beberapa rekening khusus di BI atau di bank
pemerintah karena alasan-alasan berikut :
a. Untuk mengelola pinjaman luar negeri untuk proyek tertentu sebagaimana
diisyaratkan oleh pemberi pinjaman.
b. Untuk mengadministrasikan dan mengelola dana-dana tertentu (seperti dana
cadangan dan dana penjaminan deposito).
c. Untuk mengadministrasikan penerimaan dan pengeluaran lainnya yang
dianggap perlu untuk dipisah dari rekening BUN, di mana suatu penerimaan
harus digunakan untuk tujuan tertentu.
Sesuai dengan peraturan pemerintah perundangan yang terkait dengan
pengelolaan APBN, semua penerimaan dan pengeluaran harus tercakup dalam
APBN. Dengan kata lain, pada saat pertanggungjawaban APBN semua realisasi
penerimaan
dan
pengeluaran
dalam
rekening-rekening
khusus
harus
dikonsolidasikan ke dalam rekening BUN. Semua penerimaan dan pengeluaran
yang telah dimasukkan dalam rekening BUN adalah merupakan penerimaan dan
pengeluaran “on budget”. (Deddi Noordiawan, dkk. ( 2008:34-35).
D. Teknik Akuntansi Pemerintahan, dan Pelaporan Keuangan Pemerintah
1.
Teknik Akuntansi Pemerintahan
Persamaan akuntansi merupakan filosofi dasar yang sangat penting dalam
akuntansi. Persamaan akuntansi merefleksikan karakteristik sebuah organisasi
atau entitas akuntansi dalam teknik-teknik dasarnya. Organisasi pemerintahan
adalah sebuah organisasi khas dengan karakteristik tersendiri yang secara
signifikan memberi pengaruh dalam desain dan struktur akuntansi.
Dalam akuntansi komersial, persamaan akuntansi dikenal sebagai berikut :
ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS
Persamaan tersebut, dalam akuntansi pemerintahan berubah menjadi :
ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA
Disini terdapat perbedaan mendasar antara ekuitas dana dan ekuitas. Di
perusahaan, selisih antara aset dan utang adalah ekuitas yang menunjukan adanya
kepemilikan pada perusahaan tersebut oleh pemegang sahamnya. Sementara itu di
organisasi pemerintahan, ekuitas dana tidak menunjukkan adanya kepemilikan
siapa pun karena memang tidak ada kepemilikan yang bisa diakui.
Teknik akuntansi pemerintahan seperti digambarkan dalam persamaan
tersebut disebut sebagai teknik ekuitas dana. Akuntansi dana memandang bahwa
sumber daya atau kekayaan yang digambarkan dalam neraca tidak ada
kepemilikannya dan tidak digunakan untuk mencari keuntungan, melainkan
sebuah kekayaan yang dibatasi pada sebuah tujuan atau misi tertentu.
2.
Pelaporan keuangan Pemerintah
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran menyusun
Laporan
Keuangan
Kementerian
Negara/Lembaga
(LKKL)
sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN pada kemeterian Negara/Lembaga yang
bersangkutan. LKKL yang disusun dilampiri dengan Laporan Keuangan Badan
Layanan Umum (BLU) bentuk ringkas dan disampaikan kepada Presiden melalui
Menteri Keuangan. Laporan Keuangan tersebut juga disampaikan kepada Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) menyusun
Laporan
Keuangan
BUN
sebagai
pertanggungjawaban
pengelolaan
perbendaharaan negara. Menteri Keuangan kemudian menyusun Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) untuk memenuhi pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN. LKPP disusun berdasarkan LKKL serta LK BUN. LKPP juga
dilampiri dengan ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara yang disusun
oleh Menteri Keuangan selaku wakil pemerintah pusat dalam kepemilikan
kekayaan pemerintah pusat yang dipisahkan.
Selanjutnya LKPP tersebut disampaikan kepada Presiden, untuk kemudian
disampaikan kepada BPK selambat-lambatnya tiga bulan setelah tahun anggaran
berakhir.
Menteri/Pimpinan Lembaga memberikan tanggapan dan melakukan
penyesuaian terhadap LKKL berdasarkan hasil pemeriksaan BPK atas LKKL
yang bersangkutan. Laporan Keuangan yang telah disesuaikan bersama tembusan
tanggapan disampaikan kepada Menteri Keuangan oleh menteri/pimpinan
lembaga selambat-lambatnya satu minggu setelah laporan hasil pemeriksaan
diterbitkan BPK untuk digunakan sebagai bahan penyesuaian LKPP.
Menteri Keuangan atas nama pemerintah pusat memberikan tanggapan
dan melakukan penyesuaian terhadapa LKPP berdasarkan hasil pemeriksaan BPK
atas LKKL dan LKPP serta koreksi lain berdasarkan SAP.
Berdasarkan Laporan Keuangan yang telah di audit, Menteri Keuangan
menyusun RUU tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. RUU tersebut
disampaikan oleh Presiden kepada DPR selambat-lambatnya enam bulan setelah
tahun anggaran berakhir.
E. Laporan
Keuangan
Pemerintah,
Peranan
Pemerintah,
Tujuan
Pelaporan
keuangan
Laporan
Keuangan
Pemerintah,
Pelaporan, dan Komponen Laporan Keuangan Pemerintah
Entitas
1.
Laporan Keuangan Pemerintah
Pemerintah sebagai suatu entitas harus menyusun Laporan Keuangan
sebagai salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara dan juga sebagai bentuk tanggung jawab kepada
masyarakat sebagai pembayar pajak. Oleh karena itu, menteri/pimpinan lembaga
selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya, berwenang menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.
Pengguna Laporan Keuangan sendiri terdiri dari :
•
Masyarakat;
•
Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
•
Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman, dan
•
Pemerintah.
2. Tujuan Laporan Keuangan Pemerintah
1. Tujuan Umum
Menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus
kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para
pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber
daya.
2. Tujuan Khusus
•
Menyediakan
informasi
mengenai
posisi
sumber daya
ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah.
•
Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah
•
Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan
sumber daya ekonomi.
•
Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya.
•
Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya.
•
Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.
•
Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan
entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
3.
Peranan Pelaporan keuangan Pemerintah
Pelaporan keuangan pemerintah memiliki peranan, diantaranya :
1. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan
pengelolaan
dan
pelaksanaan
kebijakan
sumber daya dalam mencapai tujuan.
2. Manajemen
Memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas aset,
kewajiban dan ekuitas dana pemerintah.
3. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka, jujur, menyeluruh kepada
stakeholders.
4. Keseimbangan Antargenerasi
Memberikan informasi mengenai kecukupan penerimaan pemerintah
untuk membiayai seluruh pengeluaran, dan apakah generasi yang akan datang ikut
menanggung beban pengeluaran tersebut.
4.
Entitas Pelaporan
Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau
lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan,
yang terdiri dari:
•
Pemerintah pusat.
•
Pemerintah daerah.
•
Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi
lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi
dimaksud wajib menyajikan Laporan Keuangan.
5.
Komponen Laporan Keuangan Pemerintah
Komponen Laporan Keuangan pokok:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
LRA menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya
ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode
pelaporan. LRA mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah
yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD. LRA menyajikan sekurangkurangnya unsur-unsur :
a. pendapatan
b. belanja
c. transfer
d. surplus/defisit
e. pembiayaan
f. sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
2. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
3. Laporan Arus Kas
Menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan
setara kas pada tanggal pelaporan.
4. Catatan atas Laporan Keuangan.
Catatan atas LK dimaksudkan agar LK dapat dipahami oleh pembaca
secara luas. Hal ini disebabkan krn LK mempunyai potensi kesalahpahaman di
antara pembacanya, sehingga diperlukan adanya catatan yang berisi informasi
yang memudahkan pembaca dalam memahami LK.
Komponen Laporan Keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas
pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan (Bendahara Umum Negara/Daerah).
Selain
menyajikan
Laporan
Keuangan
pokok,
entitas
pelaporan
diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan berbasis akrual yang
menyajikan pos-pos, antara lain Pendapatan dari kegiatan operasional, beban
berdasarkan klasifikasi fungsional dan klasifikasi ekonomi, Surplus atau defisit
serta menyajikan Laporan Perubahan Ekuitas. Dalam Laporan Perubahan Ekuitas
sekurang-kurangnya harus disajikan pos-pos:
1. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran;
2. Setiap pos pendapatan dan belanja beserta totalnya seperti diisyaratkan dalam
standar-standar lainnya, yang diakui secara langsung dalam ekuitas;
3. Efek kumulatif atas perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan
yang mendasar diatur dalam suatu standar terpisah.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Penyajian Laporan
Keuangan Pemerintah
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas Laporan Keuangan dapat
dilihat pada kerangka konseptual akuntansi pemerintahan khususnya karakteristik
kualitatif. Karena tujuan dari kerangka konseptual sendiri adalah sebagai acuan
bagi penyusun standar, penyusun Laporan Keuangan, pemeriksa serta para
pengguna Laporan Keuangan.
Karakteristik kualitatif terdiri dari :
1. Relevan
Laporan Keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat
di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan dan menegaskan
atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi
Laporan
Keuangan
yang
relevan
dapat
dihubungkan
dengan
maksud
penggunaannya.
Informasi yang relevan harus:
a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
Informasi harus memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi
ekspektasi mereka di masa lalu.
b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
Informasi harus dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan
datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
c. Tepat waktu
Informasi harus disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna
dalam pengambilan keputusan.
d. Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah harus disajikan selengkap
mungkin, yaitu mencakupi semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan. Informasi yang melatar belakangi setiap butir informasi
utama yang termuat dalam Laporan Keuangan harus diungkapkan dengan jelas
agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
2. Andal
Informasi dalam Laporan Keuangan harus bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap kenyataan secara jujur,
serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau
penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara
potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal harus memenuhi karakteristik:
a. Penyajian Jujur
Informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.
b. Dapat Diverifikasi (verifiability)
Informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan dapat diuji, dan apabila
pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya harus
tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
c. Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak bias pada
kebutuhan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi
yang menguntungkan pihak tertentu, sementara hal tersebut akan merugikan
pihak lain.
3. Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam Laporan Keuangan akan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan Laporan Keuangan periode sebelumnya atau Laporan
Keuangan entitas pemerintah lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan
secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila
suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.
Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan
menerapkan kebijakan akuntasi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi
yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut harus diungkapkan pada periode
terjadinya perubahan.
4. Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan harus dapat dipahami
oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan
batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas
pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang
dimaksud.
G. Regulasi Penyampaian Laporan Keuangan Pemerintah
Pada Bab I telah disebutkan secara singkat mengenai peraturan yang
mengatur masalah penyampaian Laporan Keuangan. Seperti halnya yang diatur
dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 9 butir (g) yang
menyebutkan bahwa Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/
Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai
tugas menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan kementerian negara
/lembaga yang dipimpinnya. Hal senada juga diatur dalam UU No. 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara Pasal 4 ayat (2) butir (j) yang menyatakan bahwa
Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya, berwenang menyusun dan
menyampaikan
Laporan
Keuangan
kementerian
negara/lembaga
yang
dipimpinnya.
Selanjutnya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No.
47 Penjelasan Atas UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara mengenai
Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara disebutkan salah satu upaya
konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah
yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar
akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum.
Terkait dengan batas waktu penyampaian Laporan Keuangan pemerintah
dalam UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 55 ayat (2)
dijelaskan bahwa dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat,
Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan yang meliputi Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri
Laporan Keuangan Badan Layanan Umum pada kementerian negara/lembaga
masing-masing. Laporan Keuangan disampaikan kepada Menteri Keuangan
selambat-lambatnya dua bulan setelah tahun anggaran berakhir. Dalam lampiran
V Perdirjen No. 51/PB/2008 digambarkan mengenai tahapan penyampaian serta
batas waktu pengiriman Laporan Keuangan tahunan, seperti yang terlihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2.2. Batas Waktu Pengiriman Laporan Keuangan Tahunan
Unit Organisasi
Terima
Proses dan
Kirim
Waktu
Rekonsiliasi
UAKPA
-
Pengiriman
20 Januari 2XX2
3 hari
UAPPA-W
23 Januari 2XX2
6 hari
29 Januari 2XX2
3 hari
UAPPA-E1
02 Februari 2XX2
6 hari
08 Februari 2XX2
Tanggal terakhir
UAPA
10 Februari 2XX2
17 hari
Februari 2XX2
Menkeu cq.
Tanggal terakhir
Dirjen PBN
Februari 2XX2
2 hari
-
1atau 2
hari
Sumber: Lampiran V Perdirjen No.51/PB/2008
Terlihat dalam tabel diatas, dimana Perwakilan RI di luar negeri sebagai
UAKPA (Unit Akuntansi Pengguna Anggaran) harus menyerahkan Laporan
Keuangan paling lambat tanggal 20 Januari setelah tahun anggaran berakhir.
Kemudian dalam Penjelasan Atas UU No. 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara mengenai Penatausahaan dan Pertanggungjawaban
Pelaksanaan Anggaran disebutkan bahwa untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara, laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah perlu disampaikan secara tepat waktu dan disusun
mengikuti standar akuntansi pemerintahan. Sehubungan dengan itu, perlu
ditetapkan ketentuan yang mengatur mengenai hal-hal tersebut agar:
•
Laporan Keuangan pemerintah dihasilkan melalui proses akuntansi;
•
Laporan Keuangan pemerintah disajikan sesuai dengan standar akuntansi
keuangan pemerintahan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Neraca, dan Laporan Arus Kas disertai dengan catatan atas Laporan
Keuangan;
•
Laporan Keuangan disajikan sebagai wujud pertanggungjawaban setiap entitas
pelaporan yang meliputi Laporan Keuangan pemerintah pusat, Laporan
Keuangan kementerian negara/lembaga, dan Laporan Keuangan pemerintah
daerah;
•
Laporan Keuangan pemerintah pusat/daerah disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selambat-lambatnya 6
(enam) bulan setelah tahun anggaran yang bersangkutan berakhir;
•
Laporan Keuangan pemerintah diaudit oleh lembaga pemeriksa ekstern yang
independent dan profesional sebelum disampaikan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat;
•
Laporan Keuangan pemerintah dapat menghasilkan statistik keuangan yang
mengacu kepada manual Statistik Keuangan Pemerintah (Government Finance
Statistics/GFS) sehingga dapat memenuhi kebutuhan analisis kebijakan dan
kondisi fiskal, pengelolaan dan analisis perbandingan antarnegara (cross
country studies), kegiatan pemerintahan, dan penyajian statistik keuangan
pemerintah.
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) turut
mengatur melaui PMK No. 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan keuangan Pemerintah Pusat Pasal 20 ayat (1) yang berisi bahwa setiap
UAKPA wajib memproses dokumen sumber untuk menghasilkan Laporan
Keuangan berupa LRA, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan Satuan
Kerja. Pada pasal yang sama dalam ayat (7) dan (8) dijelaskan bahwa UAKPA
menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK setiap bulan kepada UAPPA-E1
serta penyampaian Laporan Keuangan semester dan tahunan disertai dengan
Catatan atas Laporan Keuangan.
Selanjutnya
dalam
Perdirjen
No.
51/PB/2008
tentang
Pedoman
Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga terkait dengan
entitas pelaporan dan entitas akuntansi, dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (1) dan (2)
bahwa entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan dan
entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang
dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan
Keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
Download