pendahuluan

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) adalah koperasi primer
tunggal usaha di kecamatan Lembang yang merupakan suatu wadah bagi para
peternak sapi perah. Wilayah kerja KPSBU meliputi desa Lembang, Wangunsari,
Jayagiri, Cikidang, Cikahuripan, Pagerwangi, Sukajaya, dan Cilumber. Lembang
merupakan salah satu sumber penghasil susu terbesar di Indonesia selama kurang
lebih dari 30 tahun. Populasi sapi perah di Lembang pada tahun 2011 sebanyak
20.789 ekor dan menghasilkan susu sebanyak 98.500 liter per hari (Anonim,
2012).
Susu merupakan sumber protein hewani yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dalam menjaga kesehatan (Anonim,
2011). Sebagai salah satu pemenuh kebutuhan protein hewani, menurut Data
Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP), Departemen Pertanian
menunjukkan bahwa produksi susu nasional hanya memenuhi 25 % kebutuhan
nasional (Rachman, 2008). Kondisi produksi susu segar Indonesia saat ini,
sebagian besar (91%) dihasilkan oleh usaha rakyat dengan skala usaha 1-3 ekor
sapi perah per peternak (Daryanto, 2007).
Mastitis adalah inflamasi atau radang pada glandula mamari yang
disebabkan oleh mikroorganisme utamanya bakteri. Mastitis dapat di bedakan
menjadi mastitis klinis dan subklinis berdasarkan perubahan fisik pada glandula
mamari. Mastitis klinis ditandai dengan pembengkakan, kemerahan, dan kenaikan
1
2
suhu glandula mamari serta perubahan pada susu. Mastitis subklinis tidak
menunjukkan perubahan pada glandula mamari maupun pada susu, namun terjadi
peningkatan sel somatik (Pandey dan Voskuil , 2011).
Salah satu uji yang dapat digunakan untuk mendeteksi mastitis subklinis
adalah California Mastitis Test (CMT) yang dapat diaplikasikan di lapangan
dengan mudah. Uji CMT menggambarkan jumlah sel somatik yang terkandung
dalam susu. Peningkatan skor CMT mengindikasikan jumlah sel somatik yang
tinggi (Durr dkk., 2008). California mastitis test memiliki sensitivitas 95,16% dan
spesifitas 98,02% dalam pengujian mastitis subklinis (Iqbal dkk., 2006). Prinsip
kerja reagen CMT adalah perhitungan sel somatik secara tidak langsung dengan
indikator terjadinya penggumpalan atau pembentukan jel karena tingginya sel
somatik (Moroni dkk., 2005).
Penilaian CMT berhubungan lansung terhadap rata-rata jumlah sel
somatik. Hasil negatif (-) memiliki kandungan sel somatik sebanyak 0-200.000
yang mengindikasikan bahwa susu normal, hasil positif (+) mengandung sel
somatik sebanyak 200.000-400.000 yang mengindikasikan mastitis subklinis,
hasil positif (++) mengandung sel somatik sebanyak 400.000-1.200.000 yang
mengindikasikan mastitis subklinis, hasil positif (+++) mengandung sel somatik
sebanyak 1.200.000-5.000.000 yang mengindikasikan kondisi mastitis berat, hasil
positif (++++) mengandung sel somatik >5.000.000 yang mengindikasikan
kondisi mastitis sangat berat (Ruegg, 2005).
3
Beberapa genus bakteri yang biasa ditemukan pada susu mastitis adalah
Micrococcus, Staphylococcus sp., Lactococcus, Streptococcus sp., Lactobacillus
sp., Bacillus sp., Clostridium sp., Escherichia, Salmonella dan Pseudomonas sp.
(Walstra dkk., 2006). Menurut Markey dkk. (2013) bakteri patogen utama yang
ditemukan pada kejadian mastitis sapi adalah Staphylococcus aureus sedangkan
bakteri komensal yang utama ditemukan adalah Escherichia coli dan
Streptococcus uberis. Staphylococcus koagulase negatif seperti Staphylococcus
chromogenes dan Staphylococcus hyicus, Streptococcus uberis, Streptococcus
dysgalactiae dan Colliform juga pernah dilaporkan sebagai bakteri penyebab
mastitis.
Sukarini dkk. (2008) telah mengisolasi Streptococcus agalactiae
(20,69%), Staphylococcus aureus (3,45%) dan Escherichia coli (3,45%) dari
sampel susu mastitis subklinis sapi. Menurut Schalem dkk. (1971) Staphylococcus
epidermidis dapat menjadi salah satu penyebab mastitis subklinis pada sapi,
meskipun Streptococcus uberis lebih sering ditemukan sebagai penyebab mastitis
subklinis.
Penelitian tentang kejadian mastitis klinis maupun subklinis telah banyak
dilakukan di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Bakteri yang menjadi penyebab
mastitis sebagian besar sudah dilaporkan, namun belum ada yang melaporkan
mengenai perbedaan jenis bakteri dari susu yang positif uji CMT di peternakan
sapi perah KPSBU Lembang Bandung yang merupakan salah satu penghasil susu
terbesar di Indonesia.
4
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase kejadian
mastitis subklinis pada susu sapi di KPSBU Lembang serta perbedaan jenis
bakteri yang ditemukan antara uji CMT negatif (-) dan positif (+).
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
perbedaan jenis bakteri antara yang uji CMT negatif (-) dan positif (+) kepada
peternak dan konsumen susu sapi produk KPSBU Lembang Bandung. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan konsumen dalam
pencegahan penyakit zoonosis dari susu sapi ke manusia.
Download