Pengurus DPB Sarbumusi Menggugat PT. CPI

advertisement
This page was exported from Export date: Fri Nov 3 22:30:05 2017 / +0000 GMT
Pengurus DPB Sarbumusi Menggugat PT. CPI Tentang Perselisihan Hubungan
Industrial
RIAUEXPRESS, FERRY: Ketua DPW Sarbumusi Riau Umrah HM. Thaib dan Ketua Sarbumusi Chevron H. Novel. 30/11/16
RIAUEXPRESS, PEKANBARU - Sebanyak 6 (enam) orang Dewan Pengurus Basis Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (DPB
SARBUMUSI) mewakili anggota sarikat Buruh Muslimin Indonesia (SARBUMUSI) basis PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI)
sebanyak 111 (seratus sebelas orang) disebut Para Penggugat, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 24 Oktober 2016 mengajukan
gugatan perselisihan Hubungan Industrial terhadap PT.CPI disebut Tergugat.
Gugatan disampaikan karena di PT. CPI yang berlaku secara sah menurut hukum adalah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Tahun
2011-2012 dan Perpanjangannya, sedangkan PKB Tahun 2014-2015 walau telah tercapai Kesepakatan Kerja Bersama antara PT.CPI
dan Anggota SARBUMUSI basis PT.CPI pada tanggal 11 Februari 2016 ditingkat Mediasi disaksikan Mediator Dinas Tenaga
Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Riau, namun belum didaftarkan ke Dirjen PHI dan Jamsos Kementerian
Ketenagakerjaan RI di Jakarta sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, karena anggota SARBUMUSI tersebut tidak
pernah menandatangani PKB Tahun 2014-2015 dalam bentuk Buku dan tidak pernah didaftarkan sebagaimana termuat dalam
Kesepatan Kerja Bersama kesepakatan a quo.
Sedangkan PKB (Perjanjian Kerja Bersama) Tahun 2016-2017, PARA PENGGUGAT tidak ikut terlibat merundingkan dan menolak
dengan alasan baru bersedia ikut berunding bersama bergabung dengan serikat pekerja lainnya yang ada di perusahaan (SPNC dan
SPCI) setelah TERGUGAT terlebih dahulu mendapatkan Bukti Surat Keputusan Pendaftaran PKB Tahun 2014-2015 dari Dirjen
PHI dan Jamsos Kementerian Ketenagakerjaan RI di Jakarta
Permasalahan ini bermula pada tanggal 24 Januari 2016, TERGUGAT mengumumkan akan melakukan pengurangan tenaga kerja
sekitar 25 % (dua puluh lima persen) dari jumlah pekerja yang ada pada saat ini secara keseluruhan berjumlah 6.480 (enam ribu
empat ratus delapan puluh) orang menjadi 4.880 (empat ribu delapan ratus delapan puluh) orang pekerja, yang mana terdapat
pengurangan pekerja sebesar 1.600 (seribu enam ratus) orang pekerja.
TERGUGAT juga secara serta merta telah mengeluarkan Buku Panduan Program WFM (Work Force Management) yaitu rencana
pengelolaan managemen tenaga kerja berkenaan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran diperusahaan TERGUGAT.
Kemudian TERGUGAT juga memberlakukan IRM (Internal Relation Manual) yang memuat 6 (enam) materi, IRM (Internal
Relation Manual) adalah panduan internal terkait langsung dengan pekerja dan merupakan peraturan perusahaan yang di keluarkan
oleh TERGUGAT secara sepihak.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 1/2 |
This page was exported from Export date: Fri Nov 3 22:30:05 2017 / +0000 GMT
Padahal TERGUGAT tidak pernah menyampaikan kepada PARA PENGGUGAT sebagai organisasi serikat pekerja/serikat buruh
yang sah di perusahaan berkenaan adanya maksud TERGUGAT tersebut sebagaimana diamanatkan Pasal 151 ayat 1
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, akan tetapi malah serta merta langsung menyampaikan pengumuman
dan pelaksanaan dari Program WFM dan IRM tersebut.
Yang mana tindakan TERGUGAT yang mengeluarkan pengumuman WFM dan tindakan untuk melaksanakan IRM adalah
pelanggaran Pasal 129 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, ?Pengusaha dilarang mengganti perjanjian
kerja bersama (PKB) dengan peraturan perusahaan (PP) atau dimaknai IRM selama di perusahaan yang bersangkutan masih ada
serikat buruh/serikat pekerja?.
Akibat dengan adanya Program yang di keluarkan oleh TERGUGAT diatas maka 4 (empat) serikat pekerja/serikat buruh yang ada di
Perusahaan yaitu Serikat Pekerja Nasional Chevron (SPNC), Serikat Pekerja Chevron Indonesia (SPCI), Serikat Pekerja Nasional
Chevron Indonesia Unit kerja Kalimantan (SPNCI/unit kerja Kalimantan) dan Serikat Buruh Muslimin Indonesia Basis PT. Chevron
Pacific Indonesia (DPB Sarbumusi) melakukan pertemuan dengan SKK Migas di Jakarta.
Yang lebih parah ternyata TERGUGAT secara nyata telah mengabaikan ketentuan sebagaiamanan diatur Pasal 136 ayat (1) dan
Pasal 151 ayat (1) Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak terdapat upaya TERGUGAT untuk
menghindari terjadinya pemutusan hubungan kerja, semestinya TERGUGAT terlebih dahulu merundingkan maksud dilakukannya
pemutusan hubungan kerja (PHK) massal tersebut dengan PARA PENGGUGAT dan semestinya menurut hukum adalah menjadi
inisiatif dan kewajiban TERGUGAT sebelum mengambil keputusan menetapkan dijalankannya Program WFM berkenaan dengan
adanya rencana PHK massal melalui Mutual Agreement Termination (MAT) TERGUGAT tersebut.
Terhadap tindakan PHK secara besar-besaran yang dilakukan TERGUGAT dengan alasan hukum membuat penafsiran sendiri secara
sepihak dengan mendalilkan PENGUNDURAN DIRI SECARA SUKARELA dengan menjadikan rujukan hukum berlandaskan
pada Pasal 154 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, PARA PENGGUGAT menilai dasar hukum
TERGUGAT adalah telah sangat-sangat keliru, tidak rasional dan terkesan dipaksakan.
Kemudian PENGGUGAT menyatakan TERGUGAT melanggar Pasal 28 huruf (c) jo Pasal 43 Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Surat Gugatan ini disampaikan langsung oleh Ketua DPW Sarbumusi Riau Umrah HM.
Thaib dan Ketua Sarbumusi Chevron H. Novel saat diwawancarai oleh wartawan pada sidang pertama di Pengadilan Negeri Kls1A
Pekanbaru Rabu (30/11) kemaren.[MEG 11]
Laporan: Ferry
Editor: Mislam
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 2/2 |
Download