PENDAHULUAN Latar belakang Skizofrenia merupakan penyakit gangguan otak parah di mana orang menginterpretasikan realitas secara abnormal. Skizofrenia merupakan gangguan pikiran berupa kombinasi dari halusinasi, delusi dan berpikir teratur dan perilaku. Gejala-gejala skizofrenia dapat digambarkan sebagai gejala positif dan gejala negative (Ikawati, 2014). Salah satu penanganan skizofrenia dengan menggunakan pengobatan antipsikotik. Antipsikotik merupakan terapi utama yang efektif mengobati skizofrenia. Antipsikotik dibedakan menjadi dua generasi, yaitu generasi pertama (tipikal) dan generasi kedua (atipikal), Banyaknya antipsikotik yang tersedia ternyata memberikan masalah tersendiri dalam praktek terutama karena menyangkut bagaimana memilih dan menggunakan obat secara nyata. Pada banyak terapi yang dilakukan pada penderita skizofrenia masih banyak pasien yang menggunakan obat generasi pertama, meskipun efek samping yang disebabkan oleh obat antipsikotik generasi pertama lebih besar dibandingkan dengan obat antipsikotik generasi kedua. Penyebab banyaknya efek samping yang terjadi dikarenakan pemblokade pada reseptor neurotransmiter yang besar, dan karena efek samping yang timbul ini sehingga biasanya pasien skizofrenia mendapatkan obat antikolinergik (Katona, 2012). Sistem pelayanan kesehatan baik di negara maju ataupun di negara berkembang saat ini banyak yang menggunakan jaminan pelayanan kesehatan , yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas, keamanan, maupun cost- effectiveness salah satu diantaranya adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) atau Jaminan kesehatan Nasional (JKN). Jaminan kesehatan biasanya hanya obat antipsikotik tertentu yang bisa diberikan secara gratis, yaitu yang telah tercantum dalam Formularium Nasional Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (FORNAS BPJS) dan atau FORNAS JKN, Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit (SPM RS), sedangkan masih banyak obat antipsikotik lain sebenarnya yang berada diluar FORNAS BPJS, JKN dan SPM RS tersebut. Hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan tidak tercapainya efek terapi yang diinginkan (Laksmi, 2008). Rumah sakit jiwa memiliki Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit (SPM RS) dimana merupakan ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar rumah sakit yang merupakan tanggung jawab daerah untuk memberikan hak pelayanan pada setiap warga dan merupakan spesifikasi teknis tentang tolok ukur pelayanan yang diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada masyarakat. Dan pada ketersediaan obat yang sama pada tipe RS yang sama dimungkinkan akan memberikan perbedaan terhadap pola terapi pada pasien skizofrenia. Pola pengobatan pada pasien skizofrenia dan antipsikotik yang digunakan dimungkinkan memiliki perbedaan dalam pemberiannya karena tingkat atau tipe rumah sakit yang berbeda. RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dan RSJD Prof Dr Amino Gondohutomo Semarang memiliki tipe yang sama yaitu A, tetapi memiliki tingkatan yang berbeda. RSJ Prof Dr Soerojo merupakan Rumah Sakit Jiwa tingkat pusat sedangkan RSJD Prof Dr Amino Gondohutomo merupakan rumah sakit jiwa tingkat provinsi, dimana fasilitas yang diberikan dimungkinkan berbeda, sehingga bisa mempengaruhi terapi yang diberikan dirumah sakit, termasuk obat antipsikotik yang diberikan (Laksmi, 2008). Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Soerojo Magelang merupakan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementrian Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan. Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Soerojo Magelang merupakan rumah sakit rujukan nasional,dengan tipe rumah sakit A. Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Soerojo Magelang memiliki kapasitas rawat inap 889 tempat tidur. RS Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Semarang adalah rumah sakit negeri kelas A. Rumah sakit ini memiliki pelayanan dokter spesialis dan subspesialis dan ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan tertinggi atau rumah sakit pusat. Rumah sakit ini tersedia 329 tempat tidur inap dan 18 tempat tidur diantaranya merupakan kelas VIP, dengan 31 dokter dan 17 diantaranya merupakan dokter spesialis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan pola pengobatan pada penderita skizofrenia di RSJ Prof. DR. Soerojo Magelang dan RSJD DR Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah periode Januari-Juni 2015 ditinjau dari aspek tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis yang disesuaikan dengan American Psychiatric Association tahun 2010 dan Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit (SPM RS) dimana kedua rumah sakit memiliki tipe yang sama tetapi beda tingkat rumah sakitnya, untuk RSJ Prof. DR. Soerojo Magelang merupakan rumah sakit pusat dan RSJD DR Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.