40 MEDISAINS Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan

advertisement
ARTIKEL PENELITIAN FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Self Management Program pada pasien Hemodialisis
Sri Suparti1, Titis Kurniawan2
1. Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung
2. Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung
email: [email protected]
ABSTRAK
Self management program merupakan upaya penting untuk meningkatkan efektifitas terapi hemodialisa
(HD). Pasien yang menjalani HD sering mengalami berbagai kondisi yang mengharuskan pasien terlibat
secara penuh, baik dalam penatalaksanaan, pengambilan keputusan terapi, pengelolaan gejala, pembatasn
cairan, dan lain-lain. Karenanya, pasien yang menjalani HD harus memiliki kemampuan mengelola diri yang
baik. Tujuan literature review ini adalah untuk menjelaskan tentang self management program pada pasien
End Stage Renal Disease (ESRD) yang menjalani hemodialisis. Berdasarkan pada sumber literature jurnal
penelitian ilmiah terkait.
Dalam literature review ini, penulis menggunakan artikel yang bersumber dari electronic data base seperti
EBSCO, Proquest, google scholar dan Pubmed dengan kata kunci self management program, self care
management, ESRD, Hemodialysis dalam kurun waktu 2005-2014. Data yang didapatkan, ditelaah,
dibandingkan, disusun secara sistematis dan dibahas. Dari empat belas artikel yang terjaring, bentuk self
management program terdiri dari intervensi edukasi dan support program, self care management cognitive
behavior theraphy dan muscle strength training program, self efficacy training program, empowerment program,
and home blood pressure monitoring and behavioural contracting and weekly telephone contact intervention.
Self management program dari setiap literatur menyebutkan intervensi edukasi sebagai program utama,
program edukasi ini juga dikembangkan dalam berbagai model. Kombinasi program psikologis dan latihan
fisik, pemberdayaan dan edukasi dapat meningkatkan program self management pada pasien hemodialisis.
Perbedaan dari masing-masing program mencakup pada waktu dan teknis pelaksanaan, sedangkan
persamaannya adalah hampir semua program tidak terlepas dari edukasi yang bertujuan memberikan
informasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bentuk self management support program terdiri dari
kegiatan edukasi, therapeutic contract intervention dan follow up berupa kunjuangan rumah.
Kata kunci: self management program, ESRD, Hemodialysis
PENDAHULUAN
Cronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit
ginjal kronik adalah adanya gangguan pada fungsi
ginjal yang progresif dan ireversibel, dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan
elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Smeltzer,
S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., Cheever, K. H.,
Townsend, M. C, 2010). Adapun ESRD (End Stage
Renal Disease) merupakan penyakit ginjal tahap akhir
dari CKD yang ditunjukkan dengan ketidakmampuan
ginjal dalam mempertahankan homeostasis tubuh
(Ignatavicius & Workman, 2006).
Berdasarkan laporan survei Gagal Ginjal
Kronik tahun 2011 dilakukan oleh PERNEFRI
(Perhimpunan Nefrologi Indonesia) menyebutkan,
jumlah diagnosa rawat utama pasien Hemodialisis
adalah 25.353 pasien (PERFERI, 2011). Di Indonesia,
prevalensi penderita End-Stage Renal Disease yang
menjalani hemodialisis pada tahun 2006 sebesar
23,4/1.000.000 penduduk.
Akibat ketidakmampuan ginjal membuang
produk sisa melalui eliminasi urin bisa menyebabkan
gangguan fungsi endokrin, metabolik dan cairan,
elektrolit serta asam basa, sehingga diperlukan
hemodialisis
atau
transplatasi
ginjal
untuk
kelangsungan hidup pasien (Smeltzer, et al, 2010).
Terdiagnosis Cronic Kidney Disease (CKD) dan
harus menjalani hemodialisis seumur hidup dapat
40
menimbulkan dampak pada individu pasien gagal
ginjal. Dalam menjalani hemodialisis cairan dan
diet harus dibatasi, hal ini menyebabkan kehilangan
kebebasan, tergantung pada pelayanan kesehatan,
konflik dalam perkawinan, keluarga dan kehidupan
sosial, berkurangnya pendapatan. Pengalaman
individu dalam studi fenomnologi selama 30-45 tahun
menjalani terapi Hemodialisis menyatakan bahwa
mereka menjadi bergantung pada hemodialisis
Ketergantungan
pada
perawatan
HD
juga
diungkapkan sebagai perasaan bahwa hidup yang
tidak bergerak dan hilang kebebasa (Herlin, et al,
2009). Hal- hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas
hidup pasien CKD, tidak jarang mereka mengalami
depresi.
Risiko kejadian depresi juga diprediksikan
dialami oleh pasien yang menjalani hemodialisis.
Kejadian depresi lebih tinggi pada wanita
dibandingkan pria, sedangkan kedua jenis kelamin
memiliki kualitas hidup yang rendah. Kualitas hidup
yang lebih tinggi dikaitkan dengan penerimaan
kondisi sakit dan kepatuhan terhadap rejimen
pengobatan. Studi ini memberikan bukti awal untuk
mengembangkan strategi keperawatan peka budaya
untuk menilai dan mengelola depresi, meningkatkan
kualitas hidup dan kepatuhan terhadap pengobatan
pasien hemodialisis (Nabolsi ., Wardam., Al-Halabi.,
2013).
Hidup dengan penyakit CKD biasanya
melibatkan berbagai manajemen kondisi kronis
MEDISAINS
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, Vol. XIV No. 1 APRIL 2015
ARTIKEL PENELITIAN
PENELITIAN FIKES
FIKES Universitas
Universitas Muhammadiyah
Muhammadiyah Purwokerto
Purwokerto
ARTIKEL
lainnya, seperti diabetes atau hipertensi, dan seringkali
memerlukan perubahan dalam cara hidup pasien.
Aspek medis dan emosional dari penyakit harus
ditangani, gejala diinterpretasikan dan dilaporkan,
kemitraan dengan penyedia layanan kesehatan
harus dibina baik, dan menggunakan sumber daya
baru. Perawat dapat membuat terobosan dengan
membantu pasien pada kondisi awal yang terkadang
menyulitkan dan menakutkan menggunakan strategi
yang disesuaikan dengan tahap penyakit. Pasien
harus bertanggung jawab dan patuh terhadap
kondisi dan manajemen penyakit kroniknya. Perawat
mempunyai peranan penting dalam menunjang
keberhasilan self management pasien Hemodialisis
(Hawkins and Zazworsky, 2005). Manajemen
penyakit kronis merupakan tantangan yang sedang
berlangsung dalam perawatan kesehatan. Karena
tidak ada obat untuk penyakit kronis, pengendalian,
meminimalkan, atau mengelola dampak negatifnya
menjadi tujuan utama dalam manajemen penyakit
kronis.
Self management pada pasien yang hidup
dengan CKD merupakan unsur penting dalam
mencegah perkembangan penyakit. Mengeksplorasi
manajemen diri pasien ESRD sangat penting
bagi pasien karena mereka menghadapi beberapa
tantangan termasuk gejala yang sedang berlangsung,
perawatan kompleks, pembatasan, ketidakpastian
tentang kehidupan dan ketergantungan pada
teknologi, semua berdampak pada otonomi mereka
terutama setelah dimulainya hemodialisis (Reid C,
Hall J, Boys J, Lewis S, Chang A, 2011).
Setelah diprogramkan menjalani HD, pasien
ESRD harus mengelola berbagai hal untuk
menunjang keberhasilan HD dan meminimalisisir
komplikasi. Beberapa hal tersebut mencakup
pembatasan cairan, pengelolaan gejala, diet, kontrol
berat badan secara rutin, Individu dengan ESRD
menghadapi tantangan kehidupan yang berkaitan
dengan komplikasi yang dikenal dan komorbiditas
yang dihasilkan oleh hemodialisis. Pendidikan pasien
telah terbukti meningkatkan hasil medis pada pasien
dengan ESRD. Beberapa penelitian menyimpulkan
ada dampak positif \ untuk meningkatkan kontrol
tekanan darah, manajemen, kadar kalsium, fosfor
anemia, dan penurunan IDWG setelah pelaksanaan
pendidikan pasien untuk manajemen CKD (Levin
et al, 1997;. Ramsdell & Annis, 1996; Sclatter &
Ferrans, 1998 dalam Lingerfelt & Thornton, 2011).
Dengan demikian menjadi penting bagi pasien
ESRD mendapatkan program self management guna
meningkatkan kemampuannya dalam menjalankan
pengelolaan diri tersebut.
Penelitian
yang
mengembangkan
self
management program pada pasien CKD/ESRD
yang menjalani hemodialisa sudah sering dilakukan.
Dari penelitian-penelitain tersebut ditemukan variasi
dan kombinasi berbagai jenis upaya peningkatan
self management. Oleh karena itu, menjadi penting
untuk mereview lebih lanjut berbagai program
peningkatan self management pada pasien yang
menjalani hemodialisis. Diharapkan dengan review
ini dapat menelaah apa saja bentuk dan kombinasi
self management program yang efektif untuk
diaplikasikan pada pasien ESRD.
TUJUAN
Tujuan dari literatur review ini adalah untuk
mereview literatur terkait program/upaya peningkatan
self management pada pasien (ESRD) yang
menjalani hemodialisis.
METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan
literatur reviuw ini adalah dengan penelusuran yang
bersumber dari electronic data base mencakup
EBSCO, Proquest, google scholar dan Pubmed
dengan kata kunci self management program, self
efficacy, ESRD,CKD,Hemodialysis. Eneliti hanya
menjaring artikel yang dipublikasikan dalam kurun
waktu antara tahun 2005-2014. Data yang diperoleh
ditelaah, disusun secara sistematis, dibandingkan
satu sama lain dan dibahas berdasarkan literature
terkait.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelusuran data mengunakan
kata kunci dan kriteria pada electronic data based
diatas, di dapatkan 14 artikel. Dari artikel-artikel
tersebut, program self management yang dijalankan
dapat dikategorikan menjadi enam program, yaitu
intervensi edukasi dan support program, self care
management cognitive behavior theraphy dan muscle
strength training program, self efficacy training
program, empowerment program, and home blood
pressure monitoring and behavioural contracting and
weekly telephone contact intervention.
Program Self management pada pasien yang
menjalani hemodialisis
Beberapa program Self management pada
pasien yang menjalani hemodialisis yang didapatkan
dari berbagai literature diantaranya dengan
menggunakan:
Education intervention and support program
Berbagai program edukasi anyak ditemukan
modelnya, baik itu yang berbasis komunitas, klinik
maupun kolaborative interdisiplin tenaga kesehatan
(dokter, perawat, ahli gizi). Program itu diantaranya
a self management and educational model of care
yang didalamnya menerapkan program kolaboratif
berbasis masyarakat , intervensi menggunakan
dukungan spesialis perawat nefrologi dalam seting
pengaturan perawatan primer, yang menargetkan
pada pasien gagal ginjal stadium akhir yang
berisiko tinggi. Model perawatan ini didasarkan
pada pendidikan pasien, membangun kesadaran
akan kesehatan, dan memperkuat manajemen diri,
program ini dievaluasi pada 12 minggu pertama
dan dilanjutkan 12 bulan (Walker R, et al, 2013).
Selanjutnya adalah Hemodialysis Educational And
Support Program (HESP), biasanya para peserta
MEDISAINS
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, Vol. XIV No. 1 APRIL 2015
41
ARTIKEL PENELITIAN FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto
dalam kelompok eksperimen menerima 12 sesi
mingguan dukungan pendidikan berturut-turut selama
satu jam pada awal pengobatan dialisis oleh fasilitator
perawat terlatih. Komponen dalam HESP adalah
perawatan diri, aktivitas hidup sehari-hari, kegiatan
sosial, interaksi dengan orang lain yang signifikan,
kepatuhan rejimen hemodialisis dan keterasingan
dirasakan. Serangkaian tiga wawancara dilakukan
pada akhir program pada tiga bulan, enam bulan dan
satu tahun untuk mengevaluasi efek jangka pendek
dan jangka panjang dari program ini (Joanna Briggs
Institute, 2011).
Modifikasi edukasi lainya adalah face-to-face
self-management educational program. Program
edukasi ini dilakukan secara tatap muka langsung
yang melibatkan 5 dokter, 5 perawat dan 3 ahli gizi.
Topik utama dari pendidikan tatap muka adalah
1) pemahaman dan self-managing Cronic kidney
disease, b) manajemen diet untuk menunda progresif
penyakit dan c) jenis terapi penggantian ginjal,teknik
yang diberikan dengan pre dan post tes kurang lebih
selama 8 minggu yang terdiri dari kegiatan edukasi,
konseling dan pemecahan masalah terkait (Choi, E.
S., & Lee, J, 2012). Intervensi edukasi juga diberikan
dengan cara tertulis (diberikan buku ) dan pemutaran
vidio yang dilanjutkan sesi kelompok diskusi,
Intervensi dilakukan dokter dan perawat (Manns, B.
J., Taub, K., Vanderstraeten, C., Jones, H., Mills, C.
et al., 2005).
Self-management support
dalam bentuk
edukasi juga dilakukan oleh Sarian, M., Brault, D.,
& Perreault, N. (2011). kegiatan edukasi didasarkan
pada tema Algoritma pemecahan masalah klien
terkait pegontrolan keseimbangan cairan : tanda
tanda kelebihan cairan, Pelaksanaan edukasi dengan
small group discussion untuk mengoptimalkan tujuan
Edukasi tentang keseimbangan cairan, kelebihan
cairan dan kelebihan cairan dan gagal jantung.
Lebih lanjut program edukasi terstruktur selam
4 bulan, dilakukan selama 30 menit, 2 hari-hari per
minggu, selama 4 minggu, dengan memberikan
edukasi dan buku pegangan tentang self management
behaviour untuk meningkatkan pengetahuan pasien.
Program ini cukup efektif meningkatkan pengetahuan
dan perilaku pasien dalam manajemen dirinya
(Lingerfelt & Thornton, 2011).
Self care management
Self care management pada pasien hemodialisis
ditunjukkan pada konsep tentang
manajemen
pembatasan cairan, pembatasan makanan (diet),
manajemen pengobatan dan perawatan akses
vaskular. Pengukuran pembatasan cairan dengan
menggunakan berat badan interdialytic (IDWG).
Manajemen makanan pada perawatan
pasien
Hemodialisis merupakan aspek penting dari self
care management untuk mempertahankan status
gizi dan keseimbangan elektrolit. Pasien End Stage
Renal Disease yang menjalani hemodialisis biasanya
mengkonsumsi sejumlah besar obat-obatan untuk
berbagai kondisinya, lebih lanjut akses vaskular
adalah kelangsungan hidup bagi pasien hemodialisis
sehingga perawatannya diperlukan (Richard, C. J,
42
2006).
Cognitive behaviour theraphy (CBT) dan Muscle
Strength training program
Cognitive Behavioural Therapy (CBT)meliputi
empat komponen untuk terapi peningkatan self
management: (i) CBT bertujuan untuk manajemen
diri serta berbagai strategi penanganan stres
dan depresi; (ii) berpikir restrukturisasi pola dan
keyakinan; (iii) manajemen stres; dan (iv) pendidikan
kesehatan difokuskan pada keterampilan psikososial
strategi perawatan diri. Cognitive behavioral therapy
(CBT) and muscle strength training program pada
pasien dengan hemodialisis bertujuan membantu
pasien dalam managemen stres dan emosional yang
dapat memperburuk penyakit gagal ginjal (Joanna
Briggs Institute, 2011; Cai, M. M., Beweja, S., Reilly,
R., Clements, A., Kent, A., et al., 2014).
Self-efficacy training program
Self-efficacy training program didasarkan pada
Self efficacy teori Bandura sebuah program pelatihan
individual terstruktur dibuat oleh peneliti. Intervensi
termasuk, program pelatihan efikasi diri individual
terstruktur terdiri dari 12 sesi dengan lama waktu 1
jam, dilakukan tiga kali per minggu oleh dua spesialis
perawat terlatih sementara pasien menerima dialysis,
program ini bertujuan untuk mengontrol kepatuahan
terhadap asupan cairan pasien dialysis (Joanna
Briggs Institute, 2011)
Enpowerment program
Empowerment program yang terdiri dari
sesi konsultasi individual yang memfasilitasi
pemberdayaan pasien. Program pemberdayaan yang
dikembangkan untuk pasien ESRD berkonsentrasi
membantu peserta mengembangkan keterampilan
dan kesadaran diri dalam penetap an, pemecahan
masalah, manajemen stres, koping, dukungan sosial
dan motivasi. Program pemberdayaan kombinasi dari
sesi konseling individu dan pemberdayaan kelompok
pada self-efficacy, kualitas hidup dan klinis dan
indikator laboratorium meningkatkan self-efficacy,
kualitas hidup.Pemberdayaan pasien hemodialisis
harus dipertimbangkan di pusat-pusat hemodialisis
untuk membantu pasien dengan pengelolaan
masalah yang berhubungan dengan kesehatan
mereka (Joanna Briggs Institute, 2011; Moattari.,
Ebrahimi., Sharifi., and Rouzbeh., 2012)
Home Blood Pressure Monitoring
Program ini untuk memberikan gambaran
tentang manfaat pemantauan tekanan darah di
rumah pada pasien dengan penyakit ginjal tahap
akhir. Program ini dilaksanakan dengan teknik setiap
peserta menerima instruksi teknik yang tepat untuk
menggunakan Blood pressure
monitor dengan
cara men demonstrasi kembali kemampuannya
MEDISAINS
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, Vol. XIV No. 1 APRIL 2015
ARTIKEL PENELITIAN
PENELITIAN FIKES
FIKES Universitas
Universitas Muhammadiyah
Muhammadiyah Purwokerto
Purwokerto
ARTIKEL
untuk menggunakan dengan benar peralatan.
Kemudian mereka diminta untuk mencatata setiap
hasilpengukuran tekanan darah dalm lembar
catatan.
Temuan menunjukkan bahwa Blood
pressure monitoring dirumah dapat menjadi alat yang
efektif dalam manajemen hipertensi pada pasien
hemodialisis (Lingerfelt, K & Hodnicki, D., 2012).
program yang sudah dibahas menyebutkan bahwa
program terbukti efektif untuk meningkatkan
kemampuan pasien dalam memanjemen kondisinya,
dengan melihat sumber daya yang dibutuhkan
program Education intervention and support dan self
care management program lebih memungkinkan
untuk efektif diterapkan.
KESIMPULAN
Behavioural Contracting and Weekly Telephone
Contact Intervention,
Kegiatan ini dilakukan oleh perawat klinik
hemodialisa, pasien dihubungi seminggu sekali
selama enam minggu dengan setiap panggilan
telepon yang berlangsung sekitar sebelas menit
dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
riwayat kesehatan medisnya. Tujuan program ini
untuk memodifikasi keyakinan kesehatan dan
meningkatkan kepatuhan pasien hemodialisis
(Joanna Briggs Institute, 2011).
DISKUSI
Berbagai self management program pasien
hemodialisis telah dibahas berdasarkan jenisnya.
Walaupun sebagian besar dikatagorikan dalam
bentuk program edukasi tetapi program lain juga
dijelaskan dalam literatur review ini. Kegiatan self care
management pada pasien dewasa yang menjalani
hemodialisis dilakukan dengan cara penilaian
awal (pengkajian), pendidikan dan pengembangan
rencana pengelolaan pasien individual. Penilaian awal
ini mencakup review gejala, review pasien dan target
klinis, kepatuhan obat, titrasi obat, pembatasan cairan
dan diit, manajemen diri dan pendidikan kesehatan
individual. Pemberian self care management booklet
yang berisi pedoman manajemen diri, monitoring,
penjelasan konsep penyakit terkait (Rachael Walker
R, et al, 2013). Aspek psikologis dan self efficacy
juga termasuk dalam area manajemen diantaranya
Cognitive behavour theraphy (CBT) dan Muscle
Strength training program dan empowerment
program yang bertujuan untuk self efficacy, kontrol
stress dan emosional.
Dalam perspektif self management bukan
dokter atau sistem perawatan kesehatan yang
harus mencapai sebagian besar manajemen
penyakit kronis melainkan pasien sendiri. Selain itu,
manajemen diri telah terbukti berhubungan dengan
hasil yang lebih baik. Self management terdiri dari dua
domain: manajemen diri dari perawatan kesehatan
dan manajemen diri dari kehidupan sehari-hari.
Self management perawatan kesehatan meliputi
kegiatan perawatan diri, kemitraan dalam perawatan,
komunikasi, perawatan diri dan kepatuhan.
Manajemen kehidupan sehari-hari untuk mencapai/
mempertahankan "normalitas" dalam menjalankan
peran sehari-hari (Curtin., Mapes, Schatell, Hudson.,
2005). Self management bagi perawat nefrologi
dapat dilakukan dengan cara mereka terus merawat
dan mendidik pasien hemodialisis (Horigan, A.E., et
al 2013). Pendidikan berpengaruh pada tingkat self
efficacy pada pasien hemodialisis (Foad, Alireza,
Mehdi, Omid., 2014) .
Dari
beragai
program
self
management
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan
program peningkatan self management dari setiap
literatur kesemuanya menyebutkan intervensi edukasi
sebagai program utama, program edukasi ini juga
dikembangkan dalaam berbagai model. Kombinasi
program psikologis dan latihan fisik, pemberdayaan
dan edukasi diharapkan dapat meningkatkan
program self management pada pasien hemodialisis.
Penelitian lanjutaan terkait penerapan program self
managemnt pada klien yang menjalani hemodialisis
baik yang berbasis layanan RS, komunitas, kelompok
dan individu perlu dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana efektifitas program ini jika diterapkan
diberbagai daerah di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Cai, M. M., Beweja, S., Reilly, R., Clements, A., Kent,
A., Taylor, N. F., & McMahon, L. P. (2014).
Psychological and Exercise Intervention
Training for Hemodialysis Patients: A Pilot
Study. World Journal of Nephrology and
Urology, 3(2), 83-91.
Choi, E. S., & Lee, J. (2012). Effects of a face-to-face
self-management program on knowledge,
self-care practice and kidney function in
patients with chronic kidney disease before
the renal replacement therapy. Journal of
Korean Academy of Nursing, 42(7), 10701078.
Curtin B.R., Mapes D, Schatell D , Hudson B S.
(2005). Self-Management in Patients with
End Stage Renal Disease: Exploring Domains and Dimensions. Nephrology Nursing Journal . July-August 2005 .Vol. 32, No.
4
Foad Rahimi, Alireza Gharib, Mehdi Beyramijam,
Omid Naseri (2014). Effect of self-care
education on self efficacy in patients
undergoing hemodialysis. Life Sci J
2014;11(1s):136-140]. (ISSN:1097-8135).
Hawinks, T. C and Zazworsky D. (2005). Self
Managemnt of Cronic Kidney Disease.
American Journal Nursing. October 2005 t
Vol. 105, No. 10
Herlin, C., & Wann Hansson, C. (2010). The
experience of being 30–45 years of age and
depending on haemodialysis treatment:
a phenomenological study. Scandinavian
MEDISAINS
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, Vol. XIV No. 1 APRIL 2015
43
Download