BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 BANK 2.1.1 Pengertian Bank Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dan serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. (Kasmir: 2008). Selain bank umum terdapat juga bank syariah, dalam dunia perbankan saat ini perbankan syariah sudah tidak dianggap lagi sebagai tamu asing, karena bank syariah sudah membuktikan kinerjanya pada dunia perbankan di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir, khususnya untuk BPR Syariah . UU No.10/1998 memuat ketentuan baru mengenai pengelolaan bank berdasarkan hukum islam, yang disebut dengan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Jadi pengertian bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. 2.1.2 Jenis-Jenis Bank Berdasarkan UU No 14/1967 pasal 3 menyebutkan bahwa menurut fungsinya, bank dapat dibedakan atas : 8 Universitas Sumatera Utara a. Bank sentral, yaitu bank Indonesia yang diatur melalui undang-undang tersendiri yaitu UU No.13/1968. b. Bank umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek. c. Bank tabungan adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan, dan usahanya terutama memperbungakan dananya dalam bentuk dalam kertas berharga seperti cek, giro, bilyet giro, dan lain-lain. 2.1.3 Sumber Dana Pihak Bank Adapun sumber dana pihak bank salah satunya adalah dana pihak ketiga, yaitu dana dari masyarakat luas dalam bentuk: 1. Simpanan Giro Salah satu produk yang di tawarkan kepada masyarakat menghimpun dana dari bank syariah adalah giro. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 01/DSN-MUI/IV/2000 giro yang di benarkan secara syariah, yaitu giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah. Giro wadiah adalah simpanan dana yang bersifat titipan yang penarikannya dapat di lakukan sestiap saat dengan mengunakan cek, bilyet giro, sarana pemerintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindah bukuan dan terhadap titipan tersebut tidak di persyaratkan imbalan kecuali dalam bentuk pemberian sukarela. Giro mudharabah adalah simpanan dana yang bersifat investasi yang penarikannya dapat Universitas Sumatera Utara di lakukan berdasarkan kesepakatan dengan mengunakan cek, bilyat giro, dan terhadap investasi tersebut di berikan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati di muka. 2. Tabungan Menurut fatwa DSN-MUI:02/DSN-MUI/IV/2000, tabungan yang dibenarkan menurut prinsip syariah adalah tabungan wadiah dan mudharabah. Tabungan wadiah yaitu simpanan dana nasabah pada bank, yang bersifat titipan dan penarikannya dapat di lakukan setiap saat dan terhadap titipan tersebut bank tidak di persyaratkan untuk memberikan imbalan kecuali dalam bentuk pemberian bonus secara sukarela. Tabungan mudharabah adalah simpanan dana nasabah pada bank yang bersifat investasi dan penarikannya tidak dapat di lakukan setiap saat dan terhadap investasi tersebut di berikan bagi hasil sesuai dengan nisbah (keuntungan) yang telah di sepakati di muka. 3. Deposito Menurut fatwa dewan dewan syariah nasional No:03/DSN- MUI/IV/2000, menetapkan bahwa deposito yang dibenarkan secara syariah yaitu deposito yang berdasarkan mudharabah. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah penyimpan dengan bank. Deposito merupakan produk bank yang memang di tujukan untuk kepentingan investasi dalam surat-surat berharga, sehingga dalam perbankan Syariah akan memakai prinsip mudharabah. Universitas Sumatera Utara 2.4.1 Beda Bank Syariah dan Konvensional Bank umum menerapkan dua cara dalam menjalankan usahanya dibidang jasa perbankan,yaitu: a) Bank konvensional, mayoritas bank yang berkembang di Indonesia merupakan bank yang berorientasi pada prinsip konvensional.hal ini tidak terlihat dari sejarah bangsa indonesia, dimana asal mula bank indonesia oleh bangsa Belanda. b) Bank berdasarkan prinsip syariah, bank yang berdasarkan prinsip syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dana mengenakan atas dasar prinsip Syariah Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah NO 1. 2. 3. ITEM Bunga Resiko Operasional BANK KONVENSIONAL berbasis bunga Anti risk Beroperasi dengan pendekatan sektor keuangan, tidak terkait langsung dengan sektor rill Produk tunggal (kredit) BANK SYARIAH berbasis revenue/profit loss sharing Risk sharing Beroperasi dengan pendekatan sektor riil 4. Produk 5. pendapatan 6. Negative spread 7. Dasar hukum Bank indonesia dan pemerintah 8. Falsafah Berdasarkan atas bunga (riba) 9. Operasional a).Dana masyarakat (dana pihak ketiga) berupa titipan simpanan yang harus di bayar bunganya pada saat jatuh tempo b).Penyaluran dana pada sektor yang menguntungkan ,aspek halal tidak menjadi pertimbangan agama 10. Aspek sosial Tidak di ketahui secara tegas 11. Organisasi Al-quran, sunnah, fatwa ulama, bank Indonesia dan pemerintah Tidak berdasarkan bunga (riba), spekulasi (maisir) dan ketidak jelasan (gharar) a).Dana masyarakat (dana pihak ketiga) berupa titipan (wadiah dan investasi (mudharabah) yang baru akan mendapatkan hasil jika di usahakan terlebih b).Penyaluran dana (financing) pada usaha yang halal dan menguntungkan Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang dalam visi dan misi Harus memiliki dewan pengawas syariah Uang bukanlah komoniti tetapi hanyalah alat multi produk(jual beli ,bagi hasil, jasa) Pendapatan yang di terima deposan Pendapatan yang di terima deposan tidak terkait dengan pendapatan yang terkait langsung dengan pendapatan di peroleh bank dari terkait yang di peroleh bank dari pembiayaan Mengenal negative spread Tidak mengenal negative spread Tidak memiliki dewan pengawas syariah (DPS) 12 Uang Uang adalah komoniti selain sebagai alat pembayaran Sumber : Radoni dan Hamid (2008) 2.1.5 Ciri-Ciri Bank Islam Bank islam sangat berbeda dengan bank konvensional pada bank umumnya. Perbedaaan ini dapat di lihat dari ciri-cirinya. Perbedaan tersebut di Universitas Sumatera Utara lihat dari beberapa hal, yaitu: Beban biaya, beban biaya yang disepakati diantara para pihak untuk transaksi pembiayaan, disebut dengan istilah biaya administrasi. Tidak mengunakan persentase, dalam hal pembebanan kewajiban membayar dalam semua kontrak dalam bank Islam selalu dihindarkan penggunaan persentase. Sebab penggunaan persentase mempunyai potensi yang besar untuk melipat gandakan secara otomatis beban biaya dan pokok pinjaman yang karena sesuatu hal terlambat dibayar. Tidak ada keuntungan yang pasti, pada dasarnya yang dilarang dalam kegiatan syariah adalah mencantumkan keuntungan yang pasti, yang ditetapkan pada waktu pengikatan kontrak pembiayaan. Sedangkan yang diperkenankan dalam sistem muamalah islami adalah kontrak yang di lakukan baik dalam bentuk pembiayaan al-mudharabah maupun al-musyorakah yang pada hakikatnya merupakan sistem yang didasarkan pada penyertaan dengan sistem bagi hasil. Yang mana pembiyaan mudharabah adalah suatu perjanjian pembiayaan antara bank Islam dan nasabah di mana bank Islam menyediakan dana untuk penyediaan modal kerja sedangkan peminjam berupaya mengelola dana tersebut untuk pengembangan usahanya. Sedangkan pembiyaan musyarakah adalah penyertaan bank Islam sebagai pemilik modal dalam usaha yang mana antara resiko dan keuntungan ditanggung bersama secara berimbang dengan porsi penyertaan. Dalam simpanan digunakan prinsip al-wadi’ah, yaitu kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan oleh penabung dianggap sebagai titipan. Jual beli uang yag sama dilarang, pada dasarnya Universitas Sumatera Utara kegiatan transaksi yang dilarang dalam operasionalisasi bank Islam adalah seolaholah melakukan jual beli atau sewa menyewa uang dari bentuk mata uang yang sama dengan memperoleh keuntungan darinya. Jual beli yang dilarang ini seperti jual beli rupiah dengan rupiah. Jaminan kebendaan terhadap utang, bank Islam pada dasarnya tidak mengutamakan jaminan kebendaan dari peminjam, sebab barang yang dijamin pembelianya oleh bank masih menjadi milik bank sepenuhnya selama utang peminjam belum lunas. Pendapatan non halal, sebagaimana kehidupan masyarakat di Indonesia yang cukup heterogen ini, bank islam tidak dapat lepas dari kondisi tersebut. Bisa jadi bank Islam tidak dapat mengindarkan diri sama sekali dengan transaksi bunga yang telah mengakar sekian tahun lamanya. Oleh karena itu pendapatan non halal ini diperuntukkan bagi muslim yang terkena musibah atau yang bersifat sosial. 2.1.6 Prinsip-Prinsip Bank Syariah Dalam UU No 10 Th 1998, bank syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut : a) Prinsip keadilan, prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan keuntungan, yang disepakati antara bank dengan nasabah. b) Prinsip kesedarajatan, bank syariah menepatkan nasabah penyimpan dana dan nasabah penguna dana. c) Prinsip ketentraman, produk-produk bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah muamalah islam, antara lain tidak adanya unsur riba Universitas Sumatera Utara serta penerapan zakat harta. Dengan demikian, nasabah akan merasakan ketentraman lahir dan bathin. 2.1.7 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut undang-undang (UU) perbankan No.7 tahun 1992, adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang di persamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Sedangkan pada UU perbankan No. 10 tahun 1998, di sebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank malaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip Syariah. Pelaksanaan BPR yang melakukan kegiatan ushanya berdasarkan prinsip syariah selanjutnya di atur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No.31/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang bank prekreditan rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam hal ini ,secara teknis BPR syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan yang operasinya mengunakan prinsip-prinsip Syariah Islam. 2.1.8 Tujuan Pendirian BPR Syariah Dalam Rangka Restrukturisasi Perekonomian Indonesia Berdirinya BPR Islam di Indonesia selain didasari oleh tuntutan bermu’amalah secara Islam yang merupakan keinginan kuat dari sebagian kuat umat Islam di Indonesia juga sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan keuangan, moneter, perbankan secara umum. Secara khusus adalah mengisi Universitas Sumatera Utara peluang terhadap kebijaksanaan yang membebaskan bank dalam penetapan tingkat suku bunga (Rate Interest) yang kemudian di kenal dengan bank tampa bunga. (Warkum Sumitro; 1997) Menurut Radoni dan Hamid (2008;44) adapun yang menjadi tujuan BPR Syariah antara lain: • Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat islam terutama masyarakat golongan ekonomi lemah • Mengurangi urbanisasi • Menambah lapangna kerja, terutama di kecamatan – kecamatan • Meningkatkan pendapatan perkapita • Membina semngat ukhuwa islamiah melalui kegiatan ekonomi • Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan perbankan masyarakat pedesaan • Menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan • Melayani kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit yang mudah dan sederhana • Menampung dan menghimpun tabungan masyarakat. Dengan demikian BPR syariah dapat turut memobilisasi modal untuk keperluan pembangunan dan turut mendidik rakyat dalam berhemat dan menabung. 2.1.9 Produk – produk BPR syariah Produk-produk yang di tawarkan oleh BPR Syariah secara garis besar adalah sebagai berikut (Rahadoni dan Hamid) Universitas Sumatera Utara a. Memobilisasi dana masyarakat Bank akan mengarahkan dana masyarakat dalam berbagau bentuk seperti menerima simpanan wadiah, menyediakan fasilitas tabungandan deposito berjangka. Fasilitas ini dapat digunakan untuk menitip shadaqah, infaq, zakat, mempersiapkan ongkos naik haji (ONH), merencanakan kurban, aqiqah, khitanan ,mempersiapkan pendidikan, pemilik rumah, kendaraan dan lain-lain . 1. Simpanan amanah Bank menerima titipan amanah (trustee account) berupa dana infaq,shadaqah dan zakat. Akad penerimaan titipan ini adalah wadiah yaitu titipan yang menanggung resiko. Bank akan memberikan profit dari bagi hasil yang di dapat bank melalui pembiayaan pada nasabah. Tabungan wadiah Bank menerima tabungan (saving account). Akad penerimaan dana ini juga wadiah dimana bank memberikan profit kepada penabung yang diperhitungkan secara harian dan dibayar setiap bulan. Deposito wadiah dan deposito mudharabah Bank menerima deposito berjangka (time investment account), akad penerimaan deposito adalah wadiah atau mudharabah di mana bank menerima dana masyarakat berjangka satu bulan, tiga bulan, senam bulan dan seterusnya sebagai pertanyaan sementara pada bank. Deposan yang akad deposito wadiahnya mendapat nisbah bagi hasil keuntungan lebih kecil dari pada mudharabah bagi hasil bank yang di Universitas Sumatera Utara terima bank dalam pembiayaan / kredit nasabah yang di bayar setiap bulan. b. penyaluran dana Menurut Radoni dan Hamid (2008;46) penyaluran dana BPR Syariah sebagai berikut: Pembiayaan mudharabah adalah suatu perjajjian antara pemilik dana (pengusaha) dengan pengelola dana (bank) yang keuntungan di bagi menurut rasio / nisbah yang telah di sepakati bersama di muka. Apabila terjadi kerugian maka pengusaha menanggung kerugian dana, sedangkan bank menanggung pelayanan material dan kehilangan imbalan kerja. Pembiayaan musyarakah Pembiayaan musyarakah merupakan suatu perjanjian antara pengusaha dengan bank, dimana modal dari kedua bela pihak digabungkan untuk usaha tertentu yang dikelola secara bersama- sama, kenuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai kesepakatan di muka . Pembiayaan Bai’bitsaman ajil Proses jual beli antara bank dengan nasabah dimana bank akan menalangi lebih dahulu kepada nasabah dalam pembelian suatu barang tertentu . Pembiayaan mudharabah Suatu perjajian yang di sepakati antara bank dan nasabah , di mana bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau Universitas Sumatera Utara modal kerja lainnya yang di butuhkan nasabah yang akan di bayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank. Pembiayaan Qardhul hasan Pembiayaan yang merupakan perjajian antara bank dengan nasabah yang layak menerima pembiayaan kebajikan di mana nasabah yang menerima hanya membayar pokoknya dan di anjurkan memberikan ZIS c. Jasa Perbankan lainnya secara bertahap bank akan menyediakan jasa untuk memperlancar pembayaran dalam bentuk proses taransfer dan inkaso, pembayaran rekening air, listrik, telepon dan angsuran KPR dan lain-lainnya . bank juga mempersiapkan bentuk pelayanan yang sifatnya bentuk talangan dana (bridging financing) yang berdasarkan atas pembiayaan Bai’salam. 2.1.10 Tujuan dan Strategi Usaha BPR Syariah Tujuan operasionalisasi BPR Syariah adalah: 1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok masyarakat ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan 2. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat mengurangi arus urbanisasi. 3. Membina Ukhuwah Islmiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan pendapatan perkapita menuju kualitas hidup yang memadai. Universitas Sumatera Utara Untuk mencapai tujuan operasional BPR Syariah tersebut, di perlukan strategi operasional sebagai berikut: a.BPR Syariah tidak bersifat menunggu (pasif) terhadap datangnya permintaan fasilitas ,melainkan bersifat aktif dengan melakukan solisitasi / penelitian kepada usaha – usaha yang berskala kecil yang perlu di bantu tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik. b. BPR Syariah memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka pendek dengan mengutamakan usaha skala menengah dan kecil c. BPR Syariah mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat kompetitifnya produk yang akan diberi pembiayaan. 2.2 PENDAPATAN PERKAPITA 2.2.1 Pengertian Pendapatan Perkapita Faktor pertama yang mempengaruhi jumlah tabungan masyarakat yaitu pendapatan perkapita. Pendapatan merupakan suatu gambaran tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam suatu waktu tertentu yang umum digunakan biasanya satu bulan. Tingkat pendapatan ini sering dihubungkan dengan suatu standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat berdasarkan pendapatan sering digolongkan kedalam beberapa golongan yaitu: masyarakat berpendapatan rendah, masyarakat berpendapatan menengah serta masyarakat berpendapatan tinggi. Pendapatan masyarakat ini secara langsung berpengaruh terhadap tingkat kesehatan, pendidikan, kehidupan moral dan rasa harga diri atau status sosial seseorang dibandingkan orang lain yang mempunyai golongan pendapatan Universitas Sumatera Utara berbeda. Tingkat pendapatan juga mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menabung. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuannya untuk menabung. Pendapatan perkapita dari berbagai negara, pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita suatu masyarkat terus menerus bertambah dalam jangka panjang. Analisisis tersebut menunjukan bahwa pendapatan perkapita bisa di gunakan untuk tiga tujuan (Sadono Sukirno:2006), yaitu: • Menentukan tingkat kesejahteraan yang di capai suatu negara pada suatu tahun tertentu. • Menggambarkan tingkat kelajuan atau kecepatan pembangunan ekonomi dunia di berbagai negara. • Menunjukan jurang pembangunan di antara berbagai negara. 2.2.2 Konsep Pendapatan Tolak ukur yang paling banyak di pakai untuk mengukur keberhasilan suatu perekonomian antara lain adalah pendapatan nasional, produk nasional, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi neraca pembayan luar negeri. (Soediono, 1992:15). Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisien secara makro adalah nilai ouput nasional yang di hasilkan sebuah perekonomian pada suatu periode tertentu. (Rahardja, 2001:17). Yang pertama, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang beberapa efisiensi sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga Universitas Sumatera Utara kerja, barang modal, uang, dan kemampuan kewirausahawan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Maka semakin besar pendapatan nasional suatu negara semakin baik efisiensi alokasi sumber daya ekonominya. Yang kedua, output nasional merupakan gambaran awal tentang produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara, dimana alat ukur yang dipakai untuk mengukur tingkat kemakmuran adalah output nasional perkapita. Nilai output perkapita diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan. Jika angka output perkapita makin besar, maka tingkat kemakmuran dianggap makin tinggi. Yang ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang masalah-masalah struktural (mendasar) yang dihadapi suatu perekonomian. Jika sebagian besar output nasional dinikmati oleh sebagian kecil penduduk, maka perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya. Selain perhitungan pendapatan nasional, perhitungan pendapatan suatu daerah (region) diperlukan guna mengetahui perbedaan pembangunan yang dilaksanakan antara suatu daerah dengan daerah lainnya. Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah seluruh nilai tambah dari seluruh produk yang dihasilkan oleh berbagai sektor yang melakukan kegiatan usahanya disuatu daerah tanpa melihat kepemilikan atas faktor produksi yang dipakai. Yang dimaksud dengan nilai tambah adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (input). Hasil perhitungan PDRB disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan. Universitas Sumatera Utara a. Perhitungan Atas Dasar Harga Berlaku. PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang harus dihasilkan oleh unit-unit produksi didalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan. Dilihat sifat barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap sektor, maka penilaian Nilai Produksi Bruto (NPB) atau output dilakukan sebagai berikut. Untuk sektor-sektor primer yang diproduksinya bisa diperoleh secara langsung dari alam seperti pertanian, pertambangan, dan penggalian. Pertama kali dicari kuantum pro dengan satuan standar yang biasa digunakan, setelah itu ditentukan kualitas dari jenis barang yang dihasilkan satuan dan kualitas yang dipergunakan tidak selalu sama antara satu kabupaten dengan kota provinsi dengan kabupaten dan kota propinsi lainnya. Selain itu, diperlukan juga data harga perunit/satuan dari barang yang dihasilkan. Harga yang dipergunakan adalah harga produsen yaitu harga yang diterima oleh produsen atau harga yang terjadi pada transaksi yang pertama antara produsen dengan konsumen. 1. Untuk sektor-sektor skunder terdiri dari sektor industri, listrik, air, gas, air minum, serta sektor bangunan, perhitungannya sama dengan sektor primer. Data yang diperlukan adalah kuantum produksi yang dihasilkan serta harga produsen masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan. 2. Untuk sektor-sektor yang secara umum produksinya berupa jasa seperti sektor perdagangan, restoran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan lainnya, sewa rumah, dan jasa perusahaan Universitas Sumatera Utara serta pemerintah dan jasa-jasa. Untuk menghitung kuantum produksinya dilakukan dengan mencari indikator produksi yang sesuai dengan masingmasing kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan. Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antar indikator harga masingmasing komoditi/jasa pada tahun yang bersangkutan. b. Perhitungan Atas Dasar Harga Konstan. Perhitungan atas dasar harga konstan ini menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Pada perhitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral. Juga untuk melihat struktur perekonomian suatu kabupaten/daerah dari tahun ketahun. Pada dasarnya dikenal empat cara perhitungan nilai tambah atas dasar harga konstan. Masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Revaluasi. Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar. Hasilnya merupakan output dan biaya atas dasar harga konstan. Selanjutnya nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan. Dalam prakteknya, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya yang digunakan, karena mencakup komponem input yang Universitas Sumatera Utara sangat banyak disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. 2. Ekstrapolasi Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara mengalihkan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan atau indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan janis kegiatan subsektor dan sektor yang dihitung. Ekstrapolasi dapat dilakukan terhadap output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan. 3. Deflasi. Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen (IHK), indeks harga perdagangan besar (IHPB) dan sebagainya. Indeks harga tersebut dapat pula dipakai sebagai inflator, dalam keadaan dimana nilai tambah atas harga berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut. Universitas Sumatera Utara 4. Deflasi Berganda. Dalam deflasi berganda ini yang dideflasi adalah output dan biaya antara, sedangkan nilai tambah yang diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar harga konstan biasanya merupakan IHK atau IHPB sesuai cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponem input terbesar. Kenyataan sangat sulit malakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponem terlalu banyak juga karena indeks harganya belum tersedia dengan baik. 2.2.3 Metode Perhitungan Pendapatan Nasional a) Metode langsung. Yaitu metode perhitungan dengan menggunakan data daerah tingkat II secara terpisah sama sekali dengan data propinsi sehingga hasil perhitungannya memperlihatkan seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh daerah tersebut. b) Metode tidak langsung. Yaitu dengan cara mengalokir pendapatan propinsi manjadi pendapatan regional dengan memakai berbagai macam indikator peroduksi sebagai alokatornya. Perhitungan dengan metode langsung dapat dilakukan dengan mempergunakan tiga macam pendekatan yaitu: 1. pendekatan produksi, yaitu bertujuan menghitung nilai tambah barang dan jasa diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan Universitas Sumatera Utara biaya antara dari masing-masing total produksi bruto tiap-tiap sektor atau subsektor. 2. pendekatan pendapatan, yaitu nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi diperkirakan dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah, gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak langsung netto. Dalam sektor pemerintah dan usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. 3. pendekatan pengeluran, yaitu bertitik tolak pada penggunaan, maka total suplai dari barang dan jasa digunakan untuk: - Kosumsi rumah tangga. - Kosumsi pemerintah. - Perubahan stock. - Pembentukan modal tetap bruto. - Ekspor netto. - Kosumsi lembaga swasta yang non profit. 2.2.4 Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pendapatan perkapita Dalam bentuk yang lebih spasifik, nilai pendapatan perkapita sebagai indeks untuk menunjukkan perbandingan tingkat kesejahteraan dan jurang tingkat kesejahteraan dikritik dan perbandingan secara demikian mengabaikan adanya perbedaan dalam hal-hal berikut di antara berbagai negara. a. Komposisi umur penduduk, di negara berkembang proporsi penduduk di bawah umur dan orang-orang lebih muda akan lebih tinggi di negara maju. Dengan demikian, perbandingan pendapatan setiap keluarga dikedua golongan negara itu tidalah seburuk seperti yang digambarkan dengan Universitas Sumatera Utara membandingkan tingkat pendapatan perkapita mereka. Apabila satu keluarga terdiri dari 6 orang berpendapatan US$1000 dan satu keluarga lain berpendapatan US$ 500 terdiri dari tiga keluarga, maka besar kemungkinan keluarga yang terdiri dari enam orang tersebut mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Ini disebabkan karena beberapa jenis perbelanjaan seperti pembayaran air dan listrik, perumahan dan barang-barang lain secara bersama tidak banyak berbeda diantara kedua keluarga tersebut. b. Distribusi pendapatan masyarakat Di samping tingkat pendapatan, distribusi pendapatan merupakan faktor penting lainnya yang menentukan keadaan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Faktor ini tidak diperhatikan dalam membandingkan kesejahteraan masyarakat dan perubahannya dari masa ke masa, jika indeks yang di gunakan pendapatan perkapita. c. Pola pengeluaran masyarakat Pola pengeluaran masyarakat diberbagai negara kadang-kadang berbeda dan perbedaan ini menyebabkan dua negara yang sama pendapatan perkapitanya belum tentu menikmati kesejahteraan sama. misalnya dua orang yang berpendapatan sama, tetapi salah seorang diantaranya harus mengeluarkan biaya pengangkutan yang lebih tiggi untuk bekerja, harus berpakain lebih rapi dan sebaginya, tidak dapat dikatakan sebagai mencapai tingkat kesejahteraan yang sama tingginya. d. Komposisi pendapatan nasional Universitas Sumatera Utara Masyarakat dengan pendapatan perkapita yang sama, tingkat kesejahteraannya akan sangat berbeda apabila komposisi produksi nasionalnya sangat berlainan .suatu masyarakat akan mengecap tingkat kesejahteraan yang lebih rendah dari yang dicerminkan oleh pendapatan perkapitanya apabila proporsi pendapatan nasional yang berupa pengeluaran untuk pertahanan dan untuk pembentukan modal lebih tiggi daripada di negara lain yang lebih tinggi pendapatan perkapitanya. e. Perbedaan masa lapang Ketidaksempurnaan pendapatan perkapita sebagai alat pembanding kesejahteraaan masyarakat bersumber pula dari perbedaan masa lapang yang dinikmati berbagai masyarakat. dalam hal ini pendapatan perkapita sebagai indeks tingkat kesejahteraan dikritik dengan alasan bahwa dua masyarakat yang berpendapatan rata- rata sama besarnya, tidak dapat di anggap mempunyai kesejahteraan yang sama apabila masa kerja untuk memperoleh pendapatan itu berbeda. jadi yang di maksud masa lapang di sini yaitu tingkat kesejahteraan di negara maju dan negara berkembang, dan ini di gambarkan oleh perbedaan dalam pendapatan perkapita mereka. f. Keadaan pengangguran Di samping menaikan tingkat pendapatan masyarakat tujuan penting dalam pembangunan ekonomi adalah untuk menciptakan kesempatan kerja .pambangunan ekonomi yang dilaksanakan bukan saja harus berusaha agar pendapatan bertambah, tetapi harus sanggup juga mengurangi penganguran yang terdapat di negara berkembang. Tujuan ini hanya akan Universitas Sumatera Utara di capai apabila pertambahan kesempatan kerja berkembang lebih cepat dari pertambahan tenaga kerja. menilai kesuksesan usaha pembangunan berdasarkan kepada data perkembangan pendapatan perkapita tidak akan menunjukan apakah tujuan menciptakan kesempatan kerja sebanyak seperti yang diharapkan tersebut dapat di capai. Ketidak sempurnaan dari pendapatan per kapita sebagai alat pembanding alat pembanding tingkat kesejahteraan bersumber pula dari perbedaan masa lapang yang di nikmati berbagai masyarakat. Dalam hal ini pendapatan perkapita sebagai indeks tingkat kesejahteraan dikritik dengan alasan bahwa dua masyarakat yang berpendapatan rata-rata sama besarnya, tidak dapat dianggap mempunyai kesejahteraan yang sama apabila masa bekerja untuk memperoleh pendapatan itu berbeda. Pada umumnya orang berpendapat bahwa penduduk negara-negara berkembang mempunyai lebih banyak masalah lapang dari pada di negara-negara maju. Apabilah masa lapang tersebut di pandang sebagai suatu bentuk kesejahteraan, maka perbedaan tingkat kesejahteraan diantara negara-negara maju dan negara-negara berkembang adalah lebih kecil dari pada yang di gambarkan oleh perbedaan dalam pendapatan perkapita mereka. 2.3 Mudharabah 2.3.1 Pengertian Mudharabah Faktor yang kedua yaitu yang mempengaruhi tabungan masyarakat sistem mudharabah adalah tabungan pemilik dana yang penyetorannya dan penarikannya dapat di lakukan sesuai yang telah di sepakati sebelummya. Pada simpanan Universitas Sumatera Utara mudharabah tidak di berikan bunga, sebagai pembentukan laba bagi bank islam tetapi di berikan bagi hasil. Secara teknis pengertian mudaharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah di bagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, dan apabila rugi di tanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalain si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab terhadap kerugian tersebut. 2.3.2 Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga pada Bank Syariah dan Konvensional Adapun perbedaan bagi hasil dan bunga pada bank syariah dan bank konvensional adalah sebagai berikut: 1. Bagi hasil adalah pembagian keuntungan yang berdasarkan nisbah dalam perjanjian antara deposan mudharib.nisbah bagi hasil ini mencerminkan imbalan yang berhak di terima antara kedua bela pihak yaitu mudharib (pengelola) dan shahibul al-mal (pemilik harta) yang bermudharabah. Mudharib mendapat imbalan atas kerjanya, sedangkan shahbul al-mal mendapat penyertaan atas modalnya.(Muhammad,1999). Bagi hasil yang di maksud berbeda dengan bunga. Pada sistem bunga, nasabah akan mendapatkan hasil yang sudah pasti berupa persentase tertentu dari saldo yang di simpannya di bank tersebut. Berapapun keuntungan usaha pihak bank, nasabah akan mendapatkan hasil yang sudah pasti. Lain halnya dengan sistem bagi hasil, tidak seperti itu. Bagi hasil di hitungan dari hasil Universitas Sumatera Utara usaha pihak bank dalam mengelola uang nasabah. Bank dan nasabah membuat perjanjian bagi hasil berupa persentase tertentu untuk nasabah. Bank dan nasabah membuat perjanjian bagi hasil berupa persentase tertentu untuk nasabah dan untuk bank, perbandingan ini di sebut dengan nisbah. Misalnya, 60 % keuntungan untuk pihak nasabah dan 40 % keuntungan untuk pihak bank. berdasarkan sistem bagi hasil yang di maksud, nasabah dan tidak bisa mengetahui berapa hasil yang pastinya mereka terima. Sebab bagi hasil baru akan di bagikan kalau hasil usahanya sudah bisa ditentukan pada akhir periode. namun dengan sistem bagi hasil, nasabah dan bank akan membagi keuntungan secara lebih adil dari sistem bunga, yaitu pihak bank bank dan pihak nasabah selalu membagi adil sesuai dengan nisbah yang telah di sepakati ketika mendatangani akad sebagai tanda persetujuan pembagian hasil. (Zainudin ali 2008) 2.Badr ad al ayni dalam bukunya umdatul qari syarah shahih al bukhari mengatakan prinsip riba atau bunga adalah penambahan. Menurut syariah, riba berarti penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis rill (matba’a al amira, 1310 II, Vol V, hlm 436). Bunga atau riba adalah penambahan, perkembangan, peningkatan dan pembesaran yang di terima pemberi pinjaman dari peminjam dari jumlah pinjaman pokok sebagai imbalan karena menaguhkan atau berpisah dari sebagian modalnya selama periode waktu tertentu. Secara umum riba adalah pengambilan tambahan yang harus di bayarkan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam islam. (Antonio,1999.59) Universitas Sumatera Utara 3.2 Perbedaan bunga dan bagi hasil Bunga a.Penentuan bunga di buat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung b.Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang di pinjamkan c.Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi d.Jumlah pembayaran atau keadaan sedang booming. e.Eksistensi bunga di ragukan (kalau tidak di kecam) oleh semua agama termasuk islami. Bagi hasil a.Penentuan besarnya rasio atau nisbah bagi hasil di buat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung atau rugi b.Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang di peroleh . c.Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan .Apabila usaha merugi ,kerugian akan di tanggung bersama oleh kedua bela pihak . d.Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan . e.Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil Sumber:Zainudin Ali (2008) Dalam kegiatan menghimpun dana terdiri dari dalam bentuk giro berdasarkan mudharabah dan dalam bentuk tabungan berdasarkan mudharabah. (Burhanudin 2005) 2.3.3 Mudharabah Dalam Perbankan Syarat-syarat utama yang menyangkut perjanjian mudharabah bagi perbankan islam adalah: a. Bank menerima dana dari masyarakat atas dasar mudharabah dengan kata lain bentuk mudharabah antara nasabah penyimpan dana dan bank adalah bentu mudharabah yang tidak terbatas. Namun demikian perjanjiantersebut bukan tidak terbatas sama sekali ,perjanjian mudharabah tidak dapat diterapkan untuk kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh islam seperti Universitas Sumatera Utara spekulasi dan kegiatan yang menghasilkan barang-barang dan jasa yang melanggar hukum. b. Bank berhak menanamkan dana yang di depositokan oleh nasabah langsung dalam bentuk investasi dan untuk keperluan overhead cost dari bank itu sendiri dan atau menawarkan dana itu kepada pengusaha bank . c. Bank boleh menggabungkan keuntungan dari investasi-investasi lain dan berbagi keuntugan bersih dengan para penyimpan dana berdasarkan perbandingan yang sudah di tentukan sebelumnya Berbeda dengan perjanjian mudharabah antara nasabah penyimpan dana. Apabila dana dana itu disediakan oleh bank bagi para nasabah, bank mempunyai hak untuk menentukan syarat-syarat atas penggunaan dana tersebut yang menyangkut jenis dari kegiatan-kegiatan itu, jangka waktu, lokasi dari proyekproyek yang di biayai. Bank tidak di perkenankan meminta jaminan apapun dari nasabah yang bersangkutan, yang bertujuan untuk menjamin modal (dari bank yang di berikan kepada nasabah) dalam hal terjadi kerugian. Apabila terdapat ketentuan atau syarat yang demikian itu tercantum dalam perjanjian mudharabah, maka hal itu mengakibatkan perjanjian mudharabah menjadi batal. Nasabah berbagi keuntungan dengan bank sesuai dengan perbandingan yang telah di setujui sebelumnya, yaitu sebelum fasilitas mudharabah itu di berikan oleh bank. Sampai investasi itu menghasilkan keuntungan, bank di perbolehkan membayar gaji nasabah yang bersangkutan (demi menunjang biaya hidup diri dan keluarganya, belum dapat ditunjang oleh penerimaan keuntungan Universitas Sumatera Utara yang di peroleh dari proyek yang di kelolanya, gaji tersebut di tentukan berdasarkan tingkat gaji yang berlaku di pasar) 2.3.4 Rukun mudharabah Faktor-faktor yang harus ada dalam rukun mudharabah yaitu: a. Pelaku, jelaslah bahwa rukun mudharabah sama dengan jual beli di tambah satu faktor tambahan yakni nisbah keuntungan. Faktor pertama (pelaku) kiranya sudah cukup jelas, dalam mudharabah, harus ada minimal dua pelaku .pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahib al-mal), sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib atau amil). Tanpa kedua pelaku, maka akad mudharabah tidak akan ada. b. Objek. Merupakan kosekuensi logis dari tindakan yang di lakukan oleh para pelaku. pemilik modal menyerahkan menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah, .modal yang di serahkan bisa berbentuk uang atau barang yang di rinci berapa nilai uangnya .sedangkan kerja yang di serahkan berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skil dan lain-lain. c. Persetujuan. Faktor ketiga yakni persetujuan kedua bela pihak merupakan konsekuensi dari prinsip sama-sama rela. Di sini kedua bela pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan dana, sementara si pelaksana usaha pun setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja. Universitas Sumatera Utara d. Nisbah keuntungan. Faktor yang keempat (yakni nisbah) adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak di terima oleh kedua bela pihak yang bermudharabah. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua bela pihak mengenai cara pembagian keuntungan. Beberapa yang menjadi ketentuan umum mudharabah adalah sebagai berikut. Jumlah modal yang di serahkan kepada nasabah selalu pengelola modal : a. Harus diserahkan tunai, dapat berupa uang atau berupa barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal di serahkan secara bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati bersama. b. Hasil dan pengelolaannya modal pembiayaan mudharabah dapat di perhingtungan dengan dua cara: perhintungan dari pendapatan proyek dan perhitungan di perhitungkan dari keuntungan proyek. c. Hasil usaha di bagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang di sepakati. Bank selaku pemilik modal menangung seluruh kerugian, kecuali akibat kelalain dan penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana. d. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan, namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan atau nasabah. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban, dapat dikenakan sanksi admidrasi. Universitas Sumatera Utara 2.3.5Macam-macam Mudharabah. Ada beberapa macam mudharabah seperti yang diuaraikan dibawah ini yaitu: a. Mudharabah mutlaqa, dalam mudharabah mutlaqa tidak ada pembatasan bagi bank dalam mengunakan dana yang di himpun. Nasabah tidak memberikan persyaratan apapun kepada bank, ke bisnis apa dan yang di salurkannya, atau mensyaratkan dananya untuk di peruntukan bagi nasabah tertentu. Jadi bank memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dana ini ke bisnis manapun yang diperkirakan menguntungkan. Dari penerapan mudharabah mutlaqa ini dikembangkan produk tabungan dan deposito, sehingga terdapat jenis penghimpunan dana, yaitu tabungan . Jadi pengertian mudharabah mutlaqa adalah Mudharabah mutlaqah: pemilik dana memberikan keleluasaan penuh kepada pengelola untuk mengunakan dana tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik dan menguntungkan. Pengelola bertanggung jawab untuk mengelola usaha sesuai dengan pratek kebiasaan usaha normal yang sehat. Mudharabah dan deposito mudharabah. Ketentuan umum dalam produk ini adalah : • Bankwajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan atau pembagian keuntungan secara risikon yang dapat menimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus di cantumkan dalam akad. Universitas Sumatera Utara • Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan sebagi bukti penyimpanan, serta kartu ATM atau alat lainnya kepada penabung. Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan setifikat atau tanda penyimpanan ( bilyet) deposan kepada deposan. Tabungan mudharabah dapat di ambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang disepakati. • Deposito mudharabah hanya dapat di cairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah di sepakati. Deposito yang di perpanjang, setelah jatuh tempo akan di perlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu di buat akan baru. Ketentuan-ketentuan yang lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. b. Mudharabah muqayyanah adalah pemilik dana menentukan syarat dan pembatasan kepada pengelola dalam pengunaan dana tersebut dengan jangka waktu, tempat, jenis usaha dan sebagainya. Pengelola menggunakan modal tersebut dengan tujuan yang dinyatakan secara khusus, yaitu untuk menghasilkan keuntungan. Mudharabah muqayyanah ini terbagi dua yaitu: • Mudharabah muqayyanah on balance sheet Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus di mana pemilik dana dapat menetapkan syarat – syrat tertentu yang harus di patuhi oleh bank. Misalkan di syaratkan di gunakan untuk bisnis tertentu atau di syaratkan di gunakan dengan akad tertentu, atau di syaratkan untuk nasabah tertentu. • Mudharabah muqayyanah off balance sheet Universitas Sumatera Utara Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha . 2.3.6 Manfaat Mudharabah 1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan nasabah masih meningkat 2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negatif spread. 4. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah. 5. Bank akan lebih selektif dan hati – hati (prudent) mencari usaha yang benar - benar halal,aman dan menguntungkan karena keuntungan yang kongkritdan benar- benar terjadi itulah yang akan dibagikan. 6. Prinsip bagi hasil berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan tetap menagih nasabah satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. 2.3.7 Resiko Mudharabah Resiko yang terdapat pada mudharabah seperti 1.Sid streaming : nasabah mengunakan dana itu bukan seperti yang di sebut dalam kontrak 2. Lalai dan kesalahan yang di sengaja 3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur. Universitas Sumatera Utara 2.4 Jumlah Penduduk Muslim Peranan kaum muslimin yang sangat besar terhadap kelangsungan dan perkembangan pemikiran ekonomi . Berbagai pratik dan kebijakan ekonomi yang berlangsung pada masa Rasulullah Saw. Dan al - Khulafa al- Rasyidun merupakan contoh empiris yang dijadikan pijakan bagi para cendikiawan muslim dalam melahirkan teori- teori ekonominya. Satu hal yang jelas, fokus perhatian mereka tertuju pada pemenuhan, kebutuhan, keadilan, efisiensi, pertumbuhan dan kebebasan ,yang tidak lain merupakan objek utama yang menginspirasikan pemikiran ekonomi islam sejak awal. Persoalan – persoalan seperti formalisasi agama dan manipulasi agama dikarenakan para pelakunya mengalami kurangnya kepercayaannya kepada tuhan. Akhirnya mengakibatkan seenaknya saja ia bertindak yang keluar dari jalur agama.hal ini dikeranakan kurang imannya kepada Allah Swt. khusunya yang beragama islam. Tapi pada kota Medan khusunya penduduk beragama islam cukup signifikan pertambahannya dari tahun ke tahun berdasarkan dari Badan Pusat Statistik . hal ini dapat kita lihat meningkatnya penduduk yang beragama islam di kota medan dari tahun ke tahun . mulai dari tahun 1996 penduduk yang beragama islam di kota medan sebanya 1.238.621 jiwa tapi mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 1999 sebanyak 1.235.558 jiwa.Tapi dari tahun yang 2000 sampai tahun 2010 mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2010 sebesar 1.503.426. Penduduk Muslim juga mempengaruhi peningkatan jumlah tabungan masyarakat karena mendorong orang yang beragama islam untuk menabung pada Universitas Sumatera Utara Perbankan Syariah hal ini di akibatkan karena adanya perbedaan sistem perbankan syariah dan konvensional. Universitas Sumatera Utara