BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 BANK 2.1.1 Pengertian Bank Bank

advertisement
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 BANK
2.1.1 Pengertian Bank
Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dan
serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. (Kasmir: 2008).
Selain bank umum terdapat juga bank syariah, dalam dunia perbankan saat
ini perbankan syariah sudah tidak dianggap lagi sebagai tamu asing, karena bank
syariah sudah membuktikan kinerjanya pada dunia perbankan di Indonesia selama
sepuluh tahun terakhir, khususnya untuk BPR Syariah .
UU No.10/1998 memuat ketentuan baru mengenai pengelolaan bank
berdasarkan hukum islam, yang disebut dengan prinsip syariah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah. Jadi pengertian bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya
dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.
2.1.2 Jenis-Jenis Bank
Berdasarkan UU No 14/1967 pasal 3 menyebutkan bahwa menurut
fungsinya, bank dapat dibedakan atas :
8
Universitas Sumatera Utara
a. Bank sentral, yaitu bank Indonesia yang diatur melalui undang-undang
tersendiri yaitu UU No.13/1968.
b. Bank umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama
menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dalam usahanya
terutama memberikan kredit jangka pendek.
c. Bank tabungan adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama
menerima simpanan dalam bentuk tabungan, dan usahanya terutama
memperbungakan dananya dalam bentuk dalam kertas berharga seperti
cek, giro, bilyet giro, dan lain-lain.
2.1.3 Sumber Dana Pihak Bank
Adapun sumber dana pihak bank salah satunya adalah dana pihak ketiga,
yaitu dana dari masyarakat luas dalam bentuk:
1. Simpanan Giro
Salah satu produk yang di tawarkan kepada masyarakat menghimpun
dana dari bank syariah adalah giro. Menurut Fatwa Dewan Syariah
Nasional No: 01/DSN-MUI/IV/2000 giro yang di benarkan secara
syariah, yaitu giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah.
Giro wadiah adalah simpanan dana yang bersifat titipan yang
penarikannya dapat di lakukan sestiap saat dengan mengunakan cek,
bilyet giro, sarana pemerintah pembayaran lainnya, atau dengan
pemindah bukuan dan terhadap titipan tersebut tidak di persyaratkan
imbalan kecuali dalam bentuk pemberian sukarela. Giro mudharabah
adalah simpanan dana yang bersifat investasi yang penarikannya dapat
Universitas Sumatera Utara
di lakukan berdasarkan kesepakatan dengan mengunakan cek, bilyat
giro, dan terhadap investasi tersebut di berikan bagi hasil sesuai dengan
nisbah yang telah disepakati di muka.
2. Tabungan
Menurut fatwa DSN-MUI:02/DSN-MUI/IV/2000, tabungan yang
dibenarkan menurut prinsip syariah adalah tabungan wadiah dan
mudharabah. Tabungan wadiah yaitu simpanan dana nasabah pada
bank, yang bersifat titipan dan penarikannya dapat di lakukan setiap
saat dan terhadap titipan tersebut bank tidak di persyaratkan untuk
memberikan imbalan kecuali dalam bentuk pemberian bonus secara
sukarela. Tabungan mudharabah adalah simpanan dana nasabah pada
bank yang bersifat investasi dan penarikannya tidak dapat di lakukan
setiap saat dan terhadap investasi tersebut di berikan bagi hasil sesuai
dengan nisbah (keuntungan) yang telah di sepakati di muka.
3. Deposito
Menurut
fatwa
dewan
dewan
syariah
nasional
No:03/DSN-
MUI/IV/2000, menetapkan bahwa deposito yang dibenarkan secara
syariah yaitu deposito yang berdasarkan mudharabah. Deposito adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah penyimpan dengan bank.
Deposito merupakan produk bank yang memang di tujukan untuk
kepentingan investasi dalam surat-surat berharga, sehingga dalam
perbankan Syariah akan memakai prinsip mudharabah.
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Beda Bank Syariah dan Konvensional
Bank umum menerapkan dua cara dalam menjalankan usahanya dibidang jasa
perbankan,yaitu:
a) Bank konvensional, mayoritas bank yang berkembang di Indonesia
merupakan bank yang berorientasi pada prinsip konvensional.hal ini tidak
terlihat dari sejarah bangsa indonesia, dimana asal mula bank indonesia
oleh bangsa Belanda.
b) Bank berdasarkan prinsip syariah, bank yang berdasarkan prinsip syariah
yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam penghimpunan dana
maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dana mengenakan
atas dasar prinsip Syariah
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah
NO
1.
2.
3.
ITEM
Bunga
Resiko
Operasional
BANK KONVENSIONAL
berbasis bunga
Anti risk
Beroperasi dengan pendekatan sektor
keuangan, tidak terkait langsung
dengan sektor rill
Produk tunggal (kredit)
BANK SYARIAH
berbasis revenue/profit loss sharing
Risk sharing
Beroperasi dengan pendekatan sektor
riil
4.
Produk
5.
pendapatan
6.
Negative
spread
7.
Dasar hukum
Bank indonesia dan pemerintah
8.
Falsafah
Berdasarkan atas bunga (riba)
9.
Operasional
a).Dana masyarakat (dana pihak
ketiga) berupa titipan simpanan yang
harus di bayar bunganya pada saat
jatuh tempo
b).Penyaluran dana pada sektor yang
menguntungkan ,aspek halal tidak
menjadi pertimbangan agama
10.
Aspek sosial
Tidak di ketahui secara tegas
11.
Organisasi
Al-quran, sunnah, fatwa ulama, bank
Indonesia dan pemerintah
Tidak berdasarkan bunga (riba),
spekulasi (maisir) dan ketidak
jelasan (gharar)
a).Dana masyarakat (dana pihak
ketiga) berupa titipan (wadiah dan
investasi (mudharabah) yang baru
akan mendapatkan hasil jika di
usahakan terlebih
b).Penyaluran dana (financing) pada
usaha
yang
halal
dan
menguntungkan
Dinyatakan secara eksplisit dan tegas
yang tertuang dalam visi dan misi
Harus memiliki dewan pengawas
syariah
Uang bukanlah komoniti tetapi
hanyalah alat
multi produk(jual beli ,bagi hasil,
jasa)
Pendapatan yang di terima deposan Pendapatan yang di terima deposan
tidak terkait dengan pendapatan yang terkait langsung dengan pendapatan
di peroleh bank dari terkait
yang di peroleh bank dari
pembiayaan
Mengenal negative spread
Tidak mengenal negative spread
Tidak memiliki dewan pengawas
syariah (DPS)
12
Uang
Uang adalah komoniti selain sebagai
alat pembayaran
Sumber : Radoni dan Hamid (2008)
2.1.5 Ciri-Ciri Bank Islam
Bank islam sangat berbeda dengan bank konvensional pada bank
umumnya. Perbedaaan ini dapat di lihat dari ciri-cirinya. Perbedaan tersebut di
Universitas Sumatera Utara
lihat dari beberapa hal, yaitu: Beban biaya, beban biaya yang disepakati diantara
para pihak untuk transaksi pembiayaan, disebut dengan istilah biaya administrasi.
Tidak mengunakan persentase, dalam hal pembebanan kewajiban
membayar dalam semua kontrak dalam bank Islam selalu dihindarkan
penggunaan persentase. Sebab penggunaan persentase mempunyai potensi yang
besar untuk melipat gandakan secara otomatis beban biaya dan pokok pinjaman
yang karena sesuatu hal terlambat dibayar.
Tidak ada keuntungan yang pasti, pada dasarnya yang dilarang dalam
kegiatan syariah adalah mencantumkan keuntungan yang pasti, yang ditetapkan
pada waktu pengikatan kontrak pembiayaan. Sedangkan yang diperkenankan
dalam sistem muamalah islami adalah kontrak yang di lakukan baik dalam bentuk
pembiayaan al-mudharabah maupun al-musyorakah yang pada hakikatnya
merupakan sistem yang didasarkan pada penyertaan dengan sistem bagi hasil.
Yang mana pembiyaan mudharabah adalah suatu perjanjian pembiayaan
antara bank Islam dan nasabah di mana bank Islam menyediakan dana untuk
penyediaan modal kerja sedangkan peminjam berupaya mengelola dana tersebut
untuk pengembangan usahanya. Sedangkan pembiyaan musyarakah adalah
penyertaan bank Islam sebagai pemilik modal dalam usaha yang mana antara
resiko dan keuntungan ditanggung bersama secara berimbang dengan porsi
penyertaan.
Dalam
simpanan
digunakan
prinsip
al-wadi’ah,
yaitu
kegiatan
penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan oleh penabung
dianggap sebagai titipan. Jual beli uang yag sama dilarang, pada dasarnya
Universitas Sumatera Utara
kegiatan transaksi yang dilarang dalam operasionalisasi bank Islam adalah seolaholah melakukan jual beli atau sewa menyewa uang dari bentuk mata uang yang
sama dengan memperoleh keuntungan darinya. Jual beli yang dilarang ini seperti
jual beli rupiah dengan rupiah.
Jaminan kebendaan terhadap utang, bank Islam pada dasarnya tidak
mengutamakan jaminan kebendaan dari peminjam, sebab barang yang dijamin
pembelianya oleh bank masih menjadi milik bank sepenuhnya selama utang
peminjam belum lunas.
Pendapatan non halal, sebagaimana kehidupan masyarakat di Indonesia
yang cukup heterogen ini, bank islam tidak dapat lepas dari kondisi tersebut. Bisa
jadi bank Islam tidak dapat mengindarkan diri sama sekali dengan transaksi bunga
yang telah mengakar sekian tahun lamanya. Oleh karena itu pendapatan non halal
ini diperuntukkan bagi muslim yang terkena musibah atau yang bersifat sosial.
2.1.6 Prinsip-Prinsip Bank Syariah
Dalam UU No 10 Th 1998, bank syariah menganut prinsip-prinsip sebagai
berikut :
a) Prinsip keadilan, prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar
bagi hasil dan pengambilan keuntungan, yang disepakati antara bank
dengan nasabah.
b) Prinsip kesedarajatan, bank syariah menepatkan nasabah penyimpan dana
dan nasabah penguna dana.
c) Prinsip ketentraman, produk-produk bank syariah telah sesuai dengan
prinsip dan kaidah muamalah islam, antara lain tidak adanya unsur riba
Universitas Sumatera Utara
serta penerapan zakat harta. Dengan demikian, nasabah akan merasakan
ketentraman lahir dan bathin.
2.1.7 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut undang-undang (UU) perbankan
No.7 tahun 1992, adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang di
persamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Sedangkan
pada UU perbankan No. 10 tahun 1998, di sebutkan bahwa BPR adalah lembaga
keuangan bank malaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau
berdasarkan prinsip Syariah.
Pelaksanaan BPR yang melakukan kegiatan ushanya berdasarkan prinsip
syariah selanjutnya di atur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia
No.31/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang bank prekreditan rakyat
Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam hal ini ,secara teknis BPR syariah bisa
diartikan sebagai lembaga keuangan yang operasinya mengunakan prinsip-prinsip
Syariah Islam.
2.1.8 Tujuan Pendirian BPR Syariah Dalam Rangka Restrukturisasi
Perekonomian Indonesia
Berdirinya BPR Islam di Indonesia selain didasari oleh tuntutan
bermu’amalah secara Islam yang merupakan keinginan kuat dari sebagian kuat
umat Islam di Indonesia juga sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturisasi
perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan
keuangan, moneter, perbankan secara umum. Secara khusus adalah mengisi
Universitas Sumatera Utara
peluang terhadap kebijaksanaan yang membebaskan bank dalam penetapan
tingkat suku bunga (Rate Interest) yang kemudian di kenal dengan bank tampa
bunga. (Warkum Sumitro; 1997)
Menurut Radoni dan Hamid (2008;44) adapun yang menjadi tujuan BPR Syariah
antara lain:
•
Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat islam terutama masyarakat
golongan ekonomi lemah
•
Mengurangi urbanisasi
•
Menambah lapangna kerja, terutama di kecamatan – kecamatan
•
Meningkatkan pendapatan perkapita
•
Membina semngat ukhuwa islamiah melalui kegiatan ekonomi
•
Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan perbankan
masyarakat pedesaan
•
Menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan
•
Melayani kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit yang mudah
dan sederhana
•
Menampung dan menghimpun tabungan masyarakat. Dengan demikian
BPR
syariah
dapat
turut
memobilisasi
modal untuk
keperluan
pembangunan dan turut mendidik rakyat dalam berhemat dan menabung.
2.1.9 Produk – produk BPR syariah
Produk-produk yang di tawarkan oleh BPR Syariah secara garis besar
adalah sebagai berikut (Rahadoni dan Hamid)
Universitas Sumatera Utara
a. Memobilisasi dana masyarakat
Bank akan mengarahkan dana masyarakat dalam berbagau bentuk seperti
menerima simpanan wadiah, menyediakan fasilitas tabungandan deposito
berjangka. Fasilitas ini dapat digunakan untuk menitip shadaqah, infaq,
zakat, mempersiapkan ongkos naik haji (ONH), merencanakan kurban,
aqiqah, khitanan ,mempersiapkan pendidikan, pemilik rumah, kendaraan dan
lain-lain .
1. Simpanan amanah
Bank menerima titipan amanah (trustee account) berupa dana
infaq,shadaqah dan zakat. Akad penerimaan titipan ini adalah wadiah
yaitu titipan yang menanggung resiko. Bank akan memberikan profit
dari bagi hasil yang di dapat bank melalui pembiayaan pada nasabah.
 Tabungan wadiah
Bank menerima tabungan (saving account). Akad penerimaan dana ini
juga wadiah dimana bank memberikan profit kepada penabung yang
diperhitungkan secara harian dan dibayar setiap bulan.
 Deposito wadiah dan deposito mudharabah
 Bank menerima deposito berjangka (time investment account), akad
penerimaan deposito adalah wadiah atau mudharabah di mana bank
menerima dana masyarakat berjangka satu bulan, tiga bulan, senam
bulan dan seterusnya sebagai pertanyaan sementara pada bank.
Deposan yang akad deposito wadiahnya mendapat nisbah bagi hasil
keuntungan lebih kecil dari pada mudharabah bagi hasil bank yang di
Universitas Sumatera Utara
terima bank dalam pembiayaan / kredit nasabah yang di bayar setiap
bulan.
b. penyaluran dana
Menurut Radoni dan Hamid (2008;46) penyaluran dana BPR Syariah
sebagai berikut:
 Pembiayaan mudharabah adalah suatu perjajjian antara pemilik dana
(pengusaha) dengan pengelola dana (bank) yang keuntungan di bagi
menurut rasio / nisbah yang telah di sepakati bersama di muka.
Apabila terjadi kerugian maka pengusaha menanggung kerugian dana,
sedangkan bank menanggung pelayanan material dan kehilangan
imbalan kerja.
 Pembiayaan musyarakah
Pembiayaan
musyarakah
merupakan
suatu
perjanjian
antara
pengusaha dengan bank, dimana modal dari kedua bela pihak
digabungkan untuk usaha tertentu yang dikelola secara
bersama-
sama, kenuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai
kesepakatan di muka .
 Pembiayaan Bai’bitsaman ajil
Proses jual beli antara bank dengan nasabah dimana bank akan
menalangi lebih dahulu kepada nasabah dalam pembelian suatu
barang tertentu .
 Pembiayaan mudharabah
Suatu perjajian yang di sepakati antara bank dan nasabah , di mana
bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau
Universitas Sumatera Utara
modal kerja lainnya yang di butuhkan nasabah yang akan di bayar
kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank.

Pembiayaan Qardhul hasan
Pembiayaan yang merupakan perjajian antara bank dengan nasabah
yang layak menerima pembiayaan kebajikan di mana nasabah yang
menerima hanya membayar pokoknya dan di anjurkan memberikan
ZIS
c. Jasa Perbankan lainnya
secara bertahap bank akan menyediakan jasa untuk memperlancar
pembayaran dalam bentuk proses taransfer dan inkaso, pembayaran
rekening air, listrik, telepon dan angsuran KPR dan lain-lainnya . bank
juga mempersiapkan bentuk pelayanan yang sifatnya bentuk talangan
dana (bridging financing) yang berdasarkan atas pembiayaan
Bai’salam.
2.1.10 Tujuan dan Strategi Usaha BPR Syariah
Tujuan operasionalisasi BPR Syariah adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok
masyarakat ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah
pedesaan
2. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat
mengurangi arus urbanisasi.
3. Membina Ukhuwah Islmiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka
peningkatan pendapatan perkapita menuju kualitas hidup yang memadai.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mencapai tujuan operasional BPR Syariah tersebut, di
perlukan strategi operasional sebagai berikut:
a.BPR Syariah tidak bersifat menunggu (pasif) terhadap datangnya
permintaan fasilitas ,melainkan bersifat aktif dengan melakukan solisitasi
/ penelitian kepada usaha – usaha yang berskala kecil yang perlu di bantu
tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik.
b. BPR Syariah memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya
jangka pendek dengan mengutamakan usaha skala menengah dan kecil
c. BPR Syariah mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat
kompetitifnya produk yang akan diberi pembiayaan.
2.2 PENDAPATAN PERKAPITA
2.2.1 Pengertian Pendapatan Perkapita
Faktor pertama yang mempengaruhi jumlah tabungan masyarakat yaitu
pendapatan perkapita. Pendapatan merupakan suatu gambaran tingkat kemampuan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam suatu waktu tertentu yang
umum digunakan biasanya satu bulan. Tingkat pendapatan ini sering dihubungkan
dengan suatu standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan. Masyarakat berdasarkan pendapatan sering digolongkan kedalam
beberapa golongan yaitu: masyarakat berpendapatan rendah, masyarakat
berpendapatan menengah serta masyarakat berpendapatan tinggi.
Pendapatan masyarakat ini secara langsung berpengaruh terhadap tingkat
kesehatan, pendidikan, kehidupan moral dan rasa harga diri atau status sosial
seseorang dibandingkan orang lain yang mempunyai golongan pendapatan
Universitas Sumatera Utara
berbeda. Tingkat pendapatan juga mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
menabung. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka semakin tinggi
pula kemampuannya untuk menabung.
Pendapatan perkapita dari berbagai negara, pembangunan ekonomi dapat
diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita suatu
masyarkat terus menerus bertambah dalam jangka panjang. Analisisis tersebut
menunjukan bahwa pendapatan perkapita bisa di gunakan untuk tiga tujuan
(Sadono Sukirno:2006), yaitu:
•
Menentukan tingkat kesejahteraan yang di capai suatu negara pada suatu
tahun tertentu.
•
Menggambarkan tingkat kelajuan atau kecepatan pembangunan ekonomi
dunia di berbagai negara.
•
Menunjukan jurang pembangunan di antara berbagai negara.
2.2.2 Konsep Pendapatan
Tolak ukur yang paling banyak di pakai untuk mengukur keberhasilan suatu
perekonomian antara lain adalah pendapatan nasional, produk nasional, tingkat
kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi neraca pembayan luar negeri.
(Soediono, 1992:15). Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisien
secara makro adalah nilai ouput nasional yang di hasilkan sebuah perekonomian
pada suatu periode tertentu. (Rahardja, 2001:17).
Yang pertama, besarnya output nasional merupakan gambaran awal
tentang beberapa efisiensi sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga
Universitas Sumatera Utara
kerja, barang modal, uang, dan kemampuan kewirausahawan digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa. Maka semakin besar pendapatan nasional suatu
negara semakin baik efisiensi alokasi sumber daya ekonominya.
Yang kedua, output nasional merupakan gambaran awal tentang
produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara, dimana alat ukur yang
dipakai untuk mengukur tingkat kemakmuran adalah output nasional perkapita.
Nilai output perkapita diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional
dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan. Jika angka output
perkapita makin besar, maka tingkat kemakmuran dianggap makin tinggi.
Yang ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang
masalah-masalah struktural (mendasar) yang dihadapi suatu perekonomian. Jika
sebagian besar output nasional dinikmati oleh sebagian kecil penduduk, maka
perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya.
Selain perhitungan pendapatan nasional, perhitungan pendapatan suatu daerah
(region) diperlukan guna mengetahui perbedaan pembangunan yang dilaksanakan
antara suatu daerah dengan daerah lainnya.
Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah seluruh nilai tambah dari
seluruh produk yang dihasilkan oleh berbagai sektor yang melakukan kegiatan
usahanya disuatu daerah tanpa melihat kepemilikan atas faktor produksi yang
dipakai. Yang dimaksud dengan nilai tambah adalah nilai produksi (output)
dikurangi dengan biaya antara (input). Hasil perhitungan PDRB disajikan atas
dasar harga berlaku dan harga konstan.
Universitas Sumatera Utara
a. Perhitungan Atas Dasar Harga Berlaku.
PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh nilai barang dan
jasa akhir yang harus dihasilkan oleh unit-unit produksi didalam suatu periode
tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan.
Dilihat sifat barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap sektor, maka penilaian
Nilai Produksi Bruto (NPB) atau output dilakukan sebagai berikut.
Untuk sektor-sektor
primer yang diproduksinya bisa diperoleh secara
langsung dari alam seperti pertanian, pertambangan, dan penggalian. Pertama
kali dicari kuantum pro dengan satuan standar yang biasa digunakan, setelah itu
ditentukan kualitas dari jenis barang yang dihasilkan satuan dan kualitas yang
dipergunakan tidak selalu sama antara satu kabupaten dengan kota provinsi
dengan kabupaten dan kota propinsi lainnya. Selain itu, diperlukan juga data
harga perunit/satuan dari barang yang dihasilkan. Harga yang dipergunakan
adalah harga produsen yaitu harga yang diterima oleh produsen atau harga yang
terjadi pada transaksi yang pertama antara produsen dengan konsumen.
1. Untuk sektor-sektor skunder terdiri dari sektor industri, listrik, air, gas, air
minum, serta sektor bangunan, perhitungannya sama dengan sektor
primer. Data yang diperlukan adalah kuantum produksi yang dihasilkan
serta harga produsen masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor yang
bersangkutan.
2. Untuk sektor-sektor yang secara umum produksinya berupa jasa seperti
sektor perdagangan, restoran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi,
bank dan lembaga keuangan lainnya, sewa rumah, dan jasa perusahaan
Universitas Sumatera Utara
serta pemerintah dan jasa-jasa. Untuk menghitung kuantum produksinya
dilakukan dengan mencari indikator produksi yang sesuai dengan masingmasing kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan. Output atas
dasar harga berlaku merupakan perkalian antar indikator harga masingmasing komoditi/jasa pada tahun yang bersangkutan.
b. Perhitungan Atas Dasar Harga Konstan.
Perhitungan atas dasar harga konstan ini menggambarkan perubahan
volume/kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan
dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Pada perhitungan
atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan atau sektoral. Juga untuk melihat struktur perekonomian suatu
kabupaten/daerah dari tahun ketahun.
Pada dasarnya dikenal empat cara perhitungan nilai tambah atas dasar harga
konstan. Masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Revaluasi.
Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing
tahun dengan harga pada tahun dasar. Hasilnya merupakan output dan
biaya atas dasar harga konstan. Selanjutnya nilai tambah atas dasar harga
konstan diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar
harga konstan. Dalam prakteknya, sangat sulit melakukan revaluasi
terhadap biaya yang digunakan, karena mencakup komponem input yang
Universitas Sumatera Utara
sangat banyak disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi
semua keperluan tersebut.
2. Ekstrapolasi
Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan diperoleh
dengan cara mengalihkan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks
produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks
dari masing-masing produksi yang dihasilkan atau indeks dari berbagai
indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya,
yang dianggap cocok dengan janis kegiatan subsektor dan sektor yang
dihitung. Ekstrapolasi dapat dilakukan terhadap output atas dasar harga
konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap
output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.
3. Deflasi.
Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi
nilai tambah atas harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga.
Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks
harga konsumen (IHK), indeks harga perdagangan besar (IHPB) dan
sebagainya. Indeks harga tersebut dapat pula dipakai sebagai inflator,
dalam keadaan dimana nilai tambah atas harga berlaku justru diperoleh
dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks
harga tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4. Deflasi Berganda.
Dalam deflasi berganda ini yang dideflasi adalah output dan biaya antara,
sedangkan nilai tambah yang diperoleh dari selisih antara output dan biaya
antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator
untuk perhitungan output atas dasar harga konstan biasanya merupakan
IHK atau IHPB sesuai cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga
untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponem input terbesar.
Kenyataan sangat sulit malakukan deflasi terhadap biaya antara,
disamping karena komponem terlalu banyak juga karena indeks harganya
belum tersedia dengan baik.
2.2.3 Metode Perhitungan Pendapatan Nasional
a) Metode langsung.
Yaitu metode perhitungan dengan menggunakan data daerah tingkat II secara
terpisah sama sekali dengan data propinsi sehingga hasil perhitungannya
memperlihatkan seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh daerah
tersebut.
b) Metode tidak langsung.
Yaitu dengan cara mengalokir pendapatan propinsi manjadi pendapatan regional
dengan memakai berbagai macam indikator peroduksi sebagai alokatornya.
Perhitungan dengan metode langsung dapat dilakukan dengan mempergunakan
tiga macam pendekatan yaitu:
1. pendekatan produksi, yaitu bertujuan menghitung nilai tambah barang dan
jasa diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan
Universitas Sumatera Utara
biaya antara dari masing-masing total produksi bruto tiap-tiap sektor atau
subsektor.
2. pendekatan pendapatan, yaitu nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi
diperkirakan dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi
yaitu upah, gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak langsung netto.
Dalam sektor pemerintah dan usaha yang sifatnya tidak mencari untung,
surplus usaha tidak diperhitungkan.
3. pendekatan pengeluran, yaitu bertitik tolak pada penggunaan, maka total
suplai dari barang dan jasa digunakan untuk:
-
Kosumsi rumah tangga.
-
Kosumsi pemerintah.
-
Perubahan stock.
-
Pembentukan modal tetap bruto.
-
Ekspor netto.
-
Kosumsi lembaga swasta yang non profit.
2.2.4 Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pendapatan perkapita
Dalam bentuk yang lebih spasifik, nilai pendapatan perkapita sebagai
indeks untuk menunjukkan perbandingan tingkat kesejahteraan dan jurang tingkat
kesejahteraan dikritik dan perbandingan secara demikian mengabaikan adanya
perbedaan dalam hal-hal berikut di antara berbagai negara.
a. Komposisi umur penduduk, di negara berkembang proporsi penduduk di
bawah umur dan orang-orang lebih muda akan lebih tinggi di negara maju.
Dengan demikian, perbandingan pendapatan setiap keluarga dikedua
golongan negara itu tidalah seburuk seperti yang digambarkan dengan
Universitas Sumatera Utara
membandingkan tingkat pendapatan perkapita mereka. Apabila satu
keluarga terdiri dari 6 orang berpendapatan US$1000 dan satu keluarga
lain berpendapatan US$ 500 terdiri dari tiga keluarga, maka besar
kemungkinan keluarga yang terdiri dari enam orang tersebut mempunyai
tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Ini disebabkan karena beberapa
jenis perbelanjaan seperti pembayaran air dan listrik, perumahan dan
barang-barang lain secara bersama tidak banyak berbeda diantara kedua
keluarga tersebut.
b. Distribusi pendapatan masyarakat
Di samping tingkat pendapatan, distribusi pendapatan merupakan faktor
penting lainnya yang menentukan keadaan kesejahteraan masyarakat pada
umumnya. Faktor
ini tidak diperhatikan dalam membandingkan
kesejahteraan masyarakat dan perubahannya dari masa ke masa, jika
indeks yang di gunakan pendapatan perkapita.
c. Pola pengeluaran masyarakat
Pola pengeluaran masyarakat diberbagai negara kadang-kadang berbeda
dan perbedaan ini
menyebabkan dua negara yang sama pendapatan
perkapitanya belum tentu menikmati kesejahteraan sama. misalnya dua
orang yang berpendapatan sama, tetapi salah seorang diantaranya harus
mengeluarkan biaya pengangkutan yang lebih tiggi untuk bekerja, harus
berpakain lebih rapi dan sebaginya, tidak dapat dikatakan sebagai
mencapai tingkat kesejahteraan yang sama tingginya.
d. Komposisi pendapatan nasional
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat
dengan
pendapatan
perkapita
yang
sama,
tingkat
kesejahteraannya akan sangat berbeda apabila komposisi produksi
nasionalnya sangat berlainan .suatu masyarakat akan mengecap tingkat
kesejahteraan yang lebih rendah dari yang dicerminkan oleh pendapatan
perkapitanya
apabila
proporsi
pendapatan
nasional
yang
berupa
pengeluaran untuk pertahanan dan untuk pembentukan modal lebih tiggi
daripada di negara lain yang lebih tinggi pendapatan perkapitanya.
e. Perbedaan masa lapang
Ketidaksempurnaan pendapatan perkapita sebagai alat pembanding
kesejahteraaan masyarakat bersumber pula dari perbedaan masa lapang
yang dinikmati berbagai masyarakat. dalam hal ini pendapatan perkapita
sebagai indeks tingkat kesejahteraan dikritik dengan alasan bahwa dua
masyarakat yang berpendapatan rata- rata sama besarnya, tidak dapat di
anggap mempunyai kesejahteraan yang sama apabila masa kerja untuk
memperoleh pendapatan itu berbeda. jadi yang di maksud masa lapang di
sini yaitu tingkat kesejahteraan di negara maju dan negara berkembang,
dan ini di gambarkan oleh perbedaan dalam pendapatan perkapita mereka.
f. Keadaan pengangguran
Di samping menaikan tingkat pendapatan masyarakat tujuan penting
dalam pembangunan ekonomi adalah untuk menciptakan kesempatan kerja
.pambangunan ekonomi yang dilaksanakan bukan saja harus berusaha agar
pendapatan
bertambah,
tetapi
harus
sanggup
juga
mengurangi
penganguran yang terdapat di negara berkembang. Tujuan ini hanya akan
Universitas Sumatera Utara
di capai apabila pertambahan kesempatan kerja berkembang lebih cepat
dari pertambahan tenaga kerja. menilai kesuksesan usaha pembangunan
berdasarkan kepada data perkembangan pendapatan perkapita tidak akan
menunjukan apakah tujuan menciptakan kesempatan kerja sebanyak
seperti yang diharapkan tersebut dapat di capai.
Ketidak sempurnaan dari pendapatan per kapita sebagai alat pembanding
alat pembanding tingkat kesejahteraan bersumber pula dari perbedaan masa
lapang yang di nikmati berbagai masyarakat. Dalam hal ini pendapatan perkapita
sebagai indeks tingkat kesejahteraan dikritik dengan alasan bahwa dua masyarakat
yang berpendapatan rata-rata sama besarnya, tidak dapat dianggap mempunyai
kesejahteraan yang sama apabila masa bekerja untuk memperoleh pendapatan itu
berbeda. Pada umumnya orang berpendapat bahwa penduduk negara-negara
berkembang mempunyai lebih banyak masalah lapang dari pada di negara-negara
maju. Apabilah masa lapang tersebut di pandang sebagai suatu bentuk
kesejahteraan, maka perbedaan tingkat kesejahteraan diantara negara-negara maju
dan negara-negara berkembang adalah lebih kecil dari pada yang di gambarkan
oleh perbedaan dalam pendapatan perkapita mereka.
2.3 Mudharabah
2.3.1 Pengertian Mudharabah
Faktor yang kedua yaitu yang mempengaruhi tabungan masyarakat sistem
mudharabah adalah tabungan pemilik dana yang penyetorannya dan penarikannya
dapat di lakukan sesuai yang telah di sepakati sebelummya. Pada simpanan
Universitas Sumatera Utara
mudharabah tidak di berikan bunga, sebagai pembentukan laba bagi bank islam
tetapi di berikan bagi hasil.
Secara teknis pengertian mudaharabah adalah akad kerjasama usaha antara
dua pihak dimana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh modal,
sedangkan pihak
lainnya sebagai pengelola.
Keuntungan usaha secara
mudharabah di bagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, dan
apabila rugi di tanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat
kelalain si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab terhadap kerugian
tersebut.
2.3.2 Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga pada Bank Syariah dan Konvensional
Adapun perbedaan bagi hasil dan bunga pada bank syariah dan bank
konvensional adalah sebagai berikut:
1. Bagi hasil adalah pembagian keuntungan yang berdasarkan nisbah dalam
perjanjian antara deposan mudharib.nisbah bagi hasil ini mencerminkan
imbalan yang berhak di terima antara kedua bela pihak yaitu mudharib
(pengelola) dan shahibul al-mal (pemilik harta) yang bermudharabah.
Mudharib mendapat imbalan atas kerjanya, sedangkan shahbul al-mal
mendapat penyertaan atas modalnya.(Muhammad,1999).
Bagi hasil yang di maksud berbeda dengan bunga. Pada sistem bunga,
nasabah akan mendapatkan hasil yang sudah pasti berupa persentase tertentu
dari saldo yang di simpannya di bank tersebut. Berapapun keuntungan usaha
pihak bank, nasabah akan mendapatkan hasil yang sudah pasti. Lain halnya
dengan sistem bagi hasil, tidak seperti itu. Bagi hasil di hitungan dari hasil
Universitas Sumatera Utara
usaha pihak bank dalam mengelola uang nasabah. Bank dan nasabah
membuat perjanjian bagi hasil berupa persentase tertentu untuk nasabah.
Bank dan nasabah membuat perjanjian bagi hasil berupa persentase tertentu
untuk nasabah dan untuk bank, perbandingan ini di sebut dengan nisbah.
Misalnya, 60 % keuntungan untuk pihak nasabah dan 40 % keuntungan
untuk pihak bank. berdasarkan sistem bagi hasil yang di maksud, nasabah
dan tidak bisa mengetahui berapa hasil yang pastinya mereka terima. Sebab
bagi hasil baru akan di bagikan kalau hasil usahanya sudah bisa ditentukan
pada akhir periode. namun dengan sistem bagi hasil, nasabah dan bank akan
membagi keuntungan secara lebih adil dari sistem bunga, yaitu pihak bank
bank dan pihak nasabah selalu membagi adil sesuai dengan nisbah yang
telah di sepakati ketika mendatangani akad sebagai tanda persetujuan
pembagian hasil. (Zainudin ali 2008)
2.Badr ad al ayni dalam bukunya umdatul qari syarah shahih al bukhari
mengatakan prinsip riba atau bunga adalah penambahan. Menurut syariah,
riba berarti penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis rill
(matba’a al amira, 1310 II, Vol V, hlm 436). Bunga atau riba adalah
penambahan, perkembangan, peningkatan dan pembesaran yang di terima
pemberi pinjaman dari peminjam dari jumlah pinjaman pokok sebagai
imbalan karena menaguhkan atau berpisah dari sebagian modalnya selama
periode waktu tertentu. Secara umum riba adalah pengambilan tambahan
yang harus di bayarkan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam
meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam
islam. (Antonio,1999.59)
Universitas Sumatera Utara
3.2
Perbedaan bunga dan bagi hasil
Bunga
a.Penentuan bunga di buat pada waktu
akad dengan asumsi harus selalu
untung
b.Besarnya persentase berdasarkan
pada jumlah uang (modal) yang di
pinjamkan
c.Pembayaran bunga tetap seperti
yang dijanjikan tanpa pertimbangan
apakah proyek yang dijalankan oleh
pihak nasabah untung atau rugi
d.Jumlah pembayaran atau keadaan
sedang booming.
e.Eksistensi bunga di ragukan (kalau
tidak di kecam) oleh semua agama
termasuk islami.
Bagi hasil
a.Penentuan besarnya rasio atau
nisbah bagi hasil di buat pada waktu
akad dengan berpedoman pada
kemungkinan untung atau rugi
b.Besarnya
rasio
bagi
hasil
berdasarkan pada jumlah keuntungan
yang di peroleh .
c.Bagi
hasil
tergantung
pada
keuntungan proyek yang dijalankan
.Apabila usaha merugi ,kerugian akan
di tanggung bersama oleh kedua bela
pihak .
d.Jumlah pembagian laba meningkat
sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan .
e.Tidak
ada
yang
meragukan
keabsahan bagi hasil
Sumber:Zainudin Ali (2008)
Dalam kegiatan menghimpun dana terdiri dari dalam bentuk giro
berdasarkan mudharabah dan dalam bentuk tabungan berdasarkan mudharabah.
(Burhanudin 2005)
2.3.3 Mudharabah Dalam Perbankan
Syarat-syarat utama yang menyangkut perjanjian mudharabah bagi
perbankan islam adalah:
a. Bank menerima dana dari masyarakat atas dasar mudharabah dengan kata
lain bentuk mudharabah antara nasabah penyimpan dana dan bank adalah
bentu mudharabah yang tidak terbatas. Namun demikian perjanjiantersebut
bukan tidak terbatas sama sekali ,perjanjian mudharabah tidak dapat
diterapkan untuk kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh islam seperti
Universitas Sumatera Utara
spekulasi dan kegiatan yang menghasilkan barang-barang dan jasa yang
melanggar hukum.
b. Bank berhak menanamkan dana yang di depositokan oleh nasabah
langsung dalam bentuk investasi dan untuk keperluan overhead cost dari
bank itu sendiri dan atau menawarkan dana itu kepada pengusaha bank .
c. Bank boleh menggabungkan keuntungan dari investasi-investasi lain dan
berbagi keuntugan bersih dengan para penyimpan dana berdasarkan
perbandingan yang sudah di tentukan sebelumnya
Berbeda dengan perjanjian mudharabah antara nasabah penyimpan dana.
Apabila dana dana itu disediakan oleh bank bagi para nasabah, bank mempunyai
hak untuk menentukan syarat-syarat
atas penggunaan dana tersebut yang
menyangkut jenis dari kegiatan-kegiatan itu, jangka waktu, lokasi dari proyekproyek yang di biayai.
Bank tidak di perkenankan meminta jaminan apapun dari nasabah yang
bersangkutan, yang bertujuan untuk menjamin modal (dari bank yang di berikan
kepada nasabah) dalam hal terjadi kerugian. Apabila terdapat ketentuan atau
syarat yang demikian itu tercantum dalam perjanjian mudharabah, maka hal itu
mengakibatkan perjanjian mudharabah menjadi batal.
Nasabah berbagi keuntungan dengan bank sesuai dengan perbandingan
yang telah di setujui sebelumnya, yaitu sebelum fasilitas mudharabah itu di
berikan oleh bank. Sampai investasi itu menghasilkan keuntungan, bank di
perbolehkan membayar gaji nasabah yang bersangkutan (demi menunjang biaya
hidup diri dan keluarganya, belum dapat ditunjang oleh penerimaan keuntungan
Universitas Sumatera Utara
yang di peroleh dari proyek yang di kelolanya, gaji tersebut di tentukan
berdasarkan tingkat gaji yang berlaku di pasar)
2.3.4 Rukun mudharabah
Faktor-faktor yang harus ada dalam rukun mudharabah yaitu:
a. Pelaku, jelaslah bahwa rukun mudharabah sama dengan jual beli di tambah satu
faktor tambahan yakni nisbah keuntungan. Faktor pertama (pelaku) kiranya sudah
cukup jelas, dalam mudharabah, harus ada minimal dua pelaku .pihak pertama
bertindak sebagai pemilik modal (shahib al-mal), sedangkan pihak kedua
bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib atau amil). Tanpa kedua pelaku,
maka akad mudharabah tidak akan ada.
b. Objek. Merupakan kosekuensi logis dari tindakan yang di lakukan oleh para
pelaku. pemilik modal menyerahkan menyerahkan modalnya sebagai objek
mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek
mudharabah, .modal yang di serahkan bisa berbentuk uang atau barang yang di
rinci berapa nilai uangnya .sedangkan kerja yang di serahkan berbentuk keahlian,
keterampilan, selling skill, management skil dan lain-lain.
c. Persetujuan. Faktor ketiga yakni persetujuan kedua bela pihak merupakan
konsekuensi dari prinsip sama-sama rela. Di sini kedua bela pihak harus secara
rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Si pemilik dana
setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan dana, sementara si pelaksana
usaha pun setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja.
Universitas Sumatera Utara
d. Nisbah keuntungan. Faktor yang keempat (yakni nisbah) adalah rukun yang
khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini
mencerminkan imbalan yang berhak di terima oleh kedua bela pihak yang
bermudharabah. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya
perselisihan antara kedua bela pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
Beberapa yang menjadi ketentuan umum mudharabah adalah sebagai berikut.
Jumlah modal yang di serahkan kepada nasabah selalu pengelola modal :
a. Harus diserahkan tunai, dapat berupa uang atau berupa barang yang
dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal di serahkan secara
bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati bersama.
b. Hasil dan pengelolaannya modal pembiayaan mudharabah dapat di
perhingtungan dengan dua cara: perhintungan dari pendapatan proyek dan
perhitungan di perhitungkan dari keuntungan proyek.
c. Hasil usaha di bagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap
bulan atau waktu yang di sepakati. Bank selaku pemilik modal menangung
seluruh kerugian, kecuali akibat kelalain dan penyimpangan pihak
nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana.
d. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan, namun tidak
berhak mencampuri urusan pekerjaan atau nasabah. Jika nasabah cidera
janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban atau
menunda pembayaran kewajiban, dapat dikenakan sanksi admidrasi.
Universitas Sumatera Utara
2.3.5Macam-macam Mudharabah.
Ada beberapa macam mudharabah seperti yang diuaraikan dibawah ini
yaitu:
a. Mudharabah mutlaqa, dalam mudharabah mutlaqa tidak ada pembatasan bagi
bank dalam mengunakan dana yang di himpun. Nasabah tidak memberikan
persyaratan apapun kepada bank, ke bisnis apa dan yang di salurkannya, atau
mensyaratkan dananya untuk di peruntukan bagi nasabah tertentu. Jadi bank
memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dana ini ke bisnis manapun
yang diperkirakan menguntungkan. Dari penerapan mudharabah mutlaqa ini
dikembangkan produk tabungan dan deposito, sehingga terdapat jenis
penghimpunan dana, yaitu tabungan .
Jadi pengertian mudharabah mutlaqa adalah Mudharabah mutlaqah: pemilik
dana memberikan keleluasaan penuh kepada pengelola untuk mengunakan dana
tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik dan menguntungkan. Pengelola
bertanggung jawab untuk mengelola usaha sesuai dengan pratek kebiasaan usaha
normal yang sehat.
Mudharabah dan deposito mudharabah.
Ketentuan umum dalam produk ini
adalah :
•
Bankwajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan
tata cara pemberitahuan keuntungan atau pembagian keuntungan secara
risikon yang dapat menimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah
tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus di cantumkan dalam akad.
Universitas Sumatera Utara
•
Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan
sebagi bukti penyimpanan, serta kartu ATM atau alat lainnya kepada
penabung. Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan setifikat
atau tanda penyimpanan ( bilyet) deposan kepada deposan. Tabungan
mudharabah dapat di ambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan
perjanjian yang disepakati.
•
Deposito mudharabah hanya dapat di cairkan sesuai dengan jangka waktu
yang telah di sepakati. Deposito yang di perpanjang, setelah jatuh tempo
akan di perlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila akad sudah
dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu di buat akan baru.
Ketentuan-ketentuan yang lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
b. Mudharabah muqayyanah adalah pemilik dana menentukan syarat dan
pembatasan kepada pengelola dalam pengunaan dana tersebut dengan jangka
waktu, tempat, jenis usaha dan sebagainya. Pengelola menggunakan modal
tersebut dengan tujuan yang dinyatakan secara khusus, yaitu untuk
menghasilkan keuntungan. Mudharabah muqayyanah ini terbagi dua yaitu:
• Mudharabah muqayyanah on balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus di mana pemilik dana
dapat menetapkan syarat – syrat tertentu yang harus di patuhi oleh bank.
Misalkan di syaratkan di gunakan untuk bisnis tertentu atau di syaratkan di
gunakan dengan akad tertentu, atau di syaratkan untuk nasabah tertentu.
• Mudharabah muqayyanah off balance sheet
Universitas Sumatera Utara
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung
kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara yang
mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha .
2.3.6 Manfaat Mudharabah
1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan
nasabah masih meningkat
2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank,
sehingga bank tidak akan pernah mengalami negatif spread.
4. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan arus kas usaha
nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
5. Bank akan lebih selektif dan hati – hati (prudent) mencari usaha yang
benar - benar halal,aman dan menguntungkan karena keuntungan yang
kongkritdan benar- benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
6. Prinsip bagi hasil berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan
tetap menagih nasabah satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang
dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
2.3.7 Resiko Mudharabah
Resiko yang terdapat pada mudharabah seperti
1.Sid streaming : nasabah mengunakan dana itu bukan seperti yang di sebut
dalam kontrak
2. Lalai dan kesalahan yang di sengaja
3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Jumlah Penduduk Muslim
Peranan kaum muslimin yang sangat besar terhadap kelangsungan dan
perkembangan pemikiran ekonomi . Berbagai pratik dan kebijakan ekonomi yang
berlangsung pada masa Rasulullah Saw. Dan al - Khulafa al- Rasyidun merupakan
contoh empiris yang dijadikan pijakan bagi para cendikiawan muslim dalam
melahirkan teori- teori ekonominya. Satu hal yang jelas, fokus perhatian mereka
tertuju pada pemenuhan, kebutuhan, keadilan, efisiensi, pertumbuhan dan
kebebasan ,yang tidak lain merupakan objek utama yang menginspirasikan
pemikiran ekonomi islam sejak awal.
Persoalan – persoalan seperti formalisasi agama dan manipulasi agama
dikarenakan para pelakunya mengalami kurangnya kepercayaannya kepada tuhan.
Akhirnya mengakibatkan seenaknya saja ia bertindak yang keluar dari jalur
agama.hal ini dikeranakan kurang imannya kepada Allah Swt. khusunya yang
beragama islam.
Tapi pada kota Medan khusunya penduduk beragama islam cukup
signifikan pertambahannya dari tahun ke tahun berdasarkan dari Badan Pusat
Statistik . hal ini dapat kita lihat meningkatnya penduduk yang beragama islam di
kota medan dari tahun ke tahun . mulai dari tahun 1996 penduduk yang beragama
islam di kota medan sebanya 1.238.621 jiwa tapi mengalami penurunan yang
signifikan pada tahun 1999 sebanyak 1.235.558 jiwa.Tapi dari tahun yang 2000
sampai tahun 2010 mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2010 sebesar 1.503.426.
Penduduk Muslim juga mempengaruhi peningkatan jumlah tabungan
masyarakat karena mendorong orang yang beragama islam untuk menabung pada
Universitas Sumatera Utara
Perbankan Syariah hal ini di akibatkan karena adanya perbedaan sistem perbankan
syariah dan konvensional.
Universitas Sumatera Utara
Download