V. PENGARUH EKSTRAK DIKLOROMETAN DAN SARI JAHE TERHADAP AKTIVITAS HEMOLISIN E. coli 0157:H7, S. @phi DAN C/. cliolerae 0 1 A. ABSTRAK Hemolisin mempakan salah satu faktor virulensi yang sekresinya dikoordinasi oleh protein membran sel bakteri. Penelitian sebelurnnya membuktikan bahwa ekstrak diklorometan dan sari jahe dapat mengakibatkan perubahan hidrofobisitas bakteri, yang memungkinkan terjadi peruba han struktur membran sek sehingga pertumbuhannya terhambat Tujuan peneiitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak diklorometan dan sari jahe terhadap aktivitas hemolisin E. coli 0157:H7,S. lyphi dan kr. cholerae 01 dan ekstrak hemolisin V. cholerae 0 1. Pada media agar darah L: cholerae 01 dan S. mretcs mempunyai aktivitas Phemolisis sedangkan S. y p h ~dan E. coli 0157:H7 mempunyai aktivitas a-hemolisis. Pengunaan 10 mglml sari jahe sebagai pelarut media agar darah dapat menghambat aktivitas hemolisin S. gphi dm E. colt 0157:H7 dan mengharnbat secara parsial aktivitas hemolisin I 1 cholerue dan S. avrelis. Penambahan ekstrak diklorometan jahe 8, 15 dan 20 mglml media agar dilakukan berturut-tumt pada kultur V. cholerae 01, E. colr OIS7:H7 dm S. typhi dapat menghambat aktivitas hemolisin pada semua spesies bakteri tersebut. Hasil ini menunjukkan K cholerae 01 mernpunyai aktivitas hemolisin lebih kuat dari E. coli 0 1 57:H7dm S. &phi. Hemolisin 1,: cholerae 01 diproduksi pada media ekstrak kamir 1 persen (blv). Pemanenan hemolisin dilakukan dengan sent rifbgasi, dilanjutkan dengan pemekatan terhadap supematan dengan menambahkan amonium sulfat kejenuhan 70 persen dan kernudian dialisis (cttl off BM 10 kDalton). Karakterisasi terhadap BM protein tersebut secara elektroforesis SDS-PAGE rnenghasilkan beberapa pita protein yang mempunyai BM 14, 26, 65, 138, 146 dan 241 kDaiton. Diduga bahwa protein dengan BM 65 adalah protein hemolisin I .' ckolerae 01. Konsentrasi hemolisin 5 pg proteinlml dalatn 5 x 1o5 seVml suspensi eritrosit menghasilkan aktivitas hemolisis sebesar 25,40 persen. Konsentrasi 373; 75 dm 150 pdml ekstrak diklorometan jahe dalam suspensi eritrosit yang mengandung 5 pglrnl ekstrak hemolisin menghasilkan aktivitas hemolisin berturut-turut 19,37; 8,32 dan 12,32 persen Ekstrak diklorometan dan sari jahe dapat rnengharnbat virulensi bakteri rnelalui pengharnbatan terhadap produksi dan aktivitas hemolisin. B. PENDAHULUAN Hemolisin merupakan toksin protein yang tidak berinterndisasi pada sel target, tetapi berinteraksi sebagai protein aktif yang rnembentuk pori transmembran (Ludwig dan Goebel, 1 99 1 ), sehingga dapat mengakibatkan perembesan komp onen ion potasium yang diikuti dengan lisis osmotik pada sel. Fungsi hemolisin pada patogenesitas tidak hanya menunjukkan kemampuan melisis eritrosit tetapi juga sitotoksis pada sel, khususnya monosit, granulosit, dan sel epitel, parenchim ginjal dan fibroblas mencit. Hemolisin merangsang pengeluaran histamin dari mastosit, leu kotren spesifik dari granulosit, mengakibatkan luka pada jaringal, memfasilitasi penetrasi bakteri ksdalam jaringan dan bertanggung jaw& terhadap inflamasi. Aktivi tas hemolisin tersebut dapat mengakibatkan infeksi ekstraseluler pada j aringan usus. Menurut Ludwig dan Goebel (1991), pelisisan eritrosit oleh hemolisin bakteri ditujukan untuk mendapatkan sumber mineral Fe oleh bakteri yang menginfeksi. Ketersediaan Fe, &pat meningkatkan produkdi EPS, sehingga meningkatkan virulensi bakteri tersebut (McKenney ef at., 1994). Hemolisin merupakan polipeptida hidrofilik yang rnengandung sedikit sistein dan kaya akan glisin dan mempunyai sisi hidrofobik sebagai sisi pembentuk pori pada fosfat idilkolin dan spinyomielin dari membran eritrosit (Ludwig dan Goebel, 1 99 1 : Tomita dan Karnia, 1997). Supernatan kultur I : cl7olerar non toksigenik yang ditumbuhkan dalam NB mempunyai pengaruh yang mematikan pada tikus dan bila supernatan tersebut diinjeks~kan secara intravena dapat mengakibat kan a kumulasi cairan usus (Singh rt a/., 200 1 ). Berdasarkan analisis genetik, bakteri rnempunyai gen yans menvandi protein membran luar sel yang mengkoordinasi produksi protein supernatan kultur, dan analisis pada agar darah mernungktnan protein tersebut adalah hemolisin. Ekstrak diklorometan dan sari jahe diketahui menyebabkan struktur permukaan E. coli perubahan pada 0157:H7, S. typki dan P'. cholerae 0 1 . Menurut Lachica ( 1 990) struktur permukaan bakteri mempunyai peranan mengkoordinasi pembentukan toksin dan protein ekstraseluler lainnya, sehingga kemungkinan ekstrak jahe mempengaruhi produksi dan aktivitas hemolisin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sari jahe dan ekstrak diklorometan terhadap aktivitas hemolisin E. coii 0157:H7, S. @phi dan 1 :cholerat. 01 dan pengaruh ekstrak diklorometan jahe terhadap aktivitas ekstrak hemolisin I : cholerae 01. C. METODE PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium ~ i k r o b i o l i ~BALITVET i dan Laboratorium mlkrobiologi PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor, dari Asustus 1999 sampai Desember 1999. 2. Bahan Penditian Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini diantarnya adalah S. arireris, t : c/tolet.crr 01 BCC 2 143, S. ~ y p hATCC ~ 0029 dan E. ccoli 0 157:H7ATCC 438E9. Sari jahe diperoleh seperti penelitian sebelumnya dengan konsentrasi sari jahe dalam media N B setara dengan 10 mglml, ekstrak diklorornetan, kantong selofan "Viking" (err, r?fS BM 10 kDalton) dan perkol. Peralatan yang digunakan adalah specfrr)tlic20 (Bausch and Lamb,New York, USA) dan butiran gelas parrel. 3. Aktivitas Antihemolisis Ekstrak Jahe a. Pembuatan sampel darah defibrinasi Pengambilan sampel darah dari 3 ekor keiinci dilakukan menggunakan kanula (jarurn), sehingga diperoleh 30 ml, sampel darah dimasukkan dalarn erlenmeyer yang telah berisi butiran getas parrel, darah diputar perlahan-lahan sehingga terbentuk gumpalan fibrin. Selanjutnya cairan dituang pa& wadah yang lain untuk dipisahkan dengan fibrin. Cairan darah defibrinasi digunakan sebagai sampel darah selanjutnya. b. Persiapan sampel eritrosit kelinci Sebanyak 5 ml sampel darah defibrinasi disentrifus pada 700 g selama 5 menit, supernatan dibuang dan sel darah diresuspensi dengan bufer Hepes (10 mM Hepes,l SO mMNaCl, pH 7,2) menjadi 10 rnl. Pemisahm eritrosit dilakukan secara sentrifus menggunakan gradien densitas perkol 1,077 Qlrnl. Sebanyak 4 ml suspensi sel darah diletakbn diatas 4 rnl larutan perkol, selanjutnya disentrifus 700 g selama 20 menit, eritrosit dengan densitas 1,092 glml berada pada bagian bawah tabung. Eritrosit dicuci dengan menambahkan bufer Hepes dan digunakan untuk analisis selanjutnya (Burdon dan van Knippenberg, 1988). c. Hemolisis pada agar darah Media asar darah basal dipersiapkan mengandung 5 % (v/v) darah kelinci defribrinasi. Perlakuan ekstrak jahe dipersiapkan sebagai berikut: (1) Agar darah basal dilarutkan dalam sari jahe ditambah 5 % (v/v), sehingga konsentrasi akhir sari jahe menjadi I0 mdml dalam media. (2) Media agar darah dengan ekstrak diklorometan 8, 15 dan 20 mdml agar diinokulasi secara berturut-turut dengan V. cholerm 01, E coli 015 7: H7 dan S. ryyhi. Bakteri diinokulasikan pada media agar darah dengan metoda tusuk, kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selarna 48 jam. Adanya eritrosit lisis dapat dilihat pada areal bening yang ditimbulkan disekitar koloni. P-hemolisis rnembentuk areal bening yang sempurna (tt) dan a-hemolisis membentuk areal bening parsial (+) ( Welch dan Maxcy, 1979 dan Atlas, 1984). d. Hemolisis pada suspensi eritrosit. Produksi hemolisin Pada media agar darah diketahui bahwa V. cholerae 01 mernpunyai aktivitas hemolisis yang lebih h a t daripada E. coli 0157:H7dan S. mi, oleh karena itu bakteri ini digunakan untuk memproduksi hemolisin dalam kultur cair. Yibrio cholerne 01 ditumbuhkan pada media yang mengandung (% blv): Yeast extract 1; KzHPO* 1; feri amonium sitrat 0,005;MgSOj 0,05; NaC1 0,5; dektrosa 1 dan pH 7,2 dengan penyetara pH 1 N HCI. Kultur ditumbuhkan pada suhu 37°C selama 18 jam pada inkubator bergoyang 120 rpm. Supernatan diperoleh dengan cara Pemekatan hemolisin dilakukan dengan menambah ammonium sulfat pada supernatan hingga kejenuhan 70 persen. Endapan yang terbentuk dipisahkan dengan cara sentrifus 1900 g selama 20 menit, selanjutnya endapan dididisis pada suhu 4°C selama 12 jam. Konsentrasi protein ditentukan menumt metode Bradford dengan standar protein menggunakan BSA. Analisis berat molekul urotein sunernatan kultur K tholerue 0 1 dengan elektroforosis Analisis elektroforesis terhadap kult ur supernatan P< cholerae 01 dilakukan rnenggunakan piranti eleL?ofotesis SDS gel poliakrilamid (SDS-PAGE) gradien 1015%, dengan ukuran sel 30 x 50 x 1 mm (PhastGel, Pharmacia). Gel poliakrilamid mengandung bufer 0,112 M asetat, 0,112 M Tris, pH 6,5. Bufer eluen digunakan bufer strip dalam 3% agarose yanp mengandung 0,20 M trisin, 0,20 M Tris, 0,55% SDS pH 8 , l . Standar moiehul digunakan protein kit yang terdiri atas beberapa protein dengan BM yang berbeda dan mengandung kromoprotein (Pharmacia). Sebanyak 2 yl sampel dan standar molek-ul diletakkan pada sumur yang ada pada gel SDS-PAGE. Selanjutnya listrik dialirkan pada sistem elektroforesis (Phastsytem) menggunakan 180 V, 9,8 mA dan 1:7 selama 30 menit. IV pada suhu 16°C. proses pernisahan memerlukan waktu Menentukan waktu inkubasi optimum terhada~aktivitas hemolisin K ckolerae 0 1 ~ada sus~ensieritrosit Sebanyak 5 ml (3,5 x lo6 sel) sel eritrosit dalarn bufer Hepes (10 mM Hepes,150 m M KaC1, pH 7,2), ditambahkan 280 dm 700 pi (50 Clglml) ekstrak hemolisin pada masing-masing tabung, selanjutnya volume disetarakan rnenjadi 7 ml dengan menambahkzn bufer Hepes, sehingga konsentrasi hemolisin menjadi 2,5 dan 5 vglml. Kontrol positif 5 ml eritrosit ditambah 1 ml W 0 H konsentrasi akhir 0,03 M, hasil pelisisan ini dianggap setara dengan 100 persen hemolisis. Suspensi eritrosit diinkubasi pada suhu 37°C selama 0, 30, 60, 90 dm 120 menit. Kemudian suspensi disentrifus 700 g selama 5 rnenit, absorbasi supernatan diukur pada h 540 nm. Persen hernolisis dihtung berdasarkan: (Asae : AL-l poshif ) x 100 persen. Persen hemolisis merupakan persen perubahan absorhansi supernatan yang diakibatkan eritrosit lisis selama waktu inkubasi tertentu. (Bratt dan Clavell, 1972). Pen~aru h ekslrak diklorometan iahe terhadaa aktivitas hemoliin V. cholerae 0 1 pada sus~ensieritrosit Sebanyak 5 ml (3,s x lo6 sel) sel eritrosit dalarn bufer Hepes (10 m M Hepes,lSO rnM KaCI, pH 7,2), ditambah 0, 175, 350 dan 700 mglml dalam 0,750/0DMSO) dan ditambahkan 700 secara bersamaan selanjutnya volume ekstrak jahe (1,5 (50 &td) ekstrak hemolisin disetarakan menjadi 7 ml dengan menambahkan bukr hepes, sehingga konsentrasi akhir ekstrak jahe menjadi 0, 3 7 3 ; 75 dan 150 &mi dalarn suspensi eritrosit (Hill et a/.,1997). Suspensi diinkubasi pada suhu 37°C selama 90 menit. Kemudian suspensi disenttifus 700 g selama 5 menit, selanjutnya supernatan ditentukan absorbansinya paila h 540 nrn. Persen hemolisis ditentukan dengan cara seperti pada sebelumnya. Pengamatan dilakukan dengan tiga kali ulangan. D. HASIL PENELlTJAN DAN PEMBAHASAN 1. Aktivitas Hemolisin Bakteri pada Agar Darah Akti~itas hemolisin I: chokerue 01 dan S. arcreits pada media agar darah menunjukkan P-hcmolisis (+ +), sedangkan E. coli a-hemolisis ( (7) 0157:H7, S. phi menunjukkan Garnbar 15). Gambar 15. -4ktix.itas hemolisin S typhi, E. coli 0 1 57:H7 S. arrreus dan 1: L.IIC)IPIYW 01 pada asar darah (kontrol). Areal bening inenutjukkan adanva hemolisis. Pengsunaan sari jahe 10 mg/ml mengandung 0,134 m g / d fenolik sebagai pelamt media agar darah menghasilkan areal bening parsial disekeliling koloni S-atrreus (+) dan 1 : chrjlerae 01 (+) yang berarti adanya penurunan intensitas areal bening dibandingkan dengan kontrol dan tidak menunjukkan areal bening disekitar koloni S. hemolisin I-'. cholerae 01, E. coli 0157:H7,J'. vphi dan S. aweus pada media agar darah Aktivitas Tabel 14. Bakteri + :u Kontrol hemolkis - : tidak tejadi hemolisis Konsentrasi 8, 15 dan 20 a g m l ekstrak diklorometan dalarn media agar darah berturut-tunrt mengandung senyawa fenol setara dengan 0,96, I ,80 dan 2,4 1 mglml. A&n>*a ekstrak diklorometan dalam media agar darah tidak rnenghasilkan areal bening (-) disekeling koloni I : cholerae 01, E. coli 0157:H7 dan S. @phi (Garnbar 16 ) . Penurunan intensitas areal bening dan tidak adanya areal bening disekitar koloni ba kteri kemungkinan adanya penghambatan produksi atau aktivitas hemolisis. Penshambatan hemolisis sebagian pada penggunaan sari jahe disebabkan oleh rendahnya konsenrrasi fenol dalam sari jahe. Gambar 16 . Aktivitas hemolisin I : cholerac! 01, E. coli 0 15 7:H7, S. gphi dan S. utrrezrs pada pengunaan 10 mgl sari jahe sebagai pelarut agar darah dan ekstrak diklorometan konsentrasi 8, 15, 20 dan 20 mglrnl agar berturut-turut pada 1 : cholerae 01, E. coli 01 57:H7, S pphi dan S. Utit-eIIS. Pada penelitian sebelumnya sari jahe mengakibatkan peningkatiin hidrofobisitas pada L. ccoli 0157:H7 yang lebih tinggi daripada ekstrak diklorometan, dan juga mengakibatkan penurunan hidrofobisitas S phi dan 1: cholerne 01 yang lebih tinggi daripada ekstrak diklorornetan. Tingginya perubahan hidrofobisitas ini tidak diikuti dengan penshambatan produksi atau aktivitas hemolisin secara proporsional. Adanya beberapa mekanisme perubahan hidrofobisitas, seperti yang dipostulasikan oleh Rosenberg dan Sar ( 1990), memungkinkan hidrofobik denpan bakteri senyawa yang membentuk ikatan bersifat surfaktan, sehingga tidak memberikan pengaruh yang nyat a t erhadap fisiologi bakteri, khususnya produksi hemolisin Sedangkan ekstrak diklorometan dengan kandungan fenolik yang tinggi rnemberikan perubahan hidrofobisitas !-ang rendah. namun mengakibatkan mengharnbat produksi atau ak tivitas hemolisin. Kemungkinan ha1 ini di sebabkan senyawa fen01 mendenaturasi protein membran yang mengkordinasi produlcsi hemolisin. Selain itu komponen ekstrak jahe seperti gingerol, zingeron dan shogaol dapat berdifusi ke dalam sel dan kemungkinan mengsangu enzim yang berperan dalam sistem transpor mapun sintesis hemolisin. Prindle (19931, senyawa aromatik dari suatu senyawa antimikroba &pat menginaktifkan enzim dan menurunkan tegangan perrnukaan bakteri, sehingga gingerol, zingeron dan shogaol yang rnempunyai struktur molekul aromatik kemungkinan akan memberikan pengaruh yang sama terhadap E. coli, S. fyyhi dan L: chulerae 01. Sedangkan penghambatan aktivitas hemolisin kemungkinan karena interaksi sisi hidrofobik hemolisin dengan senyawa fenolik, sehingga hemolisin tidak mensenali reseptor pada eritrosit. Secara umum penghambatan produksi hemolisin disebabkan karena perubahan struktur membran luar bakteri, yang tedihat dari perubahan hidrofobisitas bakteri. Penshambatan aktivitas hemolisin oleh senyawa fenolik juga dilaporkan oleh Toda er a/. (1991) dan Okubo et a/ (1989). Penelitian tersebut melaporkan bahwa senyawa fenolik yang terdapat dalam ekstrak teh dapat menghambat aktivitas hemolisin I - parahemolryriciis. V. cholerae 01 (Toda ef al, I99 1) dan a-toksin yang dihasilkan oleh S . attrerrs. 2. Hemolisin I/. chrderue 0 1 a. Karrkterisasi protein supernatan kultur I/: cholerue 01 Hasil elektroforesis menunjukkan bahwa didalam supernatan kultur I,,: choleruc 0 1mengandung protein dengan BM 14, 26, 65, 138, 145 dan 241 kDalton (Gambar 17). Diduga protein BM 14 dan 25 Dalton adalah eksotoksin, BM 65 Dalton adalah hemolisin, sedangkan BM 138, 195 dan 241 kDalton adalah protein ekstraseluler 1aim~'aatau protein yang berasal dari media pertumbuhan kultur (Lampiran 12). Berat molekul hemolisin ini rnendekati BM 65,3 kDalton yaitu hemolisin I : cholt.rne 01 yang dikarakterisasi oleh Ludwig dan Goebel (1991). Gambar 17. Profil BM protein pada SDS-PAGE: protein supernatan kultur I : cholrrar 0 1 (2,3,4,5 dan 7) dan standar BM protein ( 1 dan 6 ) . b. Aktivitas hemolisin V. chderue 0 1 pada suspensi eritrosit Aktivitas hemolisin pada 5 x l o 5 seVml eritrosit kelinci dapat dilihat dari peningkatan absorbansi supernatan suspensi eritrosit pada h 540 nm. Hemolisin mempunyai aktibitas hemolisis optimum pa& suhu inkubasi 37°C selarna 90 menit (Gambar 1 8). Peningkatan lama inkubasi hingga 120 menit dapat meningkatkan absorbansi supernatan eritrosit, tetapi peningkatan tersebut tidak nyata dan cenderung konstan. Konsentrasi 2,5 dan 5 pglml ekstrak hemolisin rnenghasilkan aktivitas hemolisis berturut-tumt sebesar 16,48 * 2,22 dan 25,40 f 3,23 persen. Gambar 18. Aktivitas 2,5 dan 5 &rnl ekstrak hemolisin L: cholerae 01 terhadap sel eritrosit pada berbagai lama inkubasi Konsentrasi hemof sin lebih kecil dari 2,5 pgml dengan lama waktu inkubasi 90 menit tidak menunjukkan adanya perubahan absorbansi yang nyata, ini dimungkinkan karena pembentukan pori hemolisin pada sel membran tidak cukup untuk mengakibatkan sel lisis. Demikian pula penggunaan konsentrasi ekstrak hemolisin lebih besar dari 5 pg/rnl tidak memberikan peningkatan yans nyata, karena reseptor pada eritrosit telah jenuh (Lampiran 13- 14). Hemolisis maksimum pada reaksi antara hemolisin dan eritrosit memerlukan perbandingan konsentrasi yang optimum antara hemolisin dengan sel target. 3. Pengaruh Ekstrak Diklorometan Jahe V. cholerae 0 1 pada Suspensi Eritrosit terhadap Aktivitas Hemolisin Tabel 15 menunjukkan 75 dan I50 ydml ekstrak diklorometan jahe dapat menghambat aktivitas hemolisin 5 uglml, dengan nilai penghambatan bertunrt-turut 67,25 + 1,89 dan 57.88 + 7.60 persen. Konsentrasi 150 @rnl ekstrak diklorometan mempunyai nilai penghambatan yang lebih rendah daripada penambahan 75 ttglml ekstrak (Lampiran 1 5). Tabel 1 5 . Pengaruh ekstrak diklorometan jahe terhadap aktivitas 5 yg/rnl ekstrak hemolisin II.'. cholerae 01* Konsentrasi Ekstrak jahe 0~ d m l 3 7,5 pg/ml 75ygml 150 &ml % Hemolisis 25,40 f 3,22 19,37 4 0,423 8,32 f 0,48 12,32 3,15 + %Penghambatan hemolisis relatif terhadap aktivitas hemolisis 25,40% 0 23.73 f 1,89 67.25 k 1,87 57,88 f 7,60 Mrnl Penghambatan aktivitas hemolisin oleh 75 ekstrak diklorometan kemungkinan disebabkan senyawa fenolik dan minyak atsiri yang berinteraksi dengan fosfotidilkolin dan spingomielin dari membran eritrosit . Interaksi ini mengakibatkan perubahan reseptor hemolisin, tetapi tidak mempengaruhi fluidisasi membran eritrosit karena bersi fat surfaktan yang melindungi sel. diklorometan memperlihatkan penurunan Konsentrasi 150 pgml ekstrak terhadap penghambatan hemolisis dibandingkan dengan 75 pglml ekstrak diklorometan. Pada konsentrasi 1 50 pgml ekstrak diklorometan, kemungkinan senyawa fenolik tidak hanya berinteraksi dengan reseptor hemolisin, tetapi juga berinteraksi dengan protein membran (Nychas 1995) Adanya gugus OH dan alkil dari senyawa fenolik dapat berdistribusi pada fase polar dan non polar, yang kemungkinan berakibat juga berimeraksi dengan protein mernbran dan menurunkan tegangan perrnukaan yang selanjutnya menyebabkan lisis eritrosit. Seperti halnya oleoropein (fenolik glukosida) dm hsil hidrolisisnya, 0-3,4- dihidroksipeniietil alkohol, asam elenolik dan oleoropen aglikon dapat menyebabkan hemolisis pada eritrosit manusia (Nychas 1995). E. KESrMPllLAN Pada media agar darah; sari jahe dapat menghambat aktivitas atau produksi a- hemolisin E, COII 015 7 :H7 dan S. ophi, disamping itu juga menghambat sebagian aktivitas atau produksi f3 hemolisin I : choferuc.01 dan S. alrrercs. Sedangkan ekstrak dik!orometan dapat menghambat aktivitas atau produksi a- dan P-hemolisin dari bakteri tersebut. Pengujian lebih lanjut, 75 &ml ekstrak diklorometan dapat menghambat 67,25 persen aktivitas hemolisis dari 5 yg/ml ekstrak hemolisin K cholerae 01 pada 5 x 10' seVrnl susupensi eritrosit. Pengharnbatan produksi dan aktivitas hemolisin ini berarti menghambat salah satu falctor virulensi bakteri. F. DAFTAR PUSTAKA Atlas, S.R.M. 1 984. Microbiology Fundamentals and Application. Cullier Macmillan Publishers. London. Bratt, M.A. and L.A. Clavell. 1972. Hemolytic interaction of Newcastle disease virus and chicken erythrocytes. J. Appl. Microbiol. 23 (3): 454-460. Burdon, R . 3 . and P.H. van fip~efiberg. 1988. Laboratoriurn Techniques in Biochemestry And Molecular Biology Methods Cell Separation, Elsevier. Amesterdam. Coolbaugh. J.C, R.D. W a d e and R.P. Williams. 1972. Microtitration of Bacillirs cereris hemolysin. J. Appl. Microbiol. 24 (6):997-998. Hill, .P, C.S. Evans and R.G.Veness. 1997. Antimicrobid action of essential oils: the effect of dimethylsulphoxide on the activity of cinarnon oil. J. Letters In Appl. Microbiol. 24: 269-275. Lachica, R.V . 1990.Signrficance of hydrophobicity in the adhesiveness of pathogenic Gram negative bacteria. In Doyle R.J. and M.Ros'enberg. Eds. Microbial cell Surface Hydrophobicity. American Society for Microbiology Washington. D.C. Ludwig, A. and W.Goebel. 1991. Genetic determination of cytolitic toxins from gram negative bacteria. In Alouf J.E and I.H. Freer. Eds. Sourcebook of Bacterial Protein Toxins. Academic Press. London. McKennev. D., L. Willcock, P.A. Trueman and D.G. Allison. 1994. EffFect of sub-Mic antibiotic on the cell surface and extracellular virulence determinants of Pseiidun~ot~as ceyacia. J. Appl. Bacterial. 76: 190-195. Nychas, G.J.E. 1995. Natural antimicrobials from plans. In Gould G.W. Ed. New Met hods of Food Preservation. Blackie Academic and Profesional. London. Okubo. S., H. lkigai, M. Toda and T. Shirnamura. 1989. The anti-bemolysin activity of tea and coffee. J . Letters In Appl. Microbiol. 9: 65-66. Singh, D.V., M.H. Matte, G.R. Matte, S. Jiang, F. Sheena, B.N. Shukia, S.C. Sanyd, A. Huq and R.R. Colwell. 2001. Molecular analysis of V. cholerue 01. 0 1 39, noo 0 1 and non 01 3 9 st rain: clonal relationship between clinical and environmental isolates. J. Appl. And Envi. Microbiol. 67 (2): 9 10-92 1. Toda. hl.?S. Okubo, H.Ikagi,T. Suzuki, Y.SuzukiandT. Shhamura. 1991. The protective of tea against infection by Vibrio cholerae 01. J. Letters In Appl. Bacteriol. 70:109-1 12. Tornit a, T. and Y. Karnia. 1997. Molecular biology of pore-forming cytolysins from S~nphylococctis mlreits, a- and y-hemolysins and leucocidin. J . Biosci . Biotech. Biochem. 61 (4): 565-572 Welch. A. B. and R.B. Maxcy 1979. Significance of hemolytic activity of some radiation resistan; Micrococci in food. I. Appl. And Eavi. Microbiol. 38 ( 5 ) : 902-905.