V. PENGARUH EKSTRAK DIKLOROMETAN DAN

advertisement
V. PENGARUH EKSTRAK DIKLOROMETAN DAN SARI JAHE
TERHADAP AKTIVITAS HEMOLISIN
E. coli 0157:H7,
S. @phi DAN C/. cliolerae 0 1
A. ABSTRAK
Hemolisin mempakan salah satu faktor virulensi yang sekresinya dikoordinasi
oleh protein membran sel bakteri. Penelitian sebelurnnya membuktikan bahwa ekstrak
diklorometan dan sari jahe dapat mengakibatkan perubahan hidrofobisitas bakteri,
yang memungkinkan terjadi peruba han struktur membran sek sehingga
pertumbuhannya terhambat
Tujuan peneiitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak diklorometan dan
sari jahe terhadap aktivitas hemolisin E. coli 0157:H7,S. lyphi dan kr. cholerae 01
dan ekstrak hemolisin V. cholerae 0 1.
Pada media agar darah L: cholerae 01 dan S. mretcs mempunyai aktivitas Phemolisis sedangkan S. y p h ~dan E. coli 0157:H7 mempunyai aktivitas a-hemolisis.
Pengunaan 10 mglml sari jahe sebagai pelarut media agar darah dapat menghambat
aktivitas hemolisin S. gphi dm E. colt 0157:H7 dan mengharnbat secara parsial
aktivitas hemolisin I 1 cholerue dan S. avrelis. Penambahan ekstrak diklorometan
jahe 8, 15 dan 20 mglml media agar dilakukan berturut-tumt pada kultur V. cholerae
01, E. colr OIS7:H7 dm S. typhi dapat menghambat aktivitas hemolisin pada semua
spesies bakteri tersebut. Hasil ini menunjukkan K cholerae 01 mernpunyai aktivitas
hemolisin lebih kuat dari E. coli 0 1 57:H7dm S. &phi.
Hemolisin 1,: cholerae 01 diproduksi pada media ekstrak kamir 1 persen (blv).
Pemanenan hemolisin dilakukan dengan sent rifbgasi, dilanjutkan dengan pemekatan
terhadap supematan dengan menambahkan amonium sulfat kejenuhan 70 persen dan
kernudian dialisis (cttl off BM 10 kDalton). Karakterisasi terhadap BM protein
tersebut secara elektroforesis SDS-PAGE rnenghasilkan beberapa pita protein yang
mempunyai BM 14, 26, 65, 138, 146 dan 241 kDaiton. Diduga bahwa protein dengan
BM 65 adalah protein hemolisin I .' ckolerae 01.
Konsentrasi hemolisin 5 pg proteinlml dalatn 5 x 1o5 seVml suspensi eritrosit
menghasilkan aktivitas hemolisis sebesar 25,40 persen. Konsentrasi 373; 75 dm 150
pdml ekstrak diklorometan jahe dalam suspensi eritrosit yang mengandung 5 pglrnl
ekstrak hemolisin menghasilkan aktivitas hemolisin berturut-turut 19,37; 8,32 dan
12,32 persen
Ekstrak diklorometan dan sari jahe
dapat rnengharnbat virulensi bakteri
rnelalui pengharnbatan terhadap produksi dan aktivitas hemolisin.
B. PENDAHULUAN
Hemolisin merupakan toksin protein yang tidak berinterndisasi pada sel target,
tetapi berinteraksi sebagai protein aktif yang rnembentuk pori transmembran (Ludwig
dan Goebel, 1 99 1 ), sehingga dapat mengakibatkan perembesan komp onen ion
potasium yang diikuti dengan lisis osmotik pada sel. Fungsi hemolisin pada
patogenesitas tidak hanya
menunjukkan kemampuan melisis eritrosit tetapi juga
sitotoksis pada sel, khususnya monosit, granulosit, dan sel epitel, parenchim ginjal
dan fibroblas mencit.
Hemolisin merangsang pengeluaran histamin dari mastosit,
leu kotren spesifik dari granulosit, mengakibatkan luka pada jaringal, memfasilitasi
penetrasi bakteri ksdalam jaringan dan bertanggung jaw&
terhadap inflamasi.
Aktivi tas hemolisin tersebut dapat mengakibatkan infeksi ekstraseluler pada j aringan
usus. Menurut Ludwig dan Goebel (1991), pelisisan eritrosit oleh hemolisin bakteri
ditujukan untuk mendapatkan sumber mineral Fe oleh bakteri yang menginfeksi.
Ketersediaan Fe, &pat meningkatkan produkdi EPS, sehingga meningkatkan virulensi
bakteri tersebut (McKenney ef at., 1994).
Hemolisin merupakan polipeptida hidrofilik yang rnengandung sedikit sistein
dan kaya akan glisin dan mempunyai sisi hidrofobik sebagai sisi pembentuk pori pada
fosfat idilkolin dan spinyomielin dari membran eritrosit (Ludwig dan Goebel, 1 99 1 :
Tomita dan Karnia, 1997).
Supernatan kultur
I : cl7olerar non toksigenik yang ditumbuhkan dalam NB
mempunyai pengaruh yang mematikan pada tikus dan bila supernatan tersebut
diinjeks~kan secara intravena dapat mengakibat kan a kumulasi cairan usus (Singh rt
a/., 200 1 ).
Berdasarkan analisis genetik, bakteri rnempunyai gen yans menvandi
protein membran luar sel yang mengkoordinasi produksi protein supernatan kultur,
dan analisis pada agar darah mernungktnan protein tersebut adalah hemolisin.
Ekstrak diklorometan dan sari jahe diketahui menyebabkan
struktur permukaan E. coli
perubahan pada
0157:H7,
S. typki dan P'. cholerae 0 1 . Menurut Lachica
( 1 990) struktur permukaan bakteri mempunyai peranan mengkoordinasi pembentukan
toksin dan protein ekstraseluler lainnya,
sehingga kemungkinan ekstrak jahe
mempengaruhi produksi dan aktivitas hemolisin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sari jahe dan ekstrak
diklorometan terhadap aktivitas hemolisin E. coii 0157:H7, S. @phi dan 1 :cholerat.
01 dan pengaruh ekstrak diklorometan jahe terhadap aktivitas ekstrak hemolisin I :
cholerae 01.
C. METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium ~ i k r o b i o l i ~BALITVET
i
dan
Laboratorium mlkrobiologi PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor, dari Asustus 1999
sampai Desember 1999.
2. Bahan Penditian
Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini diantarnya adalah S. arireris, t :
c/tolet.crr 01
BCC 2 143, S. ~ y p hATCC
~
0029 dan E. ccoli 0 157:H7ATCC 438E9.
Sari jahe diperoleh seperti penelitian sebelumnya dengan konsentrasi sari jahe
dalam media N B setara dengan 10 mglml, ekstrak diklorornetan, kantong selofan
"Viking" (err, r?fS
BM 10 kDalton) dan perkol. Peralatan yang digunakan adalah
specfrr)tlic20 (Bausch and Lamb,New York, USA) dan butiran gelas parrel.
3. Aktivitas Antihemolisis Ekstrak Jahe
a. Pembuatan sampel darah defibrinasi
Pengambilan sampel darah dari 3 ekor keiinci dilakukan menggunakan kanula
(jarurn), sehingga diperoleh 30 ml, sampel darah dimasukkan dalarn erlenmeyer yang
telah berisi butiran getas parrel,
darah diputar perlahan-lahan sehingga terbentuk
gumpalan fibrin. Selanjutnya cairan dituang pa& wadah yang lain untuk dipisahkan
dengan fibrin. Cairan darah defibrinasi digunakan sebagai sampel darah selanjutnya.
b. Persiapan sampel eritrosit kelinci
Sebanyak 5 ml sampel darah defibrinasi
disentrifus pada 700 g selama 5
menit, supernatan dibuang dan sel darah diresuspensi dengan bufer Hepes (10 mM
Hepes,l SO mMNaCl, pH 7,2) menjadi 10 rnl. Pemisahm eritrosit dilakukan secara
sentrifus menggunakan gradien densitas perkol 1,077 Qlrnl. Sebanyak 4 ml suspensi
sel darah diletakbn diatas 4 rnl larutan perkol, selanjutnya disentrifus 700 g selama
20 menit, eritrosit dengan densitas 1,092 glml berada pada bagian bawah tabung.
Eritrosit dicuci dengan menambahkan
bufer Hepes dan digunakan untuk analisis
selanjutnya (Burdon dan van Knippenberg, 1988).
c. Hemolisis pada agar darah
Media asar darah basal dipersiapkan mengandung 5 % (v/v) darah kelinci
defribrinasi. Perlakuan ekstrak jahe dipersiapkan sebagai berikut: (1)
Agar darah
basal dilarutkan dalam sari jahe ditambah 5 % (v/v), sehingga konsentrasi akhir sari
jahe menjadi I0 mdml dalam media. (2) Media agar darah dengan ekstrak
diklorometan 8, 15 dan 20 mdml agar diinokulasi secara berturut-turut dengan V.
cholerm 01, E coli 015 7: H7 dan S. ryyhi. Bakteri diinokulasikan pada media agar
darah dengan metoda tusuk, kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selarna 48 jam.
Adanya eritrosit lisis dapat dilihat pada areal bening yang ditimbulkan disekitar
koloni. P-hemolisis rnembentuk areal bening yang sempurna (tt) dan a-hemolisis
membentuk areal bening parsial (+) ( Welch dan Maxcy, 1979 dan Atlas, 1984).
d. Hemolisis pada suspensi eritrosit.
Produksi hemolisin
Pada media agar darah diketahui bahwa V. cholerae 01 mernpunyai aktivitas
hemolisis yang lebih h a t daripada E. coli 0157:H7dan S. mi, oleh karena itu
bakteri ini digunakan untuk memproduksi hemolisin dalam kultur cair. Yibrio
cholerne 01 ditumbuhkan pada media yang mengandung (% blv): Yeast extract 1;
KzHPO* 1; feri amonium sitrat 0,005;MgSOj 0,05; NaC1 0,5; dektrosa 1 dan pH 7,2
dengan penyetara pH 1 N HCI. Kultur ditumbuhkan pada suhu 37°C selama 18 jam
pada
inkubator
bergoyang
120
rpm.
Supernatan diperoleh
dengan cara
Pemekatan hemolisin dilakukan dengan menambah ammonium sulfat pada
supernatan hingga kejenuhan 70 persen. Endapan yang terbentuk dipisahkan dengan
cara sentrifus 1900 g selama 20 menit, selanjutnya endapan dididisis pada suhu 4°C
selama 12 jam. Konsentrasi protein ditentukan menumt metode Bradford dengan
standar protein menggunakan BSA.
Analisis berat molekul urotein sunernatan kultur K tholerue 0 1 dengan
elektroforosis
Analisis elektroforesis terhadap kult ur supernatan
P< cholerae 01 dilakukan
rnenggunakan piranti eleL?ofotesis SDS gel poliakrilamid (SDS-PAGE) gradien 1015%, dengan ukuran sel 30 x 50 x 1 mm (PhastGel, Pharmacia). Gel poliakrilamid
mengandung bufer 0,112
M
asetat, 0,112
M Tris, pH 6,5. Bufer eluen digunakan bufer
strip dalam 3% agarose yanp mengandung 0,20 M trisin, 0,20 M Tris, 0,55% SDS
pH 8 , l . Standar moiehul digunakan protein kit yang terdiri atas beberapa protein
dengan BM yang berbeda dan mengandung kromoprotein (Pharmacia). Sebanyak 2 yl
sampel
dan standar molek-ul diletakkan pada sumur yang ada pada gel SDS-PAGE.
Selanjutnya
listrik dialirkan pada sistem elektroforesis (Phastsytem) menggunakan
180 V, 9,8 mA dan 1:7
selama 30 menit.
IV
pada suhu 16°C.
proses pernisahan memerlukan waktu
Menentukan waktu inkubasi optimum terhada~aktivitas hemolisin K ckolerae
0 1 ~ada
sus~ensieritrosit
Sebanyak 5 ml (3,5 x lo6 sel) sel eritrosit dalarn bufer Hepes (10 mM
Hepes,150 m M KaC1, pH 7,2), ditambahkan 280 dm 700 pi (50 Clglml) ekstrak
hemolisin pada masing-masing tabung, selanjutnya volume disetarakan rnenjadi 7 ml
dengan menambahkzn bufer Hepes, sehingga konsentrasi hemolisin menjadi 2,5 dan 5
vglml. Kontrol positif 5 ml eritrosit ditambah 1 ml W 0 H konsentrasi akhir 0,03 M,
hasil pelisisan ini dianggap setara dengan 100 persen hemolisis. Suspensi eritrosit
diinkubasi pada suhu 37°C selama 0, 30, 60, 90 dm 120 menit. Kemudian suspensi
disentrifus 700 g selama 5 rnenit, absorbasi supernatan diukur pada h 540 nm.
Persen hernolisis dihtung berdasarkan: (Asae
: AL-l
poshif
) x 100 persen. Persen
hemolisis merupakan persen perubahan absorhansi supernatan yang diakibatkan
eritrosit lisis selama waktu inkubasi tertentu. (Bratt dan Clavell, 1972).
Pen~aru
h ekslrak diklorometan iahe terhadaa aktivitas hemoliin V. cholerae 0 1
pada sus~ensieritrosit
Sebanyak 5 ml (3,s x lo6 sel) sel eritrosit dalarn bufer Hepes (10 m M
Hepes,lSO rnM KaCI, pH 7,2), ditambah 0, 175, 350 dan 700
mglml dalam 0,750/0DMSO) dan ditambahkan 700
secara bersamaan selanjutnya volume
ekstrak jahe (1,5
(50 &td) ekstrak hemolisin
disetarakan menjadi
7
ml
dengan
menambahkan bukr hepes, sehingga konsentrasi akhir ekstrak jahe menjadi 0, 3 7 3 ;
75 dan 150 &mi
dalarn suspensi eritrosit (Hill et a/.,1997). Suspensi diinkubasi
pada suhu 37°C selama 90 menit. Kemudian suspensi disenttifus 700 g selama 5
menit, selanjutnya supernatan ditentukan absorbansinya
paila h 540 nrn. Persen
hemolisis ditentukan dengan cara seperti pada sebelumnya. Pengamatan dilakukan
dengan tiga kali ulangan.
D. HASIL PENELlTJAN DAN PEMBAHASAN
1. Aktivitas Hemolisin Bakteri pada Agar Darah
Akti~itas hemolisin I: chokerue 01 dan S. arcreits pada media agar darah
menunjukkan P-hcmolisis (+ +), sedangkan E. coli
a-hemolisis
(
(7)
0157:H7, S. phi menunjukkan
Garnbar 15).
Gambar 15. -4ktix.itas hemolisin S typhi, E. coli 0 1 57:H7 S. arrreus dan
1: L.IIC)IPIYW 01 pada
asar darah (kontrol). Areal bening
inenutjukkan adanva hemolisis.
Pengsunaan sari jahe
10 mg/ml mengandung 0,134 m g / d fenolik sebagai pelamt
media agar darah menghasilkan areal bening parsial disekeliling koloni S-atrreus (+)
dan
1 : chrjlerae
01 (+) yang berarti adanya penurunan intensitas areal bening
dibandingkan dengan kontrol dan tidak menunjukkan areal bening disekitar koloni S.
hemolisin I-'. cholerae 01, E. coli
0157:H7,J'. vphi dan S. aweus pada media agar
darah
Aktivitas
Tabel 14.
Bakteri
+ :u
Kontrol
hemolkis
- : tidak tejadi hemolisis
Konsentrasi 8, 15 dan 20 a g m l ekstrak diklorometan dalarn media agar darah
berturut-tunrt mengandung senyawa fenol setara dengan 0,96, I ,80 dan 2,4 1 mglml.
A&n>*a ekstrak diklorometan
dalam media agar darah tidak rnenghasilkan areal
bening (-) disekeling koloni I : cholerae 01, E. coli 0157:H7 dan S. @phi (Garnbar
16 ) . Penurunan intensitas areal bening dan tidak adanya areal bening disekitar koloni
ba kteri kemungkinan
adanya penghambatan produksi atau aktivitas hemolisis.
Penshambatan hemolisis sebagian pada penggunaan sari jahe disebabkan oleh
rendahnya konsenrrasi fenol dalam sari jahe.
Gambar 16 . Aktivitas hemolisin I : cholerac! 01, E. coli 0 15 7:H7,
S. gphi dan S. utrrezrs pada pengunaan 10 mgl sari jahe
sebagai pelarut agar darah dan ekstrak diklorometan
konsentrasi 8, 15, 20 dan 20 mglrnl agar berturut-turut
pada 1 : cholerae 01, E. coli 01 57:H7, S pphi dan S.
Utit-eIIS.
Pada penelitian sebelumnya sari jahe mengakibatkan peningkatiin hidrofobisitas pada
L. ccoli 0157:H7 yang lebih tinggi daripada
ekstrak diklorometan,
dan juga
mengakibatkan penurunan hidrofobisitas S phi dan 1: cholerne 01 yang lebih tinggi
daripada ekstrak diklorornetan. Tingginya perubahan hidrofobisitas ini tidak diikuti
dengan penshambatan produksi atau aktivitas hemolisin secara proporsional. Adanya
beberapa mekanisme perubahan hidrofobisitas, seperti yang dipostulasikan oleh
Rosenberg dan Sar ( 1990), memungkinkan
hidrofobik denpan bakteri
senyawa yang membentuk ikatan
bersifat surfaktan, sehingga tidak memberikan pengaruh
yang nyat a t erhadap fisiologi bakteri, khususnya produksi hemolisin Sedangkan
ekstrak diklorometan dengan kandungan fenolik yang tinggi rnemberikan perubahan
hidrofobisitas !-ang rendah. namun mengakibatkan mengharnbat produksi atau
ak tivitas hemolisin. Kemungkinan ha1 ini di sebabkan
senyawa fen01 mendenaturasi
protein membran yang mengkordinasi produlcsi hemolisin. Selain itu
komponen
ekstrak jahe seperti gingerol, zingeron dan shogaol dapat berdifusi ke dalam sel dan
kemungkinan mengsangu enzim yang berperan dalam sistem transpor mapun sintesis
hemolisin. Prindle (19931, senyawa aromatik dari suatu senyawa antimikroba &pat
menginaktifkan enzim dan menurunkan tegangan perrnukaan bakteri, sehingga
gingerol, zingeron dan shogaol yang rnempunyai struktur molekul aromatik
kemungkinan akan memberikan pengaruh yang sama terhadap E. coli, S. fyyhi dan L:
chulerae 01.
Sedangkan penghambatan aktivitas hemolisin kemungkinan karena
interaksi sisi hidrofobik hemolisin dengan senyawa fenolik, sehingga hemolisin tidak
mensenali reseptor pada eritrosit. Secara umum penghambatan produksi hemolisin
disebabkan karena perubahan struktur membran luar bakteri, yang tedihat dari
perubahan hidrofobisitas bakteri.
Penshambatan aktivitas hemolisin oleh senyawa fenolik juga dilaporkan oleh
Toda er a/. (1991) dan Okubo
et
a/ (1989). Penelitian tersebut melaporkan bahwa
senyawa fenolik yang terdapat dalam ekstrak teh dapat
menghambat aktivitas
hemolisin I - parahemolryriciis. V. cholerae 01 (Toda ef al, I99 1) dan a-toksin yang
dihasilkan oleh S . attrerrs.
2. Hemolisin I/. chrderue 0 1
a.
Karrkterisasi protein supernatan kultur I/: cholerue 01
Hasil elektroforesis menunjukkan bahwa didalam supernatan kultur I,,:
choleruc 0 1mengandung protein dengan BM 14, 26, 65, 138, 145 dan 241 kDalton
(Gambar 17). Diduga protein BM 14 dan 25 Dalton adalah eksotoksin, BM 65
Dalton adalah hemolisin, sedangkan BM 138, 195 dan 241
kDalton adalah
protein ekstraseluler 1aim~'aatau protein yang berasal dari media pertumbuhan
kultur (Lampiran 12). Berat molekul hemolisin ini rnendekati BM 65,3 kDalton
yaitu hemolisin
I : cholt.rne 01 yang dikarakterisasi oleh Ludwig dan Goebel
(1991).
Gambar 17. Profil BM protein pada SDS-PAGE: protein supernatan
kultur I : cholrrar 0 1 (2,3,4,5 dan 7) dan standar BM
protein ( 1 dan 6 ) .
b. Aktivitas hemolisin V. chderue 0 1 pada suspensi eritrosit
Aktivitas
hemolisin pada 5 x l o 5 seVml eritrosit kelinci dapat dilihat dari
peningkatan absorbansi supernatan suspensi
eritrosit pada h 540 nm. Hemolisin
mempunyai aktibitas hemolisis optimum pa& suhu inkubasi 37°C selarna 90 menit
(Gambar 1 8).
Peningkatan lama inkubasi hingga 120 menit dapat meningkatkan
absorbansi supernatan eritrosit, tetapi peningkatan tersebut tidak nyata dan cenderung
konstan.
Konsentrasi 2,5 dan 5 pglml ekstrak hemolisin rnenghasilkan aktivitas
hemolisis berturut-tumt sebesar 16,48
* 2,22 dan 25,40 f 3,23 persen.
Gambar 18. Aktivitas 2,5 dan 5 &rnl
ekstrak
hemolisin L: cholerae 01 terhadap sel
eritrosit pada berbagai lama inkubasi
Konsentrasi hemof sin lebih kecil dari 2,5 pgml dengan lama waktu inkubasi 90
menit tidak menunjukkan adanya perubahan absorbansi yang nyata, ini dimungkinkan
karena pembentukan pori hemolisin
pada sel
membran tidak cukup untuk
mengakibatkan sel lisis. Demikian pula penggunaan konsentrasi ekstrak hemolisin
lebih besar dari 5 pg/rnl tidak memberikan peningkatan yans nyata, karena reseptor
pada eritrosit telah jenuh (Lampiran 13- 14). Hemolisis maksimum pada reaksi antara
hemolisin dan eritrosit memerlukan perbandingan konsentrasi yang optimum antara
hemolisin dengan sel target.
3. Pengaruh Ekstrak Diklorometan Jahe
V. cholerae 0 1 pada Suspensi Eritrosit
terhadap
Aktivitas Hemolisin
Tabel 15 menunjukkan 75 dan I50 ydml ekstrak diklorometan jahe dapat
menghambat aktivitas hemolisin 5 uglml, dengan nilai penghambatan bertunrt-turut
67,25
+ 1,89 dan 57.88 + 7.60 persen. Konsentrasi
150 @rnl ekstrak diklorometan
mempunyai nilai penghambatan yang lebih rendah daripada penambahan 75 ttglml
ekstrak (Lampiran 1 5).
Tabel 1 5 . Pengaruh ekstrak diklorometan jahe terhadap aktivitas
5 yg/rnl ekstrak hemolisin II.'. cholerae 01*
Konsentrasi
Ekstrak jahe
0~ d m l
3 7,5 pg/ml
75ygml
150 &ml
% Hemolisis
25,40 f 3,22
19,37 4 0,423
8,32 f 0,48
12,32 3,15
+
%Penghambatan
hemolisis relatif terhadap
aktivitas hemolisis
25,40%
0
23.73 f 1,89
67.25 k 1,87
57,88 f 7,60
Mrnl
Penghambatan aktivitas hemolisin oleh 75
ekstrak diklorometan
kemungkinan disebabkan senyawa fenolik dan minyak atsiri yang berinteraksi dengan
fosfotidilkolin dan spingomielin dari membran eritrosit
.
Interaksi ini mengakibatkan
perubahan reseptor hemolisin, tetapi tidak mempengaruhi fluidisasi membran eritrosit
karena bersi fat surfaktan yang melindungi sel.
diklorometan
memperlihatkan
penurunan
Konsentrasi 150 pgml ekstrak
terhadap
penghambatan
hemolisis
dibandingkan dengan 75 pglml ekstrak diklorometan. Pada konsentrasi 1 50 pgml
ekstrak diklorometan, kemungkinan senyawa fenolik tidak hanya berinteraksi dengan
reseptor hemolisin, tetapi juga berinteraksi dengan protein membran (Nychas 1995)
Adanya gugus OH dan alkil dari senyawa fenolik dapat berdistribusi pada fase polar
dan non polar, yang kemungkinan
berakibat
juga berimeraksi dengan protein mernbran dan
menurunkan tegangan perrnukaan yang selanjutnya menyebabkan lisis
eritrosit. Seperti halnya oleoropein (fenolik glukosida) dm hsil hidrolisisnya, 0-3,4-
dihidroksipeniietil alkohol, asam elenolik dan oleoropen aglikon dapat menyebabkan
hemolisis pada eritrosit manusia (Nychas 1995).
E. KESrMPllLAN
Pada media agar darah; sari jahe dapat menghambat aktivitas atau produksi a-
hemolisin E, COII 015 7 :H7 dan S. ophi, disamping itu juga menghambat sebagian
aktivitas atau produksi f3 hemolisin I : choferuc.01 dan S. alrrercs. Sedangkan ekstrak
dik!orometan dapat menghambat aktivitas atau produksi a- dan P-hemolisin dari
bakteri tersebut.
Pengujian lebih lanjut, 75 &ml
ekstrak diklorometan dapat menghambat
67,25 persen aktivitas hemolisis dari 5 yg/ml ekstrak hemolisin K cholerae 01 pada
5 x 10' seVrnl susupensi eritrosit. Pengharnbatan produksi dan aktivitas hemolisin ini
berarti menghambat salah satu falctor virulensi bakteri.
F. DAFTAR PUSTAKA
Atlas, S.R.M. 1 984. Microbiology Fundamentals and Application. Cullier Macmillan
Publishers. London.
Bratt, M.A. and L.A. Clavell. 1972. Hemolytic interaction of Newcastle disease virus
and chicken erythrocytes. J. Appl. Microbiol. 23 (3): 454-460.
Burdon, R . 3 . and P.H. van fip~efiberg. 1988. Laboratoriurn Techniques in
Biochemestry And Molecular Biology Methods Cell Separation, Elsevier.
Amesterdam.
Coolbaugh. J.C, R.D. W a d e and R.P. Williams. 1972. Microtitration of Bacillirs
cereris hemolysin. J. Appl. Microbiol. 24 (6):997-998.
Hill, .P, C.S. Evans and R.G.Veness. 1997. Antimicrobid action of essential oils:
the effect of dimethylsulphoxide on the activity of cinarnon oil. J. Letters In
Appl. Microbiol. 24: 269-275.
Lachica, R.V . 1990.Signrficance of hydrophobicity in the adhesiveness of pathogenic
Gram negative bacteria. In Doyle R.J. and M.Ros'enberg. Eds. Microbial
cell Surface Hydrophobicity.
American Society for Microbiology
Washington. D.C.
Ludwig, A. and W.Goebel. 1991. Genetic determination of cytolitic toxins from
gram negative bacteria. In Alouf J.E and I.H. Freer. Eds. Sourcebook of
Bacterial Protein Toxins. Academic Press. London.
McKennev. D., L. Willcock, P.A. Trueman and D.G.
Allison. 1994. EffFect of sub-Mic
antibiotic on the cell surface and extracellular virulence determinants of
Pseiidun~ot~as
ceyacia. J. Appl. Bacterial. 76: 190-195.
Nychas, G.J.E. 1995. Natural antimicrobials from plans. In Gould G.W. Ed. New
Met hods of Food Preservation. Blackie Academic and Profesional. London.
Okubo. S., H. lkigai, M. Toda and T. Shirnamura. 1989. The anti-bemolysin activity
of tea and coffee. J . Letters In Appl. Microbiol. 9: 65-66.
Singh, D.V., M.H. Matte, G.R. Matte, S. Jiang, F. Sheena, B.N.
Shukia, S.C. Sanyd,
A. Huq and R.R. Colwell. 2001. Molecular analysis of V. cholerue 01.
0 1 39, noo 0 1 and non 01 3 9 st rain: clonal relationship between clinical and
environmental isolates. J. Appl. And Envi. Microbiol. 67 (2): 9 10-92 1.
Toda. hl.?S. Okubo, H.Ikagi,T. Suzuki, Y.SuzukiandT. Shhamura. 1991. The
protective of tea against infection by Vibrio cholerae 01. J. Letters In Appl.
Bacteriol. 70:109-1 12.
Tornit a, T. and Y. Karnia. 1997. Molecular biology of pore-forming cytolysins from
S~nphylococctis mlreits, a- and y-hemolysins and leucocidin. J . Biosci .
Biotech. Biochem. 61 (4): 565-572
Welch. A. B. and R.B. Maxcy 1979. Significance of hemolytic activity of some
radiation resistan; Micrococci in food. I. Appl. And Eavi. Microbiol. 38 ( 5 ) :
902-905.
Download