PELANGGARAN ETIK DAN DISIPLIN, PINTU MASUK PELANGGARAN HUKUM Agus Purwadianto Ketua MKEK Pusat Seminar Ilmiah FH Univ Jayabaya, 3 Juli 2010 Skm gatra Too many “Humiliating” critics From Community Ini kritik etik, disiplin atau hukum ? DISCIPLINE • Instruction, comprehending the communication of knowledge and training to observe and act in accordance with rules and orders. Correction, chastisement, punishment, penalty (Black’s Law Dictionary) • ENFORCEMENT OF PROFESSIONAL NORMS, BY SANCTIONING PROFESSIONALS FOR VIOLATION OF THEM (Bayles MD, Professional Ethics, 1981) DISCIPLINE • Instruction, comprehending the communication of knowledge and training to observe and act in accordance with rules and orders. Correction, chastisement, punishment, penalty (Black’s Law Dictionary) • ENFORCEMENT OF PROFESSIONAL NORMS, BY SANCTIONING PROFESSIONALS FOR VIOLATION OF THEM (Bayles MD, Professional Ethics, 1981) ETHICS • THE DISCIPLINE DEALING WITH WHAT IS GOOD AND BAD AND WITH MORAL DUTY AND OBLIGATION (Webster’s). • ETHICS OFFERS CONCEPTUAL TOOLS TO EVALUATE AND GUIDE MORAL DECISION MAKING • MEDICAL ETHICS IS A DISCIPLINE / METHODOLOGY FOR CONSIDERING THE IMPLICATIONS OF MEDICAL TECHNOLOGY / TREATMENT AND WHAT OUGHT TO BE (Univ of Washington School of Medicine) DISIPLIN VERSI UU PRADOK aturan dan penerapan keilmuan : • wajib diikuti dokter/dokter gigi (subyek hukum) • menjalankan profesinya (obyek hukum) • konteks hubungan dokter – pasien (hubungan hukum). HUKUM DISIPLIN – agus purwadianto hukum pelajari pelbagai hal yang berkaian dengan kewajiban (tentu saja termasuk hak-hak) dalam suatu bangunan kesatuan hubungan profesional dokter – pasien, yang meliputi aturan dan penerapan keilmuan kedokterannya yang dimiliki selaku kaum profesi untuk mencapai tujuan kedokteran tertentu demi kepentingan pasien sebagai bahagian dari masyarakat. Inti hukum disiplin adalah etika sosial profesi Kontinuum Tanggung Jawab Dokter Responsibility Accountability Problem’s Doctors Konflik Etikolegal (KEL) Liability Medical Negligence Sengketa Medik Etik Disiplin Hukum PERAN MKEK ? Patofisiologi Malpraktek Medik Professional power excess • Over Medicalization problem doctors Ethico-legal Conflict =KEL D-P Miscommunication =SM Medical Negligence Lawyer’s Morality Hospital Corporateness PINTU MASUK ? Patient’s anger Contoh Pintu masuk • Dr bermasalah : melanggar pasal 3 KODEKI DR TIDAK MEMIKIRKAN KEUNTUNGAN PRIBADI YANG MENGHILANGKAN KEBEBASAN PROFESI • Bila melanggar : overmedikalisasi pasal 15 Perkonsil 1/05 : “Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah sebagaimana diatur dalam peraturan perudang-undangan atau etika profesi”. • Lalu terjadi damage D3 krn pelanggaran disiplin tadi sbg D2 dan kewajiban etika nya sbg D1. Akibat pintu masuk pelanggaran etik TIDAK BOLEH DENGAN SENGAJA MENGAMBIL ALIH PENDERITA DARI SEJAWAT Pasal 17 Kodeki : Mis : SpB nakut2i pasien SpPD spy sgr dioperasi” Pasal 16 Perkonsil 1/05 : Melakukan penolakan atau memutuskan hubungan terapeutik dokter-pasien, semata-mata karena alasan, keluhan pasien terhadap pelayanan dokter, finansial, suku, ras, jender, politik, agama atau kepercayaan. SpPD yg kesal menolak konsul SpB tsb utk pasien lainnya CERITA SINGKATNYA : IDEM Pintu masuk (3) • Psl 2 Kodeki : SENANTIASA MELAKUKAN PROFESI MENURUT UKURAN YANG TERTINGGI • Banyak masuk ke pelanggaran disiplin sbb : ada 5 pasal indisipliner versi Perkonsil 1/05 (slide berikut) • akibat pelanggaran hukum : kelalaian medik (doktrin 4 D : duty, deriliction of duty, damage, direct cause) Jenis Pelanggaran Disiplin No Perbuatan 1 MELAKUKAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN TIDAK KOMPETEN 2 Tidak Merujuk Pasien Kepada Dokter atau Dokter Gigi Lain Yang Memiliki Kompetensi Sesuai. 3 Mendelegasikan Pekerjaan Kepada Tenaga Kesehatan Tertentu Yang Tidak Memiliki Kompetensi Untuk Melaksanakan pekerjan tersebut. 4 Menyediakan Dokter atau Dokter Gigi Pengganti sementara Yang Tidak Memiliki Kompetensi dan Kewenangan Yang Sesuai, atau Tidak Melakukan Pemberitahuan Perihal Penggantian Tersebut. 5 Menjalankan Praktik kedokteran dalam Kondisi Tingkat Kesehatan Fisik ataupun Mental sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien. KENEGARAWANAN DIKAITKAN DGN TEORI ETIKA & CIRI PROFESI Ciri Etika Profesi Biasa • 1. Tanggung jawab : – Virtue : Dr sbg aktor = mengendalikan kekuasaan “amat’ besar atas “hidup-mati orang” (sbg unsur kemanusiaan) • Kompeten sbg wujud janji profesi kpd publik • Kewenangan : pas sesuai yg diamanatkan – Deontologi : penuhi kewajiban demi kewajiban profesi di etikolegal (etik-disiplin-hukum) – Telelologi : EBM sbg syarat penuhi outcome medik yg baik KENEGARAWANAN DIKAITKAN DGN TEORI PROFESI ETIKA & CIRI PROFESI Ciri Etika Profesi Biasa • 2. Hormati HAM : – Virtue : Integritas perorangan sbg role model penuhi hak2 pasien : informed consent, privasi dll apalagi yg tergolong HAM – Deon : menghormati HAM = kewajiban asasi Dr – Teleo : tujuan kebaikan pasien = tujuan kedokteran yg diyakini dan dikuasai Dr KENEGARAWANAN DIKAITKAN DGN TEORI PROFESI ETIKA & CIRI PROFESI Profesi Luhur = P. Biasa “plus” Altruisme = tanpa pamrih, amar ma’ruf, panggilan tugas/dedikasi Virtue : role model pengabdian terhormat pelindung pasien/klien Deon : tekad diri utk jalankan kewajiban saja (tanpa tuntut haknya) khas utk pasien hanya penyandang hak saja, tanpa berkewajiban apapun (mis : orang cacat, koma, uzur, kelainan mental, amat menderita fisik, inkapasitas); jauhi konflik kepentingan & seksual Teleo : korban diri demi keselamatan pasien; kaderisasi = bagi ilmu ke yunior KENEGARAWANAN PROFESI ETIKA & CIRI PROFESI Keberadaan MKEK DIKAITKAN DGN TEORI Ciri ke 2 Profesi Luhur L’esprit de corpse = nahi mungkar • Virtue : aktor yg peniup peluit/jaga gawang profesi konsisten berani menegur TS yg “mulai menyimpang”/”bermasalah” (self discipliner) sbg pertobatan profesi • Deon : kewajiban utk menjaga martabat profesi sbg perbuatan kebenaran & mulia sehingga terjaga reputasi/bonafiditas profesi • Teleo : tujuan jadi Dr bukan pelindung TS (silent conspiracy/KKN/ koncoisme) yang “nakal”, komersial, pelanggar disiplin, hukum Fungsi Kode Etik • • • Kewibawaan korps makin mantap substansi etis yang diatur & prosedurnya, makin kredibel Parameter normatif tolok ukur perlindungan etis klien/pasien makin altruis/deontologis makin luhur Self regulating self disciplining utk akuntabilitas profesi berani memanggil, menyidangkan & menjatuhkan sanksi KODEKI SBG “HUKUM MATERIAL”, SDGKAN KOMPENDIUM TATALAKSANA MKEK SBG “HUKUM FORMAL” Standar • “seharusnya” (das sollen = ought) • karakter harus dijauhi atau dihindari • Deduksi langsung/kandung kaidah dasar moral sikap berbuat baik, tidak merugikan orang lain, berbuat keadilan dan menghormati otonomi (pasien) • Kewajiban demi kewajiban (Kant) universazibility (Hare) (aplikasi Golden Rule) Hukum Disiplin • Hub DR – P khusus • Sisi Kewajiban publik (janji publik) sbg azas kepercayaan • Diatur oleh ekstern NAMUN BERDASARKAN RASA JIJIK UTK TAK MAU MENGAKUI DR BUSUK SBG ANGGOTA KORSA, hasil dari empati ke pasien yg terkorbankan • Sisi kewajiban internal diatur intern (etik profesi) Doktrin disiplin adalah etika khusus HDP Inti Tugas Hukum Disiplin • Menciptakan >>> “DR LEGE ARTIS”/”PUTIH” (GOOD DOCTORS) untuk meminimkan DR BURUK/”HITAM” ‘JERUK MAKAN JERUK’ • Menggerahkan DR HITAM utk TAK MUDAH BERSEMBUNYI dibalik DR PUTIH • Menjerakan DR HITAM Doktrin disiplin adalah etika khusus HDP ETIKA MEMAYUNGI ROLE MODEL PENEGAK DISIPLIN Hukum Disiplin Medik “Bergerak” • Peran MKDKI atau MKEK, MDTK • Dasar : Protecting the people through Empowering the institution & guiding the doctors • Fungsionaris MKDKI yang DR hrs kredibel, • Yang SH harus memahami sosiologi profesi dan menyidang+memvonis scr adil • Berani menjatuhkan sanksi disiplin, termasuk rekomendasi mencabut ijin praktek bagi yg terbukti indisipliner (kambuhan, dll) Beda disiplin • • Ukuran : praxis kolektivitas moral average prudent physician das sein • Terapan • • Nama baik korsa • • Profesional A memandang - profesional• B – klien/pasien – etik Ukuran : Norma ideal type ideal (“ought”)/das sollen Terapan atau teoritis Nama baik kemanusiaan Diri memandang Profesional – klien/pasien MEMANTAU ETIKOLEGAL (DISIPLIN & ETIK & HUKUM) Ethical vs Disciplinary Decision a. 1st reference : KODEKI b. 2nd ref : Explanation of KODEKI c. 3rd ref : Prima facie’s of basic moral principle • Standard of treatment (Professional Std related with HBL) • Std of due care (Prof std). • peer review/expert witness MEMANTAU ETIKOLEGAL (DISIPLIN & ETIK & HUKUM) Ethical vs Disciplinary Decision a. Free from medical decision b. Not only specific in D-P relationship also Human – Human @ c. Sensitive from early phase of interaction D-P • Mostly depend on medical decision (Professional Std) • Absolutely specific of D-P relationship, based on good D-good D to exclude bad D – P relationship • Not too sensitive after anamnesis MEMANTAU ETIKOLEGAL (DISIPLIN & ETIK Komponen Standar Profesi Etika Disiplin Kesehatan Kompetensi Hukum Komunikas i Norma etika Batas usia profesi luhur maksimal (altruism, l’esprit de corpse) Clinical expertise SYSTEMBASED PRACTICE - Tacit/explicit Sikap akuntabel & hormati HAM pasien : Informed consent, empati, dll STR/SIP/SR IDI individual, melekat alat kes. minimal, kemamp rata2, locality rule Norma Kriteria laik sopan Fisik-mental santun / Kepribadian, kesejawatan Clinical Performance (bedah, medik, intervensional) Wawasan kultural, rujukan sering, Peer review saksi ahli, Asosiasi Relevansi Standar Profesi MKEK Das sollen MKDKI Kesehata Kompetensi n Fatwa etis – integritas Dr (blm ada HDP) Pedoman/re visi KODEKI Etika sosial : ↑ iptekdok, rebutan sertifikat umur ? Uji laik kesehatan PN Komunikas i Peer review : IDI FK Kolegium Dokter Kolegium Lintas Spesialis Risk >>> : Informed consent Reasonable person standard info adekuat Perdata : Pasien membuktikan Pidana : polisi membuktikan Proximate cause Evaluasi Continuing Professional Implied consent Public health WCC/CC discoverability Responsibility clinical judgment • • • • ability to gather data discern relevant differences discard extraneous facts reason probabilistically about the possible courses of action • recommend the course that seems best. KOMPETENSI DOKTER = “PAKAIAN DLM” PROFESIONALISME Responsibility Clinical judgment • process by which discerning clinicians faced with clinical uncertain attempt to make consistently good decisions • constitutes the “art of medicine”. PROFESIONALISME – INTINYA ETIKA YAN KES Responsibility central task • reduce uncertainty by using data skills medical knowledge • clinical reasoning to reach a diagnosis • propose a plan of care that meets the patient’s needs KOMPETENSI + RENCANA PERILAKU DR YAN PASIEN Accountability & Liability personal side of medicine • • • • Empathy respect for persons effective communication skills commitment to the patient’s interests PERILAKU PRAKTEK YG BAIK = LEGE ARTIS KEPUT ETIS SBG “BAJU TERLUAR” KEPUTUSAN MEDIS Kesimpulan • Norma etika adalah norma ideal, yg bagi profesi luhur akan merupakan ukuran tertinggi, sedangkan norma disiplin adalah ukuran rata2 • Norma hukum walaupun bersanksi pemaksa, dlm konteks hukum kedokteran juga ukuran rata2. • Pelanggaran etik adalah paling dini terjadi krnj sensitivitas norma ideal dlm mengukur perilaku profesi & sdh membumi dlm tanggung jawab diri pribadi (orang I), sdgkan norma disiplin yg kedua krn mengikuti akuntabilitas (tanggungjawab orang II, termasuk TS sebagai “pengawas normatif”nya) dan norma hukum yg belakangan krn ditegakkan oleh masyarakat awam (tanggung jawab pihak III). Kesimpulan (2) • Dari sistem etikolegal dan kontinuum sosiologi profesi, adalah logis, pintu masuk pelanggaran hukum kedokteran hampir semuanya melalui pelanggaran etika dan disusul pelanggaran disiplin. Agus Purwadianto • • • • • • • • • • • • • Kepala Balitbangkes Depkes RI Staf Ahli Bid Hukum & HAM Kemenkokesra RI (08) Gurubesar I.K. Forensik & Medikolegal (07) Doktor Filsafat (03) MSi Sosio-Kriminologi (00) SpF (konsultan etiko-medikolegal) (05) Diplome of Forensic Med Groningen Univ (02) SH (97), SpF (83), dr (79) Ketua MKEK Pusat IDI, dosen IKF-ML FKUI/RSCM, Ketua Kolegium IK Forensik Indonesia Ex Karo Hukor Depkes RI Ex Anggota WHO Global Advisory Vaccine Safety Committee Ex Anggota UNESCO Global Ethics Observatory Law Anggota Komisi Bioetika Nasional