BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1Teori Agensi Teori agensi merupakan perkembangan dari teori keuangan yang memodifikasi model ekonomi standar dengan memasukkan unsur manusia dalam model yang terpadu tentang perilaku perusahaan. Hubungan agensi merupakan kontrak, baik bersifat eksplisit maupun implisit, dimana satu atau lebih orang (yang disebut principal) meminta orang lain (yang disebut agen) untuk mengambil tindakan atas nama principal. Dalam konteks perusahaan, principal adalah pemilik perusahaan (pemegang saham) dan agennya adalah tim manajemen. Tim manajemen diberi wewenang untuk mengambil keputusan yang terkait dengan operasi dan strategi perusahaan dengan harapan keputusan-keputusan yang diambil akan memaksimumkan nilai perusahaan (Arifin, 2005:48). Fenomena perusahaan besar yang cenderung terjadi pemisahan antara pemilik dan pengelola perusahaan mendorong munculnya masalah agensi.Masalah agensi timbul karena manajer (agent) memiliki kepentingan pribadi yang dapat bertentangan dengan kepentingan pemilik (principal).Principal yang tidak mampu mengelola perusahaannya sendiri menyerahkan tanggung jawab operasional perusahaannya kepada agent sesuai dengan kontrak kerja. Pemilik modal (principal) menghendaki pertambahan kekayaan dan kemakmuran. Seiring dengan bertambahnya 9 Universitas Sumatera Utara tanggung jawab yang harus dilaksanakan, para agent juga menginginkan bertambahnya kesejahteraan termasuk memaksimumkan kompensasinya (Noorizkie, 2013). Agen sebagai pengendali perusahaan pasti memiliki informasi yang lebih baik dan lebih banyak dari principal.Di samping itu, karena verifikasi sangat sulit dilakukan, maka tindakan agen pun sulit diamati sehingga membuka peluang bagi agen untuk membuat keputusankeputusan yang menguntungkan dirinya sendiri dengan melakukan tindakan yang tidak semestinya atau sering disebut disfunctional behavior, dimana tindakan ini dapat merugikan principal, baik memanfaatkan aset perusahaan maupun merekayasa kinerja perusahaan, sehingga muncullah konflik kepentingan antara principal dengan agen. Jensen dan Meckling (1976) mengidentifikasi ada dua cara untuk mengurangi kesempatan manajer untuk melakukan tindakan yang merugikaninvestor luar, yaitu investor luar melakukan pengawasan (monitoring) dan manajer sendiri melakukan pembatasan atas tindakantindakan (bonding). Pada satu sisi, kedua kegiatan tersebut akan mengurangi kesempatan penyimpangan oleh manajer sehingga nilai perusahaan akan meningkat sedangkan di sisi lain keduannya akan memuculkan biaya sehingga mengurangi nilai perusahaan. Kerugian yang masih muncul meskipun sudah ada monitoring dan bonding disebut residual loss. Antisipasi atas ketiga biaya ini didefinisikan sebagai biaya agensi (agency cost). 10 Universitas Sumatera Utara Mekanisme monitoring yang mungkin dilakukan untuk mengurangi masalah agensi di perusahaan diantaranya adalah pengawasan oleh (1) dewan komisaris yang independen dari pihak manajemen, (2) pasar corporatecontrol melewati proses akuisisi, (3) pasar manajer baik di internal perusahaan maupun di pasar manajer eksternal,dan (4) pemegang saham seperti institusi keuangan. Sementara itu mekanisme bonding adalah dengan cara memperkecil free cash flow. Ketika jumlah free cash flow di perusahaan kecil maka peluang manajer untuk memperkaya diri sendiri juga semakin terbatas. Free cash flow dapat diperkecil jika perusahaan membayarkan dividen tunai relatif tinggi atau memiliki beban hutang yang relatif besar sehingga harus membayar bunga dalam jumlah yang relatif besar. 2.1.2 Manajemen Pajak Manajemen pajak adalah upaya menyeluruh yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi maupun badan usaha melalui proses perencanaan, pelaksanaan (implementasi) dan pengendalian kewajiban dan hak perpajakannya agar hal-hal yang berhubungan dengan perpajakan dari orang pribadi, perusahaan atau organisasi tersebut dapat dikelola dengan baik, efisien dan efektif, sehingga dapat memberikan kontribusi yang maksimum bagi perusahaan dalam artian peningkatan laba atau penghasilan (Pohan, 2011:8). 11 Universitas Sumatera Utara Suandy (2003:7) mengatakan bahwa manajemen pajak mempunyai dua tujuan, yaitu menerapkan peraturan perpajakan secara benar dan usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka manajemen pajak memiliki 3 fungsi, yaitu perencanaan pajak (tax planning), pelaksanaan perpajakan (tax implementation), dan pengendalian pajak (tax control). Perencanaan pajak (tax planning) adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap inidilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan untuk meminimumkan kewajiban pajak.Apabila pada tahap perencanaan pajak telah diketahui faktor-faktor yang akan dimanfaatkan untuk melakukan penghematan pajak, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaankewajiban perpajakan (tax implementation)baik secara formal maupun material. Harus dipastikan bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan telah memenuhi peraturan perpajakan yang berlaku, jika pelaksanaannya menyimpang dari peraturan yang berlaku, maka praktik tersebut telah menyimpang dari tujuan manajemen pajak.Pengendalian pajak (tax control)bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi persyaratan formal maupun material. Pengendalian pajak adalah pemeriksaan pembayaran pajak. Dalam hal ini pembayaran pajak pada saat terakhir lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan membayar lebih awal. Selain memeriksa waktu 12 Universitas Sumatera Utara pembayaran yang baik bagi perusahaan, pengendalian pajak memeriksa jika perusahaan membayar pajak dengan jumlah lebih besar dari pajak terutang atau tidak. Pembayaran pajak yang lebih tinggi dari pajak terutang akan mengakibatkan pemborosan. Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk memaksimalkan laba setelah pajak (after tax return) karena pajak itu mempengaruhi pengambilan keputusan atas suatu tindakan dalam operasi perusahaan untuk melakukan investasi melalui analisis yang cermat dan pemanfaatan peluang atau kesempatan yang ada dalam ketentuan peraturan yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk memberikan perlakuan yang berbeda atas objek yang secara ekonomi hakikatnya sama dengan memanfaatkan perbedaan tarif pajak (tax rates),perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak(tax base),loopholes, shelters, dan havens (Suandy, 2006:14).Pada praktik bisnis, istilah perencanaan pajak (tax planning) lebih populer dibandingkan manajemen pajak itu sendiri. Tetapi secara definitif manajemen pajak (tax management) memiliki ruang lingkup yang lebih luas daripada perencanaan pajak (tax planning). Pada dasarnya ada dua bentuk perlawanan pajak yang dilakukan warga negara yaitu perlawanan pasif dan perlawanan aktif. Perlawanan pasif meliputi hambatan-hambatan yang erat hubungannya dengan struktur ekonomi suatu negara, perkembangan intelektual, dan moral penduduk serta sistem dan cara pemungutan pajak itu sendiri. Perlawanan aktif 13 Universitas Sumatera Utara meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak. Dalam kaitannya dengan perlawanan aktif, ada beberapa modus yang biasanya digunakan wajib pajak untuk menghindari pajak (Zain, 2007:48) : a. Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah upaya penghindaran pajak dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak tanpa bertentangan dengan ketentuan perpajakan yang berlaku dimana metode dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahan (grey area) yang terdapat dalam Undang-Undang & Peraturan Perpajakan itu sendiri untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang. b. Penggelapan/penyelundupan pajak (tax evasion) adalah upaya wajib pajak menghindari pajak terutang secara illegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya, dimana metode dan teknik yang digunakan tidak dalam koridor Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan. Cara yang ditempuh berisiko tinggi dan berpotensi dikenakan sanksi pelanggaran hukum/tindak pidana fiskal atau kriminil. c. Penghematan pajak (tax saving) adalah upaya wajib pajak mengelakkan utang pajaknya dengan jalan menahan diri untuk tidak membeli produk-produk yang ada pajak pertambahan nilainya atau dengan senagaja mengurangi jam kerja atau pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi lebih kecil dan dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar. Tingkat kerumitan suatu peraturan, besarnya jumlah pajak yang terutang dan rendahnya resiko deteksi akan memotivasi wajib pajak untuk meminimumkan kewajiban pajaknya baik secara legal maupun ilegal. Menurut Karayan dan Swenson (2007) strategi penghematan pajak pada umumnya termasuk dalam empat kategori berikut, yaitu : penciptaan (creation), perubahan (conversion), waktu (timing) dan pemisahan (splitting). Creation melibatkan perencanaan dalam memanfaatkan subsidi 14 Universitas Sumatera Utara pajak, seperti memindahkan operasi dalam wilayah hukum yang mengenakan pajak lebih rendah.Conversion memerlukan pergantian operasi sehingga pendapatan atau aset yang pajaknya lebih rendah dapat diproduksi lebih banyak. Sebagai contoh: iklan yang ditujukan untuk penjualan persediaan menghasilkan pendapatan yang wajar, biasanya langsung dipungut pajak dengan tarif yang tinggi. Namun, sebuah iklan yang sukses membentuk image menghasilkan peningkatan terhadap goodwill perusahaantidak dikenakan pajak sampai goodwill tersebut terjual bersamaan dengan akuisisi perusahaan, dan biasanya dikenakan pajak pada tarif yang rendah. Waktu (timing)melibatkan teknik-teknik yang memindahkan jumlah yang dikenai pajak (dasar pengenaan pajak) kepada periode akuntansi dengan pajak lebih rendah. Sebagai contoh adalah accelerated depreciation, yang mengizinkan lebih dari satu biaya aset menjadi beban yang dapat mengurangi pajak tahun berjalan sehingga menangguhkan pembayaran pajak dan teknik splitting membagi dasar pengenaan pajak berdasarkan dua atau lebih pembayar pajak untuk memanfaatkan keuntungan perbedaan tarif pajak. 2.1.3 Laporan Keuangan Komersial Dengan Laporan Keuangan Fiskal Akuntansi yang menjembatani aktivitas ekonomis dengan para pengambil keputusan, baik internal maupun eksternal, menyajikan kepada para pengguna informasi tersebut dalam bentuk laporan keuangan, yang 15 Universitas Sumatera Utara sekurang-kurangnya terdiri dari posisi keuangan, kinerja, arus kas perusahaan, perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Perbedaan kepentingan antarkelompok pengguna laporan keuangan tersebut menyebabkan pula ketidaksamaan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut. Pada umumnya, perusahaan yang bergerak di bidang bisnis akan menyusun laporan keuangan yang berbeda antara laporan keuangan komersial dengan laporankeuangan yang dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang disampaikan kepada Direktorat Jenderal. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan tujuan serta dasar hukumnya. Menurut Standar Akuntansi Keuangan, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam rangka pengambilan keputusan. Sebaliknya, tujuan utama sistem perpajakan adalah pemungutan pajak yang adil, dan merupakan tanggung jawab Direktorat Jendral Pajak untuk melindungi para pembayar pajak dari tindakan semena-mena(Zain, 2007: 120). 2.1.3.1 Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal Menurut Suandy terdapat persamaandan perbedaanakuntansi komersial dengan akuntansi fiskal. Persamaan antara akuntansi komersial dan akuntansi fiskal adalah (2003:38): 16 Universitas Sumatera Utara a.Aktiva/harta tetap yang meberikan manfaat lebih dari satu periode tidak boleh langsung dibebankan pada yahun pengeluarannya tetapi harus dikapitalisir dan disusutkan sesuai dengan masa manfaatnya. b.Aktiva/harta yang dapat disusutkan adalah aktiva tetap baik bangunan maupun bukan bangunan. c. Tanah pada prinsipnya tidak disusutkan, kecuali kalau tanah tersebut memiliki masa manfaat terbatas. Tabel 2.1 Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal Akuntansi Komersial Akuntansi Fiskal Masa manfaat : Masa manfat : a.Masa manfaat ditentukan aktiva a. berdasarkan taksiran umur ekonomis maupun umur teknis. Ditetapkan berdasarkan keputusanMenteri Keuangan. b. Nilai residu tidak diperhitungkan. b. Ditelaah ulang secara periodik. c. Nilai residu bisa diperhitungkan. Harga perolehan : Harga perolehan : a.Untuk pembelian menggunakan a.Untuk harga sesungguhnya. menggunakan harga wajar. c. tidak berdasarkan harga yang sesungguhnya. b. Untuk transaksi yang mempunyai Untuk pertukaran sejenis berdasarkan nilai buku aktiva yang dilepas. d. yang mempunyai hubungan istimewa b.Untuk pertukaran aktiva tidak sejenis transaksi Aktiva hubungan istimewa berdasarkan harga pasar. c. Untuk transaksi tukar-menukar sumbangan berdasarkanharga pasar adalah berdasarkan harga pasar. d. Dalam rangka likuidasi, peleburan, pemekaran, pemecahan atau penggabungan adalah harga pasar kecuali ditentukan oleh Menteri Keuangan. 17 Universitas Sumatera Utara e. Jika direvaluasi adalah sebesar nilai setelah revaluasi. Metode penyusutan: Metode penyusutan: a. Garis lurus a. Untuk aktiva tetap bangunan b. Jumlah angka tahun adalah garis lurus c. Saldo menurun/menurun ganda b. Untuk aktiva Wajib tetap bukan Pajak dapat d. Metode jam jasa bangunan e. Unit produksi memilih garis lurus atau saldo f. Anuitas menurun ganda asal diterapkan g. Sistem persediaan secara taat asas. Perusahaan dapat memilih salah satu metode yang dianggap sesuai, namun harus diterapkan secara konsisten dan harus ditelaah secara periodik. Sistem penyusutan : Sistem penyusutan : a. Penyusutan individual a. b. Penyusutan gabungan/kelompok Penyusutan secara individual kecuali untuk peralatan kecil (small tools), boleh secara golongan. Saat dimulainya penyusutan : Saat dimulainya penyusutan : a. Saat perolehan a. Saat perolehan b. Saat penyelesaian b. Dengan izin Menteri Keuangan dapat dilakukan pada tahun penyelesaian atau tahun mulai menghasilkan. Sumber: Suandy, 2003:39-40 18 Universitas Sumatera Utara 2.1.3.3 Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial Dengan LaporanKeuangan Fiskal Adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan antara akuntansi komersil yang mendasarkan laba sedangkan dari segi fiskal tujuan utamanya adalah penerimaan negara. Dalam menyusun laporan keuangan fiskal wajib pajak harus mengacu kepada peraturan perpajakan, sehingga laporan keuangan komersial yang dibuat berdasarkan standar akuntansi keuangan harus disesuaikan/koreksi fiskal terlebih dahulu sebelum menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Laporan keuangan komersil → koreksi fiskal → Laporan keuangan fiskal Koreksi fiskal adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan netto atau laba yang sesuai dengan ketentuan pajak. Suandy (2003:89) menyatakan perbedaan antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu perbedaan waktu (timming difference) dan perbedaan tetap (permanent differences).Perbedaan waktu (timming difference) adalah perbedaan yang bersifat sementara karena adanya ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan beban antara 19 Universitas Sumatera Utara peraturan perpajakan dengan standar akuntansi keuangan. Perbedaan waktu dapat dibagi menjadi perbedaan waktu positif dan perbedaan waktu negatif. Perbedaan waktu positif terjadi apabila pengakuan beban untuk akuntansi lebih lambat dari pengakuan beban untuk pajak atau pengakuan penghasilan untuk tujuan pajak lambatdari pengakuan penghasilan untuk tujuan lebih akuntansi. Perbedaan waktu negatif terjadi jika ketentuan perpajakan mengakui beban lebih lambat dari pengakuan beban akuntansi komersial atau akuntansi mengakui penghasilan lebih lambat dari pengakuan penghasilan menurut ketentuan pajak. Perbedaan tetap (permanent differences) adalah perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal berbeda dengan perhitungan laba menurut standar akuntansi keuangan tanpa ada koreksi dikemudian hari. Perbedaan permanen dapat positif karena ada laba yang tidak diketahui oleh ketentuan perpajakan atau relief pajak, sedangkan perbedaan permanen negatif disebabkan adanya pengeluaran sebagai beban laba akuntansi yang tidak diketahui oleh ketentuan fiskal. 20 Universitas Sumatera Utara 2.1.4 Pajak Penghasilan Badan 2.1.4.1 Komponen Pajak Penghasilan Badan Perhitungan PPh Badan setidaknya memerlukan minimal 7 (tujuh) komponen yang sangat penting, yaitu: 1. Penghasilan yang menjadi objek pajak Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008, yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam berntuk apapun. 2. Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak. Pengecualian ini diatur dalam Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008. 3. Penghasilan yang pajaknya dikenakan secara final, yaitu penghasilan yang pajaknya telah final/selesai sesuai dengan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008. 4. Biaya yang boleh dikurangi dari penghasilan bruto sesuai dengan Pasal 6 Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008. 5. Biaya yang tidak boleh dikurangi dari penghasilan bruto sesuai dengan Pasal 9 Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008. 6. Biaya yang boleh dibiayakan sebesar 50% berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-220/PJ/2002 tanggal 18 April 2002. 21 Universitas Sumatera Utara 7. Biaya yang menggunakan daftar nominatif sesuai dengan surat edaran Dirjen Pajak No. SE-27/PJ.22/1986. 2.1.4.2 Tarif Pajak PPh Badan Tarif pajak penghasilan wajib pajak badan untuk tahun pajak 2015 dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut : a. Tarif pajak penghasilan wajib pajak badan untuk tahun pajak2015 berdasarkan Pasal 17 dan Pasal 31 E Undang-Undang No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan, yaitu sebagai berikut : 1. Tarif pajak untuk tahun pajak 2015 adalah sebesar 25 % dari penghasilan kena pajak. 2. Wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif tersebut yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah. 3. Wajib pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif tersebut (25 %) yang dikenakan atas penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). 4. Untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah penghasilan kena pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh. 5. Tarif pajak pasal 17 dan 31 E dikenakan atas penghasilan kena pajak wajib pajak badan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib pajak badan yang telah dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 berdasarkan PP 46 Tahun 2013. b. Tarif pajak penghasilan wajib pajak badan untuk tahun pajak 2015 berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah sebagai berikut : 22 Universitas Sumatera Utara 1. Atas peredaran usaha bruto bulan Januari sampai dengan Desember 2015 dari wajib pajak badan yang mempunyai kriteria tertentu berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 dikenakan PPh final pasal 4 ayat 2 sebesar 1 % dari peredaran usaha bruto dan bersifat final. 2.1.5Dewan Komisaris Menurut Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas, dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Dewan komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota merupakan majelis dan setiap anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendirisendiri, melainkan berdasarkan keputusan dewan komisaris. Dewan komisaris bertugas untuk melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan serta memberi nasihat kepada direksi. Anggota dewan komisaris diangkat oleh RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Keputusan RUPS mengenai penggangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota dewan komisaris juga menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian tersebut. Menurut pasal 116 UU No.40 tahun 2007, dewan komisaris wajib: a.membuat risalah rapat dewan komisaris dan menyimpan salinannya; b.melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan lain; dan c.memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telahdilakukan selama tahun buku yang barulampau kepada RUPS. Pengaturan mengenai besarnya jumlah anggota komisaris dapat diatur dalam 23 Universitas Sumatera Utara anggaran dasar perseoran, disamping itu anggaran dasar perseoran juga dapat mengatur adanya 1 (satu) orang atau lebih komisaris independen dan 1 (satu) orang komisaris utusan. Komisaris independen diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota direksi dan/atau anggota dewan komisaris lainnya. Istilah independen pada komisaris independen maupun direksi independen bukan menunjukkan bahwa komisaris atau direksi lainnya tidak independen. Istilah komisaris independen ataupun direksi independen menunjukkan keberadaan mereka sebagai wakil dari pemegang saham independen (minoritas) dan juga mewakili kepentingan investor yang bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Sehingga dapat diharapkan dapat bertindak objektif. 2.1.6 Komite Audit Menurut Bapepam No. Kep-29/M/2012, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan institusi yang memiliki fungsi untuk menjembatani pemegang saham (shareholder), (stakeholder) dan dewan komisaris dengan kegiatan pengendalian yang diselenggarakan oleh manajemen, auditor internal dan auditor eksternal. Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang komisaris 24 Universitas Sumatera Utara independen dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Anggota komite audit yang merupakan komisaris independen bertindak sebagai ketua komite audit. Dalam hal komisaris independen yang menjadi anggota komite audit lebih dari satu orang maka salah satunya bertindak sebagai ketua komite audit. Keanggotaan komite audit harus memiliki integritas yang tinggi, berpengalaman, pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan serta tidak mempunyai hubungan keluarga dan hubungan usaha baik secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik agar tidak memihak dan bersifat objektif dalam menangani suatu masalah. Berdasarkan Kep- 643/BL/2012 dijelaskan tentang tugas dan tanggung jawab serta wewenang komite audit sebagai berikut: a. Tugas dan tanggung jawab komite audit 1) Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan emiten atau perusahaan publik kepada publik dan/atau pihak otoritas antara lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan emiten atau perusahaan publik; 2) Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan emiten atau perusahaan publik; 3) Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara manajemen dan akuntan atas jasa yang diberikannya; 4) Memberikan rekomendasi kepada dewan komisaris mengenai penunjukan akuntan yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan, dan fee; 5) Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaaan oleh auditor internal dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh direksi atas temuan auditor internal; 25 Universitas Sumatera Utara 6) Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen risiko yang dilakukan oleh direksi, jika emiten atau perusahaan publik tidak memiliki fungsi pemantau risiko di bawah dewan komisaris; 7) Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan pelaporan keuangan emiten atau perusahaan publik; 8) Menelaah dan memberikan saran kepada dewan komisaris terkait dengan adanya potensi benturan kepentingan emiten atau perusahaan publik. b. Wewenang komite audit 1) Mengakses dokumen, data, dan informasi emiten atau perusahaan publik tentang karyawan, dana, aset, dan sumber daya perusahaan yang diperlukan; 2) Berkomunikasi langsung dengan karyawan, termasuk direksi dan pihak yang menjalankan fungsi audit internal, manajemen risiko, dan akuntan terkait tugas dan tanggung jawab komite audit; 3) Melibatkan pihak independen di luar anggota komite audit yang diperlukan untuk membantu pelaksanaan tugasnya (jika diperlukan); dan 4) Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh dewan komisaris. Komite audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan minimal rapat dewan komisaris yang ditetapkan dalam anggaran dasar dan dituangkan dalam risalah rapat yang ditandatangani oleh seluruh anggota komite audit yang hadir. Masa tugas anggota komite audit tidak boleh lebih lama dari masa jabatan dewan komisaris sebagaimana diatur dalam anggaran dasar dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu periode berikutnya. 2.1.7 Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi 26 Universitas Sumatera Utara Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham, manajemen wajib mempertanggungjawabkan semua upaya yang dilakukan agar kontrak dijalankan secara efisien. Tetapi dalam prakteknya kontrak yang efisien jarang terlaksana, manajemen selaku agen memiliki informasi yang lebih baik dan lebih banyak dibandingkan dengan principal karena principal sangat jarang atau tidak pernah datang ke perusahaan. Pemisahaan kepemilikan dan manajemenperusahaan dapat memberikan celah bagi manajemen untuk melakukan tindakan oportunis sehingga menimbulkan masalah agensi. Salah satu cara untuk mengurangi konflik akibat masalah agensi adalah dengan pemberian kompensasi yang tepat bagi para manajer. Kompensasi diartikan sebagai bentuk balas jasa perusahaan atas pelaksanaan tugas yang diembankan kepada individu di dalam perusahaan. Kompensasi menjadi hak yang harus diperoleh oleh individu karena mereka secara sukarela telah mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk melaksanakan mandat organisasi (Habibi, 2012). Kompensasi dapat memberikan insentif jangka panjang dengan menggunakan bentuk insentif stock option maupun memberikan insentif jangka pendek dengan menggunakan kompensasi dalam bentuk uang (Meilinda dan Cahyonowati, 2012). Paket kompensasi akan menyelaraskan tujuan pengelola perusahaan dengan tujuan pemilik perusahaan, serta memotivasi pengelola dan penasihat perusahaan untukmendorong efisiensi pembayaran pajak perusahaan oleh manajer dalam manajemen pajak sehingga menambah nilai 27 Universitas Sumatera Utara perusahaan dan memberi manfaat kepada pemegang saham karena berkaitan positif terhadap tingginya tingkat pengembalian kepada mereka. 2.1.8Tingkat Hutang Dalam kaitan struktur modal, perusahaan dengan tingkat pajak yang tinggi mempunyai hutang lebih tinggi dibanding perusahaan dengan tingkat pajak yang rendah. Peningkatan hutang meningkatkan leverage sehingga meningkatkan kemungkinan kesulitan-kesulitan keuangan atau kebangkrutan. Hutang memaksa perusahaan membayar pokok hutang dan bunga sehingga mengurangi free cash flowdan menurunkan insentif manajer untuk berperilaku memuaskan diri sendiri sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Tingkat hutang dapat diukur menggunakan debt to equity ratio(DER), yangmerupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya . Semakin rendahdebt to equity ratio(DER), maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Pada akhirnya peningkatan hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima. 2.1.9Profitabilitas 28 Universitas Sumatera Utara Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen dapat dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Return on assets (ROA) merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan. ROA mengukur seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas aset yang dimilikinya (Darmadji dan Fakhruddin, 2007:200). Return on assets (ROA) yang positif menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika negatif menunjukkan total aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan/rugi. 2.2 Penelitian Terdahulu Minnick dan Noga (2012) meneliti mengenai karakteristik corporate governance mempengaruhi manajemen pajak. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa perusahaan yang lebih kecil akan lebih independen dewan pengurusnya, manajemen yang tidak berkubu-kubu, dan pembayaran prestasi CEO dan direktur mempengaruhi manajemen pajak. Minnick dan Noga menemukan hubungan negatif antara peningkatan kompensasi dengan pembayaran pajak perusahaan. 29 Universitas Sumatera Utara Irawan dan Aria (2012) meneliti tentang pengaruh penerapan mekanisme corporate governance terhadap manajemen pajak serta kompensasi direksi dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan pajak perusahaan. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa tingkat kompensasi kepada direksi dan penerapan corporate governance mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pembayaran pajak sedangkan kepemilikan direksi terhadap manajemen pajak berpengaruh negatif dan signifikan. Salbi (2012) meneliti mengenai persentase direktur independen dan institusional investor terhadap perencanaan pajak. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa antara corporate governance dan corporate tax rate(ETR) pada perencanaan pajak mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan. Meilinda dan Cahyonowati (2012) meneliti mengenai pengaruh corporate governance terhadap manajemen pajak. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa jumlah dewan komisaris memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap GETR dan CETR, persentase komisaris independen memiliki pengaruh negatif terhadap GETR dan positif terhadap CETR, kompensasi memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap GETR dan CETR. Ukuran perusahaan, kinerja perusahaan dan hutang perusahaan memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap GETR dan CETR. Habibi (2015) meneliti mengenai pengaruh karakteristik corporate governancedan kompensasi komisaris serta direksi terhadap manajemen pajak. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa penerapan corporate governance perusahaan dan tingkat hutang perusahaan mempengaruhi manajemen pajak 30 Universitas Sumatera Utara secara signifikan. Sementara itu, jumlah dewan komisaris, persentase komisaris independen, kompensasi, ukuran perusahaan dan profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen pajak.Pada penelitian ini, proksi GAAP ETR digunakan untuk menghitung pajak kini dan pajak tangguhan dalam mengukur manajemen pajak. Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu No . 1. 2. 3. Peneliti Minnick dan Noga (2012) Irawan dan Aria (2012) Sabli (2012) Judul Penelitian Do Corporate Governance Characteris tics Influence Tax Managemen t? Variabel Penelitian Variabel independen : Increase Pay Performance & External Governance Pengaruh Kompensasi Manajemen dan Corporate Governance Terhadap Manajemen Pajak Perusahaan Variabel independen : Kompensasi Manajemen, Kepemilikan Saham Direksi, Good Corporate Governance Tax Planning and Variabel dependen: Manajemen Pajak Variabel independen : Persentase Variabel dependen: Tax Management Analisis Penelitian Multivaria te analysis, Hensen test of exogeneity Hasil Penelitian The multivaria te Menemukan pengaruh negatif dan Menemukan hubungan negatif antara peningkatan kompensasi dengan pembayaran pajak perusahaan. Pemberian tingkat kompensasi yang tinggi akan mendorong manajemen melakukan manajemen pajak Model Menemukan data panel hubungan yang melalui positif dan signifikan antara regresi random corporate effect governance dan kompensasi dengan CETR yang tidak 31 Universitas Sumatera Utara Corporate Governance : Evidence From ShariahCompliant Companies 4. Meilinda dan Cahyono wati (2012) Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Pajak Direktur Independen & Institusional Investor Variabel dependen: Perencanaan pajak (ETR) Variabel independen : Persentasi Komisaris Independen, Jumlah dewan Komisaris& Jumlah Kompensasi regression models, Univariate tests signifikan antara Corporate governance dan corporate effective tax rate (ETR) Multiple regression analysis Jumlah komisaris, ukuran perusahaan, profitabilitas dan rasio utang berpengaruh signifikan terhadap manajemen pajak.Sementara itu, proporsi komisaris independen, kompensasi komisaris dan direksi, dan perbedaan tarif pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen pajak perusahaan. Variabel dependen: Manajemen Pajak 5. Habibi (2015) Variabel kontrol : Ukuran Perusahaan, Kinerja Perusahaan, Tingkat Utang Perusahaan& Beda Tarif Pajak Pengaruh Variabel Analisis karakteristik independen : regresi Corporate Jumlah berganda Governance Dewan dan Komisaris, Kompensasi Persentase Komisaris Komisaris Serta Independen, Direksi Penerapan Penerapan CG perusahaan dan tingkat hutang perusahaan mempengaruhi manajemen pajak secara signifikan. Sementara itu, jumlah dewan 32 Universitas Sumatera Utara Terhadap Manajemen Pajak Corporate Governance Perusahaan & Tingkat Kompensasi Komisaris dan Direksi Variabel dependen: Manajemen Pajak komisaris, persentase komisaris independen, kompensasi, ukuran perusahaan dan profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen pajak. Variabel kontrol : Ukuran Perusahaan , Profitabilitas danTingkat Utang Perusahaan Sumber : Data diolah peneliti 2.3 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian serta bagaimana pertautan teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalahdewan komisaris,komite audit danjumlah kompensasi dewan komisaris serta dewan direksi. Dewan komisaris dan komite audit merupakan bagian dari corporate governanve yang memiliki peranan yang penting dalam melakukan pengawasan atas jalannya usaha perusahaan sehingga dapat mengurangi manipulasi laporan keuangan, bahkan mencegah kecurangan-kecurangan lainnya 33 Universitas Sumatera Utara yang dapat dilakukan oleh manajemen sebagai agen untuk memenuhi kepentingan pribadinya. Paket kompensasi dewan komisaris dan dewan direksi bertujuan untuk memotivasi pengelola dan penasihat perusahaan agar mendorong efisiensi pembayaran pajak perusahaan oleh manajer sehingga menambah nilai perusahaan dan memberi manfaat kepada pemegang saham terhadap tingginya tingkat pengembalian kepada mereka. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen pajak. Manajemen pajak merupakan upaya melalui proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kewajiban dan hak mengenai perpajakan yang tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi sehingga dapat meningkatkan laba atau penghasilan. Peneliti menambahkan variabel kontrol di dalam penelitian ini untuk memastikan bahwa pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dikontrol atas karakteristik spesifik. Karakteristik spesifik perusahaan tersebut adalah tingkat hutang dan profitabilitas. Tingkat hutang menggambarkan tingkat ketergantungan perusahaan terhadap utang dalam membiayai kegiatan operasinya.Rasio hutang dapat diukur dengan Debt to Equity Ratio(DER) yang merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya hutang dapat ditutupi oleh modal sendiri. Profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola entitasnya secara efisien sehingga mampu menghasilkan laba. Profitabilitas diukur denganReturn on Assets(ROA) yang berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan dalam hal pengembalian aset yang dimiliki berdasarkan kemampuan menghasilkan laba perusahaan. 34 Universitas Sumatera Utara Kerangka konseptual dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut : H4 Dewan Komisaris (X1) Komite Audit (X2) H1 H2 Manajemen Pajak (Y) H3 Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi (X3) - Tingkat Hutang - Profitabilitas (Z) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan uangkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena (Erlina, 2011:42). 35 Universitas Sumatera Utara 2.4.1 Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Pajak Dewan komisaris merupakan bagian penting yang menjadi dasar terlaksananya konsep tata kelola perusahaan. Dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan karena dewan komisaris berada pada posisi untuk memastikan bahwa manajemen telah benar-benar bekerja demi kepentingan perusahaan sesuai strategi yang telah ditetapkan serta menjaga kepentingan para pemegang saham,yaitu untuk meningkatkan nilai ekonomis perusahaan. Terlebih lagi, dewan komisaris memegang peranan penting dalam mengarahkan strategi dan mengawasi jalannya perusahaan serta memastikan bahwa para manajer benar-benar meningkatkan kinerja perusahaan sebagai bagian daripada pencapaian tujuan perusahaan.Meilinda dan Cahyonowati (2012) menyatakan bahwa penambahan dewan komisaris dalam perusahaan dapat mencegah perusahaan melakukan usaha agresif dalam melakukan manajemen pajak, sehingga perusahaan lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitasnya terkait dengan aturan yang berkaitan dengan pajak. Perusahaan yang berukuran besar dan memiliki struktur yang kompleks akan maksimal kinerjanya apabila dewan komisaris semakin banyak. Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut : H1 : Dewan komisaris berpengaruh secara parsial terhadap manajemen pajak. 36 Universitas Sumatera Utara 2.4.2 Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen Pajak Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite Audit harus terdiri dari individu-indidvidu yang mandiri, tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen dan yang memiliki pengalaman untuk melasanakan fungsi pengawasan secara efektif. Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, mengamati sistem pengendalian internal termasuk audit internal, mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan kecurangan dan tindakan melanggar hukum lainnya.Penelitian Minnick dan Noga (2010) menemukan bahwa semakin baik corporate governance akan meningkatkan manajemen pajak yang dilakukan perusahaan. Perusahaan yang memiliki komite audit mempunyai kualitas laba yang lebih baik dibanding perusahaan yang tidak memiliki komite audit. Jumlah laba yang diperoleh perusahaan ditentukan oleh beban pajak perusahaan dimana efisiensi pajak yang dilakukan dapat meningkatkan laba yang diperoleh. Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut : H2 : Komite audit berpengaruh secara parsial terhadap manajemen pajak. 37 Universitas Sumatera Utara 2.4.3 Pengaruh Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi Terhadap Manajemen Pajak Perbedaan kepentingan antara pemilik dengan manajemen menimbulkan konflik di dalam perusahaan. Manajemen tidak akan bertindak untuk kepentingan pemegang saham jika tidak bermanfaat bagi mereka sendiri. Untuk menjembatani hal tersebut, pemilik umumnya mengeluarkan biaya sebagai kompensasi terhadap manajemen agar manajemen dapat lebih transparan dan lebih meningkatkan kinerjanya. Peningkatan hasil kinerja manajemen tersebut pasti akan meningkatkan kinerja perusahaan yang pada umumnya diukur melalui bottom-line performance (kinerja laba) (Irawan dan Aria, 2012). Kinerja laba salah satunya dipengaruhi oleh efisiensi pembayaran pajak perusahaan. Semakin efisien pengelolaan pajak perusahaan maka diharapkan akan semakin tinggi marjin laba yang dihasilkan perusahaan, dengan adanya kompensasi terhadap manajemen diharapkan kinerja perusahaan melalui efisiensi pembayaran pajak akan meningkat. Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut : H3 : Jumlah kompensasi dewan komisarisserta dewan direksi berpengaruh secara parsial terhadap manajemen pajak. 38 Universitas Sumatera Utara 2.4.4 Pengaruh Dewan Komisaris, Komite Audit dan Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi Terhadap Manajemen Pajak Dewan komisaris dan komite audit merupakan bagian dari tata kelola perusahaanyang dapat mendorong manajemen untuk mengelola perusahaan lebih efektif dan efisien dalam menerapkan langkah-langkah yang tepat demi kepentingan perusahaan sehingga menghasilkan marjin laba yang lebih baik. Salah satu hal yang mempengaruhi marjin laba adalah pengelolaan pajak yang efisien karena biaya terkait yang berhubungan dengan usaha untuk meningkatkan bottom-line performance. Oleh karenanya, dewan komisaris dan komite audit akan meningkatkan kinerja perusahaan melalui pengelolaan pajak yang efisien (Irawan dan Aria, 2012). Perusahaan dengan tata kelola yang baik akan memberikan kompensasi kepada direksi atas kinerja yang telah dilakukan dan menyelaraskan kepentingan-kepentingan pemilik perusahaan dengan pengelola agar tidak menyebabkan konflik yang dapat merugikan perusahaan. Jumlah kompensasi diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajemen sehingga dengan sendirinya kinerja perusahaan juga meningkat dan mengefisienkan pembayaran pajak perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut : H4 : Dewan komisaris, komite audit dan jumlah kompensasi dewan komisaris serta dewan direksi berpengaruh secara simultan terhadap manajemen pajak. 39 Universitas Sumatera Utara