BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran telah banyak menemukan teknologi dalam bidang anestesi. Pemahaman yang memadai terhadap teknologi ini membantu praktisi dalam menentukan pilihan terhadap anestesi yang akan digunakan. Dampak utama penggunaan anestesi adalah sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, dan temperatur tubuh. Pemilihan obat dan cara anestesi harus didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu keadaan pasien, sifat anestesi, efek samping terhadap pasien, jenis operasi yang dilakukan dan peralatan yang akan digunakan (Beattie, 2008 ; Handoko, 1995 ; Sardjana dan Diah, 2004). Anestesi tidak seratus persen aman untuk digunakan, baik anestesi lokal, regional, maupun anestesi umum. Penggunaan isofluran sebagai anestesi gas berdampak menurunkan saturasi oksigen. Pada saat anestesi, isofluran menyebabkan terdepresnya kemampuan alveoli untuk berkembang. Hewan dapat melalui stadium induksi dan eksitasi dengan lancar setelah pemberian medikasi preanestesi. Medikasi preanestesi yang sering digunakan adalah anestesi intravena (Handoko, 1995). Saat ini anestesi yang sering digunakan oleh dokter hewan adalah anestesi secara injeksi. Penggunaan anestesi secara injeksi didasarkan karena beberapa manfaat diantaranya yaitu penggunaannya yang praktis, relatif tidak mahal, dan obat yang digunakan relatif mudah didapat. Kekurangan dari anestesi secara injeksi 1 2 adalah kedalaman dari anestesi tidak dapat dikontrol (Sardjana dan Diah, 2004 ; Setiawati dkk., 1995). Anestesi intravena yang umum digunakan adalah kombinasi ketaminxylazin. Kekurangan dari volatil gas isofluran dapat diminimalkan dengan efek yang ditimbulkan pada anestesi ketamin yang dicampur dengan xylazin. Xylazin digunakan sebagai campuran ketamin dengan tujuan sebagai relaksasi muskulus, sehingga tidak terjadi eksitasi saat dilakukan anestesi inhalasi. Ketamin-xylazin digunakan untuk meningkatkan aliran dan tekanan darah sehingga membantu kestabilan dan meningkatkan saturasi oksigen. Faktor lain yang juga mempengaruhi saturasi oksigen yaitu frekuensi respirasi dan temperatur tubuh (Evers dan Michael, 2008 ; Noviana dkk., 2009 ; Sardjana dan Diah, 2004). Penggunaan isofluran berdampak pada hipotensi, depresi pernafasan, aritmia, kenaikan leukosit, rasa mual dan muntah, kenaikan denyut nadi, bronkospasme, gangguan fungsi hepar, dan menggigil. Kerugian dari penggunaan ketamin dapat menyebabkan hipotermia, relaksasi otot tidak maksimal, kekejangan ekstremitas, konvulsi, dan rekoveri yang lama. Induksi ketamin-xylazin dan anestesi volatil gas isofluran memiliki efek samping terhadap penurunan suhu. Penurunan suhu hingga di bawah 36○C disebut hipotermia (Adams, 2001 ; Beattie, 2008). Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terjadinya hipotermia dan membandingkan rekoveri temperatur tubuh anjing yang dianestesi volatil gas isofluran dengan induksi dan tanpa induksi ketamin-xylazin. 3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi alternatif anestesi yang lebih aman digunakan. Informasi ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi praktisi untuk mempersiapkan tindakan-tindakan yang dibutuhkan dalam suatu prosedur operasi.