BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi peran word of mouth (WOM) dalam pemasaran produk atau jasa sudah mulai tertinggal karena perkembangan komunikasi pemasaran yang semakin modern, hal ini terjadi karena meningkatnya penggunaan internet serta media sosial untuk aktivitas jual beli barang/jasa di kalangan masyarakat. Jika dilihat ke belakang word of mouth merupakan proses gabungan yang akan terjadi apabila sender termotivasi untuk berbicara dan receiver termotivasi untuk mendengarkan. Pesatnya kemajuan teknologi khususnya pada jaringan internet WWW (World Wide Web) mampu memberikan pilihan-pilihan informasi mengenai suatu produk/jasa, yang memungkinkan adanya komunikasi word of mouth yang tidak hanya menjadi bentuk komunikasi person-to-person mengenai produk, layanan, ataupun merek tetapi mampu menjadi bermacam-macam bentuk komunikasi WOM yang merambat secara mendunia melalui media online dan ini sering disebut Electronic Word of Mouth (Jalilvand, 2012). E-WOM mengikuti sebagian besar prinsip-prinsip WOM, komunikasi terjalin tidak melalui tatap muka melainkan memanfaatkan media internet dan media sosial sebagai sarana untuk komunikasi pemasaran dan aktivitas jual beli produk/jasa. 1 E-WOM bukan merupakan komunikasi yang murni interpersonal karena dapat diakses oleh banyak orang, tetapi bukan juga sepenuhnya komunikasi massal karena hanya ditujukan kepada orang tertentu secara spesifik. Schiffman dan Kanuk (2010) mendefinisikan e-WOM sebagai WOM yang dilakukan secara online. Definisi lain menyebutkan bahwa komunikasi e-WOM adalah pernyataan positif atau negatif yang dibuat oleh konsumen potensial, konsumen riil, atau mantan konsumen tentang sebuah produk atau perusahaan yang dapat diakses oleh banyak orang atau institusi melalui internet (Hennig-Thurau, Gwinner, Wals, Gremler, 2004). Ada pesan positif dan negatif dalam pemberian informasi, interaksi terjalin hanya pada orang-orang yang tidak mengejar kepentingan komersial terkait rekomendasi. Dengan adanya kemajuan teknologi internet, WOM berbasis situs Web dunia (e-WOM atau WOM elektronik) sudah meluas. Pelanggan dapat mempublikasikan pikiran, opini, dan perasaan mengenai suatu produk dan jasa secara online baik dengan mengirim email kepada organisasi yang dituju ataupun dengan menulis blog (Schinler dan Bickart, 2005). Oleh karena itu, e-WOM memperluas pilihan pelanggan dalam mengumpulkan informasi mengenai produk dan jasa dari pelanggan lain. Dengan kata lain, lingkungan elektronik berperan sebagai media inovatif untuk mengumpulkan informasi yang handal. Tidak seperti word of mouth, e-WOM menyebarkan informasi dengan lebih luas dan cepat karena karakteristiknya yang unik. E-WOM ditujukan pada berbagai individu, bersifat anonim dan tersedia 2 kapan saja (Litvin, Smith, Pan, 2008). Karena itu, pengaruh potensial dari e-WOM terhadap proses pengambilan keputusan pelanggan dapat menjadi lebih kuat dibandingkan pengaruh dari word of mouth. Seiring dengan meningkatnya kepentingan e-WOM, pemahaman mengenai perilaku e-WOM pelanggan menjadi suatu hal yang penting bagi para manajer, terutama bagi para profesional pemasaran. Untuk meneliti faktor perilaku e-WOM yang memengaruhi, para peneliti yang mempelajari psikologi konsumen media online memfokuskan pada cara e-WOM memengaruhi proses pengambilan keputusan pelanggan. Namun, studi fundamental dan penting mengenai siapa yang menyebarkan e-WOM dan media apa yang digunakan perlu dilakukan secara lebih intensif. Selain itu, para peneliti perlu meneliti motivasi pelanggan dalam menyebarkan e-WOM secara online, meskipun memahami motivasi ini dapat meningkatkan kemampuan para manajer dan pengambil keputusan perusahaan untuk mendorong e-WOM. Oleh karena itu, studi e-WOM ini bertujuan untuk menganalisis faktor pelanggan memutuskan untuk terlibat dalam e-WOM. Perkembangan gaya hidup masyarakat perkotaan terutama di Jakarta mengalami perubahan yang signifikan belakangan ini. Perubahan gaya hidup dapat dilihat dari berbagai hal, dari mulai menghabiskan waktu untuk makan di restoran sambil mendengarkan live music hingga menghabiskan malam untuk melepas penat karena kesibukan dan rutinitas ke night clubs. Dengan berkembangnya budaya masyarakat perkotaan yang konsumtif, trendy, dan sudah mengikuti pola kehidupan western style, belakangan ini muncul berbagai tempat 3 makan hingga hiburan malam di berbagai kawasan elit di Jakarta, mulai berdirinya restoran, bars, pubs, hingga ke night clubs semua tersedia di ibu kota. Sebagian besar masyarakat perkotaan memilih untuk menghilangkan penat serta bersantai selepas jam kerja untuk mengunjungi tempat makan yang enak dengan desain interior beserta view yang khas serta menarik, adanya live music yang menyediakan segala jenis genre music, dan yang terakhir restoran tersebut terletak di kawasan strategis di Jakarta. Kawasan tersebut merupakan perkantoran berada misalnya di daerah Sudirman, SCBD, Kuningan, Senopati, dan lain-lain. Mayoritas pengunjung restoran seperti ini adalah kaum eksekutif muda, ekspatriat, artis, bahkan pejabat negara yang memiliki tingkat kesibukan yang tinggi. Pengunjung lebih memilih menghabiskan waktu di restoran untuk bersenda gurau dengan relasi atau pun untuk menunggu kemacetan terurai karena Jakarta merupakan kota yang sangat padat dengan tingkat kemacetan lalu lintas yang tinggi pada jam sibuk. Sebagian besar restoran yang ada sejak tahun 2007 mengusung konsep yang berbeda dengan restoran umum lainnya. Hal ini sangat menarik karena konsep restoran yang menyediakan beragam fasilitas terbilang baru di Indonesia namun keberadaannya langsung mendapat respon yang positif dan restoran seperti ini memiliki segmentasi pasar tertentu terutama di kota-kota besar yaitu Jakarta. Apalagi dengan bertambahnya penduduk di kota besar peluang bertambahnya restoran sangat besar. Jika melihat pertumbuhan rumah makan dengan skala menengah ke atas di Jakarta hasilnya cukup signifikan. 4 Hal ini dapat dilihat dari tabel di bahwa angka pertumbuhan restoran di DKI Jakarta yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini membuktikan bahwa peluang dan bisnis restoran menengah ke atas di Indonesia khususnya di Jakarta dapat dikatakan sangat menjanjikan, karena kebutuhan akan sarana tempat makan yang nyaman dan menyenangkan sangat diminati oleh kaum menengah atas di kota-kota besar di Indonesia. Tabel 1.1 Perkembangan Usaha Restoran/ Rumah Makan Berskala Menengah dan Besar 2007 – 2011 USAHA / PERUSAHAAN TAHUN RATA-RATA TENAGA KERJA Jumlah Pertumbuhan (%) 2007 1,615 3 27 2008 2,235 - 3 27 2009 2,704 - 2 27 2010 2,916 2011 7 27 . 8 2,977 2 28 4 . Sumber: Statistik Restoran/Rumah Makan (BPS) 0 9 5 Fenomena berkembangnya restoran tidak hanya sekedar menyajikan makanan semata namun juga memberikan fasilitas tambahan menjadi daya tarik bagi kaum menengah kelas atas di Jakarta. Dapat dilihat dari data dan statistik yang ada pertumbuhaan resto dan bars tahun 2013 di Jakarta mencapai 434 venue (source: http://www.jakarta1000bars.com) yang tersebar di seluruh wilayah ibu kota. Potato Head Garage sebagai restoran yang mengusung konsep tidak hanya menyediakan makanan dan minuman semata melainkan memberikan fasilitas lain yaitu live music, live DJ, events, art dan juga fashion merupakan hal yang menjadi trend saat ini. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Komunikasi dan Informatika pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang pada tahun 2012. Dari angka tersebut, 95% menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah Facebook dan Twitter. Indonesia menempati peringkat 4 pengguna Facebook terbesar setelah USA, Brazil, dan India. Indonesia menempati peringkat 5 pengguna Twitter terbesar di dunia. Instagram menjadi media sosial dengan peningkatan jumlah pengguna aktif terbesar dalam enam bulan terakhir. Jumlah pengguna aktif Instagram melonjak 23 persen dari 130 juta pengguna pada Juni 2013 menjadi 150 juta per bulan pada kuartal keempat tahun lalu. Angka ini muncul berdasarkan survei lembaga GlobalWebIndex terhadap 170 ribu pengguna media sosial di 32 negara. 6 Posisi Indonesia hanya kalah dari USA, Brazil, Jepang dan Inggris, Berdasarkan data yang didapatkan dari Webershandwick, perusahaan public relations dan pemberi layanan jasa komunikasi. Pada tahun 2013 di Indonesia ada sekitar 65 juta pengguna Facebook aktif. Sebanyak 33 juta pengguna aktif per harinya, 55 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile dalam pengaksesannya per bulan dan sekitar 28 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile per harinya. Selain Twitter, jejaring sosial lain yang dikenal di Indonesia adalah Path dengan jumlah pengguna 700.000 di Indonesia. Line sebesar 10 juta pengguna, Google+ 3,4 juta pengguna dan Linkedlin 1 juta pengguna. Untuk pengguna Twitter berdasarkan data PT Bakrie Telecom, memiliki 19,5 juta pengguna di Indonesia dari total 500 juta pengguna global. Twitter menjadi salah satu jejaring sosial paling besar di dunia sehingga mampu meraup keuntungan mencapai USD 145 juta. Dengan adanya perkembangan media sosial saat ini memudahkan konsumen dalam berinteraksi dan melakukan e-WOM. Saat ini peran e-WOM sangat fundamental bagi sebuah restoran dalam menjalankan usahanya. Ada beberapa variabel yang menentukan faktor yang membuat konsumen menyebarkan e-WOM ke media online. Merujuk pada penelitian Jeong dan Jang (2010) yang menganalisis tentang faktor-faktor yang memengaruhi konsumen sebuah universitas di Korea dalam menyebarkan eWOM. Penelitian ini juga mereplikasi penelitian yang telah dilakukan oleh Jeong dan Jang (2010) serta Raditya (2011) pada sebuah universitas di Korea dan 7 restoran keluarga di Jakarta tentang penggunaan e-WOM dalam membantu pemasaran restoran. Tujuan replikasi kali ini adalah untuk melihat keefektifan dari e-WOM terhadap restoran Potato Head Garage, karena restoran ini berkembang dengan cepat seiring dengan ketenaran yang dimiliki restoran ini sebelumnya yang berada di Bali yaitu Potato Head Beach Club. Keberhasilan Potato Head dalam mengembangkan sayap bisnisnya tidak terlepas dari adanya e-WOM sebagai media pemasaran yang paling efektif saat ini. Penelitian ini menganalisis lima variabel restaurant experience yang dapat memotivasi konsumen untuk menyebarkan e-WOM yaitu food quality, service quality, atmosphere, price fairness, dan location. Food quality berperan besar dalam membantu konsumen menyebarkan eWOM positif karena kualitas makanan di sebuah restoran yang tersaji dengan baik dan memiliki rasa yang enak akan memberikan kepuasan bagi konsumen. Kualitas tidak hanya terdapat pada barang atau jasa saja, tetapi juga termasuk dalam produk makanan. Pelanggan yang datang untuk mencari makanan tentu ingin membeli makanan yang berkualitas. Menurut Kotler dan Armstrong (2012), kualitas produk adalah karakteristik produk atau jasa yang mampu menanggung janji untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. Menurut Margareta dan Edwin (2012), food quality merupakan peranan penting dalam pemutusan pembelian konsumen, sehingga dapat diketahui bila kualitas makanan meningkat, maka keputusan pembelian akan meningkat juga. Food quality secara langsung akan 8 berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan. Kemudian variabel service quality penting untuk diteliti karena pelanggan akan menilai kualitas pelayanan yang diberikan menurut persepsi yang dirasakan dari hasil faktor teknis yang diberikan kepada pelanggan. Service quality adalah cara pelayanan yang diberikan oleh sebuah restoran dalam menjamu dan melayani konsumen. Dengan adanya pelayanan maksimal yang diberikan restoran, akan memberikan kepuasan tersendiri bagi konsumen. Dalam hal ini pelanggan juga memiliki lima penaksiran mengenai dimensi service quality yang berupa; kehandalan, ketanggapan, jaminan/kepastian, empati dan berwujud. Tuntutan pelanggan yang menginginkan pelayanan yang berkualitas, harus diberikan oleh pihak manajemen restoran melalui pelayanan yang prima atau unggul dan sesuai dengan harapan pelanggan. Selanjutnya adalah atmosphere yaitu sebuah restoran memiliki tata desain bangunan baik eksterior maupun interior yang elegan dan stylish, suasana restoran yang nyaman, pakaian pramusaji dan waiters yang menarik, adanya live music dan aneka fasilitas lainya akan membuat konsumen merasa nyaman. Konsumen dapat merasakan suasana yang tenang, santai dan nyaman saat berkunjung ke restoran. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi sebuah restoran untuk mempertimbangkan atmosphere restoran tersebut sehingga tercipta suatu suasana yang nyaman dan dapat mengungguli restoran makan lainnya yang sejenis. Kenyamanan tempat makan di restoran dapat diciptakan melalui pemilihan warna, desain tata ruang, penempatan meja makan, dan penampilan dari waiters. 9 Price fairness yaitu harga yang pantas dengan apa yang konsumen terima. Dengan kata lain, biaya yang dikeluarkan oleh konsumen untuk menikmati hidangan di sebuah restoran harus sebanding dengan apa yang didapat. Price fairness sebagai variabel yang penting untuk diteliti karena harga merupakan salah satu faktor penentu konsumen dalam menentukan pembelian suatu produk/jasa. Harga yang harus dibayarkan oleh seorang konsumen terhadap suatu produk/jasa berbanding sama dengan apa yang didapatkan. Hal ini menjadi faktor penentu kepuasan pelanggan, karena secara umum harga dapat menunjukkan kualitas merek dari suatu produk/jasa, dimana konsumen mempunyai persepsi bahwa harga yang mahal biasanya mempunyai kualitas yang baik. Pada umumnya harga mempunyai pengaruh yang positif dengan kualitas. Semakin tinggi harga maka semakin tinggi kualitas. Terakhir adalah location, lokasi penting untuk diteliti dalam penelitian ini karena lokasi merupakan faktor penting bagi sebuah restoran strategis yang akan memudahkan pengunjung untuk datang. Location sebagai variabel yang penting untuk diteliti restoran menyangkut mengundang konsumen untuk datang. Sulit bagi sebuah restoran untuk bisa mengundang banyak konsumen untuk datang jika lokasinya sulit dijangkau, terpencil dan tidak memadai. Semakin baik lokasinya, semakin besar kemungkinan sebuah restoran akan sukses. Lokasi juga meliputi tempat mudah dilihat, ketersediaan tempat parkir yang luas, lingkungan dan akses menuju ke restoran yang memadai dan dapat dijangkau oleh berbagai kendaraan. 10 Dari variabel restaurant experience yaitu food quality, service quality, atmosphere, price fairness, dan location berpengaruh terhadap variabel e-WOM yaitu concern for others, expressing positive feelings, dan helping restaurant company. Dengan kata lain, jika konsumen merasa pengalaman makan di restoran terpenuhi, maka akan memotivasi konsumen untuk menyebarkan e-WOM secara positif. Concern for others adalah kepuasan makan seorang konsumen yang akan memberikan informasi tentang pengalaman makannya ke media online terutama kepada teman, kerabat dekat, maupun keluarga. Kemudian expressing positive feelings yaitu seorang konsumen merasakan pengalaman makan yang menyenangkan akan memberikan kebahagian tersendiri bagi dirinya, yang tentunya akan memotivasi konsumen tersebut dalam menyebarkan e-WOM positif agar orang lain dapat merasakan pengalaman makan yang menyenangkan seperti dirinya. Kemudian, helping restaurant company adalah konsumen yang merasakan pengalaman makan yang menyenangkan akan secara langsung ikut membantu memasarkan restoran tersebut melalui media eWOM yang disebarkan melalui media online. Berdasarkan hasil penelitian Raditya pada restoran keluarga di Jakarta (2011) mengenai pengaruh kualitas layanan restoran terhadap motivasi pelanggan untuk menyebarkan e-WOM menunjukkan bahwa terdapat hasil yang signifikan. antara pengaruh dari restaurant experience pada e-WOM motivation. Semakin baik food quality, service quality, dan atmosphere di sebuah restoran, semakin 11 besar motivasi konsumen untuk menyebarkan e-WOM positif. Hasil hipotesis peneliti juga konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kim (2009) dan Jeong dan Jang (2010), karena kualitas makanan adalah faktor utama dalam kepuasan pelanggan dan perilaku konsumen setelah makan (Ha and Jang, 2010; Jang and Namkung, 2009). Kemudian berdasarkan hasil penelitian di variabel lain yaitu semakin baik food quality dan service quality akan memotivasi konsumen untuk membantu memasarkan restoran, karena rasa makanan yang enak dan perilaku karyawan yang ramah serta memberikan pelayanan maksimal akan membuat konsumen bahagia (Sundaram, Mitra, Webster, 1998). Pada penelitian kali ini peneliti menambahkan beberapa variabel pada indikator restaurant experience yaitu price fairness dan location, karena dua variabel tersebut mampu memengaruhi motivasi konsumen untuk menyebarkan e-WOM positif. 1.2 Rumusan Masalah Studi lain menunjukkan bahwa e-WOM positif dapat memengaruhi citra yang baik bagi perusahaan dan mereknya dan karenanya dapat mereduksi pengeluaran promosi (Sundaram et al., 1998). Selain itu, karakteristik unik komunikasi e-WOM dapat meningkatkan kekuatan e-WOM positif untuk memengaruhi proses pengambilan keputusan pelanggan. Memahami motivasi pelanggan untuk menyebarkan e-WOM positif dapat meningkatkan kemampuan para manajer untuk merestrukturisasi restoran konsumen dengan cara yang lebih 12 berorientasi pada pelanggan agar memunculkan e-WOM, dan meningkatkan kunjungan dari para pelanggan. Terakhir, mengidentifikasi sumber e-WOM positif dalam industri restoran akan berguna bagi para manajer restoran yang ingin mengarahkan usaha promosional konsumen dengan lebih efisien. Melalui opini yang ditimbulkan e-WOM, para manajer dapat menyerahkan penyebaran citra restoran kepada para klien potensial yang secara langsung akan membantu manajer dalam hal pemasaran restoran. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, pertanyaan penelitian adalah : 1) Apakah terdapat pengaruh food quality pada concern for others? 2) Apakah terdapat pengaruh food quality pada expressing positive feelings? 3) Apakah terdapat pengaruh food quality pada helping restaurant company? 4) Apakah terdapat pengaruh service quality pada concern for others? 5) Apakah terdapat pengaruh service quality pada expressing positive feelings? 6) Apakah terdapat pengaruh service quality pada helping restaurant company? 7) Apakah terdapat pengaruh atmosphere pada concern for others? 8) Apakah terdapat pengaruh atmosphere pada expressing positive feelings? 9) Apakah terdapat pengaruh atmosphere pada helping restaurant company? 10) Apakah terdapat pengaruh price fairness pada concern for others? 13 11) Apakah terdapat pengaruh price fairness pada expressing positive feelings? 12) Apakah terdapat pengaruh price fairness pada helping restaurant company? 13) Apakah terdapat pengaruh location pada concern for others? 14) Apakah terdapat pengaruh location pada expressing positive feelings? 15) Apakah terdapat pengaruh location pada helping restaurant company? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh food quality, service quality, atmosphere, price fairness, dan location terhadap e-WOM. 2. Untuk membantu manajer restoran dalam meningkatkan kunjungan pelanggan melalui pemasaran yang lebih efektif dan efisien. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian adalah: 1. Bagi Akademisi Memberikan pengetahuan tentang perkembangan media e-WOM dalam membantu pemasaran sebuah produk/jasa serta memberikan wawasan tentang perilaku konsumen terkait dengan gaya hidup saat ini. 2. Bagi Praktisi 14 Sebagai tambahan informasi dan acuan kepada para praktisi dalam menentukan strategi pemasaran terkait dengan era pemasaran produk/jasa melalui media e-WOM. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang penelitian yang dimaksud, perlu disusun suatu kerangka yang sistematis dari setiap bab. Adapun pembagian dari bab tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut. BAB I Pendahuluan Pada bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini berisikan tentang tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai teori atau literatur yang didapatkan dari berbagai sumber yang berasal dari buku maupun jurnal. Tinjauan pustaka ini digunakan sebagai teori pendukung untuk menjawab pemasalahan di dalam penelitian. BAB III Metode Penelitian Pada bab ini berisikan metode yang digunakan di dalam penelitian berupa jenis penelitian, sumber data yang dibutuhkan di dalam penelitian, objek penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, variabel penelitian, serta kriteria pengambilan sampel dan alat-alat statistik yang digunakan untuk mengolah data penelitian. 15 BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab ini berisikan hasil data penelitian yang diolah ke dalam hasil perhitungan yang menggunakan teknik statistika dan hasil perthitungan tersebut dibahas ke dalam suatu penafsiran. Selain itu, bab ini adalah hasil penelitian yang merupakan jawaban dari permasalahan dalam penelitian ini dan dihubungkan ke dalam teori pendukung. BAB V Kesimpulan dan Saran Pada bab ini merupakan hasil akhir penelitian yang memaparkan kesimpulan yang didapat melalui hasil perhitungan dari data statistik dan mengacu kepada teori pendukung yang digunakan. Dari kesimpulan yang didapat, penelitian memberikan saran yang berguna bagi Potato Head Garage agar dapat melakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja restoran. Selain itu penulis juga memberikan saran untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama. 16