STRATEGI KOMUNIKASI KH. AHMAD SYARIFUDDIN ABDUL GHANI DALAM PEMBINAAN AKHLAK PADA MASYARAKAT LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH JAKARTA BARAT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Ahmad Mursyidi NIM: 107051002596 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H STRATEGI KOMUNIKASI KH. AHMAD SYARIFUDDIN ABDUL GHANI DALAM PEMBINAAN AKHLAK PADA MASYARAKAT LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH JAKARTA BARAT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Ahmad Mursyidi NIM: 107051002596 Dibawah Bimbingan Dr. Hj Roudhonah, MA NIP. 195809101987032001 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Dalam Pembinaan Akhlak Pada Masyarakat Lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Jakarta Barat”, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Jakarta, 10 Juni 2011 Panitia Sidang Munaqosyah Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota Umi Musyarofah ,MA NIP. 19710816 199703 2 002 Drs. Study Rizal, LK, MA NIP. 19640428 199303 1 002 Penguji I. Penguji II. Drs. H. S. Hamdani, MA NIP. 19550309 199403 1 001 Drs. H. Mahmud Djalal, MA Nip. 19520422 198103 1 002 Pembimbing, Dr. Hj. Roudhonah, MA NIP. 19580910 198703 2 001 ABSTRAK Ahmad Mursyidi 107051002596 Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Dalam Pembinaan Akhlak Pada Masyarakat Lingkungan Pondok Pesantren alHidayah Jakarta Barat Pada zaman sekarang ini nilai-nilai akhlak yang sudah tertanam di dalam masyarakat sudah mulai menurun, untuk itu, KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani sebagai seorang pemimpin Pondok Pesantren al-Hidayah dan sebagai kiai di lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol mempunyai peranan penting untuk membentuk masyarakat yang berakhlak karimah. Selain itu juga untuk meyampaikan pesan-pesan agama kepada masyarakatnya yang meliputi aqidah, ibadah, syari’ah, dan akhlak, dalam aspek akhlak perlunya pembinaan akhlak yang baik bagi masyarakat, oleh karena itu diperlukan adanya strategi komunikasi KH. Syarifuddin Abdu Ghani dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol agar tujuan tersebut tercapai. Bagaimana strategi komunikasi dan metode apa saja yang digunakan KH. Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak? Bagaimana bentuk komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak? Apa saja hambatan-hambatan komunikasi dalam pembinaan akhlak ? Strategi komunikasi yang digunakan KH. Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak adalah; Mengenal komunikan, menentukan pesan, membujuk, mengontrol, mengantisipasi, merangkul dan strategi memberi kabar gembira dan peringatan. Metode yang digunakan adalah cerita, diskusi, tanya jawab, ceramah dan nasihat. Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh KH. Ahmad Syarifuddin lebih cenderung kepada komunikasi kelompok dan komunikasi antarpribadi. Faktor penghambatanya adalah pemanfaatan waktu, kondisi dari komunikan dan sikap orang tua yang apatis. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala yang terjadi di lapangan dan kemudian dianalisa untuk mendapatkan hasil yang berdasarkan tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan wawancara. Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan, bahwa dengan menggunakan strategi komunikasi dan bentuk komunikasi, semua itu berhsil dilakukan oleh KH. Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol, dan hasil yang diperoleh cukup baik, hal ini dapat dilihat tanggapan dari masyarakat strategi komunikasi dan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh KH. Ahmad Syarifuddin dalam segi prilaku sehari-hari yang menunjukan kemajuan yang lebih baik, serta dapat memberikan banyak pengetahuan agama dan menjadi wadah bagi masyarakat untuk membina ilmu. i KATA PENGANTAR Tiada kata yang terindah yang pantas diucapkan selain ucapan Alhamdulillah. Suatu ungkapan rasa syukur yang begitu tulus yang hanya dipersembahkan kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam semoga selalu Allah limpahkan kepada pemimpin seluruh umat manusia hinggga akhir zaman, Baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan kepada para pengikutya yang setia menjalankan ajaran-ajarannya. Dalam proses penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir, cukup banyak kesulitan yang penulis hadapi, baik yang menyangkut soal pendanaan, pengumpulan bahan bacaan, dan lain sebagainya. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah terlibat dan juga membantu penulisan skripsi ini, terutama penulis sampaikan kepada: 1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA. 2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Arif Subhan, MA. 3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Drs. Jumroni M. Si. ii 4. Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Umi Musyarofah, MA. 5. Pembimbing skripsi, Ibu Dr. Hj. Roudhonah, MA yang telah memberikan arahan, nasihat serta bimbingannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh motivasi. Semoga Allah memberikan kasih sayang kepadanya. 6. Para dosen Jurusan Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan sebagian ilmunya kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta seluruh civitas akademika yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 7. Seluruh petugas perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta petugas perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam penyediaan referensi dalam penulisan skripsi ini. 8. KH. Ahmad Syarifuddin selaku pemimpin Pondok Pesantren al-Hidayah dan tokoh agama masyarakat kampung Basmol, serta kepada para informan yang telah memberikan informasinya kepada penulis 9. Ayahanda H. Ahmad Zawawi dan Ibunda Hj. Mimi Ilmiah yang telah memberikan didikan, pengajaran, nasihat, serta doanya yang tidak mungkin penulis balas jasa-jasanya, sehingga penulis dapat menempuh hidup ini dengan penuh semangat demi mencapai sebuah cita-cita semoga Allah SWT memberikan umur yang panjang dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat kepada mereka iii 10. Kakak Bariroh dan Fawaz, dan adik-adiku Adila dan Maysur yang senantiasa mendo’kan, mendukung dan memberikan motifvasi kepada penulis. 11. Keluarga besar penulis yang telah memberikan doa’nya serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Kepda kawan-kawan seperjuangan KPI A, C, D khususnya KPI B angkatan 2007, Syarif Fadilah, Ahmad Khumaidi, Rifqi Ridho, Fatan Nur Hamidi, Ilham Berlian dan Wahyudi yang telah membantu dan memberikan masukanmasukan serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. My Lovely Ines Sukma Wati yang selalu setia menemani, mendo’akan serta selalu memberi motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekuarangan dan kelemahan baik dari segi isi, metodologi, maupun analisanya. Oleh karen itu, saran dan kritik dari para pembaca akan disambut dengan senang hati demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis hanya bisa berharap karya tulis yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca dalam upaya memahami khazanah dalam ilmu komunikasi Jakarta, Januari 2011 Penulis iv DAFTAR ISI ABSTRAK………………………………………………………...……… i KATA PENGANTAR…………………………………………………… ii DAFTAR ISI……………………………………………...……………… v DAFTAR TABEL………..……………………………………………… viii BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………… 1 B. Pembatasan dan Perunusan Masalah………...……………….. 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………..………… 7 D. Metodologi Penelitian….……………………………………... 8 E. Tinjauan Pustaka………………………..…………………….. 12 F. Sistematika Penulisan…………………………………………. 13 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Strategi Komunikasi………………………………………….. 15 1. Pengertian Startegi Komunikasi…….…………………….. 15 2. Tahapan-Tahapan Strategi Komunikasi............................... 16 B. Pengertian Komunikasi…………………….………………… 17 1. Definisi Komunikasi………………………………………. 17 2. Unsur-Unsur Komunikasi………………………………. ... 20 3. Bentuk Komunikasi……………………………….. . ……. 24 C. Pengertian Akhlak…………………………………………… 27 1. Definisi Akhlak…………………………………………… 27 2. Pembinaan Akhlak………………………………………… 28 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak.. 28 D. Masyarakat……………………………………………………. 29 1. Pengertian Masyarakat…………………………………….. 29 v 2. Masyarakat Dengan Kehidupan Beragama………………… 30 E. Pesantren………………………………………………………. 31 BAB III SEKILAS TENTANG BIOGRAFI KH. AHMAD SYARIFUDDIN ABDUL GHANI DAN GAMBARAN UMUM KAMPUNG BASMOL A. Biografi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani……………… 33 1. Riwayat Hidup KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani…… 33 2. Kiprah dan Aktifitas Dakwah KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani ………………………………………………. 35 3. Karya KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani…………....... 39 B. Kampung Basmol…………………………………………….... 39 1. Keadaan Penduduk………………………………………… 40 2. Keadaan Ekonomi, Agama dan Budaya…………………… 41 3. Tingkat Pendidikan………………………………………… 44 4. Sarana Prasarana…………………………………………… 44 C. Sekilas Pondok Pesantren al-Hidayah………………………… 45 BAB IV ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI KH. AHMAD SYARIFUDDIN ABDUL GHANI DALAM PEMBINAAN AKHLAK DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH A. Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syraifuddin Abdul Ghani Dalam Pembinaan Akhlak…………………………………….. 48 B. Bentuk Komunikasi KH. Ahmad Syraifuddin Abdul Ghani Dalam Pembinaan Akhlak…………………..………………… 59 C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembinaan Akhlak…………………………………………………………. 66 1. Faktor Pendukung…………………………………………. 66 2. Faktor Penghambat………………...…………………........ 68 vi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………….. 70 B. Saran…...…………………………………………………………. 73 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 75 LAMPIRAN vii DAFTAR TABEL 1. TABEL 1: Tentang Jumlah Penduduk Masyarakat Kampung Basmol…. 2. TABEL 2: Tentang Pekerjaan Masyarakat Kampung Basmol………..….. 42 3. TABEL 3: Tentang Agama Yang Dianut Masyarakat Kampung Basmol.. 43 viii 41 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman yang moderen ini nilai agama yang sudah tertanam dalam diri masyarakat mulai tergeser dengan adanya budaya-budaya asing yang dapat merusak tingkah laku moral bangsa, disana sini terdengar macam-macam kenakalan, perkelahian, penyalah-gunaan narkotika, kehilangan semangat untuk belajar, ketidak patuhan terhadap orang tua dan sebgainya, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa saat ini masyarakat makin lama sudah menurun akhlakul karimahnya. Dalam pergaulan pada saat ini sudah tidak memandang lagi akan nilai-nilai moral, karena pergaulan bebas dalam masyarakat. Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar, apabila sumber daya manusianya mempunyai akhlak yang baik, keimanan yang mantap dan mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, namun apabila tanpa akhlak yang baik dan keimanan yang kuat serta moral yang tidak bertanggung jawab, maka suatu negara tidak akan dapat berkembang karena masyarakatnya tidak berakhlak baik dan hanya dapat merusak moral bangsa ini. Allah SWT telah menjelaskan dalam al-Qur`an surah al-A‟raaf ayat 56. 1 2 Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harapan Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orangorang yang berbuat baik.” Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan, bahwa Allah akan selalu mencurahkan rahmatnya kepada hamba-Nya yang mempunyai akhlak dan budi pekerti yang baik, karena apabila seseorang tidak mempunyai akhlak yang tidak baik, maka akan dapat merusak diri sendiri dan lingkungan, bahkan dapat merusak moral bangsa ini, karena kelakuan dan perbuatan yang buruk yang sudah tidak memandang lagi nilai dan norma-norma dalam masyarakat. Dalam pembentukan akhlak setiap muslim, Allah SWT telah mengutus rasul-Nya untuk menyempurnakan akhlak manusia menjadi akhlak yang mulia. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad; ِخالَق ْ أل َ إّنَمَا بُعِ ْثتُ ِألُتَمِمَا مَكَارِمَ ْا Artinya: “Sesungguhnya saya (Nabi Muhamma SAW) menyempurnakan akhlak” (HR.Imam Ahmad)1 diutus untuk Allah SWT telah menjelaskan juga didalam al-Qur`an surah al-Qalam ayat 4. Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu (Rasulullah) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” 1 Imam Badrudin Abi Muhammad Mahmud bin Ahmad al-„Ayni, Umdatul Qori fi Syarhil Shoheh Bukhory Juz-32. ( Lebanon: Daarul Fikri, 2005) h. 217 3 Rasulullah SAW diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak, akhlak yang buruk menjadi akhlak yang baik, karena di dalam diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik, yang pantas dan patut dicontoh oleh setiap umatnya. “Menurut analisis Imam al-Ghozali, dalam pembinaan akhlak terintegrasi dalam pelaksananan rukun Islam, hasil analisis Imam alGhozali terhadap rukun Islam yang lima telah menunujukan dengan jelas bahwa dalam rukun Islam terkandung konsep pembinaan akhlak. Rukun Islam yang pertama adalah syahadat, yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah. Kalimat itu mengandung pernyataan bahwa selama hidupnya manusia hanya tunduk kepada aturan dan tuntunan Allah. Selanjutnya rukun Islam yang ke dua adalah mengerjakan shalat lima waktu, shalat yang dikerjakan akan membawa pelakunya terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Selanjutnya, rukun Islam yang ketiga adalah zakat, karena zakat mengandung pendidikan akhlak yaitu agar orang dapat membersihkan hartanya dari hak orang lain. Lalu rukun Islam yang ke empat adalah puasa, karena puasa merupakan latihan menahan diri dari keinginan melakukan perbuatan keji yang dilarang oleh agama seperti mencuri, berjudi, berzina dan lain sebagainya. Selanjutnya rukun Islam yang kelima adalah ibadah haji, hubungan ibadah haji dalam pembinaan akhlak karena dalam pelaksanaan ibadah haji tidak boleh berkata kotor, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan didalam masa mengerjakan haji”. 2 Selain dari pengamalan rukun Islam, “metode pembinaan akhlak dapat pula di bentuk dengan hanya pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabi‟at jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu, menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari”.3 Pembinaan akhlak adalah satu pembinaan budi pekerti yang dilakukan dengan konsisten dan sungguh-sungguh agar terwujudnya akhlak yang mulia, masksudnya adalah pembinaan akhlak yang terpuji yang berdasarkan pada alQur`an dan hadist, akhlak merupakan implementasi dari iman dalam segala 2 3 Abudin Nata, Akhlak tasawuf , (Jakarta: Rajawali Pers: 1996 h, 158 Ibid.,h, 163 4 bentuk prilaku, yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik individu, keluarga, masyarakat dan negara. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau pun tidak, komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri dalam berinteraksi sehari-hari. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya, gerak dan tangis yang pertama saat dia dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti mengadakan hubungan interaksi dengan orang lain, serta dalam keseharian sengaja atau tidak disengaja manusia pasti melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal. Kehadiran seorang kiai di dalam lingkungan masyarakat sangat berperan dalam membentuk masyarakat yang bermoral dan berakhlakul karimah, ia bukan hanya sekedar menempatkan dirinya sebagai pengajar dan pendidik santri- santrinya, melainkan juga aktif memecahkan masalah-masalah krusial yang dihadapi masyarakat. Biasanya kiai adalah pemimpin nonformal sekaligus pemimimpin spiritual, oleh karena itu dibutuhkan strategi komunikasi yang baik antara kiai dengan masyarakat yang berada dilingkungan pesantren agar terciptanya keakraban sehingga kiai mampu mengetahui sejauh mana watak dan sifat warga masyarakat di lingkungan pesantrennya. Menurut Mujamil Qomar dalam bukunya Pesantren dari transformasi metodologi menuju demokrtisasi institusi menjelaslkan bahwa: “Kepercayaan masyarakat yang begitu tinggi terhadap kiai dan didukung potensinya memecahkan berbagai problem sosio-psikis-kultural- 5 politik-religius menyebabkan kiai menempati posisi kelompok elit dalam struktur sosial dan politik di masyarakat”.4 KH. Syarifudin Abdul Ghani selaku ketua yayasan Pondok Pesantren alHidayah, juga aktif di organisasi sebagai Ketua Komisi Fatwa MUI (Majlis ulama Indonesia) tingkat DKI Jakarta, “beliau adalah sosok kiai yang sangat disegani juga sangat memperhatikan masyarakatnya yang berada di lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah.”5 Dalam kesibukan beliau sehari-hari sebagai ketua yayasan al-Hidayah atau di dalam organisasi lain dan di beberapa majlis taklim di wilayah DKI Jakarta dan Tangerang, beliau masih menyempatkan waktunya untuk membina akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah, beliau mengajar dibeberapa majlis taklim di daerah lingkungan masyarakat Pondok Pesantren al-Hidayah, banyak warga masyarakat yang mengikuti pengajian yang beliau pimpin, karena pesan moral yang disampaikan beliau sebagai komunikator menggunakan bahasa yang menarik dan tidak menyulitkan jama‟ah (komunikan), sehingga pesan yang disampaikan mudah diterima oleh jama‟ah. Selain itu, kiai Syarifuddin sebagai pemimpin spritual dalam masyarakat berusaha memberikan contoh yang baik kepada warga masyarakatnya didalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh apabila ada seorang yang melanggar peraturan agama seperti berjudi, minum-minuman keras, maka kiai harus berperan untuk melarang dan memberi nasihat-nasihat dan memperbaikinya agar warga 4 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga,2005), h. 29 5 Wawancara pribadi dengan bapak Mat Hasyim ketua Rt 15, Jakarta 22 Maret 2011 6 masyarakat itu tidak mengulangi perbuatan tersebut serta dapat mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk. Komunikasi dan interaksi yang terjadi anatara kiai dan masyarakat ini diharapkan dapat memberikan efek yang positif dalam pembinaan akhlak terhadap masyarakat, lebih khusus masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Basmol. Oleh karena itu dapat di lihat, betapa pentingnya seorang figur kiai bukan hanya membina akhlak dan budi pekerti kepada santrinya saja, akan tetapi lebihlebih kepada masyarkat sekitar yang berada di lingkungan Pondok Pesantren alHidayah Basmol agar terwujudnya masyarakat yang madani. Sehubungan dengan konteks dakwah dan sosial inilah, KH. Ahamd Syarifuddin Abdul Ghani sebagai kiai sekaligus ketua yayasan Pondok Pesantren al-Hidayah yang berada di jl- al-Hidayah Basmol adalah sosok kiai yang mempunyai ciri-ciri seperti yang telah disebutkan di atas. Beliau sebagai seorang figur kiai menekankan kepada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren alHidayah agar mempunyai budi pekerti yang baik serta bermoral dalam berinteraksi dalam pergaulan sehari-hari. Berkaitan dengan hal diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui dan mengungkap prihal startegi komunikasi yang dilakukan oleh kiai pondok pesantren terhadap masyarakat lingkungan pondok pesantren dalam pembinaan akhlak sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi "Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani Dalam Pembinaan Akhlak Pada Masyarakat Lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Jakarta Barat” 7 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka dalam penilitian ini penulis ingin membatasi masalah yang ingin diteliti mengenai strategi komunikasi dan bentuk komunikasi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak hanya pada di kampung Basmol Jakarta Barat. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi komunikasi yang diterapkan KH. Ahmad Syarifudin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol ? 2. Bagaimana bentuk komunikasi yang di terapkan oleh KH. Ahmad Syarifudin dalam pembinaan Akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol ? 3. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam strategi komunikasi KH. Ahmad Syarifudin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hiayah kampung Basmol ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah: 1. Untuk mengetahui strategi komunikasi yang diterapkan oleh KH. Ahmad Syarifudin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah di kampung Basmol. 8 2. Untuk mengetahui bentuk komunikasi yang diterapkan oleh KH. Ahmad Syarifudin dalam pembinaan Akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah di kampung Basmol. 3. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat strategi komunikasi dalam membina akhlak pada masyarakat di lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah di kampung Basmol. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Akademis a. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi kontribusi positif dalam bidang studi akhlak dan khususnya dalam ilmu komunikasi. b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan dokumentasi ilmiah dalam studi akhlak dan ilmu komunikasi. 2. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan seberapa penting komunikasi sebagai media dalam pembinaan akhlak. D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, penelitian deskiptif ialah hanya “memaparkan situasi atau peristiwa, penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat 9 prediksi”6. Pendekatan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif, “pendekatan kualitatif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih”.7 Peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala yang terjadi di lapangan dan kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil yang berdasarkan tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan wawancara. 2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani dan di Kampung Basmol Jakarta Barat. Penelitian di mulai sejak Bulan Februari sampai dengan Bulan Mei 2011 3. Subjek dan Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani dan yang menjadi objek penelitiannya adalah strategi komunikasi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Gahni dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah. 4. Teknik pengumpulan data Ada tiga macam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 6 Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi.(Bandung Remaja Rosdakarya:2007),h24. 7 Irwan Soehartono, Metode Peneitian Sosial ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h. 35 10 a. Observasi Observasi adalah “pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti”.8 Peneliti mengamati langsung objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan terhadap kegiatan dan bentuk komunikasi serta strategi komunikasi yang dilakukan KH. Syarifudin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Basmol. b. Wawancara Mendalam Wawancara/interview adalah “percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.”9 Wawancara berarti adalah “proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya-jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau informan dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (pedoman wawancara).”10 Peneliti mewawancarai dan bertanya langsung kepada narasumber untuk mendapatkan informasi yang tepat, wawancara ini ditunjukan kepada ketua yayasan al-Hidayah Basmol yaitu bapak KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani dan ketua RT 15 Bapak Mat Hasyim, Ketua RW 06 Bapak Madinah, Sesepuh 8 Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta : Bumi Akasara, 2000), h. 54 9 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 186 10 Moh. Nazir, Metode Penelitian. (Jakarta: Galia Indonesia. 1999). h.63. 11 Kampung Basmol Bapak Asmat Arsyad dan Warga masyarakat Kampung Basmol yaitu, Bapak H. Turmudzi, Bapak Heri Jaya Subrata dan Muhammad Ibnu. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah “teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti tidak hanya dokumen resmi”11 Teknik dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data, “karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan”.12 Untuk melengkapi data yang sudah diperoleh melalui observasi dan wawancara, peneliti juga menggunakan metode dokumentasi untuk mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian. Data-data tersebut berasal dari artikel, media elektronik, dan foto-foto sebagai lampirannya. 5. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul, lalu dianalisis dengan tehnik triangulasi, yaitu menggabungkan ketiga hasil data sementara dari observasi, dokumentasi, dan wawancara kemudian dikumpulkan untuk dibuat kesimpulan, kemudian data-data tersebut diolah atau direvisi kembali dengan menggunakan metode dekriptif analisis dengan pendekatan kualitatif 11 Irwan Soehartono, Metode Peneitian Sosial.( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h. 12 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 70 h. 217 12 Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta CeQDA tahun 2007 E. Tinjauan Pustaka Ada beberapa skripsi/penelitian mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang pembahasannya hampir sama dengan judul yang peneliti bahas, yaitu : 1. Strategi Komunikasi Prof. DR. KH. Didin Hafiduddin, M.Sc, dalam mensosialisasikan zakat di Indonesia oleh penulis Muhammad Alvi (Skripsi : UIN 2008.) Pembahasan masalah skripsinya adalah tentang bagaiman KH. Didin Hafiduduin mensosialisasikan zakat di Indonesia dan membahas kegiatan yang dilakukan oleh Didin Hafiduddin dalam mensosialisasikan zakat. 2. Pola Komunikasi Dalam Pembinaan Akhlak Siswa MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan, oleh penulis Agus Ratina (skripsi UIN 2009.) Skripsi tersebut membahas tentang pola komunikasi antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar khusunya pada mata pelajaran akhlak. 3. Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dengan Anak Asuh Dalam Pembinaan Akhlak Di Panti Asuhan AL-Ikhsan Vila Tomang Tangrang, oleh penulis Herman Setiawan (Skripsi UIN: 2010.) Skripsi tersebut membahas tentang pola komunikasi antara pengasuh dengan anak asuh di Panti Asuhan al-Ikhsan Vila Tomang Tangrang yang lebih memfokuskan pada pola komunikasi antar pribadi. 13 Berbeda dari skripsi di atas, penelitian yang penulis lakukan untuk menyusun skripsi ini adalah lebih cenderung mengarah kepada strategi komunikasi serta bentuk komunikasi KH. Syarifudin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-hidayah Basmol Jakarta Barat F. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi pembahasan menjadi lima bab yang meliputi: BAB I Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan argumentasi menegenai studi ini. Dalam bab ini peneliti menguraikan latar belakang masalah, Pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. BAB II Berisi tentang tinjauan teoritis mengenai defenisi komunikasi, strategi komunikasi, komunikasi, bentu-bentuk pengertian komunikasi, masyarakat, unsur-unsur Masyarakat dengan Kehidupan Beragama, pembinaan akhlak dan definisi pondok pesantren. BAB III Membahas sekilas tentang Riwayat Hidup KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani, berkaitan dengan latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan. Kiprah dan Aktifitas KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani. Karya KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani. Gambaran singkat tentang keadaan penduduk kampung Basmol, 14 keadaan ekonomi, sosial, budaya dan sekilas tentang Pondok Pesantren al-Hidayah. BAB IV Dalam bab ini menjelaskan tentang bagaimana strategi komunikasi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah, dan bagaimana bentuk komunikasi yang diterapkan oleh KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah, serta faktor penunjang dan penghambat dalam pembinaan akahlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah. BAB V Penutup. Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari penulisan skripsi, serta saran-saran yang dianggap perlu. BAB II KAJIAN TEORITIS A. Strategi Komunikasi 1. Pengertian Strategi Komunikasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “strategi adalah ilmu dan seni menggunkan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai, atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran ksusus”.1 Menurut pakar komunikasi Onong Uchjana Effendy, mengatakan bahwa: “strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manjemen untuk mencapai tujuan, namun untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan taktik oprasionalnya.”2 Demikian pula pada strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planing) dan manajemen (managemen communication) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana oprasionalnya secara taktis harus dilakukan. Jadi, strartegi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan terebut, stretegi komunikasi harus dapat menujukan bagaimana oprasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan bisa berbeda tergantung pada situasi dan kondisi. 1 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),h. 1092 2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Terori dan praktek,(Bandung: Remaja Rosdakarya,2007). Cet, ke-21. h.32 15 16 2. Tahapan-tahapan Startegi Komunikasi Untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan, dalam proses strategi komunikasi terdapat beberapa tahapan-tahapan dalam prosesnya, di antaranya yaitu : a. Perumusan Strategi Dalam perurumusan strategi, konseptor harus mempetimbangkan mengenai peluang dan ancaman eksternal, menenetapkan kekuatan dan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan startegi alternatif dan memilih strategi untuk dilaksanakan. “Perumusan strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian mengadakan analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu.”3 b. Implementasi strategi Setelah merumuskan dan memilih strategi yang ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahapan pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi. “Dalam pelaksaan strategi yang tidak menerapkan komitmen dan kerja sama dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanaya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakan melalui penetapan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalanakan bersama budaya perusahaan dan organisasi.” 4 c. Evalusi Strategi. 3 Ali Murtopo, Startegi Kebudayaan, ( Jakarta: Centre for Strategic and International Studies-CSIS,1978).h 8 4 Fred David, Manajemen Strategi konsep, (Jakarta: Prehalindo,2002).h. 3 17 Tahap akhir dari menyusun strategi adalah “evaluasi implementasi strategi, evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai, dan dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evalausi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperluakn untuk menentukan sasaran yang dinyatakan telah tercapai”.5 Ada tiga amacam langkah dasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu: 1.) Meninjau faktot-fakor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan yanag ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan, begtitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi tidak efektif atau hasil implememnatsi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai. 2.) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan). Prosesnya dapat diilakukan dengan menyidiki penyimpanan dari renacana, mengevalusi prestasi individual, dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevalausi strategi harus mudah diukur dan mudah dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi. 3.) Mengembalikan tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti yang ada ditinggalkan atau merumuskan strategi baru. Tindakan korekratif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan hasil yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.6 B. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Kata atau istilah komunikasi adalah “merupakan terjemahan dari bahasa Inggris Communication yang dikembangkan di Amerika Serikat dan komunikasipun berasal dari unsur persurat kabaran, yakni journalism. Adapun 5 6 Ibid.h. 3 Ibid 18 definisi komunikasi dapat dilihat dari dua sudut, yaitu: dari sudut bahasa (etimologi) dan dari sudut istilah (terminologi)”.7 “Komunikasi menurut bahasa atau etimologi dalam “Ensiklopedi Umum” diartikan dengan “Perhubungan”, sedangkan Communication berasal dari berperkataan latin, yaitu: 1. Communicare, yang berarti berpartisipasi ataupun memberitahukan. 2. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku dimana-mana 3. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum ataupun pendapat mayoritas 4. Communico, yang berarti membuat sama. 5. Demikian juga Communication berasal dari kata latin Communicatio yang juga bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya sama makna”.8 Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif. Adapun pengertian komunikasi menurut istilah atau terminology banyak dikemukakan oleh sarjana-sarjana yang menekuni ilmu komunikasi yaitu ; 1.) Laswell, 1960, mengatakan bahwa “komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa”, dan dengan akibat atau hasil apa” ( Who? Says what? Iin which chanel? To whom? With effect?.)” 9 2.) Rogers dan D. Lawrence Kincaid mendefinisikan komunikasi adalah “suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran 7 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.19 Ibid 9 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.21 8 19 informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”.10 3.) Sedangkan menurut William J. Seller, memberikan komunukasi yang lebih bersifat universal. Dia mengatakan bahwa komunikasi adalah “proses dengan mana simbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima, dan diberi arti”.11 4.) Menurut pakar komunikasi Onong Uchjana, mendefinisikan komunikasi adalah “proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau meruabah sikap, pendapat atau prilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media”.12 5.) James A.F Stoner, dalam bukunya yang berjudul: manajemen, menyebutkan bahwa komunikasi adalah “proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan”13 Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang menyampaikan pesannya, baik dengan lambang bahasa maupun dengan isyarat, gambar, simbol, gaya, yang antara keduanya sudah terdapat kesamaan makna, sehingga keduanya mengerti apa yang sedang dikomunikasikan. Dengan kata lain, jika lambangnya tidak dimengrti oleh salah satu pihak, maka komunikasinya akan tidak lancar dan tidak komunikatif. 2. Unsur Unsur Komunikasi 10 Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi.(Jakarta: Rajagrafindo Persada,1998).h.20 11 Arni Muhammad, komunikasi Organisasi.( Jakarta:Bumi Aksara, 2009).cet ke-10.h. 4 12 Onong Uchyana, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008).cet.ke7. h.5 13 H.A.W Widjaja. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara,2008). cet.ke-5. h. 8 20 Dari pengertian komunikasi yang yang telah dikemukakan, jelas bahwa komunikasi anatara manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Menurut Joseph de Vito menambahkan lagi adalah faktor lingkungan dan umpan balik dan unsur-unsur ini bisa disebut juga elemen atau komponen komunikasi yaitu: a. Komunikator Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber atau komunikator sebagai pembuat atau pengirim informasi, dalam komunikasi antar manusia. Yang dimaksud dengan sumber atau komunikator disini adalah “dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri, sumber ini yang perlu di perhatikan adalah memandang kredibilitasnya terhadap sumber kepercayaan baru, ataupun lama. Sumber yang disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder. “14 b. Pesan Pesan adalah “suatu gagasan atau ide, informasi, pengalaman yang telah dituangkan dalam lambang untuk disebarkan kepada pihak lain”.15 Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah “sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara 14 Hafied Changara, Penagntar Ilmu Komunikasi.(Jakarta: Rajagrafindo Persada,1998).h. 24 15 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.45 21 tatap muka atau melalui media komunikasi, isinya bisa berupa ilmu pengetahaun, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda”.16 Pesan seharusnya mempunyai inti pesan atau tema, sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mempengruhi atau mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Namun pesan juga dapat disampaikan secara panjang lebar, tapi yang perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasi. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya di terjemahkan dengan kata message, content atau informasi. c. Media Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media, ada yang menilai bahwa media bisa bermacammacam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi, pancaindra dianggap sebagai media komunikasi. Selain itu saluran komunikasi yang terdapat pada indra manusia, “ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram, yang digolongkan sebagi media komunikasi antarpribadi”.17 d. Komunikan 16 Hafied Changara, Penagntar Ilmu Komunikasi.(Jakarta: Rajagrafindo Persada,1998).h. 17 Ibid. h.25 24 22 Komunikan atau penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber, Penerima bisa terdiri dari satu orang, atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima merupakan peranan paling penting dalam proses komunikasi karena komunikan adalah “yang menjadi sasaran dari komunikasi, jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan barbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada komunikator (sumber), pesan atau saluran”.18 e. Efek .Efek atau pengaruh adalah “perubahan yang terjadi di pihak komunikan sebagai akibat dari diterimanya pesan melalui komunikasi. Efek bisa bersifat kognitif yang meliputi pengetahuan, bisa juga bersifat afektif yang meliputi perasaan emosi, atau bisa juga bersifat konatif yang merupakan tindakan”19 Efek mrupakan akhir dari komunikasi, yaitu sikap dan tingkahlaku seseorang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan, jika sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka berarti komunuikasi itu berhasil. f. Umpan Balik (Feed Back) Feed back adalah “tanggapan, jawaban atau respons komunikan kepada komunikator, bahwa komunikasinya dapat diterima dan berjalan.”20 Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk dari pada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya 18 Ibid. h.26 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.46 20 Ibid. h.46 19 23 umpan balik juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima g. Lingkungan Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan pada empat macam yaitu limgkunagn fisik, lingkungan sosial budaya, lingungan psikologis, dan dimensi waktu. Menurut Hafied Changara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi menjelaskan bahwa: “Lingkungan fisik menunjukan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat lingkungan fisik. Lingkungan sosial menunjukan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi. Lingkungan psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Sedangakan dimensi waktu menunjukan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi, banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu”. 21 Jadi dalan proses komunikasi, setiap unsur memilki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Efektif atau tidaknya komunikasi tergantung dari unsur-unsur yang ini, bahkan ketujuh unsur ini saling bergantung satu sama lainnya. Artinya, tanpa keikut sertaan satu unsur akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi. 3. Bentuk Komunikasi 21 29 Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi.(Jakarta: Rajagrafindo Persada,1998). h 24 Seperti halnya definisi komunikasi, klasifikasi tipe atau bentuk komunikasi dikalangan para pakar juga berbeda satu sama lainnya. Klasifikasi itu didasarkatn atas sudut pandang masing-masisng pakar menurut pengalaman dan bidang studinya. Joseph A. Devito membagi komunikasi atas empat macam, yaitu “komunikasi antarpribadi, komunikasi antar kelompok kecil, komuniaksi public dan komunikasi massa”.22 R Wayne Pace dengan teman-temanya dari Bringham Young University dalam bukunya Technicues for Effective Communivcation (1979) membagi bentuk-bentuk komunikasi atas tiga tipe yaitu, “komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antarpribadi serta komunikasi khalayak”.23 Adapun yang dimaksud dengan bentuk-bentuk komunikasi di sini adalah; komunikasi antarpribadi (Interpersonal Communication), komunikasi kelompok (Group Communication) dan komunikasi massa (Mass Communication) a. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) Komunikasi antarpribadi adalah “komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan, komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face), bisa juga melalui sebuah medium telepon”.24 Menurut Roudhonah dalam bukunya Ilmu Komunikasi mengatakan bahwa: 22 Ibid. h.29 Ibid. h.30 24 Onong Uchyana, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni,1981). h.48 23 25 “Secara umum, komunikasi antrapribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung secara terus menerus. Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal-balik. Sedangkan makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantra orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.”25 Jadi, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilaksanakan oleh dua orang secara tatap muka (face to face), dimana komunikator bisa memberi pesan secara langsung dan komunikan juga dapat menerima dan menanggapi pesan dari komunikator secara langsung, serta dapat memberikan umpan balik (feed back) secara langsung, seperti percakapan, dialog dan wawancara. b. Komunikasi Kelompok (Group Communication) Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communication, A Revisian of Approaching Spech/ Communicatin, yang telah disadur oleh Sasa Djuarsa yang dikutip oleh Roudhonah dalam bukunya ilmu komunikasi mengatakan bahwa: “komunikasi kelompok adalah interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karekteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.26 Jumlah dalam komunikasi kelompok tidak bisa ditentukan jumlah orangnya, hanya terdapat istilah small group yaitu sekumpulan orang yang berjumlahnya sedikit dan large group yaitu sekumpulan orang yang jumlahnya 25 26 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.106 Ibid, h.124 26 lebih besar, tapi tidak bisa ditentukan berapa jumlah orang yang termasuk kelompok kecil dan berapa orang yang termasuk kelompok besar. c. Komunikasi Massa (Mass Communication) Komunikasi massa adalah “penyampaian pesan komunikasi melalui atau menggunakan media massa modern, yang meliputi surat kabar, siaran radio, dan telivisi yang ditujukan kepada umum”27 Komunikasi massa dapat didefinisikan juga “sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya masal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, telivisi, surat kabarm dan film.”28 Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baiknya lambat atau tertunda dan sangat terbatas, akan tetapi, dengan perkembangan teknoogi komunikasi yang begitu cepat, khusunya media massa elektronik seperti radio dan telivisi, maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat kepada penyiar, misalnya melalui program interaktif. Jadi, komuniaksi massa adalah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada sejumlah ornag yang tidak tampak oleh si penyampai pesan, seperti pembaca surat kabar, pendengar radio, penonton telivisi, tidak tampak oleh sikomunikator. C. Pengertian Akhlak 1. Definisi Akhlak 27 28 37 Ibid,h. 137 Hafied Changara, Penagntar Ilmu Komunikasi.(Jakarta: Rajagrafindo Persada,1998).h. 27 Menurut dari segi bahasa, akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu “isim masdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yufilu, aif’alan yang berarti al-sajiah (perangai), at-thabi’ah (kelakuan, tabi’at, watak, dasar), al’adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).”29 Menurut istilah dalam pengertian akhlak, banyak para pakar yang mendifinisikan akhlak, ibnu Maskawih medifinisikan akhlak yaitu “sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memrlukan pemikiran dan pertimbangan”.30 Sejalan dengan pendapat tersebut diatas, dalam Mu'jam al-Washith, Ibrahim Anis mengatakan akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.31 Namun dari definisi akhalak tersebut diatas nampak tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara satu dan lainnya 2. Pembinaan Akhlak. Pembinaan akhlak merupakan gabungan dari kata yang berkaitan yaitu pembinaan dan akhlak. Menurut Zakiah Darajat dalam bukunya ilmu jiwa dan agama menjelaskan bahwa: 29 Jamil Shaliba, al-mu’jam al-fulsafi, juz 1 (Mesir: Dar al-Kitab al-Mishiri, 1978), h.539. Lihat pula Luis Ma’luf, kamus al-Munjid, (Beirut: al-Maktabah al-Katulikiyah, t.t), h.194; Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm.19. 30 . Ibn Maskawih, Tahdzib al-Akhlak wa Tathir al-A'raq. (Mesir: al-Mathba'ah alMishiriyah, 1934), cet I, h. 40. 31 Ibrahim Anis, al-Mu'jam al-Washith,( Mesir: Dar al-Ma'arif, 1972), h.202 28 “Arti dari pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun nonformal yang dilakasanakan secara sadar, berencana, terancang teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menambahkan, mengembangkan suatu dasar kpribadian yang seimbang dan utuh dan seluas pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat keinginan serta prakarsa sendiri, menambah, mengembangkan dan meningkatkan kearah tercapainya, martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri.”32 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khsuusnya dan pada pendidikan umumnya, ada tiga aliran yang sudah sama popular, Pertama aliran Nativisme. Kedua, aliran Empirisme, dan ketiga aliran Konvergensi. “Menurut aliran Netivisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya berupa kecendrungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecendrungan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut akan baik. Selanjutnya, menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhaap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembentukan dan pendidikan yang diberikan. Jika pembinaan dan pendidikan yang diberikan anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini tampak begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran. Dalam pada itu aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh factor internal, yaiut pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembniaan yang dibauat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan social. Fitrah dan kecendrungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode”.33 D. Masyarakat 1. Pengertian Masyarakat 32 33 Zakiah Darajat. Ilmu Jiwa dan Agama (Jakarta: Bulan Bintang,1976), h, 36. Abudin Nata, Akhlak tasawuf , (Jakarta: Rajawali Pers: 1996) h, 165 29 Masyarakat dalam bahasa inggris sering dipakai dalam istilah yaitu “society yang berasal dari kata Latin socius, berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti “ikut serta”, berpartisipasi.”34 Sebagaimana dengan hal-hal ilmu sosial lainnya, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Memang agak sukar untuk memberikan batasan tentang masyarakat, oleh karena istilah masyarakat terlalu banyak mencakup berbagai factor, sehingga kalaupun diberikan suatu definisi yang berusaha mencakup keseluruhannya, ada juga yang tidak memenuhi unsur-unsurnya Beberapa orang sarjana telah mencoba untuk memberikan definisi masyarakat (society) seperti misalnya: a. Mac Iver dan Page berpendapat bahw masyarakat adalah “suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama anatara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tinglah laku serta kebebasan-kebebasan-kebebasan manusia. Masyarakat merupakan jalinan hussbungan social. Dan masyarakat selalu berubah”35 b. Ralph Li nton menyatakan bahwa: “Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yan telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dna menganggap diri 34 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 116 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantars. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2006), h.24 35 30 mereka sebagai suatu kesatuan social dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas”36. c. Selo Soemardjan menyatakan bahwa: “masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.”37 Dapat dirumuskan maka definisi masyarakat secara khusus adalah “kesatuan hidup manuisia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama”.38 2. Masyarakat dengan kehidupan beragama Terlepas dari bentuk hubungan anatara agama dengan masyarakat, baik dalam bentuk organisasi maupun fungsi agama, “maka dalam setiap masyarakat agama masih tetap memiliki fungsi dalam kehidupan masyarakat. Agama sebagai anutan manusia, terlihat masih berfungsi sebagai pedoman yang dijadikan sumber untuk mengatur norma-norma kehidupan”.39 Agama adalah “merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia, seperti di kutip Dr. Harun Nasution dalam buku Islam ditinjau dari berbagai aspek, agama adalah ajaran yang berasal dari kitab suci.”40 Berbicara lebih lanjut mengenai fungsinya agama sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan serta pemeliharaan masyarakat, artinya bahwa dalam mengatur kehidupan sosial, agama memiliki kekuatan untuk memaksa dan 36 Ibid. Ibid. 38 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 118 39 Jalaludin Rahmat, Psikologi Agama.(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 253 40 Harun Nasution, Islam di Tinaju dari Berbagai Aspeknya. (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1979), h. 11 37 31 mengikat masyarakat untuk mau mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadinya demi kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Di pihak lain, agama juga berperan dalam membantu menciptakan sistem-sistem nilai sosial yang terpadu dan utuh dengan memberikan nilai-nilai yang berfungsi menyalurkan sikap-sikap para anggota masyarakat dan menetapkan isi kewajibankewajiban sosial mereka. “Agama membentuk taqwa, berpangkal dari taqwa inilah terbentuk kebudyaaan Islam, itulah yang disebut masyarakat Islam. Kebudayaan Islam ialah cara brfikir dan cara merasakan taqwa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk masyarakat dalam suatau ruang dan suatu waktu. Sedangkan masyarakrat Islam adalah kelompok manusia dimana hidup terjaring kebudyaan Iskam yang diamalkan oleh kelompok itu sebagai kebudayaanya, kelompok itu bekerjasama dan hidup bersama berdasarkan prinsip-prinsip al-Qur`an dan Hadis dalam tiap segi kehidupan.”41 E. Pesantren Pesantren adalah “berarti santri dengn awalan "pe" dan akhiran "an" berarti tempat tinggal para santri”42, yang lazim disebut dengan istilah pondok. Di Indonesia istilah pesantren lebih popular dengan sebutan pondok pesantren. Lain halnya dengan pesantren, “pondok berasal dari bahasa Arab “funduq”, yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana”.43 Pesantren itu terdiri dari lima elemen pokok, yaitu; “kyai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam kalsik. Kelima elemen tersebut merupakan cirri khusus yang dimiliki pesantren dan membedakan pendidikan 41 Sidi Gazalba, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi,cet, ke-2, (Jakarta: Bulan Bintang 1976), h. 102 42 Zamarkasyi Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, cet, ke6, (Jakarta: LP3ES,1994),h. 18. 43 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, cet. Ke-2, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996), h.138. 32 pondok pesantren dengan lembaga pendidikan dalam bentuk lain. Sekalipun kelima elemen ini saling menunjang eksisitensi sebuah pesantren, tetapi kiai memainkan peranan yang begitu sentral dalam dunia pesantren”.44 44 Yasmadi, Moderenisai Pesantren, Kritik Nur Kholis Majid Terhaap Pendidikan Islam Tradisional, cet-1, ( Jakarat: Ciputat Press, 2002), h.63 BAB III SEKILAS TENTANG BIOGRAFI KH. AHMAD SYRIFUDDIN ABDUL GHANI DAN GAMBARAN UMUM KAMPUNG BASMOL A. Biografi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani 1. Riwayat Hidup KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani “di lahirkan di kampung Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat pada tanggal 1 Juli 1957”1, kiai Syarifuddin yang biasa di sapa warga Basmol dengan ustadz Syarif merupakan anak terakhir dari sebelas bersaudara, yaitu “ustadzah Jawiyah, ustadz Jawahir, ustadzah Salimah, Ustadzah Husna, M. Syatiri (almarhum), Ustadz Abdul Rohman, Ridwan (almarhum), M. Isa, Zahrudin (almarhum), Sanwani (almarhum) dan ustadz Ahmad Syarifuddin, beliau dilahirkan dari pasangan KH. Abdul Ghani bin M. Zein bin Muqri bin Sama‟un yang berprofesi sebagai guru madrasah, dan ibunya bernama Ny. Alijah yang berasal dari Kedoya Jakarta Barat, dia adalah seorang ustadzah yang mengajar di beberapa majlis taklim di daerah Kedoya dan sekitarnya”.2 Dimasa kanak-kanak, “kiai Syarifuddin sering berkelahi dengan kakakkakaknya, terkadang juga dengan teman sebayanya, dan sering dimarahi ketika tidak menuruti perintah orang tuanya. Namun dibalik kenakalan beliau dimasa 1 Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifudduin Abdul Ghani. Jakarta 02 Maret 2011 2 Ahmad Zawawi, Silsilah Keturunan KH. Abd Ghani Bin Moh Zein, Bin Muqri, bin sama’un (Jakarta:T.pn,2006), cet-2,h.4 33 34 kanak-kanak, beliau rajin membantu ayahnya mengambilkan air wudhu untuk melaksanakan shalat maghrib, beliau juga dididik dengan ketat dalam mempelajari ilmu agama dan mengaji oleh ayahnya”.3 Pada tahun 1990 KH. Ahmad Syarifuddin menikah dengan Nurhasanah binti Sarwo Wahdi, lalu dari hasil pernikahannya dikaruniai lima orang anak, diantaranya tiga laki-laki dan dua perempuan, mereka adalah Jauhar, Syaza (almarhum), „Uzair, Muqoddas dan Fadiya. Sama seperti ayahnya, ustad Syarif juga mendididik anak-anaknya dengan sangat ketat dalam mempelajari ilmu agama.4 “Pada usia enam tahun kiai Syarifudin mulai masuk pendidikan formal yaitu; 1. SR (Sekolah Rakyat) Cengkareng Jakarta Tahun 1963 – 1969 2. SLTP Jakarta Tahun 1969 – 1972 3. SMEP Jakarta Tahun 1972 – 1975 4. Madrasah Aliyah (MA) Annida Bekasi Tahun 1975 – 1978 5. SI Islamic University Medina, Madina Saudi Arabia Jurusan as-Sunah (Hadis) Tahun 1978-1982 6. S2 Islamic University Medina, Madina Saudi Arabia Jurusan as-Sunah (Hadis) Tahun 1982 – 1985.”5 3 Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifudduin Abdul Ghani. Jakarta 20 April 2011 4 Ahmad Zawawi, Silsilah Keturunan KH. Abd Ghani Bin Moh Zein, Bin Muqri, bin sama’un (Jakarta:T.pn,2006), cet-2,h.15 5 Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin, Jakarta, 02 Maret 2011 35 2. Kiprah dan Aktifitas Dakwah KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani Pada tahun 1986 kiai Syarifudin pulang ke Indonesia setelah mengenyam pendidikan di Madinah Arab Saudi selama tujuh tahun. Aktivitas pertama yang beliau lakukan adalah mengajar di Madrsah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah alHidayah kampung Basmol serta mendidik para santri Pondok Pesantren alHidayah kampung Basmol, dan juga mengajar di beberapa majlis taklim yang ada di Jakarta. Pengalaman demi pengalaman beliau rasakan, luasnya pergaulan serta banyaknya prestasi, serta kedalaman ilmu yang dimilikinya, sehingga beliau aktif dalam organisasi-organisasi tingkat kota dan provinsi DKI Jakarta. Lembagalembaga organisasi tersebut adalah : 1. Anggota Majlis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta Barat pada tahun 1988 – 2003 2. Sekertaris Syuriah Nahdlotul Ulama (NU) pada tahun 2004 – 2009 3. Ketua (STIT) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah al-Marhalah al-Ulya Bekasi pada tahun 2004 - sampai sekarang 4. Ketua Yayasan Pembinaan dan Pendidikan Islam al-Hidayah (YAPPIA) Jakarta, pada tahun 2007 – sampai sekarang 5. Ketua Komisi Fatwa Majlis Ulama Indonesia DKI Jakarta, pada tahun 2010 – sampai sekarang 6. Pimpinan di beberapa Majlis Taklim di daerah Jakarta dan Tangrang6 6 Wawancara pribadi dengan kiai Ahmad Syarifuddin, Jakarta 02 Maret 2011 36 Sejak tahun 1986 KH. Ahmad Syarifuddin mendidik dan mengajar santri di Pondok Pesantren al-Hidayah, beliau juga aktif mengajar di sekolah Madrsah Tsanawiyah al-Hidayah dan Madrasah Aliyah al-Hidayah kampung Basmol dan mengajar di beberapa Majlis Taklim di kampung Basmol yaitu: 1. “Hari Minggu pagi jam 09:00 WIB di Masjid al-Musari‟in Kampung Basmol, kitab yang dikaji adalah Shoheh Bukhori, menerangkan hukum-hukum fiqih yang beradsarkan dari hadist-hadist shoheh 2. Hari Senen setelah shalat Subuh mengajar santri putra di rumah beliau (ustadz Syarifuddin), kitab yang dikaji adalah Sunan Abu Daud yang menerangkan tentang hadis- hadis Rasulullah yang berdasarkan riwayat Abu Dawud, dan kitab Sunan Turmudzi yang menerangkan tentang hadist-hadis Rasulullah berdasarkan riwayat Imam Turmudzi. 3. Hari Selasa mengajar di MTs dan MA al-Hidayah kampung Basmol Jakarta Barat. 4. Hari Rabu setelah shalat Maghrib mengajar santri putri di rumah ustadz Syarifuddin, kitab yang dikaji adalah Fathul Mu’in, yang menerangkan tentang hukum-hukum fiqih dan Tafsir Ibnu Katsir, yang menerangkan tentang tafsir ayat-ayat al-Qur`an. 5. Hari Kamis pagi mengajar kaum ibu-ibu di Majlis Taklim alToyyibiah, kitab yang di kaji adalah Subulus Salam, menerangkan tentang hukum-hukum fiqih. 6. Hari Kamis Mengajar di MTs dan MA al-Hidayah kampung Basmol Jakarta Barat. 37 7. Hari Jum‟at setelah shalat Isya di Masjid al-Musari‟in Kampung Basmol, kitab yang dikaji adalah menjelaskan isi kandungan ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan dengan hukum-hukum dan akhlak. 8. Hari Sabtu mengajar di MTs dan MA al-Hidayah kampung Basmol Jakarta Barat” 7 Selain beliau mengajar beberapa majlis taklim di wilayah kampung Basmol Jakarta Barat, beliau juga mengajar di beberapa majlis taklim di wilayah DKI Jakarta dan Tangerang, diantaranya; 1. “Hari Minggu setelah shalat Maghrib di Mushola al-Ikhlas Kebon Jeruk Jakarta Barat, kitab yang di kaji adalah Riyadus Sholihin yaitu menerengkan tentang hukum, akhlak dan tauladan Rasulullah SAW berdasarkan hadis-hadis shoheh. 2. Hari Minggu setelah shalat isya di Masjid al-Ma‟ruf Kebayoran Lama Jakarta Selatan, kitab yang dikaji adalah Kifayatul Akhyar yang menerangkan tentang hukum-hukum dalam fiqih, dan Tafsir Jalalain menerangkan tafsir dan asbabunuzul ayat-ayat al-Qur`an. 3. Hari Selasa setelah shalat Ashar di Masjid Nurul Janah Semanan Jakarta, kitab yang di kaji adalah Al-Muwatho menerangkan tentang hukum-hukum fiqih berdasarkan hadis-hadis Rasulullah yang di riwayatkan dari Imam Malik. 4. Hari Selasa setelah shalat maghrib di Masjid Gahiru Jami‟ Darussalam Pesing Jakarta, kitab yang dikaji adalah Riyadus Shalihin. 7 Wawancara Pribadi dengan KH.Ahmad Syarifuddin. Jakarta, 28 Maret 2011 38 5. Hari Rabu Mengajar di Sekolah Tinggi Tarbiah al-Marhala al-Nida Bekasi, setelah itu melakukan tugas di kantor MUI (Majlis Ulama Indonesia) untuk melakukan musyawarah. 6. Hari Jum‟at setelah shalat Jum‟at di mengajar kaum ibu-ibu di Majlis Taklim al-Muslimun Semanan Jakarta Barat, kitab yang dikaji adalah Riyadus Sholihin. 7. Hari Jum‟at setelah shalat Ashar di Masjid Agung al-Adzom Tangerang, kitab yang dikaji adalah Subulus Salam. 8. Hari Sabtu setelah shalat Maghrib di masjid al-Jannah pedongkelan Jakarta Barat, kitab yang dikaji adalah Irsyadul I’bad, menerangkan tentang hukum-hukum fiqih 9. Hari Sabtu setelah shalat Isya di masjid Baiturrahman Pesing Jakarta Barat, kitab yang dikaji adalah Irsyadul I’bad.”8 Di dalam kesibukan dan aktifitas ustadz Syarifuddin dalam mengajar di beberapa majlis taklim di DKI Jakarta dan sekitarnya, namun, “beliau masih menyempatkan waktu senggangnya untuk memperhatikan warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol agar warga kampung Basmol tidak terjerumus dalam tindakan-tindakan kejahatan yang dapat merugikan diri sendiri dan lingkungan”.9 8 9 Wawancara Pribadi dengan KH.Ahmad Syarifuddin. Jakarta, 28 Maret 2011 Wawancara Pribadi dengan bapak Mat Hasyim ketua Rt 15, Jakarta 22 Maret 2011 39 3. Karya KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani KH. Ahmad Syarifuddin mempunyai karya satu buah karangan kitab yaitu “Al-Badru Munir fi Takhriji Ahadist Syarhil Kabir. Kitab ini terdiri dari dua puluh delapan (28) jus, yang setiap jusnya dikarang oleh satu orang, sementara KH. Ahmad Syarifuddin mengarang pada juz empat (4) yang terdiri dari empat ratus lima puluh delapan (458) halaman. kitab ini dijadikan sebuah kenang-kenangan oleh lulusan mahasiswa S2 Islamic University Medina, Madina Saudi Arabia Jurusan as-Sunah (Hadis) angkatan 1982. Dalam kitab ini menjelaskan tentang hadis shoheh yang berhubungan dengan Al-Toharoh (bersuci) madzhab al-Imam Abi Hafidz Umar bin Ahmad al-Anshori al-Syafi‟I (Imam Syafi‟i). Kitab alBadru Munir diterbitkan oleh percetakan Daarul ‘Ashima Riyadh Saudi Arabia pada tahun 2009”.10 B. Kampung Basmol Menurut salah satu tokoh masyarakat setempat, diperoleh informasi bahwa “pada mulanya kampung Basmol bernama kampung Pesalo. Kemudian ada seorang guru besar Jakarta yang berasal dari Depok bernama K.H. Abdul Majid yang memberikan nama Basmol ) )بسملyang artinya membaca bismillah” .11 Jarak kampung Basmol ke pusat pemerintahan yaitu kurang lebih 500 (lima ratus) meter dari kantor kecamatan Kembangan dan 2 (dua) Kilo Meter (KM) dari kantor wali kota Jakara Barat serta dengan batas-batas sebagai berkut; 10 Wawancara pribadi dengan kiai Ahmad Syarifuddin, Jakarta 28 Maret 2011. Wawancara dengan Ust. H. Asmat Arsyad (sesepuh kampung Basmol), Jakarta 02 Maret 2011 11 40 1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kampung Kapling/RW 08 Kelurahan Kedaung Kali Angke. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kampung Baru 3. Sebelah Timur berbatasan dengan RW 05 Kembangan 4. Sebelah Barat berbatasan dengan kali Cengkareng Drain Kelurahan Cengkareng. 1. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk kampung Basmol pada bulan februari 2011 sebanyak 4.549 jiwa, terdiri dari 2238 orang laki-laki dan 2311 orang perempuan dengan jumlah kepala keluarga (KK) Sebanyak 1.183 Jiwa. Jumlah penduduk ini merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada di RW se-Kelurahan Kembangan Utara, hal ini disebabkan karena terjadi pemekaran jumlah RT yang semulanya hanya 12 RT kini menjadi 15 RT dimana areal tanah yang semula perkebunan kini menjadi tempat pemukiman penduduk. Dibandingkan dengan jumlah penduduk asli (Betawi) yang hanya 40% maka jumlah penduduk pendatang 60%. Hal ini terjadi karena banyak penduduk asli yang membuat rumah-rumah kontrakan yang penghuninya sebagian besar adalah pendatang12. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini. 12 Wawancara dengan Bapak Madinah (Ketua RW. 06) Hari Selasa tgl 01 Maret 2011 41 Tabel 1 Tentang Jumlah Penduduk Masyarakat Kampung Basmol NO TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 1 2008 2098 2298 4396 2 2009 2211 2064 4275 3 2010 2199 2293 4492 4 2011 2238 2311 4549 2. Keadaan Ekonomi, agama dan Budaya. a. Ekonomi Menurut data yang saya dapat pada bulan maret 2011, bahwa “di RW 06 Kampung Basmol mempunyai jumlah penduduk 4549 jiwa, 3639 jiwa (80%) terdiri dari orang dewasa, yaitu yang tidak lagi berhubungan dengan pendidikan formal. Sedangkan anak-anak atau remaja terdiri dari 910 (20%), yaitu yang masih dalam pendidikan formal. Di tinjau dari status ekonomi pada umumnya, masyarakat kampung Basmol sangat beragam mata pencariannya mulai dari buruh pabrik, guru, pedagang, sampai kepada pegawai baik swasta maupun negeri. Sebagian besar dari mereka adalah laki-laki, sedangkan perempuan sebagian besar tinggal dirumah sebagai ibu rumah tangga meskipun ada yang ikut sibuk membantu ekonomi keluarga dengan berdagang dirumah.”13 Untuk lebih jelanya dapat dilihat dari tabel dibawah ini. 13 Wawancara dengan Bapak Madinah (Ketua RW. 06) Hari Selasa tgl 01 Maret 2011 42 Tabel 2 Tentang Pekerjaan Masyarakat Kampung Basmol NO Pekerjaan Jumlah (Jiwa) % 1 Pedagang 1455 40 2 Guru 546 15 3 Pegawai/Karyawan 1092 30 4 Wiraswasta 182 5 5 Lain-lain 364 10 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa masyarakat Kampung Basmol 40% berprofesi sebgai pedagang, 15% berprofesi sebagai guru, 30% berprofesi sebagai karyawan, 5% berprofesi sebagai wiraswasta, jadi dapat disimpulkan bahwa, penduduk warga Kampung Basmol dalam status ekonomi adalah menengah kebawah. b. Agama Dilihat dari jumlah agama, 96% penduduk masyarakat kampung Basmol RW 05 menganut agama Islam, sedangkan yang lainnya menganut agama Kristen Protestan, Kristen Katolik dan Budha, akan tetapi kerukunan dan kehidupan beragama sehari-hari berlangsung sangat harmonis, sampai dengan penulis mengadakan peneletian belum pernah terjadi hal-hal yang membuat perpecahan dikalangan umat beragama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel dibawah ini. 43 Tabel 3 Tentang Agama Yang Dianut Masyarakat Kampung Basmol NO Agama Jumlah (jiwa) % 1 Islam 4339 96 2 Protestan 59 1,12 3 Katolik 64 1,22 4 Hindu 0 0 5 Budha 87 1,66 “Dari tabel diatas terlihat jumlah penduduk yang beragama Islam berjumlah (96%), dengan demikian agama Islam di RW 06 Basmol cukup potensial terlebih kampung Basmol berdampingan dengan Pondok Pesantren alHidayah serta didukung sarana ibadah yaitu: satu buah masjid, 12 musolah dan majls taklim”.14 c. Budaya Budaya Betawi terasa sangat mewarnai masyarakat kampung Basmol, terutama tampak dari segi bahasa yang digunakan sehari-hari. Kehidupan bergotong royong sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka, hal ini dapat dilihat seperti pada acara walimah, ta‟ziah, pembangunan rumah warga dan pembangunan sarana umum. Budaya dan tradisi di kampung Basmol adalah budaya yang bernuansa islami, budaya ini merupakan peninggalan dari orang tua terdahulu yang sampai 14 Wawancara dengan Bapak Madinah (Ketua RW. 06) Hari Selasa tgl 01 Maret 2011 44 sekarang masih di budayakan. Misalnya budaya memakai busana yang muslim dan muslimah, tradisi makan bersama dalam satu tempat hidangan yang diletakan di atas nampan untuk empat orang dalam acara sedekahan baik di masid ataupun dirumah-rumah, tradisi melaksanakan haulan para alim ulama yang dimakamkan di kampung Basmol, tradisi pemisahan tempat duduk antara laki-laki dan wanita, dan ketika suatu keluarga yang melakuskan hajat pernikahan atau lainnya, biasanya mengundang hiburan seperti hadroh dan marawis bukan dangdut dan sejenisnya. Mayoritas masyarakat yang melestarikan budaya tersebut adalah masyarakat Betawi, namun ada sebagian masyarakat pendatang yang mengikuti tardisi dan budaya tersebut. 3. Tingkat Pendidikan Keadaan penduduk menurut pendidikan dapat dikatakan relatif cukup, karena hampir seluruh masyarakat Basmol pernah mengenyam pendidikan meskipun tidak sampai menyelesaikan sekolah dasar, dan tidak sedikit juga yang mampu menyelesaikan sampai perguruan tinggi. 4. Sarana Prasarana a. Sarana Pendidikan Sarana pendidikan yang ada di kampung Basmol terdapat 2 yayasan pendidikan, yaitu YAPPIA (Yayasan Pembinaan dan Pendidikan Islam al- Hidayah) yang terdiri dari: 1 (satu) Pondok Pesantren al-Hidayah, 1 (satu) MI (Hidayatul Istiqomah, 1 (satu) MTs (Madrasah Tsanawiyah) al-Hidayah, 1 (satu) MA (Madrah aliyah) al-Hidayah, dan yayasan PGRI yang terdiri dari: 1 (satu) 45 SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) PGRI dan 1 (satu) Perguruan Tinggi PGRI. Selanjutnya ada 5 (lima) TPA (Taman Pendidikan Al-Qur`an), 1 (satu) TK (taman kanak-kanak), 2 (dua) buah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), 1 (satu) SDN 09, dan mobil perpustkaan keliling yang beroprasi satu bulan sekali. b. Sarana Olahraga Sarana olahraga yang terdapat di kampung Basmol yaitu 2 (dua) lapangan sepak bola, 1 (satu) lapangan bulu tangkis dan 1 (satu) bulapangan basket. c. Sarana Kesehatan Sarana kesehatan di kampung Basmol, ada PUSKESMAS (Pusat Kesehatan Masyarakat) keliling yang hadir dua kali dalam seminggu yaitu pada hari senen dan hari rabu. C. Sekilas Pondok Pesantren al-Hidayah Sejak mulai berdirinya Yayasan Pembinaan dan Pendidikan Islam al- Hiadayah (YAPPIA) yang didirikan pada tahun 1979 oleh pendirinya KH. M.. Hasyim telah menyelenggarakan kurikulum khas pesantren, dimana, banyak muatan-muatan lokal yang berorentasikan pada pemahaman kitab-kitab kuning. Sebelumnya telah didirikan Madrasah Ibtidaiyah pada tahun 1954 seluas 3.600m2. Kemudian pada tahun 1973 di atsa areal tanah 4000m2 didirikan Madrasah Tsanawiyah dan pada tahun 1985 didirikan Madrasah Aliyah. Kegiatan pendidikan mulai ditingkatkan dengan pelajaran tambahan. Siswa/santri pertama madrasah ini sebanyak 13 orang, 5 orang putra dan 8 orang 46 putri. Dari sinilah mulai dilakukan persiapan-persiapan untuk mendirikan pondok pesantren. Melihat makin terbukanya kesempatan untuk menidirikan pondok pesantren dan untuk memperluas kesempatan belajar bagi siswa/santri serta memberi ketenangan kepada orang tua dan terdorong oleh rasa tanggung jawab terhadap pendidikan nasional serta keinginan luhur untuk memberikan pengabdian terhadap masyarakat, maka KH. M. Hasyim Mas‟ud yang telah banyak membina ilmu di pondok pesantren tradisional kembali merintis pondok pesantren yangnantinya dapat menampung siswa/santri dari luar wilayah, seperti dari Tang erang, Bekasi dan Bogor. Gagasan cemerlang KH. M. Hasyim Mas‟ud mendapat dukungan dari keluarga dan tokoh agama setempat, yaitu KH. Alawi Zein, Ustadz Asmat Arsyad dan KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani.” Akahirnya pada tahun 1979, tepatnya tanggal 27 Maret 1979 disepakatilah berdirinya sebuah pondok pesantrten dibawah naungan Yayasan Pembinaan dan Pendidikan Islam al-Hidayah. Pimpinan pondok pesanten putri sekaligus ketua yaysan YAPPIA pada saat itu KH. M. Hasyim Mas‟ud yang kini digantikan oleh putranya KH. Hisyam Hasyim dan ketua yayasan YAPPIA digantikan oleh KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani dan pimpinan pondok peasntren putra sampai saat ini di pimpin oleh KH. Alawi Zein.” 15 Pondok Pesantren al-Hidayah berdiri di atas areal tanah 1.608m2, pada saat ini jumlah santri di Pondok Pesantren al-Hidayah berjumlah 236, santri putra 15 Maret 2011 Wawancara dengan Ust. H. Asmat Arsyad (sesepuh kampung Basmol), Jakarta 02 47 berjumlah 120 sementara santri putri 116, daerah asal santri sangat bervariasi, tetapi mayoritas dari sekitar Jakarta, Bogor, Tangrang dan Bekasi. Sementara jumlah pengurus harian santri putra ada 6 pengurus yang mayoritas mereka adalah alumni pondok pesantren, sementara untuk pengurus harian santri putri berjumlah 6 pengurus dan mayoritas pengurus santri putri adalah sebagai santri senior. BAB IV ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI KH. AHMAD SYARIFUDDIN ABDUL GHANI DALAM PEMBINAAN AKHLAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH A. Startegi Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Strategi komunikasi yang diterapkan oleh KH Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol, yaitu; 1. Mengenal Komunikan Mengenal komunikan berarti mengenal warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol dengan cara mengenali atau bertanya-tanya kepada komunikan, langkah ini merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh KH. Syarifuddin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak, karena dengan mengenal komunikan terlebih dahulu dapat mengetahui latar belakang warga masyarakat kampung Basmol, sebab warga masyarakat kampung Basmol mempunyai latar belakang dan psikologis yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan penuturan KH. Ahmad Syarifuddin sebagi berikut: “Jadi, sebelum ana (saya) berbicara atau melakukan komunikasi dengan masyarakat kampung Basmol, dalam komunikasi face to face saya harus lebih dahulu mengetahui bagaimana latar belakang dia (komunikan), baik dalam latar belakang psikologis, kejiwaan atau pendidikan. Contoh saja ketika dia sedang banyak dibebani masalah dalam keluarganya yang belum terselesaikan, saya harus merasakan apa yang dia rasakan, jadi saya bisa tahu apa yang sebenarnya dia inginkan. Sedangkan, ketika saya menyampaikan pesan pada banyak orang atau dalam komunikasi 48 49 kelompok, contoh; ketika saya mengajar saya melihat dahulu komunikan atau yang ngaji (jama’ah) dengan saya apakah dia berpendidikan tinggi (disini saya melihatnya dari segi usia), kalau memang yang ngaji itu mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup, maka saya bisa menggunakan istilah-istilah dalam menerangkan pesan dalam pembinaan akhlak yang saya sampaikan, karena dalam hadist Nabi Muhammad SAW di jelaskan bahwa berbicaralah seseorang sesuai dengan kemampuan mereka”1 2. Menentukan Pesan Strategi selanjutnya adalah menentukan pesan, yaitu terlebih dahulu menentukan materi atau pesan yang akan disampaikan kepada komunikan (warga masyarakat kampung Basmol), seperti beliau memberikan pesan kepada jama’ah untuk mengajak kepada kebaikan dan selalu berbuat baik kepada sesama, selain itu memberikan solusi, pendapat atau nasihat ketika ada warga masyarakat yang ingin meminta pendapat atau solusi dengan beliau. Oleh karena itu, ketika kiai Syarifuddin berhadapan dengan warga kampung Basmol harus terlebih dahulu mengerti latar belakang dan psikologisnya, agar pesan dan bahasa yang disampaikan itu sesuai dengan warga kampung Basmol, kemudian pesan itu direncanakan dan disampaikan dengan bahasa yang tidak menyulitkan komunikan, sehingga pesan itu dapat menarik perhatiaan. Hal ini dilakukan supaya pesan tersebut dapat diterima dan dapat dipahami, sehingga dapat mempengaruhi komunikan agar adanya perubahan pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan penuturan KH. Ahmad Syarifuddin sebagai berikut; “Selanjutnya strategi yang saya lakukan adalah menentukan materi (pesan) yang akan saya sampaikan pada masyarakat atau jama’ah. Jadi.. materi atau pesan yang akan disampaikan harus sesuai dengan kemampuan 1 Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Jakarta 30 Maret 2011 50 komunikan dalam mencerna materi atau pesan itu, yah..tujuannya supaya pesan atau materi yang saya sampaikan dapat dimengerti oleh masyarakat, selain itu juga dari bahasa yang saya pakai ada unsur humornya agar lebih menarik jama’ah (masyarakat) supaya jama’ah tidak merasa bosan”2 3. Menentukan Metode Agar tercapainya dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah, KH. Ahamd Syarifuddin menetapkan metodemetode, tujuannya adalah agar pesan yang akan disampaikan bisa diterima dan mudah dipahami oleh masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol. Adapun metode-metode yang digunakan KH. Syarifuddin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat kampung Basmol, yaitu; a. Metode Cerita Metode cerita ini digunakan, karena didalamnya terdapat misi pedidikan yang dalam dan sangat menarik, karena manusia pada secara fitrah suka pada kisah-kisah terutama pada anak-anak. Metode cerita ini ditujukan kepada anak-anak atau remaja yang mengikuti pengajian Hadist Shoheh Bukhori ketika sedang mengkaji kitab tentang Hadist yang berkaitan dengan akhlak, seperti menceritakan kisah Rasulullah SAW yang selalu bersikap baik, jujur dan amanah, diharapkan para warga masyarakat kampung Basmol yang mengikuti pengajian dan mendengarkan cerita, dapat mengambil hikmahnya dari kisah-kisah keteladanan Rasulullah. 2 Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Jakarta 30 Maret 2011 51 Hal ini seseuai dengan pendapat salah satu jama’ah warga masyarakat kampung Basmol bernama Muhammad Ibnu; “Waktu saya ngaji kitab Shoheh Bukhori dengan ustadz Syarif, saya sering mendengarkan kisah-kisah atau cerita tentang Rasulullah SAW, Jadi ustadz Syarif menceritakan keteladanan tentang Rasulullah, seperti ketika Rasulullah sedang berjalan lalu bertemu dengan anak kecil, dan Rasul memberi salam kepada anak kecil tersebut, jadi dapat di artikan bahwa Rasulullah SAW sangat menyayangi anak kecil dan memang disunahkan oleh Rasulullah untuk memberi salam kepada sesama orang muslim walaupun itu dengan anak kecil sekalipun.”3 b. Metode diskusi Diskusi adalah “suatau proses yang melibatkan dua atau lebih individu yang berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat dan pemecahan masalah”.4 Metode diskusi ini dilakukan ketika dalam pengajian umum, lalu terdapat permasalahan fiqih yang hukumya belum jelas yang masih banyak perbedaan dan perlu didiskusikan kepada ustadz atau jama’ah yang lain yang hadir dalam pengajian itu, tujuannya untuk memberikan solusi atau jalan tengah atas masalah tersebut. Hal ini seperti yang dikatakan oleh KH. Ahmad Syarifuddin sebagai berikut; “Jadi.. yang dimasud dengan diskusi ini ketika ana (saya) sedang membahas suatu materi dalam kitab fiqih dan menemukan suatu hukum yang belum jelas hukumnya, yah,, maka didiskusikan dan dibicarakan kepada ustadz atau jama’ah yang hadir dalam pengajian itu, contohya 3 Wawancara pribadi dengan Muhammad Ibnu, warga Masyarakat Kampung Basmol. Jakarta 29 April 2011. 4 Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam,( Jakarta ; PT Kalam Mulia, 1990),h. 141 52 kemarin dalam permasalahan tentang bab haji, kalau seseorang sedang ihram melanggar dengan pelanggaran yang sifatnya menghilangkan seperti memotong kuku karena lupa yah itu tetap kena dam (denda). Nah… sekarang permasalahnya kalau pelanggaranya yang sifatnya memakai seperti memakai kopyah karena lupa apakah itu kena dam juga? Lalu setelah dibicarakan dan didiskusikan dengan ustadz atau jama’ah yang lain akhirnya menemukan jawaban dan kesepakatan bahwa hal tersebut tidak terkena dam, karena di jelaskan dalam kitab Hasyiyah al’Alamah Ibnu Hajar al-Haitami ala Syarhi Idhoh Fimanasikil Haji karya Imam Nawawi halaman 187, bahwa apabila seseorang sedang ihram lalu dia melanggar yang sifatnya itu memakai karena lupa maka tidak terkena dam.5 Proses berlangsungnya komunikasi seperti ini adalah ”komunikasi dua arah (two way traffic communication) karena dilakukannya secara langsung, sehingga masalah cepat dapat di atasi dan dipecahkan bersama”.6 c. Metode Tanya Jawab Metode ini dilakukan ketika dalam pengajian umum setelah menjelaskan materi kepada jama’ah (warga masyarakat kampung Basmol), kiai Syarifuddin memberikan pertanyaan kepada jama’ah (komunikan) tentang materi yang sudah dijelaskan, hal ini dilakukan untuk mengingat kembali materi-materi yang sudah disampaikan dan dijelaskan kepada jama’ah. Kiai Syarifuddin juga memberi kesempatan kepada jama’ah (warga masyarakat kampung Basmol) untuk menanyakan materi yang telah disampaikan atas kekurang-pahaman jama’ah, atau mengenai masalah tentang hukum fiqih dan masalah akhlak, ataupun hanya sekedar meminta contoh dari materi penjelasan yang telah disampikan oleh kiai Syarifuddin, hal ini dilakukan untuk membantu warga masyarakat kampung 5 6 Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Jakarta 30 Maret 2011 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.113 53 Basmol (jama’ah) mengerti dalam materi yang telah disampaikan pada proses pengajian berlangsung. Hal ini sesuai dengan penuturan salah satu jama’ah warga masyarakat Kampung Basmol bernama Muhammad Ibnu; “Jadi.. ketika saya sedang mengaji dengan ustadz Syarif, setelah selesai pengjian bisasanya beliau memberikan kesempatan kepada jama’ah untuk bertanya suatu hal yang biasanya berkaitan dengan akhlak dan hukum. Ketika itu saya bertanya kepada ustadz Syarifuddin tentang akhlak yaitu; Apakah kita seorang muslim harus tetap bersikap sopan kepada orang yang non muslim, lalu ustadz Syarif menjawab, ya, kita harus bersikap sopan meskipun kepada orang yang non muslim, karena Islam mengajarkan kita untuk bersikap sopan kepada siapa saja”7 d. Metode Ceramah Ceramah adalah “cara penyajian atau penyampaian informasi melalui penerangan, dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap siswanya”8. Ceramah juga disebut sebuah cara pengajaran yang dilakukan oleh kiai yang sifatnya monolog dan hubungannya satu arah. Metode ini dilakukan oleh kiai Syarifuddin dalam menyampaikan materi kepada jama’ahnya (masyarakat kampung Basmol) dengan cara menerangkan dan menguraikan materi yang bersumber dari al-Qur`an, Hadist, ataupun buku-buku agama. Dalam penyampain tersebut, kiai melakukan pengulangan materi, hal ini dilakukan agar materi atau pesan yang disampaikan kiai dapat lebih di pahami dan diterima oleh warga masyarakat kampung Basmol. Metode ini digunakan sebagai komunikasi lisan antara kiai dengan masyarakat kampung Basmol dalam proses 7 Wawancara pribadi dengan Muhammad Ibnu, warga Masyarakat Kampung Basmol. Jakarta 29 April 2011. 8 Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam,( Jakarta ; PT Kalam Mulia, 1990),h. 129 54 belajar mengajar yaitu dalam pengajian umum. Meskipun metode ini lebih banyak menuntut keaktifan komunikator (kiai) dari pada komunikan (jama’ah), metode ini merupakan cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi tentang persoalan serta masalah secara lisan. Ceramah merupakan metode komunikasi yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, karena dapat mengatasi kekurang-pahaman jama’ah masyarakat kampung Basmol (komunikan) dalam membaca, jadi jama’ah masyarakat kampung Basmol hanya mendengarkan pesan dari kiai (komunikator) agar mempermudah jama’ah dalam menerima dan memahami pesan atau materi yang disampaikan oleh kiai. Selain itu, metode ceramah merupakan satu metode komunikasi yang efektif, karena pesan yang disampaikan kiai lebih cepat dan serentak diterima oleh jama’ah masyarakat kampung Basmol . e. Metode Nasihat. Metode ini dilakukan “ketika ada warga masyarakat linkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kmpung Basmol melakukan tindak kejahatan atau perbuatan yang menyimpang, maka tindakan kiai Syarifuddin untuk menasihatinya atau bahkan dengan menghukumnya, bentuk hukuman atau ganjaran ini merupakan bentuk perhatian kiai Syarifuddin langsung”9. Hal ini telah dijelaskan dalam alQur`an surah ali-Imron ayat 104 9 Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Jakarta 30 Maret 2011 55 Artinya “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. merekalah orang-orang yang beruntung.” Dalam ayat tersebut, terdapat kata ma’ruf maksudnya adalah menyuruh kepada segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan terdapat kata munkar maksudnya adalah mencegah dan melarang dari segala perbuatan yang menajuhkan diri dari Allah SWT. 4. Strategi Membujuk Strategi membujuk ini bisa disebut juga dengan komunikasi persuasif. Menurut salah satu pakar komunikasi Bettinghous, mendefinisikan komunikasi persuasif adalah “komunikasi manusia yang dirancang untuk mempengaruhi orang lain dengan usaha mengubah keyakinan, nilai, atau sikap mereka. (komunikan)”10 Tujuan pokok dari strategi ini adalah untuk mempengaruhi pikran, perasaan, dan tingkah laku seseorang dan kelompok, yaitu warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol, lalu kemudian melakukan tindakan atau perbuatan sebagaimana yang dikehendaki komunikator (kiai). Dalam strategi ini, bukan sekedar untuk membujuk atau merayu saja, tetapi, merupakan suatu teknik mempengaruhi dengan menggunakan data dan fakta psikologis dan sosiologis dari komunikan, oleh karena itu bagi kiai (persuader) 10 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.155 56 harus memiliki kemampuan untuk dapat memperkirakan keadaan khalayak yang dihadapi. Strategi ini dilakukan untuk mengajak dan membujuk kepada warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol untuk menghadiri pengajian-pengajian rutin agar terciptanya pembentukan akhlak yang baik, atau melakukan kegiatan-kegiatan yang positif, agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang dapat merusak diri sendiri dan lingkungan. Dalam strategi ini, agar warga masyarakat kampung Basmol merasa terdorong hatinya dan meluangkan waktunya untuk mengikuti pengajianpengajian rutin yang dilaksanakan di majlis-majlis taklim dan masjid, atau ikut serta dalam PHBI (Perayan Hari Besar Islam), hal ini dilakukan karena banyak warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol sibuk dengan urusan mereka masing-masing. 5. Strategi Mengontrol Yang dimaksud dengan strategi mengontrol, yaitu kiai Syarifuddin mengontrol untuk melihat-lihat dan memperhatikan warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol, jika ada warga yang menyimpang serta melakukan tindak kejahatan maka kiai menasehatinnya dan memberi teguran keras kepada warga yang melakukan penyimpangan atau melakukan tindak kejahatan, seperti minum-minuman keras dan lain sebagainya. 57 6. Startegi Antisipasi Maksud strategi antsipasi ini adalah memenuhi keinginan warga masyarakat kampung Basmol, agar apa yang warga inginkan terpenuhi, seperti memberi izin atau memperbolehkan ketika ada warga masyarakat kampung Basmol yang ingin mengadakan lomba-lomba seperti kompetisi catur, futsal, sepak bola dan lain sebagainya, asalkan itu tidak melanggar ketentuan dari nilainilai agama Islam, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pembrontakan terhadap diri masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol. Hal ini sesuai dengan penuturan KH. Ahmad Syarifuddin sebagai berilut; “Yah… strategi ini maksudnya untuk menghindari pembrontakan yang terjadi pada masyarakat, jadi kalau warga masyarakat kampung Basmol ketika ingin mengadakan suatu acara atau event, biasanya mereka meminta izin atau meminta pendapat dahulu dengan ana (saya), yah.. jadi saya melihat apakah acara atau event tersebut mempunyai mudhorot atau tidak pada masyarakat kampung Basmol”11 7. Strategi Merangkul Startegi ini adalah suatu upaya untuk memberikan kepercayaan dan motivasi terhadap warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol atas bakat serta kemampuan yang dimilikinya. Tujuan dari startegi ini adalah untuk merangsang agar bakat dan kemampuan yang dimiliki warga masayarakat kampung Basmol dapat dikembangkan dengan baik, seperti warga yang mempunyai bakat ceramah, atau 11 2011 Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Jakarta 30 Maret 58 qori, dan itu bisa dikembangkan dengan mengikuti lomba-lomba dalam tingkat daerah sampai dengan tingkat nasional. Dalam startegi ini juga kiai Syarifuddin berupaya untuk mengajak masyarakat kampung Basmol untuk mengadakan acara peringatan hari besar Islam, seperti Isra’ mi’raj, maulid Nabi Muhammad SAW, dan tahun baru hijriyah, hal ini dilakukan untuk mengingat kembali perjuangan dan sejarah Islam pada masa lalu, sehingga masyarakat kampung Basmol dapat mengmbil hikmah dari perayaan hari besar Islam tersebut. Hal ini sesuai dengan penuturan KH. Ahmad Syarifuddin sebagi berikut; “Dalam strategi ini selain ana (saya) megajak kepada warga masyarakat kampung Basmol untuk meningkatkan bakat dan kemampuan yang mereka miliki dalam hal yang positif, saya juga selalu mengajak atau merangkul kepada warga masyarakat kampung Basmol dalam tiap tahunya untuk merayakan peringatan hari besar Islam seperti Isra’ Mi’raj, maulid Nabi, dan tahun baru hijriyah, dari pada mereka merayakan seperti tahun baru masehi yang sifatnya hura-hura tanpa ada tujuan. 12 8. Strategi memberi kabar gembira dan memberi peringatan Maksud strategi ini adalah untuk mengimig-ngimingi seseorang apabila dia berbuat baik akan mendapat pahala dan balasannya adalah surga dan menakut-nakuti seseorang ketika dia berbuat maksiat akan mendapatkan laknat dari Allah SWT. Contoh, ketika pada saat kiai Syarifuddin memberikan penjelasan bahwa apabila seseorang yang berbuat maksiat akan mendapatkan laknat dari Allah SWT dan dimasukan kedalam api neraka jahanam dan apabila 12 2011 Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Jakarta 30 Maret 59 seorang mukmin yang berjihad dijalan Allah, lalu dia meninggal dunia maka dia meninggal dalam keadaan mati syahid dan akan masuk surga tanpa hisab. Dalam strategi ini telah dijelaskan dalam al-Qur`an surat al-Ahdzab ayat 45; Artinya; “Hai Nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan,” Dalam ayat tersebut terdapat kata “Basyiran” yang artinya adalah pemabawa kabar gembira, maksudnya adalah; Allah telah berjanji akan memberi balasan kebaikan kepada orang-orang yang berbuat baik, yaitu akan memperoleh pahala dan dimasukan kedalam surga, sedangkan kata “Nadziran” yang artinya adalah pemberi peringatan, yaitu menakut-nakuti bagi orang yang berbuat kejahatan, Allah SWT mengancam keapada umatnya, apabila seseorang berbuat kejahatan maka akan mendapatkan dosa dan dimasukan kedalam api neraka. B. Bentuk Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Dalam Pembinaan Akhlak 1. Komunikasi Antarpribadi Bentuk Komunikasi antarpribadi ini sering digunakan oleh kiai Syarifuddin, biasanya pada saat diluar kegiatan beliau dalam proses belajar mengajar, Misalnya pada saat waktu istirahat dirumah, warga masyarakat 60 kampung Basmol dapat berkonsultasi dengan kiai Syarifuddin dan membicarakan masalah mereka seperti membicarakan masalah akademis ataupun masalah pribadi. Dalam hal ini seorang kiai sangat berperan penting untuk memberikan solusi atau arahan kepada warga masyarakatnya. Dalam proses komunikasi antarpribadi, komunikan dapat memberi timbal balik secara langsung kepada komunikator. Karena timbal balik memegang peranan penting dalam komunikasi ini. Sebab ini menentukan berlanjutnya sebuah komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh seorang komunikator. Dalam komunikasi ini dikarenakan situasinya tatap muka, maka tanggapan komunikan dapat segera diketahui secara langsung. Pentingnya dalam komunikasi antarpribadi, karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis biasanya lebih baik dari pada secara monolog. Monolog menunjukan suatu komunikasi di mana seorang bicara, yang lain mendengarkan, jadi tidak dapat berinteraksi. Yang aktif hanya komunikator saja, sedangkan komunikan bersikap pasif. Dalam Komunikasi antarpribadi antara kiai (komunikator) dengan masyarakat warga Basmol (komunikan) adanya mukhathabah (berbincangbincang) dan muwajahah (tatap muka) secara dekat dan intens. Hal ini mempermudah terbukanya berbagai macam permasalahan dan problem yang tidak mungkin dilakukan ketika menghadapi orang banyak, sehingga dapat memberikan kesempatan seluas-seluasnya bagi warga Basmol untuk menanyakan segala 61 sesuatu yang berkenaan dengan keislaman dirinya atau masalah pribadi lainnya kepada kiai Syarifuddin. Dalam komunikasi antarpibadi ini, kiai berupaya mempengaruhi dan mengendalikan prilaku warga melalui pendekatan psikologis, ada saatnya warga masyarakat kampung Basmol berkonsultasi secara langsung kepada kiai mengenai masalah-masalah hukum yang ia belum mengerti, atau ketika warga masyarakat merasa kesulitan dalam menjalani kehidupan karena terbebani masalah, terutama masalah pergaulan anak-anak mereka. Komunikasi antarpribadi ini dugunakan untuk pembinaan akhlak warga masyarakat atau memasukan nilai-nilai keislaman dalam diri warga masyarakat kampung Basmol. Dalam penagajian di majlis taklim, kiai menggunakan komunikasi antarpribadi dengan cara tatap muka (face to face Communication) yang lebih bersifat dialogis, serta efek dan umpan balik secara langsung. Dalam menyampaikan materi-materi pembelajaran, dalam hal ini setelah kiai menyampaikan materi, setelah itu munculah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh komunikan (jama’ah) kepada kiai ketika mereka kurang mengerti atas pesan atau materi yang sudah disampaikan oleh kiai (komunikator). Hal ini penulis lihat pada saat kiai mengajarkan materi-materi yang berkaitan dengan hukum fiqih, berkaitan dengan akhlak dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pesan-pesan moral. Adapun bentuk komunikasi antarpribadi yang biasa dilakukan warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol kepada kiai Syarifuddin dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut ; 62 1) Konsultasi Masalah Pribadi Warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol yang sedang memilki masalah pribadi, baik itu masalah keluarga, masalah tentang pengetauhuan atau masalah lainnya, biasanya mereka berkonsultasi dengan kiai Syarifuddin, salah satu warga Basmol bernama Turmudzi “ketika ada masalah dalam keluarganya dia meminta solusi atau pendapat dan nasihat kepada kiai Syarifuddin tentang masalahnya, lalu kiai menerima Turmudzi dan mendengarkan dengan seksama kemudian memberikan beberapa solusi dan dorongan motivasi agar mampu menghadapi kesulitannya. Kiai Syarifuddin juga memberikan nasihat dan rasa simpati agar Turmudzi mampu menghadapi semua masalah-masalah, karena masalah itu adalah sebagai ujian yang harus dihadapi setiap manusia”.13 2) Konsultasi Khusus Pada beberapa kesempatan warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol melakukan pertemuan khusus dengan kiai Syarifuddin. Maksud dari pertemuan ini disebut khusus karena ada beberapa kebutuhan tersendiri dari warga akan nasihat, amalan atau do’a. Salah satu warga Basmol bernama Heri Jaya Subrata “ketika anak keduanya telah lahir, dia datang ke rumah kiai Syarifuddin dengan membawa sebuah korma ajwa untuk didoa’akan oleh kiai Syarifuddin, lalu korma tersebut akan dimakan oleh anaknya 13 Wawancara pribadi dengan Ahmad Zubair, Jakarta 29 Maret 2011 63 yang baru lahir, dengan harapan akan membawa keberkahan bagi bayinya agar dewasa nanti menjadi orang yang solehah, dan berguna bagi agama dan bangsa”.14 2. Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok (group communication) adalah “komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang”.15 Yaitu warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol yang jumlahnya banyak. Dalam proses belajar mengajar, yaitu dalam pengajian umum bisanya menggunakan bentuk komunikasi kelompok kecil (small group), dalam komunikasi ini berlangsung dua arah antara kiai (komunikator) yang menyampaikan materi pembelajaran dan warga masyarakat kampung Basmol (komunikan), dalam hal ini menerima dan memahami apa yang disampaikan oleh kiai (komunikator). Dalam komunikasi kelompok, komunikator menunjukan pesannya kepada komunikan, misalnya melalui ceramah, kuliah, diskusi dan lainnya. Dalam situasi komunikasi seperti itu logika berperan penting. Komunikan akan dapat menilai logis tidaknya uaraian dan penjelasan dari komunikator. Pada saat kegiatan pengajian, para jama’ah (warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren alHidayah kampung Basmol) mendengarkan ceramah atau penjelasan materi dari kiai atau melakukan diskusi dengan kiai, dan pada saat itu jama’ah mencoba untuk memahami isi ceramah atau penjelasan materi dari kiai. 14 Wawancara Pribadi dengan Heri Jaya Subrata¸ Jakarta 27 Maret, 2011 Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: Citra Aditya Baktu, 2003) 15 64 Dalam situasi kelompok kecil, kiai sebagai seorang komunikator lebih dapat memperhatikan umpan balik (feed back) jama’ah warga masyarakat kampung Basmol, pada saat kiai melihat bahwa umpan balik yang terjadi pada jama’ah bersifat negatif, maka respon ini dapat segera diketahui, karena yang sifatnya yang tatap muka (face fo face). Umpan balik yang diperlukan oleh kiai adalah bersifat verbal, karena komunikasinya ditujukan kepada kognisi jama’ah. Jadi, permasalahannya mengerti atau tidak semuanya ia harus dikatakan dengan kata-kata. Meskipun dalam pengajian antara kiai dengan jama’ah (warga masyarakat kampung Basmol) termasuk bentuk komunikasi kelompok kecil, kiai bisa mengubahnya dengan menggunakan komunikasi antarpribadi, yaitu kiai menjadi komunikator dan jama’ah menjadi komunikan. Dalam hal ini, setelah kiai Syarifuddin menyampaikan materinya kepada jama’ah masyarakat kampung Basmol, setelah itu munculah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh komunikan (jama’ah) ketika mereka tidak mengerti mengenai hal-hal yang disampaikan komunikator (kiai) dan pada saat itu komunikator merubah bentuk komunikasinya menjadi komunikasi antrpribadi. Dengan demikian, bentuk komunikasi yang digunakan oleh KH. Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol, berdasarkan pengamatan dan wawancara bahwa lebih efektif menggunkan bentuk komunikasi kelompok dalam proses kegiatan pengajian umum secara face to face, karena membuat jama’ah merasa 65 lebih nyaman dan lebih konsentrasi dalam memahami pesan-pesan dakwah secara kontinu. Bentuk komunikasi tersebut berjalan dengan efektif, indikasi ini dilhat pada proses penyampaian hal tersebut terjadi ketika sesorang kiai menyampaikan sebuah materi, sebelum penyampaian materi dengan merencanakan pesan terlebih dahulu, yang akan disampaikan kepada jama’ah, dengan pesan-pesan yang terencena, maka menimbulkan suatu komunikasi yang baik dan mudah dimengerti oleh seorang jama’ah. Karena komunikasi dapat dikatakan efektif jika seorang kiai dan jama’ah menemukan perkataan oleh Onong pengertian yang sama. Hal ini sesuai dengan Uchjana Effendy bahwa komunikasi adalah “pemberiatahuan atau pertukaran pikiran yang berarti sama atau kesamaan arti”.16 Proses pembinaan akhlak yang dilakukan oleh KH. Ahmad Syarifuddin terhadap warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol, yaitu melalui materi akhlak yang disampaikan oleh kiai yang bertujuan agar masyarakat kampung Basmol dapat mengetahui secara teori bagaimana akhlak yang baik dan akhlak yang buruk, agar mempunyai akhlak kapada Tuhannya, yaitu; menta’ati segala perintahnya dan menjauhi larangannya, dan akhlak kepada sesama manusia, yaitu; agar sesama manusia dapat saling bersikap sopan santun, serta saling menghormati satu sama lain, dan saling menghargai hak dan kewajibannya, dan akhlak dengan lingkungannya yaitu; agar terhindarnya perbuatan-perbuatan yang dapat merusak lingkungannya, seperti membuat kerusuhan dan lain sebagainya, agar warga masyarakat kampung Basmol dapat 16 3,h.1 Onong Uchjana Effendy, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bina Cipta, 1998), cet. Ke- 66 memahami dan meagamalkanya sesuai dengan ajaran Islam dan menggunakannya sebagai pedoman hidup, fungsinya yaitu untuk menumbuhkan kebiasaan baik dalam berhubungan dengan Allah SWT, serta sesama manusia dan terhadap diri sendiri. Kemudian membiasakan warga masyarakat kampung Basmol untuk melaksanakan hal-hal yang baik. Seperti membiasakan menolong sesama manusia dalam kebaikan. Apabila masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidyah kampung Basmol dibiasakan dan diajarkan sifat-sifat yang baik maka ia akan tumbuh dengan sifat-sifat yang baik juga. Dan sebaliknya, jika dibisakan dengan sifat yang butruk dan dibiarkan begitu saja, maka ia akan celaka. Komunikasi mengandung makna pertukaran pesan, tidak ada perubahan dalam masyarakat tanpa peran komunikasi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komunikasi hadir pada semua upaya yang bertujuan membawa kearah perubahan yang lebih baik. C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pembinaan Akhlak 1. Faktor Pendukung a. Komunikator Keadaan kiai Syarifuddin sebagai komunikator, mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup dan adanya sumber kepercayaan dari masyarakat kampung Basmol (komunikan) yang ditentukan dari keahliannya dan kemampuannya serta pengalamannya yang luas dalam penya mpaian materi 67 akhlak maupun pembinaan melalui peranan seorang kiai dihadapan masyarakatnya (komunikan), selain itu juga kiai Syarifuddin mempunyai sumber daya tarik dalam penyampaian pesan moral dengan tutur bahasa yang tidak menyulitkan komunikan, sehingga masyarakat (komunikan) dapat mudah menerima pesan yang disampaikan oleh kiai Syarifuddin. b. Masyarakat Warga masyarakat (komunikan) berperan sebagai penerima pesan dari kiai (komunikator). Warga masyarakat dapat menerima keadaan kiai Syarifuddin sebabagai sosok kiai di Pondok Pesantren al-Hidayah dan di kampung, hal ini dapat dilihat tidak ada terjadinya suatu pertentangan dalam masyarakat terhadap keadaan kiai Syarifuddin, dan adanya kesadaran dalam diri masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah akan pentingnya penanaman nilai-nilai keislaman, serta di kampung Basmol banyak tokoh-tokoh agama (ustadz dan ustadzah) yang bisa membantu dalam pembentukan akhlak didalam masyarakat kampung Basmol. c. Sarana Keberadaan Pondok Pesantren, majlis taklim, masjid dan musolah sebagai sarana dalam pembentukan akhlak yang ada didalam lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol mendapatkan respon positif dari masyarakat. Hal ini dilihat dari antusias warga masyarakat kampung Basmol untuk mengikuti pengajian pengajian di majlis taklim dan di masjid. 68 2. Faktor Penghambat Dalam pembinaan akhlak yang dilakukan oleh KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani tentu saja tidak semuanya dapat berjalan lancar, ada beberapa faktor yang menghambat proses dalam pembinaan akhlak yaitu; a. Waktu Salah satu faktor penghambat dalam upaya pembinaan akhlak masyarakat kampung Basmol adalah kurangannya pemanfaatan waktu. Kesibukan kiai Syarifddin yang banyak menghaibskan waktunya diluar rumah, seperti sibuk didalam organisasi, mengajar diberapa majlis taklim yang ada diluar kampung Basmol, mengajar di perguruan tinggi. Hal ini menjadi penghambat ketika ada warga masyarakat kampung Basmol yang ingin bertemu beliau dirumahnya, untuk berkomunikasi atau meminta pendapat dan nasihat dalam masalah mereka. Selain itu, pada warga masyarakat kampung Basmol itu sendiri yang tidak bisa memanfaatkan waktu kosong mereka, karena kesibukan mereka dalam pekerjaanya, sehingga warga masyarakat kampung Basmol terbentur waktunya untuk mengikuti pengajian-pengajian rutin yang diadakan dimajlis taklim atau dimasjid. b. Kondisi Kondisi disini adalah keadaan yang terjadi pada warga masyarakat kampung Basmol itu sendiri, misalnya warga yang pendiam, yang mempunyai rasa takut, dan merasa kurang dekat dengan kiai. Hal ini disebabkan oleh faktor psikologis mereka, dimana ketika ada warga masyarakat kampung Basmol ingin 69 menyamapikan masalah pada kiai, mereka masih merasa segan. Oleh karen itu, hal ini menjadi penghambat kiai Syarifuddin sebagai komunikator dalam menyampaikan materi atau pesan moral kepada waraga masyarakat lingkugan Pondok Pesantren al-Hidayah sebagai komunikan. c. Orang Tua Peran orang tua sangat menentukan prilaku anaknya ketika dia sejak kecil. Sikap orang tua yang apatis (acuh tak acuh) terhadap pergaulan anak-anak mereka, dalam hal ini orang tua bersikap apatis (kurang tegas) untuk memerintahkan kepada anaknya agar mengikuti pengajian-pengajian yang diadakan di lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol, padahal rumah mereka dekat dari tempat pengajian seperti masjid dan majlis taklim. selain itu juga sikap orang tua yang mementingkan kesibukan mereka masing-masing, sehingga menyebabkan kurangnya komunikasi dan interaksi anatara orang tua dan anak. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin Dalam Pembinaan Akhlak Pada Masyarakat Lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah ” maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut; 1. Strategi yang di gunakan oleh KH. Ahamd Syarifuddin dalam pembinaan akhlak adalah ; pertama mengenal komunikan, yaitu dengan mengenal komunikan terlebih dahulu dapat mengetahui latar belakang warga masyarakat kampung Basmol, sebab warga masyarakat kampung Basmol mempunyai latar belakang dan psikologis yang berbeda-beda. Kedua menentukan pesan, yaitu agar masyarakat dapat mudah menerima pesan yang disampaikan. Ketiga startegi membujuk, yaitu kiai berupaya mempengaruhi supaya masyarakat menghadiri pengajian-pengajian rutin agar terciptanya pembentukan akhlak yang baik. Keempat strategi mengontrol, yaitu kiai Syarifuddin melihat-lihat warga masyarakat kampung Basmol, jika ada warga yang menyimpang serta melakukan tindak kejahatan maka kiai menasehatinnya dan memberi teguran keras. Kelima strategi antisipasi, yaitu kiai berupaya memenuhi keinginan warga agar tidak terjadinya pembrontakan dalam masyarakat. Keeneam Startegi merangkul, strategi ini adalah upaya 70 71 untuk memberikan kepercayaan dan motivasi terhadap warga masyarakat kampung Basmol atas bakat serta kemampuan yang dimilikinya. Ketujuh strategi memberi kabar gembira dan meberi peringatan, strategi ini adalah untuk mengimig-ngimingi seseorang apabila dia berbuat baik akan mendapat pahala dan balasannya adalah surga dan menakut-nakuti seseorang ketika dia berbuat maksiat akan mendapatkan laknat dari Allah SWT. Adapun metode yang digunakan oleh KH. Ahmad Syarifuddin yaitu, metode cerita, diskusi, Tanya jawab, ceramah dan metode nasihat. 2. Bentuk Komunikasi yang digunakan oleh KH. Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak kepada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren alHidayah kampung Basmol adalah komunikasi kelompok, yaitu komunikasi yang terjadi antara kiyai Syarifuddin sebagai komunikator kepada masyarakat kampung Basmol (jama’ah) sebagai komunikan ketika dalam proses pengajian di masjid dan di majlis taklim. Bentuk komunikasi ini lebih efektif dalam proses kegiatan pengajian umum secara face to face, karena dilhat pada proses penyampaian hal tersebut terjadi ketika sesorang kiai menyampaikan sebuah materi, sebelum penyampaian materi dengan merencanakan pesan terlebih dahulu, yang akan disampaikan kepada jama’ah, dengan pesan-pesan yang terencena, maka menimbulkan suatu komunikasi yang baik dan mudah dimengerti oleh seorang jama’ah. Karena komunikasi dapat dikatakan efektif jika seorang kiai dan jama’ah menemukan pengertian yang sama. Hal ini sesuai dengan perkataan oleh 72 Onong Uchjana Effendy bahwa komunikasi adalah pemberiatahuan atau pertukaran pikiran yang berarti sama atau kesamaan arti. Selain komunikasi kelompok KH. Ahmad Syarifuddin juga menggunakan bentuk komunikasi antarpribadi. Komunikasi ini lebih sering digunakan pada saat diluar pengajian, dalam hal ini KH. Ahmad Syarifuddin melauangkan waktunya untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Kegiatan ini merupakan bentuk sharing anatara kiai dengan masyarakat yang diawali dengan pertanyaan masyarakat mengenai permasalahan baik masalah pribadi, masalah hukum atau masalah akademis yang berkaitan dengan pembinaan akhlak. 3. Faktor pendukung yang dilakukan dalam strategi komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol yang pertama, yaitu “komunikator”( KH. Ahmad Syarifuddin) mempunyai pendidikan tinggi serta pengalaman yang luas dalam penyampaian materi akhlak maupun pembinaannya. Kedua, yaitu masyarakat yang menerima keberadaan KH. Ahmad Syarifuddin sebagai kiai (komunikator), selain itu adanya kesadaran dalam diri masyarkat akan pentingnya penanaman nilai-nilai keagamaan dalam pembinaan akhlak. Ketiga sarana, keberadaan sarana seperti pondok pesantren, masjid, mushola dan majlis taklim mendapatkan respon positif dari masyarakat sebagai tempat untuk pengajian dalam pembinaan akahlak. Adapun fator penghambatnya adalah yang pertama waktu, dalam hal ini kiai dan masyarakat sibuk dengan kepentingan mereka masing-masing, sehingga 73 kurangnya pemanfaatan waktu dalam melakukan komunikasi dan interaksi antara kiai dengan masyarakat. Kedua kondisi, yaitu keadaan yang tejadi dalam diri komunikan yang masih merasa segan atau takut terhadap kiai. Ketiga peran orang tua, yaitu peran orang tua yang bersikap apatis terhadap pergaulan anak mereka, seperti tidak selalu memerintahkan kepada anakanya untuk mengikuti pengajian rutin. B. Saran Penulis mengemukakan beberapa saran yang dianggap perlu mengenai strategi komunikasi KH. Ahmad Syarifuddi Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol, diantaranya; 1. Hendaknya KH. Ahmad Syarifuddin lebih dekat lagi dengan warga masyarakat kampung Basmol, bukan hanya kepada santrinya saja, hal ini agar terciptanya efektifitas komunikasi dan memungkinkan keberhasilan pembinaan akhlak yang optimal. Keberhasilan komunikasi kiai dalam pembinaan akhlak pada masyarakat bukan hanya tugas dari kiai saja, melainkan harus ada dukungan dari pihak-pihak lain, diantaranya para orang tua, dan ustadz atau ustadzah yang ada di lingkugan Pondok Pesanren alHidayah 2. Hendaknya KH. Ahmad Syarifuddin lebih bisa meluangkan waktunya agar masyarakat lebih mudah ketika ingin menemui kiai untuk berkomunikasi atau meminta pendapat dan nasihat terhadap masalah mereka. 74 3. Hendaknya warga masyarakat lingkuangan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol lebih bisa meluangkan waktunya untuk bisa mengikuti pengajian-pengajian rutin dalam pembinaan akhlak. 4. Hendaknya orang tua lebih memperhatikan pergaulan anak-anaknya dan jangan terlalu memberi kebebasan terhadap anak-anaknya supaya anak tersebut tidak terjerumus dalam tindak kejahatan. Selain itu pihak orang tua seharusnya memerintahkan dengan tegas kepada anaknya untuk mengikuti pengajian-pengajian rutin dalam pembinaan akhlak, dan juga peran orang tua sebagai agen model dalam keluarga harus bisa memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya. DAFTAR PUSTAKA Arbi, Armawati, Dakwah dan Komunikasi. Jakarta : UIN Jakarta Press, 2003 Cangara, Hafidz, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafndo Persada, 1998 Darajat, Zakiah. Ilmu jiwa dan agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1976 _____________Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang, 1975 David fred, Manajemen Strategi konsep, (Jakarta: Prehalindo,2002 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Bumi Pustaka, 2002 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,1990 Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES 1982 Effendi, Firdaus, Membangun masyarakat madani melalui khotbah dan ceramah, Jakarta: Nuansa Madani, 1999 Effendi, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Rosdakarya, 2001 ______________________Dinmika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008 _________________ Spektrum Komunikasi, Bandung: Bandar Maju, 1992 ____________________, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003 Gazalba, Sidi, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, Jakarta: Bulan Bintang, 1976 Haedari Amin. Refleksi Pesantren Otokritik dan Prospektif, Jakarta: Ciputan Institut, 2007 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996 Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 2009 Maksum, Muhammad, Refleksi Pesantren, Jakarta: Ciputat Institut, 2007 75 76 Muhammad, Arni. komunikasi Organisasi. Jakarta:Bumi Aksara, 2009 Moleong J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remja Rosdakarya 2009 Munir, Samsul, ilmu dakwah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009 Nasution, Harun, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1979 Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf,, Jakarta: Rajawali Pers 1996 Nazir, Moh, Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia. 1999 Partanto A Pius, Al- Barry M Dahlan. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994 Qomar, Murjani. Pesantren Dari Transformasi Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga 2005 Metodologi Menuju Qardhawi, Yusuf. Masyarakat Berbasis Syariat Islam Akidah, Ibadah, Akhlak, Solo: Era Intermedia, 2003 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press,2007 Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam, Jakarta ; Kalam Mulia, 1990 Soehartono, Irwan, Metodologi Penelitian Sosial, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004 Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006 ________________. Beberapa Teri Sosilogi Tentang Struktur Masyarkat, Jakarta: Rajawali, 1983 Usman. Husaini dan Setiady, Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta : Bumi Akasara, 2000 Wawancara Pribadi dengan Bapak Madinah, Ketua RW 06 Kampung Basmol Kembangan Utara, Jakarta 01 Maret 2011 Wawancara Pribadi dengan Bapak Asmat, Sesepuh Kampung Basmol, Jakarta 02 Maret 2011 77 Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani, Kiai dan Ketua Pondok Pesantren al-Hidayah, Jakarta, 02, 28, 30 Maret 2011 Wawancara Pribadi dengan Bapak Mat Hasyim, Ketua RT 15 Kampung Basmol Kembangan Utara, Jakarta 22 Maret 2011 Wawancara Pribadi dengan Heri Jaya Subrata, Warga Masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol, Jakarta, 27 Maret 2011 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Zubair, Warga Masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol, Jakarta, 29 Maret 2011 Widjaja, H A.W. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta: Bhineka cipta, 2002 _____________Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta Bumi Aksara, 2008 Yasmadi, Moderenisai Pesantren, Kritik Nur Kholis Majid Terhaap Pendidikan Islam Tradisional, Jakarat: Ciputat Press, 2002 Yusuf.M, Pawit, Komunikasi Instruksional Teori dan Praktek, Jakarta: Bumi Aksara, 2010 Zawawi, Ahmad, Silisah Keturunan KH. Abdul Ghani Bin Moh. Zein, Bin Muqri, Bin Sama’un. Jakarta: T.pn, 2006 KH. AHMAD SYARIFUDDIN ABDUL GHANI, MA Penulis Bersama KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Penulis Bersama Ustadz Asmat Arsyad (Sesepuh Kampung Basmol) Penulis Bersama Bpk. Madinah (Ketua RW06/RT 015) Penulis Bersama Bpk. Mat Hasyim (Ketua RT 015) Penulis Bersama Turmudzi (Warga Kampung Basmol) Penulis Bersama Bpk. Heri Jaya Subrata (Warga Kampung Basmol) Penulis Bersama Muhammad Ibnu (Warga Kampung Basmol) KH. Ahmad Syarifuddin Saat Mengajar di Masjid Jami’ al- Musari’in Kampung Basmol Masyarakat Kampung Basmol Saat Mengikuti Pengajian Rutin Di Masjid Jami’al Musari’in Kampung Basmol Asrama Putra Pondok Pesantren al-Hidayah Asrama Putri Pondok Pesantren al-Hidayah Salah Satu Sudut Lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol Salah Satu Sudut Lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol Masjid Jami’ al-Musari’in Kampung Basmol Majlis Taklim al-Mas’udiah Kampung Basmol