strategi komunikasi kh. ahmad syarifuddin abdul

advertisement
STRATEGI KOMUNIKASI
KH. AHMAD SYARIFUDDIN ABDUL GHANI
DALAM PEMBINAAN AKHLAK PADA MASYARAKAT
LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH
JAKARTA BARAT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Ahmad Mursyidi
NIM: 107051002596
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H
STRATEGI KOMUNIKASI
KH. AHMAD SYARIFUDDIN ABDUL GHANI
DALAM PEMBINAAN AKHLAK PADA MASYARAKAT
LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH
JAKARTA BARAT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Ahmad Mursyidi
NIM: 107051002596
Dibawah Bimbingan
Dr. Hj Roudhonah, MA
NIP. 195809101987032001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin
Abdul Ghani Dalam Pembinaan Akhlak Pada Masyarakat Lingkungan
Pondok Pesantren al-Hidayah Jakarta Barat”, telah diujikan dalam sidang
munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Juni 2011. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Komunikasi
Islam (S. Kom.I) pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 10 Juni 2011
Panitia Sidang Munaqosyah
Ketua Merangkap Anggota
Sekertaris Merangkap Anggota
Umi Musyarofah ,MA
NIP. 19710816 199703 2 002
Drs. Study Rizal, LK, MA
NIP. 19640428 199303 1 002
Penguji I.
Penguji II.
Drs. H. S. Hamdani, MA
NIP. 19550309 199403 1 001
Drs. H. Mahmud Djalal, MA
Nip. 19520422 198103 1 002
Pembimbing,
Dr. Hj. Roudhonah, MA
NIP. 19580910 198703 2 001
ABSTRAK
Ahmad Mursyidi
107051002596
Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Dalam
Pembinaan Akhlak Pada Masyarakat Lingkungan Pondok Pesantren alHidayah Jakarta Barat
Pada zaman sekarang ini nilai-nilai akhlak yang sudah tertanam di dalam
masyarakat sudah mulai menurun, untuk itu, KH. Ahmad Syarifuddin Abdul
Ghani sebagai seorang pemimpin Pondok Pesantren al-Hidayah dan sebagai kiai
di lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol mempunyai
peranan penting untuk membentuk masyarakat yang berakhlak karimah. Selain itu
juga untuk meyampaikan pesan-pesan agama kepada masyarakatnya yang
meliputi aqidah, ibadah, syari’ah, dan akhlak, dalam aspek akhlak perlunya
pembinaan akhlak yang baik bagi masyarakat, oleh karena itu diperlukan adanya
strategi komunikasi KH. Syarifuddin Abdu Ghani dalam pembinaan akhlak pada
masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol agar
tujuan tersebut tercapai.
Bagaimana strategi komunikasi dan metode apa saja yang digunakan KH.
Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak? Bagaimana bentuk komunikasi
KH. Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak? Apa saja hambatan-hambatan
komunikasi dalam pembinaan akhlak ?
Strategi komunikasi yang digunakan KH. Ahmad Syarifuddin dalam
pembinaan akhlak adalah; Mengenal komunikan, menentukan pesan, membujuk,
mengontrol, mengantisipasi, merangkul dan strategi memberi kabar gembira dan
peringatan. Metode yang digunakan adalah cerita, diskusi, tanya jawab, ceramah
dan nasihat. Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh KH. Ahmad Syarifuddin
lebih cenderung kepada komunikasi kelompok dan komunikasi antarpribadi.
Faktor penghambatanya adalah pemanfaatan waktu, kondisi dari komunikan dan
sikap orang tua yang apatis.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala
yang terjadi di lapangan dan kemudian dianalisa untuk mendapatkan hasil yang
berdasarkan tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada
data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan
dan wawancara.
Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan, bahwa dengan
menggunakan strategi komunikasi dan bentuk komunikasi, semua itu berhsil
dilakukan oleh KH. Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak pada
masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol, dan hasil
yang diperoleh cukup baik, hal ini dapat dilihat tanggapan dari masyarakat strategi
komunikasi dan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh KH. Ahmad Syarifuddin
dalam segi prilaku sehari-hari yang menunjukan kemajuan yang lebih baik, serta
dapat memberikan banyak pengetahuan agama dan menjadi wadah bagi
masyarakat untuk membina ilmu.
i
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang terindah yang pantas diucapkan selain ucapan
Alhamdulillah. Suatu ungkapan rasa syukur yang begitu tulus yang hanya
dipersembahkan kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam semoga selalu Allah
limpahkan kepada pemimpin seluruh umat manusia hinggga akhir zaman,
Baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan
kepada para pengikutya yang setia menjalankan ajaran-ajarannya.
Dalam proses penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir, cukup banyak
kesulitan yang penulis hadapi, baik yang menyangkut soal pendanaan,
pengumpulan bahan bacaan, dan lain sebagainya. Namun berkat bantuan dari
berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada semua pihak yang telah terlibat dan juga membantu penulisan skripsi ini,
terutama penulis sampaikan kepada:
1.
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr.
Komaruddin Hidayat, MA.
2.
Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Arif Subhan, MA.
3.
Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Bapak Drs. Jumroni M. Si.
ii
4.
Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu
Umi Musyarofah, MA.
5.
Pembimbing skripsi, Ibu Dr. Hj. Roudhonah, MA yang telah memberikan
arahan, nasihat serta bimbingannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan penuh motivasi. Semoga Allah memberikan kasih sayang
kepadanya.
6.
Para dosen Jurusan Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan sebagian ilmunya
kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta seluruh civitas
akademika yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
7.
Seluruh petugas perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
serta petugas perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam penyediaan referensi dalam penulisan skripsi ini.
8.
KH. Ahmad Syarifuddin selaku pemimpin Pondok Pesantren al-Hidayah dan
tokoh agama masyarakat kampung Basmol, serta kepada para informan yang
telah memberikan informasinya kepada penulis
9.
Ayahanda H. Ahmad Zawawi dan Ibunda Hj. Mimi Ilmiah yang telah
memberikan didikan, pengajaran, nasihat, serta doanya yang tidak mungkin
penulis balas jasa-jasanya, sehingga penulis dapat menempuh hidup ini
dengan penuh semangat demi mencapai sebuah cita-cita semoga Allah SWT
memberikan umur yang panjang dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat
kepada mereka
iii
10. Kakak Bariroh dan Fawaz, dan adik-adiku Adila dan Maysur yang senantiasa
mendo’kan, mendukung dan memberikan motifvasi kepada penulis.
11. Keluarga besar penulis yang telah memberikan doa’nya serta motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Kepda kawan-kawan seperjuangan KPI A, C, D khususnya KPI B angkatan
2007, Syarif Fadilah, Ahmad Khumaidi, Rifqi Ridho, Fatan Nur Hamidi,
Ilham Berlian dan Wahyudi yang telah membantu dan memberikan masukanmasukan serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
13. My Lovely Ines Sukma Wati yang selalu setia menemani, mendo’akan serta
selalu memberi motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
terdapat banyak kekuarangan dan kelemahan baik dari segi isi, metodologi,
maupun analisanya. Oleh karen itu, saran dan kritik dari para pembaca akan
disambut dengan senang hati demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap karya tulis yang sangat sederhana ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca dalam upaya memahami khazanah
dalam ilmu komunikasi
Jakarta, Januari 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………...………
i
KATA PENGANTAR……………………………………………………
ii
DAFTAR ISI……………………………………………...………………
v
DAFTAR TABEL………..………………………………………………
viii
BAB I PENDAHULAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………
1
B. Pembatasan dan Perunusan Masalah………...………………..
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………..…………
7
D. Metodologi Penelitian….……………………………………...
8
E. Tinjauan Pustaka………………………..……………………..
12
F. Sistematika Penulisan………………………………………….
13
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Strategi Komunikasi…………………………………………..
15
1. Pengertian Startegi Komunikasi…….……………………..
15
2. Tahapan-Tahapan Strategi Komunikasi...............................
16
B. Pengertian Komunikasi…………………….…………………
17
1. Definisi Komunikasi……………………………………….
17
2. Unsur-Unsur Komunikasi………………………………. ...
20
3. Bentuk Komunikasi……………………………….. . …….
24
C. Pengertian Akhlak……………………………………………
27
1. Definisi Akhlak……………………………………………
27
2. Pembinaan Akhlak…………………………………………
28
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak..
28
D. Masyarakat…………………………………………………….
29
1. Pengertian Masyarakat……………………………………..
29
v
2. Masyarakat Dengan Kehidupan Beragama…………………
30
E. Pesantren……………………………………………………….
31
BAB III SEKILAS TENTANG BIOGRAFI KH. AHMAD
SYARIFUDDIN ABDUL GHANI DAN GAMBARAN
UMUM KAMPUNG BASMOL
A. Biografi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani………………
33
1. Riwayat Hidup KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani……
33
2. Kiprah dan Aktifitas Dakwah KH. Ahmad Syarifuddin
Abdul Ghani ……………………………………………….
35
3. Karya KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani………….......
39
B. Kampung Basmol……………………………………………....
39
1. Keadaan Penduduk…………………………………………
40
2. Keadaan Ekonomi, Agama dan Budaya……………………
41
3. Tingkat Pendidikan…………………………………………
44
4. Sarana Prasarana……………………………………………
44
C. Sekilas Pondok Pesantren al-Hidayah…………………………
45
BAB IV ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI KH. AHMAD
SYARIFUDDIN ABDUL GHANI DALAM
PEMBINAAN AKHLAK DI LINGKUNGAN PONDOK
PESANTREN AL-HIDAYAH
A. Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syraifuddin Abdul Ghani
Dalam Pembinaan Akhlak……………………………………..
48
B. Bentuk Komunikasi KH. Ahmad Syraifuddin Abdul Ghani
Dalam Pembinaan Akhlak…………………..…………………
59
C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembinaan
Akhlak………………………………………………………….
66
1. Faktor Pendukung………………………………………….
66
2. Faktor Penghambat………………...…………………........
68
vi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………..
70
B. Saran…...………………………………………………………….
73
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
75
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
1.
TABEL 1: Tentang Jumlah Penduduk Masyarakat Kampung Basmol….
2.
TABEL 2: Tentang Pekerjaan Masyarakat Kampung Basmol………..….. 42
3.
TABEL 3: Tentang Agama Yang Dianut Masyarakat Kampung Basmol.. 43
viii
41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman yang moderen ini nilai agama yang sudah tertanam dalam diri
masyarakat mulai tergeser dengan adanya budaya-budaya asing yang dapat
merusak tingkah laku moral bangsa, disana sini terdengar macam-macam
kenakalan, perkelahian, penyalah-gunaan narkotika, kehilangan semangat untuk
belajar, ketidak patuhan terhadap orang tua dan sebgainya, tidak bisa dipungkiri
lagi bahwa saat ini masyarakat makin lama sudah menurun akhlakul karimahnya.
Dalam pergaulan pada saat ini sudah tidak memandang lagi akan nilai-nilai
moral, karena pergaulan bebas dalam masyarakat.
Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar, apabila sumber daya
manusianya mempunyai akhlak yang baik, keimanan yang mantap dan mampu
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, namun apabila tanpa akhlak yang
baik dan keimanan yang kuat serta moral yang tidak bertanggung jawab, maka
suatu negara tidak akan dapat berkembang karena masyarakatnya tidak berakhlak
baik dan hanya dapat merusak moral bangsa ini. Allah SWT telah menjelaskan
dalam al-Qur`an surah al-A‟raaf ayat 56.
              
 
1
2
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan
penuh harapan Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orangorang yang berbuat baik.”
Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan, bahwa Allah akan selalu
mencurahkan rahmatnya kepada hamba-Nya yang mempunyai akhlak dan budi
pekerti yang baik, karena apabila seseorang tidak mempunyai akhlak yang tidak
baik, maka akan dapat merusak diri sendiri dan lingkungan, bahkan dapat
merusak moral bangsa ini, karena kelakuan dan perbuatan yang buruk yang sudah
tidak memandang lagi nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
Dalam pembentukan akhlak setiap muslim, Allah SWT telah mengutus
rasul-Nya untuk menyempurnakan akhlak manusia menjadi akhlak yang mulia.
Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad;
ِ‫خالَق‬
ْ ‫أل‬
َ ‫إّنَمَا بُعِ ْثتُ ِألُتَمِمَا مَكَارِمَ ْا‬
Artinya:
“Sesungguhnya saya (Nabi Muhamma SAW)
menyempurnakan akhlak” (HR.Imam Ahmad)1
diutus
untuk
Allah SWT telah menjelaskan juga didalam al-Qur`an surah al-Qalam ayat
4.
    
Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu (Rasulullah) benar-benar berbudi pekerti
yang agung.”
1
Imam Badrudin Abi Muhammad Mahmud bin Ahmad al-„Ayni, Umdatul Qori fi Syarhil
Shoheh Bukhory Juz-32. ( Lebanon: Daarul Fikri, 2005) h. 217
3
Rasulullah SAW diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak, akhlak
yang buruk menjadi akhlak yang baik, karena di dalam diri Rasulullah terdapat
suri tauladan yang baik, yang pantas dan patut dicontoh oleh setiap umatnya.
“Menurut analisis Imam al-Ghozali, dalam pembinaan akhlak
terintegrasi dalam pelaksananan rukun Islam, hasil analisis Imam alGhozali terhadap rukun Islam yang lima telah menunujukan dengan jelas
bahwa dalam rukun Islam terkandung konsep pembinaan akhlak. Rukun
Islam yang pertama adalah syahadat, yaitu bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah. Kalimat itu
mengandung pernyataan bahwa selama hidupnya manusia hanya tunduk
kepada aturan dan tuntunan Allah. Selanjutnya rukun Islam yang ke dua
adalah mengerjakan shalat lima waktu, shalat yang dikerjakan akan
membawa pelakunya terhindar dari perbuatan keji dan mungkar.
Selanjutnya, rukun Islam yang ketiga adalah zakat, karena zakat
mengandung pendidikan akhlak yaitu agar orang dapat membersihkan
hartanya dari hak orang lain. Lalu rukun Islam yang ke empat adalah
puasa, karena puasa merupakan latihan menahan diri dari keinginan
melakukan perbuatan keji yang dilarang oleh agama seperti mencuri,
berjudi, berzina dan lain sebagainya. Selanjutnya rukun Islam yang kelima
adalah ibadah haji, hubungan ibadah haji dalam pembinaan akhlak karena
dalam pelaksanaan ibadah haji tidak boleh berkata kotor, berbuat fasik,
dan berbantah-bantahan didalam masa mengerjakan haji”. 2
Selain dari pengamalan rukun Islam, “metode pembinaan akhlak dapat
pula di bentuk dengan hanya pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabi‟at jiwa
untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru
mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu, menanamkan sopan santun
memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari”.3
Pembinaan akhlak adalah satu pembinaan budi pekerti yang dilakukan
dengan konsisten dan sungguh-sungguh agar terwujudnya akhlak yang mulia,
masksudnya adalah pembinaan akhlak yang terpuji yang berdasarkan pada alQur`an dan hadist, akhlak merupakan implementasi dari iman dalam segala
2
3
Abudin Nata, Akhlak tasawuf , (Jakarta: Rajawali Pers: 1996 h, 158
Ibid.,h, 163
4
bentuk prilaku, yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik individu,
keluarga, masyarakat dan negara.
Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau pun tidak, komunikasi adalah
bagian dari kehidupan manusia itu sendiri dalam berinteraksi sehari-hari. Manusia
sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya, gerak dan tangis
yang pertama saat dia dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia pasti mengadakan hubungan interaksi dengan
orang lain, serta dalam keseharian sengaja atau tidak disengaja manusia pasti
melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal.
Kehadiran seorang kiai di dalam lingkungan masyarakat sangat berperan
dalam membentuk masyarakat yang bermoral dan berakhlakul karimah, ia bukan
hanya sekedar menempatkan dirinya sebagai pengajar
dan pendidik santri-
santrinya, melainkan juga aktif memecahkan masalah-masalah krusial yang
dihadapi masyarakat. Biasanya kiai adalah pemimpin nonformal sekaligus
pemimimpin spiritual, oleh karena itu dibutuhkan strategi komunikasi yang baik
antara kiai dengan masyarakat yang berada dilingkungan pesantren agar
terciptanya keakraban sehingga kiai mampu mengetahui sejauh mana watak dan
sifat warga masyarakat di lingkungan pesantrennya.
Menurut Mujamil Qomar dalam bukunya Pesantren dari transformasi
metodologi menuju demokrtisasi institusi menjelaslkan bahwa:
“Kepercayaan masyarakat yang begitu tinggi terhadap kiai dan
didukung potensinya memecahkan berbagai problem sosio-psikis-kultural-
5
politik-religius menyebabkan kiai menempati posisi kelompok elit dalam
struktur sosial dan politik di masyarakat”.4
KH. Syarifudin Abdul Ghani selaku ketua yayasan Pondok Pesantren alHidayah, juga aktif di organisasi sebagai Ketua Komisi Fatwa MUI (Majlis ulama
Indonesia) tingkat DKI Jakarta, “beliau adalah sosok kiai yang sangat disegani
juga sangat memperhatikan masyarakatnya yang berada di lingkungan Pondok
Pesantren al-Hidayah.”5
Dalam kesibukan beliau sehari-hari sebagai ketua yayasan al-Hidayah atau
di dalam organisasi lain dan di beberapa majlis taklim di wilayah DKI Jakarta dan
Tangerang, beliau masih menyempatkan waktunya untuk membina akhlak pada
masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah, beliau mengajar dibeberapa
majlis taklim di daerah lingkungan masyarakat Pondok Pesantren al-Hidayah,
banyak warga masyarakat yang mengikuti pengajian yang beliau pimpin, karena
pesan moral yang disampaikan beliau sebagai komunikator menggunakan bahasa
yang menarik dan tidak menyulitkan jama‟ah (komunikan), sehingga pesan yang
disampaikan mudah diterima oleh jama‟ah.
Selain itu, kiai Syarifuddin sebagai pemimpin spritual dalam masyarakat
berusaha memberikan contoh yang baik kepada warga masyarakatnya didalam
kehidupan sehari-hari, sebagai contoh apabila ada seorang yang melanggar
peraturan agama seperti berjudi, minum-minuman keras, maka kiai harus berperan
untuk melarang dan memberi nasihat-nasihat dan memperbaikinya agar warga
4
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, (Jakarta: Erlangga,2005), h. 29
5
Wawancara pribadi dengan bapak Mat Hasyim ketua Rt 15, Jakarta 22 Maret 2011
6
masyarakat itu tidak mengulangi perbuatan tersebut serta dapat mengetahui mana
perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk.
Komunikasi dan interaksi yang terjadi anatara kiai dan masyarakat ini
diharapkan dapat memberikan efek yang positif dalam pembinaan akhlak terhadap
masyarakat, lebih khusus masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah
Basmol. Oleh karena itu dapat di lihat, betapa pentingnya seorang figur kiai bukan
hanya membina akhlak dan budi pekerti kepada santrinya saja, akan tetapi lebihlebih kepada masyarkat sekitar yang berada di lingkungan Pondok Pesantren alHidayah Basmol agar terwujudnya masyarakat yang madani.
Sehubungan dengan konteks dakwah dan sosial inilah, KH. Ahamd
Syarifuddin Abdul Ghani sebagai kiai sekaligus ketua yayasan Pondok Pesantren
al-Hidayah yang berada di jl- al-Hidayah Basmol adalah sosok kiai yang
mempunyai ciri-ciri seperti yang telah disebutkan di atas. Beliau sebagai seorang
figur kiai menekankan kepada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren alHidayah agar mempunyai budi pekerti yang baik serta bermoral dalam
berinteraksi dalam pergaulan sehari-hari.
Berkaitan dengan hal diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui dan
mengungkap prihal startegi komunikasi yang dilakukan oleh kiai pondok
pesantren terhadap masyarakat lingkungan pondok pesantren dalam pembinaan
akhlak sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi "Strategi
Komunikasi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani Dalam Pembinaan Akhlak
Pada Masyarakat Lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Jakarta Barat”
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka dalam penilitian ini
penulis ingin membatasi masalah yang ingin diteliti mengenai strategi komunikasi
dan bentuk komunikasi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani dalam pembinaan
akhlak hanya pada di kampung Basmol Jakarta Barat.
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi komunikasi yang diterapkan KH. Ahmad
Syarifudin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan
Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol ?
2. Bagaimana bentuk komunikasi yang di terapkan oleh KH. Ahmad
Syarifudin dalam pembinaan Akhlak pada masyarakat lingkungan
Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol ?
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam strategi komunikasi
KH. Ahmad Syarifudin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat
lingkungan Pondok Pesantren al-Hiayah kampung Basmol ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui strategi komunikasi yang diterapkan oleh KH.
Ahmad Syarifudin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat
lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah di kampung Basmol.
8
2. Untuk mengetahui bentuk komunikasi yang diterapkan oleh KH.
Ahmad Syarifudin dalam pembinaan Akhlak pada masyarakat
lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah di kampung Basmol.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat
strategi komunikasi dalam membina akhlak pada masyarakat di
lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah di kampung Basmol.
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis
a.
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi kontribusi positif dalam
bidang studi akhlak dan khususnya dalam ilmu komunikasi.
b.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi
dan dokumentasi ilmiah dalam studi akhlak dan ilmu komunikasi.
2. Manfaat Praktis.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan seberapa
penting komunikasi sebagai media dalam pembinaan akhlak.
D. Metodologi Penelitian
1.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif,
penelitian deskiptif ialah hanya “memaparkan situasi atau peristiwa, penelitian ini
tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat
9
prediksi”6. Pendekatan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan
kualitatif, “pendekatan kualitatif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu
gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih”.7
Peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala yang terjadi di
lapangan dan kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil yang berdasarkan
tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada data-data
penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan
wawancara.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani dan di
Kampung Basmol Jakarta Barat. Penelitian di mulai sejak Bulan Februari sampai
dengan Bulan Mei 2011
3. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah KH. Ahmad
Syarifuddin Abdul Ghani dan yang menjadi objek penelitiannya adalah strategi
komunikasi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Gahni dalam pembinaan akhlak pada
masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah.
4. Teknik pengumpulan data
Ada tiga macam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
6
Jalaluddin
Rahmat,
Metode
Penelitian
Komunikasi.(Bandung
Remaja
Rosdakarya:2007),h24.
7
Irwan Soehartono, Metode Peneitian Sosial ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h.
35
10
a. Observasi
Observasi adalah “pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti”.8 Peneliti mengamati langsung objek yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
dan bentuk komunikasi serta strategi komunikasi yang dilakukan KH. Syarifudin
Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok
Pesantren al-Hidayah Basmol.
b. Wawancara Mendalam
Wawancara/interview adalah “percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.”9
Wawancara berarti adalah “proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya-jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau informan dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (pedoman wawancara).”10
Peneliti mewawancarai dan bertanya langsung kepada narasumber untuk
mendapatkan informasi yang tepat, wawancara ini ditunjukan kepada ketua
yayasan al-Hidayah Basmol yaitu bapak KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani dan
ketua RT 15 Bapak Mat Hasyim, Ketua RW 06 Bapak Madinah, Sesepuh
8
Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta : Bumi
Akasara, 2000), h. 54
9
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),
h. 186
10
Moh. Nazir, Metode Penelitian. (Jakarta: Galia Indonesia. 1999). h.63.
11
Kampung Basmol Bapak Asmat Arsyad dan Warga masyarakat Kampung Basmol
yaitu, Bapak H. Turmudzi, Bapak Heri Jaya Subrata dan Muhammad Ibnu.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah “teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti tidak hanya dokumen
resmi”11
Teknik dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai
sumber data, “karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan”.12
Untuk melengkapi data yang sudah diperoleh melalui observasi dan
wawancara,
peneliti
juga
menggunakan
metode
dokumentasi
untuk
mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian. Data-data tersebut
berasal dari artikel, media elektronik, dan foto-foto sebagai lampirannya.
5. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, lalu dianalisis dengan tehnik triangulasi, yaitu
menggabungkan ketiga hasil data sementara dari observasi, dokumentasi, dan
wawancara kemudian dikumpulkan untuk dibuat kesimpulan, kemudian data-data
tersebut diolah atau direvisi kembali dengan menggunakan metode dekriptif
analisis dengan pendekatan kualitatif
11
Irwan Soehartono, Metode Peneitian Sosial.( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h.
12
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),
70
h. 217
12
Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku pedoman
penulisan skripsi yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta CeQDA tahun
2007
E. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa skripsi/penelitian mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang
pembahasannya hampir sama dengan judul yang peneliti bahas, yaitu :
1. Strategi Komunikasi Prof. DR. KH. Didin Hafiduddin, M.Sc, dalam
mensosialisasikan zakat di Indonesia oleh penulis Muhammad Alvi (Skripsi :
UIN 2008.) Pembahasan masalah skripsinya adalah tentang bagaiman KH.
Didin Hafiduduin mensosialisasikan zakat di Indonesia dan membahas
kegiatan yang dilakukan oleh Didin Hafiduddin dalam mensosialisasikan
zakat.
2. Pola Komunikasi Dalam Pembinaan Akhlak Siswa MAN 4 Model Pondok
Pinang Jakarta Selatan, oleh penulis Agus Ratina (skripsi UIN 2009.) Skripsi
tersebut membahas tentang pola komunikasi antara guru dan murid dalam
proses belajar mengajar khusunya pada mata pelajaran akhlak.
3. Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dengan Anak Asuh Dalam Pembinaan
Akhlak Di Panti Asuhan AL-Ikhsan Vila Tomang Tangrang, oleh penulis
Herman Setiawan (Skripsi UIN: 2010.) Skripsi tersebut membahas tentang
pola komunikasi antara pengasuh dengan anak asuh di Panti Asuhan al-Ikhsan
Vila Tomang Tangrang yang lebih memfokuskan pada pola komunikasi antar
pribadi.
13
Berbeda dari skripsi di atas, penelitian yang penulis lakukan untuk
menyusun skripsi ini adalah lebih cenderung mengarah kepada strategi
komunikasi serta bentuk komunikasi
KH. Syarifudin Abdul Ghani dalam
pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-hidayah
Basmol Jakarta Barat
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi pembahasan menjadi lima
bab yang meliputi:
BAB I
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan argumentasi
menegenai studi ini. Dalam bab ini peneliti menguraikan latar
belakang masalah, Pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan.
BAB II
Berisi tentang tinjauan teoritis mengenai defenisi komunikasi,
strategi
komunikasi,
komunikasi,
bentu-bentuk
pengertian
komunikasi,
masyarakat,
unsur-unsur
Masyarakat
dengan
Kehidupan Beragama, pembinaan akhlak dan definisi pondok
pesantren.
BAB III
Membahas sekilas tentang Riwayat Hidup KH. Ahmad Syarifuddin
Abdul Ghani, berkaitan dengan latar belakang keluarga, latar
belakang pendidikan. Kiprah dan Aktifitas KH. Ahmad Syarifudin
Abdul Ghani. Karya KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani.
Gambaran singkat tentang keadaan penduduk kampung Basmol,
14
keadaan ekonomi, sosial, budaya dan sekilas tentang Pondok
Pesantren al-Hidayah.
BAB IV
Dalam bab ini menjelaskan tentang bagaimana strategi komunikasi
KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak
pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah, dan
bagaimana bentuk komunikasi yang diterapkan oleh KH. Ahmad
Syarifuddin
Abdul Ghani
dalam pembinaan akhlak pada
masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah, serta faktor
penunjang dan penghambat dalam pembinaan akahlak pada
masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah.
BAB V
Penutup. Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari
penulisan skripsi, serta saran-saran yang dianggap perlu.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Strategi Komunikasi
1. Pengertian Strategi Komunikasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “strategi adalah
ilmu dan seni menggunkan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk
melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai, atau rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran ksusus”.1
Menurut pakar komunikasi Onong Uchjana Effendy, mengatakan bahwa:
“strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manjemen untuk
mencapai tujuan, namun untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak
berfungsi sebagai jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan
harus mampu menunjukan taktik oprasionalnya.”2
Demikian pula pada strategi komunikasi merupakan paduan dari
perencanaan komunikasi (communication planing) dan manajemen (managemen
communication) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut
strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana oprasionalnya secara
taktis harus dilakukan.
Jadi, strartegi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk
mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan terebut, stretegi komunikasi harus
dapat menujukan bagaimana oprasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam
arti bahwa pendekatan bisa berbeda tergantung pada situasi dan kondisi.
1
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),h. 1092
2
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Terori dan praktek,(Bandung: Remaja
Rosdakarya,2007). Cet, ke-21. h.32
15
16
2. Tahapan-tahapan Startegi Komunikasi
Untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan, dalam proses strategi
komunikasi terdapat beberapa tahapan-tahapan dalam prosesnya, di antaranya
yaitu :
a. Perumusan Strategi
Dalam
perurumusan
strategi,
konseptor
harus
mempetimbangkan
mengenai peluang dan ancaman eksternal, menenetapkan kekuatan dan
kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan startegi
alternatif dan memilih strategi untuk dilaksanakan.
“Perumusan strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang
terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan,
kemudian mengadakan analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan
serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat
diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu.”3
b. Implementasi strategi
Setelah merumuskan dan memilih strategi yang ditetapkan, maka langkah
berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahapan
pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja
sama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi.
“Dalam pelaksaan strategi yang tidak menerapkan komitmen dan
kerja sama dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis
strategi hanaya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan.
Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber
daya yang ditampakan melalui penetapan struktur organisasi dan
mekanisme kepemimpinan yang dijalanakan bersama budaya perusahaan
dan organisasi.” 4
c. Evalusi Strategi.
3
Ali Murtopo, Startegi Kebudayaan, ( Jakarta: Centre for Strategic and International
Studies-CSIS,1978).h 8
4
Fred David, Manajemen Strategi konsep, (Jakarta: Prehalindo,2002).h. 3
17
Tahap akhir dari menyusun strategi adalah “evaluasi implementasi
strategi, evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai, dan
dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evalausi menjadi tolak
ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan
evaluasi sangat diperluakn untuk menentukan sasaran yang dinyatakan telah
tercapai”.5
Ada tiga amacam langkah dasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu:
1.) Meninjau faktot-fakor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi.
Adanya perubahan yanag ada akan menjadi satu hambatan dalam
pencapaian tujuan, begtitu pula dengan faktor internal yang diantaranya
strategi tidak efektif atau hasil implememnatsi yang buruk dapat
berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.
2.) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan
kenyataan). Prosesnya dapat diilakukan dengan menyidiki penyimpanan
dari renacana, mengevalusi prestasi individual, dan menyimak kemajuan
yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk
mengevalausi strategi harus mudah diukur dan mudah dibuktikan,
kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari pada kriteria yang
mengungkapkan apa yang terjadi.
3.) Mengembalikan tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi
sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti yang ada
ditinggalkan atau merumuskan strategi baru. Tindakan korekratif
diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan hasil yang
dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.6
B. Pengertian Komunikasi
1. Definisi Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi adalah “merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris
Communication
yang
dikembangkan
di
Amerika
Serikat
dan
komunikasipun berasal dari unsur persurat kabaran, yakni journalism. Adapun
5
6
Ibid.h. 3
Ibid
18
definisi komunikasi dapat dilihat dari dua sudut, yaitu: dari sudut bahasa
(etimologi) dan dari sudut istilah (terminologi)”.7
“Komunikasi menurut bahasa atau etimologi dalam “Ensiklopedi Umum”
diartikan dengan “Perhubungan”, sedangkan Communication berasal dari
berperkataan latin, yaitu:
1. Communicare, yang berarti berpartisipasi ataupun memberitahukan.
2. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku dimana-mana
3. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum ataupun pendapat mayoritas
4. Communico, yang berarti membuat sama.
5. Demikian juga Communication berasal dari kata latin Communicatio yang
juga bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama disini
maksudnya sama makna”.8
Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat
terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya,
jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya,
maka komunikasi berlangsung. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi
tidak berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak
komunikatif.
Adapun pengertian komunikasi menurut istilah atau terminology banyak
dikemukakan oleh sarjana-sarjana yang menekuni ilmu komunikasi yaitu ;
1.) Laswell, 1960, mengatakan bahwa “komunikasi pada dasarnya merupakan
suatu proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran
apa”, “kepada siapa”, dan dengan akibat atau hasil apa” ( Who? Says what?
Iin which chanel? To whom? With effect?.)” 9
2.) Rogers dan D. Lawrence Kincaid mendefinisikan komunikasi adalah “suatu
proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran
7
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.19
Ibid
9
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.21
8
19
informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada
saling pengertian yang mendalam”.10
3.) Sedangkan menurut William J. Seller, memberikan komunukasi yang lebih
bersifat universal. Dia mengatakan bahwa komunikasi adalah “proses dengan
mana simbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima, dan diberi arti”.11
4.) Menurut pakar komunikasi Onong Uchjana, mendefinisikan komunikasi
adalah “proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain
untuk memberi tahu atau meruabah sikap, pendapat atau prilaku, baik
langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media”.12
5.) James A.F Stoner, dalam bukunya yang berjudul: manajemen, menyebutkan
bahwa komunikasi adalah “proses dimana seseorang berusaha memberikan
pengertian dengan cara pemindahan pesan”13
Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana
seseorang menyampaikan pesannya, baik dengan lambang bahasa maupun dengan
isyarat, gambar, simbol, gaya, yang antara keduanya sudah terdapat kesamaan
makna, sehingga keduanya mengerti apa yang sedang dikomunikasikan. Dengan
kata lain, jika lambangnya tidak dimengrti oleh salah satu pihak, maka
komunikasinya akan tidak lancar dan tidak komunikatif.
2. Unsur Unsur Komunikasi
10
Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi.(Jakarta: Rajagrafindo
Persada,1998).h.20
11
Arni Muhammad, komunikasi Organisasi.( Jakarta:Bumi Aksara, 2009).cet ke-10.h. 4
12
Onong Uchyana, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008).cet.ke7. h.5
13
H.A.W Widjaja. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi
Aksara,2008). cet.ke-5. h. 8
20
Dari pengertian komunikasi yang yang telah dikemukakan, jelas bahwa
komunikasi anatara manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya
komunikasi hanya terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media,
penerima, dan efek, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Menurut
Joseph de Vito menambahkan lagi adalah faktor lingkungan dan umpan balik dan
unsur-unsur ini bisa disebut juga elemen atau komponen komunikasi yaitu:
a. Komunikator
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber atau komunikator
sebagai pembuat atau pengirim informasi, dalam komunikasi antar manusia.
Yang dimaksud dengan sumber atau komunikator disini adalah “dasar
yang digunakan di dalam penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka
memperkuat pesan itu sendiri, sumber ini yang perlu di perhatikan adalah
memandang kredibilitasnya terhadap sumber kepercayaan baru, ataupun lama.
Sumber yang disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya
disebut source, sender, atau encoder. “14
b. Pesan
Pesan adalah “suatu gagasan atau ide, informasi, pengalaman yang telah
dituangkan dalam lambang untuk disebarkan kepada pihak lain”.15
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah “sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara
14
Hafied Changara, Penagntar Ilmu Komunikasi.(Jakarta: Rajagrafindo Persada,1998).h.
24
15
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.45
21
tatap muka atau melalui media komunikasi, isinya bisa berupa ilmu pengetahaun,
hiburan, informasi, nasihat atau propaganda”.16
Pesan seharusnya mempunyai inti pesan atau tema, sebagai pengarah di
dalam usaha mencoba mempengruhi atau mengubah sikap dan tingkah laku
komunikan. Namun pesan juga dapat disampaikan secara panjang lebar, tapi yang
perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasi. Dalam
bahasa Inggris pesan biasanya di terjemahkan dengan kata message, content atau
informasi.
c. Media
Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat
mengenai saluran atau media, ada yang menilai bahwa media bisa bermacammacam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi, pancaindra dianggap
sebagai media komunikasi.
Selain itu saluran komunikasi yang terdapat pada indra manusia, “ada juga
saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram, yang digolongkan sebagi
media komunikasi antarpribadi”.17
d.
Komunikan
16
Hafied Changara, Penagntar Ilmu Komunikasi.(Jakarta: Rajagrafindo Persada,1998).h.
17
Ibid. h.25
24
22
Komunikan atau penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang
dikirim oleh sumber, Penerima bisa terdiri dari satu orang, atau lebih, bisa dalam
bentuk kelompok, partai atau negara.
Penerima merupakan peranan paling penting dalam proses komunikasi
karena komunikan adalah “yang menjadi sasaran dari komunikasi, jika suatu
pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan barbagai macam masalah
yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada komunikator (sumber), pesan
atau saluran”.18
e. Efek
.Efek atau pengaruh adalah “perubahan yang terjadi di pihak komunikan
sebagai akibat dari diterimanya pesan melalui komunikasi. Efek bisa bersifat
kognitif yang meliputi pengetahuan, bisa juga bersifat afektif yang meliputi
perasaan emosi, atau bisa juga bersifat konatif yang merupakan tindakan”19
Efek mrupakan akhir dari komunikasi, yaitu sikap dan tingkahlaku
seseorang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan, jika sikap dan
tingkah laku orang lain itu sesuai, maka berarti komunuikasi itu berhasil.
f. Umpan Balik (Feed Back)
Feed back adalah “tanggapan, jawaban atau respons komunikan kepada
komunikator, bahwa komunikasinya dapat diterima dan berjalan.”20
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu
bentuk dari pada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya
18
Ibid. h.26
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.46
20
Ibid. h.46
19
23
umpan balik juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan
belum sampai pada penerima
g. Lingkungan
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan pada empat
macam yaitu limgkunagn fisik, lingkungan sosial budaya, lingungan psikologis,
dan dimensi waktu.
Menurut Hafied Changara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi
menjelaskan bahwa:
“Lingkungan fisik menunjukan bahwa suatu proses komunikasi hanya
bisa terjadi kalau tidak terdapat lingkungan fisik. Lingkungan sosial
menunjukan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik yang bisa menjadi
kendala terjadinya komunikasi. Lingkungan psikologis adalah
pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi.
Sedangakan dimensi waktu menunjukan situasi yang tepat untuk
melakukan kegiatan komunikasi, banyak proses komunikasi tertunda
karena pertimbangan waktu”. 21
Jadi dalan proses komunikasi, setiap unsur memilki peranan yang sangat
penting dalam membangun proses komunikasi. Efektif atau tidaknya komunikasi
tergantung dari unsur-unsur yang ini, bahkan ketujuh unsur ini saling bergantung
satu sama lainnya. Artinya, tanpa keikut sertaan
satu
unsur akan memberi
pengaruh pada jalannya komunikasi.
3.
Bentuk Komunikasi
21
29
Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi.(Jakarta: Rajagrafindo Persada,1998). h
24
Seperti halnya definisi komunikasi, klasifikasi tipe atau bentuk
komunikasi dikalangan para pakar juga berbeda satu sama lainnya. Klasifikasi itu
didasarkatn atas sudut pandang masing-masisng pakar menurut pengalaman dan
bidang studinya.
Joseph A. Devito membagi komunikasi atas empat macam, yaitu
“komunikasi antarpribadi, komunikasi antar kelompok kecil, komuniaksi public
dan komunikasi massa”.22
R Wayne Pace dengan teman-temanya dari Bringham Young University
dalam bukunya Technicues for Effective Communivcation (1979) membagi
bentuk-bentuk komunikasi atas tiga tipe yaitu, “komunikasi dengan diri sendiri,
komunikasi antarpribadi serta komunikasi khalayak”.23
Adapun yang dimaksud dengan bentuk-bentuk komunikasi di sini adalah;
komunikasi antarpribadi (Interpersonal Communication), komunikasi kelompok
(Group Communication) dan komunikasi massa (Mass Communication)
a. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
Komunikasi antarpribadi adalah “komunikasi yang berlangsung antara dua
orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan, komunikasi
jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face), bisa juga
melalui sebuah medium telepon”.24
Menurut Roudhonah dalam bukunya Ilmu Komunikasi mengatakan
bahwa:
22
Ibid. h.29
Ibid. h.30
24
Onong Uchyana, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni,1981). h.48
23
25
“Secara umum, komunikasi antrapribadi dapat diartikan sebagai suatu
proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi.
Pengertian mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang
berlangsung secara terus menerus. Komunikasi antarpribadi juga
merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima
pesan secara timbal-balik. Sedangkan makna, yaitu sesuatu yang
dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantra
orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan
dalam proses komunikasi.”25
Jadi, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilaksanakan oleh
dua orang secara tatap muka (face to face), dimana komunikator bisa memberi
pesan secara langsung dan komunikan juga dapat menerima dan menanggapi
pesan dari komunikator secara langsung, serta dapat memberikan umpan balik
(feed back) secara langsung, seperti percakapan, dialog dan wawancara.
b. Komunikasi Kelompok (Group Communication)
Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human
Communication, A Revisian of Approaching Spech/ Communicatin, yang telah
disadur oleh Sasa Djuarsa yang dikutip oleh Roudhonah dalam bukunya ilmu
komunikasi mengatakan bahwa:
“komunikasi kelompok adalah interaksi tatap muka dari tiga atau lebih
individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti
berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga
semua anggota dapat menumbuhkan karekteristik pribadi anggota lainnya
dengan akurat.26
Jumlah dalam komunikasi kelompok tidak bisa ditentukan jumlah
orangnya, hanya terdapat istilah small group yaitu sekumpulan orang yang
berjumlahnya sedikit dan large group yaitu sekumpulan orang yang jumlahnya
25
26
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.106
Ibid, h.124
26
lebih besar, tapi tidak bisa ditentukan berapa jumlah orang yang termasuk
kelompok kecil dan berapa orang yang termasuk kelompok besar.
c. Komunikasi Massa (Mass Communication)
Komunikasi massa adalah “penyampaian pesan komunikasi melalui atau
menggunakan media massa modern, yang meliputi surat kabar, siaran radio, dan
telivisi yang ditujukan kepada umum”27
Komunikasi massa dapat didefinisikan juga “sebagai proses komunikasi
yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada
khalayak yang sifatnya masal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio,
telivisi, surat kabarm dan film.”28
Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baiknya
lambat atau tertunda dan sangat terbatas, akan tetapi, dengan perkembangan
teknoogi komunikasi yang begitu cepat, khusunya media massa elektronik seperti
radio dan telivisi, maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat
kepada penyiar, misalnya melalui program interaktif.
Jadi, komuniaksi massa adalah penyebaran pesan dengan menggunakan
media yang ditujukan kepada sejumlah ornag yang tidak tampak oleh si
penyampai pesan, seperti pembaca surat kabar, pendengar radio, penonton telivisi,
tidak tampak oleh sikomunikator.
C. Pengertian Akhlak
1. Definisi Akhlak
27
28
37
Ibid,h. 137
Hafied Changara, Penagntar Ilmu Komunikasi.(Jakarta: Rajagrafindo Persada,1998).h.
27
Menurut dari segi bahasa, akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu “isim
masdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan
timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yufilu, aif’alan yang berarti al-sajiah
(perangai), at-thabi’ah (kelakuan, tabi’at, watak, dasar), al’adat (kebiasaan,
kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).”29
Menurut istilah dalam pengertian akhlak, banyak para pakar yang
mendifinisikan akhlak, ibnu Maskawih medifinisikan akhlak yaitu “sifat yang
tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memrlukan pemikiran dan pertimbangan”.30
Sejalan dengan pendapat tersebut diatas, dalam Mu'jam al-Washith,
Ibrahim Anis mengatakan akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
dengannya
lahirlah
macam-macam
perbuatan,
baik
atau
buruk,
tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.31
Namun dari definisi akhalak tersebut diatas nampak tidak ada yang
bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara satu dan lainnya
2. Pembinaan Akhlak.
Pembinaan akhlak merupakan gabungan dari kata yang berkaitan yaitu
pembinaan dan akhlak. Menurut Zakiah Darajat dalam bukunya ilmu jiwa dan
agama menjelaskan bahwa:
29
Jamil Shaliba, al-mu’jam al-fulsafi, juz 1 (Mesir: Dar al-Kitab al-Mishiri, 1978),
h.539. Lihat pula Luis Ma’luf, kamus al-Munjid, (Beirut: al-Maktabah al-Katulikiyah, t.t), h.194;
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm.19.
30
. Ibn Maskawih, Tahdzib al-Akhlak wa Tathir al-A'raq. (Mesir: al-Mathba'ah alMishiriyah, 1934), cet I, h. 40.
31
Ibrahim Anis, al-Mu'jam al-Washith,( Mesir: Dar al-Ma'arif, 1972), h.202
28
“Arti dari pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun
nonformal yang dilakasanakan secara sadar, berencana, terancang teratur
dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menambahkan,
mengembangkan suatu dasar kpribadian yang seimbang dan utuh dan
seluas pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat keinginan serta
prakarsa sendiri, menambah, mengembangkan dan meningkatkan kearah
tercapainya, martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan
pribadi yang mandiri.”32
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khsuusnya
dan pada pendidikan umumnya, ada tiga aliran yang sudah sama popular, Pertama
aliran Nativisme. Kedua, aliran Empirisme, dan ketiga aliran Konvergensi.
“Menurut aliran Netivisme bahwa faktor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam
yang bentuknya berupa kecendrungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika
seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecendrungan kepada yang
baik maka dengan sendirinya orang tersebut akan baik.
Selanjutnya, menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhaap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar,
yaitu lingkungan sosial, termasuk pembentukan dan pendidikan yang
diberikan. Jika pembinaan dan pendidikan yang diberikan anak itu baik,
maka baiklah anak itu. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini tampak begitu
percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan
pengajaran.
Dalam pada itu aliran konvergensi berpendapat pembentukan
akhlak dipengaruhi oleh factor internal, yaiut pembawaan si anak, dan
faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembniaan yang dibauat secara
khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan social. Fitrah dan
kecendrungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina
secara intensif melalui berbagai metode”.33
D. Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
32
33
Zakiah Darajat. Ilmu Jiwa dan Agama (Jakarta: Bulan Bintang,1976), h, 36.
Abudin Nata, Akhlak tasawuf , (Jakarta: Rajawali Pers: 1996) h, 165
29
Masyarakat dalam bahasa inggris sering dipakai dalam istilah yaitu
“society yang berasal dari kata Latin socius, berarti “kawan”. Istilah masyarakat
sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti “ikut serta”,
berpartisipasi.”34
Sebagaimana dengan hal-hal ilmu sosial lainnya, objek sosiologi adalah
masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia, dan proses yang
timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
Memang agak sukar untuk memberikan batasan tentang masyarakat, oleh
karena istilah masyarakat terlalu banyak mencakup berbagai factor, sehingga
kalaupun diberikan suatu definisi yang berusaha mencakup keseluruhannya, ada
juga yang tidak memenuhi unsur-unsurnya
Beberapa orang sarjana telah mencoba untuk memberikan definisi
masyarakat (society) seperti misalnya:
a.
Mac Iver dan Page berpendapat bahw masyarakat adalah “suatu sistem
dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama anatara
berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tinglah laku serta
kebebasan-kebebasan-kebebasan manusia. Masyarakat merupakan jalinan
hussbungan social. Dan masyarakat selalu berubah”35
b.
Ralph Li nton menyatakan bahwa: “Masyarakat merupakan setiap
kelompok manusia yan telah hidup dan bekerja bersama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dna menganggap diri
34
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 116
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantars. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2006), h.24
35
30
mereka sebagai suatu kesatuan social dengan batas-batas yang
dirumuskan dengan jelas”36.
c. Selo Soemardjan menyatakan bahwa: “masyarakat adalah orang-orang
yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.”37
Dapat dirumuskan maka definisi masyarakat secara khusus adalah
“kesatuan hidup manuisia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas
bersama”.38
2. Masyarakat dengan kehidupan beragama
Terlepas dari bentuk hubungan anatara agama dengan masyarakat, baik
dalam bentuk organisasi maupun fungsi agama, “maka dalam setiap masyarakat
agama masih tetap memiliki fungsi dalam kehidupan masyarakat. Agama sebagai
anutan manusia, terlihat masih berfungsi sebagai pedoman yang dijadikan sumber
untuk mengatur norma-norma kehidupan”.39
Agama adalah “merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia,
seperti di kutip Dr. Harun Nasution dalam buku Islam ditinjau dari berbagai
aspek, agama adalah ajaran yang berasal dari kitab suci.”40
Berbicara lebih lanjut mengenai fungsinya agama sangat berperan dalam
memenuhi kebutuhan serta pemeliharaan masyarakat, artinya bahwa dalam
mengatur kehidupan sosial, agama memiliki kekuatan untuk memaksa dan
36
Ibid.
Ibid.
38
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 118
39
Jalaludin Rahmat, Psikologi Agama.(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 253
40
Harun Nasution, Islam di Tinaju dari Berbagai Aspeknya. (Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 1979), h. 11
37
31
mengikat masyarakat untuk mau mengorbankan kepentingan-kepentingan
pribadinya demi kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Di pihak lain,
agama juga berperan dalam membantu menciptakan sistem-sistem nilai sosial
yang terpadu dan utuh
dengan memberikan nilai-nilai yang berfungsi
menyalurkan sikap-sikap para anggota masyarakat dan menetapkan isi kewajibankewajiban sosial mereka.
“Agama membentuk taqwa, berpangkal dari taqwa inilah terbentuk
kebudyaaan Islam, itulah yang disebut masyarakat Islam. Kebudayaan Islam
ialah cara brfikir dan cara merasakan taqwa, yang menyatakan diri dalam
seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk masyarakat
dalam suatau ruang dan suatu waktu. Sedangkan masyarakrat Islam adalah
kelompok manusia dimana hidup terjaring kebudyaan Iskam yang diamalkan
oleh kelompok itu sebagai kebudayaanya, kelompok itu bekerjasama dan
hidup bersama berdasarkan prinsip-prinsip al-Qur`an dan Hadis dalam tiap
segi kehidupan.”41
E. Pesantren
Pesantren adalah “berarti santri dengn awalan "pe" dan akhiran "an"
berarti tempat tinggal para santri”42, yang lazim disebut dengan istilah pondok.
Di Indonesia istilah pesantren lebih popular dengan sebutan pondok
pesantren. Lain halnya dengan pesantren, “pondok berasal dari bahasa Arab
“funduq”, yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana”.43
Pesantren itu terdiri dari lima elemen pokok, yaitu; “kyai, santri, masjid,
pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam kalsik. Kelima elemen tersebut
merupakan cirri khusus yang dimiliki pesantren dan membedakan pendidikan
41
Sidi Gazalba, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi,cet, ke-2, (Jakarta:
Bulan Bintang 1976), h. 102
42
Zamarkasyi Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, cet, ke6, (Jakarta: LP3ES,1994),h. 18.
43
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan, cet. Ke-2, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996), h.138.
32
pondok pesantren dengan lembaga pendidikan dalam bentuk lain. Sekalipun
kelima elemen ini saling menunjang eksisitensi sebuah pesantren, tetapi kiai
memainkan peranan yang begitu sentral dalam dunia pesantren”.44
44
Yasmadi, Moderenisai Pesantren, Kritik Nur Kholis Majid Terhaap Pendidikan Islam
Tradisional, cet-1, ( Jakarat: Ciputat Press, 2002), h.63
BAB III
SEKILAS TENTANG BIOGRAFI
KH. AHMAD SYRIFUDDIN ABDUL GHANI
DAN GAMBARAN UMUM KAMPUNG BASMOL
A. Biografi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani
1. Riwayat Hidup KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani
KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani “di lahirkan di kampung Basmol
Kembangan Utara Jakarta Barat pada tanggal 1 Juli 1957”1, kiai Syarifuddin yang
biasa di sapa warga Basmol dengan ustadz Syarif merupakan anak terakhir dari
sebelas bersaudara, yaitu “ustadzah Jawiyah, ustadz Jawahir, ustadzah Salimah,
Ustadzah Husna, M. Syatiri (almarhum), Ustadz Abdul Rohman, Ridwan
(almarhum), M. Isa, Zahrudin (almarhum), Sanwani (almarhum) dan ustadz
Ahmad Syarifuddin, beliau dilahirkan dari pasangan KH. Abdul Ghani bin M.
Zein bin Muqri bin Sama‟un yang berprofesi sebagai guru madrasah, dan ibunya
bernama Ny. Alijah yang berasal dari Kedoya Jakarta Barat, dia adalah seorang
ustadzah yang mengajar di beberapa majlis taklim di daerah Kedoya dan
sekitarnya”.2
Dimasa kanak-kanak, “kiai Syarifuddin sering berkelahi dengan kakakkakaknya, terkadang juga dengan teman sebayanya, dan sering dimarahi ketika
tidak menuruti perintah orang tuanya. Namun dibalik kenakalan beliau dimasa
1
Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifudduin Abdul Ghani. Jakarta 02 Maret
2011
2
Ahmad Zawawi, Silsilah Keturunan KH. Abd Ghani Bin Moh Zein, Bin Muqri, bin
sama’un (Jakarta:T.pn,2006), cet-2,h.4
33
34
kanak-kanak, beliau rajin membantu ayahnya mengambilkan air wudhu untuk
melaksanakan shalat maghrib, beliau juga dididik dengan ketat dalam
mempelajari ilmu agama dan mengaji oleh ayahnya”.3
Pada tahun 1990 KH. Ahmad Syarifuddin menikah dengan Nurhasanah
binti Sarwo Wahdi, lalu dari hasil pernikahannya dikaruniai lima orang anak,
diantaranya tiga laki-laki dan dua perempuan, mereka adalah Jauhar, Syaza
(almarhum), „Uzair, Muqoddas dan Fadiya. Sama seperti ayahnya, ustad Syarif
juga mendididik anak-anaknya dengan sangat ketat dalam mempelajari ilmu
agama.4
“Pada usia enam tahun kiai Syarifudin mulai masuk pendidikan formal
yaitu;
1. SR (Sekolah Rakyat) Cengkareng Jakarta Tahun 1963 – 1969
2. SLTP Jakarta Tahun 1969 – 1972
3. SMEP Jakarta Tahun 1972 – 1975
4. Madrasah Aliyah (MA) Annida Bekasi Tahun 1975 – 1978
5. SI Islamic University Medina, Madina Saudi Arabia Jurusan as-Sunah
(Hadis) Tahun 1978-1982
6. S2 Islamic University Medina, Madina Saudi Arabia Jurusan as-Sunah
(Hadis) Tahun 1982 – 1985.”5
3
Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifudduin Abdul Ghani. Jakarta 20 April
2011
4
Ahmad Zawawi, Silsilah Keturunan KH. Abd Ghani Bin Moh Zein, Bin Muqri, bin
sama’un (Jakarta:T.pn,2006), cet-2,h.15
5
Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin, Jakarta, 02 Maret 2011
35
2. Kiprah dan Aktifitas Dakwah KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani
Pada tahun 1986 kiai Syarifudin pulang ke Indonesia setelah mengenyam
pendidikan di Madinah Arab Saudi selama tujuh tahun. Aktivitas pertama yang
beliau lakukan adalah mengajar di Madrsah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah alHidayah kampung Basmol serta mendidik para santri Pondok Pesantren alHidayah kampung Basmol, dan juga mengajar di beberapa majlis taklim yang ada
di Jakarta.
Pengalaman demi pengalaman beliau rasakan, luasnya pergaulan serta
banyaknya prestasi, serta kedalaman ilmu yang dimilikinya, sehingga beliau aktif
dalam organisasi-organisasi tingkat kota dan provinsi DKI Jakarta. Lembagalembaga organisasi tersebut adalah :
1. Anggota Majlis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta Barat pada tahun 1988
– 2003
2. Sekertaris Syuriah Nahdlotul Ulama (NU) pada tahun 2004 – 2009
3. Ketua (STIT) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah al-Marhalah al-Ulya Bekasi
pada tahun 2004 - sampai sekarang
4. Ketua Yayasan Pembinaan dan Pendidikan Islam al-Hidayah (YAPPIA)
Jakarta, pada tahun 2007 – sampai sekarang
5. Ketua Komisi Fatwa Majlis Ulama Indonesia DKI Jakarta, pada tahun
2010 – sampai sekarang
6. Pimpinan di beberapa Majlis Taklim di daerah Jakarta dan Tangrang6
6
Wawancara pribadi dengan kiai Ahmad Syarifuddin, Jakarta 02 Maret 2011
36
Sejak tahun 1986 KH. Ahmad Syarifuddin mendidik dan mengajar santri
di Pondok Pesantren al-Hidayah, beliau juga aktif mengajar di sekolah Madrsah
Tsanawiyah al-Hidayah dan Madrasah Aliyah al-Hidayah kampung Basmol dan
mengajar di beberapa Majlis Taklim di kampung Basmol yaitu:
1. “Hari Minggu pagi jam 09:00 WIB di Masjid al-Musari‟in Kampung
Basmol, kitab yang dikaji adalah Shoheh Bukhori, menerangkan
hukum-hukum fiqih yang beradsarkan dari hadist-hadist shoheh
2. Hari Senen setelah shalat Subuh mengajar santri putra di rumah beliau
(ustadz Syarifuddin), kitab yang dikaji adalah Sunan Abu Daud yang
menerangkan tentang hadis- hadis Rasulullah yang berdasarkan
riwayat Abu Dawud, dan kitab Sunan Turmudzi yang menerangkan
tentang hadist-hadis Rasulullah berdasarkan riwayat Imam Turmudzi.
3. Hari Selasa mengajar di MTs dan MA al-Hidayah kampung Basmol
Jakarta Barat.
4. Hari Rabu setelah shalat Maghrib mengajar santri putri di rumah
ustadz Syarifuddin, kitab yang dikaji adalah Fathul Mu’in, yang
menerangkan tentang hukum-hukum fiqih dan Tafsir Ibnu Katsir,
yang menerangkan tentang tafsir ayat-ayat al-Qur`an.
5. Hari Kamis pagi mengajar kaum ibu-ibu di Majlis Taklim alToyyibiah, kitab yang di kaji adalah Subulus Salam, menerangkan
tentang hukum-hukum fiqih.
6. Hari Kamis Mengajar di MTs dan MA al-Hidayah kampung Basmol
Jakarta Barat.
37
7. Hari Jum‟at setelah shalat Isya di Masjid al-Musari‟in Kampung
Basmol, kitab yang dikaji adalah menjelaskan isi kandungan ayat-ayat
al-Qur‟an yang berkaitan dengan hukum-hukum dan akhlak.
8. Hari Sabtu mengajar di MTs dan MA al-Hidayah kampung Basmol
Jakarta Barat” 7
Selain beliau mengajar beberapa majlis taklim di wilayah kampung
Basmol Jakarta Barat, beliau juga mengajar di beberapa majlis taklim di wilayah
DKI Jakarta dan Tangerang, diantaranya;
1. “Hari Minggu setelah shalat Maghrib di Mushola al-Ikhlas Kebon
Jeruk Jakarta Barat, kitab yang di kaji adalah Riyadus Sholihin yaitu
menerengkan tentang hukum, akhlak dan tauladan Rasulullah SAW
berdasarkan hadis-hadis shoheh.
2. Hari Minggu setelah shalat isya di Masjid al-Ma‟ruf Kebayoran Lama
Jakarta Selatan, kitab yang dikaji adalah Kifayatul Akhyar yang
menerangkan tentang hukum-hukum dalam fiqih, dan Tafsir Jalalain
menerangkan tafsir dan asbabunuzul ayat-ayat al-Qur`an.
3. Hari Selasa setelah shalat Ashar di Masjid Nurul Janah Semanan
Jakarta, kitab yang di kaji adalah Al-Muwatho menerangkan tentang
hukum-hukum fiqih berdasarkan
hadis-hadis Rasulullah yang di
riwayatkan dari Imam Malik.
4. Hari Selasa setelah shalat maghrib di Masjid Gahiru Jami‟ Darussalam
Pesing Jakarta, kitab yang dikaji adalah Riyadus Shalihin.
7
Wawancara Pribadi dengan KH.Ahmad Syarifuddin. Jakarta, 28 Maret 2011
38
5. Hari Rabu Mengajar di Sekolah Tinggi Tarbiah al-Marhala al-Nida
Bekasi, setelah itu melakukan tugas di kantor MUI (Majlis Ulama
Indonesia) untuk melakukan musyawarah.
6. Hari Jum‟at setelah shalat Jum‟at di mengajar kaum ibu-ibu di Majlis
Taklim al-Muslimun Semanan Jakarta Barat, kitab yang dikaji adalah
Riyadus Sholihin.
7. Hari Jum‟at setelah shalat Ashar di Masjid Agung al-Adzom
Tangerang, kitab yang dikaji adalah Subulus Salam.
8. Hari Sabtu setelah shalat Maghrib di masjid al-Jannah pedongkelan
Jakarta Barat, kitab yang dikaji adalah Irsyadul I’bad, menerangkan
tentang hukum-hukum fiqih
9. Hari Sabtu setelah shalat Isya di masjid Baiturrahman Pesing Jakarta
Barat, kitab yang dikaji adalah Irsyadul I’bad.”8
Di dalam kesibukan dan aktifitas ustadz Syarifuddin dalam mengajar di
beberapa majlis taklim di DKI Jakarta dan sekitarnya, namun, “beliau masih
menyempatkan waktu senggangnya untuk memperhatikan warga masyarakat
lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol agar warga kampung
Basmol tidak terjerumus dalam tindakan-tindakan kejahatan yang dapat
merugikan diri sendiri dan lingkungan”.9
8
9
Wawancara Pribadi dengan KH.Ahmad Syarifuddin. Jakarta, 28 Maret 2011
Wawancara Pribadi dengan bapak Mat Hasyim ketua Rt 15, Jakarta 22 Maret 2011
39
3. Karya KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani
KH. Ahmad Syarifuddin mempunyai karya satu buah karangan kitab yaitu
“Al-Badru Munir fi Takhriji Ahadist Syarhil Kabir. Kitab ini terdiri dari dua puluh
delapan (28) jus, yang setiap jusnya dikarang oleh satu orang, sementara KH.
Ahmad Syarifuddin mengarang pada juz empat (4) yang terdiri dari empat ratus
lima puluh delapan (458) halaman. kitab ini dijadikan sebuah kenang-kenangan
oleh lulusan mahasiswa S2 Islamic University Medina, Madina Saudi Arabia
Jurusan as-Sunah (Hadis) angkatan 1982. Dalam kitab ini menjelaskan tentang
hadis shoheh yang berhubungan dengan Al-Toharoh (bersuci) madzhab al-Imam
Abi Hafidz Umar bin Ahmad al-Anshori al-Syafi‟I (Imam Syafi‟i). Kitab alBadru Munir diterbitkan oleh percetakan Daarul ‘Ashima Riyadh Saudi Arabia
pada tahun 2009”.10
B. Kampung Basmol
Menurut salah satu tokoh masyarakat setempat, diperoleh informasi bahwa
“pada mulanya kampung Basmol bernama kampung Pesalo. Kemudian ada
seorang guru besar Jakarta yang berasal dari Depok bernama K.H. Abdul Majid
yang memberikan nama Basmol )‫ )بسمل‬yang artinya membaca bismillah” .11
Jarak kampung Basmol ke pusat pemerintahan yaitu kurang lebih 500
(lima ratus) meter dari kantor kecamatan Kembangan dan 2 (dua) Kilo Meter
(KM) dari kantor wali kota Jakara Barat serta dengan batas-batas sebagai berkut;
10
Wawancara pribadi dengan kiai Ahmad Syarifuddin, Jakarta 28 Maret 2011.
Wawancara dengan Ust. H. Asmat Arsyad (sesepuh kampung Basmol), Jakarta 02
Maret 2011
11
40
1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kampung Kapling/RW 08
Kelurahan Kedaung Kali Angke.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kampung Baru
3. Sebelah Timur berbatasan dengan RW 05 Kembangan
4. Sebelah Barat berbatasan dengan kali Cengkareng Drain Kelurahan
Cengkareng.
1.
Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk kampung Basmol pada bulan februari 2011 sebanyak
4.549 jiwa, terdiri dari 2238 orang laki-laki dan 2311 orang perempuan dengan
jumlah kepala keluarga (KK) Sebanyak 1.183 Jiwa. Jumlah penduduk ini
merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada di
RW se-Kelurahan Kembangan Utara, hal ini disebabkan karena terjadi pemekaran
jumlah RT yang semulanya hanya 12 RT kini menjadi 15 RT dimana areal tanah
yang
semula
perkebunan
kini
menjadi
tempat
pemukiman
penduduk.
Dibandingkan dengan jumlah penduduk asli (Betawi) yang hanya 40% maka
jumlah penduduk pendatang 60%. Hal ini terjadi karena banyak penduduk asli
yang membuat rumah-rumah kontrakan yang penghuninya sebagian besar adalah
pendatang12. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini.
12
Wawancara dengan Bapak Madinah (Ketua RW. 06) Hari Selasa tgl 01 Maret 2011
41
Tabel 1
Tentang Jumlah Penduduk Masyarakat Kampung Basmol
NO
TAHUN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
1
2008
2098
2298
4396
2
2009
2211
2064
4275
3
2010
2199
2293
4492
4
2011
2238
2311
4549
2.
Keadaan Ekonomi, agama dan Budaya.
a. Ekonomi
Menurut data yang saya dapat pada bulan maret 2011, bahwa “di RW 06
Kampung Basmol mempunyai jumlah penduduk 4549 jiwa, 3639 jiwa (80%)
terdiri dari orang dewasa, yaitu yang tidak lagi berhubungan dengan pendidikan
formal. Sedangkan anak-anak atau remaja terdiri dari 910 (20%), yaitu yang
masih dalam pendidikan formal. Di tinjau dari status ekonomi pada umumnya,
masyarakat kampung Basmol sangat beragam mata pencariannya mulai dari buruh
pabrik, guru, pedagang, sampai kepada pegawai baik swasta maupun negeri.
Sebagian besar dari mereka adalah laki-laki, sedangkan perempuan sebagian besar
tinggal dirumah sebagai ibu rumah tangga meskipun ada yang ikut sibuk
membantu ekonomi keluarga dengan berdagang dirumah.”13 Untuk lebih jelanya
dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
13
Wawancara dengan Bapak Madinah (Ketua RW. 06) Hari Selasa tgl 01 Maret 2011
42
Tabel 2
Tentang Pekerjaan Masyarakat Kampung Basmol
NO
Pekerjaan
Jumlah (Jiwa)
%
1
Pedagang
1455
40
2
Guru
546
15
3
Pegawai/Karyawan
1092
30
4
Wiraswasta
182
5
5
Lain-lain
364
10
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa masyarakat Kampung
Basmol 40% berprofesi sebgai pedagang, 15% berprofesi sebagai guru, 30%
berprofesi sebagai karyawan, 5% berprofesi sebagai wiraswasta, jadi dapat
disimpulkan bahwa, penduduk warga Kampung Basmol dalam status ekonomi
adalah menengah kebawah.
b. Agama
Dilihat dari jumlah agama, 96% penduduk masyarakat kampung Basmol
RW 05 menganut agama Islam, sedangkan yang lainnya menganut agama Kristen
Protestan, Kristen Katolik dan Budha, akan tetapi kerukunan dan kehidupan
beragama sehari-hari berlangsung sangat harmonis, sampai dengan penulis
mengadakan peneletian belum pernah terjadi hal-hal yang membuat perpecahan
dikalangan umat beragama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel dibawah
ini.
43
Tabel 3
Tentang Agama Yang Dianut Masyarakat Kampung Basmol
NO
Agama
Jumlah (jiwa)
%
1
Islam
4339
96
2
Protestan
59
1,12
3
Katolik
64
1,22
4
Hindu
0
0
5
Budha
87
1,66
“Dari tabel diatas terlihat jumlah penduduk yang beragama Islam
berjumlah (96%), dengan demikian agama Islam di RW 06 Basmol cukup
potensial terlebih kampung Basmol berdampingan dengan Pondok Pesantren alHidayah serta didukung sarana ibadah yaitu: satu buah masjid, 12 musolah dan
majls taklim”.14
c. Budaya
Budaya Betawi terasa sangat mewarnai masyarakat kampung Basmol,
terutama tampak dari segi bahasa yang digunakan sehari-hari. Kehidupan
bergotong royong sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka, hal ini dapat
dilihat seperti pada acara walimah, ta‟ziah, pembangunan rumah warga dan
pembangunan sarana umum.
Budaya dan tradisi di kampung Basmol adalah budaya yang bernuansa
islami, budaya ini merupakan peninggalan dari orang tua terdahulu yang sampai
14
Wawancara dengan Bapak Madinah (Ketua RW. 06) Hari Selasa tgl 01 Maret 2011
44
sekarang masih di budayakan. Misalnya budaya memakai busana yang muslim
dan muslimah, tradisi makan bersama dalam satu tempat hidangan yang diletakan
di atas nampan untuk empat orang dalam acara sedekahan baik di masid ataupun
dirumah-rumah, tradisi melaksanakan haulan para alim ulama yang dimakamkan
di kampung Basmol, tradisi pemisahan tempat duduk antara laki-laki dan wanita,
dan ketika suatu keluarga yang melakuskan hajat pernikahan atau lainnya,
biasanya mengundang hiburan seperti hadroh dan marawis bukan dangdut dan
sejenisnya. Mayoritas masyarakat yang melestarikan budaya tersebut adalah
masyarakat Betawi, namun ada sebagian masyarakat pendatang yang mengikuti
tardisi dan budaya tersebut.
3.
Tingkat Pendidikan
Keadaan penduduk menurut pendidikan dapat dikatakan relatif cukup,
karena hampir seluruh masyarakat Basmol pernah mengenyam pendidikan
meskipun tidak sampai menyelesaikan sekolah dasar, dan tidak sedikit juga yang
mampu menyelesaikan sampai perguruan tinggi.
4.
Sarana Prasarana
a. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada di kampung Basmol terdapat 2 yayasan
pendidikan, yaitu
YAPPIA (Yayasan Pembinaan dan Pendidikan Islam al-
Hidayah) yang terdiri dari: 1 (satu) Pondok Pesantren al-Hidayah, 1 (satu) MI
(Hidayatul Istiqomah, 1 (satu) MTs (Madrasah Tsanawiyah) al-Hidayah, 1 (satu)
MA (Madrah aliyah) al-Hidayah, dan yayasan PGRI yang terdiri dari: 1 (satu)
45
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) PGRI dan 1 (satu) Perguruan Tinggi PGRI.
Selanjutnya ada 5 (lima) TPA (Taman Pendidikan Al-Qur`an), 1 (satu) TK (taman
kanak-kanak), 2 (dua) buah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), 1 (satu) SDN
09, dan mobil perpustkaan keliling yang beroprasi satu bulan sekali.
b. Sarana Olahraga
Sarana olahraga yang terdapat di kampung Basmol yaitu 2 (dua) lapangan
sepak bola, 1 (satu) lapangan bulu tangkis dan 1 (satu) bulapangan basket.
c. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan di kampung Basmol, ada PUSKESMAS (Pusat
Kesehatan Masyarakat) keliling yang hadir dua kali dalam seminggu yaitu pada
hari senen dan hari rabu.
C.
Sekilas Pondok Pesantren al-Hidayah
Sejak mulai berdirinya Yayasan Pembinaan dan Pendidikan Islam al-
Hiadayah (YAPPIA) yang didirikan pada tahun 1979 oleh pendirinya KH. M..
Hasyim telah menyelenggarakan kurikulum khas pesantren, dimana, banyak
muatan-muatan lokal yang berorentasikan pada pemahaman kitab-kitab kuning.
Sebelumnya telah didirikan Madrasah Ibtidaiyah pada tahun 1954 seluas 3.600m2.
Kemudian pada tahun 1973 di atsa areal tanah 4000m2 didirikan Madrasah
Tsanawiyah dan pada tahun 1985 didirikan Madrasah Aliyah.
Kegiatan pendidikan mulai ditingkatkan dengan pelajaran tambahan.
Siswa/santri pertama madrasah ini sebanyak 13 orang, 5 orang putra dan 8 orang
46
putri. Dari sinilah mulai dilakukan persiapan-persiapan untuk mendirikan pondok
pesantren.
Melihat makin terbukanya kesempatan untuk menidirikan pondok
pesantren dan untuk memperluas kesempatan belajar bagi siswa/santri serta
memberi ketenangan kepada orang tua dan terdorong oleh rasa tanggung jawab
terhadap pendidikan nasional serta keinginan luhur untuk memberikan pengabdian
terhadap masyarakat, maka KH. M. Hasyim Mas‟ud yang telah banyak membina
ilmu di pondok pesantren tradisional kembali merintis pondok pesantren
yangnantinya dapat menampung siswa/santri dari luar wilayah, seperti dari Tang
erang, Bekasi dan Bogor.
Gagasan cemerlang KH. M. Hasyim Mas‟ud mendapat dukungan dari
keluarga dan tokoh agama setempat, yaitu KH. Alawi Zein, Ustadz Asmat Arsyad
dan KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani.” Akahirnya pada tahun 1979, tepatnya
tanggal 27 Maret 1979 disepakatilah berdirinya sebuah pondok pesantrten
dibawah naungan Yayasan Pembinaan dan Pendidikan Islam al-Hidayah.
Pimpinan pondok pesanten putri sekaligus ketua yaysan YAPPIA pada saat itu
KH. M. Hasyim Mas‟ud yang kini digantikan oleh putranya KH. Hisyam Hasyim
dan ketua yayasan YAPPIA digantikan oleh KH. Ahmad Syarifuddin Abdul
Ghani dan pimpinan pondok peasntren putra sampai saat ini di pimpin oleh KH.
Alawi Zein.” 15
Pondok Pesantren al-Hidayah berdiri di atas areal tanah 1.608m2, pada saat
ini jumlah santri di Pondok Pesantren al-Hidayah berjumlah 236, santri putra
15
Maret 2011
Wawancara dengan Ust. H. Asmat Arsyad (sesepuh kampung Basmol), Jakarta 02
47
berjumlah 120 sementara santri putri 116, daerah asal santri sangat bervariasi,
tetapi mayoritas dari sekitar Jakarta, Bogor, Tangrang dan Bekasi. Sementara
jumlah pengurus harian santri putra ada 6 pengurus yang mayoritas mereka adalah
alumni pondok pesantren, sementara untuk pengurus harian santri putri berjumlah
6 pengurus dan mayoritas pengurus santri putri adalah sebagai santri senior.
BAB IV
ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI
KH. AHMAD SYARIFUDDIN ABDUL GHANI
DALAM PEMBINAAN AKHLAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT
PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH
A. Startegi Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani
Strategi komunikasi yang diterapkan oleh KH Ahmad Syarifuddin dalam
pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah
kampung Basmol, yaitu;
1. Mengenal Komunikan
Mengenal komunikan berarti mengenal warga masyarakat lingkungan
Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol dengan cara mengenali atau
bertanya-tanya kepada komunikan, langkah ini merupakan langkah pertama yang
dilakukan oleh KH. Syarifuddin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak, karena
dengan mengenal komunikan terlebih dahulu dapat mengetahui latar belakang
warga masyarakat kampung Basmol, sebab warga masyarakat kampung Basmol
mempunyai latar belakang dan psikologis yang berbeda-beda.
Hal ini sesuai dengan penuturan KH. Ahmad Syarifuddin sebagi berikut:
“Jadi, sebelum ana (saya) berbicara atau melakukan komunikasi dengan
masyarakat kampung Basmol, dalam komunikasi face to face saya harus
lebih dahulu mengetahui bagaimana latar belakang dia (komunikan), baik
dalam latar belakang psikologis, kejiwaan atau pendidikan. Contoh saja
ketika dia sedang banyak dibebani masalah dalam keluarganya yang belum
terselesaikan, saya harus merasakan apa yang dia rasakan, jadi saya bisa
tahu apa yang sebenarnya dia inginkan. Sedangkan, ketika saya
menyampaikan pesan pada banyak orang atau dalam komunikasi
48
49
kelompok, contoh; ketika saya mengajar saya melihat dahulu komunikan
atau yang ngaji (jama’ah) dengan saya apakah dia berpendidikan tinggi
(disini saya melihatnya dari segi usia), kalau memang yang ngaji itu
mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup, maka saya bisa
menggunakan istilah-istilah dalam menerangkan pesan dalam pembinaan
akhlak yang saya sampaikan, karena dalam hadist Nabi Muhammad SAW
di jelaskan bahwa berbicaralah seseorang sesuai dengan kemampuan
mereka”1
2. Menentukan Pesan
Strategi selanjutnya adalah menentukan pesan, yaitu terlebih dahulu
menentukan materi atau pesan yang akan disampaikan kepada komunikan (warga
masyarakat kampung Basmol), seperti beliau memberikan pesan kepada jama’ah
untuk mengajak kepada kebaikan dan selalu berbuat baik kepada sesama, selain
itu memberikan solusi, pendapat atau nasihat ketika ada warga masyarakat yang
ingin meminta pendapat atau solusi dengan beliau. Oleh karena itu, ketika kiai
Syarifuddin berhadapan dengan warga kampung Basmol harus terlebih dahulu
mengerti latar belakang dan psikologisnya, agar pesan dan bahasa yang
disampaikan itu sesuai dengan warga kampung Basmol, kemudian pesan itu
direncanakan dan disampaikan dengan bahasa yang tidak menyulitkan
komunikan, sehingga pesan itu dapat menarik perhatiaan. Hal ini dilakukan
supaya pesan tersebut dapat diterima dan dapat dipahami, sehingga dapat
mempengaruhi komunikan agar adanya perubahan pada masyarakat lingkungan
Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol kearah yang lebih baik.
Hal ini sesuai dengan penuturan KH. Ahmad Syarifuddin sebagai berikut;
“Selanjutnya strategi yang saya lakukan adalah menentukan materi
(pesan) yang akan saya sampaikan pada masyarakat atau jama’ah. Jadi..
materi atau pesan yang akan disampaikan harus sesuai dengan kemampuan
1
Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Jakarta 30 Maret 2011
50
komunikan dalam mencerna materi atau pesan itu, yah..tujuannya supaya
pesan atau materi yang saya sampaikan dapat dimengerti oleh masyarakat,
selain itu juga dari bahasa yang saya pakai ada unsur humornya agar lebih
menarik jama’ah (masyarakat) supaya jama’ah tidak merasa bosan”2
3. Menentukan Metode
Agar tercapainya dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan
Pondok Pesantren al-Hidayah, KH. Ahamd Syarifuddin menetapkan metodemetode, tujuannya adalah agar pesan yang akan disampaikan bisa diterima dan
mudah dipahami oleh masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah
kampung Basmol.
Adapun metode-metode yang digunakan KH. Syarifuddin dalam
pembinaan akhlak pada masyarakat kampung Basmol, yaitu;
a. Metode Cerita
Metode cerita ini digunakan, karena didalamnya terdapat misi pedidikan
yang dalam dan sangat menarik, karena manusia pada secara fitrah suka pada
kisah-kisah terutama pada anak-anak.
Metode cerita ini ditujukan kepada anak-anak atau remaja yang mengikuti
pengajian Hadist Shoheh Bukhori ketika sedang mengkaji kitab tentang Hadist
yang berkaitan dengan akhlak, seperti menceritakan kisah Rasulullah SAW yang
selalu bersikap baik, jujur dan amanah, diharapkan para warga masyarakat
kampung Basmol yang mengikuti pengajian dan mendengarkan cerita, dapat
mengambil hikmahnya dari kisah-kisah keteladanan Rasulullah.
2
Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Jakarta 30 Maret 2011
51
Hal ini seseuai dengan pendapat salah satu jama’ah warga masyarakat
kampung Basmol bernama Muhammad Ibnu;
“Waktu saya ngaji kitab Shoheh Bukhori dengan ustadz Syarif, saya
sering mendengarkan kisah-kisah atau cerita tentang Rasulullah SAW, Jadi
ustadz Syarif menceritakan keteladanan tentang Rasulullah, seperti ketika
Rasulullah sedang berjalan lalu bertemu dengan anak kecil, dan Rasul
memberi salam kepada anak kecil tersebut, jadi dapat di artikan bahwa
Rasulullah SAW sangat menyayangi anak kecil dan memang disunahkan
oleh Rasulullah untuk memberi salam kepada sesama orang muslim
walaupun itu dengan anak kecil sekalipun.”3
b. Metode diskusi
Diskusi adalah “suatau proses yang melibatkan dua atau lebih individu
yang berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau
sasaran
yang
sudah
tertentu
melalui
cara
tukar
menukar
informasi,
mempertahankan pendapat dan pemecahan masalah”.4
Metode diskusi ini dilakukan ketika dalam pengajian umum, lalu terdapat
permasalahan fiqih yang hukumya belum jelas yang masih banyak perbedaan dan
perlu didiskusikan kepada ustadz atau jama’ah yang lain yang hadir dalam
pengajian itu, tujuannya untuk memberikan solusi atau jalan tengah atas masalah
tersebut.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh KH. Ahmad Syarifuddin sebagai
berikut;
“Jadi.. yang dimasud dengan diskusi ini ketika ana (saya) sedang
membahas suatu materi dalam kitab fiqih dan menemukan suatu hukum
yang belum jelas hukumnya, yah,, maka didiskusikan dan dibicarakan
kepada ustadz atau jama’ah yang hadir dalam pengajian itu, contohya
3
Wawancara pribadi dengan Muhammad Ibnu, warga Masyarakat Kampung Basmol.
Jakarta 29 April 2011.
4
Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam,( Jakarta ; PT Kalam Mulia, 1990),h. 141
52
kemarin dalam permasalahan tentang bab haji, kalau seseorang sedang
ihram melanggar dengan pelanggaran yang sifatnya menghilangkan seperti
memotong kuku karena lupa yah itu tetap kena dam (denda). Nah…
sekarang permasalahnya kalau pelanggaranya yang sifatnya memakai
seperti memakai kopyah karena lupa apakah itu kena dam juga? Lalu
setelah dibicarakan dan didiskusikan dengan ustadz atau jama’ah yang lain
akhirnya menemukan jawaban dan kesepakatan bahwa hal tersebut tidak
terkena dam, karena di jelaskan dalam kitab Hasyiyah al’Alamah Ibnu
Hajar al-Haitami ala Syarhi Idhoh Fimanasikil Haji karya Imam Nawawi
halaman 187, bahwa apabila seseorang sedang ihram lalu dia melanggar
yang sifatnya itu memakai karena lupa maka tidak terkena dam.5
Proses berlangsungnya komunikasi seperti ini adalah ”komunikasi dua
arah (two way traffic communication) karena dilakukannya secara langsung,
sehingga masalah cepat dapat di atasi dan dipecahkan bersama”.6
c. Metode Tanya Jawab
Metode ini dilakukan ketika dalam pengajian umum setelah menjelaskan
materi kepada jama’ah (warga masyarakat kampung Basmol), kiai Syarifuddin
memberikan pertanyaan kepada jama’ah (komunikan) tentang materi yang sudah
dijelaskan, hal ini dilakukan untuk mengingat kembali materi-materi yang sudah
disampaikan dan dijelaskan kepada jama’ah. Kiai Syarifuddin juga memberi
kesempatan kepada jama’ah (warga masyarakat kampung Basmol) untuk
menanyakan materi yang telah disampaikan atas kekurang-pahaman jama’ah, atau
mengenai masalah tentang hukum fiqih dan masalah akhlak, ataupun hanya
sekedar meminta contoh dari materi penjelasan yang telah disampikan oleh kiai
Syarifuddin, hal ini dilakukan untuk membantu warga masyarakat kampung
5
6
Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Jakarta 30 Maret 2011
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.113
53
Basmol (jama’ah) mengerti dalam materi yang telah disampaikan pada proses
pengajian berlangsung.
Hal ini sesuai dengan penuturan salah satu jama’ah warga masyarakat
Kampung Basmol bernama Muhammad Ibnu;
“Jadi.. ketika saya sedang mengaji dengan ustadz Syarif, setelah
selesai pengjian bisasanya beliau memberikan kesempatan kepada jama’ah
untuk bertanya suatu hal yang biasanya berkaitan dengan akhlak dan
hukum. Ketika itu saya bertanya kepada ustadz Syarifuddin tentang akhlak
yaitu; Apakah kita seorang muslim harus tetap bersikap sopan kepada
orang yang non muslim, lalu ustadz Syarif menjawab, ya, kita harus
bersikap sopan meskipun kepada orang yang non muslim, karena Islam
mengajarkan kita untuk bersikap sopan kepada siapa saja”7
d. Metode Ceramah
Ceramah adalah “cara penyajian atau penyampaian informasi melalui
penerangan, dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap siswanya”8. Ceramah
juga disebut sebuah cara pengajaran yang dilakukan oleh kiai yang sifatnya
monolog dan hubungannya satu arah.
Metode ini dilakukan oleh kiai Syarifuddin dalam menyampaikan materi
kepada jama’ahnya (masyarakat kampung Basmol) dengan cara menerangkan dan
menguraikan materi yang bersumber dari al-Qur`an, Hadist, ataupun buku-buku
agama. Dalam penyampain tersebut, kiai melakukan pengulangan materi, hal ini
dilakukan agar materi atau pesan yang disampaikan kiai dapat lebih di pahami dan
diterima oleh warga masyarakat kampung Basmol. Metode ini digunakan sebagai
komunikasi lisan antara kiai dengan masyarakat kampung Basmol dalam proses
7
Wawancara pribadi dengan Muhammad Ibnu, warga Masyarakat Kampung Basmol.
Jakarta 29 April 2011.
8
Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam,( Jakarta ; PT Kalam Mulia, 1990),h. 129
54
belajar mengajar yaitu dalam pengajian umum. Meskipun metode ini lebih banyak
menuntut keaktifan komunikator (kiai) dari pada komunikan (jama’ah), metode
ini merupakan cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan
atau informasi tentang persoalan serta masalah secara lisan.
Ceramah merupakan metode komunikasi yang paling ekonomis untuk
menyampaikan informasi, karena dapat mengatasi kekurang-pahaman jama’ah
masyarakat kampung Basmol (komunikan) dalam membaca, jadi jama’ah
masyarakat kampung Basmol hanya mendengarkan pesan dari kiai (komunikator)
agar mempermudah jama’ah dalam menerima dan memahami pesan atau materi
yang disampaikan oleh kiai. Selain itu, metode ceramah merupakan satu metode
komunikasi yang efektif, karena pesan yang disampaikan kiai lebih cepat dan
serentak diterima oleh jama’ah masyarakat kampung Basmol .
e. Metode Nasihat.
Metode ini dilakukan “ketika ada warga masyarakat linkungan Pondok
Pesantren al-Hidayah kmpung Basmol melakukan tindak kejahatan atau perbuatan
yang menyimpang, maka tindakan kiai Syarifuddin untuk menasihatinya atau
bahkan dengan menghukumnya, bentuk hukuman atau ganjaran ini merupakan
bentuk perhatian kiai Syarifuddin langsung”9. Hal ini telah dijelaskan dalam alQur`an surah ali-Imron ayat 104
9
Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Jakarta 30 Maret 2011
55
             
 
Artinya “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar. merekalah orang-orang yang beruntung.”
Dalam ayat tersebut, terdapat kata ma’ruf maksudnya adalah menyuruh
kepada segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan terdapat
kata munkar maksudnya adalah mencegah dan melarang dari segala perbuatan
yang menajuhkan diri dari Allah SWT.
4. Strategi Membujuk
Strategi membujuk ini bisa disebut juga dengan komunikasi persuasif.
Menurut salah satu pakar komunikasi Bettinghous, mendefinisikan komunikasi
persuasif adalah “komunikasi manusia yang dirancang untuk mempengaruhi
orang lain dengan usaha mengubah keyakinan, nilai, atau sikap mereka.
(komunikan)”10
Tujuan pokok dari strategi ini adalah untuk mempengaruhi pikran,
perasaan, dan tingkah laku seseorang dan kelompok, yaitu warga masyarakat
lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol, lalu kemudian
melakukan tindakan atau perbuatan sebagaimana yang dikehendaki komunikator
(kiai). Dalam strategi ini, bukan sekedar untuk membujuk atau merayu saja, tetapi,
merupakan suatu teknik mempengaruhi dengan menggunakan data dan fakta
psikologis dan sosiologis dari komunikan, oleh karena itu bagi kiai (persuader)
10
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.155
56
harus memiliki kemampuan untuk dapat memperkirakan keadaan khalayak yang
dihadapi.
Strategi ini dilakukan untuk mengajak dan membujuk kepada warga
masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol untuk
menghadiri pengajian-pengajian rutin agar terciptanya pembentukan akhlak yang
baik, atau melakukan kegiatan-kegiatan yang positif, agar terhindar dari
perbuatan-perbuatan yang dapat merusak diri sendiri dan lingkungan.
Dalam strategi ini, agar warga masyarakat kampung Basmol merasa
terdorong hatinya dan meluangkan waktunya untuk mengikuti pengajianpengajian rutin yang dilaksanakan di majlis-majlis taklim dan masjid, atau ikut
serta dalam PHBI (Perayan Hari Besar Islam), hal ini dilakukan karena banyak
warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol
sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
5. Strategi Mengontrol
Yang dimaksud dengan strategi mengontrol, yaitu kiai Syarifuddin
mengontrol untuk melihat-lihat dan memperhatikan warga masyarakat lingkungan
Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol, jika ada warga yang
menyimpang serta melakukan tindak kejahatan maka kiai menasehatinnya dan
memberi teguran keras kepada warga yang melakukan penyimpangan atau
melakukan tindak kejahatan, seperti minum-minuman keras dan lain sebagainya.
57
6. Startegi Antisipasi
Maksud strategi antsipasi ini adalah memenuhi keinginan warga
masyarakat kampung Basmol, agar apa yang warga inginkan terpenuhi, seperti
memberi izin atau memperbolehkan ketika ada warga masyarakat kampung
Basmol yang ingin mengadakan lomba-lomba seperti kompetisi catur, futsal,
sepak bola dan lain sebagainya, asalkan itu tidak melanggar ketentuan dari nilainilai agama Islam, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pembrontakan
terhadap diri masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung
Basmol.
Hal ini sesuai dengan penuturan KH. Ahmad Syarifuddin sebagai berilut;
“Yah… strategi ini maksudnya untuk menghindari pembrontakan yang
terjadi pada masyarakat, jadi kalau warga masyarakat kampung Basmol
ketika ingin mengadakan suatu acara atau event, biasanya mereka meminta
izin atau meminta pendapat dahulu dengan ana (saya), yah.. jadi saya
melihat apakah acara atau event tersebut mempunyai mudhorot atau tidak
pada masyarakat kampung Basmol”11
7. Strategi Merangkul
Startegi ini adalah suatu upaya untuk memberikan
kepercayaan dan
motivasi terhadap warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah
kampung Basmol atas bakat serta kemampuan yang dimilikinya.
Tujuan dari startegi ini adalah untuk merangsang agar bakat dan
kemampuan yang dimiliki warga masayarakat kampung Basmol dapat
dikembangkan dengan baik, seperti warga yang mempunyai bakat ceramah, atau
11
2011
Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Jakarta 30 Maret
58
qori, dan itu bisa dikembangkan dengan mengikuti lomba-lomba dalam tingkat
daerah sampai dengan tingkat nasional.
Dalam startegi ini juga kiai Syarifuddin berupaya untuk mengajak
masyarakat kampung Basmol untuk mengadakan acara peringatan hari besar
Islam, seperti Isra’ mi’raj, maulid Nabi Muhammad SAW, dan tahun baru
hijriyah, hal ini dilakukan untuk mengingat kembali perjuangan dan sejarah Islam
pada masa lalu, sehingga masyarakat kampung Basmol dapat mengmbil hikmah
dari perayaan hari besar Islam tersebut.
Hal ini sesuai dengan penuturan KH. Ahmad Syarifuddin sebagi berikut;
“Dalam strategi ini selain ana (saya) megajak kepada warga
masyarakat kampung Basmol untuk meningkatkan bakat dan kemampuan
yang mereka miliki dalam hal yang positif, saya juga selalu mengajak atau
merangkul kepada warga masyarakat kampung Basmol dalam tiap tahunya
untuk merayakan peringatan hari besar Islam seperti Isra’ Mi’raj, maulid
Nabi, dan tahun baru hijriyah, dari pada mereka merayakan seperti tahun
baru masehi yang sifatnya hura-hura tanpa ada tujuan. 12
8. Strategi memberi kabar gembira dan memberi peringatan
Maksud strategi ini adalah untuk mengimig-ngimingi seseorang apabila
dia berbuat baik akan mendapat pahala dan balasannya adalah surga
dan
menakut-nakuti seseorang ketika dia berbuat maksiat akan mendapatkan laknat
dari Allah SWT. Contoh, ketika pada saat kiai Syarifuddin memberikan
penjelasan bahwa apabila seseorang yang berbuat maksiat akan mendapatkan
laknat dari Allah SWT dan dimasukan kedalam api neraka jahanam dan apabila
12
2011
Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Jakarta 30 Maret
59
seorang mukmin yang berjihad dijalan Allah, lalu dia meninggal dunia maka dia
meninggal dalam keadaan mati syahid dan akan masuk surga tanpa hisab.
Dalam strategi ini telah dijelaskan dalam al-Qur`an surat al-Ahdzab ayat
45;
       
Artinya; “Hai Nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan
pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan,”
Dalam ayat tersebut terdapat kata “Basyiran” yang artinya adalah
pemabawa kabar gembira, maksudnya adalah; Allah telah berjanji akan memberi
balasan kebaikan kepada orang-orang yang berbuat baik, yaitu akan memperoleh
pahala dan dimasukan kedalam surga, sedangkan kata “Nadziran” yang artinya
adalah pemberi peringatan, yaitu menakut-nakuti bagi orang yang berbuat
kejahatan, Allah SWT mengancam keapada umatnya, apabila seseorang berbuat
kejahatan maka akan mendapatkan dosa dan dimasukan kedalam api neraka.
B. Bentuk Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Dalam
Pembinaan Akhlak
1. Komunikasi Antarpribadi
Bentuk Komunikasi antarpribadi ini sering digunakan oleh kiai
Syarifuddin, biasanya pada saat diluar kegiatan beliau dalam proses belajar
mengajar, Misalnya pada saat waktu istirahat dirumah, warga masyarakat
60
kampung Basmol dapat berkonsultasi dengan kiai Syarifuddin dan membicarakan
masalah mereka seperti
membicarakan masalah akademis ataupun masalah
pribadi. Dalam hal ini seorang kiai sangat berperan penting untuk memberikan
solusi atau arahan kepada warga masyarakatnya.
Dalam proses komunikasi antarpribadi, komunikan dapat memberi timbal
balik secara langsung kepada komunikator. Karena timbal balik memegang
peranan penting dalam komunikasi ini. Sebab ini menentukan berlanjutnya sebuah
komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh seorang
komunikator. Dalam komunikasi ini dikarenakan situasinya tatap muka, maka
tanggapan komunikan dapat segera diketahui secara langsung.
Pentingnya
dalam
komunikasi
antarpribadi,
karena
prosesnya
memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara
dialogis biasanya lebih baik dari pada secara monolog. Monolog menunjukan
suatu komunikasi di mana seorang bicara, yang lain mendengarkan, jadi tidak
dapat berinteraksi. Yang aktif hanya komunikator saja, sedangkan komunikan
bersikap pasif.
Dalam Komunikasi antarpribadi antara kiai (komunikator) dengan
masyarakat warga Basmol (komunikan) adanya mukhathabah (berbincangbincang) dan muwajahah (tatap muka) secara dekat dan intens. Hal ini
mempermudah terbukanya berbagai macam permasalahan dan problem yang tidak
mungkin dilakukan ketika menghadapi orang banyak, sehingga dapat memberikan
kesempatan seluas-seluasnya bagi warga Basmol untuk menanyakan segala
61
sesuatu yang berkenaan dengan keislaman dirinya atau masalah pribadi lainnya
kepada kiai Syarifuddin.
Dalam komunikasi antarpibadi ini, kiai berupaya mempengaruhi dan
mengendalikan prilaku warga melalui pendekatan psikologis, ada saatnya warga
masyarakat kampung Basmol berkonsultasi secara langsung kepada kiai mengenai
masalah-masalah hukum yang ia belum mengerti, atau ketika warga masyarakat
merasa kesulitan dalam menjalani kehidupan karena terbebani masalah, terutama
masalah pergaulan anak-anak mereka. Komunikasi antarpribadi ini dugunakan
untuk pembinaan akhlak warga masyarakat atau memasukan nilai-nilai keislaman
dalam diri warga masyarakat kampung Basmol.
Dalam penagajian di majlis taklim, kiai menggunakan komunikasi
antarpribadi dengan cara tatap muka (face to face Communication) yang lebih
bersifat dialogis, serta efek dan umpan balik secara langsung. Dalam
menyampaikan materi-materi pembelajaran, dalam hal ini setelah kiai
menyampaikan materi, setelah itu munculah beberapa pertanyaan yang diajukan
oleh komunikan (jama’ah) kepada kiai ketika mereka kurang mengerti atas pesan
atau materi yang sudah disampaikan oleh kiai (komunikator). Hal ini penulis lihat
pada saat kiai mengajarkan materi-materi yang berkaitan dengan hukum fiqih,
berkaitan dengan akhlak dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pesan-pesan
moral.
Adapun bentuk komunikasi antarpribadi yang biasa dilakukan warga
masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol kepada
kiai Syarifuddin dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut ;
62
1) Konsultasi Masalah Pribadi
Warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung
Basmol yang sedang memilki masalah pribadi, baik itu masalah keluarga, masalah
tentang pengetauhuan atau masalah lainnya, biasanya mereka berkonsultasi
dengan kiai Syarifuddin, salah satu warga Basmol bernama Turmudzi “ketika ada
masalah dalam keluarganya dia meminta solusi atau pendapat dan nasihat kepada
kiai Syarifuddin tentang masalahnya, lalu kiai menerima Turmudzi dan
mendengarkan dengan seksama kemudian memberikan beberapa solusi dan
dorongan motivasi agar mampu menghadapi kesulitannya. Kiai Syarifuddin juga
memberikan nasihat dan rasa simpati agar Turmudzi mampu menghadapi semua
masalah-masalah, karena masalah itu adalah sebagai ujian yang harus dihadapi
setiap manusia”.13
2) Konsultasi Khusus
Pada beberapa kesempatan warga masyarakat lingkungan Pondok
Pesantren al-Hidayah kampung Basmol melakukan pertemuan khusus dengan kiai
Syarifuddin. Maksud dari pertemuan ini disebut khusus karena ada beberapa
kebutuhan tersendiri dari warga akan nasihat, amalan atau do’a. Salah satu warga
Basmol bernama Heri Jaya Subrata “ketika anak keduanya telah lahir, dia datang
ke rumah kiai Syarifuddin dengan membawa sebuah korma ajwa untuk
didoa’akan oleh kiai Syarifuddin, lalu korma tersebut akan dimakan oleh anaknya
13
Wawancara pribadi dengan Ahmad Zubair, Jakarta 29 Maret 2011
63
yang baru lahir, dengan harapan akan membawa keberkahan bagi bayinya agar
dewasa nanti menjadi orang yang solehah, dan berguna bagi agama dan bangsa”.14
2. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok (group communication) adalah “komunikasi yang
berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang
jumlahnya lebih dari dua orang”.15 Yaitu warga masyarakat lingkungan Pondok
Pesantren al-Hidayah kampung Basmol yang jumlahnya banyak.
Dalam proses belajar mengajar, yaitu dalam pengajian umum bisanya
menggunakan bentuk komunikasi kelompok kecil (small group), dalam
komunikasi ini berlangsung dua arah antara kiai (komunikator) yang
menyampaikan materi pembelajaran dan warga masyarakat kampung Basmol
(komunikan), dalam hal ini menerima dan memahami apa yang disampaikan oleh
kiai (komunikator).
Dalam komunikasi kelompok, komunikator menunjukan pesannya kepada
komunikan, misalnya melalui ceramah, kuliah, diskusi dan lainnya. Dalam situasi
komunikasi seperti itu logika berperan penting. Komunikan akan dapat menilai
logis tidaknya uaraian dan penjelasan dari komunikator. Pada saat kegiatan
pengajian, para jama’ah (warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren alHidayah kampung Basmol) mendengarkan ceramah atau penjelasan materi dari
kiai atau melakukan diskusi dengan kiai, dan pada saat itu jama’ah mencoba untuk
memahami isi ceramah atau penjelasan materi dari kiai.
14
Wawancara Pribadi dengan Heri Jaya Subrata¸ Jakarta 27 Maret, 2011
Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: Citra Aditya
Baktu, 2003)
15
64
Dalam situasi kelompok kecil, kiai sebagai seorang komunikator lebih
dapat memperhatikan umpan balik (feed back) jama’ah warga masyarakat
kampung Basmol, pada saat kiai melihat bahwa umpan balik yang terjadi pada
jama’ah bersifat negatif, maka respon ini dapat segera diketahui, karena yang
sifatnya yang tatap muka (face fo face). Umpan balik yang diperlukan oleh kiai
adalah bersifat verbal, karena komunikasinya ditujukan kepada kognisi jama’ah.
Jadi, permasalahannya mengerti atau tidak semuanya ia harus dikatakan dengan
kata-kata.
Meskipun dalam pengajian antara kiai dengan jama’ah (warga masyarakat
kampung Basmol) termasuk bentuk komunikasi kelompok kecil, kiai bisa
mengubahnya dengan menggunakan komunikasi antarpribadi, yaitu kiai menjadi
komunikator dan jama’ah menjadi komunikan. Dalam hal ini, setelah kiai
Syarifuddin menyampaikan materinya kepada jama’ah masyarakat kampung
Basmol, setelah itu munculah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh komunikan
(jama’ah) ketika mereka tidak mengerti mengenai hal-hal yang disampaikan
komunikator (kiai) dan pada saat itu komunikator merubah bentuk komunikasinya
menjadi komunikasi antrpribadi.
Dengan demikian, bentuk komunikasi yang digunakan oleh KH. Ahmad
Syarifuddin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok
Pesantren al-Hidayah kampung Basmol, berdasarkan pengamatan dan wawancara
bahwa lebih efektif menggunkan bentuk komunikasi kelompok dalam proses
kegiatan pengajian umum secara face to face, karena membuat jama’ah merasa
65
lebih nyaman dan lebih konsentrasi dalam memahami pesan-pesan dakwah secara
kontinu.
Bentuk komunikasi tersebut berjalan dengan efektif, indikasi ini dilhat
pada proses penyampaian hal tersebut terjadi ketika sesorang kiai menyampaikan
sebuah materi, sebelum penyampaian materi dengan merencanakan pesan terlebih
dahulu, yang akan disampaikan kepada jama’ah, dengan pesan-pesan yang
terencena, maka menimbulkan suatu komunikasi yang baik dan mudah dimengerti
oleh seorang jama’ah. Karena komunikasi dapat dikatakan efektif jika seorang
kiai dan jama’ah menemukan
perkataan
oleh
Onong
pengertian yang sama. Hal ini sesuai dengan
Uchjana
Effendy
bahwa
komunikasi
adalah
“pemberiatahuan atau pertukaran pikiran yang berarti sama atau kesamaan arti”.16
Proses pembinaan akhlak yang dilakukan oleh KH. Ahmad Syarifuddin
terhadap warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung
Basmol, yaitu melalui materi akhlak yang disampaikan oleh kiai yang bertujuan
agar masyarakat kampung Basmol dapat mengetahui secara teori bagaimana
akhlak yang baik dan akhlak yang buruk, agar mempunyai akhlak kapada
Tuhannya, yaitu; menta’ati segala perintahnya dan menjauhi larangannya, dan
akhlak kepada sesama manusia, yaitu; agar sesama manusia dapat saling bersikap
sopan santun, serta saling menghormati satu sama lain, dan saling menghargai hak
dan kewajibannya, dan akhlak dengan lingkungannya yaitu; agar terhindarnya
perbuatan-perbuatan yang dapat merusak lingkungannya, seperti membuat
kerusuhan dan lain sebagainya, agar warga masyarakat kampung Basmol dapat
16
3,h.1
Onong Uchjana Effendy, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bina Cipta, 1998), cet. Ke-
66
memahami dan meagamalkanya sesuai dengan ajaran Islam dan menggunakannya
sebagai pedoman hidup, fungsinya yaitu untuk menumbuhkan kebiasaan baik
dalam berhubungan dengan Allah SWT, serta sesama manusia dan terhadap diri
sendiri. Kemudian membiasakan warga masyarakat kampung Basmol untuk
melaksanakan hal-hal yang baik. Seperti membiasakan menolong sesama manusia
dalam kebaikan.
Apabila masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidyah kampung
Basmol dibiasakan dan diajarkan sifat-sifat yang baik maka ia akan tumbuh
dengan sifat-sifat yang baik juga. Dan sebaliknya, jika dibisakan dengan sifat
yang butruk dan dibiarkan begitu saja, maka ia akan celaka.
Komunikasi mengandung makna pertukaran pesan, tidak ada perubahan
dalam masyarakat tanpa peran komunikasi. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa komunikasi hadir pada semua upaya yang bertujuan membawa kearah
perubahan yang lebih baik.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pembinaan Akhlak
1. Faktor Pendukung
a. Komunikator
Keadaan kiai Syarifuddin sebagai komunikator, mempunyai latar belakang
pendidikan yang cukup dan adanya sumber kepercayaan dari masyarakat
kampung
Basmol
(komunikan)
yang
ditentukan
dari
keahliannya
dan
kemampuannya serta pengalamannya yang luas dalam penya mpaian materi
67
akhlak
maupun
pembinaan
melalui
peranan
seorang
kiai
dihadapan
masyarakatnya (komunikan), selain itu juga kiai Syarifuddin mempunyai sumber
daya tarik dalam penyampaian pesan moral dengan tutur bahasa yang tidak
menyulitkan komunikan, sehingga masyarakat (komunikan) dapat mudah
menerima pesan yang disampaikan oleh kiai Syarifuddin.
b. Masyarakat
Warga masyarakat (komunikan) berperan sebagai penerima pesan dari kiai
(komunikator). Warga masyarakat dapat menerima keadaan kiai Syarifuddin
sebabagai sosok kiai di Pondok Pesantren al-Hidayah dan di kampung, hal ini
dapat dilihat tidak ada terjadinya suatu pertentangan dalam masyarakat terhadap
keadaan kiai Syarifuddin, dan adanya kesadaran dalam diri masyarakat
lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah akan pentingnya penanaman nilai-nilai
keislaman, serta di kampung Basmol banyak tokoh-tokoh agama (ustadz dan
ustadzah) yang bisa membantu dalam pembentukan akhlak didalam masyarakat
kampung Basmol.
c. Sarana
Keberadaan Pondok Pesantren, majlis taklim, masjid dan musolah sebagai
sarana dalam pembentukan akhlak yang ada didalam lingkungan Pondok
Pesantren al-Hidayah kampung Basmol mendapatkan respon positif dari
masyarakat. Hal ini dilihat dari antusias warga masyarakat kampung Basmol
untuk mengikuti pengajian pengajian di majlis taklim dan di masjid.
68
2. Faktor Penghambat
Dalam pembinaan akhlak yang dilakukan oleh KH. Ahmad Syarifuddin
Abdul Ghani tentu saja tidak semuanya dapat berjalan lancar, ada beberapa faktor
yang menghambat proses dalam pembinaan akhlak yaitu;
a. Waktu
Salah satu faktor penghambat dalam upaya pembinaan akhlak masyarakat
kampung Basmol adalah kurangannya pemanfaatan waktu. Kesibukan kiai
Syarifddin yang banyak menghaibskan waktunya diluar rumah, seperti sibuk
didalam organisasi, mengajar diberapa majlis taklim yang ada diluar kampung
Basmol, mengajar di perguruan tinggi. Hal ini menjadi penghambat ketika ada
warga masyarakat kampung Basmol yang ingin bertemu beliau dirumahnya, untuk
berkomunikasi atau meminta pendapat dan nasihat dalam masalah mereka.
Selain itu, pada warga masyarakat kampung Basmol itu sendiri yang tidak
bisa memanfaatkan waktu kosong mereka, karena kesibukan mereka dalam
pekerjaanya, sehingga warga masyarakat kampung Basmol terbentur waktunya
untuk mengikuti pengajian-pengajian rutin yang diadakan dimajlis taklim atau
dimasjid.
b. Kondisi
Kondisi disini adalah keadaan yang terjadi pada warga masyarakat
kampung Basmol itu sendiri, misalnya warga yang pendiam, yang mempunyai
rasa takut, dan merasa kurang dekat dengan kiai. Hal ini disebabkan oleh faktor
psikologis mereka, dimana ketika ada warga masyarakat kampung Basmol ingin
69
menyamapikan masalah pada kiai, mereka masih merasa segan. Oleh karen itu,
hal ini menjadi penghambat kiai Syarifuddin sebagai komunikator dalam
menyampaikan materi atau pesan moral kepada waraga masyarakat lingkugan
Pondok Pesantren al-Hidayah sebagai komunikan.
c. Orang Tua
Peran orang tua sangat menentukan prilaku anaknya ketika dia sejak kecil.
Sikap orang tua yang apatis (acuh tak acuh) terhadap pergaulan anak-anak
mereka, dalam hal ini orang tua bersikap apatis (kurang tegas) untuk
memerintahkan kepada anaknya agar mengikuti pengajian-pengajian yang
diadakan di lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol, padahal
rumah mereka dekat dari tempat pengajian seperti masjid dan majlis taklim. selain
itu juga sikap orang tua yang mementingkan kesibukan mereka masing-masing,
sehingga menyebabkan kurangnya komunikasi dan interaksi anatara orang tua dan
anak.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Strategi Komunikasi KH.
Ahmad Syarifuddin Dalam Pembinaan Akhlak Pada Masyarakat Lingkungan
Pondok Pesantren al-Hidayah ” maka penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut;
1.
Strategi yang di gunakan oleh KH. Ahamd Syarifuddin dalam pembinaan
akhlak adalah ; pertama mengenal komunikan, yaitu dengan mengenal
komunikan terlebih dahulu dapat mengetahui latar belakang warga
masyarakat kampung Basmol, sebab warga masyarakat kampung Basmol
mempunyai latar belakang dan psikologis yang berbeda-beda. Kedua
menentukan pesan, yaitu agar masyarakat dapat mudah menerima pesan yang
disampaikan. Ketiga startegi membujuk, yaitu kiai berupaya mempengaruhi
supaya masyarakat menghadiri pengajian-pengajian rutin agar terciptanya
pembentukan akhlak yang baik. Keempat
strategi mengontrol, yaitu kiai
Syarifuddin melihat-lihat warga masyarakat kampung Basmol, jika ada warga
yang
menyimpang
serta
melakukan
tindak
kejahatan
maka
kiai
menasehatinnya dan memberi teguran keras. Kelima strategi antisipasi, yaitu
kiai berupaya memenuhi keinginan warga agar tidak terjadinya pembrontakan
dalam masyarakat. Keeneam Startegi merangkul, strategi ini adalah upaya
70
71
untuk memberikan kepercayaan dan motivasi terhadap warga masyarakat
kampung Basmol atas bakat serta kemampuan yang dimilikinya. Ketujuh
strategi memberi kabar gembira dan meberi peringatan, strategi ini adalah
untuk mengimig-ngimingi seseorang apabila dia berbuat baik akan mendapat
pahala dan balasannya adalah surga dan menakut-nakuti seseorang ketika dia
berbuat maksiat akan mendapatkan laknat dari Allah SWT. Adapun metode
yang digunakan oleh KH. Ahmad Syarifuddin yaitu, metode cerita, diskusi,
Tanya jawab, ceramah dan metode nasihat.
2.
Bentuk Komunikasi yang digunakan oleh KH. Ahmad Syarifuddin dalam
pembinaan akhlak kepada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren alHidayah kampung Basmol adalah komunikasi kelompok, yaitu komunikasi
yang terjadi antara kiyai Syarifuddin sebagai komunikator kepada masyarakat
kampung Basmol (jama’ah) sebagai komunikan ketika dalam proses
pengajian di masjid dan di majlis taklim. Bentuk komunikasi ini lebih efektif
dalam proses kegiatan pengajian umum secara face to face, karena dilhat
pada proses penyampaian hal tersebut terjadi ketika sesorang kiai
menyampaikan sebuah materi, sebelum penyampaian materi dengan
merencanakan pesan terlebih dahulu, yang akan disampaikan kepada
jama’ah, dengan pesan-pesan yang terencena, maka menimbulkan suatu
komunikasi yang baik dan mudah dimengerti oleh seorang jama’ah. Karena
komunikasi dapat dikatakan efektif jika seorang kiai dan jama’ah
menemukan pengertian yang sama. Hal ini sesuai dengan perkataan oleh
72
Onong Uchjana Effendy bahwa komunikasi adalah pemberiatahuan atau
pertukaran pikiran yang berarti sama atau kesamaan arti. Selain komunikasi
kelompok KH. Ahmad Syarifuddin juga menggunakan bentuk komunikasi
antarpribadi. Komunikasi ini lebih sering digunakan pada saat diluar
pengajian, dalam hal ini KH. Ahmad Syarifuddin melauangkan waktunya
untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Kegiatan ini merupakan bentuk
sharing anatara kiai dengan masyarakat yang diawali dengan pertanyaan
masyarakat mengenai permasalahan baik masalah pribadi, masalah hukum
atau masalah akademis yang berkaitan dengan pembinaan akhlak.
3. Faktor pendukung yang dilakukan dalam strategi komunikasi KH. Ahmad
Syarifuddin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok
Pesantren al-Hidayah kampung Basmol yang pertama, yaitu “komunikator”(
KH. Ahmad Syarifuddin) mempunyai pendidikan tinggi serta pengalaman
yang luas dalam penyampaian materi akhlak maupun pembinaannya. Kedua,
yaitu masyarakat yang menerima keberadaan KH. Ahmad Syarifuddin
sebagai kiai (komunikator), selain itu adanya kesadaran dalam diri masyarkat
akan pentingnya penanaman nilai-nilai keagamaan dalam pembinaan akhlak.
Ketiga sarana, keberadaan sarana seperti pondok pesantren, masjid, mushola
dan majlis taklim mendapatkan respon positif dari masyarakat sebagai tempat
untuk pengajian dalam pembinaan akahlak.
Adapun fator penghambatnya adalah yang pertama waktu, dalam hal ini kiai
dan masyarakat sibuk dengan kepentingan mereka masing-masing, sehingga
73
kurangnya pemanfaatan waktu dalam melakukan komunikasi dan interaksi
antara kiai dengan masyarakat. Kedua kondisi, yaitu keadaan yang tejadi
dalam diri komunikan yang masih merasa segan atau takut terhadap kiai.
Ketiga peran orang tua, yaitu peran orang tua yang bersikap apatis terhadap
pergaulan anak mereka, seperti tidak selalu memerintahkan kepada anakanya
untuk mengikuti pengajian rutin.
B.
Saran
Penulis mengemukakan beberapa saran yang dianggap perlu mengenai
strategi komunikasi KH. Ahmad Syarifuddi Abdul Ghani dalam pembinaan
akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung
Basmol, diantaranya;
1.
Hendaknya KH. Ahmad Syarifuddin lebih dekat lagi dengan warga
masyarakat kampung Basmol, bukan hanya kepada santrinya saja, hal ini agar
terciptanya
efektifitas
komunikasi
dan
memungkinkan
keberhasilan
pembinaan akhlak yang optimal. Keberhasilan komunikasi kiai dalam
pembinaan akhlak pada masyarakat bukan hanya tugas dari kiai saja,
melainkan harus ada dukungan dari pihak-pihak lain, diantaranya para orang
tua, dan ustadz atau ustadzah yang ada di lingkugan Pondok Pesanren alHidayah
2.
Hendaknya KH. Ahmad Syarifuddin lebih bisa meluangkan waktunya agar
masyarakat lebih mudah ketika ingin menemui kiai untuk berkomunikasi atau
meminta pendapat dan nasihat terhadap masalah mereka.
74
3. Hendaknya warga masyarakat lingkuangan Pondok Pesantren al-Hidayah
kampung Basmol lebih bisa meluangkan waktunya untuk bisa mengikuti
pengajian-pengajian rutin dalam pembinaan akhlak.
4.
Hendaknya orang tua lebih memperhatikan pergaulan anak-anaknya dan
jangan terlalu memberi kebebasan terhadap anak-anaknya supaya anak
tersebut tidak terjerumus dalam tindak kejahatan. Selain itu pihak orang tua
seharusnya memerintahkan dengan tegas kepada anaknya untuk mengikuti
pengajian-pengajian rutin dalam pembinaan akhlak, dan juga peran orang tua
sebagai agen model dalam keluarga harus bisa memberikan contoh yang baik
kepada anak-anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Arbi, Armawati, Dakwah dan Komunikasi. Jakarta : UIN Jakarta Press, 2003
Cangara, Hafidz, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafndo
Persada, 1998
Darajat, Zakiah. Ilmu jiwa dan agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1976
_____________Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang, 1975
David fred, Manajemen Strategi konsep, (Jakarta: Prehalindo,2002
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Bumi Pustaka, 2002
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka,1990
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES 1982
Effendi, Firdaus, Membangun masyarakat madani melalui khotbah dan ceramah,
Jakarta: Nuansa Madani, 1999
Effendi, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung:
Rosdakarya,
2001
______________________Dinmika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya,
2008
_________________ Spektrum Komunikasi, Bandung: Bandar Maju, 1992
____________________, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2003
Gazalba, Sidi, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, Jakarta:
Bulan Bintang, 1976
Haedari Amin. Refleksi Pesantren Otokritik dan Prospektif, Jakarta: Ciputan
Institut, 2007
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintasan Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 2009
Maksum, Muhammad, Refleksi Pesantren, Jakarta: Ciputat Institut, 2007
75
76
Muhammad, Arni. komunikasi Organisasi. Jakarta:Bumi Aksara, 2009
Moleong J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remja Rosdakarya
2009
Munir, Samsul, ilmu dakwah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Nasution, Harun, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 1979
Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf,, Jakarta: Rajawali Pers 1996
Nazir, Moh, Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia. 1999
Partanto A Pius, Al- Barry M Dahlan. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola,
1994
Qomar, Murjani. Pesantren Dari Transformasi
Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga 2005
Metodologi
Menuju
Qardhawi, Yusuf. Masyarakat Berbasis Syariat Islam Akidah, Ibadah, Akhlak,
Solo: Era Intermedia, 2003
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press,2007
Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam, Jakarta ; Kalam Mulia, 1990
Soehartono, Irwan, Metodologi Penelitian Sosial, Bandung : Remaja Rosdakarya,
2004
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006
________________. Beberapa Teri Sosilogi Tentang Struktur Masyarkat, Jakarta:
Rajawali, 1983
Usman. Husaini dan Setiady, Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta :
Bumi Akasara, 2000
Wawancara Pribadi dengan Bapak Madinah, Ketua RW 06 Kampung Basmol
Kembangan Utara, Jakarta 01 Maret 2011
Wawancara Pribadi dengan Bapak Asmat, Sesepuh Kampung Basmol, Jakarta 02
Maret 2011
77
Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani, Kiai dan
Ketua Pondok Pesantren al-Hidayah, Jakarta, 02, 28, 30 Maret 2011
Wawancara Pribadi dengan Bapak Mat Hasyim, Ketua RT 15 Kampung Basmol
Kembangan Utara, Jakarta 22 Maret 2011
Wawancara Pribadi dengan Heri Jaya Subrata, Warga Masyarakat lingkungan
Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol, Jakarta, 27 Maret 2011
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Zubair, Warga Masyarakat lingkungan
Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol, Jakarta, 29 Maret 2011
Widjaja, H A.W. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta: Bhineka cipta, 2002
_____________Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta Bumi Aksara,
2008
Yasmadi, Moderenisai Pesantren, Kritik Nur Kholis Majid Terhaap Pendidikan
Islam Tradisional, Jakarat: Ciputat Press, 2002
Yusuf.M, Pawit, Komunikasi Instruksional Teori dan Praktek, Jakarta: Bumi
Aksara, 2010
Zawawi, Ahmad, Silisah Keturunan KH. Abdul Ghani Bin Moh. Zein, Bin Muqri,
Bin Sama’un. Jakarta: T.pn, 2006
KH. AHMAD SYARIFUDDIN ABDUL GHANI, MA
Penulis Bersama KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani
Penulis Bersama Ustadz Asmat Arsyad
(Sesepuh Kampung Basmol)
Penulis Bersama Bpk. Madinah (Ketua RW06/RT 015)
Penulis Bersama Bpk. Mat Hasyim (Ketua RT 015)
Penulis Bersama Turmudzi (Warga Kampung Basmol)
Penulis Bersama Bpk. Heri Jaya Subrata
(Warga Kampung Basmol)
Penulis Bersama Muhammad Ibnu (Warga Kampung Basmol)
KH. Ahmad Syarifuddin Saat Mengajar
di Masjid Jami’ al- Musari’in Kampung Basmol
Masyarakat Kampung Basmol Saat Mengikuti Pengajian Rutin
Di Masjid Jami’al Musari’in Kampung Basmol
Asrama Putra Pondok Pesantren al-Hidayah
Asrama Putri Pondok Pesantren al-Hidayah
Salah Satu Sudut Lingkungan
Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol
Salah Satu Sudut Lingkungan
Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol
Masjid Jami’ al-Musari’in Kampung Basmol
Majlis Taklim al-Mas’udiah Kampung Basmol
Download